Anda di halaman 1dari 15

Kelas C = 1. Fuad Aziz(1700027038). 2. Arief Rahman Mustafa.

(1900027005)
Presentasi tanggal 30 September 2021
Materi I
HADIS TENTANG NIAT DALAM BERAMAL
A. Pendahuluan
Didalam menjalankan syariat islam kita mengenal sumber sumber hukum Islam
yang disepakati oleh para ulama, yaitu Al Qur’an, As sunnah, ijma dan Qiyash. Pada
fokus pembahasan kali ini kita akan berfokus kepada sumber hukum kedua setelah Al
Qur’an, yaitu hadis. Hadis sendiri memiliki definisi apa yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, baik berupan ucapan, perbuatan, penetapan,
sifat atau sirah beliau, baik sebelum kenabian atau sesudahnya1. Namun didalam
memahami Hadis secara menyeluruh kita sebagai penuntut ilmu harus mengecek kembali
kualitas dari hadis tersebut. Dimulai dari menilai kualitas sanad juga memahami
matannya dengan cara mempelajari syarah syarah hadis dari para ulama tsebelum kita.
Terlebih pada pembahasan kali ini kita akan berfokus pada suatu tema yang
memiliki peranan yang sangat penting didalam syariat islam, yaitu Niat. Bahkan menjadi
rukun pada setiap syariat dan menjadi penentu apakah suatu amal akan diterima atau
tidak. Dengan demikian penulis akan mencoba menguak apa saja yang terkandung
didalam hadis hadis yang disajikan dan apa kualitas dan makna dari hadis tersebut.
Sehingga akan menjadi manfaat dan pembelajaran bagi kita di kemudian hari.
B. Niat Harus betul-betul karena Allah

ُّ‫اري‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ان قَا َل َح َّدثَنَا يَحْ يَى ب ُْن َس ِعي ٍد اأْل َ ْن‬ ُ َ‫ال َح َّدثَنَا ُس ْفي‬َ َ‫الزبَي ِْر ق‬ ُّ ‫َح َّدثَنَا ْال ُح َم ْي ِديُّ َع ْب ُد هَّللا ِ ب ُْن‬
‫ْت ُع َم َر‬ ُ ‫ي يَقُو ُل َس ِمع‬ ٍ ‫قَا َل أَ ْخبَ َرنِي ُم َح َّم ُد ب ُْن إِب َْرا ِهي َم التَّ ْي ِم ُّي أَنَّهُ َس ِم َع ع َْلقَ َمةَ ْبنَ َوقَّا‬
َّ ِ‫ص اللَّ ْيث‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل إِنَّ َما‬َ ِ ‫ُول هَّللا‬
َ ‫ْت َرس‬ ُ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َعلَى ْال ِم ْنبَ ِر َس ِمع‬ ِ ‫ب َر‬ ِ ‫ْبنَ ْالخَ طَّا‬
‫صيبُهَا أَوْ إِلَى ا ْم َرأَ ٍة‬ ِ ُ‫َت ِهجْ َرتُهُ إِلَى ُد ْنيَا ي‬ ْ ‫ئ َما نَ َوى فَ َم ْن َكان‬ ٍ ‫ت َوإِنَّ َما لِ ُكلِّ ا ْم ِر‬ ِ ‫اأْل َ ْع َما ُل بِالنِّيَّا‬
‫يَ ْن ِك ُحهَا فَ ِهجْ َرتُهُ إِلَى َما هَا َج َر إِلَ ِي‬

Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi Abdullah bin Az Zubair dia berkata,
Telah menceritakan kepada kami Sufyan yang berkata, bahwa Telah menceritakan
kepada kami Yahya bin Sa'id Al Anshari berkata, telah mengabarkan kepada kami
Muhammad bin Ibrahim At Taimi, bahwa dia pernah mendengar Alqamah bin Waqash
Al Laitsi berkata; saya pernah mendengar Umar bin Al Khaththab di atas mimbar
berkata; saya mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Semua perbuatan
tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan;
Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang
perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia
diniatkan(HR.Bukhari No.1)2

1
Manna’ Al – Qathan, Pengantar Studi Ilmu Hadis (Jakarta Timur : Pustaka Al – Kaustar, 2017) hal. 22
1. Takhrij Hadis
Hadis penguat

Shahih Bukhari nomor 52, Shahih Bukhari nomor 6195, Shahih Bukhari nomor6439,
Shahih Muslim nomor 3530,Sunan Abu Daud nomor 1882 ,Sunan Tirmidzi nomor
1571 ,Sunan Nasai nomor 74 ,Sunan Nasai nomor 3383, Sunan Nasai nomor 3734, Sunan
Ibnu Majah nomor 4217, Musnad Ahmad nomor 163 ,Musnad Ahmad nomor 283
Kualitas periwayat

 Abdullah bin Az Zubair Bin Isa Bin Ubaidillah


 Kunyah :Abu Bakar
 Kalangan : Tabiul Atba’ kalangan tua
 Tahun Wafat : 219 H
 Kualitas : Ats Tsiqaat (komentar Ibnu Hibban) Tsiqoh hafidz (Ibnu Hajar
Asqalani)3

 Sufyan Bin Uyainah Bin Abi Imran Maimun


 Kalangan : tabiut tabiin kalangan pertengahan
 Kunyah : Abu Muhammad
 Tahun Wafat : 198 H
 Kedudukan : Tsiqat Tsabat (komentar Adz Dzahabi)

 Yahya Bin Sa’id Bin Qais


 Kalangan : Tabiin kalangan Biasa
 Kunyah : Abu Sa’id
 Tahun Wafat :144 H
 Kedudukan : Tsiqat (komentar Yahya bin Ma’in)

 Muhammad bin ibrahim bin al harits bin khalid


 Kalangan : Tabiin Kalangan biasa
 Kunyah : abu Abdullah
 Tahun wafat : 120 H
 Kedudukan : Tsiqat (komentar Ibnu hajar al asqalani)

 Al qamah bin waqash bin mihshan


 Kalangan : Tabiin Kalagan tua
 Kunyah : -
 Tahun wafat :-
2
Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih Bukhari,(Jakarta,Pustaka Azzam 2010) Jilid 1.
Hal .1, No.1
3
Ibid hal.2
 Kedudukan : tsiqah tsabat (komwntar ibnu hajar)

 Umar Bin khattab bin nufail


 Kalangan : Sahabat
 Kunyah : abu Hafsh
 Tahun wafat : 23 H
 Kedudukan : sahabat

2. Makna al-Mufradat
‫ اأْل َ ْع َما ُل‬: perbuatan ُ‫ ِهجْ َرتُه‬: Hijrahnya
ِ ‫ النِّيَّا‬: Niat,Maksud,Tujuan
‫ت‬ ‫ُصيبُهَا‬ ِ ‫ ي‬: yang ingin di gapainya
‫ئ‬ٍ ‫ ا ْم ِر‬: tergantung pada niatnya ‫ ا ْم َرأَ ٍة‬: seorang perempuan
‫يَ ْن ِك ُحهَا‬ ‫ َما ن ََوى‬: dia nikahi
3. Penjelasan Makna Hadis

Imam ath-Thabrani meriwayatkan dalam al-Ma’jum al-Kabir dengan


sanad yang para perawinya adalah terpercaya, dari Ibnu Mas’ud ia berkata
“Dahulu diantara kami ada seorang laki-laki yang meminang wanita yang
bernama Ummu Qais. Namun, Ummu Qais enggan menikah dengan lelaki
tersebut hingga ia hijrah, lelaki itupun hijrah dan berhasil menikahi Ummu Qais,
lelaki itupun kami juluki Muhajir Ummu Qais ( orang yang hijrah karena Ummu
Qais).”
Said bin Manshur meriwayatkan dalam sunan-nya dengan sanad yang
sesuai dengan syarat Bukhari dan Muslim dan Ibnu Mas’ud, ia berkata : “ Siapa
yang berhijrah dengan tujuan mencari sesuatu maka balasannya yang
didapatkannya dari hujrah tersebut seperti apa yang didapatkan oleh seorang laki-
laki yang berhijrah dengan tujuan menikahi seorang wanita yang bernama Ummu
Qais. Oleh karena itu, ia dijuluki muhajir Umuu Qais.
Para ulama sepakat bahwa segala amal perbuatan yang dilakukan oleh
orang islam tidak akan mendapat pahala, kecuali dengan niat. Dalam ibadah
pokok seperti sholat, haji dan puasa, niat merupakan salah satu rukunnya sehingga
ibadah tersebut tidak sah jika tanpa niat.
Hadis ini bermakna bahwa siapa saja yang berniat melakukan beramal
shaleh, tetapi tidak bisa melakukannya karena uzur yang mendesak, baik sakit
ataupun meninggal dunia, maka ia tetap mendapatkan pahala. Al-Baidhawi
berkata:” Segala amal perbuatan tidak sah, kecuali dengan niat tanpa amal
mendapatkan pahala. Sedangkan amal tanpa niat adalah sia-sia belaka.
Perumpamaan niat dalam amal seperti roh dan jasad. Tidak ada kehidupan
bagi jasad yang tidak memiliki roh. Begitupun roh tidak akantampak jika tidak
menyatu dengan jasad. Hadis ini juga membimbing kita untuk ikhlas dalam
beramal dan beribadah agar mendapatkan pahala diakhirat serta taufik dan
keberuntungan didunia. Setiap amal yang baik dan bermanfaat jika disertai
dengan keikhlasan, niat dan hanya mengharapkan ridha Allah maka ia akan dinilai
sebagai ibadah.4

4. Point-point Penting

a) Syariat tidak menerima peerbuatan yang dilakukan tanpa niat.


b) Niat adalah rahasia dan ruh ibadah.
c) Niat adalah pembeda antara ibadah dan adat.5

C. Asyiknya Niat Karena Allah


‫ صلى هللا عليه وس““لم‬- ‫قال َرسُول هللا‬ َ : ‫ال‬ َ َ‫ ق‬، - ‫ رضي هللا عنه‬- َ‫وعن أبي هريرة‬
َ‫“رين‬ِ “‫صالت ِه في سُوقِ ِه وبيت “ ِه بضْ عاًو ِعش‬ َ ‫صالةُ الرَّج ِل في ج َما َع ٍة تَزي ُد َعلَى‬ َ (( : -
َّ‫ ثُ َّم أَتَى ال َم ْس“ ِج َد ال ي ُِري“ ُد إال‬، ‫أن أَح َدهُ ْم إِ َذا تَ َوضَّأ َ فَأَحْ َس“نَ ال ُوض““و َء‬ َّ َ‫ َو َذلِك‬، ً‫د ََر َجة‬
ْ ‫ لَ ْم يَ ْخطُ ُخ‬: ُ‫الصالة‬
ُ‫ َو ُح““طَّ َع ْن “ه‬، ٌ‫ط َوةً إِالَّ ُرفِ َع لَهُ بِهَا دَر َج“ ة‬ َ َّ‫ الَ يَ ْنهَ ُزهُ إِال‬، َ‫الصَّالة‬
‫ت‬ َّ ‫ ف“إِذا َدخَ“ َل ال َم ْس“ ِج َد َك““انَ في‬، ‫بها َخ ِطيئَ“ةٌ َحتَّى يَ“ ْد ُخ َل ال َم ْس“ ِج َد‬
ِ َ‫الص“ال ِة َم““ا َك““ان‬
‫ص“لَّى‬ َ ‫صلُّونَ َعلَى أَ َح ِد ُك ْم َما دَا َم في َمجْ لِ ِس“ ِه الَّ ِذي‬َ ُ‫ َوال َمالئِ َكةُ ي‬، ُ‫الصَّالةُ ِهي تَحْ بِ ُسه‬
‫ َم““ا‬، ‫ َما لَم يُ“ ْ“ؤ ِذ في““ه‬، ‫ اللَّهُ َّم تُبْ َعلَي ِه‬، ُ‫ اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَه‬، ُ‫ اللَّهُ َّم ارْ َح ْمه‬: َ‫ يَقُولُون‬، ‫فِي ِه‬
. ‫ وهذا لفظ مسلم‬، ‫ق عليه‬ ٌ َ‫ ُمتَّف‬. )) ‫ث ِفي ِه‬ ْ ‫لَ ْم يُحْ ِد‬
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibahdan Abu Kuraib,
semuanya dari Abu Muawiyah. Abu Kuraib mengatakan; telah menceritakan
kepada kami Abu Muawiyah dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah
4
Al-Bugha Dr.Musthafa Dieb & Mistu Dr.Muhyiddin,Al-Wafi syarah hadis arbain imam nawawi,Qishti
Press,Cet 6,Hal 11-12
5
Asyqar Umar Sulaiman,Fiqih niat,Gema insane,2006,Cet 5,Hal 46-50
katanya; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Shalat seseorang
dengan berjama'ah melebihi dua puluh sembilan derajat dari shalat seseorang
yang dikerjakan di rumahnya dan di pasarnya, demikian itu karena bila salah
seorang diantara mereka berwudhu' dengan menyempurnakan wudlu'nya, lalu
mendatangi masjid, dan tidak ada yang mendorongnya kecuali untuk shalat, maka
tidaklah ia melangkah satu langkah, kecuali akan ditinggikan derajatnya dan
dihapus kesalahannya, hingga ia masuk masjid, jika ia telah masuk masjid, maka
ia dihitung dalam shalat selama ia tertahan oleh shalat, dan malaikat terus
mendoakan salah seorang diantara kalian selama ia dalam majlisnya yang ia
pergunakan untuk shalat, malaikat akan berdoa; "Ya Allah, rahmatilah dia, Ya
Allah, ampunilah dia, Ya Allah maafkanlah dia, " selama ia tidak melakukan
gangguan dan belum berhadats." Telah menceritakan kepada kami Said bin 'Amru
dan Al Asy'ats telah mengabarkan kepada kami Abtsar dan diriwayatkan dari jalur
lain) telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Bukkar bin Rayyan katanya;
telah menceritakan kepada kami Ismail bin Zakariya (dan diriwayatkan dari jalur
lain) telah menceritakan kepada kami Ibnu Al Mutsanna katanya; telah
menceritakan kepada kami Ibnu Adidari Syu'bahsemuanya dari Al A'masy
6
tentang sanad dan maksud yang sama.(HR Muslim No.1059)
1. Takhrij Hadis

Hadis Penguat
Shahih Bukhari 457, Shahih Bukhari 611, Shahih Bukhari 1976, Sunan Abu Daud 472,
Sunan Ibnu Majah 778, Sunan Ibnu Majah 780, Sunan Ibnu Majah 781, Sunan Ibnu
Majah 782, Musnad Ahmad 3383, Musnad Ahmad 3943, Musnad Ahmad 4441, Musnad
Ahmad 7121, Musnad Ahmad 9769, Musnad Darimi 1245, Musnad Darimi 1246

 Abdullah bin muammad bin abi syaibah Ibrahim bin utsman


 Kalangan : tabi’ul atba kalangan tua
 Kunyah :abu bakar
 Tahun Wafat 235 H
 Kedudukan : Tsiqat (komentar Abu Hatim)

 Muhammad bin khazim


 Kalangan : tabi’ul atba kalangan tua Kunyah : Abu Sa’id
 Tahun Wafat :147 H
 Kedudukan : Tsiqat (komentar Yahya bin Ma’in)

 Dzakwan

6
Abu Zakaria Muhyuddin An Nawawi, Syarah Shahih Muslim,Jilid 2, Hal.465,no.649
 Kalangan : Tabiin kalangan Pertengahan
 Kunyah : Abu Shalih
 Tahun Wafat :101 H
 Kedudukan : Tsiqat tsabat (komentar ibnu hajar Al Asqalani)

 Abdurrahman bis shakhr


 Kalangan : Sahabat
 Kunyah : Abu Hurairah
 Tahun Wafat :57 H
 Kedudukan :Sahabat

2. Makna al-Mufradat

‫صالةُ الرَّج ِل‬


َ sholat seseorang: ُ‫يَ ْنهَ ُزه‬mendorong dia :
‫ج َما َع ٍة‬ Berjama’ah : ْ ‫يَ ْخطُ ُخ‬mengambil langkah :
ً‫ط َوة‬
‫تَزي ُد‬ melebihi : ُ‫تَحْ بِ ُسه‬kunci dia :

‫سُوقِه‬ pasarnya : َ‫صلُّون‬


َ ُ‫ال َمالئِ َكةُ ي‬ para malaikat mendoakan :

َ ‫تَ َوضَّأ‬ ’berwudhu: ‫ َمجْ لِ ِس ِه‬Majelis :

3. Penjelasan Makna Hadis

“Telah menceritakan kepada kita Abdullah bin Yusuf, ia berkata : telah


mengabarkan kepada kita Malik dari Nafi’ dari Abdullah bin umar sesungguhnya
Rasulullah bersabda : shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian dengan
dua pilih tujuh derajat.”(HR.Bukhari)
Hadis diatas menjelaskan betapa pentingnya shalat berjamaah, karena Allah
memberikan kebaikan atau pahala sebanyak dua pilih tujuh derajat. Jadi sudah
sepantasnya seluruh umat islam mengamalkan hal tersebut. Berdasarkan ayat al-Quran
dan sunnah Rasulullah bahwa sholat berjamaah dimasjid itu disyariatkan dan lebih utama
dilaksanakan daripada shalat sendiri dirumah.
Hukum shalat berjamaah menurut bebagian ulama’ yaitu fardu ‘ain (wajib ain),
sebagian berpendapat bahwa sholat berjamaah itu fardu kifayah, dan sebagian lagi
berpendapat sunnat muakad (sunah istimewa). Pendpat terakhir inilah yang paling layak,
kecuali bagi shalat jumat. Jadi shalat jamaah adalah hukumnya sunnah muakad karena
sesuai dengan pendapat yang seadil-adilnya dan lebih dekat kepada yang benar. Bagi
laki-laki shalat lima waktu berjamaah dimasjid lebih baik daripada shalat berjamaah
dirumah, kecuali shalat sunah maka dirumah lebih baik. Sedangkan bagi perempuan
shalat dirumah lebih baikkarena hal itu lebih aman bagi mereka.7

4. Point-point Penting

a) Sholat merupakan rukun islam kedua dan merupakan rukun islam terpenting
setelah dua kalimat syahadat.
b) Sholat merupakan sarana komunikasi dan media penghubung antara seorang
hamba dengan tuhannya.
c) Sholat adalah media meminta pertolongan kepada Allah.
d) Sholat merupakan amalan yang dapat mencegah dari maksiat.
e) Sholat adalah cahaya bagi orang-orang yang beriman.
f) Sholat adalah kebahagiaan jiwa orang-orang yang beriman dan merupakan
penyejuk hati.
g) Sholat merupakan penghapus dosa-dosa yang telah dilakukan dan menjadi pelebur
segala kesalahan.
h) Sholat merupakan tiang agama.
i) Sholat merupakan pembeda antara orang-orang yang beriman dengan orang kafir
dan musyrik.
j) Sholat merupakan sebaik-baik amalan.
k) Sholat adalah perkara pertama yang dihisab dari amlan perbuatan manusia.8

D. Niat yang Benar akan Terhitung Walau salah alamat

‫ وه““و وأب““وه وج““ده‬،‫وع َْن أبي يزي““د معن بن يزي““د بن األخنس َرض““ َي هَّللا َع ْنهُم‬
‫ كان أبي يزيد أخرج دنانير يتصدق به““ا فوض““عها عن““د رج““ل في‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫صحابيون‬
‫ وهَّللا ما إياك أردت! فخاص““مته إِلَى َر ُس “ول‬:‫ال‬َ َ‫المسجد فجئت فأخذتها فأتيته بها فق‬
ُ‫ <لك ما نويت يا يزيد ولك ما أخذت ي““ا معن> َر َواه‬:‫ال‬ َ َ‫صلَّى هّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلّم فق‬ َ ِ ‫هّللا‬
ِ َ‫ْالبُخ‬
. ُّ‫اري‬
7
http://eprints.walisongo.ac.id//4021/3/103111068_bab2.pdf
8
A.Darussalam,Indahnya kebersamaan dengan shalat berjamaah,UIN Alauddin Makasar,Hal 25-28
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf telah menceritakan
kepada kami Isra'il telah menceritakan kepada kami Abu Al Juwairiyah bahwa Ma'an bin
Yazid radliallahu 'anhu menceritakan kepadanya, katanya: "Aku, bapakku dan kakekku
sudah berbai'at kepada Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam. Aku juga pernah
dilamarkan seseorang buatku dan Beliau menikahkanku. Aku juga bersumpah setia
(untuk mengembalikan setiap urusanku) kepada Beliau. Suatu hari bapakku, Yazid
mengeluarkan dinar untuk dishadaqahkan, lalu dia meletakkannya di samping seseorang
yang berada di masjid. Kemudian aku datang, aku ambil dan aku bawa kepadanya, lalu
bapakku berkata,: "Demi Allah, bukan kamu yang aku tuju". Lalu masalah ini aku adukan
kepada Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam, maka Beliau berkata,: "Bagimu apa yang
sudah kamu niatkan wahai Yazid, sedangkan bagimu apa yang telah kamu ambil wahai
Ma'an".(HR.Bukhari no.1333)9 :

1. Takhrij Hadis

Hadis Penguat

Musnad Darimi 1582

Kualitas perawi

 Muhammad bin yusuf bin waqid bin utsman


 Kalangan : Tabiin kalangan biasa
 Kunyah : Abu abdullah
 Tahun Wafat :212 H
 Kedudukan : Tsiqat Fadlil (komentar ibnu hajar Al Asqalani)

 Israil bin yunus bin abi ishaq


 Kalangan : Tabiin kalangan Tua
 Kunyah : Abu yusuf
 Tahun Wafat :160 H
 Kedudukan : Tsiqat (komentar ibnu hajar Al Asqalani)

 Khiththan bin khaffaf bin zuhair


 Kalangan : Tabiin kalangan Pertengahan
 Kunyah : Abu Al Zuhairiyyah
 Tahun Wafat :-
 Kedudukan : Tsiqat (komentar ibnu hajar Al Asqalani)

 Ma’an bin yazid bin al akhnas bin habib

9
Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih Bukhari,(Jakarta,Pustaka Azzam 2010) Jilid 5,
Hal .20,no.1333
 Kalangan : Sahabat
 Kunyah : Abu Yazid
 Tahun Wafat :-
 Kedudukan : -

2. Makna al-Mufradat
‫ َو َج ِّدي‬: Aku dan Bapakku serta Kakekku
‫ أخرج‬: mengeluarkan
‫ يتصدق‬: bersedekah
‫ب َع َليَّ َفأ َ ْن َك َحنِي‬
َ ‫ َو َخ َط‬: dan beliau meminang untukku lalu menikahkanku
‫ض َع َها عِ ْن َد َرج ٍُل‬ َ ‫ َف َو‬: lalu ia menitipkannya kepada seorang laki-laki
‫ت َفأ َ َخ ْذ ُت َها‬
ُ ‫ َف ِج ْئ‬: Aku datang lalu mengambilnya
ُ ‫ك أَ َر ْد‬
‫ت‬ َ ‫ َوهَّللا ِ َما إِيَّا‬: demi Allah, bukan kepada engkau yang aku maksud
َ ‫ك َما َن َوي‬
‫ْت‬ َ ‫ َل‬: bagimu apa yang kamu niatkan
ُ‫ت َيا َمعْ ن‬َ ‫ك َما أَ َخ ْذ‬
َ ‫ َو َل‬: dan bagimu apa yang engkau ambil, wahai Ma'an

3. Penjelasan Makna Hadis


Seorang laki-laki muslim yang akan menikahi muslimah, hendaklah ia
meminangnya terlebih dahulu karena dimungkinkan ia sedang dipinang oleh orang lain.
Dalam hal ini islam melarang seorang laki-laki muslim meminang wanita yang sedang
dipinang oleh orang lain. Rasulullah bersabda, Artinya: “Nabi melarang seseorang
membeli barang yang sedang ditawar (untuk dibeli) oleh saudaranya, dan melarang
seseorang meminang wanita yang telah dipinang, sampai orang yang meminangnya itu
meninggalkannya atau mengizinkannya”.
Apabila seorang laki-laki yang shaleh dianjurkan untuk mencari wanita muslimah
ideal maka demikian pula dengan wali kaum wanita. Wali wanita pun berkewajiban
mencari laki-laki shalih yang akan dinikahkan dengan anaknya. Dari Abu Hattim al-
Muzanni ia berkata, Rasulullah bersabda, Artinya : “Jika datang kepada kalianseorang
yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dengan anak kalian).
Jika tidak maka akan menjadi fitnah dibumi dan kerusakan yang besar”. (HR.Tirmidzi,
Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syeikh al-Abani).
Boleh juga seorang wali menawarkan putrid atau saudara perempuannya kepada
orang-orang yang shalih. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Umar, ia berkata :
”Bahwasannya tatkala Hafshah binti Umar ditinggal mati oleh suaminya yang bernama
Khunais bin Hudzafah as-Sahmi, ia adalah seorang sahabat nabi yang meninggal di
Madinah. Umar bin Khattab berkata ‘Aku mendatangi Utsman nin Affan untuk
menawarkan Hafshah maka ia berkata, ‘Aku akan pertimbangkan dahulu. Setelah
beberapa hari kemudian Utsman mendatangiku dan berkata, aku telah memutuskan untuk
menikah saat ini”. Umar melanjutkan, kemudian aku menemui Abu Bakar ash-Shiddiq
dan berkata, jika engkau mau aku akan menikahkan Hafshah binti Umar denganmu. Akan
tetapi Abu Bakar diam dan tidak berkomentar apapun. Saat itu aku lebih kecewa terhadap
Abu Bakar daripada Utsman.
Maka berlalulah beberapa hari hingga Rasulullah meminangnya. Maka, aku
nikahkan putriku dengan Rasulullah. Kemudian Abu Bakar menemuiku dan berkata,
“Apakah engkau marah padaku tatkala engkau menawarkan Hafshah akan tetapi, aku
tidak berkomentar apapun?” Umar menjawab, ya Abu Bakar Berkata “Sesungguhnya
tidak ada sesuatu yang menghalangiku untuk menerima tawaranmu, kecuali aku
mengetahui Rasulullah telah menyebut-nyebutnya (Hafshah). Aku tidak ingin
menyebarkan rahasia Rasulullah. Jika beliau meninggalkannya, niscaya aku akan
menerima tawaranmu”. (Shahih sunan an-Nasa’I No.3047)10

4. Point-point Penting

Persyaratan lazimah, merupakan syarat yang harus dipenuhi sebelum khitbah


dilakukan. Oleh karena itu sah nya sebuah pinangan tergantung kepada persyaratan
lazimah, diantaranya :

1) Perempuan yang akan dipinang bukan daalm pinangan pria lainnya sampai pria
tersebut melepaskan pinangannya.

10
Ernawati,Hadis tentang Peminangan,Forum Ilmiah,2017,Vol 14 No 3,Hal 261-262
2) Perempuan yang akan dipinang bukan pada masa iddah, dan jika pada iddah
raj’I makan yang berhak mengawininya adalah mantan suaminya, disamping
itu ada empat hal terkait, dintaranya:
a) Kebolehan meminang seseorang wanita cerai yang belum disetubuhi,
disebabkan tidak masuk pada masa iddah dalam kesepakatan para
ulama.
b) Tidak bolehnya melamar wanita yang telah ditalak raj’I, baik terang-
terangan ataupun tidak.
c) Kebolehan meminang seseorang wanita dengan isyarat (tertutup) dan
tidak terbuka atau terang-terangan bagi wanita dalam masa iddah
disebabkan wafat suaminya.
d) Ketidakbolehan meminang seorang wanita yang sedang dalam ikatan
pernikahan dengan pria lain.11

E. Niat negatif juga berdampak negatif

‫ “إذا التقى‬:‫روى البخاري ومسلم عن أبي بكرة أن النبي ـ صلى هللا عليه وسلم ـ قال‬
‫ يا رسول هللا هذا القاتِل فما با ُل‬:‫المسلما ِن بسيفَيْهما فالقاتل والمقتول في النار” قلت‬
”‫صا على قتل صاحبه‬ ً ‫ “إنّه كان حري‬:‫المقتول؟ قال‬

Telah menceritakan kepada kami 'Abdurrahman bin Mubarak telah menceritakan


kepada kami Hammad bin Zaid telah menceritakan kepada kami Ayyub dan Yunus dari
Al Hasan dari Al Ahnaf bin Qaismengatakan; 'aku berangkat untuk membantu lelaki ini,
(di tengah perjalanan) Abu Bakrah memergokiku dan bertanya; 'mau kemana kau? ' Saya
menjawab; 'untuk menolong orang ini.' Abu Bakrah berkata; Pulang saja kamu. Sebab
aku mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Jika dua orang muslim
bertemu dengan menghunuskan pedangnya, maka si pembunuh dan yang dibunuh sama-
sama di neraka." Saya bertanya; 'Ya Rasulullah, saya maklum terhadap si pembunuh,
lantas apa dosa yang dibunuh? ' Nabi menjawab: "sesungguhnya dia juga berkeinginan
keras membunuh kawannya."(HR.Bukhari No.6367)12

1. Takhrij Hadis

Hadis Penguat

11
A.Darussalam,Peminangan dalam islam,Tahdis,2018,Vol 9 no 2,Hal 164-166
12
Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih Bukhari,(Jakarta,Pustaka Azzam 2010) jilid
19, hal.311, hadis nomor 6367
Shahih Muslim 5139, Shahih Muslim 5140, Sunan Abu Daud 3723, Sunan Nasai
4052, Sunan Nasai 4054, Sunan Ibnu Majah 3954, Musnad Ahmad 19589
Kualitas Periwayat
 Abdurrahman bin al mubarok bin abdullah
 Kalangan : Tabi’ul atba’ kalangan Tua
 Kunyah : Abu bakar
 Tahun Wafat :228 H
 Kedudukan : Tsiqat fadlil (komentar ibnu hajar Al Asqalani)

 Hammad bin Zaid bin Dirham


 Kalangan : tabi’ut Tabiin kalangan pertengahan
 Kunyah : Abu ismail
 Tahun Wafat :179 H
 Kedudukan : Tsiqat tsabat Faqih (komentar ibnu hajar Al Asqalani)

 Ayyub bin abi tamimah keysan


 Kalangan : Tabiin kalangan biasa
 Kunyah : Abu bakar
 Tahun Wafat :131 H
 Kedudukan : Imam (komentar Adz Dzahabi)

 Al hasan bin abi al hasan yasar


 Kalangan : Tabiin kalangan pertengahan
 Kunyah : Abu sa’id
 Tahun Wafat :110 H
 Kedudukan : Tsiqat (komentar ibnu hajar Al Asqalani)

 Adlahhaak bin Qais bin Muawwiyan bin hushain.


 Kalangan : Tabiin kalangan Tua
 Kunyah : Abu bahar
 Tahun Wafat :67 H
 Kedudukan : Tsiqat (komentar ibnu Hibban)

 Nufa’I bin Al Harits Bin Khildah


 Kalangan : Sahabat
 Kunyah : Abu Bakhrah
 Tahun Wafat :52 H
 Kedudukan : Sahabat

Makna al-Mufradat
‫ التقى المسلما ِن‬: dua orang muslim yang saling membunuh.
‫ فالقاتل والمقتول‬: yang membunuh dan yang terbunuh
‫ في النار‬: masuk kedalam neraka
‫ كان حريصًا‬: sesungguhnya berkeinginan

3. Penjelasan Makna Hadis


Dalam hadis diatas secara tekstual hadis, tidak ditemukan sama sekali perkataan
kafr, hadis tersebut hanya dipahami sebagai larangan sesame muslim untuk saling
membunuh sebab yang melakukannya akan dimasukkan kedalam neraka. Begitu pula dari
hadis yang di tampilkan dengan subtema yang sama, tidak ditemukan redaksi yang
berbeda secara mendasar, bahkan seluruh hamper memiliki lafal yang sama kalaupun ada
yang beda tetap memiliki makna yang sama.
Namun secara kontekstual, hadis diatas dapat dihubungkan dan memiliki
keterkaitan dengan makna kafr dalam pengertian melakukan dosa besar sebab hamper
semua perbuatan yang mengakibatkan orang dimasukkan kedalam neraka adalah dosa
besar. Menurut Ibn Abbas, semua perbuatan dosa yang diancam tuhan dengan siksa
neraka, kemurkaan dan laknatnya tergolong dosa besar. Begitupula menurut al-Ghazali
sebagaimana yang dikutip oleh Harifuddin Cawindu, bahwa setiap perbuatan yang
dilakukan dengantanpa rasa takut, tanpa rasa penyesalan, dan bahkan disertai sikap
menganggap enteng, maka perbuatan tersebuttermasuk kategori dosa besar ( Cawindu,
1991:11)
Selain argument diatas, ditemukan pula hadis lain sebagai pendukung pendapat
diatas yaitu: “Barang siapa yang membunuh orang terkait dengan perjanjian setia
dengan kaum muslimin, maka ia tidak akan merasakan baunya syurga dan sesungguhnya
baunya surge telah didapatkan dari jarak tempuh empat puluh tahun lamanya.”
(HR.Bukhari)
Dari hadis diatas , dapat dipahami kalau membunuh non-muslim (ahl al-Zimmi)
dapat menjauhkan seseorang dari mencium bau surge apalagi membunuh sesame muslim
(Q.S al-Nisa :9). Kafr dapat dipahami bahwa makna kafr dalam redaksi hadis-hadis atau
yang makna kafr dalam pengertian pengingkaran atau pendustaan terhadap tuhan, rasul-
rasulnya sebagai antipada dari iman, tetapi memiliki atau mengandung arti serta diduga
sebagai dosa besar. 13

4. Point-point Penting

Unsure-unsur pembunuhan sengaja


1) Yang dibunuh itu manusia yang diharamkan Allah darahnya( mwmbunuhnya )
atau yang dalam istilah fikih disebut ma’sum ad-dam (terpelihara darahnya).
2) Perbuatan kejahatan itu membawa kematian seseorang, jika perbuatan kejahatan
yang dilakukannya itu tidak berakibat wafatnya korban.
3) Bertujuan untuk menghilangkan nyawa seseorng.

Unsure-unsur pembunuhan semi sengaja


1) Pelaku melakukan suatu perbuatan yang mengakibatkan kematian.
2) Ada maksud penganiyaan atau permusuhan.
3) Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan pelaku dengan kematian korban.

Unsure-unsur pembunuhan kesalahan


1) Adanya perbuatan yang menyebabkan kematian.
2) Terjadinya perbuatan itu karena kesalahan.
3) Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan kesalahan dengan kematian
korban.14

F. Kesimpulan
1) bahwa segala amal perbuatan yang dilakukan oleh orang islam tidak akan
mendapat pahala, kecuali dengan niat. Dalam ibadah pokok seperti sholat, haji
dan puasa, niat merupakan salah satu rukunnya.
2) shalat jamaah adalah hukumnya sunnah muakad karena sesuai dengan pendapat
yang seadil-adilnya dan lebih dekat kepada yang benar. Bagi laki-laki shalat lima
13
Zainal Abidin,Kufr dalam perspektif hadis,Jurnal Hunafa,Vol 5 No 1,Hal 98-99
14
Imaning Yusuf,Pembuhuhan dalam perspektif hukum islam,Nurani,2013,Vol 13 No 2,Hal 5-6
waktu berjamaah dimasjid lebih baik daripada shalat berjamaah dirumah, kecuali
shalat sunah maka dirumah lebih baik. Sedangkan bagi perempuan shalat
dirumah lebih baikkarena hal itu lebih aman bagi mereka.
3) seorang laki-laki yang shaleh dianjurkan untuk mencari wanita muslimah ideal
maka demikian pula dengan wali kaum wanita. Wali wanita pun berkewajiban
mencari laki-laki shalih yang akan dinikahkan dengan anaknya
4) ). Kafr dapat dipahami bahwa makna kafr dalam redaksi hadis-hadis atau yang
makna kafr dalam pengertian pengingkaran atau pendustaan terhadap tuhan, rasul-
rasulnya sebagai antipada dari iman, tetapi memiliki atau mengandung arti serta
diduga sebagai dosa besar.

Daftar Pustaka
Al Asqalani ,Ibnu Hajar, 2010,Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih Bukhari
:Jakarta,Pustaka Azzam.

Manna’ Al – Qathan, 2017,Pengantar Studi Ilmu Hads , jakarta Timur : Pustaka Al –


Kaustar

Asyqar Umar Sulaiman,Fiqih niat,Gema insane,2006

An Nawawi ,Abu Zakaria Muhyuddin, 2010,Syarah Shahih Muslim, jakarta:Pustaka


Azzam

Al-Bugha Dr.Musthafa Dieb & Mistu Dr.Muhyiddin,Al-Wafi syarah hadis arbain imam
nawawi,Qishti

A.Darussalam,Peminangan dalam islam,Tahdis,2018

Ernawati,Hadis tentang Peminangan,Forum Ilmiah,2017

A.Darussalam,Indahnya kebersamaan dengan shalat berjamaah,UIN Alauddin Makasar

maning Yusuf,Pembuhuhan dalam perspektif hukum islam,Nurani,2013,

Anda mungkin juga menyukai