ARTIKEL
Dosen Pengampu :
Oleh :
Al-ahad jama’ dari ahad, menurut bahasa berarti al-wahid atau satu.
Dengan demikian, khabar wahid adalah suatu berita yang disampaikan oleh
satu orang. sedangkan yang dimaksud dengan hadis ahad menurut istilah,
banyak didefenisikan para ulama, antara lain sebagai berikut : “Khabar yang
jumlah perawinya tidak mencapai batasan jumlah perawi mutawatir, baik
perawi itu satu, dua, tiga, empat, lima, dan seterusnya yang tidak memberikan
bahwa jumlah perawi tersebut tidak sampai kepada jumlah perawi hadis
mutawatir.”
Ada juga ulama yang mendefinisikan hadis ahad secara singkat, yakni
hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat hadis mutawatir, hadis selain hadis
mutawatir, atau hadis yang sanadnya sah dan bersambung hingga sampai
kepada sumber-sumbernya (Nabi) tetapi kandungannya memberikan
pengertian zham dan tidakl sampai kepada qhat’i dan yaqin.
Jumhur ulama sepakat bahwa beramal dari hadias ahad yang telah
memenuhi ketentuan maqbul hukumnya wajib. Abu Hanifah, Imam Al-Syafi’I
dan Imam Ahmad memakai hadis ahad bila syarat-syarat perawinya yang
sahih terpenuhi. Hanua saja Abu Hanifah menetapkan syarat tsiqqas dan adil
bagi perawinya serta amaliyahnya tidak menyalahi hadis yang menerangkan
proses pencucian sesuatu yang terkena jilatan anjing dengan tujuh kali
basuhan yang salah satunya harus dicampur dengan debu yang suci tidak
digunakan,sebab perawinya yakni Abu Hurairah, tidak mengamalkan .
Sedangkan Imam Malik menetapkan persyaratan bahwa perawi hadis ahad
tidak menyalahi amalan ahli madinah.
Untuk menjawab golongan yang tidak memakai hadi ahad sebagai dasar
beramal, Ibnu Al-Qayim mengatakan: “Ada tiga segi keterkaitan sunnah
dengan al-Qur’an. Pertama , kesesiuaian terhadap ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam al-Qur’an; Kedua, menjelaskan maksud al-Quran; dan Ketiga
menetapkan hukum yan tidak terdapat dalam al-Qur’an. Alternatif ketiga ini
merupakan ketentuan yang ditetapkan oleh Rasul yang wajib ditaati. Ada dari
itu ada yang menetapkan bahwa dasar beramal dengan hadis ahad adalah al-
Qur’an, sunnah, dan ijma.
a. Hadis Masyhur
َ ًَ َ ْ َ ْ ُ َْ
اعا َي ْنت ِز ُع ُه ِإ َّن هللا ال يق ِبض ال ِعلم ان ِتز:قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
َ َ َ َّ الع َل َماء ْ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ِ من الع
حتى إذا ل ْم ُي ْب ِق َع ِال ٌم َّاتخذ الناس ِ ُ ض ِ باد ول ِكن يق ِبض ال ِعلم ِبقب ِ
ُّ َ َ َ ُّ َ َ ْ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ً ًَ
ضلوا ف ُس ِئلوا فأفتوا ِبغي ِر ِعل ٍم فضلوا وأ، رؤسا ُج َّهاال
Hadis Ghair Masyur ini oleh ulama ahli hadis digolongkan menjadi
Aziz dan Gharib.
1. Hadis Aziz
2. Hadis Gharib
ات َّ
ي S ال ب
الِن ُ َ
م ْ َ إ َّن َما اأْل
ع
ِ ِّ ِ ِ
ْ َ َ ْ ْ ٰ مْل ْ ْ َ ٰ ْ َ َ ْ َ ُ أْل ْ ُ َ َ
ِ كان َرسو ُل
يقرأ ِفي ا ضحى وال ِفط ِر ِبق والقرا ِن ا ِجي ِد. م.هللا ص
َ ْ َ ْ ُ َ َّ َْ
اعة َوانش َّق الق َمر َواقت َر َب ِت الس
Rasulullah Saw. pada hari Raya Qurban dan hari Raya Fitri
membaca surat Qaaf dan surat al-Qamar. (HR. Muslim)