Anda di halaman 1dari 8

NAMA : Putri Zhahira

NIM : 21120021

PRODI : Ilmu AL-Qur’an Dan Tafsir

KELAS : B ( Semester 3 )

DOSEN PENGAMPU : Ustadz Dr. H. Hasan Luthfy At-Tamimy, M.A.

[1] Ditinjau dari kuantitasnya, hadits Ahad terbagi 3; Masyhur, Aziz dan Gharib.
Jelaskan masing-masing tiga istilah tersebut.

1. Hadist Mashyur ( Hadits Ahad )


Menurut bahasa “muntasyir” yang berarti sesuatu yang sudah tersebar, dan yang
sudah popular. Sedangkan menurut ulama ahli Hadist yaitu : yang berarti sesuatu yang
sudah tersebar, sudah popular.

‫ﺑﺄآﺜﺮ ﻣﻦ إﺛﻨﻴﻦ وﻟﻢ ﻳﺒﻠﻎ ﺣﺪ اﻟﺘﻮاﺗﺮ ﻣﺎ ﻟﻪ ﻃﺮف ﻣﺤﺼﻮرة‬


Artinya: “Hadits yang mempunyai jalan yang terhingga, tetapi lebih dari dua jalan
dan tidak sampai kepada batas Hadits yang mutawatir.”

Hadits ini dinamakan masyhur karena popularitasnya di masyarakat, walaupun tidak


mempunyai sanad sama sekali, baik berstatus shahih ataupun dikatan dha’if.

Ada juga di jelaskan oleh istilah ilmu hadist yaitu:

‫ﻣﺎ ﻟ ﻢ ﻳ ﻠﻎ ﺣﺪ اﻟ ﺘﻮاﺗ ﺮ –ف ي ك ل ط ﺒ قة –ﻣﺎ راوه ﺛ الﺛ ة ف ﺎك ﺜﺮ‬


Artinya : “Hadist yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih, pada setiap
tingkatan sanad, selama tidak sampai kepada tingkat mutawatir.”

Definisi ini menjelaskan bahwa hadist masyhur adalah hadist yang memiliki perawi
yang sekurang-kurangnya tiga orang, dan jumlah tersebut harus terdapat pada setiap
tingkatan sanad.

Istilah dari hadits masyhur yakni : yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau
lebih dan belum mencapai derajat mutawatir

2. Hadits Aziz ( Hadits Ahad )

Secara bahasa: adalah sifat musyabbahah (sifat yang dibentuk dari Masdar
Tsulati Lazim, sebagai penunjukan suatu makna yang menetap pada yang disifati
secara tetap), dari kata (‫ ) يُّ ِز ﻳي َّ َز‬dengan harokat kasrah yang bermakna sedikit dan
jarang, atau berasal dari (‫ ) يُّ ِز يﻳ ي َز‬dengan harokat fathah yang bermakna kuat dan
menjadi kuat. Dinamakan demikian mungkin karena hadits tersebut sedikit
ataupun jarang, dan mungkin karena kuatnya hadits tersebut karena datang dari
jalan yang lainnya.
Secara istilah: adalah hadits yang diriwayatkan oleh tidak kurang dari dua orang
dalam seluruh tingkatan sanad.

Penjelasan Definisi

Yakni dalam suatu tingkatan sanad dari seluruh tingkatan sanad tidak ada yang
kurang dari dua orang, adapun ketika dalam sebagian tingkatan sanad terdapat tiga
orang atau lebih yang meriwayatkan maka hal itu tidaklah mengapa dengan syarat
terdapat tingkatan meski hanya satu tingkatan yang di dalamnya hanya terdapat dua
orang perawi. Hal ini karena penjelasan sedikitnya tingkatan atau thobaqat itu dari
seluruh tingkatan sanad.
Definisi inilah yang rajih sebagaimana yang diintisarikan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar
al-Atsqalani. Sebagian ulama’ berkata: bahwasanya hadits aziz itu adalah riwayat dua
orang atau tiga orang, maka mereka tidak memisahkan dari hadits masyhur dalam
sebagian bentuknya.

Contohnya:

Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas dan riwayat Bukhari
dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

َ‫اس أَجْ َمعِين‬


ِ َّ‫ َحتَّى أ َ ُكونَ أ َ َحبَّ إِلَ ْي ِه ِم ْن َوا ِل ِد ِه َو َولَ ِد ِه َوالن‬،‫الَ يُؤْ ِم ُن أ َ َحدُ ُك ْم‬
Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga aku lebih ia cintainya daripada
bapaknya, anaknya, dan manusia seluruhnya. (HR. Bukhari, Muslim, At-Thabrani,
dan Ahmad dari empat orang sahabat).
Hadits ini diriwayatkan dari Anas oleh Qatadah dan ‘Abdul Aziz bin Shuhaib.
Diriwayatkan dari Qatadah oleh Syu’bah dan Sa’id. Diriwayatkan dari ‘Abdul Aziz
bin Shuhaib oleh Isma’il bin ‘Ulliyah dan ‘Abdul Warits dan diriwayatkan dari
keduanya oleh banyak orang.

Istilah Dari Hadits Aziz

Disebut sedikit atau jarang. Karena jumlah hadits aziz ini sangat sedikit.
Dibandingkan hadits ahad maupun mutawatir.

Disebut kuat. Karena hadits aziz ini secara umum lebih kuat daripada hadits gharib.

Secara istilah, hadits aziz adalah:

‫ايب يمي ثي ناتثي ني هتايُر لقي ال ام‬


‫ط‬ ‫دليلي‬

“Hadits yang diriwayatkan setidaknya oleh dua orang perawi pada tiap tingkatan
sanadnya.”
Dalam redaksi yang lain disebutkan, bahwa hadits aziz adalah:

‫دليب هي ن الني نيُ ر ةيدثيُ ر لقي س امه‬


“Hadits yang diriwayatkan oleh dua orang perawi pada salah satu tingkatan
sanadnya.”

Penjelasan

Berdasarkan definisi di atas, maka hadits aziz itu:

– Pada tiap tingkatan sanadnya, minimal ada dua perawi.

– Bila ada tiga perawi atau lebih pada satu atau beberapa tingkatan sanadnya, maka
hal itu tidak masalah. Asalkan pada salah satu tingkatannya terdapat dua perawi saja.

1. Hadits Gharib

Secara bahasa, gharib artinya: aneh, unik, lain daripada yang lain. Nyeleneh.

“Kamu ini gharib banget, deh.”

Artinya, aneh. Bisa secara penampilan fisik maupun perilaku.

Secara istilah, para ulama mendefinisikan Hadits Gharib sebagai berikut:

َّ ‫يﻣﺎ ﻳي وﻨ ي َّﺮَر ﺑَّ َّﺮ يواﻳيﺘَّ َّﻪ يرا َو يو‬


َ ‫اﺣﺪ‬

“Hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi saja.”

Maksudnya:

Periwayatan oleh seorang perawi itu bisa saja terjadi hanya pada satu tingkatan perawi
ataupun lebih. Atau bahkan pada setiap tingkatan.

B. Contoh Hadits Gharib

Berikut ini contoh Hadits Gharib:


ُ ُ َ ْ َ َ َ ُْ َ ُ ُ ْ َ َ َ َ ُ َّ َّ ِّ ُ َ ْ َ َ َّ
‫ ف ِه ْج َرته‬،‫ ف َم ْن كانت ِه ْج َرته ِإَل دن َيا ُي ِص ُيب َها أ ْو ِإَل ْام َرأ ٍة َين ِك ُح َها‬،‫ َو ِإن َما ِلك ِّل ْام ِر ٍئ َما ن َوى‬،‫ات‬
ِ ‫ِإنما األعمال ِبالني‬
َ َ َ َ َ
‫اج َر ِإل ْي ِه‬ ‫ِإَل ما ه‬

“Setiap amal tergantung pada niat. Setiap orang akan memperoleh apa yang dia
niatkan. Barangsiapa hijrah untuk keuntungan dunia atau untuk menikahi seorang
wanita, maka hijrahnya sesuai dengan tujuan hijrahnya.”
Itulah contoh hadits gharib. Pada tingkatan shahabat, hadits itu hanya diriwayatkan
oleh seorang shahabat, yaitu Umar bin Khatthab. Meskipun mungkin setelah itu
diriwayatkan oleh beberapa tabi’in.

Contoh yang lain:


َّ َ َ َ ٌ ُ َ َ َ ُ َ َ َ َّ َ َ َ ْ ْ ْ ََ َْْ َ َ َ ‫َ َّ َ ُ َ ه‬
‫ ِإن ْاب َن‬:‫ال‬ ‫ فق‬،‫ فلما نز َعه جاء رجل‬،‫ َوعىل َرأ ِس ِه ال ِمغفر‬،‫اَّلل صىل هللا عليه وسلم دخ َل ع َام الفت ِح‬
ِ ‫أن رسول‬
ُ‫ ْاق ُت ُلوه‬:‫ال‬
َ ‫ َف َق‬،‫َخ َطل ُم َت َع ِّل ٌق بأ ْس َتار ْال َك ْع َبة‬
ِ ِ ِ ٍ

Bahwa Rasulullah Saw. memasuki Kota Mekkah pada saat penaklukan dengan
memakai topi besi. Tatkala beliau melepasnya, ada seseorang datang kepada beliau
dan berkata, “Ibnu Khathal bergantungan pada kain Ka’bah. Beliau bersabda,
“Bunuhlah dia!”

Hadits itu diriwayatkan oleh beberapa shahabat. Namun setelah itu hanya
diriwayatkan oleh seorang tabi’in, yaitu az-Zuhri.

ISTILAH hadits gharib ini adalah ( termasuk ) HADITS AHAD

[2] Kata dha’if secara Bahasa berarti lemah, sakit atau tidak kuat. Sebutkan
sebab sebab ke-dha’ifan sebuah hadits

‫حضي حال يْ دم ط‬
‫حْي‬ ْ ‫ال‬
‫ف ديت ط‬
al-Hadits adh-Dha’if Tidak jarang dalam sebuah buku atau artikel kita menemukan
keterangan, “Hadits ini merupakan hadits dha’if.” Yang hampir selalu berkonotasi
negatif. Lalu apa definisi hadits dha’if itu, dan apakah benar selalu bermakna negatif?

Pengertian‫ي‬Hadits‫ي‬Dha’if

Dha’if itu secara bahasa artinya: lemah, tidak kuat. Berikut definisi hadits dha’if yang
dirumuskan oleh para ulama:

‫ ةﻮ اﻟﺤﺪﻳ اﻟ ن ﻟﻢ ﺗصﺘع فﻴﻪ ا ﺎا اﻟﺤﺪﻳ اﻟﺼﺤﻴم ﻣﻦ ُّﺪاﻟة اﻟﺮواةل وﺗعﺎل اﻟيﺒحل‬:‫اﻟﺤﺪﻳ اﻟي ﻴو‬
‫ﻦ وةي كﺼ ﺎا‬،‫ﻨﺪل واالﻣﺘﻪ ﻣﻦ اﻟف وً وﻣﻦ اﻟ ﻠة اﻟقﺎَﺣةل وﻟﻢ ﺗصﺘع فﻴﻪ نﻳيﺎ ذ ا ﺎا اﻟﺤﺪﻳ اﻟﺤ‬،‫واﺗﺼﺎك اﻟ‬
‫نأو ﻣﻦ حﺒح اﻟﺤﺪﻳ اك‬ ّ ّ ّ ‫اﺤ ﻴماﻟﺤﺪﻳ اﻟﺼﺤﻴمل إ‬
‫نأ حﺒح اﻟﺮواة نو نﺣﺪةﻢ‬

Secara istilah, hadits dha’if adalah: hadits yang kehilangan satu atau lebih
dari persyaratan hadits shahih.

Seperti kita maklumi bersama, bahwa sebuah hadits shahih itu harus memenuhi lima
syarat, yaitu:

1. Sanadnya bersambung
2. Seluruh perawinya bersifat adil
3. Seluruh perawinya bersifat dhabith
4. Matannya tidak mengandung syadz
5. Sanad dan matannya tidak mengandung ‘illah.

Maka bila sebuah hadits tidak memenuhi salah satu dari lima syarat di atas, maka
hadits itu dinyatakan sebagai hadits dha’if. Artinya tidak memenuhi syarat sebagai
hadits shahih.Jadi hadits dha’if adalah hadits yang kehilangan satu atau lebih dari
syarat-syarat hadits shahih.

Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa hadits dha’if itu merupakan lawan
dari hadits shahih.Dan sedikit tambahan, bahwa ada perbedaan utama antara hadits
shahih dan hadits hasan. Yaitu pada sifat dhabith perawi.Hadits shahih itu semua
perawinya harus benar-benar dhabith. Adapun hadits hasan, ada seorang perawi yang
kurang dhabith.

Hadits‫ي‬Dha’if‫ي‬Tidak‫ي‬Sama‫ي‬dengan‫ي‬Hadits‫ي‬Palsu

Perlu kita pahami bersama, bahwa hadits dha’if itu tidak sama dengan hadits palsu.
Memang sekilas sama, namun sebenarnya tidak sama.

Palsu itu artinya tidak asli. Seperti ijazah palsu, pohon palsu, atau juga istri palsu.
Maknanya itu penipuan yang dilakukan oleh seseorang atau pihak tertentu untuk
memperoleh keuntungan pribadi.

Adapun hadits dha’if itu seperti seorang siswa yang nilainya tidak memenuhi standar
minimal untuk lulus. Misalnya untuk lulus dia harus memperoleh nilai minimal 6
(enam) untuk lima mata pelajaran utama. Ternyata nilainya ada angka 5 (lima) untuk
salah satu mata pelajaran utama tersebut. Sehingga nilainya tidak memenuhi syarat
untuk lulus.

Boleh jadi siswa tersebut membuat atau dibuatkan ijazah palsu supaya bisa diterima
kerja di suatu tempat atau perusahaan.

Namun boleh jadi, siswa tersebut mengulang pelajaran sekolah, sehingga dia lulus
dan memperoleh ijazah asli. Dan yang seperti ini juga bisa terjadi dalam bidang
hadits.

Sehingga ada istilah: “hadits shahih lighairihi.”

Penyebab kedho’ifan sebuah Hadits


Mahmud Thahan dalam Taysiru Musthalahil Hadits menjelaskan dua penyebab utama
kedhaifan hadits atau ditolaknya sebuah hadits. Ia mengatakan:

‫ سقط من اإلسناد وطعن في‬:‫ لكنها ترجع بالجملة إلى أحد سببين رئيسين هما‬،‫أما أسباب رد الحديث فكثيرة‬
‫الراوي‬

“Penyebab hadits ditolak atau tidak bisa diterima ada banyak. Namun keseluruhannya
merujuk pada dua sebab: sanadnya tidak bersambung dan di dalam rangkaian
sanadnya terdapat rawi bermasalah.
Dua penyebab utama kedhaifan hadits
ialah sanadnya tidak bersambung dan terdapat rawi bermasalah di dalam rangkaian
sanadnya. Ketidak bersambungan sanad itu ada dua bentuk:

zhohir dan khafi. Zhohir berati hadits yang rangkaian sanadnya terputus secara
jelas. Artinya tanpa penelitian mendalam pun sanad hadits sudah terlihat terputus
dengan cara mengetahui biografi masing-masing perawi. Ini bisa diketahui oleh
siapapun, meskipun dia tidak terlalu ahli dalam ilmu hadits.
Sementara khafi adalah hadits yang rangkaian sanadnya terlihat besambung,
tetapi setelah diteliti secara mendalam baru terlihat bahwa sanadnya terputus.
Penelusuran ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang ahli dan mumpuni dalam ilmu
hadits.

[3] Jelaskan pengetian hadits mawdhu’i, dan sebutka faktor-faktor yang


melatarbelakangi munculnya hadits mawdhu’i.

A.‫ي‬PENGERTIAN‫ي‬HADIS‫ي‬MAUDHU’
Secara etimologi kata maudhu’ adalah isim maf’ul dari kata wadha’a yang berarti al-
isqath (menggugurkan), al tark (meninggalkan)’ al-iftira’ wa iltilaq (mengada ada atau
membuat buat).

Sedangkan secara terminologi menurut Ibn Al-Shalah dan ikuti oleh Al


Nawawi.
Hadis Maudhu’ berarti: ‫َوهو المختلق المصنوع‬

Yaitu sesuatu (hadist) yang diciptakan dan dibuat.

‫ما نسب الى رسول هللا عليه و سلم اختافا وكذبا مما لم يقله او يفعله او يقره‬

“Yaitu hadis yang dinisbahkan (disandarkan) kepada Rasulullah SAW, yang sifatnya
di buat buat dan di ada adakan, karena Rasulullah SAW sendiri tidak mengadakannya,
memperbuat, maupun menetapkanya.”

Dari definisi di atas, terlihat sederhana Ibn Al-Shalah menyatakan bahwa Hadis
Maudhu’ adalah ‫ المخلق المصنوع‬, yaitu hadis yang diciptakan dan di buat buat atas nama
Rasulullah SAW, dan oleh karena itu Hadis Maudhu’ tersebut adalah hadis yang
paling buruk statusnya di antara hadis hadis dha’if, dan karena itu pula tidak di
benarkan dan bahkan haram hukumnya untuk meriwayatkannya dengan alasan apapun
kecuali disertai dengan penjelasan tentang kemaudhu’-annya.Definisi definisi di atas
juga menjelaskan bahwa Hadis Madhu’ pada dasarnya adalah kebohongan atau
sengaja di ada-adakan yang selanjutnya di nisbahkan oleh pembuatnnya kepada
Rasullah SAW, dengan maksud dan tujuan tertentu.

B. FAKTOR‫ي‬FAKTOR‫ي‬MUNCULNYA‫ي‬HADIS‫ي‬MAUDHU’
Data sejarah sudah membuktikan bahwa pemalsuan Hadis tidak hanya dilakukan oleh
orang-orang Islam, melainkan juga dilakukan oleh orang-orang non-Islam. Banyak
sebab-sebab yang dapat memunculkan Hadis Maudhu’, di antaranya adalah:

1) Sebab Politik

Yaitu munculnya seperti bahwa setelah Ustman Ibn Affan wafat timbullah
perpecahan di kalangan ummat Islam. Perpecahan tersebut berlanjut dengan lahirnya
kelompok-kelompok pendukung masing-masing pihak, seperti kelompok pendukung
‘Ali Ibn Abi Thalib, pendukung Mu’awiyah Ibn Abi Sofyan, dan kelompok Khawarij,
yang muncul setelah terjadinya Perang Shiffin, yaitu antara kelompok ‘Ali dan
kelompok Mu’awiyah. Perpecahan yang berkaitan politik ini mendorong masing-
masing kelompok berusaha untuk memenangkan kelompoknya dan menjatuhkan
kelompok lawan Dalam upaya mendukung
kelompok mereka masing-masing serta menarik perhatian ummat agar
berpihak kepada mereka, maka mereka, dalam melakukan kampanye politik, mereka
mencarilah argumen-argumen dari Al-Qur’an dan Hadis. Akan tetapi, jika mereka
tidak menemukan argumen yang mereka butuhkan di dalam kedua sumber tersebut,
maka mereka mulai menciptakan Hadis-Hadis palsu yang kemudian disandarkan
kepada Nabi SAW.

2) Usaha dari Musuh Islam (Kaum Zindiq)

Kaum Zindik adalah kelompok yang membenci Islam, baik sebagai agama
maupun sebagai kedaulatan atau pemerintahan.[14]Menyadari akan ketidakmampuan
mereka dalam berkonfrontasi dengan ummat Islam melalui tindakan merusak agama
dan menyesat ummat dengan cara membuat Hadis-Hadis palsu dalam bidang-bidang
akidah, ibadah, hukum, dan sebagainya. Di antara mereka adalah Muhammad Ibn
Sa’id al-Syami yang mati di salib karena terbukti sebagai zindik. Dia meriwayatkan
Hadis, yang menurutnya berasal dari Anas dari Nabi SAW yang mengatakan:

‫أنا خاتم النبيين ال نبي بعدي إال أن يشاء هللا‬


“Saya adalah penutup para Nabi, tidak ada Nabi lagi sesudahku kecuali apabila
dikehendaki Allah

3) Sikap Fanatik Buta terhadap Bangsa, Suku, Bahasa, Negeri, atau Pemimpin

Mereka yang fanatik terhadap bahasa Persia, membuat Hadis yang mendukung
keutamaan bahasa Persia, dan sebaliknya, bagi mereka yang fanatik terhadap bahasa
Arab akan membuat Hadis yang menunjukkan keutamaan bahasa Arab dan mengutuk
bahasa Persia. Di antaranya adalah: Contohnya, para pendukung bahasa Persia
menciptakan Hadis yang menyatakan kemulian bahasa Persia di antaranya adalah
sebagai berikut:

‫إن كالم الذين حول العرش بالفارسية‬

[4] Tulislah salah satu contoh hadits mawdhu dan terjemahannya yang menunjukkan
sikap fanatisme kebangsaan atau golongan atau kesukuan. Pilih salah satu di antara
tiga.

A.Hadits maudhu tentang mencari rejeki ditemukan sebagai salah satu hadits palsu.
Berikut hadist tersebut:
‫ب اﻟﺤال َّك‬ ِ
َّ ‫إأ حي ﻳﺤبَ نأ ﻳﺮً ُّﺒﺪيه ﺗ ﺒذﺎ في طﻠ‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah suka melihat hamba-Nya yang lelah dalam mencari
rezeki yang halal.”
Riwayat hadist tersebut diketahui sebagai hadist maudhu’. Al-Hafizh al-Iraqi
mengungkapkan bahwa dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Sahl Al-Aththar.
Ad-Daruquthni menyatakan bahwa al-Aththar adalah pemalsu hadits.
Ternyata, ada hadits palsu terkait pemahaman jihad, contohnya ialah hadist berikut:
‫رج ﻨﺎ ﻣﻦ اﻟ صهﺎَ األ ا غﺮل إﻟ ى اﻟ صهﺎَ األك ﺒﺮ‬
Al-hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “ini adalah ucapan Ibrahim bin ‘Ablah
(seorang Tabi’in) dan bukan hadits.” Tidak seorang pun yang memiliki pengetahuan
(ma’rifah) memandangnya sebagai sabda Nabi SAW dan perbuatannya.

Anda mungkin juga menyukai