Anda di halaman 1dari 6

KLASIFIKASI HADITS DARI SEGI KUALITAS

Disusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Ulumul Hadits

Dosen Pengampu : Ibu Nurul Aulia, M.H.

Disusun Oleh:

1. Putri Nur Azizah (211221096)


2. Rostiyana Ulidamayanti (211221106)
3. Donita Sofiana Pratiwi (211221111)
4. Marina Aninditya Mulia (211221116)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA

2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu hadits Maqbul?
2. Apa definisi, derajat, hukum, dan contoh dari hadits Shohih?
3. Apa definisi, derajat, hukum, dan contoh dari hadits Hasan?
C. Tujuan
1. Mengetahui hadits Maqbul.
2. Mengetahui definisi, derajat, hukum, dan contoh dari hadits Shohih.
3. Mengetahui definisi, derajat, hukum, dan contoh dari hadits Hasan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadits Maqbul
1. Definisi
a. Definisi hadits maqbul menurut M. Ajaj al-Khutabi
‫ القبول‬0‫ فیھ جمیع الشروط‬0‫ألمقبول ھو ما توافرت‬
“Hadits maqbul adalah hadits-hadits yang didalamnya terpenuhi syarat-syarat
diterimanya suatu hadits”
b. Definisi yang dikeukakan oleh Mahmud al-Thuhan
‫ المخبر بھ‬0‫ما تراجح صدق‬
“Hadits maqbul adalah hadits ysng diriwayatkan oleh perawi yang dianggap benar
(jujur)”
Hukum mengamalkan hadits maqbul adalah wajib begitu pula berhujjah dengannya
adalah wajib
2. Pembagian Hadits Maqbul
Secara garis besar hadits maqbul terbagi kedalam dua bagian sebagai berikut:
a. Hadits Shohih
b. Hadits Hasan

B. Hadits Shohih
1. Definisi
Kata shahih menurut bahasa dari kata shahha, yashihhu, suhhan wa shihhatan wa
shahahan, yang menurut bahasa berarti yang sehat, yang selamat, yang benar, yang sah
dan yang benar. Para ulama biasa menyebut kata shahih itu sebagai lawan kata dari kata
saqim (sakit). Maka hadits shahih menurut bahasa berarti hadits yang sah, hadits yang
sehat atau hadits yang selamat.
Sedangkan definisi hadits shahih menurut istilah adalah sebagai berikut:
a. Definisi yang dikemukakan oleh Mahmud al-Thuhan dalam kitabnya Taisir
Musthlah
‫ما اتصل سنده بنقل العدل الظا بط عن مثلھ الى منتھاه من‬
ّ‫غیر شذوذ وال علة‬
“Hadits yang sanadnya bersambung yang diriwayatkan oleh rawi yang adil dan
dhabith dari rawi yang sama (adil dan dhabit) dari awal sanad sampai akhirnya. Serta
tidak syad dan tidak ada illat”.
b. Definisi hadits menurut Ibn Shalah dalam kitabnya Ulum al-Hadits
‫المسند الذى یتص ّل إسنا ده بنقل العدل الظا بط عن العدل الظا بط الى‬
‫ وال یكون شا ذا وال معلل‬,‫منتھاه‬
“Hadits yang sanadnya bersambung yang diriwayatkan oleh orang yang adil dan
dhabith (kuat hafalannya) dari orang yang serupa (adil dan dhabith) sampai akhir
sanadnya serta tidak terdapat syad dan illat”
c. Definisi hadits shahih menurut ‘Ajaj al-Khutabi
‫ما اتصل سنده بالعدول الظا بطین من غیر شذوذ وال علة‬
“Hadits yang sanadnya bersambung yang diriwayatkan oleh para rawi yang adil dan
dhabith secara keseluruhan (dari awal sampai akhir sanad) tidak syad juga tidak ada
ilat”

Dari definisi-definisi diatas nampak jelas ada lima syarat bagi hadits untuk bisa disebut
hadits shahih, yaitu:
a. Sanadnya bersambung. Yang dimaksudsanad bersambung adalah tiap–tiap
periwayatan dalam sanad hadits menerima periwayat hadits dari periwayat terdekat
sebelumnya, keadaan ini berlangsung demikian sampai akhir anad dari hadits itu.
b. Periwayatan bersifat adil. Adil di sini adalah periwayat seorang muslim yang baligh,
berakal sehat, selalu memelihara perbutan taat dan menjauhkan diridari perbuatan –
perbuatan maksiat.
c. Periwayatan bersifat dhabit. Dhabit adalah orang yang kuat hafalannya tentang apa
yang telah didengarnya dan mampu menyampaikan hafalannya kapan saja ia
menghendakinya.
d. Tidak Janggal atau Syadz adalah hadits yang tidak bertentangan dengan hadits lain
yang sudahdiketahui tinggi kualitas ke-shahih-annya.
e. Terhindar dari illat (cacat) adalah hadits yang tidak memiliki cacat, yang disebabkan
adanya hal-hal yang tidak baik, yang kelihatannya samar-samar.

2. Derajat
Tingkatan atau derajat hadits shahih adalah sebagai berikut:
a. Hadits shahih paling tinggi derajatnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi
yang tergolong ashah al-asanid seperti riwayat Malik dari nafi’ dari Ibnu Umar.
b. Hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang derajatnya berada dibawah derajat rawi
pertama seperti riwayat hamad ibn Salamah dari Tsabit dari Anas.
c. Hadits yang diriwayatkan oleh para perawi yang disipati dengan sifat tsiqat seperti
riwayat Suhail ibn Abi Thalith dari bapaknya dari Abu hurairah.

3. Hukum
Para ulama dari semua kalangan (ulama hadits, ahli ushul dan ahli fiqh) sepakaat
bahwa mengamalkan dan berhujjah dengan hadits shahi hukumnya adalah wajib.
Bahkan menurut mereka, hadits shahih merupakan salah satu dalil syari’at.

4. Contoh
Contoh hadits shshih adalah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhori dalam kitab
shahihnya, kitab adzan berikut:
:‫حدثنا عبد ﷲ بن یسف قال أخبرنا ما لك عن إبن شھاب عن مح ّمد بن جبیر بن مطعم عن أبیھ قال‬
‫سمعت رسول ﷲ صم قرأ في المغرب بالطور‬
“Telah menceritakan kepada kami Abdullah ibn Yusuf, ia berkata, bercerita kepada
kami Malik dari Ibn Syihab dari Muhammad ibn Zubair ibn Math’am dari bapaknya ia
berkata: ‘Aku mendengar Rasulullah Saw. membaca Surat al-Thur ketika shalat
maghrib”

Kemudian contoh lainnya dapat dilihat dari pembagian hadits shahih berikut. Para
ulama-ulama hadits membagi hadits shahih menjadi dua yaitu:
a. Hadits Shahih Li-Dzatih
1) Pengertian hadits shahih Li-Dzatih
Hadits shahih Li-Dzatih ialah hadits shahih dengan sendirinya, artinya hadits
shahih yang melengkapi setinggi-tinggi sifat yang mengharuskan kita
menerimanya”. Dengan demikian, penyebutan hadits shahih LiDzatih dalam
pemakaiannya sehari-hari pada dasarnya cukup dengan memakai sebutan hadits
shahih.
2) Contoh hadits shahih Li-Dzatih
ْ ‫ب ع َْن ُم َح َّم ِد ب ِْن ُجبَي ِْر ب ِْن ُم‬
‫ط ِع ٍم ع َْن‬ ٍ ‫ك ع َْن اب ِْن ِشهَا‬ ٌ ِ‫ َمال‬0‫ُف قَا َل َأ ْخبَ َرنَا‬0َ ‫َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ يُوس‬
‫ور‬ ُّ ِ‫ب ب‬
ِ ‫الط‬ ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَ َرَأ فِي ْال َم ْغ ِر‬ ُ ‫َأبِي ِه قَا َل َس ِمع‬
َ ِ ‫ْت َرسُو َل هَّللا‬
“Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf, ia berkata, ‘Telah
mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Muhammad bin Jubair
bin Muth’im dari ayahnya, ia berkata, ”Aku pernah mendengar Rasulullah ‫ﷺ‬
dalam shalat Maghrib membaca “Ath-Thur.”(HR. Bukhori)
b. Hadits Shahih Li-Ghairih
1) Pengertian hadits shahih Li-Ghairih
Yang dimaksud dengan hadist Li-Ghairih adalah Hadist yang keshahihannya
dibantu adanya keterangan lain. Hadist pada kategori ini pada mulanya memiliki
kelemahan pada aspek kedhabitannya. Sehingga dianggap tidak memenuhi syarat
untuk dikategorikan sebagai hadist shahih.
2) Contoh hadits shahih Li-Ghairih
Imam Ahmad meriwayatkan di dalam musnadnya, dia berkata:
‫سو َل هَّللا ِ َمنْ َأبَ ُّر قَا َل ُأ َّمكَ قَا َل‬
ُ ‫يم َح َّدثَنِى َأبِى عَنْ َجدِّى قَا َل قُ ْلتُ يَا َر‬
ِ ‫س ِعي ٍد َح َّدثَنَا بَ ْه ٌز بْنُ َح ِك‬
َ ُ‫َح َّدثَنَا يَ ْحيَى بْن‬
ْ ‫َأل‬ َ ْ ‫َأل‬ ُ ‫َأ‬ ‫ُأ‬ َ ُ ْ ُ َ ‫ُأ‬
‫قُ ْلتُ ثُ َّم َمنْ قَا َل ثُ َّم َّم َك قا َل قلتُ ث َّم َمنْ قا َل َّم َك ث َّم بَا َك ث َّم ا ق َر َب فا ق َر َب‬
ُ
“Telah bercerita kepada kami Yahya bin Sa’id, ia berkata,’Telah bercerita kepada
kami Bahz bin Hakim,’ Ia berkata,’Ayahku telah menceritakan kepadaku dari
kakekku, ia berkata, “Aku bertanya, “Wahai Rasulullah! Siapakah orang yang
aku harus paling berbakti kepadanya?” Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab, “Ibumu.” Aku
bertanya lagi, “kemudian siapa?” Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab, “Kemudian Ibumu.
“Aku bertanya lagi, “Lalu siapa lagi?” Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab, “Ibumu
kemudian ayahmu kemudian yang paling dekat kekerabatannya denganmu dan
yang di bawah itu.”

C. Hadits Hasan
1. Definisi
Secara etimologi, pengertian kata “Hasan” berarti sifat yang bermakna indah.
Sedangkan secara terminologi, para ulama mempunyai pendapat tersendiri, seperti yang
disebutkan berikut ini:
a. Hadits hasan menurut jumhur ulama
‫ما نقله عدل قليل الضبط متصل السند غير معلل وال شاد‬
“Hadits yang dinukilkan oleh seorang yang adil, tidak begitu kokoh ingatannya,
sanadnya bersambung dan tidak terdapat ‘illat serta kejanggalan”
b. Hadits hasan menurut Ibnu Hajar al-Asqalani
‫ بنقل عدل تام الضبط متصل السند غير معلل وال شا ذ‬0‫َوخبراألحاد‬
“Khobar ahad yang dinukil oleh orang yang adil, kurang sempurna hafalannya,
bersambung sanadnya, tidak cacat, dan tidak syadz”
Dari semua pengertian diatas, bahwa hadits hasan berarti baik dan derajat hadits
hasan berada dibawah hadits shahih dan perbedaanya antara hadits shahih dan hadits
hasan adalah hanya terletak pada soal ke-dhabith-an rawi.
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi suatu hadits yang dikategorikan
sebagai hadits hasan, yaitu:
a. Para perawinya adil
b. Ke-dhabith-an rawi dibawah rawi hadits shahih
c. Sanadnya bersambung
d. Tidak terdapat kejanggalan atau syadz
e. Tidak mengandung ‘illat

2. Derajat
Sebagimana hadits shahih, hadits hasan juga memiliki tingkatan tertentu. Tingkatan
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Paling tinggi derajatnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Bahj ibn Hakim dari
bapaknya dari kakeknya, dan riwayat Ibn Ishaq dari al-Taimi.
b. Riwayat yang diperdebatkan kehasanannya seperti riwayat Harits ibn Abdillah,
Ashim ibn Damroh dan riwayat Hajaj ibn Athrah dll.

3. Hukum
Hukum mengamalkan dan berhujjah dengan hadits hasan lidzatihi sama halnya
dengan hukum mengamalkan dan berhujjah dengan hadits shahih yaitu wajib walaupun
kekuatan hadits hasan berada dibawah hadits shahih. Oleh karena itu hadits hasan
dijadikan hujjah oleh seluruh kalangan ulama (ahli hadits, fiqih dan ahli ushul) kecuali
oleh orang-orang yang menganggap remeh hadits hasan seperti Ibn Hibban dan Ibn
Huzaimah.

4. Contoh
Para ulama hadits membagi hadits hasan menjadi dua, yaitu:
a. Hadits hasan Li-Dzatih
1) Pengertian hadits hasan Li-Dzatih
Hadits hasan LiDzatih menurut bahasa merupakan sifat musyabbahat dari kata
“hasuna” artinya bagus.menurut Ibn Ash-Shalah pada hadits hasan LiDzatih para
perawinya terkenal kebaiaknnya, akan tetapi daya ingatnya atau daya kekuatan
hafalan belum sampai kepada derajat hafalan para perawi yang shahih.
2) Contoh hadits hasan Li-Dzatih
Contoh hadits hasan LiDzatih adalah hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi
dalam bab fadha’il al-jihad
‫ عن أبي عمران الجوني عن أبي بكر بن أبي‬0‫حدثنّا قتیبھ ح ّدثنا جعفر بن سلیمان ا لضبعي‬
ّ‫ أب أبواب الجنة‬:‫ قال رسول ﷲ صم‬:‫ سمعت أبي بحضرة العدو یقول‬:‫ قال‬0‫موسى األشعري‬
0‫تحت ظالل السیوف‬
(‫)ھذا حدیث حسن غریب‬
“Telah bercerita kepada kami Qutaibah telah bercerita kepada kami Ja’far
ibn Sulaiman al-dhaba’i dari Abi Imran alJauni dari Abi Bakar ibn Abu Musa al-
asy’ari ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “ pintu surga
berada dibawah bayang-bayang pedang …” (hadits hasan gharib).
Hadits di atas merupakan hadits hasan lidzatihi karena seluruh rawinya
tsiqat kecuali Ja’far ibn Ismailal-Dhaba’i oleh karena itu derajat hadits tersebut
turun dari hadits shahih ke hadits hasan lidzatihi.
b. Hadits Hasan Li-Ghairih
1) Pengertian hadits hasan Li-Ghairih
Pengertian hadits hasan Li-Ghairih adalah sebagai berikut:
‫ ولم یكن ضعفھ فسق الرّوي أو كذبھ‬,‫الضعیف إذا تعددت طرقھ‬
“Hadits dhai’if yang memiliki Riwayat yang banyak kedhai’ifannya bukan
disebabkan karena fisiknya rawi atau kedustaannya”.
2) Contoh hadits hasan Li-Ghairih
‫عن عا صم بن عبد ﷲ عن عبد ﷲ بن عامر بن ربیعة أن إمرأة‬
‫ ﷲ صم‬0‫ فقال رسول‬,‫" من بني فزارة تزاوجت على نعلین‬
‫ فأجا ز‬,‫ نعم‬:‫أرضیت من نفسك وما لك بنعلین؟ قلبت‬
“Dari Syu’bah dari ‘Ashim Ubaidillah dari Abdillah ibn Amir ibn Rubai’ah
dari dari bapaknya sesungguhnya seorang perempuan dari bani Fazarah menikah
dengan masyarakat kawin dua sandal kemudian Rasul berkata padanya: “Apakah
engkau ridha atas dirimu dan hartamu diganti dengan dua sandal? perempuan itu
menjawab “ya! “kemudian Rasul memperbolehkannya.
‘Ashim merupakan orang yang dha’if karena jelek hafalannya tetapi Al-
tirmidzi menganggap hadits ini hasan karena ada riwayat lain yang serupa.

Anda mungkin juga menyukai