DISUSUN OLEH:
HADIS AHKAM
Dosen pembimbing:
RUSMINI Dra, MA
PRODI JINAYAH 2 C
MEDAN
2020
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya maka Penulis bisa menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
Melalui kata pengantar ini penulis terlebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan baik dalam isi
maupun penulisan.Terima kasih
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN.
1. Pengertian haji
Haji asal maknanya adalah menyengaja sesuatu. Haji yang dimaksud disini
menurut syara‟ ialah sengaja mengunjungi Ka‟bah (Rumah Suci) untuk
melakukanbeberapa amal ibadah, dengan syarat-syarat tertentu.1
Menurut ulama fiqih terkaithaji Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim
mengemukakan secara etimology haji adalah“bermaksud, atau menyengaja”.
Secara terminology syariat As-sayyid mendefinisikan haji sebagai “Mendatangi
Baitullah (Ka’bah) dan tempat - tempat tertentu untuk menunaikan ibadah
tertentu, pada waktu tertentu, dan dengantata cara yang ditentukan.2
2. Ketetapan Hadits
ُّون أَ ْخ َب َر َنا الرَّ ِبي ُع بْنُ م ُْس ل ٍِم ْالقُ َر ِش ي َ ب َح َّد َث َنا َي ِزي ُد بْنُ َها ُر
ٍ ْو َح َّد َثنِي ُز َه ْي ُر بْنُ َحر
ص لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم َ ِ ْن ِز َيا ٍد َعنْ أَ ِبي ه َُري َْر َة َق ا َل َخ َط َب َن ا َر ُس و ُل هَّللا ِ َعنْ م َُح َّم ِد ب
ض هَّللا ُ َعلَ ْي ُك ْم ْال َح َّج َف ُحجُّ وا َف َقا َل َر ُج ٌل أَ ُك َّل َع ٍام َي ا َر ُس و َل َ َف َقا َل أَ ُّي َها ال َّناسُ َق ْد َف َر
ت َن َع ْمُ ص لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم لَ ْو قُ ْل َ ِ ت َح َّتى َقالَ َه ا َثاَل ًث ا َف َق ا َل َر ُس و ُل هَّللا َ هَّللا ِ َف َس َك
ان َق ْبلَ ُك ْم ِب َك ْث َر ِة
َ ك َمنْ َك َ َت َولَ َما اسْ َت َطعْ ُت ْم ُث َّم َقا َل َذ ُرونِي َما َت َر ْك ُت ُك ْم َفإِ َّن َم ا َهلْ لَ َو َج َب
1
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Cet. 73 (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2016), hal.
247
2
ْ اختِاَل ف ِِه ْم َعلَى أَ ْنبِ َيائ ِِه ْم َف إِ َذا أَ َم رْ ُت ُك ْم بِ َش يْ ٍء َف أْ ُتوا ِم ْن ُه َم ا
اس َت َطعْ ُت ْم َوإِ َذا ْ س َُؤال ِِه ْم َو
َُن َه ْي ُت ُك ْم َعنْ َشيْ ٍء َف َدعُو ه
Tafsir Hadits ini : Hadits ini adalah dalil yang menjelaskan bahwa ibadah
haji hanya wajib sekali dalam seumur hidup bagi orang yang telah mencapai umur
mukallaf dan mampu. Kemudian ungkapan Jika aku katakan (Ya)
pastilah ia akan menjadi wajib." menunjukkan bahwa Allah menyerahkan
beberapa hukum syariat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, yang
mana pembahasan masalah ini lebih detail di dalam ilmu ushul fiqhal. Masalah ini
tetap menjadi sumber perbedaan pendapat di kalangan para ulama dan pensyarah
kitab ini telah menyampaikan beberapa isyarat atas hal tersebut.
3. Pendapat Para Ulama
Para ulama seluruh mazhab bersepakat, hukum asal haji berulang kali
adalah mandub (sunah). Kewajiban haji hanya sekali saja seumur hidup. orang
yang telah melaksanakan ibadah haji satu kali (haji wajib) berarti sudah terpenuhi
kewajibannya.
Hal ini berdalil dengan hadis dari Ibnu Abbas RA. Ketika Rasulullah SAW
ditanya oleh salah seorang sahabat, al-Aqra' bin Abis, tentang haji berulang kali,
Beliau SAW bersabda, "(Haji) hanya satu kali saja. Siapa yang menambah, maka
itu sunah." (HR Abu Daud).
Imam Abu Hanifah dan Imam Malik bahwa hukum umroh adalah sunnah,
pendapat ini juga didukung oleh Syeikh Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah-.
Dalil mereka adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi 931,
dari Jabir bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- ditanya tentang
umroh, apakah hukumnya wajib?, beliau menjawab: “Tidak, akan tetapi jika
kalian melaksanakan umroh akan lebih afdol”.
Namun ternyata hadits ini dha’if menurut Imam Syafi’I, Ibnu Abdil Bar,
Ibnu Hajar, Nawawi dan al Bani dalam Dha’if Tirmidzi, dan beberapa Imam yang
lain. Imam Syafi’i –rahimahullah- berkata: “Hadits tersebut dha’if, tidak bisa
dijadikan dalil. Tidak ada satu pun riwayat yang mengatakan bahwa umroh itu
hukumnya sunnah”. Ibnu Abdil Bar berkata: “Hadits di atas diriwayatkan melalui
beberapa sanad yang tidak shahih, dan tidak bisa dijadikan dalil”. Imam Nawawi
dalam “Majmu’ (7/6)” berkata: “Para ulama hadits sepakat bahwa hadits di atas
adalah dha’if”. Adapun yang menjadikan hadits di atas adalah dha’if adalah
bahwa Jabir –radhiyallahu ‘anhu- berpendapat bahwa umroh itu wajib.
ُ َعلَ ْي ِهنَّ ِج َها ٌد ال قِتَا َل فِي ِه ا ْل َح ُّج َوا ْل ُع ْم َرة، نَ َع ْم:سا ِء ِج َها ٌد ؟ قَا َل ُ قُ ْلتُ يَا َر: ْشةَ قَالَت
َ ِّسو َل هَّللا ِ َعلَى الن َ ِعَنْ عَائ
حيحbاني في صbححه األلبb وص. قال النووي في "المجموعإسناده صحيح على شرط البخاري ومسلم اهـ.
ابن ماجه
( ، اةbb وتؤتي الزك، وتقيم الصالة، اإلسالم أن تشهد أن ال إله إال هللا وأن محمدا رسول هللا
انbbوم رمضbb وتص، وءbb وتتم الوض، ةbbل من الجنابbb وتغتس، رbbبيت وتعتمbbال ) وتحج الbbق
هذا إسناد ثابت صحيح: الدارقطني.
“Islam adalah anda bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar
zakat, menunaikan ibadah haji dan umroh, mandi besar ketika junub,
menyempurnakan wudhu’ dan berpuasa Ramadhan”. (Daru Quthni berkata: sanad
hadits ini shahih)
3. Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud (1799) dan an Nasa’i (2719)
، َؤْ ِمنِينbb يَا أَ ِمي َر ا ْل ُم: ُ فَقُ ْلت، فَأَتَ ْيتُ ُع َم َر. . . ص َرانِيًّا ْ َالصبَ ّي ْبن َم ْعبَ ٍد قال ُك ْنتُ أَ ْع َرابِيًّا نُّ ْعَن
َ ِديتb ُه: ُرbا َل ُع َمbbَ فَق، اbbأ َ ْهلَ ْلتُ بِ ِه َمbbَ َوإِنِّي َو َجدْتُ ا ْل َح َّج َوا ْل ُع ْم َرةَ َم ْكتُوبَ ْي ِن َعلَ ّي ف، ُسلَ ْمتْ َإِنِّي أ
سلَّ َم
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو
َ َسنَّ ِة نَبِيِّك
ُ ِ ل.
Dari Shubay bin Ma’bad berkata: Saya dahulu seorng Arab badui
beragama Nasrani…lalu saya mendatangi Umar dan berkata: Wahai Amirul
Mukminin, saya sudah memeluk agama Islam, dan saya mendapatkan haji dan
umroh hukumnya adalah wajib bagiku, maka saya mulai mengerjakan keduanya.
Umar berkata: “Engkau telah diberi petunjuk sesuai dengan sunnah Nabimu –
shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
C. NAZAR HAJI
1. Pengertian Nazar
2. Hadist Nazar
3. Pendapat Ulama
Seorang pelajar akan melakukan haji apabila ia lulus sekolah. Jika pelajar
tersebut belum melaksanakan haji pada saat ia lulus, maka nadzarnya tidak sah,
karena ini berarti ia nadzar melaksanakan sesuatu yang pada asal mulanya
memang telah wajib baginya. Jika pelajar tersebut telah melaksanakan haji
sebelum kelulusan, maka ia harus melaksanakan haji kembali untuk memenuhi
nadzarnya. Karena haji yang kedua adalah kesunahan, dan ia telah
menyanggupinya melalui nadzar yang ia ucapkan. Akan tetapi tidak harus ia
laksanakan seketika tahun itu juga. Nadzar tsb hanya berkonsekuensi terbebaninya
pelajar tsb dengan kewajiban haji, bukan melaksanakannya sesegera mungkin.
Jadi, kalau pada tahun ini ia melasakan haji, maka setelah kelulusannya nanti ia
harus melaksanakan haji lagi [haji nadzar]. Namun haji ini tidak harus
dilaksanakan tahun itu juga, akan tetapi dalap ia laksanakan beberapa tahun
kemudian setelah kepulangannya ke tanah air nanti. Sementara jika ia tidak
melaksanakan haji sebelum kelulusan, maka nadzarnya tidak sah, karena haji
baginya adalah kewajiban walau tanpa nadzar sekalipun.
PENUTUP
A. Kesimpulan
kesimpulan dari makalah di atas adalahabahwa haji dilakukan 1wajib 1
kali. Dan sudah jelas pendapat ulama juga telah sepakat bahwa hukum haji 1 kali
wajib. Dan apabila ia melakukan haji berulang kali, maka menurut para pendapat
ulama bahwa hukum nya adalaha sunnah. Setelah itu ada tentang umrah. Hukum
melakukan umrah menurut berbagai pendapat para ulama, bahwa pendapat
malikiya adalah sunnnah. Tetapi hadist nyta dhaif( lemah). Setelah itu pendapat
dari safi’iyah adalah wajib atau fardhu sesuai dengan hadis yang di tetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
al Mughni: 5/13, al Majmu’: 7/4, Fatawa Ibnu Taimiyah: 26/5, Syarh Mumti’ li
Ibni Utsaimin: 7/9.