Anda di halaman 1dari 17

Macam-macam hadist shohih,

hasan dan dhoif


Nama : Akmaluddin
Nim : 1930403043
Kelas : 19 IP B
Mata Kuliah : Tafsir dan Hadist
Hadist Shohih
Hadits shahih berasal dari kata ‫ الصحيخ‬yang artinya sehat
atau tanpa cacat. Jadi pengertian hadits shahih adalah
hadits yang berasal dari orang yang dipercaya yang
tidak ada keraguan di dalamnya.
‫هو ما اتصل سنده بنكل العدل الضابط ضبطا كامال‬
‫عن مثله وخال ممن الشذوذ و العلة‬
hadis yang muttasil (bersambung) sanadnya,
diriwayatkan oleh orang adil dan dhobith(kuat daya
ingatan) sempurna dari sesamanya, selamat dari
kejanggalan (syadz), dan cacat (‘ilat).
Ciri-Ciri Hadits Shahih

Menurut Imam Syafi’i, Bukhori dan Muslim yang menjadi ciri-


ciri dari hadits shahih adalah sebagai berikut:
• Diriwayatkan oleh perawi hadits yang jujur, terpercaya, baik
pengamalan agamanya, dan sempurna ingatan dan
hafalannya.
• Para perowi yang terdekat dalam sanad harus sejaman.
• Rangkaian sebuah perawi dalam sanad itu haruslah
bersambung mulai dari perowi pertama hingga pada perowi
terakhir.
• Para perowinya harus terdiri dari orang-orang yang dikenal
siqat, dalam arti adil dan dhobith.
Syarat Hadits Shahih

Adapun syarat hadits shahih adalah sebagai


berikut:
• Sanadnya Bersambung
• Perawinya Bersifat Adil
• Perowinya Bersifat Dhobith
• Tidak Syadz
• Tidak Ber’ilat
Pembagian Hadits Shahih
• Hadits shahih terbagi menjadi beberapa bagian seperti di
bawah ini:
• Hadis Shahih li dzati: syarat-syarat lima tersebut benar-
benar telah terbukti adanya,bukan dia itu terputus tetapi
shahih dalam hakikat masalahnya, karena bolehnya salah
dan khilaf bagi orang kepercayaan.
• Hadis Shahih Li Ghoirihi : hadis tersebut tidak terbukti
adanya lima syarat hadis shahih tersebut baik keseluruhan
atau sebagian. Bukanlah berarti sama sekali dusta,
mengingat masih bolehnya berlaku bagi orang yang
banyak salah.
Berikut contoh hadis shahih li ghairihi yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi :
‫ َعنْ أَبِي‬، ‫ َعنْ ُم َح َّم ِد ْب ِن َع ْم ٍرو‬، ‫ان‬ ُ ‫ َح َّدثَنَا َع ْب َدةُ ْب ُن‬، ‫ب‬
َ ‫سلَ ْي َم‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا أَبُو ُك َر ْي‬
‫ق َعلَى أُ َّمتِي ألَ َم ْرتُ ُه ْم‬ َّ ‫ش‬ ُ َ‫ لَ ْوال أَنْ أ‬: ‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫ قَا َل‬، َ‫ َعنْ أَبِي ُه َر ْي َرة‬، َ‫سلَ َمة‬
َ
‫صالة‬ َ ‫اك ِع ْن َد ُك ِّل‬
ِ ‫س َو‬ ِّ ‫بِال‬.  ٍ   
Hadis tersebut dinilai oleh muhaddisin sebagai hadis shahih li ghairihi
sebagaimana dijelaskan diatas. Pada sanad hadis tersebut, terdapat
Muhammad bin ‘Amr yang dikenal orang jujur, akan tetapi kedhabitannya
kurang sempurna, sehingga hadis riwayatnya hanya sampai ke tingkat
hasan. Namun keshahihan hadis tersebut didukung oleh adanya hadis lain,
yang lebih tinggi derajatnya sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh al-
Bukhari dari A’raj dari Abu Hurairah (pada contoh hadis shahih li dzatihi).
      Dari sini dapat kita ketahui bahwa martabat hadis shahih ini tergantung
kepada ke-dhabit-an dan ke-adil-an para perawinya. Semakin dhabit dan
semakin adil si perawi, makin tinggi pula tingkatan kualitas hadis yang
diriwayatkannya.yang diistilah oleh para muhaddisin sebagai ashahhul
asanid.
Ashahhul Asanid, yaitu rangkaian sanad yang paling tinggi derajatnya,
Hadist Hasan
Hadits hasan berasal dari kata al-jamal, yaitu indah. Berikut ini adalah beberapa
pengertian hadits hasan menurut para ulama,
• Menurut al- Chatabi,
• Hadits hasan adalah hadis yang diketahui tempat keluarnya, dan telah mashur rawi-
rawi sanadnya, dan kepadanya tempat berputar kebanyakan hadis, dan yang
diterima kebanyakan ulama, dan yang dipakai oleh umumnya fukoha’
• Menurut Tirmidzi,
• Semua hadis yang diriwayatkan, dimana dalam sanadnya tidak ada yang dituduh
berdusta, serta tidak ada syadz (kejangalan), dan diriwatkan dari selain jalan seperti
demikian, maka dia menurut kami adalah hadis hasan.
• Menurut Ibnu Hajar,
• Hadis ahad yang diriwayatkan oleh yang adil, sempurna ke-dhabit-annya,
bersanbung sanadnya, tidak cacat, dan tidak syadz (janggal) maka dia adalah hadis
shahih li-dzatihi, lalu jika ringan ke-dhabit-annya maka dia adalah hadis hasan li
dszatihi.
Macam-macam Hadits Hasan

• Hadis hasan li-dzatih : hadis yang telah memenuhi persyaratan hadis


hasan yang telah ditentukan.
• Hasan Li-Ghairih : hadis hasan yang tidak memenuhi persyaratan
secara sempurna. dengan kata lain, hadis tersebut pada dasarnya
adalah hadis dha’if, akan tetapi karena adanya sanad atau matan
lain yang menguatkannya (syahid atau muttabi’), maka kedudukan
hadis dha’if tersebut naik derajatnya menjadi hadis hasan li-ghairih.
• Itulah perbedaan hadits shahih, dhaif, dan hasan. Mengetahui
dengan baik hadits yang paling tepat untuk dijadikan landasan
hukum sangatlah penting. Semoga artikel ini mampu menambah
pengetahuan kita untuk memilih hadits yang pantas untuk dijadikan
pedoman.
‫‪Contoh Hadist Hasan‬‬
‫‪Contoh hadis hasan:‬‬
‫س ْع ُد ْب ُن إِ ْب َرا ِهي َم ‪َ ،‬عنْ َم ْعبَ ٍد ا ْل ُج َهنِ ِّي ‪،‬‬ ‫ش ْعبَةُ ‪ ،‬قَا َل أَ ْنبَأ َ ِني َ‬ ‫ان ‪َ ،‬ح َّدثَنَا ُ‬ ‫• َح َّدثَنَا َعفَّ ُ‬
‫ش ْيئًا َويَقُو ُل‬ ‫سلَّ َم َ‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َ‬
‫ول هَّللا ِ َ‬‫س ِ‬ ‫ث َعنْ َر ُ‬ ‫ان ُم َعا ِويَةُ قَلَّ َما يُ َح ِّد ُ‬
‫قَا َل ‪َ :‬ك َ‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬ ‫ث ِب ِه َّن فِي ا ْل ُج َم ِع َع ِن النَّ ِب ِّي َ‬ ‫ت قَلَّ َما يَ َد ُع ُه َّن ‪ ،‬أَ ْو يُ َح ِّد ُ‬
‫َه ُؤال ِء ا ْل َكلِ َما ِ‬
‫ض ٌر‬ ‫ِّين ‪َ ،‬وإِنَّ َه َذا ا ْل َمال ُح ْل ٌو َخ ِ‬ ‫سلَّ َم ‪ ،‬قَا َل ‪َ :‬منْ يُ ِر ِد هَّللا ُ بِ ِه َخ ْي ًرا يُفَقِّهُّ فِي الد ِ‬ ‫َو َ‬
‫الذ ْب ُح‪(.‬رواه أحمد)‬ ‫فَ َمنْ يَأْ ُخ ْذهُ ِب َحقِّ ِه يُبَا َركْ لَهُ ِفي ِه ‪َ ،‬وإِيَّا ُك ْم َوالتَّ َما ُد َح فَإِنَّهُ َّ‬
‫‪                                                                               ‬‬
‫‪          Hadis tersebut diatas bersambung sanadnya dan semua‬‬
‫‪perawinya termasuk orang-orang terpercaya kecuali‬‬
‫‪Ma’bad al-Juhany menurut     adz-Zahaby,Ma’bad termasuk‬‬
‫‪orang yang kurang ke-‘adilan-nya.‬‬
• Contoh hadis hasan ditemukan dalam Sunan Tirmidzi

‫إن أبواب الحنة تحت ظالل السيوف‬

Artinya; Sesungguhnya pintu surga berada di bawah


bayangan pedang. (HR. Tirmizi)
Menurut Imam Tirmizi, hadis ini adalah hadis hasan gharib.
Gharib karena diriwayatkan oleh satu jalur perawi.
Sementara hadis ini dinilai hasan karena empat
perawinya tsiqah (terpercaya)  kecuali Ja’far bin Sulaiman
al-Dha’i yang kekuatan hafalannya sedikit lemah
sehingga hadis ini dari sahih turun derajatnya menjadi
hasan.
Hadist Dhoif
• Hadis lemah atau Hadits Dha'if (bahasa Arab:‫حديث‬
‫ ) ضعيف‬adalah kategori hadis yang tertolak dan tidak
dapat dinyatakan kebenarannya berasal dari
perkataan atau perbuatan Nabi . Definisi Hadits
dhaif menurut Imam Al-Baiquni adalah:
• "Setiap hadis yang tingkatannya berada dibawah
hadits hasan (tidak memenuhi syarat sebagai hadis
shahih maupun hasan) maka disebut hadits dho'if
dan hadis (seperti) ini banyak sekali ragamnya."
• — Manzhumah al-Baiquniyah
Sebab kelemahan
• Suatu hadits dikategorikan lemah disebabkan
oleh:
• Terputusnya rantai periwayatan (sanad)
• Adanya kelemahan/cacat pada seorang atau
beberapa orang penyampai riwayat (perawi)
hadis tersebut.
Macamnya
Terdapat berbagai tingkatan derajat hadis lemah, mulai dari yang lemahnya
ringan hingga yang parah bahkan palsu. Ibnu Hibban telah membagi
hadits dhaif menjadi 49 (empat puluh sembilan) jenis.[1] Di antara
macam-macam tingkatan hadis yang dikategorikan lemah, seperti:
• Mursal: Hadis yang disebutkan oleh Tabi'in langsung dari Rasulullah
tanpa menyebutkan siapa shahabat yang melihat atau mendengar
langsung dari Rasul. Digolongkan sebagai hadis lemah karena
dimungkinkan adanya Tabi'in lain yang masuk dalam jalur riwayatnya
(namun tidak disebutkan). Jika dapat dipastikan perawi (periwayat) yang
tidak disebutkan tersebut adalah seorang shahabat maka tidak tergolong
sebagai hadis lemah.
• Mu'dhol: Hadis yang dalam sanadnya ada dua orang rawi atau lebih yang
tidak dicantumkan secara berurut.
• Munqathi (terputus): Semua hadis yang sanadnya tidak bersambung
tanpa melihat letak dan keadaan putusnya sanad. Setiap hadis Mu'dhal
adalah Munqathi, namun tidak sebaliknya.
• Mudallas: Seseorang yang meriwayatkan dari rawi fulan sementara hadis tersebut tidak
didengarnya langsung dari rawi fulan tersebut, namun ia tutupi hal ini sehingga terkesan seolah
ia mendengarnya langsung dari rawi fulan. Hadis mudallas ada dua macam, yaitu Tadlis Isnad
(menyembunyikan sanad) dan tadlis Syuyukh (menyembunyikan personal).
• Mu'an'an: Hadis yang dalam sanadnya menggunakan lafal fulan 'an fulan (riwayat seseorang dari
seseorang).
• Mudhtharib (guncang): Hadis yang diriwayatkan melalui banyak jalur dan sama-sama kuat,
masing-masingnya dengan lafal yang berlainan/bertentangan (serta tidak bisa diambil jalan
tengah).
• Syadz (ganjil): Hadis yang menyelisihi riwayat dari orang-orang yang tsiqah (tepercaya). Atau
didefinisikan sebagai hadis yang hanya diriwayatkan melalui satu jalur namun perawinya tersebut
kurang tepercaya jika ia bersendiri dalam meriwayatkan hadis.
• Munkar: Hadis yang diriwayatkan oleh perawi kategori lemah yang menyelisihi periwayatan rawi-
rawi yang tsiqah.
• Matruk: Hadis yang di dalam sanadnya ada perawi yang tertuduh berdusta.
• Maudhu'(Hadis palsu): Hadis yang dipalsukan atas nama Nabi, di dalam rawinya ada rawi yang
diketahui sering melakukan kedustaan dan pemalsuan.
• Bathil: Sejenis Hadis palsu yang (jelas-jelas) menyelisihi prinsip-prinsip syariah.
• Mudraj: Perkataan yang diucapkan oleh selain Nabi yang ditulis bergandengan dengan Hadits
Nabi. Sehingga dapat dikira sebagai bagian dari hadis. Umumnya berasal dari perawi hadisnya,
baik itu sahabat ataupun yang dibawahnya, diucapkan untuk menafsirkan, menjelaskan atau
melengkapi maksud kata tertentu dalam lafal hadis.
CONTOH Hadist
• Pendapat Ibnu Dakik tersebut didukung oleh
Imam al-Bayquni dalam bait syairnya yang
menyebutkan:
• ‫ وهو الضاعف وهو أقسما كثر‬# ‫وكل ما عن رتبة الحسن قصر‬
• Artinya : tidak jauh beda dengan pendapat Ibnu
Dakik akan tetapi al-Bayquni menjelaskan bahwa
yang dimaksud kehilangan syarat-syarat hasan
adalah terbagi menjadi beberapa bagian. Yaitu
hilang syarat hadis hasan.
Di bawah ini adalah contoh hadits dhaif yang diriwayatkan oleh
imam at-Tirmidzi dari jalan sanad Hakim al-Astram, yang dijarh
atau divonis dhaif oleh para ulama.
‫من أتي حائضا أو إمرأة أو كاهنا فقد كفر بما أنزل علي محمد‬
“Barang siapa yang mendatangi seorang haid, atau perempuan
atau seorang dukun, maka ia telah kufur atas hal yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.”
Setelah meriwayatkan Hadis di atas imam at-Tirmidzi pun
menjelaskan lebih rinci dalam sarahnya bahwa beliau tidak
mengetahui hadits tersebut kecuali dari sanad Hakim al-Astrom
dari Abi Tamimah al-Hujaimy dari Abi Hurairoh . Bahkan Imam
Bukhori pun mengatakan bahwa hadits ini dhoif dari segi
sanadnya. Hal ini memang terbukti karena dalam sanadnya ada
Hakim al-Atsrom yang telah didhaifkan oleh para ulama’.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai