Anda di halaman 1dari 27

Tugas

Makalah Agama
“Haji dan Umrah”

OLEH:
Yuniar Ekasari
J1A119 217

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipersembahkan atas kehadirat Allah SWT, Dialah Tuhan yang
menurunkan agama Islam sebagai agama penyelamat. Dialah Tuhan Yang Maha
Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufiq dan hidayahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda
Rasulullah SAW.
Pada kesempatan ini juga kami mengucapkan termakasih atas kedua
orangtua yang telah mendukung dan memberikan fasilitas untuk menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini disusun berdasarkan referensi tentang Fiqh Ibadah, Fiqh
Haji dan Umrah. Dengan memahami pengertian-pengertiannya diharapkan bagi
semua pembaca makalah ini dapat memahami pembahasan dan penjelasan tentang
Haji dan Umrah yang dituangkan dalam makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini bisa membantu menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca. Dan semoga makalah ini dapat memberikan
kontribusi positif dalam proses belajar dan mengajar. Kami sadar, bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, Kami mohon maaf bila ada
informasi yang salah dan kurang lengkap. Kami juga mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca mengenai makalah ini Agar kedepannya Kami dapat membuat
makalah yang lebih baik lagi.

Kendari , 22 Mei 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................... 1
C. Tujuan Penulisan................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Haji ...................................................................................... 3
B. Umrah................................................................................... 12
C. Perbedaan Umrah Dengan Haji............................................ 20
D. Larangan Dalam Haji dan Umrah........................................ 21
E. Masalah-masalah yang Berkaitan Dengan Ibadah Haji Dan
Umrah …………………………………………….............. 23

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................... 27
B. Saran..................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Haji dan umroh adalah ibadah yang diperintahkan Allah dan dajarkan
oleh para Rasul. Ibadah ini dimulai sejak Nabi Adam AS., manusia pertama
yang menginjakkan kaki didunia ini, membangun ka’bah di Makkah. Bahwa
ia merupakan kewajiban, yang sesungguhnya tidaklah diperlukan-Nya,
memperkuat keyakinan akan kebutuhan untuk menunaikannya.
Orang-orang yang mengerjakan ibadah haji dan umroh adalah tamu-tamu
Allah. Allah memberikan kepada mereka apa yang mereka minta, kemudian
Dia akan mengganti semua harta yang mereka belanjakan untuk-Nya, satu
dirham menjadi sejuta dirham. Haji merupakan rukun islam yang kelima,
diwajibkan kepada setiap muslim yang mampu untuk mengerjakannya,
jumhur ulama sepakat bahwa mula-mulanya disyariatkan ibadah haji tersebut
adalah pada tahun ke enam hijriyah, tetapi ada juga yang mengatakan tahun ke
sembilan hijriyah. Untuk memperdalam pengetahuan kita, penulis mencoba
membri penjelasan singkat mengenai haji dan umroh, ujuan yang ingn kita
capai daam haji dan umroh adalah dasar hokum dan peintah haji dan umroh,
syarat, rukun dan wajib haji dan umroh serta larangan-larangan dalam haji dan
umroh. Selain itu penulis juga menambahkan sedikit wacana tentang manfaat
haji dan umroh terhadap kesehatan.
B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas ialah sebagai berikut:


1. Apa pengertian haji dan umrah?
2. Apa dalil kewajiban ibadah haji dan umrah?
3. Apa saja rukun dan wajib haji dan umrah?
4. Apa saja macam-macam ibadah haji dan umrah?
5. Bagaimana tata cara ibadah haji dan umrah?
6. Apa saja larangan serta denda (Dam) bagi yang Haji dan Umrah ?
7. Apakah perbedaan yang mendasar dari Haji dan Umrah ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian haji dan umrah.
2. Untuk mengetahui dalil kewajiban ibadah haji dan umrah.
3. Untuk mengetahui rukun dan wajib haji dan umrah.
4. Untuk mengetahui macam-macam ibadah haji dan umrah.
5. Untuk mengetahui tata cara ibadah haji dan umrah.
6. Untuk mengetahui larangan serta denda (Dam) bagi yang Haji dan Umrah .
7. Untuk mengetahui perbedaan yang mendasar dari Haji dan Umrah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Haji
1. Pengertian Haji
Secara bahasa, haji memiliki arti “menuju kepada sesuatu yang besar dan
agung” atau “berkunjung ke tempat tertentu”. Sedang menurut istilah, haji
adalah berkunjung ke Baitullah di Makkah dan sekitarnya pada waktu-waktu
tertentu dan cara-cara serta tujuan tertentu. Haji secara lughowi (etimologis)
berasal dari bahasa Arab al-hajj; berarti tujuan, maksud, dan menyengaja
untuk perbuatan yang besar dan agung. Selain itu al-hajj mengandung arti
mengunjungi atau mendatangi. Makna ini sejalan dengan aktivitas ibadah haji
di mana umat Islam dari berbagai negara mengunjungi dan mendatangi
Baitullah (Ka’bah) pada musim haji karena tempat ini dianggap mulia dan
agung. .Menurut syara’, haji menuju ke baitullah atau menghadap Allah untuk
mengerjakan seluruh rukun dan persyaratan haji yang telah ditentukan oleh
syariat Islam. Dalam arti lain haji adalah sengaja.
mengunjungi kabah ataubaitullah untuk mengerjakan beberapa amal ibadah
dengan syarat-syarat tertentu, yakni mengerjakan thawaf, sa’i, wukuf di
Arafah, dan manasik haji lainnya dengan mengikuti tuntunan Rasulullah
SAW.
Melaksanakan haji hukumnya wajib satu kali seumur hidup bagi muslim dan
muslimah yang sudah baligh dan mampu diperjalanan (istitha’ah). Haji dalam
arti berkunjung ke suatu tempat tertentu untuk tujuan ibadah, dikenal oleh
umat manusia melalui tuntunan agama-agama, khususnya di belahan Timur
dunia kita ini. Ibadah ini diharapkan dapat mengantar manusia kepada
pengenalan jati diri, membersihkan, dan menyucikan diri mereka. Itulah
agaknya yang menjadi sebab mengapa ajaran agama dalam kaitannya dengan
ibadah haji menganjurkan pelakunya untuk memulainya dengan mandi[5].
Sementara itu, mengenai wajibnya haji tidak terdapat perbedaan pendapat
ulama bahwa haji itu adalah fardhu yang merupakan salah satu dari rukun
Islam yang wajib dilaksanakan sekali seumur hidup. Firman Allah Swt.
tentang wajibnya hukum wajib haji ini terdapat dalam QS. Ali Imran ; 97

‫ا ً ن ِمآ َن ا َك ُ ه َ ل َخ َد ْن َم َو ۖ َم ي ِها َر ْب ِ إ ُم ا َ ق َم ٌت ا َ ن ِ ي َ ب ٌت ا َ يآ ِه ي ِ ف‬
ۖ ‫ًًل ي ِ ب َس ِه ْي َ ل ِ إ َع ا َطَ ت ْسا ِن َم ِت ْي َ ب ْلا ُّج ِح ِس ا َّ نلا ى َ ل َع ِ َِّّلِل َو‬
ۖ ‫َني ِم َ ل ا َ ع ْلا ِن َع ٌّي ِ ن َغ َ ََّّللا َّن ِإ َ ف َر َ ف َك ْن َم َو‬
Artinya : “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya)
maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu)
menjadi amanlah dia, mengerjakan haji adalah kewajiban
manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari
(kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”

2. Dalil Kewajiban Haji


Dalil tentang kewajiban melaksanakan haji bisa kita temukan dalam Al-
Quran dan Sunnah Nabi Saw. Al-Quran, dalam salah satu ayatnya dengan tegas
menyatakan:

‫ا ً ن ِمآ َن ا َك ُ ه َ ل َخ َد ْن َم َو ۖ َم ي ِها َر ْب ِ إ ُم ا َ ق َم ٌت ا َ ن ِ ي َ ب ٌت ا َ يآ ِه ي ِ ف‬
ۖ ‫ًًل ي ِ ب َس ِه ْي َ ل ِ إ َع ا َطَ ت ْسا ِن َم ِت ْي َ ب ْلا ُّج ِح ِس ا َّ نلا ى َ ل َع ِ َِّّلِل َو‬
ۖ ‫َني ِم َ ل ا َ ع ْلا ِن َع ٌّي ِ ن َغ َ ََّّللا َّن ِإ َ ف َر َ ف َك ْن َم َو‬

Artinya: Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam


Ibrahim; Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah
dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,
Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke
Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka
Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
semesta alam
.(Ali Imran: 97)

Sedangkan dalam Sunnah Nabi Saw, kewajiban haji berdasar pada


hadits:“Wahai manusia, Allah telah mewajibkan haji kepadamu, maka
laksanakanlah haji. Seorang laki-laki bertanya, apakah setiap tahun Ya
Rasulullah? Rasulullah terdiam, hingga laki-laki itu bertanya tiga kali, lalu
Nabi menjawab, “Andai kukatakan wajib setiap tehun maka ia menjadi wajib
dan kamu tidak akan mampu mengerjakannya”.

3. Macam-macam Haji
Macam-macam haji sebagai berikut:
a. Ifrad
Kata ifrad berarti menyendiri. Pelaksanaan ibdah haji
disebut ifrad apabila seseorang bermaksud menyendirikan, baik
menyendirikan ibadah haji maupun umrah, tidak melakukan keduanya
sekaligus. Jadi umrah sebagai ibadah sunat saja. Dalam pelaksanaannya,
ibadah yang pertama dilakukan adalah ibadah haji hingga selesai,
kemudian baru ibadah umrah sampai selesai.
b. Tamattu’,
Kata tamattu’ berarti bersenang-senang atau bersantai-santai. Bila
dikaitkan dengan ibadah haji, tamattu’ ialah melaksanakan ihram untuk
melaksanakan umrah di bulan-bulan haji. Setelah seluruh amalan umrah
selesai, langsung mengerjakan ibadah haji. Dinamakan haji tamattu’,
karena melakukan dua ibadah (haji dan umrah) di bulan-bulan haji dalam
tahun yang sama tanpa kembali ke negeri asalnya terlebiih dahulu.
c. Qiran
Kata qiran dapat diartikan dengan menyertakan atau menghubungkan.
Adapun dalam terminologi fikih, haji qiran ialah pelaksanaan ibadah haji
dan umrah sekaligus dan dengan satu niat.

4. Rukun dan Wajib haji


Rukun haji adalah pekerjaan yang jika salah satu diant aranya dilalaikan,
maka haji tersebut menjadi batal dan tidak bisa diganti dengan kaffarat dan
fidyah. Adapun rukun-rukun tersebut, ialah ;
a. Ihram (niat) adalah berniat ketika memasuki haji. Niat ini adalah salah satu
rukun pokok terpenting di antara rukun-rukun haji.
b. Wukuf di Arafah, merupakan inti dari semua amalan-amalan haji.
c. Tawaf Ifadah, yaitu mengelilingi ka’bah tujuh kali yang dimulai dai Hajar
Aswad dengan mengkirikannya.
Firman Allah QS. Al-Hajj : 29:

‫ِق ي ِ ت َ ع ْلا ِت ْي َ ب ْل ا ِ ب ا وُ ف َّو َّط َ ي ْل َو ْم ُ ه َر وُ ذُ ن ا وُ ف وُ ي ْل َو ْم ُهَ ث َ فَ ت ا و ُض ْق َ ي ْل َّ ُم ث‬


Artinya ; “Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada
pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan
nazar-nazar mereka dan hendaklah melakukan tawaf sekeliling
rumah yang tua itu (Baitullah).”

Macam-macam tawaf, yaitu ;


1) Tawaf Qudum, yaitu tawaf ketika baru sampai yang hampir sama dengan
shalat tahiyatul masjid ketika baru sampai di dalam masjid.
2) Tawaf Ifadah, tawaf yang merupakan rukun haji.
3) Tawaf Wada’, yaitu tawaf ketika akan meninggalkan Makkah.
4) Tawaf Tahallul, yaitu penghalalan barang yang haram karena ihram.
5) Tawaf Nazar, yaitu tawaf yang dinazarkan.
6) Tawaf Sunat.
d. Sa’i antara Safa dan Marwah, yaitu berjalan atau berlari-lari kecil dari
bukit Safa menuju bukit Marwah dan sebaliknya.
e. Mencukur rambut kepala (tahallul), minimal tiga helai rambut.
Selain rukun haji diatas, ada lagi yang disebut dengan wajib haji. Wajib haji
ini jika tidak dilakukan dapat menggantinya dengan menyembelih hewan ternak
sebagaidam (denda) dan ibadah haji tersebut tetap sah. Wajib haji tersebut adalah
a Ihram dari miqat (tempat yang ditentukan dan masa tertentu).
b. Berhenti di muzdalifah sesudah tengah malam yaitu di malam hari raya
haji sesudah hadir di padang Arafah.
c. Melontar jumroh al-‘aqabah pada hari raya haji.
d. Melontar ketiga jumroh. Jumroh yang pertama (jumroh al-ula), kedua
(jumroh al-wusta), dan ketiga (jumroh al-‘aqabah) dilontar pada tanggal
11,12,13 bulan haji. Tiap-tiap jumroh dilontar dengan tujuh batu kecil
yang waktunya sesudah tergelincir matahari pada tiap-tiap hari.
e. Bermalam di Mina.
f. Thawaf wada’ (thawaf ketika akan meninggalkan Makkah).
g. Menjauhkan diri dari segala larangan atau yang diharamkan.

5. Cara Pelaksanaan Haji


Kafiyah atau tata cara pelaksanaan haji adalah sebagai berikut]:
a. Ihram
Pada tanggal 8 Dzulhijjah yang disebut “Yaumul Tarwiyyah” bagi
yang melaksanakan tamattu, setelah mandi memakai wangi-wangian dan
kain ihram dengan miqat dari tempat masing-masing di Mekah,
kemudianmengucapkan Ihlah haji,yaitu
membaca ”Allahuumma hajjan atau labbaika hajjan”. Dilanjutkan
membaca talbiyah sebagaimana ketika berihram untuk melaksanakan
umrah.
b. Mabit di Mina
Pada tanggal 8 Dzulhijjah, kemudian berangkat ke Mina
dan mabit(menginap) di sana untuk melaksanakan shalat zhuhur, ashar,
maghrib, isya’, dan subuh dengan jama’ dan qasar.
c. Wukuf di Arafah
Pokok dari ibadah haji adalah wukuf di Arafah. Pada tanggal 9
Dzulhijjah, setelah terbit matahari, jamaah berangkat menuju Arafah.
Dalam perjalanan menuju Arafah ini, jamaah haji tetap ber-talbiyah atau
bertakbir dan jika memungkinkan, singgah di Namirah. Setelah matahari
tergelincir, jamaah haji mendengarkan khotbah Arafah, kemudian
dikumandangkan azan qamat, lalu shalat zhuhur dan ashar dijama’ dan
diqasar tanpa shalat apa-apa di antara dua shalat itu. Setelah shalat, berdoa
dengan mengangkat kedua tangan. Apabila wukuf jatuhnya pada hari
Jumat, tetap dilakukan shalat zhuhur dengan cara dijama’ dengan ashar.
d. Mabit di Muzdalifah
Setelah matahari terbenam, para jamaah haji meninggalkan Arafah
menuju Muzdalifah untuk mabit sampai subuh, sementara shalat maghrib
dan isya’ dijama’ takhir di Muzdalifah.
e. Melontar Jumrah Aqabah (Kubra)
Pada waktu dhuha tanggal 10 Dzulhijjah di Mina, jamaah haji
melaksana-kan lontar jumrah aqabah, dengan cara berdiri menghadap ke
jumrah tersebut. Posisi kiblat berada di sebelah kiri jamaah haji kemudian
melontar jumrah dengan batu kerikil sebanyak tujuh kali.
f. Tahallul Awal (Asghar)
Jamaah haji tahallul dengan cara “taqshir” (menggunting beberapa
helai rambut) atau lebih utama dengan “tahliq” (dengan menggundul
kepala). Bagi wanita cukup dengan taqshir. Setelah tahallul awal ini,
jamaah haji bebas dari larangan pada waktu ihram, kecuali hubungan
suami istri.
g. Hadyu (Qurban)
Bagi mereka yang melaksanakan haji tamattu dan qiran wajib
menyembelihhadyu. Perbedaannya adalah yang qiran membawa binatang
dari rumah, sementara yang tamattu menyembelihnya di Mekah.
Penyembelihan hadyudilaksanakan pada Yaumun Nahri (tanggal 10
Dzulhijjah) dan jika tidak bisa dilasanakan pada hari nahar, bisa
dilakukan pada Ayyamu Tasyriq (tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah)
h. Thawaf Ifadah (Tahallul Tsani)
Pada hari nahar, setelah melontar jumrah aqabah dan
menyembelih hadyu,maka jamaah haji pergi ke Mekah
untuk melaksanakan thawaf ifadah.
i. Melempar Tiga Jumrah
Pada tanggal 11 Dzulhijjah, setelah zhuhur, jamaah melempar 3 jumrah
(ula, wusta, aqabah), masing-masing dengan 7 batu kerikil.
j. Nafar Awal dan Nafar Tsani
Pada tanggal 12 Dzulhijjah , jamaah haji melempar 3 jumrah seperti
yang dilakukan pada tanggal 11 Dzulhijjah. Waktunya juga sama yaitu
setelah zhuhur hingga maghrib.
k. Thawaf Wada’
Sebelum meninggalkan Mekah, jamaah haji dianjurkan untuk
melakukan thawaf wada’ (perpisahan). Caranya, sama dengan thawaf
ifhadah dilakukan tujuh putaran, tanpa lari-lari kecil, tanpa shalat dua
rakaat di maqam Ibrahim.
. Nabi SAW. bersabda:
Artinya:
“Janganlah salah seorang pulang sebelum mengakhiri urusan (hajinya)
dengan (thawaf wada’)di Baitullah”. (H.R. Muslim)

B. Umrah
1. Pengertian Umrah
Umrah secara etimologis adalah ziarah dalam pengertian yang bersifat
umum. Sedangkan secara terminologis adalah berziarah ke Baitullah dalam
pengertian khusus.
Umrah adalah mengunjungi ka’bah dengan serangkaian ibadah khusus
di sekitarnya. Pelaksanaan umrah tidak terikat dengan miqat zamani dengan
arti ia dilakukan kapan saja, termasuk pada musim haji. Perbedaannya dengan
haji ialah bahwa padanya tidak ada wuquf di Arafah, berhenti di Muzdalifah,
melempar /jumrah dan menginap di Mina. Dengan begitu ia merupakan haji
dalam bentuknya yang lebih sederhana, sehingga sering umrah itu disebut
dengan haji kecil.
2. Dalil Kewajiban Umrah
Dalil tentang wajibnya umrah selalu dibarengi dengan kewajiban haji.
Al-Quran menyatakan ;

ِ ‫ََالْ َح ج َو الْ ع ُ ْم َر ة َ ِ َّلِل‬


‫َو أ َت ِ ُّم وا‬
Artinya :
Dan sempurnakanlah oleh kalian haji dan umrah karena Allah….. (Al-
Baqarah: 196)
Juga berdasar pada Hadits Aisyah ra:
Aisyah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apakah kaum wanita mempunyai
kewajiban untuk berjihad?” Rasulullah menjawab: Ya, mereka wajib berjihad
akan tetapi jihadnya bukan peperangan; Haji dan Umrah (HR. Imam Ahmad
dan Ibnu Majah).
Ulama Fiqh berbeda pendapat tentang masalah kewajiban umrah, apakah
hukum umrah itu wajib seperti hokum haji. Dalam hal ini ulama Syafi’iyan
dan Hanabilah mengatakan bahwa hukum umrah sama dengan
hukum haji yaitu wajib. Mereka mendasarkan pendapat tersebut sebagai
berikut:
a. Pertama, firman Allah Swt: waatimmul hajja wal umrata lillahi, perintah
untuk menyempurnakan haji dan umrah menunjukkan bahwa hokum
umrah adalah wajib.

b. Kedua, didasarkan kepada sabda Rasulullah SAW kepada sahabatnya:

Barangsiapa memiliki hadyu (hewan), maka hendaklah ia membebaskan-


nya dengan haji dan umrah.

c. Ketiga, didasarkan kepada sabda Rasulullah Saw: Umrah telah masuk ke


dalam haji sampai hari kiamat.

Sedangkan ulama Malikiyah dan Hanafiyah bahwa hukum Umrah


adalah sunah.
Dasar yang digunakan oleh mereka adalah:
a. Pertama, Allah tidak menyebutkan dalam firman-Nya tentang kewajiban
haji, seperti pada firman Allah SWT: walillahi alannasi hijjul baiti manis
tathoa ilaihi sabila dan wa adzin fi nnasi bil hajji…
b. Kedua, tidak terdapat dalam hadits-hadits shahih tentang kewajiban haji.
c. Ketiga, didasarkan pada hadits dari Nabi Saw bersabda: “Haji adalah
jihad dan umrah adalah sunnah.”
3. Macam-macam Umrah
Umrah dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Umrah yang terpisah dari haji (mufradah). Waktunya sepanjang tahun,
menurut kesepakatan semua ulama mazhab. Namun waktu yang paling
utama menurut Imamiyah adalah bulan Rajab. Sedangkan menurutt yang
lain adalah bulan Ramadhan.
b Umrah yang terpadu atau bersama haji (tamattu’). Orang yang
beribadah (haji) harus melakukan umrah terlebih dahulu, kemudian
melakukan amalan-amalan haji pada satu kali perjalanan, sebagaimana yang
dilakukan oleh para jamaah haji yang datang dari berbagai negara yang jauh
dari Mekah al-Mukarramah. Waktunya adalah pada bulan-bulan haji, yaitu
Syawal, Zhulqa’dah dan Dzulhijjah, menurut kesepakatan mazhab. Namun
mereka berbeda pendapat tentang bulan Dzulhijjah, apakah satu bulan penuh
termasuk haji, atau sepertiga pertama? Menurut orang yang mengatakan
bahwa umrah itu wajib, gugurlah kewajiban itu bila telah melakukan umrah
yang bersama atau terpadu denagn haji.
Sayyid Al-Khui membedakan antara umrah mufradah (berpisah dari haji)
dengan umrah tamattu’ (bersama haji) dengan beberapa hal di bawah ini:
a. waktu umrah tamattu’ dimulai dari awal bulan Syawal sampai pada hari
kesembilan bulan Dzulhijjah. Sedangkan waktu umrah mufradah adalah
sepanjang tahun.
b. Orang yang melakukan umrah tamattu’ hanya diperbolehkan memendek-
kan raambutnya saja. Sedengkan orang yang melakukan
umrah mufradahboleh memilih antara memendekkan atau mencukur
rambutnya.
c. Umrah tamattu’ dan haji terjadi dalam satu tahun, tetapi kalau
umrahmufradah tidak.
Dalam buku Al-Din wa Al-Haj ‘ala al-Madzahib Al-Arba’ah karya Al-kararah
dijelaskan bahwa Maliki dan Syafi’i mengatakan: orang yang melakukan
umrah mufradah dihalalkan melakukan apa saja, sampai bergaul dengan
istrinya kalau dia telah bercukur atau memendekkan rambutnya, baik telah
membayar (memberikan) kurban atau belum.
Hambali dan Hanafi: Orang yang melakukan umrah dihalalkan bercukur atau
memendekkan rambut kalau belum memberikan kurban. Kalau tidak, dia
tetap berada dalam keadaan ihram sampai ber-tahallul dari haji dan umrah
secara bersamaan pada hari nahr (hari kurban).[12]

4. Rukun Dan Wajib Umrah


Rukun umrah sama dengan haji kecuali kehadiran di Arafah. Sedangkan
wajib umrah juga sama dengan wajib haji kecuali hadir di Muzdalifah,
melempar dan bermalam di Mina. Semua larangan yang harus dipenuhi selama
haji juga harus dihindarkan selama melaksanakan umrah, hanya masa
pelaksanaan umrah itu lebih pendek daripada haji.
Umrah dapat dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan haji. Adapun
pelaksanaan ihram untuk keduanya ada tiga kemungkinan:

a. Ihram untuk haji dilakukan terlebih dahulu dan selesai haji dilakukan ihram
untuk umrah. Cara seperti ini disebut ifrad.

b. Ihram umrah dilakukan terlebih dahulu dari miqatnya, kemudian


menyelesaikan umrah, kemudian ihram untuk haji langsung dari Mekah,
untuk selanjutnya melaksanakan haji. Cara seperti ini disebut tamattu’. Bila
umrah dan haji dilaksanakan dalam bentuk ini, pelakunya
dikenakan damdalam bentuk memotong seekor kambing di tempatnya, kalau
tidak mampu, harus puasa tiga hari waktu melaksanakan haji dan tujuh hari
setelah tiba di tempat. Hal ini sesuai dengan firman Allah surat al-Baqarah
ayat 196.
Artinya:”Barangsiapa ingin mengerjakan umrah sebelum haji (di dalam musim
haji) wajib ia menyembelih seekor korban yang mudah didapat. Bila ia yidak
mendapatkannya hendaklah berpuasa tiga hari sewaktu haji dan tujuh hari bila
telah kembali. (QS. Al-Baqarah:196)

c. Umrah dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan haji dengan satu ihram.


Cara pelaksanaan seperti ini disebut qiran. Bagi yang melaksankan haji dan
umrah secara qiran diwajibkan membayar korban sebagaimana yang

berlaku pada tamattu’

Adapun Rukun dalam ibadah umrah dibagi menjadi empat bagian yang mana
tidak sah suatu ibadah umrah jika tidak mengerjakan rukun-rukun tersebut,
rukun umrah antara lain :[14]

a. Ihram
Bagi orang yang hendak beribadah umrah, maka ia wajib melakukan ihram
krena hal tersebut bagian dari rukun umrah. Dalam ihram ada tiga hal yang
wajib dilakukan yaitu:
1) Niat
Tidak ada perbuatan yang dilakukan dengan sadar tanpa adanya niat. Niat
sebagai motivasi dari perbuatan, dan niat merupakan hakikat dari perbuatan
tersebut. Dengan kata lain jika berihram dalam keadaan lupa atau main-main
tanpa niat maka ihramnya batal.
2) Talbiyah
Lafadz talbiyah adalah:“labbaikallahumma labbaika, la syarika laka
labbaika, innal hamda wan ni`mata laka wal mulka la syarika laka”.Waktu
membaca talbiyah bagi orang yang berihram, dimulai dari waktu ihram dan
disunnahkan untuk membaca terus sampai melempar jumrah `aqobah.
3) Memakai pakaian ihram
Para ulama madzhab sepakat bahwa lelaki yang ihram tidak boleh memakai
pakaian yang terjahit, dan tidak pula kain sarung, juga tidak boleh memakai
baju dan celana, dan tidak boleh pula yang menutupi kepala dan
wajahnya. Kalau perempuan harus memakai penutup kepalanya, dan
membuka wajahnya kecuali kalau takut dilihat lelaki dengan ragu-ragu.
Perempuan tidak boleh memakai sarung tangan, tetapi boleh memakai
sutera dan sepatu.
b. Tawaf
Tawaf merupakan salah satu dari rukun umrah yang wajib dilaksanakan,
adapun mengenai pembagiannya, ulama membagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Tawaf qudum
Tawaf ini dilakukan oleh orang-orang yang jauh (bukan orang mekkah dan
sekitarnya) ketika memasuki mekkah. Tawaf ini menyerupai sholat dua rakaat
tahiyatul masjid. Tawaf ini hukumnya sunnah, dan yang meninggalkannya
tidak dikenakan apa-apa.
2) Tawaf ziarah
Tawaf ini juga dinamakan tawaf ifadhah. Tawaf ini dilakukan oleh orang
yang haji (bukan orang yang umrah) setelah melaksanakan manasik di Mina,
dinamakan tawaf ziarah karena meninggalkan Mina dan menziarahi Baitullah.
Tapi juga dinamakan tawaf ifadhah karena ia telah kembali dari Mina ke
Mekkah.
3) Tawaf wada`
Tawaf ini merupakan perbuatan yang terakhir yang dilakukan oleh orang
yang haji ketika hendak melakukan perjalanan meninggalkan mekkah.
c. Sa`i
Ulama sepakat bahwa sa`i dilakukan setelah tawaf. Orang yang melakukan
sa`i sebelum tawaf maka ia harus mengulangi lagi (ia harus bertawaf
kemudian melakukan sa`i).
Terdapat hal-hal yang disunnahkan bagi orang yang sedang melakukan sa`i
diantaranya :
1) disunnahkan menaiki bukit shafa dan marwah serta berdo`a diatas kedua bukit
tersebut sekehendak hatinya, baik masalah agama maupun dalam masalah
dunia sambil menghadap ke Baitullah.
2) melambaikan tangan ke hajar aswad.
3) minum air zam-zam.
4) menuangkan sebagian air ke tubuh.
5) keluar dari pintu yang tidak berhadapan dengan hajar aswad.
6) naik ke bukit shafa, menghadap ruknul iraqi, berhenti lama di shafa, dan
bertakbir kepada Allah sebanyak tujuh kali.
d. Tahallul
Menurut pendapat imamiyah kalau orang yang melakukan
umrahtamattu` telah selesai bersa`i, ia harus menggunting rambutnya, namun
tidak boleh mencukurnya. Bila ia telah memotongnya, maka apa yang
diharamkan baginya telah menjadi halal. Tapi kalau telah mencukurnya, maka ia
harus membayar kifarah berupa seekor kambing. Tapi kalau berumrah mufrodah,
maka ia boleh memilih antara menggunting atau mencukur, baik ia
mengeluarkan kurban atau tidak.
Tetapi kalau meninggalkan menggunting rambut itu dengan sengaja
sedangkan ia bertujuan untuk melakukan haji tamattu` dan berihram sebelum
menggunting rambut, maka umrahnya batal. Ia wajib melakukan haji ifrad.
Maksudnya melakukan amalan-amalan haji, kemudian melakukan
umrahmufradah setelah amalan-amalan haji itu. Dan lebih utama adalah
mengulangi haji lagi pada tahun yang akan datang.
C. Perbedaan Umrah Dengan Haji
Ibadah Umrah banyak memiliki persamaan dengan haji, kecuali ada
beberapa perbedaan diantaranya :[15]
1. Umrah tidak mempunyai waktu tertentu dan tidak bisa ketinggalan waktu.
2. Dalam umroh tidak ada wukuf diarah dan tidak ada pula mabit di
muzddalifah.
3. Didalam umrah tidak ada melontar jumrah.
4. Didalam umrah tidak ada menjamak dua sholat, itu karena ibadah haji,
kalangan madzhad syafi'e bukanlah sebab bagi bolehnya jamak antaara dua
sholat melainkan yang menjadi sebab hanyalah perjalanan (safar).
5. Di dalam umrah tidak ada tawaf qudum dan tidak ada pula khutbah.
6. Minat umrah adalah di tanah halal bagi semua orang, tanpa terkecuali berbeda
dengan haji miqad haji bagi orang mekah adalah ditanah haram, sementara
bagi orang selain mekah miqad pada tempat yang telah ditentukan nabi.
7. Umrah berbeda dengan haji dari segi hukum, bila umroh itu hukumnya sunnat
muakkad sedangkan haji adalah farduh.

D. Larangan Dalam Haji dan Umrah


Beberapa larangan dalam haji dan umrah yaitu :
1. Bersetubuh, bermesra-mesraan, berbuat maksiat, dan bertengkar dalam haji.
2. Dilarang menikah dan menikahkan (menjadi wali).
3. Dilarang memakai pakaian yang di jahit, harum-haruman (minyak wangi), ,
menutup kepala, memakai sepatu yang menutup mata kaki. Adapun kaum
wanita, mereka boleh memakai pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya,
kecuali dan kedua telapak tangannya.
4. Perempuan dilarang menutup muka dan kedua telapak tangan.
5. Dilarang berburu atau membunuh binatang liar yang halal di makan.
Dam
Jenis-jenis Dam yaitu :
a. dam (denda) karena memilih tamattu’ atau qiran. Dendanya ialah :
menyembelih seekor kambing (qurban), dan bila tidak dapat menyembelih
kurban, maka wajib puasa tiga hari pada masa haji dan tujuh hari setelah
pulang ke negerinya masing-masing.
b. dam (denda) meninggalkan ihram dari miqatnya, tidak melempar jumrah, tidak
bermalam di muzdalifah dan mina, meninggalkan tawaf wada’, terlambat
wukuf di arafah, dendanya ialah memotong seekor kambing kurban.
c. dam (denda) karena bersetubuh sebelum tahallul pertama, yang membatal-
kan haji dan umrah. Dendanya menurut sebagian ulama ialah menyembelih
seekor unta, kalau tidak sanggup maka seekor sapi, kalau tidak sanggup juga,
maka dengan makanan seharga unta yang di sedekahkan kepada fakir miskin
di tanah haram, atau puasa sehari untuk tiap-tiap seperempat gantang makanan
dari harga unta tersebut.
d. dam (denda) karena mengerjakan hal-hal yang di larang selagi ihram, yaitu
bercukur, memotong kuku, berminyak, berpakaian yang di jahit, bersetubuh
setelah tahallulpertama. Dendanya boleh memilih diantara tiga, yaitu
menyembelih seekor kambing, kerbau, puasa tiga hari atau sedekah makanan
untuk 6 orang miskin sebanyak 3 sha’(kurang lenih 9,5 liter).
e. Orang yang membunuh binatang buruan wajib membayar denda dengan
ternak yang sama dengan ternak yang ia bunuh.
f Dam sebab terlambat sehingga tidak bisa meneruskan ibadah haji atau umrah,
baik terhalang di tanah suci atau tanah halal, maka bayarlah dam (denda)
menyembelih seekor kambing dan berniatlah tahallul (menghalalkan yang
haram) dan bercukur di tempat terlambat itu.[16]
E. Masalah-masalah yang Berkaitan Dengan Ibadah Haji Dan Umrah
1. Miqat Makani
Miqat makani adalah batas tempat dimana orang yang akan melaksanakan
ibadah haji atau umrah mesti niat dan memakai pakaian ihram. Orang yang
berhaji atu berumrah tidak boleh melewati batas tempat ini tanpa berihram.
Rasulullah telah menjelaskan tempat-tempat ini sebagai berikut:
a.Dzu al-Khulaifah, atau disebut juga Bir Ali, ada di sebelah Utara Makkah.
Jaraknya ke Makkah sekitar 450 km. Ini adalah miqat bagi orang-orang yang
datang dari Madinah dan daerah searahnya.
b. Juhfah atau Rabigh. Juhfah berada di sebelah tenggara Makkah. Jaraknya
sekitar 178 km. Sedangkan Rabigh berdekatan dnegan Juhfah. Jaraknya ke
Makkah sekitar 204 km. Rabigh ini menjadi miqat bagi orang-orang dari Mesir,
Syiria dan orang-orang yang tinggal searah dengannya atau melewatinya.
c. Qarn al-Manazil. Berada di sebelah Timur Makkah dan searah dengan padang
arafah. Jaraknya sekitar 94 km. Miqat ini bagi penduduk Nejd dan daerah yang
searah atau melewatinya.
d. Yalamlam. Berada di sebelah Selatan Makkah. Jaraknya sekitar 54 km. Miqat
ini diperuntukkan bagi penduduk Yaman dan daerah yang searah atau
melewatinya. Termasuk juga menurut para ulama dari Indonesia.
e Dzat ‘Irq. Jaraknya ke Makkah sekitar 94 km. Miqat ini diperuntukkan bagi
penduduk Iraq dan daerah yang searah dengannya.

2. Haji Anak Kecil


Anak kecil tidak terkena hukum wajib haji. Namun jika melaksanakan juga
maka hajinya tetap sah, akan tetapi ketika dewasa nanti dia wajib mengulang
hajinya. Karena haji di masa kanak-kanak tidak menggugurkan kewajiban di
waktu dewasa. Hal ini berdasar hadits berikut: “setiap anak kecil yang berhaji
maka dia wajib melaksanakan haji lagi ketika sudah dewasa nanti”. (HR.
Thabrani).
3. Badal Haji
Yang dimaksud badal haji adalah menggantikan proses pelaksanaan ibadah
haji orang lain yang memang wajib berhaji tapi tidak dapat melaksanakannya,
seperti sakit, sudah sangat tua atau sudah meninggal dunia. Sedangkan
pelaksana pengganti haji itu disayaratkan sudah pernah melaksanakan ibadah
haji.Orang yang sakit, sedangkan dari segi materi dia mampu melaksanakan
haji, maka hajinya dapat diwakilkan kepada orang lain. Dan apabila dia sudah
sembuh, maka dia tidak wajib mengulang hajinya.
Sedangkan orang yang telah meninggal dunia, sedang dia memiliki
kewajiban haji yang belum ditunaikannya atau pernah bernadzar, maka pihak
keluarga mesti melaksanakan haji untuknya. Seolah-olah hal tersebut adalah
hutang yang mesti dibayarnya. Hal ini berdasar pada riwayat Ibn Abbas yang
berkata, “bahwa seorang wanita datang menghadap Rasulullah dan berkata:
Ibuku pernah bernadzar untuk melaksanakan haji, namun belum sempat
melaksanakannya dia keburu meninggal, apakah aku boleh menghajikannya?
Nabi menjawab: ya, lakukanlah. Bukankah kalau ibumu memiliki hutang kamu
wajib membayarnya? Bayarlah hak Allah, karena Allah lebih berhak untuk
ditunaikan hak-Nya.”

4. Berkali-kali melaksanakan haji


Dewasa ini, jamaah haji dari berbagai negara terus meningkat. Ini adalah
sesuatu yang menggembirakan, karena banyak orang yang sadar dan peduli
melaksanakan ibadah ini. Akan tetapi di sisi lain, meningkatnya jamaah
menimbulkan berbagai permasalahan, terutama masalah tempat-tempat ibadah
yang sering dikunjungi dan menuntut pelaksanaan ibadah dalam satu waktu,
seperti melontar jumrah atau thawaf dan sai. Setiap tahunnya, sering terjadi
korban jiwa disebabkan penuh sesaknya tempat-tempat tersebut.
Fenomena ini mestinya diperhatikan oleh setiap Muslim. Tujuan ibadah
haji selain untuk beribadah kepada Allah, juga bertujuan untuk menumbuhkan
solidaritas kemanusiaan, menjalin ukhuwah dan persatuan umat. Akan tetapi
yang terjadi justru sebaliknya, keributan dan berdesak-desakan dalam suatu
tempat. Hal ini disebabkan banyak para jamaah haji telah melakukan ibadah ini
pada kali kedua atau berkali-kali.
Oleh karena itu, hendaknya orang-orang yang yang melakukan ibadah
haji berulang kali memperhatikan hal-hal berikut:
a. Allah tidak akan menerima ibadah sunnah sebelum ditunaikan ibadah
fardhu. Orang yang melakukan ibadah haji dan umrah sunnah padahal dia
tidak mau mengeluarkan zakat hartanya yang wajib, maka haji dan umrahnya
tertolak.
b. Allah tidak akan menerima ibadah sunnah yang dapat menyebabkan terjadi
perbuatan haram. Menjauhkan perbuatan haram harus didahulukan daripada
yang sunnah. Apabila ibadah haji dan umrah sunnah ini menimbulkan
gangguan (mafsadah) karena berdesak-desakan maka wajib menghilangkan
mafsadah tersebut.
c. Menolak mafsadat lebih didahulukan daripada menarik maslahat, lebih-lebih
mafsadat tersebut bersifat umum sedangkan maslahatnya bersifat khusus
(untuk orang tertentu).
d Pintu-pintu amal sunnah untuk memperolah kebaikan itu sangat beragam dan
luas. Seperti, sedekah, menyantuni yatim piatu, fakir miskin, memberikan
beasiswa atau bantuan kepada organisasi-organisasi ke-agamaan, dan
lainnya.[17]
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Haji berarti bersengaja mendatangi Baitullah (ka’bah)untuk melakukan
beberapa amal ibadah dengan tata cara tertentu dan dilaksanakan pada waktu
tertentu pula menurut syarat-sayarat yang ditentukan oleh syara’, semata-mata
untuk mencari ridho Allah.
Umrah adalah menziarahi ka’bah, meakukan thawaf di sekililingnya, sa’i
antara shafa dan marwah dan tahallul. Ketaatan kepada Allah swt. Itulah tujuan
utama dalam melaksanakan ibadah haji.
Dalam ibadah haji dan umrah juga terdapat sunnah, larangan dan dam
(denda) sebagai ganti karena telah melakukan hal-hal yang dilarang dalam
ibadah haji dan umrah, ataupun karena telah meninggalkan salah satu rukun
dari ibadah haji dan umrah itu sendiri. Sunnah haji yaitu haji ifrad, membaca
talbiyah, berdoa setelah membaca talbiyah, membaca dzikir waktu thawaf,
shalat dua rakaat setelah mengerjakan thawaf, dan memasuki ka’bah.
Larangan-larangannya yaitu bersetubuh, bermesra-mesraan, dilarang menikah
dan menikahkan, dilarang memakai pakaian berjahit, dilarang berburu dan
membunuh binatang dan lain-sebagainya.

B. Saran
Haji adalah rukun Islam yang terakhir dan merupakan kewajiban yang
ditujukan bagi setiap muslim yang mampu secara fisik dan finansial. Sebelum
melaksanakan ibadah haji maka sudah seharusnya mulai dari sekarang
mempelajari tata cara pelaksanaan ibadah tersebut. Selain itu bagi muslim yang
sudah mampu, jangan menunda-nunda untuk menunaikan kewajiban ibadah
yang telah disyariatkan dalam Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Fiqh Ibadah: Refleksi Ketundukan
Hamba Allah kepada al-Khaliq Perspektif al-Qur’an dan as-Sunnah, Cet. I;
Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh,Jakarta: Kencana, 2010.


Hasbiyallah, M.Ag. Fiqh dan Ushul Fiqh. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2013.
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab,Jakarta: Lentera, 2011.
M. Quraish Shihab, Haji bersama M. Quraish Shihab, Cet. II; Bandung: Mizan,
1999.

Said Agil Husin al-Munawar, Fikih Haji: Menuntun Jama’ah Mencapai Haji
Mabrur, Cet. I; Jakarta: Ciputat Press, 2003.
Slamet Abidin, Fiqih Ibadah, Bandung : CV. Pustaka Setia, 1998.
Sulaiman Rasjid. Fiqh Islam. Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo. 1996
Syeikh Mahmud Syaltut. Akidah dan Syariah. Jakarta: Bumi Aksara. 1984.
Thohir Luth, Syariat Islam Tentang Haji dan Umroh, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Da maskus: Da rul Fikr, 2007.

Anda mungkin juga menyukai