Anda di halaman 1dari 13

Makalah

HAJI DAN UMRAH

DISUSUN OLEH:

1. IMAM MUYIDDIN HUTABARAT


2. FAISAL AMRI
3. CHANDRA KIKI NASUTION

Untuk mata kuliah:

HADIS AHKAM

Dosen pembimbing:

RUSMINI Dra, MA

PRODI JINAYAH 2 C

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya maka Penulis bisa menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.

Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah untuk memenuhi


salah satu tugas pada mata kuliah Ilmu Hadis Ahkam dengan judul HAJI DAN
UMRAH, dan semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat membantu menambah
ilmu pengetahuan bagi pembaca

Melalui kata pengantar ini penulis terlebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan baik dalam isi
maupun penulisan.Terima kasih

Binjai, 25 April 2020

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Agama Islam bertugas mendidik dzahir manusia, mensucikan jiwa


manusia, dan membebaskan diri manusia dari hawa nafsu. Dengan ibadah yang
tulus ikhlas dan aqidah yang murni sesuai kehendak Allah, insya Allah akan
menjadi orang yang beruntung. Ibadah dalam agama Islam banyak macamnya.
Haji dan umroh adalah salah satunya. Haji merupakan rukun iman yang kelima
setelah syahadat, sholat, zakat, dan puasa. Ibadah haji adalah ibadah yang baik
karena tidak hanya menahan hawa nafsu dan menggunakan tenaga dalam
mengerjakannya, namun juga semangat dan harta.

Dalam mengerjakan haji, diperlukan penempuhan jarak yang demikian


jauh untuk mencapai Baitullah, dengan segala kesukaran dan kesulitan dalam
perjalanan, berpisah dengan sanak keluarga hanya dengan satu tujuan untuk
mencapai batin dan kenikmatan rohani.

Untuk memperdalam pengetahuan kita, kami mencoba memberi


penjelasan secara singkat mengenai pengertian haji dan umrah, dasar hukum
perintah haji dan umrah, syarat, rukun dan wajib haji dan umrah serta hal-hal yang
dapat membatalkan haji dan umrah.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa hukum haji satu kali?

2. Apa hukum umrah?

3. Apa itu nazar haji?


BAB II

PEMBAHASAN.

A. Kewajiban Haji Satu Kali

1. Pengertian haji

Haji asal maknanya adalah menyengaja sesuatu. Haji yang dimaksud disini
menurut syara‟ ialah sengaja mengunjungi Ka‟bah (Rumah Suci) untuk
melakukanbeberapa amal ibadah, dengan syarat-syarat tertentu.1

  Menurut ulama fiqih terkaithaji Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim
mengemukakan secara etimology haji adalah“bermaksud, atau menyengaja”.
Secara terminology syariat As-sayyid mendefinisikan haji sebagai “Mendatangi
Baitullah (Ka’bah) dan tempat  - tempat tertentu untuk menunaikan ibadah
tertentu, pada waktu tertentu, dan dengantata cara yang ditentukan.2

2. Ketetapan Hadits

ُّ‫ون أَ ْخ َب َر َنا الرَّ ِبي ُع بْنُ م ُْس ل ٍِم ْالقُ َر ِش ي‬ َ ‫ب َح َّد َث َنا َي ِزي ُد بْنُ َها ُر‬
ٍ ْ‫و َح َّد َثنِي ُز َه ْي ُر بْنُ َحر‬
‫ص لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم‬ َ ِ ‫ْن ِز َيا ٍد َعنْ أَ ِبي ه َُري َْر َة َق ا َل َخ َط َب َن ا َر ُس و ُل هَّللا‬ ِ ‫َعنْ م َُح َّم ِد ب‬
‫ض هَّللا ُ َعلَ ْي ُك ْم ْال َح َّج َف ُحجُّ وا َف َقا َل َر ُج ٌل أَ ُك َّل َع ٍام َي ا َر ُس و َل‬ َ ‫َف َقا َل أَ ُّي َها ال َّناسُ َق ْد َف َر‬
‫ت َن َع ْم‬ُ ‫ص لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم لَ ْو قُ ْل‬ َ ِ ‫ت َح َّتى َقالَ َه ا َثاَل ًث ا َف َق ا َل َر ُس و ُل هَّللا‬ َ ‫هَّللا ِ َف َس َك‬
‫ان َق ْبلَ ُك ْم ِب َك ْث َر ِة‬
َ ‫ك َمنْ َك‬ َ َ‫ت َولَ َما اسْ َت َطعْ ُت ْم ُث َّم َقا َل َذ ُرونِي َما َت َر ْك ُت ُك ْم َفإِ َّن َم ا َهل‬ْ ‫لَ َو َج َب‬

1
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Cet. 73 (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2016), hal.
247

2  Malik Kamal bin As-Sayid salim, Shahih Fikih Sunah,


(Terjemahan), (Jakarta: PustakaAzzam, 2007), hal. 263-264

2
ْ ‫اختِاَل ف ِِه ْم َعلَى أَ ْنبِ َيائ ِِه ْم َف إِ َذا أَ َم رْ ُت ُك ْم بِ َش يْ ٍء َف أْ ُتوا ِم ْن ُه َم ا‬
‫اس َت َطعْ ُت ْم َوإِ َذا‬ ْ ‫س َُؤال ِِه ْم َو‬
ُ‫َن َه ْي ُت ُك ْم َعنْ َشيْ ٍء َف َدعُو ه‬

Artinya: Dan telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb Telah


menceritakan kepada kami Yazid bin Harun telah mengabarkan kepada kami Ar
Rabi' bin Muslim Al Qarasyi dari Muhammad bin Ziyad dari Abu Hurairah ia
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan khutbah kepada
kami seraya bersabda: "Wahai sekalian manusia, Allah telah mewajibkan atas
kalian untuk menunaikan ibadah haji. Karena itu, tunaikanlah ibadah haji."
Kemudian seorang laki-laki bertanya, "Apakah setiap tahun ya Rasulullah?"
beliau terdiam beberapa saat, hingga laki-laki itu mengulanginya hingga tiga
kali. Maka beliau pun bersabda: "Sekiranya aku menjawab, 'Ya' niscaya akan
menjadi kewajiban setiap tahun dan kalian tidak akan sanggup
melaksanakannya. Karena itu, biarkanlah apa adanya masalah yang kutinggalkan
untuk kalian. Sesungguhnya orang-orang yang sebelum kamu mendapat celaka
karena mereka banyak tanya dan suka mendebat para Nabi mereka. karena itu,
bila kuperintahkan mengerjakan sesuatu, laksanakanlah sebisa-bisanya, dan
apabila kularang kalian mengerjakan sesuatu, maka hentikanlah segera." (Hadits
Shahih Muslim No. 2380)

Tafsir Hadits ini : Hadits ini adalah dalil yang menjelaskan bahwa ibadah
haji hanya wajib sekali dalam seumur hidup bagi orang yang telah mencapai umur
mukallaf dan mampu. Kemudian ungkapan Jika aku katakan (Ya) 
pastilah ia akan menjadi wajib." menunjukkan bahwa Allah menyerahkan
beberapa hukum syariat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, yang
mana pembahasan masalah ini lebih detail di dalam ilmu ushul fiqhal. Masalah ini
tetap menjadi sumber perbedaan pendapat di kalangan para ulama dan pensyarah
kitab ini telah menyampaikan beberapa isyarat atas hal tersebut.
3. Pendapat Para Ulama

Para ulama seluruh mazhab bersepakat, hukum asal haji berulang kali
adalah mandub (sunah). Kewajiban haji hanya sekali saja seumur hidup. orang
yang telah melaksanakan ibadah haji satu kali (haji wajib) berarti sudah terpenuhi
kewajibannya.

Hal ini berdalil dengan hadis dari Ibnu Abbas RA. Ketika Rasulullah SAW
ditanya oleh salah seorang sahabat, al-Aqra' bin Abis, tentang haji berulang kali,
Beliau SAW bersabda, "(Haji) hanya satu kali saja. Siapa yang menambah, maka
itu sunah." (HR Abu Daud).

B. Umrah Tidak Wajib

Perlu Anda ketahui bahwa hukum melaksanakan ibadah umroh adalah


sunnah bagi setiap muslim yang mampu menjalankannya, baik mampu dari segi
materi maupun non materi. Ibadah umroh dapat dilakukan kapan saja, namun
terkecuali pada hari Arafah yaitu tanggal 10 Zulhijjah dan juga hari tasrik yaitu
pada tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijjah.

Imam Abu Hanifah dan Imam Malik bahwa hukum umroh adalah sunnah,
pendapat ini juga didukung oleh Syeikh Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah-.

Dalil mereka adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi 931,
dari Jabir bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- ditanya tentang
umroh, apakah hukumnya wajib?, beliau menjawab: “Tidak, akan tetapi jika
kalian melaksanakan umroh akan lebih afdol”.

Namun ternyata hadits ini dha’if menurut Imam Syafi’I, Ibnu Abdil Bar,
Ibnu Hajar, Nawawi dan al Bani dalam Dha’if Tirmidzi, dan beberapa Imam yang
lain. Imam Syafi’i –rahimahullah- berkata: “Hadits tersebut dha’if, tidak bisa
dijadikan dalil. Tidak ada satu pun riwayat yang mengatakan bahwa umroh itu
hukumnya sunnah”. Ibnu Abdil Bar berkata: “Hadits di atas diriwayatkan melalui
beberapa sanad yang tidak shahih, dan tidak bisa dijadikan dalil”. Imam Nawawi
dalam “Majmu’ (7/6)” berkata: “Para ulama hadits sepakat bahwa hadits di atas
adalah dha’if”. Adapun yang menjadikan hadits di atas adalah dha’if adalah
bahwa Jabir –radhiyallahu ‘anhu- berpendapat bahwa umroh itu wajib.

Sedangkan Imam Syafi’i dan Ahmad berpendapat bahwa umroh adalah


wajib, pendapat ini juga dikuatkan oleh Imam Bukhori –rahimahumullah-.
Mereka memiliki beberapa dalil dibawah ini:

1. Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah (2901):

ُ‫ َعلَ ْي ِهنَّ ِج َها ٌد ال قِتَا َل فِي ِه ا ْل َح ُّج َوا ْل ُع ْم َرة‬، ‫ نَ َع ْم‬:‫سا ِء ِج َها ٌد ؟ قَا َل‬ ُ ‫ قُ ْلتُ يَا َر‬: ْ‫شةَ قَالَت‬
َ ِّ‫سو َل هَّللا ِ َعلَى الن‬ َ ِ‫عَنْ عَائ‬
‫حيح‬b‫اني في ص‬b‫ححه األلب‬b‫ وص‬. ‫ قال النووي في "المجموعإسناده صحيح على شرط البخاري ومسلم اهـ‬.
‫ابن ماجه‬

Dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha- berkata: Wahai Rasulullah, apakah


wanita juga wajib berjihad?, beliau menjawab: “Ya, mereka juga wajib berjihad,
namun tanpa peperangan, yaitu: haji dan umroh”. (Imam Nawawi berkata dalam
“al Majmu” (4/7): sanadnya shahih sesuai dengan syarat Imam Bukhori dan
Muslim. Dishahihkan oleh al Bani dalam “Shahih Ibnu Majah”)

Dasar pengambilan dalil ini adalah sabda Rasulullah –shallallahu ‘alaihi


wa sallam- “‫”عليهن‬, di dalam bahasa Arab kata: “‫ ”على‬berarti wajib.
2. Hadits Jibril yang sudah tidak asing lagi, ketika dia bertanya kepada
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- tentang Islam, Iman, hari kiamat dan
tanda-tandanya. Ibnu Khuzaimah dan Daru Quthni meriwayatkan dari Umar bin
Khattab –radhiyallahu ‘anhu- ada tambahan penyebutan haji dan umroh dengan
redaksi sebagai berikut:

( ، ‫اة‬bb‫ وتؤتي الزك‬، ‫ وتقيم الصالة‬، ‫اإلسالم أن تشهد أن ال إله إال هللا وأن محمدا رسول هللا‬
‫ان‬bb‫وم رمض‬bb‫ وتص‬، ‫وء‬bb‫ وتتم الوض‬، ‫ة‬bb‫ل من الجناب‬bb‫ وتغتس‬، ‫ر‬bb‫بيت وتعتم‬bb‫ال ) وتحج ال‬bb‫ق‬
‫ هذا إسناد ثابت صحيح‬: ‫ الدارقطني‬.

“Islam adalah anda bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar
zakat, menunaikan ibadah haji dan umroh, mandi besar ketika junub,
menyempurnakan wudhu’ dan berpuasa Ramadhan”. (Daru Quthni berkata: sanad
hadits ini shahih)

3. Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud (1799) dan an Nasa’i (2719)

، َ‫ؤْ ِمنِين‬bb‫ يَا أَ ِمي َر ا ْل ُم‬: ُ‫ فَقُ ْلت‬، ‫ فَأَتَ ْيتُ ُع َم َر‬. . . ‫ص َرانِيًّا‬ ْ َ‫الصبَ ّي ْبن َم ْعبَ ٍد قال ُك ْنتُ أَ ْع َرابِيًّا ن‬ُّ ْ‫عَن‬
َ‫ ِديت‬b‫ ُه‬: ‫ ُر‬b‫ا َل ُع َم‬bbَ‫ فَق‬، ‫ا‬bb‫أ َ ْهلَ ْلتُ بِ ِه َم‬bbَ‫ َوإِنِّي َو َجدْتُ ا ْل َح َّج َوا ْل ُع ْم َرةَ َم ْكتُوبَ ْي ِن َعلَ ّي ف‬، ُ‫سلَ ْمت‬ْ َ‫إِنِّي أ‬
‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ َ‫سنَّ ِة نَبِيِّك‬
ُ ِ‫ ل‬.

Dari Shubay bin Ma’bad berkata: Saya dahulu seorng Arab badui
beragama Nasrani…lalu saya mendatangi Umar dan berkata: Wahai Amirul
Mukminin, saya sudah memeluk agama Islam, dan saya mendapatkan haji dan
umroh hukumnya adalah wajib bagiku, maka saya mulai mengerjakan keduanya.
Umar berkata: “Engkau telah diberi petunjuk sesuai dengan sunnah Nabimu –
shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

C. NAZAR HAJI
1. Pengertian Nazar

Nadzar adalah menyanggupkan diri untuk melakukan amal ibadah atau


suatu kebaikan yang pada mestinya tidak wajib ia lakukan. Dari keterangan ini,
bisa disimpulkan bahwa nadzar melakukan kewajiban hukumnya tidak sah, seperti
nadzar melaksanakan salat lima waktu, atau nadzar melaksanakan puasa
Ramadhan. Kemungkinan lain yang minoritas, seperti dikutip oleh Ibnu
Quddamah, menyatakan berpengaruhnya nadzar melakukan kewajiban terhadap
keharusan membayar kaffarah apabila ditinggalkan. Namun pendapat pertamalah
yang lazim dipegang dalam fikih-fikih yang ada, yakni tidak sahnya nadzar
melaksanakan ibadah atau amal wajib.

Nadzar atau nazar secara etimologis berarti berjanji akan melakukan


sesuatu yang baik atau buruk. Sedangkan menurut syariah, nazar adalah
menetapkan atau mewajibkan melakukan sesuatu yang secara syariah asalnya
tidak wajib. Sikap seorang hamba mewajibkan diri sendiri tanpa paksaan, untuk
melakukan perbuatan tertentu yang aslinya tidak wajib secara syariat, dalam
rangka ibadah kepada Allah, dengan ucapan nadzar (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah,
40:136).

2. Hadist Nazar

Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Nabi Muhammad


shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk bernazar, beliau bersabda, ‘Nazar
sama sekali tidak bisa menolak sesuatu. Nazar hanyalah dikeluarkan dari orang
yang bakhil (pelit)’.” (HR Bukhari nomor 6693 dan Muslim nomor 1639)
Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Sungguh nazar tidaklah membuat dekat pada seseorang apa yang tidak
Allah takdirkan. Hasil nazar itulah yang Allah takdirkan. Nazar hanyalah
dikeluarkan oleh orang yang pelit. Orang yang bernazar tersebut mengeluarkan
harta yang sebenarnya tidak ia inginkan untuk dikeluarkan.” (HR Bukhari nomor
6694 dan Muslim nomor 1640)

3. Pendapat Ulama

Sebagian jumhur ulama sepakat berpendapat jika bernzar merupakan


sebuah perbuatan makruh atau dalam kata lain lebih dianjurkan untuk tidak
melakukan nazar. Tetapi jika kita sudah telanjur mengucapkan nazar, maka
hukum melaksanakan nazar tersebut menjadi wajib adanya.

4 . Contoh dan Hukum Nazar Haji

Seorang pelajar akan melakukan haji apabila ia lulus sekolah. Jika pelajar
tersebut belum melaksanakan haji pada saat ia lulus, maka nadzarnya tidak sah,
karena ini berarti ia nadzar melaksanakan sesuatu yang pada asal mulanya
memang telah wajib baginya. Jika pelajar tersebut telah melaksanakan haji
sebelum kelulusan, maka ia harus melaksanakan haji kembali untuk memenuhi
nadzarnya. Karena haji yang kedua adalah kesunahan, dan ia telah
menyanggupinya melalui nadzar yang ia ucapkan. Akan tetapi tidak harus ia
laksanakan seketika tahun itu juga. Nadzar tsb hanya berkonsekuensi terbebaninya
pelajar tsb dengan kewajiban haji, bukan melaksanakannya sesegera mungkin.
Jadi, kalau pada tahun ini ia melasakan haji, maka setelah kelulusannya nanti ia
harus melaksanakan haji lagi [haji nadzar]. Namun haji ini tidak harus
dilaksanakan tahun itu juga, akan tetapi dalap ia laksanakan beberapa tahun
kemudian setelah kepulangannya ke tanah air nanti. Sementara jika ia tidak
melaksanakan haji sebelum kelulusan, maka nadzarnya tidak sah, karena haji
baginya adalah kewajiban walau tanpa nadzar sekalipun.

Kalau ia tidak melaksanakan haji sebelum kelulusan, maka sebaiknya ia


segera melaksanakannya setelah kelulusan, dan memperbanyak sedekah kepada
fakir miskin atau lainnya sebagai bentuk rasa terimakasih kepada Allah swt yang
telah berkenan memberi kelulusan. Nadzar pada satu sisi adalah manifestasi rasa
terimakasih kepada Allah swt. walau sebaiknya rasa terimakasih ini tidak ia
sanggupi melalui nadzar, akan tetapi dengan spontanitas.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
kesimpulan dari makalah di atas adalahabahwa haji dilakukan 1wajib 1
kali. Dan sudah jelas pendapat ulama juga telah sepakat bahwa hukum haji 1 kali
wajib. Dan apabila ia melakukan haji berulang kali, maka menurut para pendapat
ulama bahwa hukum nya adalaha sunnah. Setelah itu ada tentang umrah. Hukum
melakukan umrah menurut berbagai pendapat para ulama, bahwa pendapat
malikiya adalah sunnnah. Tetapi hadist nyta dhaif( lemah). Setelah itu pendapat
dari safi’iyah adalah wajib atau fardhu sesuai dengan hadis yang di tetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Cet. 73 (Bandung: Sinar Baru Algensindo,


2016),

 Malik Kamal bin As-Sayid salim, Shahih Fikih Sunah,


(Terjemahan), (Jakarta: PustakaAzzam, 2007),

al Mughni: 5/13, al Majmu’: 7/4, Fatawa Ibnu Taimiyah: 26/5, Syarh Mumti’ li
Ibni Utsaimin: 7/9.

Anda mungkin juga menyukai