0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
54 tayangan17 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang tiga jenis hadis berdasarkan kriteria keabsahannya, yaitu hadis shahih (sahih), hasan, dan dhoif (lemah) beserta ciri-ciri dan contohnya. Hadis shahih memenuhi kriteria sanad dan isi yang kuat, hadis hasan memenuhi sebagian kriteria, sedangkan hadis dhoif tidak memenuhi kriteria keabsahan hadis."
Dokumen tersebut membahas tentang tiga jenis hadis berdasarkan kriteria keabsahannya, yaitu hadis shahih (sahih), hasan, dan dhoif (lemah) beserta ciri-ciri dan contohnya. Hadis shahih memenuhi kriteria sanad dan isi yang kuat, hadis hasan memenuhi sebagian kriteria, sedangkan hadis dhoif tidak memenuhi kriteria keabsahan hadis."
Dokumen tersebut membahas tentang tiga jenis hadis berdasarkan kriteria keabsahannya, yaitu hadis shahih (sahih), hasan, dan dhoif (lemah) beserta ciri-ciri dan contohnya. Hadis shahih memenuhi kriteria sanad dan isi yang kuat, hadis hasan memenuhi sebagian kriteria, sedangkan hadis dhoif tidak memenuhi kriteria keabsahan hadis."
Nama : Akmaluddin Nim : 1930403043 Kelas : 19 IP B Mata Kuliah : Tafsir dan Hadist Hadist Shohih Hadits shahih berasal dari kata الصحيخyang artinya sehat atau tanpa cacat. Jadi pengertian hadits shahih adalah hadits yang berasal dari orang yang dipercaya yang tidak ada keraguan di dalamnya. هو ما اتصل سنده بنكل العدل الضابط ضبطا كامال عن مثله وخال ممن الشذوذ و العلة hadis yang muttasil (bersambung) sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil dan dhobith(kuat daya ingatan) sempurna dari sesamanya, selamat dari kejanggalan (syadz), dan cacat (‘ilat). Ciri-Ciri Hadits Shahih
Menurut Imam Syafi’i, Bukhori dan Muslim yang menjadi ciri-
ciri dari hadits shahih adalah sebagai berikut: • Diriwayatkan oleh perawi hadits yang jujur, terpercaya, baik pengamalan agamanya, dan sempurna ingatan dan hafalannya. • Para perowi yang terdekat dalam sanad harus sejaman. • Rangkaian sebuah perawi dalam sanad itu haruslah bersambung mulai dari perowi pertama hingga pada perowi terakhir. • Para perowinya harus terdiri dari orang-orang yang dikenal siqat, dalam arti adil dan dhobith. Syarat Hadits Shahih
Adapun syarat hadits shahih adalah sebagai
berikut: • Sanadnya Bersambung • Perawinya Bersifat Adil • Perowinya Bersifat Dhobith • Tidak Syadz • Tidak Ber’ilat Pembagian Hadits Shahih • Hadits shahih terbagi menjadi beberapa bagian seperti di bawah ini: • Hadis Shahih li dzati: syarat-syarat lima tersebut benar- benar telah terbukti adanya,bukan dia itu terputus tetapi shahih dalam hakikat masalahnya, karena bolehnya salah dan khilaf bagi orang kepercayaan. • Hadis Shahih Li Ghoirihi : hadis tersebut tidak terbukti adanya lima syarat hadis shahih tersebut baik keseluruhan atau sebagian. Bukanlah berarti sama sekali dusta, mengingat masih bolehnya berlaku bagi orang yang banyak salah. Berikut contoh hadis shahih li ghairihi yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi : َعنْ أَبِي، َعنْ ُم َح َّم ِد ْب ِن َع ْم ٍرو، ان ُ َح َّدثَنَا َع ْب َدةُ ْب ُن، ب َ سلَ ْي َم ٍ َح َّدثَنَا أَبُو ُك َر ْي ق َعلَى أُ َّمتِي ألَ َم ْرتُ ُه ْم َّ ش ُ َ لَ ْوال أَنْ أ: سلَّ َم َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َ ِ سو ُل هَّللا ُ قَا َل َر: قَا َل، َ َعنْ أَبِي ُه َر ْي َرة، َسلَ َمة َ صالة َ اك ِع ْن َد ُك ِّل ِ س َو ِّ بِال. ٍ Hadis tersebut dinilai oleh muhaddisin sebagai hadis shahih li ghairihi sebagaimana dijelaskan diatas. Pada sanad hadis tersebut, terdapat Muhammad bin ‘Amr yang dikenal orang jujur, akan tetapi kedhabitannya kurang sempurna, sehingga hadis riwayatnya hanya sampai ke tingkat hasan. Namun keshahihan hadis tersebut didukung oleh adanya hadis lain, yang lebih tinggi derajatnya sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh al- Bukhari dari A’raj dari Abu Hurairah (pada contoh hadis shahih li dzatihi). Dari sini dapat kita ketahui bahwa martabat hadis shahih ini tergantung kepada ke-dhabit-an dan ke-adil-an para perawinya. Semakin dhabit dan semakin adil si perawi, makin tinggi pula tingkatan kualitas hadis yang diriwayatkannya.yang diistilah oleh para muhaddisin sebagai ashahhul asanid. Ashahhul Asanid, yaitu rangkaian sanad yang paling tinggi derajatnya, Hadist Hasan Hadits hasan berasal dari kata al-jamal, yaitu indah. Berikut ini adalah beberapa pengertian hadits hasan menurut para ulama, • Menurut al- Chatabi, • Hadits hasan adalah hadis yang diketahui tempat keluarnya, dan telah mashur rawi- rawi sanadnya, dan kepadanya tempat berputar kebanyakan hadis, dan yang diterima kebanyakan ulama, dan yang dipakai oleh umumnya fukoha’ • Menurut Tirmidzi, • Semua hadis yang diriwayatkan, dimana dalam sanadnya tidak ada yang dituduh berdusta, serta tidak ada syadz (kejangalan), dan diriwatkan dari selain jalan seperti demikian, maka dia menurut kami adalah hadis hasan. • Menurut Ibnu Hajar, • Hadis ahad yang diriwayatkan oleh yang adil, sempurna ke-dhabit-annya, bersanbung sanadnya, tidak cacat, dan tidak syadz (janggal) maka dia adalah hadis shahih li-dzatihi, lalu jika ringan ke-dhabit-annya maka dia adalah hadis hasan li dszatihi. Macam-macam Hadits Hasan
• Hadis hasan li-dzatih : hadis yang telah memenuhi persyaratan hadis
hasan yang telah ditentukan. • Hasan Li-Ghairih : hadis hasan yang tidak memenuhi persyaratan secara sempurna. dengan kata lain, hadis tersebut pada dasarnya adalah hadis dha’if, akan tetapi karena adanya sanad atau matan lain yang menguatkannya (syahid atau muttabi’), maka kedudukan hadis dha’if tersebut naik derajatnya menjadi hadis hasan li-ghairih. • Itulah perbedaan hadits shahih, dhaif, dan hasan. Mengetahui dengan baik hadits yang paling tepat untuk dijadikan landasan hukum sangatlah penting. Semoga artikel ini mampu menambah pengetahuan kita untuk memilih hadits yang pantas untuk dijadikan pedoman. Contoh Hadist Hasan Contoh hadis hasan: س ْع ُد ْب ُن إِ ْب َرا ِهي َم َ ،عنْ َم ْعبَ ٍد ا ْل ُج َهنِ ِّي ، ش ْعبَةُ ،قَا َل أَ ْنبَأ َ ِني َ ان َ ،ح َّدثَنَا ُ • َح َّدثَنَا َعفَّ ُ ش ْيئًا َويَقُو ُل سلَّ َم َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َ ول هَّللا ِ َس ِ ث َعنْ َر ُ ان ُم َعا ِويَةُ قَلَّ َما يُ َح ِّد ُ قَا َل َ :ك َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ث ِب ِه َّن فِي ا ْل ُج َم ِع َع ِن النَّ ِب ِّي َ ت قَلَّ َما يَ َد ُع ُه َّن ،أَ ْو يُ َح ِّد ُ َه ُؤال ِء ا ْل َكلِ َما ِ ض ٌر ِّين َ ،وإِنَّ َه َذا ا ْل َمال ُح ْل ٌو َخ ِ سلَّ َم ،قَا َل َ :منْ يُ ِر ِد هَّللا ُ بِ ِه َخ ْي ًرا يُفَقِّهُّ فِي الد ِ َو َ الذ ْب ُح(.رواه أحمد) فَ َمنْ يَأْ ُخ ْذهُ ِب َحقِّ ِه يُبَا َركْ لَهُ ِفي ِه َ ،وإِيَّا ُك ْم َوالتَّ َما ُد َح فَإِنَّهُ َّ Hadis tersebut diatas bersambung sanadnya dan semua perawinya termasuk orang-orang terpercaya kecuali Ma’bad al-Juhany menurut adz-Zahaby,Ma’bad termasuk orang yang kurang ke-‘adilan-nya. • Contoh hadis hasan ditemukan dalam Sunan Tirmidzi
إن أبواب الحنة تحت ظالل السيوف
Artinya; Sesungguhnya pintu surga berada di bawah
bayangan pedang. (HR. Tirmizi) Menurut Imam Tirmizi, hadis ini adalah hadis hasan gharib. Gharib karena diriwayatkan oleh satu jalur perawi. Sementara hadis ini dinilai hasan karena empat perawinya tsiqah (terpercaya) kecuali Ja’far bin Sulaiman al-Dha’i yang kekuatan hafalannya sedikit lemah sehingga hadis ini dari sahih turun derajatnya menjadi hasan. Hadist Dhoif • Hadis lemah atau Hadits Dha'if (bahasa Arab:حديث ) ضعيفadalah kategori hadis yang tertolak dan tidak dapat dinyatakan kebenarannya berasal dari perkataan atau perbuatan Nabi . Definisi Hadits dhaif menurut Imam Al-Baiquni adalah: • "Setiap hadis yang tingkatannya berada dibawah hadits hasan (tidak memenuhi syarat sebagai hadis shahih maupun hasan) maka disebut hadits dho'if dan hadis (seperti) ini banyak sekali ragamnya." • — Manzhumah al-Baiquniyah Sebab kelemahan • Suatu hadits dikategorikan lemah disebabkan oleh: • Terputusnya rantai periwayatan (sanad) • Adanya kelemahan/cacat pada seorang atau beberapa orang penyampai riwayat (perawi) hadis tersebut. Macamnya Terdapat berbagai tingkatan derajat hadis lemah, mulai dari yang lemahnya ringan hingga yang parah bahkan palsu. Ibnu Hibban telah membagi hadits dhaif menjadi 49 (empat puluh sembilan) jenis.[1] Di antara macam-macam tingkatan hadis yang dikategorikan lemah, seperti: • Mursal: Hadis yang disebutkan oleh Tabi'in langsung dari Rasulullah tanpa menyebutkan siapa shahabat yang melihat atau mendengar langsung dari Rasul. Digolongkan sebagai hadis lemah karena dimungkinkan adanya Tabi'in lain yang masuk dalam jalur riwayatnya (namun tidak disebutkan). Jika dapat dipastikan perawi (periwayat) yang tidak disebutkan tersebut adalah seorang shahabat maka tidak tergolong sebagai hadis lemah. • Mu'dhol: Hadis yang dalam sanadnya ada dua orang rawi atau lebih yang tidak dicantumkan secara berurut. • Munqathi (terputus): Semua hadis yang sanadnya tidak bersambung tanpa melihat letak dan keadaan putusnya sanad. Setiap hadis Mu'dhal adalah Munqathi, namun tidak sebaliknya. • Mudallas: Seseorang yang meriwayatkan dari rawi fulan sementara hadis tersebut tidak didengarnya langsung dari rawi fulan tersebut, namun ia tutupi hal ini sehingga terkesan seolah ia mendengarnya langsung dari rawi fulan. Hadis mudallas ada dua macam, yaitu Tadlis Isnad (menyembunyikan sanad) dan tadlis Syuyukh (menyembunyikan personal). • Mu'an'an: Hadis yang dalam sanadnya menggunakan lafal fulan 'an fulan (riwayat seseorang dari seseorang). • Mudhtharib (guncang): Hadis yang diriwayatkan melalui banyak jalur dan sama-sama kuat, masing-masingnya dengan lafal yang berlainan/bertentangan (serta tidak bisa diambil jalan tengah). • Syadz (ganjil): Hadis yang menyelisihi riwayat dari orang-orang yang tsiqah (tepercaya). Atau didefinisikan sebagai hadis yang hanya diriwayatkan melalui satu jalur namun perawinya tersebut kurang tepercaya jika ia bersendiri dalam meriwayatkan hadis. • Munkar: Hadis yang diriwayatkan oleh perawi kategori lemah yang menyelisihi periwayatan rawi- rawi yang tsiqah. • Matruk: Hadis yang di dalam sanadnya ada perawi yang tertuduh berdusta. • Maudhu'(Hadis palsu): Hadis yang dipalsukan atas nama Nabi, di dalam rawinya ada rawi yang diketahui sering melakukan kedustaan dan pemalsuan. • Bathil: Sejenis Hadis palsu yang (jelas-jelas) menyelisihi prinsip-prinsip syariah. • Mudraj: Perkataan yang diucapkan oleh selain Nabi yang ditulis bergandengan dengan Hadits Nabi. Sehingga dapat dikira sebagai bagian dari hadis. Umumnya berasal dari perawi hadisnya, baik itu sahabat ataupun yang dibawahnya, diucapkan untuk menafsirkan, menjelaskan atau melengkapi maksud kata tertentu dalam lafal hadis. CONTOH Hadist • Pendapat Ibnu Dakik tersebut didukung oleh Imam al-Bayquni dalam bait syairnya yang menyebutkan: • وهو الضاعف وهو أقسما كثر# وكل ما عن رتبة الحسن قصر • Artinya : tidak jauh beda dengan pendapat Ibnu Dakik akan tetapi al-Bayquni menjelaskan bahwa yang dimaksud kehilangan syarat-syarat hasan adalah terbagi menjadi beberapa bagian. Yaitu hilang syarat hadis hasan. Di bawah ini adalah contoh hadits dhaif yang diriwayatkan oleh imam at-Tirmidzi dari jalan sanad Hakim al-Astram, yang dijarh atau divonis dhaif oleh para ulama. من أتي حائضا أو إمرأة أو كاهنا فقد كفر بما أنزل علي محمد “Barang siapa yang mendatangi seorang haid, atau perempuan atau seorang dukun, maka ia telah kufur atas hal yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.” Setelah meriwayatkan Hadis di atas imam at-Tirmidzi pun menjelaskan lebih rinci dalam sarahnya bahwa beliau tidak mengetahui hadits tersebut kecuali dari sanad Hakim al-Astrom dari Abi Tamimah al-Hujaimy dari Abi Hurairoh . Bahkan Imam Bukhori pun mengatakan bahwa hadits ini dhoif dari segi sanadnya. Hal ini memang terbukti karena dalam sanadnya ada Hakim al-Atsrom yang telah didhaifkan oleh para ulama’. Terima Kasih