Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

HAJI
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fikih
Dosen Pengampu : Dr.H. Yatimin,S.Ag.,M.Ag.

Disusun Oleh:
Yuli Angraeni (12210120697)

KELAS 1 G
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022 M/ 1444 H
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan
kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Fiqih dan juga untuk
khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang
semoga bermanfaat.
Makalah ini saya susun dengan segala kemampuan saya dan semaksimal
mungkin. Namun, saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan.
Maka dari itu saya sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan
dari semua yang membaca makalah ini terutama dosen mata kuliah Fiqih yang saya
harapkan sebagai bahan koreksi untuk saya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Pekanbaru, 19 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................i
DAFTAR ISI........................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................1
A. Latar Belakang.........................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................1
C. Tujuan.......................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................2
A. Pengertian Haji.........................................................2
B. Hukum Haji..............................................................2
C. Rukun dan Wajib Haji..............................................4
D. Ihram........................................................................6
E. Macam-macam Haji.................................................10
F. Thawaf......................................................................11
G. Sa'I............................................................................13
H. Tahallul.....................................................................14
I. Wuquf di Arafah.......................................................15
J. Bermalam di Muzdalifah..........................................15
K. Melempar Jamarat dan Mabit di Mina.....................16
L. Menyembelih Hadyu Atau DAM.............................17
M. Thawaf Ifadhah dan Sa'I...........................................20
N. Thawaf Wada'...........................................................22
O. Ibadah dan Ziarah di Madinah..................................23
BAB III PENUTUP..............................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam bertugas mendidik dzahir manusia, mensucikan jiwa manusia,
dan membebaskan diri manusia dari hawa nafsu. Dengan ibadah yang tulus ikhlas
dan aqidah yang murni sesuai kehendak Allah, insya Allah akan menjadi orang
yang beruntung. Ibadah dalam agama Islam banyak macamnya. Haji dan umroh
adalah salah satunya. Haji merupakan rukun iman yang kelima setelah syahadat,
sholat, zakat, dan puasa. Ibadah haji adalah ibadah yang baik karena tidak hanya
menahan hawa nafsu dan menggunakan tenaga dalam mengerjakannya, namun
juga semangat dan harta batin dan kenikmatan rohani.
Untuk memperdalam pengetahuan kita, kami mencoba memberi penjelasan
secara singkat mengenai pengertian haji dan umrah, dasar hukum perintah haji dan
umrah. syarat, rukun dan wajib haji dan umrah serta hal-hal yang dapat
membatalkan haji dan umrah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Haji ?
2. Apa Saja Rukun Melakukan Haji ?
3. Apa Saja Wajib Haji ?
4. Apa Saja Yang Membatalkan Haji ?
5. Apa Hikmah Haji ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Haji
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Rukun Melakukan Haji
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Wajib Haji
4. Untuk Mengetahui Apa Saja Yang Membatalkan Haji
5. Untuk Mengetahui Hikmah Haji

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HAJI
Secara bahasa kata haji berasal dari bahasa Arab yang berarti al-qasdu
artinya: menyegaja sesuatu. Secara istilah sebagaimana dikemukakan oleh Sayyid
Sabiq haji adalah "mengunjungi kota Mekkah untuk ibadah thawaf, sa'i, wuquf di
Arafah dan manasik lainnya demi menjalankan perintah Allah dan mencari rida-
Nya". Awal diwajibkannya pada tahun 6 Hijriyah.1 Terdapat perbedaan pendapat
tentang keistimewaan haji. Menurut Qadi Husein dari Mazhab Syafii, haji adalah
ibadah yang paling utama karena melibatkan harta dan badan. Khulaimi berpendapat
ibadah haji mengumpulkan makna ibadah secara keseluruhan, siapa yang melakukan
haji maka seakan ia berpuasa, salat, i'tikaf, zakat dan berjihad di jalan Allah. Akan
tetapi pendapat yang lebih kuat menurut Syafiiyah dan Hanabilah bahwa salat lebih
utama dibanding haji karena salat adalah tiang agama. Haji termasuk salah satu
rukun Islam, orang yang mengingkari kewajibannya dihukumi kafir dan murtad.
Menurut Imam Nawawi, haji adalah kewajiban yang didasari oleh Al-Qur'an,
Sunnah dan Ijma ummat. Dasar Al-Qur'an diantaranya QS.Ali Imran/3:97

َ‫ت َم ِن ا ْستَطَا َع اِلَ ْي ِه َسبِ ْياًل ۗ َو َم ْن َكفَ َر فَا ِ َّن هّٰللا َ َغنِ ٌّي ع َِن ْال ٰعلَ ِم ْين‬
ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬
‫هّٰلِل‬
ِ َّ‫َو ِ َعلَى الن‬

Artinya : "Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam".(QS.Ali Imran/3:97)2

B. HUKUM HAJI
Kewajiban haji hanya satu kali bagi yang sudah mampu selama hidupnya
berdasarkan hadits nabi :
‫ َأفِي‬:‫ال‬ َ َ‫س فَق‬ ٍ ِ‫ع بْنُ َحاب‬ ُ ‫َب َعلَ ْي ُك ُم اَ ْل َح َّج ” فَقَا َم اََأْل ْق َر‬
َ ‫ – ” ِإ َّن هَّللَا َ َكت‬:‫خَ طَبَنَا َرسُو ُل هَّللَا ِ – صلى هللا عليه وسلم – فَقَا َل‬
‫ي‬ ْ
ِّ ‫ َغي َْر اَلتِّرْ ِم ِذ‬,ُ‫ع ” – َر َواهُ اَل َخ ْم َسة‬ ٌ ‫ فَ َما َزا َد فَهُ َو تَطَ ُّو‬,ٌ‫ اَ ْل َحجُّ َم َّرة‬,‫ت‬ْ َ‫ ” لَوْ قُ ْلتُهَا لَ َو َجب‬:‫َام يَا َرسُو َل هَّللَا ِ? قَا َل‬
ٍ ‫َكلِّ ع‬
Artinya : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah di hadapan
kami dan berkata, “Allah telah mewajibkan haji pada kalian.” Lantas Al Aqro’ bin
Habis, ia berkata, “Apakah haji tersebut wajib setiap tahun?” Beliau berkata,
“Seandainya iya, maka akan kukatakan wajib (setiap tahun). Namun haji cuma wajib
sekali. Siapa yang lebih dari sekali, maka itu hanyalah haji yang sunnah.”
Dikeluarkan oleh yang lima selain Imam Tirmidzi. (HR. Abu Daud no. 1721, Ibnu
Majah no. 2886, An Nasai no. 2621, Ahmad 5: 331. Al Hafizh Abu Thohir
mengatakan bahwa hadits ini shahih).3

1
Al-Asqalani Ibnu Hajar, Bulughul Maram, Trigenda Karya : Bandung, 1996, h. 413

2
Az-zuhaili Wahbah, Fikih Islam Wa Adillatuhu, GemaInsani : Jakarta, 2011, h. 372
2
Berdasarkan keterangan Hadits diatas maka hukum menunaikan haji untuk
yang kedua kali dan seterusnya adalah sunnah kecuali karena alasan nazar. Ongkos
naik haji harus bersumber dari harta yang halal, haji bisa haram jika menggunakan
harta yang haram. Dan hukum Haji makruh tanpa seizin orang yang wajib
mengizinkannya seperti orang tua. Tapi Maliki, Syafi'i dan Hanafi menghukumi haji
dari ongkos yang haram dengan maksiat, hajinya tetap sah sedangkan Hanabilah
tidak memperbolehkan haji dengan harta haram. Terkait dengan hukum
menyegerakan pelaksanaan ibadah haji terdapat perbedaan pendapat :
1) Abu Hanifah, Abu Yusuf dan Hanabilah, pelaksanaan haji wajib dilakukan
secara segera jika telah mampu dan memenuhi syarat-syarat lainnya pada
tahun pertama.
2) Syafiiyah dan Muhammad dari Mazhab Hanafi berpendapat bahwa kewajiban
haji tidak wajib dilakukan secara segera, tapi dianjurkan bagi orang yang
sudah berkewajiban haji untuk tidak menunda-nunda pelaksanaan haji ketika
sudah mampu. Dengan menyegerakan pelaksanaan haji akan cepat
menggugurkan kewajiban dan berlomba untuk melaksanakan taat kepada
Allah. Pendapat kedua inilah yang dinilai lebih utama karena mengandung
kemudahan dan tidak memvonis berdosa. Mempercepat haji itu perkara
penting karena didalamnya terhadap sikap kehati-hatian.
Apabila seseorang tidak kuat untuk mengerjakan haji atau meninggal dunia,
ahli warisnya diperbolehkan untuk menggantikan haji keluarga yang telah
meninggal tersebut (Badal Haji ). Namun para ulama berbeda pendapat
tentang hukum menggantikan haji tersebut yaitu:
a). Menurut jumhur, ibadah haji boleh digantikan oleh orang lain ketika
orang yang digantikan dalam kondisi lemah atau darurat.
b). Menurut Malikiyah tidak boleh menggantikan haji bagi orang yang masih
hidup baik haji fardhu maupun Sunnah, baik dengan memberi imbalan
materi maupun tidak. Alasannya karena haji adalah ibadah badan seperti
salat dan puasa selain juga untuk mendidik jiwa, mengagungkan syiar-
syiar Allah dan sebagainya. Semua manfaat tersebut tidak akan dicapai
kecuali orang secara langsung melaksanakannya. Adapun menggantikan
haji orang yang sudah meninggal dunia apabila ia berwasiat dihukumi sah
tapi makruh.4

C. RUKUN DAN WAJIB HAJI


1. Rukun Haji
3
Minhatul ‘Allam fii Syarh Bulughul Marom, Syaikh ‘Abdullah bin Sholih Al Fauzan, terbitan Dar Ibnil Jauzi,
cetakan ketiga, tahun 1432 H, 5: 189-190.

4
Az-zuhaili Wahbah, Fikih Islam Wa Adillatuhu, Gema Insani : Jakarta, 2011, h. 378- 391
3
Rukun haji yaitu suatu perbuatan, yang mana bila tidak dilakukan dapat
menyebabkan hajinya tidak sah, dan perbuatan itu tidak boleh diganti dengan dam.
Adapun rukun haji ada enam perkara, yaitu:
1) Ihram, yaitu mengenakan pakaian ihram dengan niat ihram dan haji.
2) Wuquf di Arafah pada tanggal 9 Zulhijah, yaitu hadirnya seseorang yang
berihram untuk haji di Arafah sesudah tergelincir matahari, yaitu pada
tanggal 9 Zulhijah.
3) Tawaf ifadah, yaitu mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 (tujuh) kali.
4) Sa'i, yaitu lari-lari kecil antara Shafa dan Marwah sebanyak7 (tujuh) kali.
5) Tahallul, yaitu mencukur atau menggunting rambut sedikitnya 3 helai.
6) Tertib, yaitu berurutan.

2.Wajib Haji
Wajib haji yaitu amalan-amalan yang harus dikerjakan dalam haji, akan tetapi
tidak menentukan sahnya haji. Dengan kata lain, wajib haji yaitu amalan-amalan
dalam haji. Yang mana bila dilanggar dapat diganti dengan dan (denda), yaitu
dengan menyembelih binatang.
Adapun kewajiban haji adalah sebagai berikut :
1) Ihram dari miqat, yaitu memakai pakaian ihram (tidak berjahid), dimulai dari
tempat-tempat yang sudah ditentukan hingga selesainya ibadah haji.
2) Bermalam (Mabit) di Muzdalifah sesudah wuquf, yaitu pada malam tanggal
10 zulhijjah walaupun sebentar.
3) Bermalam (Mabit) di Mina selama 2 atau 3 malam, yaitu pada hari tasyrik
(tanggal 11,12 dan 13 Zulhijjah).
4) Melempar jumrah aqabah tujuh kali dengan batu, yaitu pada tanggal 10
zulhijjah. Waktu melempar jumrah itu dilakukan setelah lewat tengah malam
tanggal 9 Zulhijjah dan telah mengerjakan wuquf.
5) Melempar semua jumrah, yaitu jumrah ula, wustha dan aqabah pada tanggal
11,12 dan 13 Zulhijjah. Masing-masing jumrah yaitu dilempar sebanyak tujuh
kali. Adapun waktu melempar jumrah dimulai sejak tergelincir matahari
hingga terbenamnya sampai tanggal
13 Zulhijjah.
6) Meninggalkan segala larangan ihram.5

3. Sunnah-Sunnah Haji

5
Drs. H. Moh. Rifa'i, Fikih Islam lengkap, PraCetak.(Semarang : PT Karya Toha Putra, 2014) hlm. 341-344

4
Sunnah-sunnah haji juga cukup
banyak. Di antaranya ada yang berkaitan dengan ihram, thawaf, sa'i, dan wukuf. Kes
unnahan tersebut antara lain:
1) Mandi ketika hendak ihram;
2) Memakai kain ihram baru;
3) Memperbanyak talbiyah
4) Melaksanakan thawaf qudion (kedatangan)
5) Shalat dua rakaat thawaf;
6) Mabit (bermalam) di Mina menurut Imam Malik dan Asy-Syafi'I dalam sebuah
qaul (pendapat);
7) Mengambil pola ifråd dalam pelaksanaan haji dan umrah, yaitu mendahulukan h
aji daripada umrah, dengan mengambil ihram untuk haji terlebih dahulu dari miq
atnya, kemudian setelah menyelesaikan ritual haji keluar dari Mekah menuju te
mpat yang terdekat, lalu mengambil ihram untuk umrah, dan datang ke Mekah la
gi untuk mengerjakan ritual umrah. Jika sebaliknya, maka hal itu bukan ifråd. A
dapun jika melakukan ihram untuk umrah, lalu menjalankan amalan-amalan umr
ah, baru kemudian ihram untuk haji dan mengerjakan amalan-amalan haji maka
dalam kondisi ini ia berarti mengambil pola tamattu'. Simpul kata, jika tidak men
dahulukan haji atas umrah, maka hal itu tidak disebut ifråd
8) hawaf wada' (perpisahan) ketika hendak bepergian meninggalkan Mekah, baik d
alam jangka waktu yang lama maupun pendek. Dalam hal ini, tidak ada bedanya
antara orang haji dan lainnya. Thawaf ini disunnahkan bagi setiap orang yang he
ndak meninggalkan Mekah, sehingga penganggapannya sebagai salah satu sunna
h haji dibangun di atas kelonggaran toleransi (tasamuh). Namun, menurut penda
pat yang lebih shahih (al-ashahh), thawaf wada' merupakan kewajiban independe
n (wajib mustaqil) menurut qaul (pendapat) yang mutamad.6

D. IHRAM
1. Pengertian Ihram

6
Hasyiyah Al-Bajûrî 'ala Ibn Qasim 1/220
5
Ihram ialah permulaan melakukan ibadah Haji atau umrah. Ihram tak ubahnya
seperti takbiratul ihram dalam salat.
Ihram haji yaitu dengan niat : saya berniat (menyegaja) mengerjakan ibadah haji
dengan ikhlas karena Allah, serta mengucapkan talbiyah.
a. Doa dan niat bagi orang yang mengerjakan umrah :

ُ ‫ْت ْال ُع ْم َرةَ َوَأحْ َر ْم‬


‫ت بِهَا هَّلِل ِ تَ َعالَى‬ ُ ‫ اَللَّهُ َّم ِإنِّي نَ َوي‬،ً‫ك ُع ْم َرة‬
َ ‫لَبَّ ْي‬

Artinya : "Ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu umrah. Ya Allah aku


menyengaja melakukan umrah, dan ihram untuk umrah, karena Allah
semata-mata."
b. Doa dan niat orang yang mengerjakan ihram untuk haji (haji ifrad) :

ُ ‫الح َّج َوَأحْ َر ْم‬


‫ت بِ ِه هَّلِل ِ تَ َعالَى‬ َ ‫ْت‬ُ ‫ اللهُ َّم ِإنِّي نَ َوي‬،ً‫ك َح َجة‬
َ ‫لَبَّ ْي‬

Artinya: "Ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu haji. Ya Allah aku


menyengaja melakukan haji, dan ihram untuk haji, karena Allah semata-
mata."
c. Doa dan niat orang yang mengerjakan umrah dan haji sekaligus :

‫ْت ْال ُع ْم َرةَ َو ْال َح َّج َوَأحْ َر ْمتب ِه َما هَّلِل ِ تَ َعالَ ُى‬
ُ ‫ اللَّهُ َّم ِإنِّي نَ َوي‬،‫ك ُع ْم َرةً َو َحجَّا‬
َ ‫لَبَّ ْي‬

Artinya : "Ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu umrah dan haji. Ya Allah aku
menyengaja melakukan umrah dan haji, dan ihram untuk keduanya, karena
Allah semata-mata."
2. Tata Cara Ihram
Tentang tata cara berihram ini dapat disebutkan sebagai berikut :
a. Lebih dahulu membersihkan badan, memotong kuku, mandi dan berwudhu
b. Memakai pakaian ihram.
 orang laki-laki memakai dua helai kain putih yang tidak berjahid.
Sehelai dipakai seperti kalian kain panjang dan yang sehelai lagi untuk
selendang atau selimut guna menutup badan.
 orang perempuan seperti biasa, hanya muka dan kedua belah telapak
tangannya yang terbuka.
c. Salat Sunnah ihram dua rakaat.
d. Sehabis salat, kemudian berangkat, menuju Mekkah atau Arafah. (Setelah
tiba di miqat, maka niat seperti tersebut di atas).
e. Terhitung setelah seseorang memulai miqat, berarti ia telah masuk dalam
ihram, dan dikenakan segala hukum dan larangan ihram.
3. Larangan dalam ihram
Adapun larangan dalam ihram adalah sebagai berikut :
6
a. Memakai pakaian yang dijahit (menyarung) bagi laki-laki
b. Menutup kepala bagi laki-laki dan menutup muka bagi wanita. Boleh
melakukan yangtidak dianggap menutup, misalnya meletakkan tangan diatas
kepala.
c. Memotong kuku atau mencabut kuku, kecuali jika kuku itu pecah dengan
sendirinya dan pecahnya itu dapat mengganggu terlaksananya amalan-amalan
ihram, maka diperbolehkan menghilangkan kuku yang pecah tersebut.
d. Memotong, mencabut atau menyisir rambut.
e. Memakai wangi-wangian.
f. Berburu binatang yang halal dimakan dagingnya.
g. Memotong pohon-pohonan yang tumbuh di tanah haram.
h. Nikah atau menikahkan.
i. Bersetubuh.
j. Bersentuhan kulit ( anggota badan dengan maksud menyalurkan nafsu
syahwat).

Orang-orang yang melanggar larangan-larangan sebagaimana tersebut diatas,


makawajib membayar dam (denda), dan hajinya dianggap tidak sah.7

4. Dam Bagi Orang yang Melanggar ihram


Orang yang melanggar larangan ihram, maka wajib membyar dam sesuai
dengan tingkat larangan yang dilanggar nya. Mengenai tingkatan pelanggaran dam,
dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Orang yang membunuh binatang buruan di tanah haram.
Pembayaran dam dalam masalah ini diatur sebagai berikut :
 Menyembelih binatang yang serupa atau hampir serupa dengan binatang
yang dibunuh.
 Kalau tidak dapat, ia wajib bersedekah makanan kepada fakir miskin
sebanyak harga binatang yang di bunuh.
 Kalau tidak mungkin pula, maka ia boleh berpuasa dengan perhitungan
tiap-tiap mud (kira-kira 600 gram) dengan puasa satu hari. Jadi, andaikata
Haraga seekor kambing Rp.1.000,- dan harga beras Rp.50,- per mud,
berarti ia harus berpuasa selama dua puluh hari.
b. Orang yang bersetubuh dengan sengaja.
Adapun orang yang bersetubuh dengan sengaja, dam diatur sebagai berikut :
 Menyembelih seekor unta.
 Kalau tidak dapat, maka dengan seekor lembu.
 Kalau seekor unta dan seekor lembu tidak dapat, maka diganti dengan 7
ekor kambing.
 Kalau tidak dapat, maka boleh mengganti dengan berpuasa tiap-tiap satu
mud makanan dengan berpuasa satu hari. Jadi, andaikan harga unta
Rp.4.000,- dan harga beras per mud Rp.50,- maka orang tersebut harus

7
H. Moh. Rifa'i, Fikih Islam Lengkap, PraCetak.(Semarang : PT Karya Toha Putra, 2014) hlm. 345-347
7
berpuasa 80 hari lamanya. Disamping itu, hajinya pun batal dan ia wajib
meneruskan ihramnya hingga selesai.
c. Orang yang memotong pohon-pohonan di tanah suci, damnya sebagai berikut
:
 Jika pohon yang ditebang nya besar, maka ia wajib menyembelih seekor
unta atau lembu. Adapun ukuran mengenai besar atau kecilnya pohon
yaitu menurut pendapat masyarakat umum.
 Jika pohon yang dipotongnya kecil, ia hanya wajib menyembelih seekor
kambing.
d. Bagi orang yang terhalang di jalan, sehingga tidak dapat meneruskan haji
atau umrah ia boleh melakukan tahallul, yaitu dengan menyembelih seekor
kambing di tempat ia terhalang, kemudian bercukur atau memotong rambut
dengan niat tahallul.
e. Orang yang melanggar salah satu larangan di waktu ihram, seperti memakai
wangi-wangian, menutup kepala, memotong kuku, bercukur atau memotong
rambut, memakai pakaian yang dijahit (bersarung), bersentuhan dengan
perempuan dengan disertai syahwat atau bersetubuh sesudah tahallul awal,
maka damnya sebagai berikut :
 Menyembelih seekor kambing untuk di sedekahkan.
 Kalau tidak dapat, boleh mengganti dengan memberi makanan kepada
fakir miskin sebanyak ±7 kg untuk 6 orang.
f. Orang yang mengerjakan salah satu daripada hal-hal di bawah ini :
1) Mengerjakan haji secara tamattu'.
2) Mulai ihram tidak dari miqat.
3) Tidak bermalam di Muzdalifah.
4) Tidak bermalam di Mina.
5) Tidak melempar Jamarat.
Urutan ke-2, 3, 4 dan 5 adalah wajib haji, maka damnya sebagai berikut :
 Menyembelih seekor kambing yang sah untuk berkurban dan
disedekahkan kepada fakir miskin.
 Kalau tidak dapat, boleh diganti dengan berpuasa 10 hari, 3 hari
dikerjakan pada waktu haji dan 7 hari dikerjakan setelah pulang dari
mengerjakan ibadah haji.

5. Tempat Membayar Dam


Tempat membayar dam ini dapat disebutkan sebagai berikut :
1) Pembayaran dam dengan menyembelih binatang dan memberikan makanan
harus dibayarkan di Tanah Haram.
2) Denda yang berupa penyembelihan binatang karena terhalang di jalan, maka
harus di bayarkan di tempat ia terhalang.
3) Denda dengan berpuasa, boleh dilaksanakan di mana saja, kecuali yang telah
ditentukan harus dibayar di waktu haji.8

6. Miqat
8
Ibid hlm 347-350
8
Miqat merupakan syarat pertama ihram. Adapun miqat ada dua macam, yaitu
:
a. Miqat Zamani
Miqat zamani ialah ketentuan batas waktu untuk mengerjakan umrah pada
haji tamattu', seperti diterangkan diatas, yaitu dari tanggal 1 syawwal sampai dengan
hari ke-10 Zulhijah. Kalau menjalankan ihram di luar bulan-bulan itu, maka
ihramnya menjadi ihram umrah. Ihram umrah tidak ada batas waktunya, artinya
dapat dikerjakan beberapa kali setahun, sedang ihram untuk haji hanya dapat
dikerjakan sekali setahun.
b. Miqat Makani
Miqat Makani ialah ketentuan batas tempat wajib memakai ihram. Semua
jamaah haji dari seluruh penjuru dunia datang menuju Mekkah ditentukan lima
tempat, dimana mereka wajib memakai ihram. Orang yang tempat tinggalnya ditanah
haram (Mekkah) bila akan mengerjakan umrah terlebih dahulu harus keluar dari
tanah haram ke tanah halal. Tanah halal yang biasa untuk berihram umrah ialah
Ju'ranah, Tan'im, dan Hudaibiyah.
Ihram untuk haji bagi orang-orang yang tempatnya di Mekkah yang akan berangkat
ke Arafah, mereka berihram mulai dari rumahnya sendiri.
‫ َوَأِل ْه ِل تَجْ ِد‬،َ‫ َوالَ ْه ِل ال َّش ِام ْالجُحْ فَة‬،‫ي ﷺ َوقَتَ َأِل ْه ِل ْال َم ِدينَ ِة ذا الخل ْيفَ ِة‬
َّ ِ‫ َأ َّن النَّب‬: ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما‬
ِ ‫س َر‬ ٍ ‫َع ِن اب ِْن َعبَّا‬
ْ ْ ْ ‫َأ‬ ْ ْ َ ‫َأ‬ ْ َ َ َ ْ ْ
َ‫ َو َمن َكانَ ُدون‬،َ‫ ه َُّن له َُّن َولِ َمن تَى َعل ْي ِه َّن ِمن َغي ِْر ِه َّن ِم َّمن َرا َد ال َح َّج َوال ُع ْم َرة‬،‫ َو ه ِل اليَ َم ِن يَل ْمل َم‬،‫َاز ِل‬ ‫َأِل‬ ِ ‫قَرْ نَ ْال َمن‬
‫َأ‬
‫ْث ْن َش َحتَّى ْه ُل َم َّكةَ ِم ْن مكة متفق عليه‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ُ ‫َذلِكَ فَ ِم ْن َحي‬

"Dari Ibnu Abbas Ra., bahwasanya Nasi saw. telah menetapkan miqat bagi orang
Madinah ialah Dzulhulaifah, bagi orang Syam adalah Juhfah, bagi orang Nejd adalah
Qarnal-Manazil dan bagi orang Yaman adalah Yalamlam. Miqat-miqat itu untuk
orang-orang tersebut dan orang-orang yang melanjutkan dari negeri-negeri lain yang
hendak melaksanakan haji dan umrah. Adapun bagi orang selain itu, maka miqatnya
dari tempat yang ia kehendaki, sehingga bagi orang Mekkah miqatnya dari
Mekkah."(HR. Bukhari dan Muslim).
Orang yang datangnya dari luar tanah haram, mulai ihramnya ditentukan dengan 5
tempat, yaitu :
1) Dzulhulaifah, yang sekarang disebut Bir Ali. Ini adalah miqat bagi orang-
orang yang datang dari jurusan Madinah.
2) Juhfah (dekat Rabih sekarang) adalah miqat bagi orang yang datang dari
Mesir, Syam, magribi dan negeri yang berdekatan dengan negeri tersebut.
3) Qarnin (Qarnin-Manazil), ini adalah miqat bagi orang yang datang dari Nejd.
4) Dzatu Irqin, ini adalah miqat bagi orang-orang yang datang dari Iraq.

ِ ‫ي ﷺ َوقَتَ َأِل ْه ِل ْال ِع َر‬


‫(رواه ابو داود والنسائي‬. ‫اق َذاتَ ِعرْ ق‬ َّ ِ‫ َأ َّن النَّب‬: ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهَا‬
ِ ‫ع َْن عَاِئ َشةَ َر‬

"Dari Aisyah Ra., bahwasanya Nabi SAW. menetapkan miqat bagi orang Iraq
ialah Dzatu Irqin." (HR. Abu Dawud dan Nasa'i).
9
5) Yalamlam, ini adalah miqat bagi orang-orang yang datang dari jurusan
Yaman, India,dan termasuk Indonesia.
Orang yang melalui miqat-miqat tersebut dan belum menjalankan ihram,
mereka wajib Kembali lagi ke miqat atau tempat yang sejajar dengan itu, kemudian
baru ihram. Jika tidak dapat, diwajiblah baginya membayar dam (denda). Orang
yang mendahulukan berziarah ke Madinah sebelum pergi ke Mekkah, maka
ihramnya di mulai dari Dzulhulaifah dan tidak perlu membayar dam (denda).
Miqat Jamaah Haji dari Indonesia
Jamaah haji dari Indonesia miqatnya sama dengan jamaah yang datangnya
dari India dan Yaman.
Jamaah haji dari Indonesia dengan menggunakan pesawat udara biasanya
dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama tiba di Saudi Arabia sebelum tanggal 25
Zulqa'dah setelah sampai di Bandara King Abdul Aziz, langsung menuju kota
Madinah. Jamaah haji gelombang pertama seperti ini biasanya melaksanakan ibadah
haji tamattu', yaitu terlebih dahulu melaksanakan umrah daripada haji. Kecuali
mereka yang diberangkatkan terakhir, mereka melaksanakan ibadah haji terlebih
dahulu baru mengerjakan umrah.
Jamaah haji gelombang kedua yang tiba di Saudi Arabia setelah tanggal 25
Zulqa'dah. Setelah sampai di Bandara King Abdul Aziz, langsung menuju Mekah.
Gelombang kedua yang diberangkatkan awal biasanya sempat menunaikan umrah
terlebih dahulu, setelah tanggal 8 Zulhijah mereka menunaikan ibadah haji berangkat
ke Padang Arafah. Gelombang kedua yang diberangkatkan terakhir mereka
menunaikan ibadah haji terlebih dahulu baru mengerjakan umrah. Yang demikian ini
disebut haji ifrad. Ada kemungkinan gelombang kedua ini melaksanakan haji qiran
yaitu melaksanakan haji dan umrah bersama-sama.

E. MACAM-MACAM HAJI
Mengenai jenis dan pelaksanaan ibadah haji, dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu :

1. Haji Tamattu'
Tamattu' adalah mengerjakan umrah terlebih dahulu hingga selesai,
kemudian baru mengerjakan haji pada tanggal 8 Zulhijah. Orang yang mengerjakan
haji tamattu' yaitu terlebih dahulu mengerjakan ihram untuk keperluan umrah sampai
selesai, kemudian baru melakukan ihram untuk keperluan ibadah haji.
Cara haji seperti inilah yang paling banyak dijalankan oleh sebagian besar
jamaah haji. Akan tetapi wajib membayar dam (denda).
2. Haji Qiran
10
Qiran adalah mengerjakan haji dan 7mrah secara bersamaan. Niatnya yaitu
mengerjakan haji dan umrah secara bersamaan. Niatnya yaitu mengerjakan haji dan
umrah, sedang caranya yaitu cukup dengan melakukan amalan haji.orang yang
mengerjakan haji Qiran maka di wajibkan membayar dam ( denda).
3. Haji Ifrad
Ifrad adalah mengerjakan amalan haji terlebih dahulu, kemudian mengerjakan
umrah. Orang yang memakai cara ini, Maka jika masuk tanah haram ( Mekkah)
wajib ihram, hingga tiba waktunya untuk mengerjakan ibadah haji (pada tanggal 8
Zulhijah). Orang yang melakukan haji Ifrad maka tidak dikenakan dam (denda).

F. THAWAF
1. Pengertian dan macam-macam thawaf
Thawaf adalah berputar mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali. Thawaf
dapat dibagi menjadi lima yaitu :
a. Thawaf umrah : yaitu thawaf yang menjadi salah satu rukun umrah.
b. Thawaf Ifadah : yaitu thawaf yang menjadi salah satu rukun haji dan
dilakukan sesudah melempar jumrah aqabah.
c. Thawaf Qundum (thawaf ketika baru sampai di Mekkah) yaitu : thawaf
sebagai tahiyyatul masjid.9
d. Thawaf Wada' (thawaf ketika akan meninggalkan Mekkah) : yaitu thawaf
sebagai pamitan untuk meninggalkan kota suci Mekkah.
e. Thawaf Sunah : yaitu thawaf yang dikerjakan di setiap waktu.

2. Syarat Sahnya Thawaf


Syarat Sah thawaf adalah sebagai berikut :
a. Niat.
b. Menutup Aurat.
c. Suci dari hadas dan najis.
d. Ketika thawaf, posisi Ka'bah harus berada disebelah kiri.
e. Dimulai ketika hajar Aswad dan diakhiri di hajar Aswad pula.
f. Harus dilakukan di Masjidiharam.
g. Thawaf itu ditunjukkan karena thawaf saja, dan bukan untuk tujuan lain.
h. Dilakukan sebanyak tujuh kali.

9
Ibid hlm 342-353
11
i. Posisi tubuh dan pakaian orang yang melakukan thawaf harus berada diluar
Ka'bah.
3. Cara melakukan thawaf
Tentang cara-cara melakukan thawaf harus diperhatikan petunjuk-petunjuk
dibawah ini. Dimulai dari rah hajar Aswad, dengan bersalam kepadanya yaitu
menciumnnya sedapat mungkin atau bersalam dengan mengangkat tangan kanana
atau berisyarat dengan menunjukkan telunjuk tangan lalu dikecup tangannya itu,
sambil mengucapkan:
‫بِس ِْم هَّللا ِ َوهَّللا ُ اَ ْكبَ ُر‬
"Dengan nama Allah, Allah Maha besar"
Kemudian menghadap ke kann (menjadikan Ka'bah disebelah kirinya), selanjutnya
sambil berdoa :

َ ِ‫ك َواتَّبَاعًا لِ ُسنَّ ِة نَبِت‬


‫ك‬ ¯َ ‫ك َو َوفَا ًء بِ َع ْه ِد‬ َ ِ‫اللهم إيمانا ً ب‬
َ ِ‫ك َوتَصْ ِديقًا بِ ِكتَاب‬
"Ya Allah, perbuatan ku ini karena iman kepada-Mu, membenarkan kitab-Mu,
menepati janji-Mu, dan mengikuti jejak sunah Nabi-Mu Muhammad SAW."
Setiap sampai penjuru rukun Yamani, maka usaplah rukun itu atau isyarat dengan
mengangkat tangan kanan ke arahnya (tidak usah mencium) sambil mengucapkan :
‫بِس ِْم هَّللا ِ َوهَّللا ُ اَ ْكبَ ُر‬
"Dengan nama Allah, Allah Maha besar."
Selanjutnya berdoa :

َ ‫َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬
ِ َّ‫اب الن‬
‫ار‬
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan
hindarkanlah kami dari siksa api neraka."
Setiap sampai hajar Aswad, hendaklah mengusap atau mencucup atau
berisyarat dengan tangan kanan karena sebagaimana yang tersebut diatas yang
dicucup adalah tangannya, seraya mengucapkan :
‫بِس ِْم هَّللا ِ َوهَّللا ُ اَ ْكبَ ُر‬

Demikian dijalankan sampai 7 kali putaran dengan cara dan dia seperti di atas,
dan setelah selesai 7 kali, kemudian mencium hajar Aswad terus sampai menuju ke
Multazam, di samping hajar Aswad dan berdoa mohon apa yang dikehendaki, karena
di sini tempat ijabah (Maqbul).

12
Setelah itu, kemudian menuju ke makam Ibrahim yaitu tempat yang berada di
samping Ka'bah. Selanjutnya melakukan salat dua rakaat di sana, yang disebut
dengan salat sunah thawaf.

4. Salat Sunah Thawaf


Salat sunah ini berjumlah dua rakaat, dan dikerjakan setelah thawaf. Pada
rakaat yang pertama sesudah membaca surah Fatihah, disunahkan membaca surah
Al-Ikhlas. Setelah salat selesai, kemudian kembali ke depan hajar Aswad, untuk
mengusap atau berisyarat dan membaca : "Bismillahi Wallahu Akbar."
Setelah amalan ini selesai, kemudian keluar dari Masjidil haram melewati sumur
Zamzam dan berhenti sebentar untuk minum, terus menuju ke pintu Shafa untuk
melakukan sa'i. Sewaktu minum air zamzam disunnahkan membaca :

ِ ‫ك ِع ْل ًما نَافِعًا َو ِر ْزقًا َو‬


‫اسعًا َو ِشفَا ًء ِم ْن ُك ِّل دَا ٍء َو َسقَ ِم‬ َ ُ‫اللَّهُ َّم ِإنِّي َأ ْستَل‬
"Ya Allah, aku mohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat dan rezeki yang melimpah-
limpah dan terhindar (sembuh) dari segala penyakit."

G. SA'I

1. Pengertian Sa'i
Sa'i yaitu berjalan cepat, pulang pergi diantara dua tempat/bukit : Shafa dan
Marwah.

2. Syarat-syarat Sahnya Sa'i


a. Dikerjakan setelah melakukan thawaf rukun atau thawaf Qundum.
b. Dimulai dari Shafa dan diakhiri di Marwah.
c. Dikerjakan sebanyak tujuh kali dengan yakin, yaitu dari Shafa ke
Marwah, di hitung satu kali dan dari Marwah ke Shafa dihitung satu kali.
d. Berjalan dalam batas (lingkungan) tempat sa'i (mas'a).

3. Cara Mengerjakan Sa'i


Cara-cara mengerjakan sa'i dapat diatur sebagai berikut yaitu, dimulai dari
Shafa dan disana kita melakukan hal-hal seperti berikut :
a. Niat (ditetapkan dalam hati, sa'i untu haji atau umrah)
b. Berdiri menghadap kabah, kemudian membaca takbir sebagai berikut :
‫ك َولَهُ ْال َح ْم ُد َوهُ َو َعلَى ُك َّل‬
ُ ‫ لَهُ ْال ُم ْل‬،ُ‫ك لَه‬
َ ‫ اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ َوحْ َدهُ اَل َش ِري‬.ُ‫ هَّللا ُ َأ ْكبَر‬،ُ‫ هَّللا ُ َأ ْكبَر‬،ُ‫هَّللا ُ َأ ْكبَر‬
ُ‫اب َوحْ َده‬ ‫َأْل‬ َ َ‫ اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ َوحْ َدهُ َوَأ ْل َجزَ َو ْع َدهُ َون‬.ٌ‫َش ْي ٍء قَ ِدير‬
َ َ‫ص َر َع ْب َدهُ َوهَ َز َم ا حْ ز‬
"Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar. Tidak da Tuhan
melainkan Allah semata. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Kepunyaan-
Nyalah semua kekuasaan dan bagi-Nya segala pujian. Dan Dia berkuasa
13
atas segala sesuatu. Tidak ada Tuhan melainkan Allah semata, yang telah
memenuhi janji-Nya, yang telah menolong hamba-Nya dan yang telah
menghancurkan golongan-golongan musuh dengan sendiri-Nya."
c. Selanjutnya berdoa atau memohon dengan sesuka hatinya apa yang
dikehendaki dari Allah SWT. Dan boleh dengan bahasanya sendiri.
d. Waktu berjalan ditempat Sa'i menuju Marwah, disunahkan membaca doa
dan boleh dengan doa berikut :
َ ‫ َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬.‫َربِّ ا ْغفِرْ َوارْ َح ْم ِإنَّكَ َأ ْنتَ اَأْلع َُّز اَأْل ْك َر ُم‬
‫اب‬
ِ َّ‫الن‬
‫ار‬
"Ya Allah, ampuni dan kasihanilah aku. Sesungguhnya Engkau
Mahamulia dan Maha Pemurah. Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa api
neraka."
e. Kemudian turun lalu berjalan menuju Marwah, dan jika telah sampai di
tonggak hijau, maka berlari-larilah sampai pada tonggak hijau kedua,
setelah itu berjalan seperti biasa.
f. Sesampainya di bukit Marwah, lalu naik keatas tangganya sekedar dapat
melihat Ka'bah (arahnya) yang di depan, dengan mengangkat kedua
tangannya sambil mengucapkan doa seperti ketika di Shafa tiga kali.
g. Lalu turun dari Marwah dan kembali ke Shafa dengan jalan dan lari yang
dipendekkan langkahnya, sebagaimana yang telah dijalankan dari Shafa
dan Marwah.
h. Setelah selesai 7 kali terus tahallul.

H. TAHALLUL

1. Pengertian Tahallul
Tahallul yaitu suatu cara mengakhiri atau keluar dari ihram. Tahallul tak
ubahnya seperti salam untuk mengakhiri salat.
2. Tata Cara Tahallul
Setelah selesai mengerjakan sa'i, maka dilakukan tahallul, yaitu memotong
rambut kepala sedikitnya tiga helai dengan alat apa pun. Bagi orang laki-laki sunah
rambutnya dicukur habis dan bagi wanita menggunting ujung rambut sepanjang jari.
Bagi orang yang berpakaian ihram, ketika sudah melakukan tahallul, maka
diperbolehkan mengenakan pakaian biasa, dan ia berarti sudah terlepas dari segala
larangan ihram.

I. WUQUF DI ARAFAH

14
1. Pengertian Wuquf
Wuquf artinya berhenti di Arafah. Wuquf termasuk rukun haji yang
terpenting. Waktu wuquf di mulai dari tergelincirnya (condong) matahari ke sebelah
barat, yaitu tanggal 9 Zulhijah sampai waktu fajar tanggal 10 Zulhijah. Wuquf boleh
dilakukan sebentar saja, akan tetapi lebih lama lebih utama, dan sebaiknya dilakukan
sampai terbenamnya matahari.
2. Cara Mengerjakan Wuquf
Umumnya beberapa hari menjelang tanggal 9 Zulhijah yaitu hari wuquf,
jamaah haji telah berangkat ke Arafah.
Pada hari kedelapan Zulhijah (hari tarwiyah) jamaah haji dari Mekah pergi ke Mina,
di mina mereka mengerjakan salat Zuhur, Ashar, Magrib dan disunahkan pula
bermalam di Mina. Kemudian esok harinya menuju Arafah dan sebelum wuquf
diutamakan salat Zuhur lebih dahulu di masjid Namurah, yaitu di Arafah.
Setelah waktu salat Zuhur, maka tibalah saatnya wuquf. Berdoalah pada
waktu wuquf itu sebanyak-banyaknya dengan khidmat, dan seluruh perhatian harus
di curahkan untuk beribadah kepada Allah dengan memperbanyak istighfar,
memohon ampunan dari segala dosa yang besar maupun yang kecil, karena inilah
yang sangat penting dan hanya sebentar.
Memperbanyak doa sebagai berikut :

َ ‫َربَّنَا َأتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬
‫اب النَّار‬
Setelah selesai wuquf, kemudian pergi ke Muzdalifah pada waktu Ashar atau
habis Magrib.

J. BERMALAM DI MUZDALIFAH
Bermalam di Muzdalifah termasuk wajib haji, meskipun hanya sebentar.
Pada tanggal 9/10 Zulhijah (waktu magrib) jamaah haji bersiap-siap untuk
meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah. Salat Magrib, Isya' dilakukan dengan
jamak ta'khir di sana, lalu menunggu sampai habis salat subuh.
Setelah salat subuh kemudian pergi ke masy'aril Haram di sana berdoa, tahlil
dan tasbih serta membaca talbiyah. Untuk selanjutnya pergi ke Mina. Sewaktu di
Muzdalifah disunahkan memungut batu untuk melontar jumrah di Mina.

K. MELEMPAR JAMARAT DAN MABIT DI MINA


15
1. Melempar Jamarat
Melempar Jamarat aqabah termasuk wajib haji. Jika telah sampai di Mina
terus melempar Jamarat aqabah sebanyak 7 kali dengan lemparan/ lontaran batu
yang tepat mengenai sasarannya. Melempar Jamarat dilakukan setelah terbit
matahari, tiap-tiap lemparan disertai bacaan :
‫بِس ِْم هللا َوهللا َأ ْكبَ ُر‬
"Dengan nama Allah, Allah Mahabesar."
Setelah melempar Jamarat terus memotong kurban bagi orang yang
berkurban atau membayar dam (denda) bagi yang kena dam, seterusnya jamaah haji
telah dapat bercukur/tahallul sehingga semua larangan ihram telah habis, kecuali
larangan terhadap wanita dan memakai wangi-wangian. Tahallul yang dimaksud di
sini ialah tahallul awal.
Selama di Mina pada tanggal sebelas sampai tiga belas Zulhijah (hari
tasyrik), jamaah haji di wajibkan melempar ketiga Jamarat untuk tiap-tiap hari, di
mulai dari jamarat ula, kemudian Jamarat wustha dan akhirnya Jamarat aqabah. Tiap-
tiap Jamarat 7 kali lemparan dengan batu, dan sunah pula ketika melempar
mengucapkan :
‫ ا لله َم اجْ َع ْلهُ َحبًّا َم ْبرُوْ رًا َو َذ ْنبًا َم ْغفُوْ رًا‬،ُ‫هللا َأ ْكبَر‬
"Allah Mahabesar, ya Allah jadikanlah haji ini haji yang mabrur (banyak
kebaikannya) dan dosa yang di ampuni."
Ketika melempar Jamarat disyaratkan hal-hal sebagai berikut :
a. Melempar dengan tujuh batu dari satu per satu.
b. Dimulai dari jamarat yang pertama, kemudian yang kedua dan selanjutnya
Jamarat yang ketiga (aqabah).
c. Yang dilemparkan harus batu sebab selain batu tidak sah.
Bagi orang yang berhalangan melempar Jamarat, hendaklah ia mencari wakil untuk
melemparkan Jamarat, walaupun harus membayar.
Orang yang tidak dapat melempar sehari atau dua hari, maka dapat pula mengganti
hari lain, asalkan masih dalam masa melempar, yaitu tanggal 10 sampai 13
Zulhijah.10
2. Mabit di Mina
Bermalam di Mina (Mabit di Mina) bagi jamaah yang pada tanggal 12
Zulhijah sampai matahari terbenam masih di Mina wajib tetap bermalam di Mina
untuk keesokan harinya 13 Zulhijah melakukan jumrah ula, wustha dan aqabah.11
10
Ibid hlm 353-360

11
Azzam Abdul Aziz dan Hawwas Abdul Wahab Op cit hal 525
16
Ia menganggap Sunnah oleh kalangan Mazhab Hanafi dan mustahab
menurut kalangan Mazhab Syafi'i dalam sebuah qaul (pendapat). 12 Mabit di Mina
menurut kalangan Mazhab Syafi'i wajib pada malam-malam melempar jamrah bagi
orang yang tidak memiliki udzur, sedangkan orang yang memiliki udzur misalnya
para gembala pengurus hewan kendaraan, penjaga minuman di Mekkah atau di
sepanjang jalan haji, dan orang yang mengakhawatirkan keselamatan diri dan
hartanya diberi rukhshah (keringanan) untuk tidak Mabit di Mina tanpa konsekuensi
membayar denda (dam).

L. MENYEMBELIH HADYU ATAU DAM

1. Hadyu adalah hewan yang dibawa oleh jamaah haji atau umroh ke tanah
haram untuk disembelih dan diserahkan kepada Allah. Diwajibkan bagi orang
yang berhaji tamattu’ dan berhaji qiron. Adapun yang berhaji ifrod maka
tidak wajib untuk menyembelih hadyu.
2. Syarat-syarat yang berlaku bagi hewan hadyu secara umum sama dengan
syarat-syarat yang berlaku bagi hewan al-udhiyah (kurban) :
a. Hewannya harus selamat (bebas) dari áib/cacat/sakit (tidak boleh buta,
tidak boleh pincang, tidak boleh kurus, tidak boleh sakit)
b. Sebagaimana kurban, hadyu juga boleh isytirok (patungan), maka boleh
para jamaáh haji 7 orang bergabung untuk menyembelih seekor onta atau
seekor sapi. Namun jika sesoerang menyembelih seekor onta atau sapi
sendirian maka tentu lebih baik. Bahkan Nabi shallallahu áliahi wasallam
menyembelih 100 ekor unta.
c. Harus cukup umur, yaitu untuk (1) domba harus berusia minimal 6 bulan,
(2) kambing jawa minimal 1 tahun, (3) sapi minimal 2 tahun, dan (4) onta
minimal 5 tahun.
3. Jika tidak mampu menyembelih hewan hadyu maka seorang yang berhaji
boleh menggantinya dengan puasa 3 hari selama berada di kota Makkah
ketikda sedang dalam rangka menunaikan ibadah haji dan 7 hari setelah
pulang ke tanah air.
a. Untuk puasa tiga hari maka ia boleh mulai berpuasa sejak ihrom untuk
umroh tamattu’ (bagi yang haji tamattu’) atau ihrom haji (bagi yang haji
qiron). Maka jamaáh haji yang sedang umroh tamattu’ atau selesai dari
umroh tamattu’ maka boleh bagi mereka untuk berpuasa tiga hari
b. Yang terbaik adalah berpuasa 3 hari sebelum tanggal 9, agar tatkala
tanggal 9 dzulhijjah ia dalam kondisi berbuka.
c. Jika ternyata ia tidak sempat berpuasa maka ia boleh berpuasa di hari-hari
tasyriq (11, 12, dan 13 dzulhijjah)
d. Jika ia mengakhirkan puasa 3 hari dan tidak dikerjakan tatkala haji, maka
wajib baginya mengqodonya setelah haji meskipun di tanah air, dan ia
tidak terkena denda/fidyah.

12
Al-Muhadzdzab I/231
17
e. Asalnya yang lebih afdol adalah seseorang berpuasa 7 hari di tanah air
sepulang haji, namun jika ia telah selesai dari kegiatan haji dan waktu
pulangnya masih lama maka ia boleh berpuasa yang 7 hari meskipun
belum pulang ke tanah air.
f. Puasa 3 hari dan 7 hari boleh dikerjakan berurutan dan boleh terpisah-
pisah.
4. Waktu awal menyembelih hadyu adalah tanggal 10 Dzulhijjah -menurut
jumhur ulama, hanafiyah, malikiyah, dan hanabilah-. Adapun syafiíyyah
memebolehkan menyembelih hadyu sebelum tanggal 10 dzulhijjah jika
seseorang telah berihrom umroh tamattu’. (Akan datang pembahasannya
secara khusus).
5. Adapun waktu akhir menyembelih hadyu menurut pendapat yang shahih
adalah sebelum terbenam matahari tanggal 13 dzulhijjah.
6. Para jama’ah haji hendaknya tidak membeli kambing hadyu kecuali kepada
orang yang amanah, mengingat banyak penjual kambing yang tidak amanah.
Beberapa jenis Dam (denda)
1. Dam (denda) tamattu'dan Qiran. Artinya, orang yang mengerjakan haji dan
umrah dengan cara tamattu'atau Qiran, ia wajib membayar denda ; dendanya
wajib di atur sebagai berikut :
a. Menyembelih seekor kambing yang sah untuk kurban.
b. Kalau tidak sanggup memotong kambing, ia wajib puasa sepuluh hari:
tiga hari dikerjakan sewaktu ihram paling lambat sampai Hari Raya Haji,
tujuh hari lagi dikerjakan sesudah ia kembali kenegerinya.
Firman Allah SWT:
ِّ ‫صيَا ُم ثَلَثَ ِة َأي ٍَّام فِي ال َح‬
‫ق َو َس ْب َع ِة ِإ َذا‬ ِ ‫ق فَ َما ا ْستَ ْي َس َر ِمنَ ْالهَ ْد‬
ِ َ‫ي فَ َم ْن لَ ْم يَ ِج ُد ف‬ ِّ ‫فَ َمن تمتع بِالُع َمرة إل َى ال َح‬
َ ‫َر َج ْعتُم تِ ْل‬
ٌ‫ك َع َش َرةٌ َكا ِمة‬

"Maka barang siapa yang ingin mengerjakan umrah sebelum haji (didalam
bulan haji), wajiblah ia menyembelih kurban yang mudah didapat. Tetapi jika
ia tidak menemukan (binatang kurban atau tidak mampu), maka wajib
berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah
pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna." (Al-Baqarah:196)
2. Dam (denda) karena mengerjakan salah satu dari beberapa larangan berikut :
a. Mencukur atau menghilangkan tiga helai rambut atau lebih.
b. Memotong kuku.
c. Memakai pakaian berjahit.
d. Berminyak rambut.
e. Memakai minyak wangi baik pada badan ataupun pada pakaian.
f. Pendahuluan bersetubuh, dan bersetubuh sesudah tahallul pertama.
Denda kesalahan tersebut boleh memilih antara tiga perkara : menyembelih
seekor kambing yang sah untuk kurban, puasa tig hari, atau bersedekah tiga
sa'(9,3 liter) makanan kepada enam orang miskin.

18
Firman Allah SWT.
‫صيَا ُم ثَ ٰلثَ ِة اَي ٍَّام فِى ْال َحجِّ َو َس ْب َع ٍة اِ َذا‬ ِ ۚ ‫فَ َم ْن تَ َمتَّ َع بِ ْال ُع ْم َر ِة اِلَى ْال َحجِّ فَ َما ا ْستَ ْي َس َر ِمنَ ْالهَ ْد‬
ِ َ‫ي فَ َم ْن لَّ ْم يَ ِج ْد ف‬
ٌ‫ك َع َش َرةٌ َكا ِملَة‬ َ ‫َر َج ْعتُ ۗ ْم تِ ْل‬
"Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya, (lalu ia
bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu : berpuasa atau bersedekah
atau berkurban."(Al-Baqarah:196)
Sabda Rasulullah SAW :
‫ رواه أحمد وسل ْم‬. ‫ق بِثَاَل ثَ ِة َأصْ بَ ِع ِمنتمر بأن ستة مساكين‬ َ َ‫فَاحْ لِ ْقهُ َو ْاذبَحْ َشاةً َأوهُ ْم ثَاَل ثَةَ َأيَّا ِماَوْ ت‬
ُ ‫ص َّد‬

Seorang mengadu bahwa kepalanya sakit. Rasulullah SAW. Bersabda:


"cukurlah rambutmu itu, dan sembelihlah seekor kambing, kalau tidak
puasalah tiga hari atau bersedakahlah tiga sa' kurma kepada enam orang
miskin."(HR. AHMAD DAN MUSLIM)
3. Dam (denda) karena bersetubuh yang membatalkan haji dan umrah apabila
terjadi sebelum tahallul pertama. Denda itu wajib diatur sebagai berikut:
Mula-mula wajib menyembelih unta, karena Umar telah berfatwa dengan
wajibnya unta. Kalau tidak dapat unta, dia wajib memotong sapi. Kalau tidak
dapat sapi, menyembelih tujuh ekor kambing. Kalau tidak dapat kambing,
hendaklah dihitung harga unta dan dibelikan makanan, lalu makanan itu
disedekahkan kepada fakir miskin di Tanah Haram. Kalau tidak dapat
makanan, hendaklah puasa. Tiap-tiap seperempat sa' dari harga unta tadi,
harus la puasa satu hari. Tempat puasa di mana saja, tetapi menyembelih unta
atau sapi, begitu juga bersedekah makanan, wajib dilakukan di Tanah Haram.
Cara tersebut ialah pendapat sebagian ulama, ber- alasan fatwa Umar. Ulama
yang lain berpendapat wajib me- nyembelih seekor kambing saja, mereka
mengambil alasan hadis mursal yang diriwayatkan oleh Abu Dawud.
4. Dam (denda) membunuh buruan (binatang liar). Binatang liar ada yang
mempunyai bandingan (misal) dengan binatang yang jinak, berarti ada
binatang jinak yang keadaannya mirip dengan binatang liar yang terbunuh,
dan ada yang tidak. Kalau binatang yang ter- bunuh itu mempunyai
bandingan, dendanya menyembelih binatang jinak yang sebanding dengan
yang terbunuh. Atau dihitung harganya, dan sebanyak harga itu dibelikan
makanan. Makanan itu disedekahkan kepada fakir miskin di Tanah Haram.
Atau puasa sebanyak harga binatang tadi, tiap-tiap seperempat sa makanan
berpuasa satu hari. Boleh antara tiga perkara tersebut, tetapi menyembelih
atau bersedekah makanan wajib dilakukan di Tanah Haram, sedangkan puasa
boleh di mana saja.
Kalau binatang yang terbunuh itu tidak ada bandingannya dendanya
bersedekah makanan sebanyak harga binatang yang terbunuh, kepada fakir
miskin di Tanah Haram, atau puasa tiap-tiap seperempat sa' satu hari.
Firman Allah SWT :
‫ص ْي َد َواَ ْنتُ ْم ُح ُر ٌم ۗ َو َم ْن قَتَلَهٗ ِم ْن ُك ْم ُّمتَ َع ِّمدًا فَ َج ۤ َزا ٌء ِّم ْث ُل َما قَت ََل ِمنَ النَّ َع ِم يَحْ ُك ُم بِ ٖه َذ َو‬
َّ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَ ْقتُلُوا ال‬
‫ال اَ ْم ِر ٖه‬ َ ْ‫صيَا ًما لِّيَ ُذو‬
َ َ‫ق َوب‬ َ ِ‫ارةٌ طَ َعا ُم َم ٰس ِك ْينَ اَوْ َع ْد ُل ٰذل‬
ِ ‫ك‬ َ َّ‫ا َع ْد ٍل ِّم ْن ُك ْم هَ ْدي ًۢا ٰبلِ َغ ْال َك ْعبَ ِة اَوْ َكف‬
19
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan
ketika kamu sedang ihram. Barang siapa di antara kamu membunuhnya
dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak,
seimbang dengan buruan yang dibunuhnya menurut putusan dua orang yang
adil di antara kamu sebagai hadya yang dibawa sampai ke Ka'bah, atau
(dendanya) membayar kafarat dengan memberi makan orang-orang miskin,
atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia
merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya" (AL-MAIDAH: 95)
5. Dam (denda) karena terkepung (terhambat). Orang yang terhalang di jalan
tidak dapat meneruskan pekerjaan haji atau umrah, baik terhalang di Tanah
Halal atau di Tanah Haram, sedangkan tidak ada jalan yang lain, ia hendaklah
tahallul dengan menyembelih seekor kambing di tempatnya terhambat itu,
dan mencukur rambut kepalanya. Menyembelih dan bercukur itu hendaklah
dengan niat tahallul (penghalalan yang haram).
Firman Allah SWT :

ُ ‫ى َواَل ت َۡحلِقُ ۡوا ُر ُء ۡو َس ُكمۡ َح ٰتّى يَ ۡبلُ َغ ۡالهَ ۡد‬


ٗ‫ى َم ِحلَّه‬ ِ ۚ ‫است َۡي َس َر ِمنَ ۡالهَ ۡد‬ ِ ‫ فَا ِ ۡن اُ ۡح‬
ۡ ‫ص ۡرتُمۡ فَ َما‬
"
Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka
(sembelihlah) kurban yang mudah di dapat, dan jangan kamu mencukur
kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihannya." (Al-
Baqarah : 196)13

M. THAWAF IFADAH DAN SA'I

1. Pengertian Tawaf Ifadah


Secara umum, tawaf merupakan salah satu rukun haji dan umroh yang wajib
dilaksanakan para jamaah. Tawaf ifadah sendiri adalah kegiatan mengelilingi Ka'bah
sebanyak tujuh kali dengan posisi Kakbah berada di sebelah kiri. Tawaf dilakukan
mulai dari Hajar Aswad dan nantinya berakhir pula di Hajar Aswad.
Tawaf Ifadah merupakan bagian dari lima jenis tawaf yang terdiri dari tawaf
rukung, tawaf qudum, tawaf sunat, tawaf wada’, dan tawaf nadzar. Dalam
pengertiannya, tawaf rukun dibagi menjadi dua yaitu tawaf rukun haji yang juga
disebut tawaf ifadah atau tawaf ziarah, dan tawaf rukun umroh. Tawaf ifadah adalah
bagian dari rukun haji yang wajib dilaksanakan oleh jemaah haji karena ibadah yang
sudah dilakukan akan gugur jika tidak diakukan sebagaimana mestinya.
Waktu pelaksanaan tawaf ifadah yang utama adalah pada 10 Dzulhijjah.
Tawaf ini juga dilakukan sesudah melempar jumrah aqabah dan tahallul. Sedangkan
waktu mengerjakan lainnya adalah setelah tengah malam 10 Dzulhijjah atau sesudah
terbit fajar di tanggal 10 Dzulhijjah, atau sesudah keluar matahari 10 Dzulhijjah.
13
H. Sulaiman Rasjid, Fikih Islam. Cetakan XXVII.(Bandung : Sinar Baru Algensindo,2021) hlm 271-275
20
Tidak ada batasan waktu untuk akhir pelaksanaan tawaf ifadah, tapi sebaiknya
dilaksanakan sebelum berakhirnya hari-hari tasyriq yaitu tanggal 11, 12, dan 13
Dzulhijjah.
2. Syarat Tawaf Ifadah
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi jamaah haji atau umroh ketika
melakukan jenis tawaf ini. Syarat-syarat untuk melaksanakan tawaf ifadah antara
lain:
a. Jamaah disyaratkan harus didahului dengan ihram terlebih dahulu untuk
melakukannya.
b. Tawaf tersebut didahului dengan wukuf di Arafah. Jika seseorang melakukan
tawaf ifadah sebelum wukuf, maka tawaf tersebut harus diulang berdasarkan
ijma’ atau kata sepakat ulama.
c. Berniat untuk tawaf, namun tidak mesti mengkhususkan niat untuk tawaf
ifadah menurut jumhur karena ia sudah berniat masuk dalam haji.
d. Tawaf dilakukan dari tengah malam hari raya Idul Adha (malam 10
Dzulhijjah) bagi yang wukuf di ‘Arafah sebelumnya .
e. Saat melaksanakan jenis tawaf ini, pastikan bahwa Kakbah berada di sebelah
kiri orang yang mengelilinginya.
f. Memulai tawaf dari arah Hajar Aswad (batu hitam) yang terletak di salah satu
pojok di luar Ka'bah.

3. Hukum Tawaf Ifadah


Hukum melaksanakan tawaf ifadah adalah fardu. Hal ini didasarkan dari
firman Allah dalam Surat Al-Hajj ayat 29 yang artinya berbunyi: “Kemudian,
hendaklah mereka menghilangkan kotoran (yang ada di badan) mereka,
menyempurnakan nazar-nazar mereka dan melakukan thawaf sekeliling rumah tua
(Baitullah).” (QS Al-Hajj: 29)

4. Tata Cara Tawaf Ifadah


Setelah mengetahui pengertian, syarat-syarat, serta hukum tawaf ifadah,
penting juga bagi Sahabat untuk mengetahui tata cara jenis tawaf yang satu ini. Tata
cara pelaksanaan tawaf ini harus dilakukan oleh para jamaah haji dan umroh, di
antaranya:
a. Tawaf dimulai dari Hajar Aswad disertai dengan niat tawaf ifadah (tawaf
rukun) di dalam hati.
b. Usai berniat, jamaah dapat langsung mengelilingi Ka'bah ke arah kanan yang
berarti Ka'bah berada di sebelah kiri. Lalu mengelilingi Ka'bah tujuh kali
putaran. Tiga kali putaran dilakukan dengan lari-lari kecil dan empat kali
dengan berjalan biasa. Hadist Rasulullah menjelaskan sebagai berikut:
"Sesungguhnya Nabi SAW tatkala datang di Mekah mendatangi Hajar
21
Aswad, maka beliau mengusapnya, kemudian berjalan pada sebelah
kanannya dengan berjalan cepat tiga kali dan berjalan biasa empat kali.” (HR.
Muslim dan Nasa'i).
c. Saat sampai di rukun Yamani, jamaah mengusap rukun itu, namun jika tidak
sampai cukup memberikan isyarat dengan mengangkat tangan ke arahnya
sembari mengucapkan: “Bismillahi Allahu Akbar” sebanyak tiga kali.
d. Melakukan ibadah dengan mengusap Hajar Aswad setelah sampai. Jika tidak
bisa, cukup memberikan isyarat dan mengecup telapak tangan dengan
membaca: “Bismillahi Allahu Akbar” sebanyak tiga kali.
Itulah beberapa hal yang perlu Sahabat ketahui mengenai tawaf ifadah, salah
satu rukun yang penting dijalani seorang jamaah saat melaksanakan ibadah haji
maupun umroh di tanah suci. Sahabat juga perlu memahami syarat-syarat, hukum,
sunnah, serta tata cara melaksanakannya secara umum, termasuk niat dan doa yang
dilantunkan.

N. THAWAF WADA'
Tawaf wada merupakan tawaf yang dilakukan dalam urutan terakhir yang dila
kukan pada saat jamaah melaksanakan haji. Tawaf ini hukumnya wajib karena bagi j
amaah haji yang tidak bisa melakukannya diharuskan membayar dam atau denda den
gan menyembelih kambing.
Selain itu, jika seorang jamaah haji tidak menyanggupi untuk melakukan tawaf
wada maka dam dapat dibayar dengan cara lain. Dam dapat dibayarkan dengan cara
membayar fidyah atau berpuasa selama 10 hari, yaitu dengan 3 hari saat di tanah suci
dalam keadaan masih melaksanakan ibadah haji, dan 7 hari di tanah air.
Tawaf wada merupakan tawaf yang dilakukan sebelum meninggalkan Kota Me
kah. Tawaf wada ini juga dilakukan sebagai tanda penghormatan dan memulaikan Ba
itullah. Maka tak heran jika dalam melaksanakannya, akan ada banyak jamaah yang
menangis haru karena telah menjumpai dan hendak berpamitan dari tanah suci.
Untuk melakukan tawaf kita harus memenuhi syarat yaitu antara lain suci dari
hadas dan najis, melakukan tawaf dengan menutup aurat, dimulai dari tempat yang se
jajar dengan Hajar Aswad, melakukan tawaf dengan berputar sebanyak tujuh kali me
ngelilingi ka’bah, berputar dengan posisi ka’bah di kiri dan berjalan ke depan dan ya
ng terakhir dilakukan di dalam Masjidil Haram.

Pemaparan mengenai tawaf wada dan juga tata caranya dapat Anda jadikan pe
ngetahuan yang bermanfaat dalam melaksanakan ibadah haji.14

Setelah selesai menunaikan ibadah haji sebelum jamaah haji pulang ke


negeri masing-masing terlebih dahulu mengerjakan tawaf wada' sebagai pamitan
dengan kota suci Mekah. Cara mengerjakan tawaf wada' ini sama dengan tawaf yang
lain, hanya niatnya saja yang berbeda, yaitu untuk wada'.
14
Dr. Moch. Syarif Hidayatullah,Tuntunan Lengkap Rukun Islam & Doa: Kunci Beragama Secara Kafah (Ed. Re
visi) hlm.184
22
Setelah selesai tawaf, kemudian salat sunah dua rakaat di sekitar maqam
Ibrahim lalu menuju sumur zamzam dan minum airnya. Kemudian keluar dari masjid
terus berangkat pulang.15

O. IBADAH DAN ZIARAH DI MADINAH


Ziarah ke kubur Nabi Muhammad saw. yang terletak di kota Madinah
hukumnya sunah. Karena beberapa hadis menerangkan sunahnya ziarah ke kubur-
kubur umumnya, sedangkan makam beliau tentu termasuk alam kubur umum;
ditambah pula dengan hadis Umar.
Sabda Rasulullah SAW. :
ْ َ‫برى َو َجب‬
‫ت لَهُ َشفَا َعتِى‬ ِ ‫ق‬ َ ‫ َم ْن ز‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫َار‬ َ ‫ال النَّبِ ُّي‬
َ َ‫َع ِن اب ِْن ُع َم َر ق‬
‫رواه الدارقطني‬
Dari Ibnu Umar. Rasulullah Saw. telah bersabda "Barang siapa berziarah ke
kuburku, dia akan mendapat syafaatku (pertolonganku)." (HR. DARUQUTNI)
Dan beberapa hadis yang lain. Kata Hafiz Ibnu Al-Qaiyim, "Rasulullah Saw.
ziarah ke makam sahabat-sahabat beliau untuk mendoakan mereka dan memintakan
ampun bagi mereka dari segala kesalahan mereka, maka itulah cara ziarah yang
diatur oleh beliau untuk umat beliau. Beliau menyuruh umat beliau supaya membaca
salam kepada ahli kubur serta mengatakan, "Kami juga mudah-mudahan akan turut
dengan kamu, dan kami pun selalu mendoakan (meminta) kepada Allah supaya kita
sama-sama selamat dan afiat. Ziarah seperti itulah yang disyariatkan menjadi sunat.
Adapun ziarah seperti keadaan kebanyakan orang-orang Islam sekarang, sudah tentu
hukumnya berbeda dengan hukum yang tersebut di atas.16
Memasuki kota Madinah sama halnya dengan memasuki kota Mekah, karena
kedua kota tersebut adalah kota suci yang mempunyai tata tertib peribadatan dan doa
yang khas. Perlu dimengerti bahwa ucapan/bacaan yang dituntunkan orang di sana
(di Madinah) bukanlah suatu bacaan yang wajib, tetapi dapat dikerjakan sendiri tidak
harus sama dengan kata penuntunnya.
Setelah selesai salat, kemudian dilanjutkan dengan me- ngunjungi makam
Rasulullah saw. dengan mengucapkan salam dan berdoa semoga mendapat syafaat
kelak di hari kiamat. Setelah ziarah ke makam Rasulullah saw. kemudian berziarah

15
Drs. H. Moh. Rifa'i, Fikih Islam lengkap. PraCetak.(Semarang : PT Karya Toha Putra, 2014) hlm. 362

16
H. Sulaiman Rasjid, Fikih Islam. Cetakan XXVII.(Bandung : Sinar Baru Algensindo,2021) hlm 276
23
ke kubur Abu Bakar ra. dan Umar bin Khaththab ra. sambil mengenang jasa-jasa
mereka dalam mengembangkan agama Islam dan menegakkan hukum-hukumnya.
Waktu di Madinah ini hanya sebentar saja, oleh karena itu, tidak boleh
membuang-buang waktu. Waktu hanya se- bentar itu digunakan untuk mengunjungi
tempat yang mulia dan bersejarah, seperti: Masjid Quba, Masjid Qiblatain, medan
Perang Badar, Uhud dan lain-lain tempat yang serupa itu yang terdapat di sekitar
Madinah.
Lain dari sunah dan fadilah yang dapat diperoleh dengan menziarahi dan
mendatangi tempat-tempat mulia yang ber- sejarah itu, ada satu kesempatan untuk
mengerjakan salat di masjid Nabi Muhammad saw. dan memperbanyak doa kepada
Allah untuk memohon kebaikan-kebaikan apa saja dengan tidak usah
menggantungkan doa itu kepada sesuatu. Semoga menambah keteguhan iman dan
kesungguhan dalam menunaikan ibadah.
Jamaah haji setelah sampai di Madinah, mereka segera membersihkan badan
dan pergi ke masjid dengan pakaian yang suci untuk salat sunah dua rakaat, yaitu
salat sunah tahiyyatul-masjid di tempat antara makam/kubur dan mimbar Nabi, yaitu
tempat terhormat yang dinamakan Raudhah yang telah dinyatakan Nabi Muhammad
saw. sebagai taman surga.17

HIKMAH HAJI
Islam telah membuat beberapa aturan guna menguatkan rasa persatuan dan menana
mkan semangat suka bekerja bersama-sama untuk kepentingan bersama. Di antarany
a adalah dengan menyuruh salat berjamaah setiap waktu, menyuruh salat Jumat sekal
i seminggu, sesudah itu disuruh pula salat hari raya dua kali setahun. Semua itu untu
k menguatkan rasa persatuan antara beberapa golongan yang berdekatan. Semua itu b
elum cukup untuk permusyawaratan bagi sedunia Islam, diadakan permusyawaratan
alam Islami seumumnya, agar dihadiri oleh segala utusan, baik dari barat, timur, selat
an, dan dari utara, dengan tidak memandang bangsa dan warna kulit. Mereka hendakl
ah berpakaian sama, berkumpul dalam satu saat pada satu tempat, yaitu di Padang Ar
afah dan Mina, dengan tidak membedakan kaya dan miskin, mulia dan hina, raja dan
hamba. Dalam pertemuan yang amat besar itu dapatlah mereka berkenalan satu sama
lain, dan bertambah teguhlah persatuan dan perasaan saling mempercayai.
Di sana mereka dapat bermusyawarah merembukkan segala kepen- tingan bersama,
baik yang bersangkutan dengan amal ibadah ke akhirat maupun urusan yang bersang
kutan dengan aturan dan susunan penghidupan mereka, seperti keadaan perniagaan, p
erusahaan, keadaan bercocok tanam di negeri masing-masing, dan lain-lain. Dengan
kata lain segala kemaslahatan dunia dan akhirat dapat dirembuk dan diatur di tempat
itu oleh segala utusan dari masing-masing negeri.

17
Drs. H. Moh. Rifa'i, Fikih Islam lengkap. PraCetak.(Semarang : PT Karya Toha Putra, 2014) hlm. 362-363
24
Firman Allah SWT dalam al-Quran surah Hajj :27-28 yang artinya :
"Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datan
g kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari
segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk ke
maslahatan mereka, dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah d
itentu- kan atas rezeki yang telah Allah berikan kepada mereka berupa binatang terna
k. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikan- lah untuk dimakan
orang-orang miskin lagi fakir."18

Tentang ibadah haji ini sangat banyak hikmahnya, antara lain :


1. Ibadah haji memberi pelajaran bagi kaum muslimin untuk berkorban, menyat
ukan diri dengan umat islam di seluruh dunia di wakru mereka berkumpul di tan
ah suci.
2. Dengan ibadah haji, berarti umat islam diperintahkan harus berusaha dengan
giat untuk mencari rezeki agar dapat menyempurnakan rukun agamanya. Dega d
emikian islam bukan agama yang menyuruh seseorang untuk bermalas-malasan,
tetapi agama yang memerintahkan kepada umatnya supaya berusaha mencari soa
l-soal keduniaan yang menghasilkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
3. Haji dapat mengumpulkan umat islam dalam satu aliran dan pendapat, untuk
cita-vita persaudaraan dan dapat menciptakan ikhuwah islamiyah.
4. Dalam menunaikan haji terdapat dasar-dasar pokok yang mendorong ke arah
kewajiban melakukan tugas :
a. Kesucian niat dan kebersihan hati untuk melakukan ibadah dengan sunggu
h-sungguh karena Allah semata-mata.
b. Mencari uang untuk mengatasi segala kesulitan yang dihadapi. Dan pengor
banan ini adalah pokok pangkal dari keharusan untuk menunaikan ibadah haji.
Faktor pertama bertitik berat pada soal kejiwaan dan batin. Faktor ini diperlu
kan untuk seluruh aspek agama Islam. Faktor kedua adalah soal materi, kema
mpuan/kekuatan keuangan. Atas dasar ini, jika seseorang mendapat bantuan a
tau mendapat dari orang lain dan sebagainya dan ia mempunyai kesucian niat
karena menunaikan perintah Allah, maka hajinya dapat diterima.
5. Dalam melakukan ibadah haji seseorang dilarang melakukan perbuatan yang
dapat mengotori pribadinya ketika ia menghadap ke hadirat Allah swt., misalnya
memaki-maki, berkelahi, bersetubuh dan semua sifat yang dapat merendahkan k
esucian martabat manusia.

18
H. Sulaiman Rasjid, Fikih Islam. Cetakan XXVII.(Bandung : Sinar Baru Algensindo,2021)Hlm .277
25
Sebagai penutup dari uraian tentang haji ini akan kami sajikan beberapa jarak
antara tempat yang satu dengan tempat yang lain yang perlu diketahui oleh orang-
orang yang akan menunaikan ibadah haji.19

SEJARAH PENETAPAN KEWAJIBAN HAJI


Ada sementara kalangan yang berpendapat bahwa haji diwajibkan pada tahun 5 H,
namun ada juga yang menyatakan tahun 8 H, atau 9 H bahkan ada yang berpendapat
jauh sebelum hijrah.

Meski demikian, Nabi baru menunaikan haji pada tahun 10 hijrah, sebab pada tahun
7 H beliau keluar ke Mekah hanya untuk menunaikan umrah dan tidak berhaji. Baba
d penaklukan Mekah terjadi pada tahun 8 H dan setahun berikutnya pada tahun 9 H
Rasulullah mengutus Abu Bakar sebagai amirul hajj. Nabi menunaikan ibadah haji p
ada tahun 10 H dan setelah itu beliau hidup selama 18 hari, kemudian mangkat.
Perkara-perkara ini telah disepakati oleh segenap kalangan ahli sirah (sejarah) kecu
ali kewajiban haji pada tahun 5 H yang banyak memunculkan silang pendapat, namu
n menurut jumhur (mayoritas) haji diwajibkan pada tahun 6 H. Karena pada tahun ter
sebut turun firman Allah 3: "Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Alla
h." (QS. Al-Baqarah (2): 196) Hal ini berlandaskan pada pemikiran bahwa yang dima
ksud dengan penyempurnaan adalah permulaan kewajiban. Adapun Ibnu Al-Qayyim
merajihkan bahwa penetapan kewajiban haji terjadi pada tahun 6 atau 10 H.20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Haji (Al-hajju) secara bahasa berarti Al-qashdu (Menyengaja, menuju,
maksud). Sedangkan secara istilah, haji adalah menyengaja pergi menuju Makkah
dengan maksud mengerjakan ibadah thawaf, sa’i, wuquf di Arafah, bermalam di
Mujdalifah, Mabit di Mina dan ibadah-badah lain pada waktu-waktu yang telah
ditentukan untuk memenuhi perintah Allah dan mengharapkan ridha-Nya.
Ibadah haji adalah salah satu dari rukun Islam yang lima dan wajib
dilaksanakan oleh setiap muslim mukallaf (baligh dan berakal) merdeka dan
mempunyai kesanggupan (istitha’ah), sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Ali
Imran/3:97. Istitha’ah atau kesanggupan melaksanakan haji dinilai dari berbagai
macam aspek: finansial, kesehatan, keamanan, transportasi, kuota, dan tidak ada
halangan syar’i lainnya.

19
Drs. H. Moh. Rifa'i, Fikih Islam lengkap. PraCetak.(Semarang : PT Karya Toha Putra, 2014)Hlm. 363-364

20
Al-Majmů Syarh Al-Mahdzub VII/3
26
Ihram ialah niat memulai menunaikan ibadah haji atau umroh, sebagai mana
takbir dalam shalat. Ihram itu ada yang untuk haji saja atau untuk umroh saja atau
untuk kedua-duanya. Ihram ini wajib dikerjakan dari batas-batas tempat dan waktu
tertentu yang dinamakan Miqat. Miqat ada dua macam yaitu miqat zamani, dan
miqat makani.
Ada tiga macam cara pelaksanaan haji, setiap orang boleh memilih salah
satunya, yaitu haji Tamattu, haji Ifrad, dan haji Qiran. Thawaf mengelilingi Ka’bah 7
kali putaran, dimuali dari Hajar Aswad dan berakhir di Hajar Aswad juga, dengan
posisi Ka’bah berada di sebelah kiri orang yang Thawaf.
B. Saran
Bissmillah, semoga ringkasan makalah yang berjudul haji ini, dapat
memberi wawasan kepada para pembaca mengenai bagaimana tata cara berhaji yang
mabrur. Dari pembahasan makalah haji ini, maka kami menyarankan agar seluruh
umat muslim untuk menunaikan ibadah haji dengan segera apabila telah memenuhi
kriteria berhaji, karena hukum dari berhaji itu sendiri adalah wajib bagi setiap
muslim mukallaf (baligh dan berakal) merdeka dan mempunyai kesanggupan
(istitha’ah), berdasarkan firman Allah SWT dalam Q.S. Ali-Imran /3:97).
Demikianlah makalah yang saya, saya mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah ini. Atas
perhatiannya,saya ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Muhammad , Abdul Wahhab. Fikih Ibadah. 2015.Jakarta : Hamzah


Moh Rifa'i. Fikih Islam lengkap. 2014. Semarang : PT Karya Toha Putra
Sulaiman Rasjid. Fikih Islam. XXVII. Bandung : Sinar Baru Algensindo
Syafrida, Nurhayati Zen. Fiqih Ibadah. 2015. Pekanbaru : CV Mutiara Pesisir
Sumatra

27

Anda mungkin juga menyukai