Makalah Agama
“Haji dan Umrah”
OLEH:
Yuniar Ekasari
J1A119 217
Puji syukur dipersembahkan atas kehadirat Allah SWT, Dialah Tuhan yang
menurunkan agama Islam sebagai agama penyelamat. Dialah Tuhan Yang Maha
Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufiq dan hidayahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda
Rasulullah SAW.
Pada kesempatan ini juga kami mengucapkan termakasih atas kedua
orangtua yang telah mendukung dan memberikan fasilitas untuk menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini disusun berdasarkan referensi tentang Fiqh Ibadah, Fiqh
Haji dan Umrah. Dengan memahami pengertian-pengertiannya diharapkan bagi
semua pembaca makalah ini dapat memahami pembahasan dan penjelasan tentang
Haji dan Umrah yang dituangkan dalam makalah ini.
KATA PENGANTAR........................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................... 1
C. Tujuan Penulisan................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Haji ...................................................................................... 3
B. Umrah................................................................................... 12
C. Perbedaan Umrah Dengan Haji............................................ 20
D. Larangan Dalam Haji dan Umrah........................................ 21
E. Masalah-masalah yang Berkaitan Dengan Ibadah Haji Dan
Umrah …………………………………………….............. 23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Haji dan umroh adalah ibadah yang diperintahkan Allah dan dajarkan
oleh para Rasul. Ibadah ini dimulai sejak Nabi Adam AS., manusia pertama
yang menginjakkan kaki didunia ini, membangun ka’bah di Makkah. Bahwa
ia merupakan kewajiban, yang sesungguhnya tidaklah diperlukan-Nya,
memperkuat keyakinan akan kebutuhan untuk menunaikannya.
Orang-orang yang mengerjakan ibadah haji dan umroh adalah tamu-tamu
Allah. Allah memberikan kepada mereka apa yang mereka minta, kemudian
Dia akan mengganti semua harta yang mereka belanjakan untuk-Nya, satu
dirham menjadi sejuta dirham. Haji merupakan rukun islam yang kelima,
diwajibkan kepada setiap muslim yang mampu untuk mengerjakannya,
jumhur ulama sepakat bahwa mula-mulanya disyariatkan ibadah haji tersebut
adalah pada tahun ke enam hijriyah, tetapi ada juga yang mengatakan tahun ke
sembilan hijriyah. Untuk memperdalam pengetahuan kita, penulis mencoba
membri penjelasan singkat mengenai haji dan umroh, ujuan yang ingn kita
capai daam haji dan umroh adalah dasar hokum dan peintah haji dan umroh,
syarat, rukun dan wajib haji dan umroh serta larangan-larangan dalam haji dan
umroh. Selain itu penulis juga menambahkan sedikit wacana tentang manfaat
haji dan umroh terhadap kesehatan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian haji dan umrah.
2. Untuk mengetahui dalil kewajiban ibadah haji dan umrah.
3. Untuk mengetahui rukun dan wajib haji dan umrah.
4. Untuk mengetahui macam-macam ibadah haji dan umrah.
5. Untuk mengetahui tata cara ibadah haji dan umrah.
6. Untuk mengetahui larangan serta denda (Dam) bagi yang Haji dan Umrah .
7. Untuk mengetahui perbedaan yang mendasar dari Haji dan Umrah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Haji
1. Pengertian Haji
Secara bahasa, haji memiliki arti “menuju kepada sesuatu yang besar dan
agung” atau “berkunjung ke tempat tertentu”. Sedang menurut istilah, haji
adalah berkunjung ke Baitullah di Makkah dan sekitarnya pada waktu-waktu
tertentu dan cara-cara serta tujuan tertentu. Haji secara lughowi (etimologis)
berasal dari bahasa Arab al-hajj; berarti tujuan, maksud, dan menyengaja
untuk perbuatan yang besar dan agung. Selain itu al-hajj mengandung arti
mengunjungi atau mendatangi. Makna ini sejalan dengan aktivitas ibadah haji
di mana umat Islam dari berbagai negara mengunjungi dan mendatangi
Baitullah (Ka’bah) pada musim haji karena tempat ini dianggap mulia dan
agung. .Menurut syara’, haji menuju ke baitullah atau menghadap Allah untuk
mengerjakan seluruh rukun dan persyaratan haji yang telah ditentukan oleh
syariat Islam. Dalam arti lain haji adalah sengaja.
mengunjungi kabah ataubaitullah untuk mengerjakan beberapa amal ibadah
dengan syarat-syarat tertentu, yakni mengerjakan thawaf, sa’i, wukuf di
Arafah, dan manasik haji lainnya dengan mengikuti tuntunan Rasulullah
SAW.
Melaksanakan haji hukumnya wajib satu kali seumur hidup bagi muslim dan
muslimah yang sudah baligh dan mampu diperjalanan (istitha’ah). Haji dalam
arti berkunjung ke suatu tempat tertentu untuk tujuan ibadah, dikenal oleh
umat manusia melalui tuntunan agama-agama, khususnya di belahan Timur
dunia kita ini. Ibadah ini diharapkan dapat mengantar manusia kepada
pengenalan jati diri, membersihkan, dan menyucikan diri mereka. Itulah
agaknya yang menjadi sebab mengapa ajaran agama dalam kaitannya dengan
ibadah haji menganjurkan pelakunya untuk memulainya dengan mandi[5].
Sementara itu, mengenai wajibnya haji tidak terdapat perbedaan pendapat
ulama bahwa haji itu adalah fardhu yang merupakan salah satu dari rukun
Islam yang wajib dilaksanakan sekali seumur hidup. Firman Allah Swt.
tentang wajibnya hukum wajib haji ini terdapat dalam QS. Ali Imran ; 97
ا ً ن ِمآ َن ا َك ُ ه َ ل َخ َد ْن َم َو ۖ َم ي ِها َر ْب ِ إ ُم ا َ ق َم ٌت ا َ ن ِ ي َ ب ٌت ا َ يآ ِه ي ِ ف
ۖ ًًل ي ِ ب َس ِه ْي َ ل ِ إ َع ا َطَ ت ْسا ِن َم ِت ْي َ ب ْلا ُّج ِح ِس ا َّ نلا ى َ ل َع ِ َِّّلِل َو
ۖ َني ِم َ ل ا َ ع ْلا ِن َع ٌّي ِ ن َغ َ ََّّللا َّن ِإ َ ف َر َ ف َك ْن َم َو
Artinya : “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya)
maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu)
menjadi amanlah dia, mengerjakan haji adalah kewajiban
manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari
(kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”
ا ً ن ِمآ َن ا َك ُ ه َ ل َخ َد ْن َم َو ۖ َم ي ِها َر ْب ِ إ ُم ا َ ق َم ٌت ا َ ن ِ ي َ ب ٌت ا َ يآ ِه ي ِ ف
ۖ ًًل ي ِ ب َس ِه ْي َ ل ِ إ َع ا َطَ ت ْسا ِن َم ِت ْي َ ب ْلا ُّج ِح ِس ا َّ نلا ى َ ل َع ِ َِّّلِل َو
ۖ َني ِم َ ل ا َ ع ْلا ِن َع ٌّي ِ ن َغ َ ََّّللا َّن ِإ َ ف َر َ ف َك ْن َم َو
3. Macam-macam Haji
Macam-macam haji sebagai berikut:
a. Ifrad
Kata ifrad berarti menyendiri. Pelaksanaan ibdah haji
disebut ifrad apabila seseorang bermaksud menyendirikan, baik
menyendirikan ibadah haji maupun umrah, tidak melakukan keduanya
sekaligus. Jadi umrah sebagai ibadah sunat saja. Dalam pelaksanaannya,
ibadah yang pertama dilakukan adalah ibadah haji hingga selesai,
kemudian baru ibadah umrah sampai selesai.
b. Tamattu’,
Kata tamattu’ berarti bersenang-senang atau bersantai-santai. Bila
dikaitkan dengan ibadah haji, tamattu’ ialah melaksanakan ihram untuk
melaksanakan umrah di bulan-bulan haji. Setelah seluruh amalan umrah
selesai, langsung mengerjakan ibadah haji. Dinamakan haji tamattu’,
karena melakukan dua ibadah (haji dan umrah) di bulan-bulan haji dalam
tahun yang sama tanpa kembali ke negeri asalnya terlebiih dahulu.
c. Qiran
Kata qiran dapat diartikan dengan menyertakan atau menghubungkan.
Adapun dalam terminologi fikih, haji qiran ialah pelaksanaan ibadah haji
dan umrah sekaligus dan dengan satu niat.
B. Umrah
1. Pengertian Umrah
Umrah secara etimologis adalah ziarah dalam pengertian yang bersifat
umum. Sedangkan secara terminologis adalah berziarah ke Baitullah dalam
pengertian khusus.
Umrah adalah mengunjungi ka’bah dengan serangkaian ibadah khusus
di sekitarnya. Pelaksanaan umrah tidak terikat dengan miqat zamani dengan
arti ia dilakukan kapan saja, termasuk pada musim haji. Perbedaannya dengan
haji ialah bahwa padanya tidak ada wuquf di Arafah, berhenti di Muzdalifah,
melempar /jumrah dan menginap di Mina. Dengan begitu ia merupakan haji
dalam bentuknya yang lebih sederhana, sehingga sering umrah itu disebut
dengan haji kecil.
2. Dalil Kewajiban Umrah
Dalil tentang wajibnya umrah selalu dibarengi dengan kewajiban haji.
Al-Quran menyatakan ;
a. Ihram untuk haji dilakukan terlebih dahulu dan selesai haji dilakukan ihram
untuk umrah. Cara seperti ini disebut ifrad.
Adapun Rukun dalam ibadah umrah dibagi menjadi empat bagian yang mana
tidak sah suatu ibadah umrah jika tidak mengerjakan rukun-rukun tersebut,
rukun umrah antara lain :[14]
a. Ihram
Bagi orang yang hendak beribadah umrah, maka ia wajib melakukan ihram
krena hal tersebut bagian dari rukun umrah. Dalam ihram ada tiga hal yang
wajib dilakukan yaitu:
1) Niat
Tidak ada perbuatan yang dilakukan dengan sadar tanpa adanya niat. Niat
sebagai motivasi dari perbuatan, dan niat merupakan hakikat dari perbuatan
tersebut. Dengan kata lain jika berihram dalam keadaan lupa atau main-main
tanpa niat maka ihramnya batal.
2) Talbiyah
Lafadz talbiyah adalah:“labbaikallahumma labbaika, la syarika laka
labbaika, innal hamda wan ni`mata laka wal mulka la syarika laka”.Waktu
membaca talbiyah bagi orang yang berihram, dimulai dari waktu ihram dan
disunnahkan untuk membaca terus sampai melempar jumrah `aqobah.
3) Memakai pakaian ihram
Para ulama madzhab sepakat bahwa lelaki yang ihram tidak boleh memakai
pakaian yang terjahit, dan tidak pula kain sarung, juga tidak boleh memakai
baju dan celana, dan tidak boleh pula yang menutupi kepala dan
wajahnya. Kalau perempuan harus memakai penutup kepalanya, dan
membuka wajahnya kecuali kalau takut dilihat lelaki dengan ragu-ragu.
Perempuan tidak boleh memakai sarung tangan, tetapi boleh memakai
sutera dan sepatu.
b. Tawaf
Tawaf merupakan salah satu dari rukun umrah yang wajib dilaksanakan,
adapun mengenai pembagiannya, ulama membagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Tawaf qudum
Tawaf ini dilakukan oleh orang-orang yang jauh (bukan orang mekkah dan
sekitarnya) ketika memasuki mekkah. Tawaf ini menyerupai sholat dua rakaat
tahiyatul masjid. Tawaf ini hukumnya sunnah, dan yang meninggalkannya
tidak dikenakan apa-apa.
2) Tawaf ziarah
Tawaf ini juga dinamakan tawaf ifadhah. Tawaf ini dilakukan oleh orang
yang haji (bukan orang yang umrah) setelah melaksanakan manasik di Mina,
dinamakan tawaf ziarah karena meninggalkan Mina dan menziarahi Baitullah.
Tapi juga dinamakan tawaf ifadhah karena ia telah kembali dari Mina ke
Mekkah.
3) Tawaf wada`
Tawaf ini merupakan perbuatan yang terakhir yang dilakukan oleh orang
yang haji ketika hendak melakukan perjalanan meninggalkan mekkah.
c. Sa`i
Ulama sepakat bahwa sa`i dilakukan setelah tawaf. Orang yang melakukan
sa`i sebelum tawaf maka ia harus mengulangi lagi (ia harus bertawaf
kemudian melakukan sa`i).
Terdapat hal-hal yang disunnahkan bagi orang yang sedang melakukan sa`i
diantaranya :
1) disunnahkan menaiki bukit shafa dan marwah serta berdo`a diatas kedua bukit
tersebut sekehendak hatinya, baik masalah agama maupun dalam masalah
dunia sambil menghadap ke Baitullah.
2) melambaikan tangan ke hajar aswad.
3) minum air zam-zam.
4) menuangkan sebagian air ke tubuh.
5) keluar dari pintu yang tidak berhadapan dengan hajar aswad.
6) naik ke bukit shafa, menghadap ruknul iraqi, berhenti lama di shafa, dan
bertakbir kepada Allah sebanyak tujuh kali.
d. Tahallul
Menurut pendapat imamiyah kalau orang yang melakukan
umrahtamattu` telah selesai bersa`i, ia harus menggunting rambutnya, namun
tidak boleh mencukurnya. Bila ia telah memotongnya, maka apa yang
diharamkan baginya telah menjadi halal. Tapi kalau telah mencukurnya, maka ia
harus membayar kifarah berupa seekor kambing. Tapi kalau berumrah mufrodah,
maka ia boleh memilih antara menggunting atau mencukur, baik ia
mengeluarkan kurban atau tidak.
Tetapi kalau meninggalkan menggunting rambut itu dengan sengaja
sedangkan ia bertujuan untuk melakukan haji tamattu` dan berihram sebelum
menggunting rambut, maka umrahnya batal. Ia wajib melakukan haji ifrad.
Maksudnya melakukan amalan-amalan haji, kemudian melakukan
umrahmufradah setelah amalan-amalan haji itu. Dan lebih utama adalah
mengulangi haji lagi pada tahun yang akan datang.
C. Perbedaan Umrah Dengan Haji
Ibadah Umrah banyak memiliki persamaan dengan haji, kecuali ada
beberapa perbedaan diantaranya :[15]
1. Umrah tidak mempunyai waktu tertentu dan tidak bisa ketinggalan waktu.
2. Dalam umroh tidak ada wukuf diarah dan tidak ada pula mabit di
muzddalifah.
3. Didalam umrah tidak ada melontar jumrah.
4. Didalam umrah tidak ada menjamak dua sholat, itu karena ibadah haji,
kalangan madzhad syafi'e bukanlah sebab bagi bolehnya jamak antaara dua
sholat melainkan yang menjadi sebab hanyalah perjalanan (safar).
5. Di dalam umrah tidak ada tawaf qudum dan tidak ada pula khutbah.
6. Minat umrah adalah di tanah halal bagi semua orang, tanpa terkecuali berbeda
dengan haji miqad haji bagi orang mekah adalah ditanah haram, sementara
bagi orang selain mekah miqad pada tempat yang telah ditentukan nabi.
7. Umrah berbeda dengan haji dari segi hukum, bila umroh itu hukumnya sunnat
muakkad sedangkan haji adalah farduh.
A. Kesimpulan
Haji berarti bersengaja mendatangi Baitullah (ka’bah)untuk melakukan
beberapa amal ibadah dengan tata cara tertentu dan dilaksanakan pada waktu
tertentu pula menurut syarat-sayarat yang ditentukan oleh syara’, semata-mata
untuk mencari ridho Allah.
Umrah adalah menziarahi ka’bah, meakukan thawaf di sekililingnya, sa’i
antara shafa dan marwah dan tahallul. Ketaatan kepada Allah swt. Itulah tujuan
utama dalam melaksanakan ibadah haji.
Dalam ibadah haji dan umrah juga terdapat sunnah, larangan dan dam
(denda) sebagai ganti karena telah melakukan hal-hal yang dilarang dalam
ibadah haji dan umrah, ataupun karena telah meninggalkan salah satu rukun
dari ibadah haji dan umrah itu sendiri. Sunnah haji yaitu haji ifrad, membaca
talbiyah, berdoa setelah membaca talbiyah, membaca dzikir waktu thawaf,
shalat dua rakaat setelah mengerjakan thawaf, dan memasuki ka’bah.
Larangan-larangannya yaitu bersetubuh, bermesra-mesraan, dilarang menikah
dan menikahkan, dilarang memakai pakaian berjahit, dilarang berburu dan
membunuh binatang dan lain-sebagainya.
B. Saran
Haji adalah rukun Islam yang terakhir dan merupakan kewajiban yang
ditujukan bagi setiap muslim yang mampu secara fisik dan finansial. Sebelum
melaksanakan ibadah haji maka sudah seharusnya mulai dari sekarang
mempelajari tata cara pelaksanaan ibadah tersebut. Selain itu bagi muslim yang
sudah mampu, jangan menunda-nunda untuk menunaikan kewajiban ibadah
yang telah disyariatkan dalam Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Fiqh Ibadah: Refleksi Ketundukan
Hamba Allah kepada al-Khaliq Perspektif al-Qur’an dan as-Sunnah, Cet. I;
Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Said Agil Husin al-Munawar, Fikih Haji: Menuntun Jama’ah Mencapai Haji
Mabrur, Cet. I; Jakarta: Ciputat Press, 2003.
Slamet Abidin, Fiqih Ibadah, Bandung : CV. Pustaka Setia, 1998.
Sulaiman Rasjid. Fiqh Islam. Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo. 1996
Syeikh Mahmud Syaltut. Akidah dan Syariah. Jakarta: Bumi Aksara. 1984.
Thohir Luth, Syariat Islam Tentang Haji dan Umroh, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Da maskus: Da rul Fikr, 2007.