Anda di halaman 1dari 97

1.

NIAT
A. HADITS NIAT

ُ ‫ َس ِمع‬:‫ َأنَّهُ قَ ا َل َعلَى ْال ِم ْنبَ ِر‬-ُ‫ض َي هللاُ َع ْن ه‬


‫ْت‬ ِ ‫ع َْن ُع َم َر ب ِْن ْال َخطَّا‬
ِ ‫ َر‬- ‫ب‬
ِ ‫ « ِإنَّ َم ا اَأل ْع َم ال بِالنِّيَّا‬:ُ‫ص لَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم– يَقُ ول‬-
،‫ت‬ َ ‫هللا‬
ِ ‫ول‬َ ‫َر ُس‬
ُ‫ فَ ِهجْ َرتُه‬،‫َت ِهجْ َرتُه ِإلَى هَّللا ِ َو َرسُولِ ِه‬
ْ ‫ فَ َم ْن َكان‬،‫َوِإنَّ َما لِ ُكلِّ ا ْم ِرٍئ َما نَ َوى‬
‫ُص يبُهَا َأوْ ِإلَى ا ْم َرَأ ٍة‬ ْ ‫ِإلَى هَّللا ِ َو َر ُس ولِ ِه و َم ْن َك ان‬
ِ ‫َت ِهجْ َرتُ هُ ِإلَى ُد ْنيَ ا ي‬
َ ‫يَ ْن ِك ُحهَا فَ ِهجْ َرتُهُ ِإلَى َما ه‬
‫َاج َر ِإلَ ْي ِه » رواه البخاري و مسلم‬

Dari Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu, bahwa beliau berkhotbah di


atas mimbar, “Saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ‘Sesungguhnya, amal itu hanya dinilai berdasarkan niatnya,
dan sesungguhnya pahala yang diperoleh seseorang sesuai dengan
niatnya. Barang siapa yang niat hijrahnya menuju Allah dan Rasul-Nya
maka dia akan mendapat pahala hijrah menuju Allah dan Rasul-Nya, dan
barang siapa yang hijrahnya dengan niat mendapatkan dunia atau wanita
yang ingin dinikahi maka dia hanya mendapatkan apa yang dia
inginkan.’” (HR. Al-Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907)

B. SANAD DAN MATAN HADITS


1. Sanad hadits

Dari Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu, bahwa beliau berkhotbah di


atas mimbar, “Saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam”

2. Matan hadits

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya, amal itu


hanya dinilai berdasarkan niatnya, dan sesungguhnya pahala yang
diperoleh seseorang sesuai dengan niatnya. Barang siapa yang niat

3
hijrahnya menuju Allah dan Rasul-Nya maka dia akan mendapat pahala
hijrah menuju Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya
dengan niat mendapatkan dunia atau wanita yang ingin dinikahi maka dia
hanya mendapatkan apa yang dia inginkan.’”

C. AYAT AL QUR’AN
1. Q.S Al-An’am: 162 – 163

‫( اَل‬١٦٢ ) َ‫ي َو َم َماتِي هَّلِل ِ َربِّ ۡٱل ٰ َعلَ ِمين‬


َ ‫صاَل تِي َونُ ُس ِكي َو َم ۡحيَا‬ َ ‫قُ ۡل ِإ َّن‬
(١٦٣) َ‫ت َوَأن َ۠ا َأ َّو ُل ۡٱل ُم ۡسلِ ِمين‬ ُ ‫ك لَ ۖۥهُ َوبِ ٰ َذلِكَ ُأ ِم ۡر‬
َ ‫َش ِري‬

“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah


untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian
itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-
tama menyerahkan diri (kepada Allah)"
2. Q.S Al Banyyinah :5

ِ ِ‫َو َما ُأ ِمرُوا ِإاَّل لِيَ ْعبُ ُدوا هَّللا َ ُم ْخل‬


َّ ‫صينَ لَهُ ال ِّدينَ ُحنَفَا َء َويُقِي ُموا ال‬
َ‫صاَل ة‬
‫َويُْؤ تُوا ال َّز َكاةَ ۚ َو ٰ َذلِكَ ِدينُ ْالقَيِّ َم ِة‬

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah


dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat;
dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

Dalam tafsir Al Misbah menurut Quraish Shihab niat diartikan bahwa


mereka tidak dibebani tugas kecuali agar ibadah mereka hanya ditujukan
kepada Allah dengan ikhlas, agar mereka menjauhi kebatilan, beristikamah
dalam kebenaran dan agar mereka selalu melaksanakan salat dan
menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus.

3
D. KRITIK SANAD DAN MATAN HADITS NIAT
1. Kritik sanad
a. Umar bin Khattab
Nama lengkapnya adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul
‘Uzza bin Rayyah bin Abdullah bin Qarth bin Razzah bin ‘Adiy al-
Quraisyi al-‘Adawi Abu Hafish Amir al-Mu’minin. 1 Ibunya bernama
Hantamah binti Hasyim bin al-Mughirah bin Abdillah bin Umar bin
Makhzum.
Beliau meriwayatkan hadits dari Rasulullah SAW, Abu Bakar,
Ubay bin Ka’ab. Diantara orang yang meriwayatkan hadits darinya
adalah putranya Abdullah, Ashim, Hafshah, Utsman, Ali, Sa’ad bin Abi
Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Abdurrahman bin Auf, termasuk juga
Al-Qamah bin Waqash al-Laitsiy.
Tentang keutamaan beliau, diriwayatkan dari Nabi SAW
“Seandainya ada Nabi SAW sesudahku pastilah Umar”. Ibnu Mas’ud
berkata: “Kami selalu dalam kemenangan semenjak Umar masuk
Islam”.
Keutamaan-keutmaan beliau sangatlah banyak. Beliau menjadi
khalifah selama 10 tahun 5 bulan atau 6 bulan. Beliau terbunuh pada
hari Rabu bulan Dzulhijjah tahun 23 H. Sedangkan pada waktu itu
beliau berusia 63 tahun.2
b. Imam Bukhori
Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim
bin al-Muhirah bin Bardizabbah, Abu Abdillah al-Bukhori. Diantara
guru dan murid beliau adalah Ubaidillah bin Musa, Muhammad bin
Abdillah al-Anshari, Afan, Abi Ashim al-Nabil, At-Tirmidzi, Muslim,
al-Nasai, Abu Zar’ah, Abu Hatim, Muhammad bin Abdillah al-
Hadharamiy, Ibnu Khuzaimah, al-Fadhl bin al-Abbas al Raziy.

1
Rosidi, Ayep. Niat Menurut Hadis dan Impliakasinya terhadap Proses Pembelajaran. Jurnal
Inspirasi-Vol. 1, No. 1, Januari-Juni 2017, hlm 41
2
http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314113450010.pdf diakses pada 21 Februari
2020

3
Pendapat kritikus tentang beliau:
1) Ja’far bin Muhammad al-Qathan: “Saya pernah mendengar
Muhammad bin Ismail (Bukhori) berkata: Saya menulis hadits dari
seribu guru atau lebih. Tidaklah hadits yang aku tulis kecuali
kusertakan sanadnya.
2) Maslamah: Beliau orang yang tsiqah
3) Al-Nasai: beliau orang yang tsiqah dan ma’mun
Hakir bin Numair berkata: “Aku mendengar al-Hasan bin al-
Husain berkata: “Saya melihat Muhammad bin Ismail (Bukhori) adalah
orang yang tua, badannya tidak tinggi dan tidak pendek, dilahirkan pada
bulan Syawal tahun 194 H dan meninggal pada hari Sabtu bulan Syawal
tahun 256 H dalam usia 62 tahun kurang 13 hari”.
Setelah para perowi diketahui dari segi kualitas periwayatan,
selanjutnya mengetahui ketersambungan sanadnya dengan cara melihat
kajian al-tahammul wal al-ada’ al-hadits yaitu penerimaan hadits dan
periwayatnya. Tinjauan hadits niat dari segi bentuknya tergolong dalam
hadits qawli. Hadits qawli didefinisikan sebagai segala perkataan yang
disandarkan kepada Rasulullah, dengan demikian sumber hadits tersebut
adalah perkataan Rasulullah, karan dalam hadits niat Umar bin Khattab
mendengarkan langsung Rasulullah bersabda. Dalam penyampaiannya

menggunakan metode penyampaian al-sima seperti (dari ) ‫قَ ا َل‬, ‫ع َْن‬


(berkata), ُ ‫َس ِمع‬
‫ْت‬ (saya mendengar). Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa sanad hadits diatas jalur Imam Bukhori tersambung.

2. Kritik matan
Analisis terhadap matan tentang niat sangat diperlukan guna
mengidentifikasi makna terhadap teks-teks dari tinjauan linguistic bahasa
atau lafaznya dan pemahaman ulama hadis yang mengintepretasikan
hadis niat, analisis bahasa atau lafaz hadis dilakukan untuk mengetahui

3
perbedaan bahasa atau lafaz hadis yang satu dengan yang lainnya, yang
memiliki makna universal yang serupa.
Pentingnya analisis matan dari sudut bahasa bermula dari pendapat
sebagian besar ulama yang memandang sebagia besar aspek kebahasaan
sebagai tolok ukur melihat dan menentukan validitas hadis, dikarenakan
Nabi Muhammad SAW dan para sahabat mempunyai kemampuan bahasa
yang baik, sehingga jika susunan lafaz ranc, maka hadis tersebut
dianggap tidak shahih dari segi matan, bisa jadi hadis tersebut bukan
berasal dari Nabi Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya.
Matan hadis-hadis tentang niat diriwayatkan oleh periwayat yang
siqah dan sanad hadis tersebut memiliki kedudukan hasan shahih dalam
beberapa pandangan ulama, tidak ada pertentangan dari segi maksud dan
matan hadis tersebut, sehingga hadis tersebut dapat dijadikan sebagai
hujjah.3

E. PEMAHAMAN HADIS NIAT


Hadits ini menerangkan bahwa setiap amalan sangat bergantung pada niat.
Dan setiap orang akan mendapatkan balasan dari apa yang dia niatkan,
Balasannya sangat mulia ketika seseorang berniat ikhlas karena Allah, berbeda
engan seseorang yang berniat beramal hanya karena mengejar dunia seperti
karena mengejar wanita. Dalam hadits disebutkan contoh amalannya yaitu
hijrah, ada yang berhijrah karena Allah dan ada yang berhijrah hanya untuk
mengejar dunia.
Niat secara bahasa berarti Al-qashd (keinginan) sedangkan niat secara
istilah syar’I yang dimaksud adala berazam (bertindak) untuk mengerjakan
suatu ibadah ikkhlas karena Allah, letak niat berada didalam batin (hati)
Kalimat “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya”, ini
dilihat dari sudut pandang al-manwi, yaitu amalan. Sedangkan kalimat “Setiap
orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan”, ini dilihat dari sudut pandang

3
Ibid

3
al-manwi lahu, yaitu kepada siapakah amalan tersebut ditujukan, ikhlas lillahi
ta’alla ataukah ditujukan kepada selain Allah.
Faedah Hadits :
1. Dalam Jami’ Al-Ulum wa Al-Hikam (1:61) Hadits ini dikatakan oleh Imam
Ahmad sebagai salah satu hadits pokk dalam agama kita (disebut ushul al-
islam). Imam Ibnu Daqi Al-Ied dalam syarhnya (hlm,27) bahwa Imam
Syafi’I mengatakan kalau hadis ini masuk dalam 70 bab fikih. Ulama
lainnya menyatakan bahwa hadis ini sebagai tsulutsul Islam (sepertiganya
Islam).
2. Tidak mungkin suatu amalan itu ada kecuali telah didahului dengan niat.
Adapun jika ada amalan yang tanpa niat, maka tidak disebut amalan seperti
amalan dari orang yang tertidur dan gila. Sedangkan orang yang berakal
tidaklah demikian, setiap beramal pasti sudah memiliki niat. Para ulama
mengatakan, “Seandainya Allah membebani suatu amalan tanpa niat, maka
itu sama halnya membebani sesuatu yang tidak dimampui.”
3. “Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan”, maksud hadis ini
adalah seiap orang akan memperoleh pahala yang ia niatkan.
4. Niat itu berarti bermaksud dan berkehendak. Letak niat itu ada di dalam
hati. Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Niat itu letaknya di hati
berdasarkan kesepakatan ulama. Jika seorang berniat di hatinya tanpa ia
lafazhkan dengan lisannya, maka niatnya sudah dianggap sah karena
kesepakatan para ulama.”
5. Dalam beramal butuh niat ikhlas. Karena dalam hadits disebutkan amalan
hijrah yang ikhlas dan amalan hijrah yang tujuannya untuk mengejar dunia.
Hijrah pertama terpuji, hijrah kedua tercela. 4

4
https://rumaysho.com/16311-hadits-arbain-01-setiap-amalan-tergantung-pada-niat.html diakses
pada 23 Februari 2020

3
2. FITRAH

A. Hadits fitrah manusia


Dalam kitab At-Tafsir halaman 931,shahih Bukhori:

َّ ‫الز ْه ِر ِي قَ َال اَ ْخَبَريِن َأبُو َسلَ َمةَ بْ ُن َعْب ِد الرَّمْح َ ِن‬


‫َأن‬ َّ ‫س َع ِن‬ ِ
ْ ‫َح َّدثَنَا َعْب َدا ُن‬
ُ ُ‫َأخَبَرنَا يُون‬
ْ ‫َأخَبَرنَا َعْب ُد اهلل‬
ٍ ُ‫اهلل صلَّى اهلل علَيه وسلَّم ما ِمن مول‬
‫ود إاَّل يُ َولِّ ُد َعلَى‬ ِ ‫َأبا هريرةَ ر ِضي اهلل عْنه قَ َال قَ َال رسو ُل‬
َْ ْ َ َ َ َ َ ُ َ ُْ َ َ ُ َ َ َْ َ ُ َ
‫يمةُ هَبِْي َمةً مَجْ َعاءُ َه ْل حُتِ ُّسو َن فِ َيها ِم ْن‬ ِ ِِ ِِ ‫الْ ِفطْر ِة فََأبواه يه ِّودانِِه َأو يْن‬
َ ‫صَرانه َْأو مُيَ ِّج َسانه َك َما ُتْنتَ ُج الْبَه‬
ُ َ ْ َ َ ُ ُ ََ َ
‫ك الدِّيْ ُن الْ َقيِّ ُم‬ ِ ِ ‫ اللَّ ِه الَّىِت فَطَر النَّاس علَيها اَل َتب ِديل خِل ْل ِق‬." ‫ول " فِطْر َة‬
َ ‫اهلل َذل‬ َ َ ْ َ َ َ َ َ ُ ‫َج ْد َعاءَ مُثَّ َي ُق‬
Ishaq bin Ibrahim telah menceritakan kepadaku,Abdulrazaq telah
mengabarkan kepadaku, Ma’mar telah mengabarkan kepadaku dari Hammam dari
Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw bersabda:”tidak ada seorang anak yang terlahir
melainkan ia dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua ora tuanyalah yang
membuatnya menjadi Yahudi dan Nasrani, sebagaimana kamu berternak binatang
(supaya beranak), apakah kamu mendapati anak binatang ternak itu dipotong
telinganya?”.5 Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapat
engkau tentang orang yang meninggal sedangkan ia masih kecil? Beliau
menjawab: ”Allah mengetahui apa yang mereka usahakan”.
B. Sanad dan Matan Hadits
Sanad: Ishaq bin Ibrahim telah menceritakan kepadaku,Abdulrazaq telah
mengabarkan kepadaku, Ma’mar telah mengabarkan kepadaku dari Hammam dari
Abu Hurairah r.a.
Matan:Rasulullah saw bersabda:”tidak ada seorang anak yang terlahir melainkan
ia dilahirkan dalam keadaan fitrah,maka kedua ora tuanyalah yang membuatnya
menjadi Yahudi dan Nasrani,sebagaimana kamu berternak binatang (supaya
beranak),apakah kamu mendapati anak binatang ternak itu dipotong
telinganya?”.Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapat

5
Syamsul Rijal Hamid “Buku Pintar Hadits Edisi Revisi” ( Jakarta Barat: Qibla, 2012).

3
engkau tentang orang yang meninggal sedangkan ia masih kecil?Beliau
menjawab: “Allah mengetahui apa yang mereka usahakan”.6
C. Ayat Al-Qur’an
Kata fitrah juga terdapat pada Al-Qur’an.Ayat Al-Qur’an tentang fitrah
ada di Surat Ar-Rum/30:30 yaitu sebagai berikut:7
ِ ِ ‫ْديل خِلَل‬
ِ َّ ِ َّ َ ‫ك لِلدِّي ِن َحنِي ًف ا فِطْر‬ ِ
‫ِّين ٱلْ َقيِّ ُم‬ َ ‫ْق ٱللَّ ِه ٰذَل‬
ُ ‫ك ٱلد‬ َ ‫ت ٱلله ٱلىِت فَط ََر ٱلن‬
َ ‫َّاس َعلَْيهَا اَل َتب‬ َ َ ‫فََأق ْم َو ْج َه‬
ِ ‫َو ٰلَ ِك َّن َأ ْكَثَر ٱلن‬
‫َّاس اَل َي ْعلَ ُمو َن‬
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah: (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah.(Itulah) agama yang lurus,tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui”.(Q.S.Ar-Rum/30:30)
Menurut Ibnu Athiyah dalam tafsirnya menjelaskan fitrah bahwa Allah
telah menciptakan menusia dalam keadaan mempunyai potensi untuk mengenal
Allah dan memnuhi tuntutan-tuntutan-Nya.Potensi untuk lebih mengenal Allah
mengandung maksud keyakinan tentang keesaan Allah yang telah diberikan
kepada setiap manusia bahkan sudah ditanamkan dalam setiap diri insan.Para
Ulama’ telah menjelaskan ayat tersebut menguatkannya dengan menukil hadis
fitrah.Hal ini menunjukkan bahwa adanya kesesuaian (tidak bertentangan) antara
hadits Nabi SAW dengan Al-Qur’an.Karena fungsi hadits bagi Al-Qur’an adalah
sebagai penjelas maksud kandungan Al-Qur’an.
Menurut M.Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah. Fitrah bisa diartikan
sebagai keyakinan tentang ke-Esa-an Allah SWT yang sudah ditanamkan kepada
setiap insan. Dalam penggalan ayat diatas mengisyaratkan, bahwa agama islam
sebagai cermin yang sejalan dan menjadi tuntunan bagi fitrah, tidak wajar diganti,
dirubah, dan dibatalkan oleh manusia, karena ini melekat erat dengan kepribadian
setiap insan. Dalam konteks ayat ini berarti fitrah keagamaan akan melekat pada
diri manusia selama-lamanya, walaupun tidak diakui atau diabaikan.
6
Muhammad Ubaidillah, Skripsi: “konsep Fitrah Menurut Hadis Fitrah dan Implikasinya Dalam
Pendidikan Keluarga Pada Akidah Anak” (Semarang: 2018). Hal 56
7
Muhammad Ubaidillah, Skripsi: “konsep Fitrah Menurut Hadis Fitrah dan Implikasinya Dalam
Pendidikan Keluarga Pada Akidah Anak” (Semarang: 2018). Hal 68

3
D. Kritik Sanad dan Hadits Fitrah Anak
Kritik sanad hadits bertujuan untuk menentukan dan juga mengetahui
shahih maupun tidaknya sanad hadits. Dalam kritik sanad hadits ada beberapa
langkah-langkah yang dilakukan. Berikut langkah-langkah didalam kritik sanad
dan hadits tentang fitrah anak.
1. Takhrij Al-hadis
Merupakan langkah pertama dalam kritik sanad hadis bertujuan mencari
hadis dibeberapa kitab yang merupakan sumber asli dari hadis yang akan
diteliti, dimana dalam kitab tersebut telah tercantum sanad dan matan hadis. 8
Pencarian hadis mengenai fitrah tersebut menggunakan cara takhrij bil lafzi,
adalah dengan mengetahui sebagian dari matan hadis mengenai fitrah. Matan
hadis mengenai fitrah untuk pencarian dan juga penelusuran menggunakan kata

“ ‫“ فطر‬.

2. I’tibar As-sanad
Yaitu mencantumkan sanad-sanad lain dalam hadis tertentu, dimana hadis
tersebut hanya ditemukan seorang periwayat saja di bagian sanadnya, tujuan
menyertakan sanad-sanad lain maka bisa mengetahui apakah terdapat
periwayat lain atau bahkan tidak ada pada bagian sanad dari sanad hadis yang
dimaksud. I’tibar as-sanad pada hadis fitrah tersebut membantu dalam
mengetahui semua jalur sanad hadis fitrah yaitu nama periwayat, metode
periwayatannya, dan terdapat atau tidaknya faktor pendukung (corroboration)
berstatus mutabi’ atau syahid.9 Langkah berikutnya pada penelitian hadis yaitu
penelitian sanad hadis mengenai fitrah. Penelitian tersebut berdasarkan jalur
sanad yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhori, dimana Al-Bukhori
menyandarkan setiap riwayatnya kepada Ishaq bin Ibrahim dengan
menggunakan metode periwayatan yaitu haddasana. Ishaq bin Ibrahim dan
Abdur Razaq periwayatannya dengan menggunakan metode yaitu akhbarana.
Ma’mar dan Hammam menggunakan metode ‘an dalam periwayatannya. Abu
8
Muhammad Ubaidillah, Skripsi: “konsep Fitrah Menurut Hadis Fitrah dan Implikasinya Dalam
Pendidikan Keluarga Pada Akidah Anak” (Semarang: 2018). Hal 54
9
Muhammad Ubaidillah, Skripsi: “konsep Fitrah Menurut Hadis Fitrah dan Implikasinya Dalam
Pendidikan Keluarga Pada Akidah Anak” (Semarang: 2018). Hal 59

3
Hurairah menggunakan metode qala dalam periwayatannya. Dengan
pernyataan diatas maka diketahui Abu Hurairah merupakan sanad terakhir dan
Ishaq bin Ibrahim merupakan sanad pertama. Namun dalam urutan periwayat,
Abu Hurairah merupakan sanad pertama dan Imam Bukhori periwayat yang
terakhir.
3. Penelitian Sanad Hadis
Selain pada matan hadis inti penelitian hadis juga meneliti sanad hadis.
Sanad Hadis berhubungan dengan ittisal as-sanad, kedabitan periwayat, dan
juga keadilan, bila unsur-unsur diatas terpenuhi maka kualitas dari hadis bisa
ditentukan. Apakah hadis tersebut shahih, hasan atau da’if.
a. Ittisal As-Sanad
Ketersambungan sanad mampu diartikan yaitu dengan masing-masing
periwayat menerima hadis tersebuut dari yang terdekat sebelumnya dan
keadaan ini juga berlangsung hingga periwayat pertama yang telah langsung
menerima hadis dari Nabi saw. Ketersambungan tersebut mampu dijadikan
bukti yang bisa dipertanggungjawabkan kebenaran dan juga keasliannya bahwa
berasal dari Nabi saw. Terputusnya sanad akan berdampak tertolaknya riwayat
hadis yang telah disampaikan.
Langkah-langkah untuk mengetahui ketersambungan dan keterputusan
sanad.10
1. Pencatatan mengenai semua nama periwayat pada sanad yang diteliti
2. Mempelajari terlebih dahulu biografi keilmuwan masing-masing dari
periwayat
3. Meneliti simbol atau lambang periwayat yang dipergunakan dalam
tahammul wa ada al-hadis.
b. Keadilan dan kedabitan periwayat
Ulama hadis sepakat terdapat dua hal yang harus diteliti dalam diri pribadi
periwayat hadis untuk mengetahui apakah riwayat hadis yang mereka
kemukakan bisa diterima sebagai hujah atau bahkan harus untuk ditolak. Dua

10
Muhammad Ubaidillah, Skripsi: “konsep Fitrah Menurut Hadis Fitrah dan Implikasinya Dalam
Pendidikan Keluarga Pada Akidah Anak” (Semarang: 2018). Hal 63

3
hal tersebut yaitu keadilan dan kedabitan periwayat. Keadilan merupakan Hal
yang berhubungan dengan kualitas diri, kedabitan yaitu hal yang berhubungan
dengan kapasitas intelektual. Apabila dua hal tersebut dimiliki periwayat
hadis, maka periwayat itu bersifat siqah (gabungan dari adil dan dabit).
Namun dua hal ini memiliki kriteria tertentu.
Kriteria keadilan yaitu harus beragama Islam (hanya berlaku untuk
periwayat yang menyampaikan hadis, bagi penerima tidak hadis), makkalaf
(balig dan juga berakal sehat), menjalankan ketentuan agama, mampu
memelihara muru’ah. Kriteria dabit yaitu harus hafal secara sempurna hadis
yang diterima, dengan baik mampu memahami hadis yang dihafal, dan juga
bisa menyampaikan hadis yang diterima kepada orang lain dengan baik. Para
ulama telah mengemukakan cara penetapan kualitas dan kapasitas pribadi
periwayat sebagai berikut.
Tahapan penetapan kualitas pribadi periwayat:
1) Mengamati popularitas keutamaan yang bersangkutan pada kalangan ulama
hadis
2) Menyeleksi beberapa penilaian para kritikus, dan juga menerapkan kaidah
al jarh wa at-ta’dil dengan benar.
Tahapan penetapan kapasitas pribadi periwayat:
1) Berdasarkan kesaksian para ulama
2) Berdasarkan kesesuaian riwayat mereka dengan riwayat lain yang dabit,
dan apabila sempat terjadi kekeliruan pada riwayat yang mereka
sampaikan, hal itu hanya berlaku sekali.
Terdapat juga cara yang digunakan dalam mengetahui ittisal as-sanad,
keadilan, dan juga kedabitan periwayat yaitu dengan menggunakan kitab
tahzibul kumal fi Asma Ar-Rijal, Tahzib At-Tahzib.

4. Natijah Sanad
Langkah selanjutnya yaitu mengambil natijah pada hadis yang diteliti.
Maka, harus beserta dengan argumen yang jelas.

3
Natijah sanad hadis mengenai fitrah dari jalur Imam Al Bukhori, seluruh
periwayatnya terdapat persambungan sanad dan adanya pertemuan (liqa)
diantara guru dan juga murid, meskipun pada periwayatannya terdapat
metode periwayatan ‘an, sebab periwayat dengan metode itu tidak terindikasi
sebagai mudallis, dan juga seluruh periwayatannya dinilai siqah. Oleh sebab
itu sanad hadis Imam Bukhori itu kuat.
Dengan melihat argumen tersebut, jadi dapat disimpulkan sanad hadis
yang berasal dari jalur Imam Al-Bukhori memiliki kualitas Shahih al-isnad.
E. Kritik Matan Hadis Fitrah Anak
Dalam penelitian hadis kritik matan ini juga sama penting dengan kritik
sanad Hadis. Hanya penelitian matan baru memiliki arti apabila sanad untuk
matan hadis memiliki kejelasan kualitas. Sebab, sanad dan matan hadis
memiliki kedudukan sama didalam menentukan sebuah kualitas dari hadis.
Ulama hadis menentukan tolak ukur didalam penelitian matan. Salahudin al-
Adlabi menyatakan bahwa tolak ukur matan terdapat empat macam yaitu:11
1. Tidak bertentangan dengan petunjuk di dalam Al-Quran
2. Tidak bertentangan dengan hadis yang memiliki kedudukan lebih kuat
3. Tidak bertentangan akal sehat, panca indera dan juga fakta sejarah.
4. Susunan pernyataan menunjukkan ciri-ciri sabda kenabian
Ciri-ciri sabda kenabian yaitu gaya bahasa digunakan dengan fasih karena
nabi saw. Fasih dalam berbahasa arab, dalam hadis fitrah terdapat harapan
dan juga ancaman pada orang tua supaya mau mengarahkan anak pada
kebaikan. Sebab keberhasilan yang diraih anak ditentukan oleh bagaimana
peran orang tua dalam memberikan pendidikan pada anak, dan juga
kandungan hadis fitrah tersebut tidak bertentangan dengan sanatullah (hukum
alam).
F. Pemahaman Hadis
Dalam pengertian yang sederhana istilah fitrah sering diartikan suci dan
potensi. Secara etimologis, asal kata fitrah/fitrooh/pitrah berasal dari bahasa Arab,

11
Muhammad Ubaidillah, Skripsi: “konsep Fitrah Menurut Hadis Fitrah dan Implikasinya Dalam
Pendidikan Keluarga Pada Akidah Anak” (Semarang: 2018). Hal 68

3
yaitu fitrah jamaknya fithar yang suka diartikan sebagai perangai, tabiat, kejadian,
asli, agama, ciptaan. Menurut Quraish Shihab, istilah fitrah diambil Dari akar kata
al fithr yang berarti belahan. Dari makna ini lahir makna-makna lain, antara lain
pencipta atau kejadian.
Dalam gramatika bahasa Arab, sumber kata fitrah wazanya fi’lah, yang
artinya al-ibtida’, yaitu menciptakan sesuatu tanpa contoh. Fi’lah dan fitrah
adalah bentuk masdar (infinitif) yang menunjukkan arti keadaan. Demikian pula
menurut Ibnu Katsir dan Ibn al-Qayyim karena fitir artinya menciptakan, maka
fitrah berarti keadaan yang dihasilkan dari penciptaan itu. Lafadz fitrah tidak
pernah dikemukakan dalam al-Qur’an dalam konteksnya selain dengan manusia.
Fitrah manusia berbeda dengan watak atau tabi’at. Juga berbeda dengan
naluri/garizah. Watak atau tabi’at adalah sifat dasar, seperti kalimat watak oksigen
adalah mudah terbakar. Jadi watak adalah karakteristik yang terdiri dari bentuk,
dan materi (maddah). Inilah yang merupakan watak atau tabi’at suatu benda.
Sedangkan naluri atau garizah adalah sifat dasar. Sifat dasar ini bukan muktasabah
(bukan diperoleh). Misalnya, anak cicak begitu lahir langsung bisa lari. Rayap,
meskipun binatang kesil namun mampu membangun rumahnya dari tanah
layaknya rumah tingkat yang indah dan megah. Inilah yang disebut naluri atau
garizah.Dalam naluri tidak terdapat kesadaran penuh. Untuk binatang,fitrah ini
disebut naluri.Fiytrah sama dengan watak (tabi’at) dan naluri ini juga bukan
diperoleh melalui usaha (muktasah). Bukan pula karena khuduri (perolehan).
Istilah fitrah lazimnya untuk manusia, naluri lazimnya untuk hewan, dan watak
lazimnya untuk benda.
Ahmad tafsir menjelaskan bahwa menurut hadits ini manusia lahir
membawa kemampuan-kemampuan, kemampuan itulah yang disebut pembawaan
fitrah yang disebut hadits ini potensi. Potensi adalah kemampuan, jadi, fitrah yang
dimaksud disini pembawaan. Ayah-ibu dalam hadits ini adalah lingkungan
sebagaimana yang dimaksud oleh para ahli pendidikan. Kedua-duanya itulah
menurut hadits ini, yang menentukan perkembangan seseorang.
Pengaruh ini terjadi baik aspek jasmani,akal maupun aspek rohani. Aspek
jasmani banyak dipengaruhi oleh alam fisik (selain pembawaan), aspek akal

3
banyak dipengaruhi oleh lingkungan budaya (selain oleh pembawaan), dan aspek
ruhani banyak dipengaruhi oleh kedua lingkungan itu (selain oleh pembawaan).
Pengaruh itu menurut al-Syaibani sebagaimana dikutip ahmad Tafsir bahwa
dimulai sejak bayi embrio, dan barulah berakhir setelah kematian orang tersebut.
Tingkat kadar pengaruh tersebut berbeda antara seseorang dan orang lain, sesuai
dengan segi-segi pertumbuhan masing-masing, kadar pengaruh tersebut juga
menurut perbedaan umur dan perbedaan fase perkembangan masing-masing.
Faktor pembawaan tersebut lebih dominan pengaruhnya tatkala orang masih bayi,
lingkungan (alam dan budaya) lebih dominan pengaruhnya tatkala orang mulai
dewasa.
Manusia adalah makhluk yang berkembang karena dipengaruhi
pembawanan dan lingkungan, adalah salah satu hakikat wujud manusia. Dalam
perkembangannya, manusia itu cenderung beragama, inilah hakikat wujud lain.
Manusia mempunyai banyak kecenderungan ini disebabkan oleh
banyaknya potensi yang dibawanya. Dalam garis besarnya, kecenderungan ini
dapat dibagi menjadi dua, yaitu kecenderungan menjadi orang baik dan
kecenderungan menjadi orang jahat. Fitrah disini dapat dimaknai pula sebagi
potensi untuk berbuat kebaikan, kemuliaan, keshalihan, pembangunan ada potensi
untuk merusak, atau berbuat buruk. Kecenderungan beragama termasuk kedalam
kecenderungan menjadi baik. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Asy Syams
ayat 8 yang artinya : “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketakwaan.”
Al-Syaibani menyatakan bahwa manusia itu berkecenderungan beriman
kepada kekuasaan tertinggi dan paling unggul yang menguasai jagad raya ini.
Kecenderungan ini dibawanya sejak lahir. Jadi manusia itu ingin beragama.
Keinginan itu meningkat mengikuti meningkatnya taraf pemikirannya, akal
manusia pada akhirnya akan mengakui tuhan itu ada.
Ilmuwan muslim seperti Muhammad Qutb sebagaimana diikuti Ahmad
Tafsir dengan tegas mengatakan bahwa hormat beribadah kepada tuhan
merupakan sifat wajar manusia. Aynyni berkesimpulan bahwa, menurut al-
Qur’an, manusia pada asal kejadiannya adalah mempercayai adanya tuhan yang

3
satu, tetapi manusia berkemampuan pula menjadi musyrik atau jahat, beribadah
kepada Tuhan adalah tujuan wujud manusia. Muhammad Hijazi dalam Ahmad
Tafsir, tatkala membahas hakikat kejadian manusia, tiba pada kesimpulan bahwa
pada hakikatnya kejadian (fitrah) manusia adalah Muslim. Fitrah tersebut dapat
dikembangkan sebagaimana tujuan pendidikan islam, untuk memahami lebih jelas
terkait dengan fitrah manusia kaitanya dengan tujuan pendidikan islam berikut
dipaparkan mengenai tujuan pendidikan islam menurut para ilmuwan Muslim.

3
3. KEPEMIMPINAN

A. Hadits Kepemimpinan
Hadits Riwayat Imam Bukhari12
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل ُكلُّ ُك ْم‬ َّ ِ‫َح َّدثَنَا ِإ ْس َما ِعي ُل َأ ْخبَ َرنَا َأيُّوبُ ع َْن نَافِ ٍع َع ِن ا ْب ِن ُع َم َر َأ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬
‫اع َعلَى‬ ٍ ‫اع َوهُ َو َم ْسُئو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه َوال َّر ُج ُل َر‬ ٍ ‫اس َر‬ ِ َّ‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسُئو ٌل فَاَأْل ِمي ُر الَّ ِذي َعلَى الن‬
ٍ ‫َر‬
ٍ ‫ت َزوْ ِجهَا َو ِه َي َم ْسُئولَةٌ َو ْال َع ْب ُد َر‬
‫اع َعلَى َما ِل‬ ِ ‫اعيَةٌ َعلَى بَ ْي‬ ِ ‫َأ ْه ِل بَ ْيتِ ِه َوه َُو َم ْسُئو ٌل َو ْال َمرْ َأةُ َر‬
ٍ ‫َسيِّ ِد ِه َوهُ َو َم ْسُئو ٌل َأاَل فَ ُكلُّ ُك ْم َر‬
‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسُئو ٌل‬
Artinya: Ismail menceritakan kepada kami (dengan berkata) Ayyub
memberitahukan kepada kami (yang berkata) dari Nafi’ menceritakan
kepadaku (yang berkata) dari Ibnu Umar ra (yang berasal) dari Rasulullah
saw, bersabda: "Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan ditanya.
Maka kepala pemerintahan yang mengurusi manusia adalah pemimpin dan dia
akan ditanya tentang kepemimpinannya. Dan orang laki-laki adalah pemimpin
atas keluarga di rumahnya dan dia akan ditanya (tentang tanggung
jawabnya).  Dan wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia akan
ditanya (tentang tanggung jawabnya). Dan hamba (pelayan) adalah pemimpin
dalam menjaga harta tuannya dan akan ditanya (tentang tanggung jawabnya).
Ketahuilah, setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan ditanya.”13

B. Sanad dan Matan Hadits


Sanad : Ismail menceritakan kepada kami (dengan berkata) Ayyub
memberitahukan kepada kami (yang berkata) dari Nafi’ menceritakan
kepadaku (yang berkata) dari Ibnu Umar ra (yang berasal) dari Rasulullah
saw.

12
Masniati.(2015).Kepemimpinan dalam Islam.Jurnal Al-Qadau.Vol 2. No 1, hal.43-44

13
Ahmad, Abdan Matin.”Hadits tentang Kepemimpinan” diakses dari
http://abdanmatin.blogspot.com/2013/02/hadits-tentang-kepemimpinan.html?m=1 , pada
tanggal 26 Februari 2020

3
Matan : Rasulullah saw, bersabda: "Setiap kamu adalah pemimpin dan
setiap kamu akan ditanya. Maka kepala pemerintahan yang mengurusi
manusia adalah pemimpin dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya.
Dan orang laki-laki adalah pemimpin atas keluarga di rumahnya dan dia akan
ditanya (tentang tanggung jawabnya).  Dan wanita adalah pemimpin di rumah
suaminya dan dia akan ditanya (tentang tanggung jawabnya). Dan hamba
(pelayan) adalah pemimpin dalam menjaga harta tuannya dan akan ditanya
(tentang tanggung jawabnya). Ketahuilah, setiap kamu adalah pemimpin dan
setiap kamu akan ditanya.”

C. Ayat Al-Qur’an
Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa ayat 59
‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َأ ِطيعُوا هَّللا َ َوَأ ِطيعُوا ال َّرسُو َل َوُأولِي اَأْل ْم ِر ِم ْن ُك ْم ۖ فَِإ ْن تَنَا َز ْعتُ ْم فِي َش ْي ٍء‬
َ ِ‫فَ ُر ُّدوهُ ِإلَى هَّللا ِ َوال َّرسُو ِل ِإ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر ۚ ٰ َذل‬
‫ك خَ ْي ٌر َوَأحْ َسنُ تَْأ ِوياًل‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul


(Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu.
Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 59)
D. Kritik Sanad dan Matan Hadits
1. Kritik Sanad
a. Abdullah bin 'Umar bin Al Khathhab bin Nufail14
Beliau adalah termasuk dari kalangan sahabat Nabi Muhammad
Saw memiliki kunyah Abu 'Abdur Rahman, semasa hidupnya tinggal di
Madinah sampai wafat pada tahun 73 H.menurut ibnu hajar al Atsqalani
dan adzahabi beliau adalah sahabat.

14
https://aatshoem.blogspot.com/2014/01/takhrij-hadis-tentang-kepemimpinan.html?m=1,
diakses pada tanggal 26 Februari 2020. Jam 11.00

3
Para murid beliau adalah Salim bin Abdullah, Aslam Maula
‘Umar, Tsabbit bib Ash, Anas bin Sirrin, Bilal bin ‘Abd Allah, Umayah
bin ‘Abd Allah, Abu Umamah, Abu al-Fadhl, Yazid bin Athrad dan Adam
bin ‘Ali, dan lain-lain sekitar ada 100 lebih murid.
b. Ayub bin Abi Tamimah (131 H)15
Nama beliau adalah Ayub bin Abi Tamimah Kisan panggilannya
Abu Bakar lahir di Basrah wafat tahun 131 H. Gurunya ada 65 orang
diantaranya: Ibrahim bin Maisyarah, Anas bin Sairan panggilannya Abu
Musa, Nafi’ bin Jabir bin Mut’am bin ’Adi panggilannya Abu
Muhammad. Dia mempunyai 50 orang murid antara lain : Ibrahim bin
Tuhman bin Syu’bah panggilannya Abu Sa’id, Ismail bin Ibrahim bin
Muqassam panggilannya Abu Basyar, Ismail bin Umayah bin Umar bin
Sa’id bin ’Ash. Derajat periwayatannya adalah “tsiqah tsubut hujjah”.
Penilaian kritikus hadis seperti Yahya bin Ma’in mengatakan bahwa dia“
tsiqah”, Muhammad bin Sa’ad menyebutnya ”tsiqah tsubut hujjah ’adl”
(orang yang terpercaya, teguh, argumentatif dan adil), An Nasai
menyebutnya ”tsiqah tsubut”.
c. Nafi Maula (117 H)
Nafi Maula bin Umar panggilannya Abu Abdullah, lahir dan
wafatnya di Madinah, menurut Yahya ibnu Bakir dan yang lainnya wafat
tahun 117 H, menurut Ibnu Uyainah wafat tahun 119 H. mempunyai 35
orang guru, antara lain Abdullah bin Umar bin Khattab bin Nufail,
Muridnya ada 158 orang, antara lain Aban bin Thariq, Laits bin Said bin
Abdurrahman. Yahya bin Mu’in, Al ’Ajali dan An-Nasai menyebutnya
“tsiqah”16.
d. Ismail bin Ibrahim
Nama lengkapnya : Ismā’īl bin Ibrāhīm bin Muqsim al-Asadī.
Gelarnya Abū Bisyr al-Bi rī, dan terkenal dengan sebutan Ibn ‘Ulayyah.
Beliau lahir di Basrah dan wafat di Baghdad tahun 193 H. Guru-guru

15
Masniati.(2015).Kepemimpinan dalam Islam.Jurnal Al-Qadau.Vol 2. No 1. hlm 51
16
Ibid, hlm 51-52

3
beliau di antaranya adalah Ibrahim bin ’Ala panggilannya Abu Harun,
Ishaq bin Samid bin Habirah, Ayub bin Abu Tamimah Kisan panggilannya
Abu Bakar, ‘Abd al-Azīz bin uhayb, Sulaymān al-Taymī, amīd al- awīl,
‘Ā im al-A wal, Ayyūb, Ibnu ‘Awn, dan Yūnus bin ‘Ubayd. Murid murid
beliau antara lain : Ibrahim bin Dinar panggilannya Abu Ishaq, Ibrahim
bin Said panggilannya Abu Ishaq, Syu’bah, Ibn Jurayj, Hammād bin Yazīd
dan Ibrāhīm bin ahmān. Kritikus hadis seperti Syu’bah bin Hijaj
menyebutnya sayyidul muhadasin panutan, Ahmad bin Hambal
menyebutnya Ilaihil Muntaha Fittatsabut, Yahya bin Ma’in menyebutnya
tsiqah makmun. Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya, dapat
dilihat beberapa pernyataan berikut, seperti :
1) Yūnus bin Bakīr menyatakan bahwa beliau adalah sayyid al-mu addi
īn.
2) Ibn Mahdī menyatakan bahwa beliau lebih kuat daripada Husyaym.
Sedangkan Al-Qaṭṭān menyatakan bahwa beliau lebih kuat daripada
Wuhayb.
3) Ibn al-Madīnī menyatakan bahwa beliau a bat al- adī.
e. Imam Bukhari
Muhammad bin Ismail Bin Ibrahim bin Al Mughiroh al Ja’fi.
Kunyahnya adalah abu abdillah bin abu hasan al buhkari. Di lahirkan di
bukhara pada tahun 194. Wafat pada tahun 256 H. Guru-gurunya adalah
Abu 'Ashim An Nabil, Makki bin Ibrahim, Muhammad bin 'Isa bin Ath
Thabba', Ubaidullah bin Musa, Muhammad bin Salam Al Baikandi, dll.
Pendapat ulama tentang Imam Bukhori, Abu Bakar ibnu Khuzaimah telah
memberikan kesaksian terhadap Imam Bukhari dengan mengatakan: "Di
kolong langit ini tidak ada orang yang lebih mengetahui hadits dari
Muhammad bin Isma'il.", al-Hafiz Ibn Hajar yang menyatakan: "Andaikan
pintu pujian dan sanjungan kepada Bukhari masih terbuka bagi generasi
sesudahnya, tentu habislah semua kertas dan nafas. Ia bagaikan lautan tak
bertepi." 17

17
Ibid, hlm 47

3
Setelah meneliti kualitas periwayat serta pendapat para ulama
kepada setiap perawi hadis tersebut yang muttasil dari bawah ke atas
sampai Nabi Muhammad SAW, kemudian dari kualitas periwayatnya
dilihat dari komentar para ulama banyak yang mengatakan Tsiqah, di
dalam rawi juga tidak terdapat ‘illat maupun kejanggalan
(Syudzudz). Tingkatan hadis Ibnu ‘Umar dari jalur Bukhari
termasuk marfu’ muttasil aktsaru min sanadihi. Jadi hadits tersebut
bersambung sanadnya dan baik perawinya.
2. Kritik Matan
Dalam matan hadis diatas ada tidak ada perbedaan redaksi atau
lafal matan hadis, karena kebanyakan periwayatan hadis dilakukan secara
makna (al-riwâyah bi al-ma’na) dan itu tidak menimbulkan kejanggalan
atau cela.

E. Pemahaman Hadits
Hadis diatas menerangkan mengenai siapa saja yang menjadi pemimpin,
apa saja yang menjadi ketentuan seorang pemimpin. Dan membahas tentang
etika pemimpin dalam islam, etika pokok dalam kepemimpinan adalah
tanggung jawab. Semua orang yang ada dimuka bumi ini adala pemimpin
yang suatu masa akan dimintai pertanggung jawaban, setidaknya bertanggung
jawab terhadap dirinya sendiri.
Seorang laki-laki juga merupakan pemimpin dalam rumah tangganya,
yang bertanggung jawab terhadap istri dalam perannya sebagai suami,
tanggung jawab atas didikan yang beroeran sebagai bapak dari anak-anaknya
dan juga kebahagiaan keluarga yang dibangunnya.
Wanita juga merupakan pemimpin dalam urusan rumah suaminya, seperti
mengurusi pekerjaan dirumahnya, mengurusi anak-anaknya dan juga melayani
suami sesuai dengan yang telah dijelaskan dalam al quran. Wanita berperan
penting dalam mendidik anaknya, dalam semua kepemimpinannya itu wanita
akan dimintai pertanggunga jawaban disuatu masa nanti.

3
Seorang pelayan atau bawahan atau sering kita istilahkan dengan
karyawan itu harus bertanggung jawab atas amanah yang telah diberikan
pimpinan kepadanya. Amanah tersebut suatu saat akan dimintai pertanggung
jawaban dari apa yang telah ia lakukan. Tanggung jawab di sini bukan semata-
mata bermakna melaksanakan tugas lalu setelah itu selesai dan tidak
menyisakan dampak bagi yang dipimpin. Tetapi, yang dimaksud tanggung
jawab di sini lebih berarti upaya seorang pemimpin untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi pihak yang dipimpin. Karena kata ra ‘a sendiri secara
bahasa bermakna gembala dan kata ra-‘in berarti pengembala. Ibarat
pengembala, ia harus merawat, memberi makan dan mencarikan tempat
berteduh binatang gembalanya. Singkatnya, seorang penggembala
bertanggung jawab untuk mensejahterakan binatang gembalanya.18
Hakekat kepemimpinan yaitu tanggung jawab dalam mewujudkan
kesejahteraan untuk yang ia pimpin, seperti ketika orang tua hanya sekedar
memberi makan anak-anaknya tetapi tidak memenuhi standar gizi serta
kebutuhan pendidikannya, maka hal itu masih jauh dari makna tanggung
jawab yang sebenarnya. Demikian pula bila seorang majikan memberikan gaji
prt (pekerja rumah tangga)  di bawah standar ump (upah minimu provinsi),
maka majikan tersebut belum bisa dikatakan bertanggung jawab. Begitu pula
bila seorang pemimpin, katakanlah presiden, dalam memimpin negerinya
hanya sebatas menjadi “pemerintah” saja, namun tidak ada upaya serius untuk
mengangkat rakyatnya dari jurang kemiskinan menuju kesejahteraan, maka
presiden tersebut belum bisa dikatakan telah bertanggung jawab. Karena
tanggung jawab seorang presiden harus diwujudkan dalam bentuk kebijakan
yang berpihak pada rakyat kecil dan kaum miskin, bukannya berpihak pada
konglomerat dan teman-teman dekat. Oleh sebab itu, bila keadaan sebuah
bangsa masih jauh dari standar kesejahteraan, maka tanggung jawab
pemimpinnya masih perlu dipertanyakan.

18
https://drsmusthofiqma.blogspot.com/2012/12/hadis-tentang-kepemimpinan.html. Diakses
tanggal 28 Februari 2020. Jam 11.30

3
4. LONG LIFE EDUCATION

A. Hadis dan Terjemahan


1. Riwayat al-Turmudzi (w. 256 H)

Artinya: “Diriwayatkan oleh Umar bin Hafsh al-Syaibani al-Bashriy,


diriwayatkan oleh Abdullah ibn Wahb, dari Amr bin al-Harits, dari Darraj,
dari Abi Haitsam, dari Abi Sa’id al-Khudriy, dari Rasulullah saw
bersabda: tidak akan memuaskan bagi seorang mukmin dalam kebaikan
yang ia dengar (menuntut ilmu) sehingga akhir hayatnya adalah surga”.
(HR. AlTurmudzi)

2. Riwayat al-Syihab al-Qodho’iy (w. 454 H)

Artinya: “Diberitakan oleh Ali al-Hasan bin Kholaf al-Wasithi, diberitakan


oleh Umar bin Hafs bin Syahin, diriwayatkan oleh Ali bin Muhammad bin
Ahmad al-‘Askariy, diriwayatkan oleh Muhammad bin Ahmad bin ‘Iyadz
bin Abi Thoibah, diriwayatkan oleh Muhammad bin Rouh al-
Qothiry, ia sendiri berkata: diceritakan oleh Abdullah bin Wahb,
diceritakan oleh Amr bin al-Harits, dari Darraj Abi al-Samh, dari Abi

3
Haitsam, dari Sa’id al-Khudriy, berkata: Rasulullah saw bersabda: tidak
akan memuaskan bagi seorang alim dalam menuntut ilmu sehingga akhir
hayatnya adalah surga”. (HR. al-Syihab al-Qodho’iy)

B. Sanad dan Matan Hadits


1. Riwayat al-Turmudzi

Sanad: diriwayatkan oleh Umar bin Hafsh al-Syaibani al-Bashry,


diriwayatkan oleh Abdullah ibn Wahb, dari Amr bin al-Harist dari Darraj
dari Abi Haitsam dari Abi Sa’id al-Khuduriy dari Rashulullah saw.

Matan: tidak akan memuaskan bagi seorang mukmin dalam kebaikan


yang ia dengar (menuntut ilmu) sehingga akhir hayatnya adalah syurga.

2. Riwayat al-Syihab al-Qodho’iy

Sanad: Diberitakan oleh Ali al-Hasan bin Kholaf al-Wasithi,


diberitakan oleh Umar bin Hafs bin Syahin, diriwayatkan oleh Ali bin
Muhammad bin Ahmad al-‘Askariy, diriwayatkan oleh Muhammad bin
Ahmad bin ‘Iyadz bin Abi Thoibah, diriwayatkan oleh Muhammad bin
Rouh al-Qothiry, ia sendiri berkata: diceritakan oleh Abdullah bin Wahb,
diceritakan oleh Amr bin al-Harits, dari Darraj Abi al-Samh, dari Abi
Haitsam, dari Sa’id al-Khudriy, berkata: Rasulullah saw bersabda:

Matan: tidak akan memuaskan bagi seorang alim dalam menuntut ilmu
sehingga akhir hayatnya adalah surga.

C. Kritik Sanad
1. Riwayat al-Turmudzi
a. Abu Sa’id al-Khuduriy
Nama lengkap nya adalah Sa’d bin Malik bin Sinnan bin Ubaid bin
Tsa’labah bin Ubaid bin Khudroh bin Auf bin al-Harist bin al-Khazraj
dan memiliki nama panggilan Abu Sa’id al-Khudry. Ia termasuk
golongan sahabat, lahir di makkah, pada tahun 63 H.

3
Diantara murid-muridnya adalah Abu Arthah al-Kufiy, Abu
Ibrahim al-Asyhihily, Abu al-khattab al-Mishriy, abu al-Mubarok, abu
al-Mutsanna al-Jahniy, abu-bakr al=Mundakir, abu Bakr bin Amr al-
Anshoriy, abu Khalid al-Makhzumiy, Abu Sa’id al-Mahriy, wahab al-
asyadi, Abu sulaiman hamba sahaya ummu salamah, Abu’Alqamah al-
Mishiry, Abu ‘Isa al-aswary, Abu nadrah bin Baqiyyah, Abu hisyam,
Abu ya’qub al-Khayyah, Ahsab bin Rosyid al-Sima’iy, saudara Imran
al-salmiy, As’ad bin Shal al-Anshory,Aflah hamba sahaya Abu ayubb
al-anshory, Anas bin malik, Aus bin Abi Aus al-Hijazy, Aus bin
Abdillah, Aiman bin Ummu Aiman, Ayyub bin Busyair al-
Anshory,Ayyub bin Busyair al-‘adwiy, Ibrahim bin abdillah al-kinnany,
ishaq bin abdilah, Ibrahim al-Nakh’iy, Sulaiman bin abi sulaiman al-
Quraiysi, Sulaiman ibn Amr al-Laitsy, Sulaiman bin Abi Mahron al-
A’masy, Sulaiman bin Musa al-lquraisy, Sulaiman bin Yassar al-
Hilaily.
Komentar ulama mengenai abu Sa’id al-Khudury, dfiantaranya:
Abu Hatim al-Razi mengatakan: ia termasuk kalangan sahabat, Abu
Hatim bin Hibban al-Bashty menyebutkan sebagai salah satu kalangan
sahabat, dan Ibn Hajjar al-‘Asdqalaniy berkomenta dalam kitab
(Taqrib),ia dikatakan termasuk kalangan sahabat kecil.
Berdasarkan kaidah umum dalam hadist, al-shahabah kulumul
‘udlu, maka dia dimasukkan kedalam yang berarti keadilan dan
kedhabittanya dapat diterima.
b. Sulaiman bin ‘Amr bin ‘Ubaid.
Nama aslinya adalah Sulaiman bin ‘Amr bin ‘Ubad, mempunyai
julukan Abu al-Haitsam. Nama masyur adalah sulaiman bin Amr al-
Laitsiy. Lahir di palestina 100 H, wafat dan dikebumikan di Mesir.
Penilaian kritikus hadis dapat dilihat dari pendapat Abu Halim bin
Hibban al-Basti yang menyebutnya ‘tsiqat’ dan dilain waktu
menyebutnya salam kitab ‘sahahih’ nya termasuk peduduk palestinnya
yang paling ‘tsiqat’ Abu Hafs Umar bin Syahin mencantumkan dalam

3
daftar perawi yang tsiqat, abu Abdillah hakim menyebut dalam al-
mustradrak nya sebagai orang mesir yang paling tsiqot.
Diantara guru-gurunya adalah Abu Dzar Gifary, Jamil bin Basrah
Al-Ghifary Sa’ad bin Abi Waqash, Abu Sa’id Al-Khuduriy,
Abdurahman bin Hajirah, abu hurairah, Abdulah bin A’mr, isa bin
Hilal, al-Dhahhak bin Nu’man.
Diantara murid-murin nya ialah, Ayyub bin Habib Al-Zuhriy, al-
Haris bin Yazid al-Hadromiy, al-Haris bin Yaqub al-Anshariy, al-Walid
bin Qois al-Sukuniy,al- Walid bin al-Tajibiy, Abdullah al-Samsh al-
Samsiy, Salim bi Ghilam al-Tajibiy, ‘Ubaidilah bin al-Mugroh al-
Siba’iy, ‘Utbah bin Hakim al Sya’baniy, A’mr bin al-Harist al-Anshary,
Musa bin wardan al-Quraisiy, Darajj bin Najiyah al-Mishriy.
c. Abdullah bin al-Samh al-Sahmiy
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin al-Samh bin Usamah bin
Zakir al-Sahmiy. Memiliki julukan Darraj. Lahir pada tahun 126 H. Ia
adalah majikan dari bani Amir bin ‘Ada bin Tajib, dan Abdillah bin
Amr bin ‘Ash.
Penilain ulama terhadapnya dapat dilihat dari penuturan
AbuAhmad bin ‘Ada al-Jurjani menyebut dalam beberapa kitab
haditsnya, sebagai la ba’tsa bihi’, Abu al-Qasim bin Baskawal
menyebutnya tsiqah’, Abu Basyar al-Daulabiy menyebutnya ‘munkarul
hadits’, abu Ja’fa Aqily menyebutnya ‘al-dhu’afa’ wa al-Matrukiin’,
abu Hatimal-Raziy, menyebutnya ‘dhaif’, Abu Hatim bin Hibban al-
Busti,menyebutkan: ia meriwayatkan dari Abdullah bin Harits bin Juz,
dikatakan: bahwa namanya adalah Abdullah dan sering ia
digolongkansebagai orang yang bernama Abdurrahman, dan ia
menyebutnya ‘tsiqat’.Abu Hafsh Umar bin Syahin menyebutnya
‘watsiqat’, Abu Dawud alSijistani, menyebutkan, bahwa hadits-hadits
yang diriwayatkan Abdullah bin al-Samh al-Sahmiy semuanya lurus
(mustaqimah), kecuali hadits yang riwayatnya bersumber dari Abu
Sa’id Al-Khudriy. Ahmad bin Hanbal menyebutnya hadits-haditsnya

3
termasuk ‘hadits munkar (ahadits manakir)’, Ahmad bin Syu’aib
menyebutnya ‘laisa bil qowiy’, dan di kalilain menyebutnya ‘munkar
al-hadits’, Ibnu Hajar al-Asqalaniy berkomentar, bahwa ia termasuk
rowi yang ‘shoduq’, namun haditnya ‘dho’if’, al-Daruquthni
menyebutnya ‘dho’if’, dan di kali lain menyebutnya matruk.
Diantara guru-gurunya adalah: abu al-Mutsanna, al-Saib majikan
Ummu Salamah, Hayyi Bin Hani’ al-Mu’afiriy, Kholid bin Maimun al-
Khurasaniy, Abu Sa’id al-Khudriy, Sulaiman bin ‘Amr al-Laitsiy, Ubad
bin Katsir al-Tsaqofiy, Abdurrahman bin Jubair al-Mu’dzin,
Abdurrohman bin Hajiroh al-Khulaniy, abu Hurairah al-Dusi, Abdullah
bin Harits al-Zubaidiy, Abdullah bin Hubairoh al-Saba’iy, Aqil bin
kholid al-ailiy, ‘ali Zainal Abidin, Umar bin al-Hakam al-Anshariy, Isa
bin Hilal al-Shodafiy, Muhammad bin Abi Dzi’b al-‘Amiriy, Nashr bin
Dahr al-Aslamiy, Abdullah bin Juz al-Salamiy, dan sebagainya.
Diantara muridnya adalah: ‘Amr bin al-Harits al-Tsaqofiy, al-
Hasan bin Musa al-Asyib, Zahir bin Harb al-Harosyiy, Zaid bin al-
Habab al-Tamimiy, Salim bin Ghailan al-Tajibiy, Sa’id bin Zaid al-
Azdiy, Sa’id bin Maqlash al-Khoza’iy, Sa’id bin Yazid al-Hamiriy,
Abdullah bin Sulaiman al-Hamiriy, Abdullah bin Abdul Hakam al-
Malikiy, Abdullah bin Luhai’ah al Hadhromiy, Abdullah bin Wahb al-
Quraisy, Utsman bin Katsir al-Quraisy, ‘Amr bin Harits al-Anshoriy, al-
Laits bin Sa’d alfahmiy, Mu’awiyah bin Sholih al-Asy’ariy, Manshur
bin Abi Aswad alLaitsi, Haql bin Ziyad al-Saksakiy, Yahya bin Bakir
al-Quraisy, ‘Amr bin Sholih al-Hadhromiy, dan sebagainya.
d. Amr bin Harits Al-Anshoriy
Nama lengkapnya adalah ‘Amr bin Harits bin Ya’qub bin Abdullah
bin al-Asyj. Mempunyai nama kunyah Abu Umayyah, dan Abu Ayub.
Lahir 149 H, dan wafat di Mesir. Ia merupakan majikan Qois bin Sa’d
bin Ubadah, dan majikan dari al-Anshar.
Kualitas periwayatannya dapat dilihat daari penuturan Abu Qasim
bin Bisyakwal yang menilainya ‘tsiqat’, ‘qari faqih’, ‘alim mufti’, abu

3
Hatim al-Razi menilainya sebagai ‘orang yang paling kuat hafalannya
tidak ada yang menandingi hafalannya di masanya’, Abu Hatim bin
Hibban al-Busti menilainya sebagai ‘penghafal hadits yang paling
bertakwa, dan ahli wira’i’, abu Zur’ah al-Razi menilainya ‘tsiqat’, Abu
Ya’la al-Kholiliy menilainya sebagai ‘tsiqat muttafaq ‘alaih’, Ahmad
binHanbal menilainya ‘tsabitah’, dan di kali lain menilainya ‘manakir’,
dan berkata: ‘ia meriwayatkan dari qatadah hadit-hadits yang hukumnya
mudhtharabah dan salah dalam meriwayatkannya’. Berturut-turut
Ahmad bin Syu’aib al-Nasai’i, Ahmad bin Abdullah al-’Ajali, ibnu Abd
al-Barr al-Andalusiy, dan al-Daruquthniy menilainya ‘tsiqat’.
Diantara gurunya adalah Abu Bakr bn al-Munkadir, Umayah bin
Hind al-Muzniy, Ayub al-Sakhtiyaniy, Ishaq bin Abdullah al-Quraisy,
Ishaq bin Yusuf al-Azraq, Abdullah bin al-Samh al-Sahmiy, Ibn
Harsyaf al-Azdiy, al-Harits bin Ya’qub al-Anshariy, dan sebagainya.
Diantara muridnya adalah: Ahmad bin Sholih al-Mishriy, Ahmad
bin Abdurrahman al-Quraisy, Ahmad bin ‘Amr al-Quraisy, Ahmad bin
Abi Musa al-Mishriy, Abdullah bin ‘Amr al-Kinaniy, Abdullah bin
Wahb al-Abnawiy, Abdullah bin Wahb al-Quraisy, al-Laits bin Sa’d al-
Fahmiy, Malik bin Anas al-Ashbihiy, Muhammad bin Syu’aib al-
Quraisy, Muhammad bin Auf al-Tha’i, dan sebagainya
e. Abdullah bin Wahb
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Wahb bin Muslim.
Memiliki nama Kuniyah Abu Muhammad. Lahir pada tahun 197 H
diMesir dan wafat di Mesir pula.
Kualitas periwayatannya dapat dilihat dari penuturan Abu Ahmad
bin ‘Ada al-Jurjaniy, yang menilainya ‘tsiqat’, Abu Ya’la al-Kholiliy
menilainya sebagai ‘tsiqat muttafaq ‘alaih’, ahmad bin hanbal
menilainya “shohih al-hadits’, ibnu hajar al-asqalaniy menilainya ‘tsiqat
hafidh ‘abid faqih’, al-Bukhori memasukkannya dalam ‘al-tarikh al-
kabir’, aldaruquthniy menilainya dalam kitab ‘Sunan’nya ‘tsiqat’.

3
Diantara gurunya adalah Usamah bin Zaid al-’Adawiy, Anas bin
‘Iyadh al-Laitsi, Ibrahim bin Abi Yahya al-Aslamiy, Ibrahim bin
Nasyith al-Wa’laniy, Ishaq bin Thalhah al-Quraisy, Ishaq bin Abdullah
alQuraisy, Ishaq bin Yahya al-Quraisy, Isma’il bin Rafi’ al-Anshoriy,
Abdullah bin Wahb al-Quraisy, Abdullah bin al-Samh al-Sahmiy,
Sulaiman bin Bilal al-Quraisy, dan sebagainya. Diantara muridnya
adalah Ahmad bin Abi al-Thib al-Baghdadiy, Ahmad bin Abi Bakr al-
Quraisy, Ahmad bin Kholid al-Wahbiy, Ahmad Bin Sa’id al-Qurthubiy,
Ahmad bin Sholih al-Mishriy, Ahmad bin Abdurrohman al-Quraisy,
Ahmad bin Abdullah Hasyimiy, Ahmad bin ‘Amr al-Quraisy, Ahmad
bin Hanbal al-Syibaniy, Umar bin Hafsh alSyibaniy, ‘Amr bin Sawad
al-Quraisy, Ibn al-Baghdadi al-’Asqalaniy, Isa bin Ibrahim al-
Matsrudiy, Isa bin Hamad al-Tajibiy, isa bin Dinar alKhuzaiy, Malik
bin Isma’il al-Nahdiy, Muhammad ibn al-Mutawakkil alQuraisy,
Muhammad bin Isma’il al-Bukhoriy, dan sebagainya.
f. Umar bin Hafsh
Nama lengkapnya adalah Umar bin Hafs bin Umar bin
Shobih.Mempunyai nama kuniyah ‘Abu al-Hasan’. Dilahirkan pada
tahun 250 H di Yaman. Penilaian para ulama terhadapnya diutarakan
oleh abu Hatim ibn Hibban al-Busti yang menilainya ‘tsiqat’, dan Ibn
Hajar al-Asqalaniy meneybutkan dalam kitab ‘al-Taqrib’, sebagai
‘shoduq’.
Diantara sebagian gurunya adalah al-Dhohhak bin Mukhlid
alNabil, al-Nadhr bin Katsir al-Azdiy, Hafsh bin ‘Amr al-Dhorir, Hafsh
bin Ghiyats al-Nakh’iy, Sufyan bin ‘Uyainah al-Hilaliy, Abu Dawud
alThoyalisi, Sulaiman bin Dawud al-Quraisy, Abdullah bin
WahbalQuraisy, ‘Abd al-Majid bin ‘Abd al-’Aziz al-’Atkiy, dan
sebagainya.
Diantara muridnya adalah: al-’Abbas bin Muhammad al-Duri,
Ahmad bin Ishaq al-Anmathiy, Ahmad bin Hamamd al-Quraisy,
Ahmad ibn ‘Amr al-’Atkiy, Ibrahim bin Mahdiy, al-Ibiliy, Ja’far ibn

3
Ahmad alJujuraiy, Muhammad bin Isa al-Turmudziy, Ahmad bin
Abdullah alSijistaniy, Muhammad ibn Nuh al-’Askariy.
g. Muhammad bin Isa
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Isa bin Surah bin Musa
bin al-Dhahhak. Namanya yang masyhur adalah Muhammad bin Isa al-
Turmudzi. Lahir pada tahun 279 di Turmudz.
Penilaian ulama terhadapnya dapat dilacak dari penuturan Abu
Ahmad al-Hakim: ‘semenjak wafatnya Imam Bukhari, tidak ada yang
menyamai keilmuan dan sifat wira’inya Abu Isa’, Abu Hatim bin
Hibban al-Busti menilainya sebagai ‘tsiqat’, Abu Ya’la al-Kholiliy
menilainya sebagai ‘tsiqat muttafaq ‘alaih’, Ibnu Hajar al-Asqalaniy
menilainya sebagai ‘ahad al-aimmah tsiqah hafidl’, al-Dzahabiy
menilainya ‘tsiqah majma’ ‘alaih’.
Diantara gurunya adalah Abu Bakr bin Abi al-Nadhr, Abdullah bin
Yahya al-Razi, Ahmad Bin abi Bakr al-Quraisy, Ahmad bin Abi
Ubaidullah al-Sulaimiy, Ahmad ibn Ibrahim al-Dauruqiy, Ahmad Ibn
hasan al-Turmudzi, Ahmad ibn Hasan al-Baghdadiy, Ahmad ibn
alMiqdam al-’Ajaliy, Ahmad ibn Kholid al-Khilal, Ahmad ibn Sa’id
alRabathiy, Umar bin Hafs bin Umar bin Shobih dan sebagainya.
Diantara muridnya adalah: Abdullah ibn Ishaq al-Jauhariy,
Abdullah ibn Abi Ziyad al-Quthwaniy, Abdullah bin Shobah al-
Hasyimiy, Abdullah ibn Sa’id al-Kindiy, Abdullah bin Abdurrahman al-
Darimiy, Ali ibn Sa’id al-Kindiy, dan sebagainya.

2. Riwayat al-Syihab al-Qodho’iy


Di Dalam periwayatan hadits jalur al-Syihab al-Qodho’iy, terdapat
kesamaan beberapa perawi dengan periwayatan al-Turmudzi yaitu Abu
Sa’id al-Khudriy, Sulaiman bin ‘Amr bin ‘Ubad, Abdullah bin al-Samh al-
Sahmiy, Amr bin Harits Al-Anshoriy dan Abdullah bin Wahb.adapun
biografi dan hal-ihwla mengenai perawi-perawi tersebut telah dipaparkan

3
di muka. Berikut ini pemaparan biorafi dan hal-ihwal para perawi
selanjutnya, yaitu:
a. Abdullah bin Wahb
Namanya adalah Abdullah bin Wahb bin Muslim. Lahir di Mesir
tahun 125 H, dan wafat di Mesir tahun 197 H. Penilaian ulama
terhadapnya dapat dilacak dari penuturan Abu Ya’la al-Kholili
menyebutnya sebagai ‘tsiqoh muttafaq alaih’. Ahmad
bin Hanbal menyebutnya ‘shohih al-hadits’. Ibn Hajar al-Asqalaniy,
menyebutnya ‘tsiqoh hafidl ‘abid, dan faqih’.
Diantara gurunya adalah Abu Yazid al-Khoulaniy, Usamah bin
Zaid al-Laitsiy, Usamah bin Zaid al-Aduwiy, Ibrohim bin Sa’d al-
Zuhriy, Amr bin Harits, dan al-Yasa’ bin Ya’qub.
Diantara muridnya adalah: Ahmad bin Abi al-Thoyib alBaghdadiy,
Ahmad bin Abi Bakr al-Quraisy, Ahmad bin Abdullah alHamisyi,
Ibrohim bin al-Hujjaj al-Samiy, Ibrahim bn al-Harits alBaghdadiy,
Muhammad bin Rouh, Muhamamd bin Nashr al-Farra’, Muhammad
bin Yahya al-Dzihliy, dan sebagainya.
b. Muhammad bin Rouh
Namanya adalah Muhammad bin Rouh, wafat tahun 245 H.
Penilaian ulama terhadapnya dapat dilacak dari penuturan Abu Hatim
dan Ibn Abi Hatim al-Raziy yang menyebutnya ‘shoduq’. Abu Sa’id
alSam’aniy dan Abu Sa’id bin Yunus al-Mishriy menyebutnya
‘munkaru al-hadits’. Al-Daruquthni menyebutnya ‘dhoif’. Ibnu Hajar
al-Asqalaniy menyebunya ‘kana rojulan sholihan’.
Diantara gurunya adalah: Ibrahim bin Muhammad bin Syafi’i,
Abdullah bin Wahb al-Quraisy, Ali bin Hasan al-Samiy, Abdul Malik
bin Qorib al-Ashma’iy, Yunus bin Harun al-Arnadiy, dan sebagainya.
Diantara muridnya adalah: Sa’id bin ‘Afir al-Anshoriy,
Muhammad bin Abi Hatim al-Azdiy, Ahmad bin Hammad al-Tajiibi,
Ahmad bin Yahya al-Roqiy, Abdurrohman bin Abi Hatim al-Roziy,
Abdullah bin Ahmad al-Dimasyqiy, Muhammad bin Abi Ghossan

3
alMishriy, al-Husain bin Hamid al-’Akiy, Yahya bin Ayyub al-
Khoulaniy, dan sebagainya.
c. Muhammad bin Abi Ghossan
Namanya adalah Muhammad bin Ahmad bin ‘Iyadh bin Abi
Thoibah. Lahir di Mesir tahun 291 H. Penilaian ulama terhadapnya
dapat dilacak dari penuturan Abu al-Qasim bin ‘Asakir menyebutnya
sebagai ahli hadits dari Damaskus, dan al-Dzahabiy menyebutnya
sebagai ahli hadits dari Damaskus dan al-Dzahabiy menyebutnya
sebagai ‘shoduq’.
Diantara gurunya adalah: Ahmad bid Sa’id al-Qurtubi, Muhammad
bin Salamah al-Murodiy, Makiy bin Ibrohim al-Handholiy, Ahmad
bin Iyadh al-Fardhiy, Zakariya bin Yahya al-Sajiy, Amr bin Yusuf,
Muhammad bin Rouh al-Qotiry, dan sebagainya.
Diantara muridnya adalah: Ahmad bin Isma’il al-Shodafiy, Ahmad
bin Makhul al-Bairutiy, Hamid bin Yunus al-Ziyat, Sulaiman bin
Ahmad al-Thabraniy, Ali bin Muhammad al-Baghdadiy, dan
sebagainya.
d. Ali bin Muhammad.
Namanya adalah Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Yazid. Lahir
di Baghdad tahun 340 H. Penilaian ulama terhadapnya dapat dilacak
dari penuturan Khotib al-Baghdadiy menilainya ‘tsiqah’.
Diantara gurunya adalah: Abu Bakr bin Abi an-Nadhr, Ahmad bin
Abdullah al-Haddad, Muhamad bin Ahmad al-Tamimiy, dan
Muhammad bin Abi Ghossan al-Mishriy.
Diantara muridnya adalah: Abdullah bin Ahmad al-Sudzarjaniy,
Amr bin Syahin al-Wa’idz, dan Ubaidullah bin Muhammad al-
Fardhiy.
e. Amr bin Syahin
Namanya adalah Amr bin Ahmad bi Utsman bin Ahmad bin
Muhammad bin Ayub bin Yazdad bin Siroj bin Abdurrohman.

3
Terkenal dengan nama Amr bin Syahin al-Wa’idz. Lahir di Baghdad
tahun 297 H,dan wafat di Baghdad tahun 385 H.
Penilaian ulama terhadapnya dapat dilacak dari penuturan Abu
alHasan al-Atiqiy dan Abu Ja’far al-Aqily menilainya ‘shohibu hadits
tsiqah ma’mun’, Abu al-Fath bin Abi al-Fawaris menilainya ‘tsiqoh
ma’mun’, Abu al-Qosim al-Azhariy, Abu Nashr ibn Ma’kula dan Abu
al-Qlid al-Bajiy menilainya ‘tsiqoh’.
Diantara gurunya adalah: Ahmad bin Sa’id al-Darimiy, Ahmad bin
Abid Syu’aib, al-Hasan bin Muhammad al-Anshoriym Hammad bin
Zaid al-Azdiy, Ali bin Muhammad, dan sebagainya.
Diantara muridnya adalah: Ahmad bin Abdullah al-Ashbihaniy, al-
Khotib al-Bagdadiy, Ahmad bin Umar al-Ashbihaniy, Ahmad bin
Muhammad al-Barqoniy, Ahmad bin Muhammad al-Malayniy, al-
hasan bin Ali al-Tamimiy, Al-Hasan bin Kholaf, dan sebagainya.
f. Al-Hasan bin Kholaf
Namanya adalah Al-Hasan bin Kholaf bin Ya’qub. Terkenal
dengan nama Al-Hasan bin Kholaf al-Wasithiy. Wafat tahun 442 H.
Penilaian ulama terhadapnya dapat dilacak dari penuturan Ibrahim bin
Sa’id al-Hubal yang menyebutnya sebagai ‘kana tsiqoh lakinnahu
ibtala’.
Diantara gurunya adalah: Abdullah bin Masi al-Baghdadiy, Ali bin
Muhammad al-Harabiy, Amr bin Syahin al-Wa’idz, Umar bin
Ibrahim al-Kattaniy, Muahmmad bin al-Mudzoffar al-Bazaz, dan
sebagainya.
Diantara muridnya adalah: Ahmad bin Muhamad al-Qoisiy, Sahl
bin Basyir al-Isfarainiy, Muhamad bin Salamah al-Qodhoiy.
g. Muhammad bin Salamah
Namanya adalah Muhammad bin Salamah bin Ja’far bin Ali bin
Hakmun bin Ibrahim bin Muhammad bin Muslim. Memiliki nama
populer Muhamad bin Salamah al-Qodhoiy. Wafat tahun 454 H.
Penilaian ulama terhadapnya dapat dilacak dari penuturan Abu Thohir

3
al-Salafiy dan Ibnu Khitob al-Roziy menyebutnya sebagai ‘min al-
tsiqat al-atsbat’.
Diantara gurunya adalah: al-Qosim bin Salam bin al-Harwiy,
Muslim bin al-Hujjaj al-Qusyairi, Ahmad bin Hasan al-Roziy, Al-
Hasan bin Kholaf, Ahmad bin Umar al-Jaiziy, dan sebagainya.
Diantara muridnya adalah: al-Khotib al-Bagdadiy, Abu Thohir
alSalafiy, Jamahir bin Hamid al-Jarsyiy, Ali bin Ibrahim al-Husainiy,
Ali bin Hasan al-Mawaziniy, dan sebagainya.

Bertolak dari penelitian sanad di atas, maka dapat dianalisis sebagai


berikut:

Sanad hadis pada jalur al-Turmudziy adalah muttasil (bersambung


kepada Nabi Muhammad saw). Semua perawi adalah adil. Sebagian besar
perawi adalah dhobith, kecuali Abdullah bin al-Samh al-Sahmiy yang
mendapat penilaian la ba’tsabihi dan munkar al-hadits. Komentar ini
sebenarnya membuat kualitas hadits menjadi dho’if. Namun karena
komentar ulama yang lain menilainya dengan penilaian tingkat tsiqoh,
maka hadits ini menjadi hasan.

Sanad hadis pada jalur al-Syihab al-Qodho’iy, muttasil


(bersambung kepada Nabi Muhammad saw). Semua perawi adalah adil.
Sebagian besar perawi adalah dhobith, kecuali Muhammad bin Rouh yang
mendapat penilaian ‘dhoif’ dan ‘munkar al-ahadits’. Komentar seperti ini
otomatis membuat derajat kesahihan hadits menjadi dhoif pada jalur
riwayat al-Syihab al-Qodho’iy. Dan kesimpulan pada kritik sanad hadits
diatas adalah hasan pada riwayat jalur al-Turmudziy dan dhoif pada
riwayat jalur al-Syihab al-Qodho’iy.

D. Kritik Matan
Adapun langkah-langkah kritik matan menurut Hasyim Abbas dalam
bukunya ‘Kritik Matan Hadits’, adalah: 1) Analisis kebahasaan, termasuk
kritik teks yang mencermati keaslian dan kebenaran teks, format qouly atau

3
format fi’liy. 2) Analisis terhadap isi kandungan makna (konsep doktrin pada
matan hadits). 3) Penelurusan ulang nisbah (asosiasi pemberitaabn dalam
matan hadits kepada narasumber).19

Sedangkan kriteria studi matan hadits diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Ungkapannya tidak dangkal, sebab yang dangkal tidak akan pernah


diucapkan oleh orang yang mempunyai apresiasi sastra tinggi atau fasih.
2. Tidak menyalahi orang yang luas pandangannya atau fikirannya, sebab
sekiranya menyalahi tidak mungkin ditakwil.
3. Tidak menyalahi al-Quran dan al-Sunnah yang telah jelas hukumnya,
tidak menyalahi ijma’ para ulama’ atau ketetapan agama yang telah
menjadi keharusan yang tidak perlu ditafsirkan lagi
4. Tidak mentimpang dari kaidah umum dan akhlaq.
5. Tidak menyalahi cendekiawan dalam bidang kedokteran dan filsafat.20

Secara kaidah kebahasaan, kedua hadits ini jelas berbeda. Pada hadits
riwayat jalur al-Turmudziy, redaksi hadits menggunakan huruf al-nafiy ‘lan’
(tidak akan) dan fa‟il-nya fi‟il berupa al-mu’minu (orang mukmin).
Sedangkan Pada hadits riwayat jalur al-Syihab al-Qodho’iy, redaksi hadits
menggunakan huruf al-nafiy ‘la’ (tidak) dan fa’il-nya fi’il berupa ‘alimun
(orang berilmu).

Secara semantis, hadits riwayat jalur al-Turmudziy, menerima


pemahaman multitafsir, karena redaksi teks bisa diartikan sebagai kewajiban
berbuat baik sepanjng hayat, bisa juga diartikan sebagai kewajiban menuntut
ilmu sepanjang hayat, dan sebagainya. Sedangkan hadits riwayat jalur al-
Syihab al-Qodho’iy secara tegas mengisyaratkan bahwa kewajiban seorang
mukmin untuk menuntut ilmu sepanjang hayat.

19
Hasyim Abbas, Kritik Matan Hadits , (Yogyakarta: Teras, 2004), hal. 16

20
Nizar Ali, Memahami Hadits Nabi (Metode dan Pendekatan ), (Yogyakarta: YPI al-Rohmah,
2001), hal. 18

3
Kemudian bila dianalisis, dengan memperbandingkan redaksi hadits ini
dengan redaksi hadits sejenis di kitab-kitab hadits lainnya, didapatkan hasil
bahwa tidak ada perbedaan redaksi yang signifikan. Perbedaan hanya
terdapat dalam pemakaian ‘huruf nafi’ di awal redaksi, perbedaan
penggunaan redaksi ‘alim’ dan ‘al-mukmin’. Ini artinya matan hadits ini
terhindar dari syadz dan ‘illat. Perbedaan ini tentu saja tidak menyebabkan
kualitas hadits tersebut menurun. Karena sekalipun ada perbedaan dalam
redaksi, namun secara makna kedua redaksi hadits tersebut sesuai. Sehingga,
dapat disimpulkan bahwa hadits tentang menuntut ilmu sepanjang hayat
seperti tersebut di muka dinilai shohih secara kritik matan.

E. Pemahaman Hadits

Kandungan hadits diatas, menyiratkan tentang pesan Nabi bahwa


menuntut ilmu bagi seorang mukmin itu berlaku sampai akhir hayat.
Pemahaman ini didapat dari redaksi yang secara eksplisit menyebutkan ‘akhir
kehidupannya adalah surga’. Konsep pendidikan Nabi ini sesuai dengan
konsep pendidikan al-Quran. Sifat pendidikan al-Quran adalah ‘rabbaniy’,
berdasarakan ayat pertama dalam wahyu pertama, yaitu ‘iqro’ bismi rabbika’.

Jangkauan yang harus dipelajari itu sedemikian luas dan menyeluruh,


meliputi alam makro kosmos, alam mikro kosmos, manusia, dan laijn
sebagianya tidak akan pernah dapat diraih secara sempurna oleh seseorang.
Namun, ia harus berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan apa yang
mampu diraihnya. Karenanya, ia dituntut untuk terus menerus belajar
sepanjang hayatnya. Nabi Muhammad saw. sekalipun telah mencapai puncak
segala puncak, masih tetap juga diperintah untuk selalu memohon (berdoa)
sambil berusaha untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.21 Allah berfirman:

َ ‫ق ۗ َواَل تَ ْع َج ْل ِبا ْلقُ ْرآ ِن ِمنْ قَ ْب ِل َأنْ يُ ْق‬


‫ض ٰى ِإلَ ْي َك َو ْحيُهُ ۖ َوقُ ْل َر ِّب ِز ْدنِي ِع ْل ًما‬ ُّ ‫فَتَ َعالَى هَّللا ُ ا ْل َملِ ُك ا ْل َح‬

21
M. Quraish Shihab, Membumikan Al - Quran, (Bandung: Mizan, 2013), edisi ke-2, Cet. Ke 1,
hal. 278

3
Artinya: “Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar - benarnya, dan
janganlah kamu tergesa - gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan
mewahyukannya kepadamu dan Katakanlah:"Ya Tuhanku, tambahkanlah
kepadaku ilmu pengetahuan."(QS. Thaha: 114).

Ada suatu qoul yang terkenal:

ْ ‫ُأ‬
‫طلُبُوا ْال ِع ْل َم ِمنَ ْال َم ْه ِد ِإلى الَّلحْ ِد‬

Ungkapan ini menunjukkan bahwa ide yang terdapat dalam khazanah


pemikiran Islam ini mendahului “Long Life Education” yang dipouplerkan
oleh Paul Lengtrand dalam bukunya An Introduction to Life Long
Education.22

Bahkan al-Quran menegaskan bahwa pendidikan anak sudah dimulai sejak


pemilihan calon ibu dari anak-anak seorang mukmin. Allah berfirman:

ِ ‫َت ُأ ُّم‬
‫ك بَ ِغيًّا‬ ِ ‫ٰيَُٓأ ْختَ ٰهَرُونَ َما َكانَ َأبُو‬
ْ ‫ك ٱ ْم َرَأ َسوْ ٍء َو َما َكان‬

Artinya: “Hai saudara perempuan Harun (Maryam), ayahmu sekali-kali


bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina"
(QS.Maryam:28)

Muhamamad Ali al-Shobuni menuturkan bahwa Maryam dipanggil


sebagai saudara Harun karena dipersamakan sebagai sesama hamba Allah
yang dikenal kebajikan dan ketaatan kepada Allah Swt. Qatadah
menambahkan, bahwa Harun yang dimaksudkan disini bukan Harun,
suadaranya Musa as bin Imron, namun Harun disini adalah seorang warga
bani Israil yang dikenal karena kesalehannya dan ketekunannya dalam
beribadah.23

Kandungan ayat ini menjelaskan kaitan erat dengan kesalehan orang tua
dengan kesalehan putra-putrinya. Maryam adalah wanita sholehah yang dipilih
Allah menjadi Ibu dari Nabi-Nya, Isa ibn Maryam. Kesalehan ini ditegaskan
22
Ibid
23
Muhammad Ali al-Shobuni, Shofwah al - T afasir , (Beirut: Dar el-Fikr, 2001), juz 2, hal. 197

3
dalam ayat di atas, bahwa orangtuanya pun juga seorang yang saleh yang
dikasihi Allah bukan sebaliknya. Oleh karenanya, suami yang sholih dan isteri
yang sholihah berkemungkinan besar mewariskan potensi kesalehan pada
anaknya kelak.

Kaitannya dengan pendidikan anak sejak dini Nabi berpesan tentang


pemilihan calon isteri:

‫ض َي‬ِ ‫ ع َْن َأبِي هُ َري َْرةَ َر‬،‫ ع َْن َأبِي ِه‬،‫ َح َّدثَنِي َس ِعي ُد بنُ َأبِي َس ِعي ٍد‬:‫ قَا َل‬،ِ‫ ع َْن ُعبَ ْي ِد هللا‬،‫ َح َّدثَنَا يَح َي‬،‫َح َّدثَنَا ُم َس َّد ٌد‬
"‫ك‬ ْ َ‫ت ال َّدي ِن ت َِرب‬
َ ‫ت يَدَا‬ ْ َ‫ ف‬،‫ َو َج َمالِهَا‬،‫ َولِ َح َسبِهَا‬،‫ لِ َما لَهَا‬:‫ "تُ ْن َك ُح ْال َمرْ َأةُ َأِلرْ بَ ٍع‬:‫ َع ِن النَّبِ ِّي قَا َل‬،ُ‫هَّللا ُ َع ْنه‬
ِ ‫اظفَرْ بِ َذا‬
)‫(رواه البخاري‬

Artinya: “Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena
nasabnya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Raihlah yang
memiliki agama, karena kalau tidak, engkau akan sengsara” (HR. Bukhori)24

ِ ‫ َح َّدثَنَا َع ْب ُد الرَّحْ َم ِن ْال ُم َح‬،‫ب‬


،َ‫ ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن يَ ِزيد‬،‫ ع َْن اِإْل ْف ِريقِ ِّي‬،‫ َو َج ْعفَ ُربْنُ عَوْ ٍن‬،‫اربِ ُّي‬ ٍ ‫َح ّدثَنَا َأبُو ُك َر ْي‬
‫ َواَل‬،‫ فَ َع َسى ُح ْسنُه َُّن َأ ْن يُرْ ِديَه َُّن‬،‫ "اَل تَزَ َّو ُخوا النِّسا َء لِحُسنِ ِه َّن‬:ِ ‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ٍرو‬
ُ ‫ َوَأَل َمةٌ خَ رْ َما ُء َسوْ دَا ُء َذ‬،‫ِّين‬
‫ات‬ ْ ُ‫ فَ َع َسى َأ ْم َوالُه َُّن َأ ْن ت‬،‫تَ َز َّو ُخوه َُّن َأِل ْم َوالِ ِه َّن‬
ِ ‫ َولَ ِك ْن تَ َز َّوجُوه َُّن َعلَى الد‬،‫ط ِغيَه َُّن‬
َ ‫ين َأ ْف‬
‫ض ُل‬ ٍ ‫" ِد‬

Artinya: “Janganlah kamu mengawini wanita-wanita karena kecantikan nya,


karena boleh jadi kecantikan itu akan merusaknya, dan jangan pula kawini
wanita itu karena harta bendanya, boleh jadi harta itu membuat mereka aniaya
(congkak). Akan tetapi kwaini lah mereka atas dasar ketaatan beragamanya.
Dan sungguh budak sahaya yang buruk muka lagi hitam, tapi agamanya kuat
adalah jauh lebih baik” (HR. Ibnu Majah)

Wanita yang sholihah memberikan ketenangan dan kebahagiaan bagi


kehidupan rumah tangga serta mampu mendidik anak dengan baik. Hafez
Ibrahim bersenandung:

24
Freeware, Jawami‟ Al - Kalim versi 4,5

3
“Ibu ibarat madrasah, jika engkau persiapkan dia, berarti engkau telah
mempersiapkan suatu generasi yang kuat dan kokoh”.25

“tanaman yang tumbuh di taman, tidaklah sama seperti tanaman yang


tumbuh di padang tandus, apakah kesempurnaan dapat diharapkan bagi anak-
anak jika mereka menyusu pada wanita yang gersang”.26

Penjelasan teks diatas menjadi pijakan dalam periodisasi pendidikan Islam


yang dirumuskan beberapa pakar yang salah satunya prinsip dasarnya adalah
pendidikan sepanjang hayat, yaitu diantaranya:

1. Pendidikan Prenatal; atau Tarbiyah Qabl al-Wiladah terbagi atas dua


masa periode yaitu:
a. Masa pra konsepsi; masa ini terjadi sebelum kedua orang tua belum
memiliki status kekeluargaan atau belum mengalami pernikahan.
Awal mula pendidikan anak tidak dapat dilepaskan dari tujuan
pernikahan yaitu lahirnya keturunan yang dapat dibanggakan dalam
pendidikan Islam. Maka dari itu pemilihan pasangan sebelum
menikah sudah menjadi kepedulian utama dalam merancang
pendidikan anak. Persiapan mendidik anak dalam ajaran Islam suadah
dimulai pada waktu pemilihan pasangan yaitu pemilihan calon istri
atau suami.27
b. Masa konsepsi; pada masa ini proses pendidikan sudah bisa dimulai,
walau masih bersifat tidak langsung. Masa ini disebut juga dengan
masa kehamilan yang berlangsung kurang lebih Sembilan bulan.
Meskipun masa ini relatif singkat namun memberikan makna sangat
penting bagi proses pembentukan kepribadian manusia berikutnya.
25
Muh. Atiah al-Abrasy, Al - Tarbiyah Al - Islamiyah , (Kairo: Dar el.-Qaumiyyah, 1964), hal.
116

26
Abdullah Nasikh Ulwan, Tarbiyah Al - Aulad Fi Al - Islam, (Beirut: Dar el-Salam, 1975), juz 1,
hal. 28

27
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Cet. III, hal. 256.

3
Didalam al-Quran dan hadits tidak menjelaskan secara terperinci
mengenai proses pendidikan yang terdapat pada masa kehamilan,
namun Islam melihatnya dari beberapa aspek pendidikan. Pada masa
kehamilan harus diyakini bahwa kandungan berawal dari adanya
kehidupan, setelah itu Allah Swt. mengutus malaikat untuk
meniupkan roh kepadanya, dan aspek yang penting bagi janin dalam
kandungan adalah aspek agama.28

2. Pendidikan Pasca Natal;


a. Pendidikan bayi; setelah masa pra konsepsi dan masa pasca konsepsi
kemudian dilanjutkan pada periode bayi. Periode ini kehidupan bayi
sangat bergantung pada pihak lain, terutama seorang ibu. Peranan ibu
mulai dari memberi makan, membersihkan tempat dan pakaian,
memandikan, menidurkan, dan lain-lain yang hampir semuanya
dilakukan oleh seorang ibu. Peranan ibu tersebut tentu mempunyai
arti tersendiri bagi pendidikannya.
b. Pendidikan kanak-kanak; Kemudian periode kanak-kanak yang
bermula dari selepas umur dua tahun sampai enam tahun. Anak-anak
pada masa ini mulai bersifat meniru keadaan sekitarnya. Banyak
bermain dengan sandiwara atau khayalan. Kegiatan yang bermacam-
macam tersebut akan memberikan keterampilandan pengalaman si
anak dalam pendidikannya. Maka dari itu kelakuan sekitar anak pada
masa ini hendaknya tetap, tak ada kegoncangan, karena akan
menyebabkan kebingunan dan keraguan pada anak.
c. Pendidikan anak-anak; Selanjutnya pada masa anak-anak. Pada masa
ini anak mulai mengenal tuhan melalui bahasa, dari kata-kata orang
yang berada pada lingkungannya yang mula-mula diterimanya secara
acuh tak acuh. Lama-kelamaan tanpa disadari oleh anak tersebut,
masuklah pemikiran tentang tuhan dalam pembentukan
kepribadiannya dan menjadi objek pengalaman agama.

28
Ibid, hal. 259-260.

3
d. Pendidikan remaja; masa ini berlansung antara umur 12 sampai 21
tahun. Pada masa ini, anak semakin mampu dan memahami nilai-nilai
norma yang berlaku didalam kehidupannya. Periode ini sangat baik
untuk membantu anak-anak guna menumbuhkan sikap bertanggung
jawab dan memahami nilai-nilai terutama yang bersumber dari agama
Islam.
e. Pendidikan dewasa; Setelah itu anak akan mengalami masa periode
dewasa. Umur dewasa dimulai dari berakhirnya kegoncangan pada
masa remaja. Ketika seseorang telah mencapai usia dewasa, maka
sudah mempunyai banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman. Pada
masa ini seseorang mulai langsung berhadapan dengan masalah
pekerjaan, masalah kemasyarakatan, dan masa perkawinan. Untuk itu
pendidikan agama Islam masih dibutuhkan dalam menyelesaikan
masalah-masalah tersebut.29

Berakhirnya masa dewasa bukan berarti berakhir pula pendidikan.


Mengucapkan syahadat bagi orang yang sakaratul maut dianggap menjadi
akhir bagi pendidikan Islam. Sampai pun di akhir kehidupan seorang
muslim, nabi tetap memerintahkan muslim untuk mengajari saudaranya
membaca ‘La Ilaha Illallah’. (HR. Muslim).

Demikianlah peran penting pendidikan sepanjang hayat dalam


kehidupan seorang muslim. Sehingga dengan prinsip ini, akan lahir
banyak ulama-ulama yang akan mewarisi nabi, mewarisi bukan dalam
harta kekayaan, jabatan dan lain sebagainya, namun mewarisi dalam
tanggung jawab keilmuan, dakwah islamiyah, dan penjaga moral
masyarakat.

5. MENUNTUT ILMU

29
Ibid, hal. 263-274.

3
A. Hadits Kewajiban Menuntut Ilmu

‫ طلب العلم فريضة على ك ّل مسلم‬: ‫ قال رسول هللا صلّى هللا عليه وسلّم‬: ‫ قال‬, ‫عن أنس بن مالك‬

Artinya : Dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu, ia berkata : “Rasulullah


Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda : ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi
setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Majah.
Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah
no. 224)30

B. Sanad dan Matan Hadits


Sanad : Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu
Matan : Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun
muslim perempuan.

C. Kritik Sanad dan Matan


Adapun skema sanad hadits pertama adalah : Nabi Muhammad – Anas bin
Malik – Muhammad ibn Sirin – Kathir ibn Shinzir – Hafs ibn Sulayman –
Hisam ibn Ammar – Ibnu Majah
Kritik Sanad
Anas bin Malik
Nama lengkap Anas bin Malik adalah Anas bin Malik bin Nadri bin Damdam
bin Zaid bin Hiram bin Jundab bin Amir bin Ganam bin Adiyyi bin al-Najjar
al-Anshari al-Najjari. Kunniyah-nya Abu Umayyah, sedangkan laqab-nya
adalah al-Ka’bi al-Qusyairi. Anak dari Ummu Sulaim binti Milhan bin Zaid
bin Mihran ini selain sebagai sahabat sekaligus sebagai pelayan Nabi
Muhammad SAW.
Anas bin Malik lahir di Madinah pada tahun 10 H atau 612 M dan wafat pada
tahun 93 H atau 712 M. Setelah Muhammad saw tiba di Madinah, ibunya
menyerahkan Anas bin Malik untuk menjadi khadam Rasulullah. Setelah
30
Hadits Riwayat Sunan Ibnu Majah, Kitab al-ilmi, Bab Keutamaan Ulama’ dan anjuran mencari
ilmu (Bentuk-bentuk Dar Al Fikri 2001) Jilid 1. Hal 183.

3
Rasul wafat, Anas bin Malik menjadi khadam khalifah Abu Bakar, Umar dan
Usman ra. Setelah itu Anas pindah ke Basrah sampai akhir hayatnya. Anas bin
Malik meriwayatkan hadis sebanyak 2236 hadis. Kebanyakan hadisnya
diriwayatkan oleh anak-anaknya sendiri, Musa al-Nadir dan Abu Bakar.
Adapun di antara tabi’in yang meriwayatkan hadisnya ialah : al-Hasan al-
Basri, Sulaiman al-Taimiy, Abu qilabah, Qatadah dan lain-lain.
Guru-guru Anas bin Malik antara lain yaitu, ia berguru langsung kepada Nabi
Saw, Fatimah binti Rasulullah Saw, Abu Bakar, Umar bin Khattab Usman bin
Affan, Ibnu Abbas dan lain-lain. Sedangkan muridnya adalah Ja’far bin
Abdullah, Muhamad bin Sirrin, Ibnu Syihab, Amru bin Abi 'Amru Maisarah
dan lain-lain.
Pandangan ulama kritikus hadis terhadap Anas bin Malik; menurut riwayat
Ja’far bin Sulaiman dari Stabit bahwa Ummu Sulaim dan Anas pernah
mendatangi Nabi Muhammad Saw untuk meminta Nabi Muhammad
mendo’akan anaknya maka Rasulullah berdo’a :
‫وأدخله الجنة اللهم أكثر ماله وولده‬
“Masukkan ia kedalam syurga, Ya Allah perbanyak harta dan anaknya.”
Anas bin Malik juga pernah didoakan rasulullah agar dipanjangkan umurnya,
Allah mengabulkan do’a tersebut sehingga ia mendapatkan harta dan anak
yang banyak serta umur yang panjang.
Kritik Matan :
Berdasarkan matan hadits yang dicantumkan di atas, matan tersebut hanya
terdapat dalam kitab Sunan Ibnu Majah. Apabila diteliti melalui skema sanad
dapat disimpulkan bahwa sanadnya muttas karena jarak antar rawi tidak lebih
58 tahun, apabila lebih dari itu maka diketahui bahwa perawi yang
bersangkutan berusia lebih dari usia rata-rata yaitu 62-63 tahun.
Dilihat dari kualitas perawi diketahui peringkat sanad terendah pada derajat
10, maka peneliti berkesimpulan bahwa kualitas hadits di atas adalah daif.
Dengan demikian hadits yang dicantumkan oleh Mustahdi dan Sumiyati pada
halaman 6 tidak bisa dijadikan hujjah.

3
Oleh karena itu, peneliti mengusulkan agar hadits yang tercantum pada
halaman 6 tersebut diganti dengan hadits yang lebih baik kualitasnya.
Misalnya dengan hadits yang diriwayatkan al-Tirmidhiy dan Ibnu Majah
berikut ini:

َ َ‫ح ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ ق‬


ِ ‫ال قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬ َ ‫ش ع َْن َأبِي‬
ٍ ِ‫صال‬ ِ ‫َح َّدثَنَا َمحْ ُمو ُد بْنُ َغ ْياَل نَ َح َّدثَنَا َأبُو ُأ َسا َمةَ ع َْن اَأْل ْع َم‬
‫ال َأبُو ِعي َسى هَ َذا‬
َ َ‫ط ِريقًا يَ ْلتَ ِمسُ فِي ِه ِع ْل ًما َسهَّ َل هَّللا ُ لَهُ طَ ِريقًا ِإلَى ْال َجنَّ ِة ق‬
َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن َسلَك‬
َ
ٌ ‫َح ِد‬
‫يث َح َس ٌن‬

Artinya : Mahmud ibn Ghaylan telah menceritakan kepada kami, Abu Usamah
telah menceritakan kepada kami, dari al-A‘mash, dari Abi Salih dari Abi
Hurayrah, dia berkata Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa berjalan di
suatu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya
jalan ke surga.” Abu Isa berkata: ‘Ini adalah hadits hasan.’
Setelah diteliti kualitas sanad dari hadits ke-2646 yang diriwayatkan al-
Tirmidhiy di atas, perawi terendahnya masuk derajat 3 sehingga kualitas
haditsnya adalah sahih li dhatihi. Dengan demikian hadits yang diriwayatkan
al-Tirmidhiy dan ibn Majah di atas lebih kuat untuk dijadikan hujjah.

D. Penjelasan Hadits
Hadits diatas menunjukkan bahwa fardhu bagi setiap orang muslim mencari
ilmu, dan orang yang memberikan ilmu bagi selain ahlinya adalah seperti
orang yang mengalungkan babi dengan mutiara, permata dan emas. Orang
yang mempunyai ilmu agama yang mengamalkannya dan mengajarkannya
orang ini seperti tanah tanah subur yang menyerap air sehingga dapat
memberikan manfaat bagi dirinya dan memberi manfaaat bagi orang lain, dan
Allah juga akan memudahkan bagi orang-orang yang selama hidupnya hanya
untuk mencari, dipermudahkan baginya jalan menuju kesurga. Dengan ilmu
derjat orang tersebut tinggi dihadapan Allah, Allah pun akan meninggikan
derajatnya di dunia maupun diakhirat nanti, seorang muslim memperbanyak
mengamalkan ilmu kepada orang lain, maka semakin tinggi pula derajatnya

3
dihadapan Allah, dibawah ini salah satu hadits yang menunjukkan bahwa
seseorang yang menempuh suatu jalan dalam hidupnya untuk mencari ilmu,
maka Allah akan mempermudahkan baginya jalan menuju surga. Selain Allah
memberikan derajat/kedudukan yang tinggi di dunia maupun di akhirat bagi
orang muslim yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya kepada orang
yang belum tahu. Allah juga : Seorang yang keluar dari rumahnya dalam
mencari ilmu, maka para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya untuk
orang tersebut. Jadi sangat mulai orang yang berniat hanya untuk mencari
ilmu semasa hidupnya.
Hadist tersebut merupakan penjelasan tentang hukum mencari ilmu bagi setiap
orang Islam laki laki maupun perempuan, yang telah diriwayatkan oleh Imam
Ibnu Majah dan lain lain. Akan tetapi hadist tersebut diberi tanda lemah oleh
imam Syuyuti.
Adapun hukum menuntut ilmu menurut hadist tersebut adalah wajib. Karena
melihat betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan dunia maupun akhirat.
Manusia tidak akan bisa menjalani kehidupan ini tanpa mempunyai ilmu.
Bahkan dalam kitab taklimul muta’allim dijelaskan bahwa yang menjadikan
manusia memiliki kelebihan diantara makhluk-makhluk Allah yang lain
adalah karena manusia memilki ilmu. Dan janganlah memberikan ilmu kepada
orang yang enggan menerimanya, karena orang yang enggan menerima ilmu
tidak akan mau untuk mengamalkan ilmu itu bahkan mereka akan
menertawakannya.
Ilmu sebagai suatau pengetahuan, yang diperoleh melalui cara-cara tertentu.
Karena menuntut ilmu dinyatakan wajib, maka kaum muslimin
menjalankannya sebagai suatu ibadah, seperti kita menjalankan sholat,puasa.
Maka orang pun mencari keutamaan ilmu. Disamping itu, timbul pula proses
belajar-mengajar sebagai konsekuensi menjalankan perintah Rasulullah itu
proses belajar mengajar ini menimbulkan perkembangan ilmu, yang lama
maupun baru, dalam berbagai cabangnya. Ilmu telah menjadi tenaga
pendorong perubahan dan perkembangan masyarakat. Hal itu terjadi, karena
ilmu telah menjadi suatu kebudayaan. Dan sebagai unsur kebudayaan, ilmu

3
mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam masyarakat Muslim dan
dihadapak Allah. Jadi ilmu juga bisa diartikan atau dijadikan sebagai pusat
dari perubahan dan perkembangan di dalam suatu masyarakat. Kaitannya
dengan hadits diatas tersebut bahwasannya ilmu telah diibaratkan dengan
keutamaan atau kelebihan Nabi yg diberikan Allah kepadanya. Begitu
tingginya derajat orang yang berilmu disisi Allah dan manfaatnya ataupun
pentingnya sangat banyak untuk perubahan-perubahan dalam masyarakat.
“Sungguh mulia orang yang berilmu, dan semasa hidupnya hanya untuk
mencari ilmu adalah agar dimudahkan dalam masuk surga Allah, Allah pun
juga akan juga akan mempermudah baginya masuk surga”.31
“Ibnu munir menyatakan, bahwa keutamaan ilmu dalam hadits ini dapat
dilihat dimana ilmu telah diibaratkan dengan keutamaan atau kelebihan Nabi
yang diberikan Allah kepadanya”.32 Dengan mengetahui pentingnya ilmu
pengetahuan maka dengan ilmu tersebut hukum. Hukum Allah dapat
diamalkan, ditegakkan dan dikembangkan. Tanpa ilmu sangat mustahil,
karena salah satu kewajiban islam yang sejajar dengan semua kewajiban
lainnya adalah mencari dan menuntut ilmu. Mencari ilmu ialah wajib
hukumnya bagi setiap muslim, tidak hanya dikhususkan satu kelompok dan
tidak bagi kelompok lain seperti kewajiban sholat, puasa, zakat.
Keutamaan orang yang berilmu sehingga melebihi orang yang ahli ibadah.
Karena ibadah tanpa ilmu tidak benar dan tidak diterima, dan untuk
membuktikan keutamaan ahli ilmu ini Allah bersama malaikat dan seluruh
penghuni langit dan bumi sampai semut dan ikan bershalawat untuk orang
yang mengajari kebaikan. Keutamaan ilmu tidak terletak beberapa ilmu yang
yang didapat tetapi pada pengembangan dan pengalamannya dalam kehidupan
ataupun masyarakat.tujuan akhir seorang mu’min adalah surga. Untuk itu
seluruh ilmu yang mereka miliki diamalkan. Caranya adalah mencari dan
mengamalkan semua kebijakan tanpa merasa lelah atau capek. Seorang
mu’min itu tak akan merasa puas dan lelah dalam mencari maupun
31
M. Dawam Rahardjo, SE, Ensiklopedi Al-qur’an (Jakarta : Paramida 1996) hal 530
32
Ibnu Hajar Al asqalani, Al-iman Al hafidzh, Fathul Baari syarah (Jakarta : pustaka Azzam, 2002) jilid 5,
hal 345.

3
mempelajari ilmu, karena dengan ilmu semua kebajikan dapat diraih. Selain
Allah memberikan derajat/kedudukan yang tinggi di dunia maupun di akhirat
bagi orang muslim yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya kepada
orang yang belum tahu. “Seorang yang keluar dari rumahnya dalam mencari
ilmu, maka para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya untuk orang
tersebut. Jadi sangat mulai orang yang berniat hanya untuk mencari ilmu
semasa hidupnya”.33 Keutamaan orang yang berilmu sehingga melebihi orang
yang ahli ibadah. Karena ibadah tanpa ilmu tidak benar dan tidak diterima,
dan untuk membuktikan keutamaan ahli ilmu ini Allah bersama malaikat dan
seluruh penghuni langit dan bumi sampai semut dan ikan bershalawat untuk
orang yang mengajari kebaikan. Keutamaan ilmu tidak terletak beberapa ilmu
yang yang didapat tetapi pada pengembangan dan pengalamannya dalam
kehidupan ataupun masyarakat.tujuan akhir seorang mu’min adalah surga.
Untuk itu seluruh ilmu yang mereka miliki diamalkan. Caranya adalah
mencari dan mengamalkan semua kebijakan tanpa merasa lelah atau capek.
Seorang mu’min itu tak akan merasa puas dan lelah dalam mencari maupun
mempelajari ilmu, karena dengan ilmu semua kebajikan dapat diraih. “Allah
tidak pernah memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk mencari sesuatu kecuali
menuntut ilmu syari’at, yang berfungsi untuk menjelaskan apa-apa yang wajib
bagi seorang mukallaf”.34

6. PENDIDIKAN JASMANI

A. Hadist Pendidikan Jasmani


1. HR. Ibnu Majjah Kitab Zuhud Bab Qana’ah Nomor 4131

33
Hadits Riwayat Sunan Ibnu Majah, Kitab Al-ilmi (Beirut : Dar Al-Fikri, 2001) Jilid 3, hal 184.
34
Ibnu Hajar Al-asqani, Al Imam Al Hafidz, Fathul Baari Syarah (Jakarta : Pustaka Azzam : 2002) Jilid 5.
Hal 263.

3
َ‫اويَةَ َح َّدثَنَا َع ْب ُد الرَّحْ َم ِن بْنُ َأبِي ُش َم ْيلَة‬
ِ ‫َح َّدثَنَا س َُو ْي ُد بْنُ َس ِعي ٍد َو ُم َجا ِه ُد بْنُ ُمو َسى قَااَل َح َّدثَنَا َمرْ َوانُ بْنُ ُم َع‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن َأصْ بَ َح‬
َ ِ ‫ي ع َْن َأبِي ِه قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬ ِّ ‫ار‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ص ٍن اَأْل ْن‬ َ ْ‫ع َْن َسلَ َمةَ ْب ِن ُعبَ ْي ِد هَّللا ِ ْب ِن ِمح‬
ْ ‫وت يَوْ ِم ِه فَ َكَأنَّ َما ِحي َز‬
‫ت لَهُ ال ُّد ْنيَا‬ ُ ُ‫ِم ْن ُك ْم ُم َعافًى فِي َج َس ِد ِه آ ِمنًا فِي ِسرْ بِ ِه ِع ْن َدهُ ق‬
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Sa'id dan Mujahid
bin Musa keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Marwan bin
Mu'awiyah telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Abu
Syumailah dari Salamah bin 'Ubaidullah bin Mihshan Al
Anshari dari Ayahnya dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Barangsiapa di pagi hari tubuhnya sehat, aman jiwanya dan
memiliki makanan pokok pada hari itu, maka seolah-olah dunia telah
dihimpun untuknya." 35

2. HR. Muslim Kitab Kepemimpinan Bab Keutamaan Melempar di jalan


Allah Nomor 3542

‫ث ع َْن َأبِي َعلِ ٍّي ع َْن ُع ْقبَ ةَ ْب ِن َع ا ِم ٍر‬ ِ ‫ب َأ ْخبَ َرنِي َع ْمرُو بْنُ ْال َح‬
ِ ‫ار‬ ٍ ‫ُوف َح َّدثَنَا ابْنُ َو ْه‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا هَا ُرونُ بْنُ َم ْعر‬
‫ض ونَ َويَ ْكفِي ُك ُم هَّللا ُ فَاَل يَ ْع ِج ُز َأ َح ُد ُك ْم َأ ْن‬ُ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل َستُ ْفتَ ُح َعلَ ْي ُك ْم َأ َر‬َ ِ ‫ْت َرسُو َل هَّللا‬
ُ ‫قَا َل َس ِمع‬
‫ث ع َْن َأبِي َعلِ ٍّي‬ ِ ‫ض َر ع َْن َع ْم ِرو ب ِْن ْال َح‬
ِ ‫ار‬ َ ‫يَ ْلهُ َو بَِأ ْسهُ ِم ِه و َح َّدثَنَاه دَا ُو ُد بْنُ ُر َش ْي ٍد َح َّدثَنَا ْال َولِي ُد ع َْن بَ ْك ِر ب ِْن ُم‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم بِ ِم ْثلِ ِه‬
َ ‫ْت ُع ْقبَةَ ْبنَ عَا ِم ٍر ع َْن النَّبِ ِّي‬
ُ ‫ال َس ِمع‬ َ َ‫ْالهَ ْمدَانِ ِّي ق‬
Artinya : Telah menceritakan kepada kami [Harun bin Ma'ruf] telah
menceritakan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku ['Amru
bin Al Harits] dari [Abu 'Ali] dari ['Uqbah bin 'Amir] dia berkata, "Saya
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kalian akan
menaklukkan banyak negeri dan Allah akan menyempurnakan (janji-Nya)
kepada kalian, karena itu janganlah kalian bosan berlatih memanah." Dan
telah menceritakan kepada kami [Daud bin Rusyaid] telah menceritakan
kepada kami [Al Walid] dari [Bakr bin Mudlar] dari [Amru bin Al Harits] dari

35
https://www.hadits.id/hadits/majah, di akses tanggal 19 Maret 2020 Pukul
08.30 wib.

3
[Abu Ali Al Hamdani] dia berkata; saya pernah mendengar ['Uqbah bin 'Amir]
dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seperti hadits di atas." (Muslim 3542)36

B. Sanad Dan Matan Hadist


1. HR. Ibnu Majjah Kitab Zuhud Bab Qana’ah Nomor 4131
Sanad hadist
Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Sa'id dan Mujahid bin
Musa keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Marwan bin
Mu'awiyah telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Abu
Syumailah dari Salamah bin 'Ubaidullah bin Mihshan Al
Anshari dari Ayahnya dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda.
Matan hadist
Barangsiapa di pagi hari tubuhnya sehat, aman jiwanya dan memiliki
makanan pokok pada hari itu, maka seolah-olah dunia telah dihimpun
untuknya.
2. HR. Muslim Kitab Kepemimpinan Bab Keutamaan Melempar di jalan
Allah Nomor 3542
Sanad hadist
Telah menceritakan kepada kami [Harun bin Ma'ruf] telah
menceritakan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku
['Amru bin Al Harits] dari [Abu 'Ali] dari ['Uqbah bin 'Amir] dia berkata,
"Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:, Dan
telah menceritakan kepada kami [Daud bin Rusyaid] telah menceritakan
kepada kami [Al Walid] dari [Bakr bin Mudlar] dari [Amru bin Al Harits]
dari [Abu Ali Al Hamdani] dia berkata; saya pernah mendengar ['Uqbah
bin 'Amir] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
Matan hadist

36
https://www.hadits.id/hadits/muslim, di akses tanggal 19 Maret 2020 Pukul
08.36 wib.

3
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kalian akan
menaklukkan banyak negeri dan Allah akan menyempurnakan (janji-Nya)
kepada kalian, karena itu janganlah kalian bosan berlatih memanah."

C. Ayat Al-Qur’an
1. Surat Al-Anfal ayat 60
ِ ‫َوَأ ِع ُّدوا لَهُ ْم َما ا ْستَطَ ْعتُ ْم ِم ْن قُ َّو ٍة َو ِم ْن ِربَا ِط ْال َخ ْي ِل تُرْ ِهبُونَ بِ ِه َع ُد َّو هَّللا ِ َو َع ُد َّو ُك ْم َوآخ‬
‫َرينَ ِم ْن دُونِ ِه ْم اَل تَ ْعلَ ُمونَهُ ُم‬
ْ ُ‫ف ِإلَ ْي ُك ْم َوَأ ْنتُ ْم اَل ت‬
َ‫ظلَ ُمون‬ َّ ‫يل هَّللا ِ يُ َو‬
ِ ِ‫هَّللا ُ يَ ْعلَ ُمهُ ْم ۚ َو َما تُ ْنفِقُوا ِم ْن َش ْي ٍء فِي َسب‬
Artinya : Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja
yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang
(yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan
musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya;
sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan
Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan
dianiaya (dirugikan).yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan
dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
(dirugikan).37

D. Kritik Sanad dan Matan Hadist


1. HR. Ibnu Majjah Kitab Zuhud Bab Qana’ah Nomor 4131
Kritik sanad
Ibnu Majah dikenal sebagai seorang muhaddith, mufassir, dan
muarrikh, yang lahir di Qazwin, Iraq pada tahun 209 H/824. M. Ibn Majah
hidup pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah yakni pada masa
pemerintahan Khalifah al-Makmun (198 H/813 M) sampai akhir
pemerintahan Khalifah al-Muqtadir (295 H/908 M). Beliau meninggal
dalam 74 tahun, usia tepatnya pada tanggal 20 Ramadhan tahun 273 H/18
Februari 887 M.

37
Lazuardi, 2014, Hadis Pendidikan : Penelusuran Akar-akar Pendidikan
Jasmani dalam Hadis, (Forum Paedagogik edisi khusus Juli-Desember 2014),
Hlm. 17-18.

3
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Abdillah Muhammad bin Yazid al-
Raba’I al-Qazwini. Sedangkan sebutan Majah, adalah nama gelar (laqab)
bagi Yazid, ayahnya yang juga dikenal dengan nama Majah Maula Rab’at.
Ada juga yang menyebutkan bahwa Majah adalah ayah dari Yazid. Jika
pendapat kedua ini benar, maka nama lengkap Ibnu Majah adalah Abu
‘Abdillah Muhammad bin Yazid bin Majah al-Raba’I al-Qazwini. Namun,
pendapat pertamalah yang lebih kuat.
Ibnu Majah mulai tertarik dan belajar hadis sejak masa mudanya, yaitu
semenjak berusia 15 tahun pada seorang guru yang bernama Ali bin
Muhammad al-Tanafusi (w.233 H). Sedangkan pada usia 21 tahun, dia
mulai melakukan rihlah untuk mengumpulkan, mendalami dan menulis
hadis. Adapun negeri-negeri yang menjadi obyek rihlahnya adalah Rayy
(Teheran, Iran), Bashrah, Kufah, Baghdad, Mesir, Khurasan dan Suriah.
Ibnu Majah juga dikenal sebagai penulis dan guru hadits sehingga
banyak murid yang meriwayatkan darinya, di antaranya: Ibnu Sibawaih,
Muhammad bin Isa al-Saffar, Ishaq bin Muhammad, Ali bin Ibrahim bin
Salamah al-Qattan, Ahmad bin Ibrahim, Sulaiman bin Yazid dan Ibrahim
bin Dinar al-Jarasy al-Hamdani dan lain-lain. Dari sejumlah guru dan
orang yang meriwayatkan hadis kepada Ibnu Majah, maupun para murid
dan orang yang meriwayatkan hadis darinya, dapat dipahami bahwa Ibnu
Majah adalah seorang ulama besar yang cukup tinggi kapasitas
intelektualnya.
Di dalam penyeleksian hadis (matan maupun sanadnya), Ibnu Majah
tidak menjelaskan kriteria dan standard yang digunakannya. Di samping
itu, dia juga tidak mengemukakan alasan dan tujuan penyusunan kitab
Sunannya itu. Kitab tersebut berisi 4.341 hadis. Akan tetapi, dari sejumlah
itu, sebanyak 3002 hadis telah termuat di dalam kitab al-Ushul al-
Khamsah baik sebagian maupun seluruhnya. Dengan demikian masih ada
sisa 1339 hadis yang hanya diriwayatkan sendiri oleh Ibnu Majah dengan
rincian sebagai berikut: pertama, 428 berkualitas shahih; kedua, 199

3
berkualitas hasan; ketiga, 613 berkualitas lemah isnadnya; keempat, 99
berkualitas munkar dan makdhub.
Ibnu Majah merupakan imam hadits yang banyak mempunyai
kelebihan sehingga banyak ulama' yang memberikan sanjungan
kepadanya, diantaranya:
1) Al-Hafidz al-Kholili menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang yang
tsiqoh kabir, muttafaq ‘alaih, dapat di jadikan sebagai hujjah, memiliki
pengetahuan yang mendalam dalam masalah hadits, dan hafalan.”
2) Al-Hafidz al-Dzahabi menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang hafidz
yang agung, hujjah dan ahli tafsir.”
3) Al-Mizzi menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang hafidz, pemilik
kitab al-sunan dan beberapa hasil karya yang bermanfaat.”
Hadist Ibnu Majjah kitab zuhud bab qana’ah nomor 4131, sanad hadist
mutthasil dan para perawi tsiqah karena tidak mengandung keanehan
(syaz) dan tidak berillat.
4) Ibnu Katsîr menuturkan: “Ibnu Majah adalah pemilik kitab as Sunnan
yang Masyhur.38
Kritik matan
Dalam penelitian hadis, kritik matan ini juga sama penting dengan
kritik sanad Hadis. Hanya penelitian matan baru memiliki arti apabila
sanad untuk matan hadis memiliki kejelasan kualitas. Sebab, sanad dan
matan hadis memiliki kedudukan sama didalam menentukan sebuah
kualitas dari hadis. Ulama hadis menentukan tolak ukur didalam penelitian
matan. Secara garis besar tolak ukur matan hadis yang digunakan oleh
Muhammad al-Ghazali ada 4 macam, yaitu:
1. Pengujian dengan al-Quran
2. Pengujian dengan hadis
3. Pengujian dengan fakta historis
4. Pengujian dengan kebenaran ilmiah
38
Masrifatun Mahmudah, 2013, Biografi Ibnu Majah & Profil Kitab Sunan
IbnuMajah, (Malang : Uin Maulana Malik Ibrahim Malang), hlm. 6-15.

3
Ciri-ciri sabda kenabian, yaitu bahasa yang digunakan nabi SAW
dalam hadis tersebut adalah bahasa mudah untuk dipahami dan
dimengerti.39 Dalam matan hadist tentang pendidikan diterangkan bahwa
barangsiapa di pagi hari tubuhnya sehat, aman jiwanya dan memiliki
makanan pokok pada hari itu, maka seolah-olah dunia telah dihimpun
untuknya. Maksudnya ialah pendidikan dan kesehatan jasmani adalah
suatu hal penting bagi suatu makhluk terutama manusia. Matan atau isi
hadis tersebut tidak bertentangan dengan Al-qur’an dan matan hadits yang
bersangkutan tidak bertentangan dengan akal dan fakta sejarah,40 juga
tidak bertentangan dengan sanatullah bahkan malah memiliki
kesinambungan.

2. HR. Muslim Kitab Kepemimpinan Bab Keutamaan Melempar di jalan


Allah Nomor 3542
Kritik sanad
Uqbah bin Amir bin Abbas
Nama lengkapnya adalah Uqbah bin Amir Bin Abbas bin ‘Amru bin
‘Adiy bin ‘Amru bin Rufa’ah bin Muda’ah Ibnu ‘Adiy bin Ghaman bin
Ruba’ah bin Rusdan bin Qais bin Juhainiyah AlJuhaini Abu Hammad.
Lahir di Maru dari golongan Anshar, kalangan sahabat, wafat pada tahun
58 H.
ULAMA’ KOMENTAR
Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat
An Nasa'i Tsiqah
Ibnu Hajar al 'Asqalani Tsiqah
Adz Dzahabi Tsiqah
Uqbah adalah seorang ahli dalam Ilmu Faraidh, bacaan al-Qur’annya
paling indah dan seorang panglima perang yang ahli dalam hal memanah.

39
https://pecihitam.org/menilai-matan-hadis/, di akses tanggal 21 Maret 2020
pukul 14.00 wib.
40
Hairun Hudaya, 2014, Metodologi Kritik Matan Hadits Menurut Al-Adlabidari ke
Aplikasi, (Banjarmasin: Ilmu Ushuluddin), vol 13. No 1. Hlm 31. s

3
Beliau mendapat julukan “Radif Rasulillah” (boncengan Rasulullah)
karena hampir selalu mendampingi Rasulullah kemanapun beliau pergi.
Uqbah meninggal dunia di bukit al-Muqaththam tahun 58 H, dan salah
satu warisan peninggalannya adalah busur panah.41 Setelah meneliti
kualitas periwayat serta pendapat para ulama Sanad hadist mutthasil dan
perawi tsiqah karena tidak mengandung keanehan (syaz) dan tidak berillat.
Kritik Matan
Dalam matan hadis diatas ada tidak ada perbedaan redaksi atau lafal
matan hadis, karena kebanyakan periwayatan hadis dilakukan secara
makna (al-riwâyah bi al-ma’na) dan itu tidak menimbulkan kejanggalan
atau cela.42 Hadis di atas dapat diketahui semua rawi hadits melalui jalur
sahabat Uqbah bin Amir.43 Hadist tersebut termasuk kedalam golongan
hadis shohih muslim.

E. Pemahaman Hadist
1. HR. Ibnu Majjah Kitab Zuhud Bab Qana’ah Nomor 4131
Hadis di atas memberikan gambaran yang sangat jelas dan gambalang
yang memuat substansi pendidikan jasmani. Pengertian aman di tengah-tengah
keluarga, dapat dimaknai terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan ruhaniah,
kedamaian, kerukunan, harmonisasi, kebersihan dan kesehatan.
Di sisi lain adanya ketersedian pangan sebagai nutrisi dan terpenuhinya
hak-hak fisik, seperti istirahat, tidur, bergerak dan berolahraga. Bahkan
seorang ibnu sabil yang akan melakukan perjalanan harus mempersiapkan
perbekalan berupa makanan, sarana dan alat transfortasi, sehat jasmani, serta
fasilitas lain sehingga perjalanannya aman. Salah satu topik penting yang

41
Darrotul Jannah, 2017, Kritik dan Syarah Hadist, (Cirebon: Al-Tarbawi Al
Haditsah), Vol. 2 No. 1 hlm. 8
42
https://www.hadits.id/hadits/muslim/3541, di akses pada tanggal 21 Maret 2020 pukul 14.10
wib.
43
Darrotul Jannah, 2017, Kritik dan Syarah Hadits, (Cirebon: Al-Tarbawi Al
Haditsah), vol. 2 No. 1 hlm. 14

3
masuk dalam lingkup pendidikan jasmani adalah penanaman nilai kebersihan
dan kesehatan bahkan nilai estetis.44

2. HR. Muslim Kitab Kepemimpinan Bab Keutamaan Melempar di jalan


Allah Nomor 3542
Islam mengajarkan keterampilan yang bermanfaat baik untuk di dunia
maupun untuk di akhirat. Salah satu dari keterampilan itu adalah memanah,
keterampilan memanah memanah memang diperlukan pada masa awal Islam,
karena ia sebagai alat perang yang canggih pada saat itu untuk membela diri
atau mempertahankan keselamatan uumat Islam ketika diserang musuh. Kalau
dengan zaman sekarang seperti keterampilan tembak-menembak menjaga
keamanan dengan alat-alatnya serba modern seperti mobil tank-tank, jet
temput, senjata api, senjata nuklir, dan bom.
Menurut al-Thibiy dalam Tuhfat al-ahwadziy tentang hubungannya
memanah dan berkendaraaan maknanya berbeda, memanah dilalaukan
pasukan infanteri dan melempar atau menusuk dengan tombak dilakukan oleh
pasukan yang berkkendaraan. Tetapi pada era sekarang berbeda, tentara
berkendaraan bisa sekaligus memanah atau menembak. Dengan demikian, era
sekarang dapat mengumpulkan keutamaan tersebut. Sedangkan al-Qariy
dalam umdah-nya mengatakan, bahwa belajar panah memanah tembak
menembak lebih dicintai daripada melatih kendaraan kuda karena ada unsur
pamer dan kesombongan.
Kaitannya dengan zaman modern saat ini. Pendidikan keahlian ini atau
berhubungan ketahanan baik bagi dirinya atau bangsa dan negara, yaitu
keahlian baik di darat seperti TNI angkatan darat, di laut seperti TNI angkatan
laut dan di udara seperti TNI angkatan udara. Begitupun dengan bidang-
bidang keterampilan yang lainnya yang bisa dilakukan atau dikembangkan
oleh peserta didik. Pendidikan saat ini pun dalam keterampilan mulai
menyukai dan banyak minati dalam bidang renang, berkuda dan memanah,
44
Lazuardi, 2014, Hadis Pendidikan : Penelusuran Akar-akar Pendidikan
Jasmani dalam Hadis, (Forum Paedagogik edisi khusus Juli-Desember 2014),
Hlm. 16-17

3
sehingga mulai menjadi program sekolah dalam hal kegiatan penambah dalam
pembelajaran atau masuk pada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.
Jadi, dari Hadits diatas sebagai bukti bahwa pendidikan islam tidak hanya
memperhatikan materi agama saja tetapi materi keterampilan bersifat duniawi
secara bersama, keduanya tidak dapat dipisahkan. Tetapi status materi
keterampilan itu semata sebagai sarana atau pendukung mencapai
kesempurnaan dalam beragama.45

7. PENDIDIKAN KELUARGA

A. Hadits dan Terjemahan

Hadits Sunan Abu Daud No. 495 :

Artinya : Mu’mal bin Hisyam yakni Al-Yaskuri menceritakan kepada


kami, Isma’il menceritakan kepada kami dari Sawwar bin Hamzah As-Sairofi,
dari Amru bin Syuaib dari ayahnya, dari kakeknya. Dia berkata : Rosulullah ‫ﷺ‬

bersabda : “Suruhlah anak-anakmu mengerjakan sholat, sedang mereka


berumur tujuah tahun. Dan pukullah mereka karena meninggalkannya, sedang
mereka berumur sepuluh tahun. Dan pisahkanlah diantara meraka itu dari
tempat tidurnya”. (HR.Abu Daud)46

45
Maslani-Ratu Suntiah, 2019, Materi Pelajaran Perspektif hadist, (Bandung:
Jurnal Perspektif), Vol. 3 No. 1 hlm 44
46
Risdianto Hermawan. Desember 2018. “Pengajaran sholat pada anak usia dini perspektif hadis
nabi Muhammad SAW”. Yogya: Insania. Vol. 23 No. 2 Desember 2018. Hlm 284.

3
B. Sanad dan Matan Hadits

1. Sanad

Artinya : “Mu’mal bin Hisyam yakni Al-Yaskuri menceritakan


kepada kami, Isma’il menceritakan kepada kami dari Sawwar bin Hamzah
As-Sairofi, dari Amru bin Syuaib dari ayahnya, dari kakeknya. Dia
berkata : Rosulullah ‫ ﷺ‬bersabda”

2. Matan

Artinya : “Suruhlah anak-anakmu mengerjakan sholat, sedang


mereka berumur tujuah tahun. Dan pukullah mereka karena
meninggalkannya, sedang mereka berumur sepuluh tahun. Dan pisahkanlah
diantara meraka itu dari tempat tidurnya”.

C. Pandangan Al-Qur’an mengenai Pendidikan Keluarga


1. Q.S At-Tahriim: 6

ُ‫ين آ َمنُوا قُوا َأ ْنفُ َس ُك ْم َوَأ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا النَّاس‬
َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
‫ُون هَّللا َ َما َأ َم َرهُ ْم‬
َ ‫ارةُ َعلَ ْيهَا َمالِئ َكةٌ ِغالظٌ ِش َدا ٌد ال يَ ْعص‬ َ ‫َو ْال ِح َج‬
‫ُون‬ َ ُ‫ويَ ْف َعل‬ 
َ ‫ون َما يُْؤ َمر‬ َ

3
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakaiAllah terhadap apa yang di perintahkan-Nya kepada mereka
dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Q.S. At-
Tahriim: 6)47

2. Q.S Al-Ahzab: 59

‫ين َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن‬ َ ِ‫ك َونِ َسا ِء ْال ُمْؤ ِمن‬
َ ِ‫ين يُ ْدن‬ َ ِ‫ك َوبَنَات‬ ْ ْ‫يَا َأيُّهَا النَّبِ ُّي قُل‬
َ ‫ألز َوا ِج‬
. ‫ان هَّللا ُ َغفُورًا َر ِحي ًما‬ َ ‫ك َأ ْدنَى َأ ْن يُع َْر ْف َن فَال يُْؤ َذي َْن َو َك‬
َ ِ‫َجالبِيبِ ِه َّن َذل‬
Artinya: “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak
diganggu dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Q.S. Al-Ahzab: 59).48

3. Q.S Al-Luqman : 13

َ ْ‫ي ال تُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ ِإ َّن ال ِّشر‬


‫ك‬ َّ َ‫ان ال ْبنِ ِه َوهُ َو يَ ِعظُهُ يَا بُن‬ َ َ‫َوِإ ْذ ق‬
ُ ‫ال لُ ْق َم‬
‫لَظُ ْل ٌم َع ِظي ٌم‬ .
Artinya:“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepada anaknya, ‘Hai anakku janganlah
kamu mempersekutukan (Allah ) sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezhaliman yang besar’”. (Q.S. Luqman: 13)49

47
Q.S At-Tahriim: 6.
48
Q.S. Al-Ahzab: 59.
49
Q.S. Luqman: 13.

3
D. Kritik Sanad
1. Perawi pertama adalah kakeknya (‘Abdullah bin ‘Amru), yang
meriwayatkan hadis tersebut langsung dari Rasulullah saw. dengan
menggunakan lambang “Qala”. Nama lengkap ‘Abdullah bin ‘Amru
adalah ‘Abdullah bin ‘Amru bin ‘Ash bin Wail bin Hasyim bin Sa’id al-
Quraisyas-Sahmi, Abu Muhammad. Belaiu wafat pada tahun 63 H. Di
antara guru-guru ‘Abdullah bin ‘Amru antara lain: Nabi saw., Suraqah bin
malik, Abu Bakr as-Sidiq, Umar bin al-Khatab, Mu’az bin jabal,
‘Abdurrahman bin ‘Auf, ‘Amru bi ‘Ash. Adapun murid-murid ‘Abdullah
bin ‘Amru antara lain: Syu’aib bin Muhammaf bin ‘Abdillah bin ‘Amru
bin ‘Ash, ‘Abdullah bin Haris bin Naufal, Jubair bin Nufair al-Hadrami,
Sabit bin ‘Iyad. Pendapat ulama tentangnya: kedudukkannya menurut Ibn
Hajar “Sahabi” dan menurut al-Zahabi beliau juga “Sahabi”. Abu Hurairah
berkata “Tak ada seorangpun yang lebih hafal dariku mengenai hadis
Rasulullah saw., kecuali Abdullah bin ‘Amru bin ‘Ash. Karena ia
mencatat sedangkan aku tidak”.
2. Perawi kedua adalah ayahnya (Syu’aib bin Muhammad), yang
meriwayatkan hadis tersebut langusung dari kakeknya ‘Abdullah bin
‘Amru bin ‘Ash dengan lambang “’An”. Nama lengkap Syu’aib bin
Muhammad adalah Syu’aib bin Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Amru bin
‘Ash al-Quraisy as-Sahmi al-Hijazi. Di antara guru-guru Syu’aib bin
Muhammad di antaranya: ‘Abdullah bin ‘Amru bin ‘Ash (kakeknya),
Abdah bin as-Samad, Muawiyah bn Abi Sufyan, Muhammad bin
‘Abdulah bin ‘Ash (bapaknya), ‘Abdullah bin Abbas. Adapun murid-
muridnya antara lain: ‘Amru bin Syu’aib (anaknya), Sabit al-Banani,
Usman bin al-Ansari. Pendapat ulama tentang Syu’aib bin Muhammad:
kedudukannya menurut Ibn Hajar al-Zahabi adalah “Saduq”. Sanadnya
benar dan jelas, karena Syu’aib bin Muhammad meriwatkan langsung dari
kakek dan ayahnya.
3. Perawi ketiga adalah’Amr bin Syu’aib bin Muhammad bin ‘Abdullah bin
‘Amr bin ‘Ash al-Quraisy as-Sahmi dengan lambang“’An”, ia wafat pada

3
tahun 118 H. ‘Amr bin Syu’aib meriwayatkan hadis tersebut tersebut
langsung dari ayahnya yakni Syu’aib bin Muhammad. ( al-‘Asqalani,
2004: 378) Di antara guru-guru ‘Amr bin Syu’aib antara lain: Syu’aib bin
Muhammad, Sulaiman bin Yasar, ‘Abdullah bin Abi bin Tawus bin
Kaisan, Sa’id bin Abi Sa’id. Adapun murid-murid antara lain: Sawwar bin
Dawud, Sulaiman bin Musa, Zuhair bin Muhammad at-Tamimi, Abbas bin
Jabir, ‘Abdul Malik bin Jurij, Muhammad bin Ishaq, Qatadah bin
Di’amah. Pendapat ulama tentangnya: kedudukkanya menurut ibn Hajar
adalah “Saduq”. Kualitas periwayatan ‘Amru bin Syu’aib dapat diketahui
dari perkataan Yahya bin Luqtan yang menyatakan siqah (dipercaya),
Yahya bin Mu’in siqah (dipercaya), Ali bin Mudini yang menyatakan
siqah, ishaq bin Ruhwaiyah yang menyatakan ṡiqah (dipercaya),, Bukhari
dan Abu Zar’ah Liraji yang menyatakan siqah (dipercaya).
4. Perawi keempat adalah Sawwar bin Dawud al-Mazani, Abu Hamzah as-
Sairafi al-Busra, yang menyatakan hadis tersebut langsung dari ‘Amr bin
Syu’aib dengan menggunakan lambang “’An” (al-‘Asqalani, 2004: 210).
Di antara guru-guru Sawwar bin Dawud antara lain: Amr bin Syu’aib,
Tabit al-Binani, Tawus bin Kaisan, ‘Atha bin Abi rabah, Harb bin Qatn,
Abdu Aziz bin Abi Bakrah. Adapun murid-muridnya antara lain: Ismail
ibn ‘Alaih, an-Nadr bin Syamil, Muhammad bin Bakr al-Birsani, Waqi’
bin Jarh. Pendapat ulama tentang Sawwar bin Dawud : Ahmad bin Hambal
yang menyatakan la ba’sa. Yahya bin Mu’in menyatakan siqah
(dipercaya), dan ad-Daruquṭni yang menyatakan la yatba’ ‘ala Ḥadisihi fa
ya’tabiru bihi.
5. Perawi kelima adalah Isma’il, yang menyatakan hadis tersebut langsung
dari Sawwar bin Dawud dengan menyatakan lambang “’An”. Nama
lengkap Isma’il adalah Isma’il bin Ibrahim bin Maqsam al-Asadi
Maulahum Abu Basyr al--Busra. Isma’il lahir pada tahun 101 H dan wafat
pada tahun 193 H (al-‘Asqalani, 2004: 60). Di antara guru-guru Isma’il
antara lain: Sawwar Abi Hamzah (Sawwar bin Dawud), Hajjaj bin Abi
Usman as-Sawafi, Ai bin al-Hakim, Uyainah bin ‘Abdurrahman, Yahya

3
bin Hasyim al-Hadrami. Adapun murid-muridnya antara lain: Muammal
bin Hasyim, Ya’qub bin Ibrahim, Muhammad bin Aban, Yahya bin Yahya
al-naisaburi, Harun bin “Ibad a;-Azda. Pendapat ulama tentang Isma’il:
kedudukkannya menurut Ibn Hajar adalah “Siqah Hafiz” (dipercaya
hafalannya), dan menurut az-Zahabi “Imam Hujah”. Yunus Baker berkata
“Ibn Ulayyah adalah “sayyid al- muhaddisin”, Ibnu Hiban menyebutnya
“siqah” (dipercaya), Ibn Mahdi berkata “Ibnu Ulayyah lebih sabit daripada
Hasyim”, an-Nasa’i berkata “ia siqah (dipercaya), sabit”.
6. Perawi keenam adalah Muammal bin Hasyim al-Yasykuri, Abu Hisyam
al-Busra yang meriwayatkan hadis tersebut langsung dari Isma’il dengan
menggunakan lambang “Haddasana”. Ia wafat pada tahun 253 H
(al-‘Asqalani, 2004: 512). Di antara guru-guru Muammal bin Hisyam al-
Yasykuri antara lain: Isma’il Ibnu ‘Alaih, Abi Ibad Yahya bin ‘Ibad aḍ-
Dab’i, Abi Muawiyah bin Muhammad bin al-Khuzm aḍ-Ḍarir. Adapun
murid-murid Muammal bin Hisyam al-Yasykuri antara lain: Bukhari, Abu
Dawud, an-Nasa’i, Abu Bakr ‘Abdullah bin Abi Dawud, Abu hatim
Muhammad bin Idris. Pendapat ulama tentang Muammal bin Hisyam al-
Yasykuri: kedudukkan menurut Ibn Hajar dan az-Zahabi adalah “siqah”.
Di dalam Tahzib al-Kamal, al-Muzi mengatakan, Abu Hatim berkata: ia
siqah, Abu Dawud dan an-Nasa’i juga berkata: “siqah”, dan Ibn Hibban
menyebutkan dalam kitabnya “as-siqah”. Abu Qasim berkata: ia wafat
pada Rabi’ul awwal tahun 253 H. Al-Hafiz dalam Tahzib at-Tahzib,
mengatakan: Maslamah bin Qasim berkata “siqah”.
7. Perawi Ketujuh sekaligus sebagai mukharrij adalah Abu Dawud. Ia
meriwayatkan hadiṡ tersebut langsung dari Muammal bin Hisyam dengan
menggunakan lambang “Haddaṡana”. Nama lengkap Abu Dawud adalah
Sulaiman bin Dawud bin al-Jarud (al-Mizzi, jilid 11, 1994: 401). Ia lebih
dikenal dengan nama Abu Dawud dan berasal dari kaum Quraisy. Laqab
atau gelar yang diberikan padanya adalah at-Tayalisi, al-Baṣri, al-Ḥafiẓ,
al-Qarasyi dan al-Jarudi.

3
8. Perawi kedelapan yakni tabi’u at-tabi’in kecil. Abu Dawud wafat pada
tahun 203 H dan adapula yang mengatakan 204 H (al-Bundari dan Ḥasan,
1993, II:90). Abu Dawud meriwayatkan dari beberapa orang, di antaranya
adalah Abban bin Yazid al-‘Aṭar, Ibrahim bin Sa’d, Isma’il bin Yunus,
Asy’aṡ bin Sa’id Abu Rabi’ as-Samman Aiman bin Nabil al-Makki, Harn
bin Muslim, Hisyam bin Abu al-Walid (al-Mizzi, 1994, XI: 402-403).
Beberapa perawi lain yang meriwayatkan dari Abu Dawud antara lain
adalah Ibrahim bi Marzuq al-Baṣri, Ahmad bin Ibrahim ad-Dauraqī,
Ahmad bin Sinnan al-Qaṭṭan, Ahmad bin Abdullah bin Ali bin Suwaid bin
Manjauf as-Sadusi, Ahmad bin Abdah aḍ Ḍabi, Abu Jauza’, Ahmad bin
‘Uṣman an-Naufali, Ahmad bin ‘Iṣam al-Aṣbahani, Abu Mas’ud Ahmad
bin al-Faurrat ar-Razi dan lain-lain (al-Mizzi, 1994, XI: 403).

Pendapat para kritikus hadis tentang Abu Dawud di antaranya: ‘Abdul


Karim bin Ahmad ar-Rawas berpendapat bahwa ia telah mendengar ‘Amr bin
Ali al-Fallas mengatakan tidak ada seorang pun dari Ahli Hadis yang dinilai
lebih kuat hafalannya dibanding Abu Dawud. Pendapat seperti ini juga
dikatakan oleh ‘Ali ibnu al-Madini. Abu Ja’far al-Firyabi dari ‘Amr bin ‘Ali
mengatakan bahwa Abu Daud merupakan rawi yang ṡiqah. Menurut ‘Amr bin
‘Ali, ia mendengar Abdurrahman bin Mahdi mengatakan mengenai Abu
Dawud bahwa ia adalah sebenar-benarnya manusia. (al-Mizzi, 1994, XI: 405).
Jika dilihat dari aspek sanad hadis yang diteliti oleh peneliti, teridentifikasi
status hadis pemisahan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan merupakan
hadis hasan liẓatihi. Hal tersebut dilihat dari beberapa komentar dari beberapa
kritikus hadis menyatakan bahwa tidak semua perawi dalam hadis tersebut
dinyatakan sebagai perawi yang ṡiqah akan tetapi, sebagian ada yang
berpendapat ṣaduq. Tingkat keṣahihan sebuah hadis salah satunya dilihat dari
sanad hadis, dalam sanad terdapat perawi yang menunjukkan ketersambungan
antar perawi dengan Rasulullah saw., maka jika seorang perawi hadis
dinyatakan ṣaduq, maka tingkat ke-ḍabit-an perawi tersebut berpengaruh pada
tingkat keṣahihan hadis tersebut. Dengan kata lain, terkait dengan hadis yang

3
peneliti teliti di atas, dinyatakan telah memenuhi beberapa kriteria seuatu
dapat dijadikan hujjah kecuali tingkat ke-ḍabit-an yang tidak terpenuhi.
Namun, hal tersebut tidak menghilangkan tingkat kehujjahan hadis tersebut,
dalam artian hadis hasan liẓatihi masih dapat digunakan sebagai landasan
hukum.50

E. Kritik Matan

Abdullah al-Kharasi dalam Syarh Mukhtashar mengatakan bahwa


hadis ini membahas mengenai hukum anak-anak di bawah umur, namun
seandainya ada diantara mereka yang mengalami mimpi basah meskipun
sebelum menginjak umur sepuluh tahun maka anak tersebut telah dihukumi
sebagai dewasa. Maka sebelum dewasa saja orang tua telah diperintahkan
untuk memisahkan tempat tidur anak-anak, maka hal itu menjadi sangat
ditekankan bahkan diharuskan untuk memisahkan tempat tidur anak-anak
jika mereka telah memasuki usia dewasa.51

Rasulullah saw. memerintahkan kita untuk memisahkan tempat tidur


anak-anak. Padahal tidak ada keraguan sedikitpun, ketika mereka tidur dalam
satu ranjang hal itu belum bisa mengantarkan mereka dalam perbuatan zina
atau sodomi, karena belum ada hasrat (syahwat) untuk itu di usia tersebut.
Dengan begitu, perintah “memisahkan tempat tidur” tersebut lebih diarahkan
pada perbuatannya itu sendiri, yaitu mudhaja’ah (tidur bersama), bukan
karena zina atau sodominya. Karena itu perbuatan mudhaja’ah (tidur
bersama) ini haram.

Adapun keharaman tersebut bersifat umum, bisa sesama laki-laki


maupun sesama perempuan, atau lelaki-perempuan. Sebab, nash-nya
berbentuk umum. Dalam bahasa Arab, kata awlad, jamak dari walad, bisa

50
AMMHT. “BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan”. Online.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/29533/h.%20BAB%20IV.pdf?
sequence=8&isAllowed=y. 04 April 2020.
51
Neneng Maghfiro. 2018. “Hukum Memisahkan Tempat Tidur Anak”. Online.
https://bincangsyariah.com/khazanah/hukum-memisahkan-tempat-tidur-anak/. 03 April 2020.

3
digunakan untuk anak laki-laki dan perempuan. Berbeda dengan
kata ibn (anak laki-laki) dan bint (anak perempuan), yang khusus untuk
jender masing-masing. Selain faktor kata awlad yang berbentuk musytarak,
yang bisa berarti anak laki-laki dan perempuan, kata ini juga berbentuk
jamak taktsir, yang disambung dengan kata ganti (dhamir), kum (kalian).

Dengan demikian awladakum adalah shighat umum, dengan


konotasi umum. Ini termasuk dalam kategori: tanbih min al-adna ila al-a’la.
Mengenai perintah “memisahkan tempat tidur” itu sendiri statusnya
adalah wajib, bukan sunnah, apalagi mubah. Karena itu tidak boleh sesama
laki-laki atau perempuan tidur berdua dalam satu ranjang, baik satu ranjang
dengan satu selimut, atau dua ranjang dengan satu selimut, atau satu ranjang
dua selimut. Semuanya termasuk dalam fakta mudhaja’ah (tidur bersama).

Dengan demikian perintah “memisahkan tempat tidur” hukumnya


wajib. Karena itu orangtua dan wali anak-anak tersebut wajib memisahkan
tempat tidur mereka, yakni dengan menjadikan mereka tidur terpisah,
masing-masing satu tempat tidur dan satu selimut secara terpisah. Demikian
juga dengan orang dewasa wajib tidur secara terpisah; mereka haram
melakukan mudhaja’ah (tidur bersama), dengan alasan apapun. Demikian
juga tidak boleh, karena alasan dingin, takut bahaya, atau miskin, maka
mereka tidur dalam satu tempat tidur bersama-sama. Semuanya ini tidak bisa
dijadikan alasan karena perintah atau larangan tersebut bersifat umum.
Kalaupun ada alasan (udzur) yang dibenarkan, maka alasan (udzur) tersebut
harus syar’i, dan dinyatakan oleh nash. Padahal tidak ada alasan (udzur)
apapun yang membolehkan mudhaja’ah (tidur bersama) tersebut. Mengenai
batasan usia, yang menentukan kapan kewajiban tersebut berlaku, maka
pendapat yang rajih menyatakan bahwa berlakunya kewajiban tersebut saat
anak-anak itu berusia tujuh tahun, bukan sejak lahir. Ini berdasarkan riwayat
dari ad-Daruquthni dan al-Hakim:

3
ِ ‫نين فَفَ ِّرقوا بَي َْن فُر‬
‫ َوِإذا بَلَغوا‬،‫ُش ِه ْم‬ َ ‫إذا بَلَ َغ أ ْوال ُد ُك ْم َس ْب َع ِس‬
َ ‫َع ْشر ِس‬
‫نين فاضْ ِربوهُ ْم على الصَّالة‬
Artinya : Jika anak-anak kalian telah menginjak usia tujuh tahun
maka pisahkanlah tempat tidur mereka. Jika mereka menginjak usia sepuluh
tahun maka pukullah mereka karena meninggalkan salat (HR al-Hakim).

Dengan adanya hadis ini, maka hadis riwayat Abu Dawud yang tidak
menyatakan batasan usia itu dibawa pada hadis yang menyatakan usia.
Dengan demikian kemutlakan hadis yang pertama harus dibatasi dengan
hadis kedua. Karena itu, batasan usia “memisahkan tempat tidur” wajib
dilakukan saat anak-anak berusia tujuh tahun. Mafhum mukhalafah-nya, jika
belum menginjak usia tujuh tahun, maka hukumnya tidak wajib. Kewajiban
“memisahkan tempat tidur” ini juga dikecualikan dari anak laki-laki dengan
orangtuanya. Ini berdasarkan hadis Nabi saw.:

ْ ً‫ إالَّ َولَدا‬،‫ َوال ا ْم َرَأةٌ إلَى ا ْم َرَأ ٍة‬،‫ضيَ َّن َر ُج ٌل إلَى َرج ٍُل‬
‫أو‬ ِ ‫الَ يُ ْف‬
ً‫َوالِدا‬

Artinya : Tidaklah sekali-kali seorang laki-laki berduaan dengan laki-


laki lain, juga perempuan dengan perempuan lain, kecuali dengan anak atau
orang tuanya (HR Abu Dawud, Ahmad dan al-Baihaqi).

Karena itu, keharaman mudhaja’ah (tidur bersama) tersebut


dikecualikan dari seorang lelaki dengan anak lelakinya, atau bapaknya;
dikecualikan dari seorang perempuan dengan anak lelakinya atau bapaknya.
Karena itu, bapak atau ibu yang tidur dengan anak-anaknya tidak termasuk
dalam keharaman mudhaja’ah (tidur bersama) tersebut. Hukumnya juga
tidak makruh. Secara umum tidak ada masalah. Karena itu, seorang ibu yang
menyusui anaknya di tempat tidur tidak termasuk dalam kategori larangan

3
“tidur bersama”. Berdasarkan kemutlakan ayat “yurdhi’na” (menyusui),
yang tidak terikat dengan kondisi, apakah dengan tidur atau tidak.52 

F. Pemahaman Hadits
Rasulullah menjelaskan dalam hadits ini bahwa orang tua harus
memerintahkan anaknya untuk shalat mulai dari berumur tujuh sampai
sepuluh tahun. Itu artinya orang tua memiliki waktu selama tiga tahun dan
harus bersabar dalam membimbing dan mengingatkan terus tentang shalat
insya Allah akan membawa dampak baik baik bagi sang anak.53 Penunjukan
usia tujuh tahun dalam hadits tersebut, bila ditinjau dari psikologi modern
adalah tepat. Dalam usia tujuh tahun, telinga anak telah mempu menangkap
kandungan suatu perintah atau larangan bahkan berita yang disampaikan
melalui ucapan.

Pengembangan seluruh ranah itu dapat dijumpai dalam perintah


mendirikan shalat secara disiplin terhadap anak. Kesiapan demikian secara
umum belum tampak jelas pada anak usia enam tahun ke bawah.
Pengaplikasian pendidikan ibadah yang berupa shalat tersebut dimulai
dengan adanya persiapan, yaitu mengenalkan benda-benda najis,
mengenalkan tatacara bersuci, mengajarkan rukun-rukun shalat, kewajiban-
kewajiban dalam mengerjakan shalat serta hal-hal yang bisa membatalkan
shalat. kita bisa menghitung berapa kali perintah itu harus kita sampaikan
kepada anak, perintah itu selama tiga tahun, tiga tahun sama dengan 3 kali
365 hari = 1095 hari. Sementara shalat 5 kali sehari semalam. Jadi 1095 kali
5 = 5475 kali perintah. Oleh karena itu, kita mempunyai kewajiban 5475 kali
mengingatkan anak untuk shalat sebelum kita mempunyai hak terhadap
anak. .54 Ketika sang anak sudah beranjak 10 tahun dan ia enggan untuk
sholat maka hendaknya orang tua tidak segan-segan untuk memukulnya.

52
Hafidz Abdurrahman. 2018. “Hukum Memisahkan Tempat Tidur Anak”. Online.
https://www.muslimahnews.com/2018/08/07/hukum-memisahkan-tempat-tidur-anak/. 03 April
2020.
53
Zulfi Akmal. 2012 “Menyuruh Anak Shalat”. Online.
https://zulfiakmal.wordpress.com/2012/12/30/menyuruh-anak-shalat/. 03 April 2020.
54
Ibid.

3
Tentu yang dimaksud pukulan di sini bukanlah pukulan di wajah dan
bukan pukulan yang menyakitkan dan membekas. Akan tetapi cukup
pukulan ringan. yang fungsinya sebagai hukuman kepada anak tersebut
karena telah lalai dalam menjalankan shalat.

Ketika sang anak masih cukup kecil dia masih takut dengan pukulan,
dan hal itu akan cepat memberikan kesadaran baginya untuk mau sholat.
Berbeda ketika kita membiarkannya sampai besar, maka dia akan semakin
sulit dididik bahkan mungkin melawan.

Hukuman juga menjadikan anak disiplin dalam melaksanakan shalat.


Pada taraf yang lebih tinggi, akan membuat anak menjadi insyaf. Jadi inilah
tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mendidikan anak
kita untuk sholat. Siapa yang meremehkan tuntunan ini, maka dia akan gagal
dalam mendidik anak untuk sholat.

Orang tua bisa introspeksi diri apakah kewajiban ini sudah ditunaikan
sebelum dia minta anaknya berbakti kepadanya dan minta hak-haknya selaku
orang tua. Jangan sampai dia cuma ingat kewajiban anaknya untuk berbakti
kepada dirinya, sementara dia belum menunaikan kewajibannya sepenuhnya
selaku orang tua terhadap anaknya.55

Perintah memisahkan tempat tidur antara mereka, hal ini dimaksudkan


untuk menghindari fitnah seks di tempat tidur, karena usia sepuluh tahun ini
usia menjelang baligh atau menjelan usia remaja. Perkembangan seksnya
mengalami perkembangan sebagaimana perkembangan jasmani, rohani dan
nafsaninya. Syekh al-Manawi dalam Fath al-Qadir Syarah al-Jami‟al Shaghir
berkata bahwa pemisahan tempat tidur antara mereka untuk menghindari
gejolak syahwat seksual. Dalam hadis digabungkan antara perintah shalat
dan perintah memisahkan mereka tempat tidur memberikan pelajaran mereka
agar memelihara perintah-perintah Allah SWT. secara keseluruhan dan
memelihara hubungan baik antara sesama manusia.

55
Ibid.

3
Tidur bersama antar saudara dalam satu tempat tidur tidak mendidik
baik dan khawatir terjadi penyimpangan seksual baik sengaja maupun tidak
sengaja. Al-Thibiy berkata: Perintah shalat dan memisahkan mereka tempat
tidur diantara mereka ditempat tidur di usia kecil digabungkan, karena
memberi pelajaran etika serta memelihara perintah Allah secara keseluruhan
dan memberi pelajaran serta hubungan antara makhluk dan agar mereka
tidak terhenti pada tempat-tempat yang mencurigakan, kemudian mereka
meninggalkan hal-hal yang haram. Maknanya anak jauhkan dari pengaruh
dorongan seks atau penyimpangan seksualbaik pergaulan bebas maupun
tontonan film-film atau gambar porno dan cerita-cerita porno yang
meransang berahi seksual anak. Al-Abrasyiy membagi beberapa tahapan
pada pada usia anak dalam pendidikan, sebagai berikut:

a. Usia balita atau sampai lima tahun, usia pendidikan jasmani, akhlak dan
pembiasaan budi pekerti. Pembiasaan ucapan yang baik seperti terima
kasih, maaf, dan lain-lain.
b. Usia enam tahun usia sekolah diberi pendidikan jasmani, dan rohani, akli,
khuluqi (akhlak), dan sosial.
c. Usia tujuh tahun dipisah tempat tidurnya, diajarkan berwudhu dan
dibiasakan shalat.
d. Usia tiga belas tahun dipukul sebagai hukuman kerena tinggal shalat.
e. Umur enam belas tahun dikawinkan.
Belajar dimulai sejak usia kecil akan lebih mudah dan lebih baik dari
pada dimulai sejak usia dewasa. Hadis ini dan hadis di atas mempertegas
bahwa Islam memerhatikan pendidikan anak sejak kecil dalam aspek
pendidikan dalam segala perkembangan anak. Baik pendidikan jasmani,
pendidikan rohani, pendidikan nafsani, dan pendidikan
perkembanganseksual.56

56
Fahrul Razi. 2015. “Pemahaman Hadits Memukul Anak Yang Enggan Melaksanakan Shalat
Secara Tekstual Dan Konstektual”. Online.
https://repository.arraniry.ac.id/id/eprint/4750/1/Fahrul%20Razi.pdf. 04 April 2020.

3
8. ILMU PENGETAHUAN DAN KEUTAMAAN ORANG
YANG BERILMU

A. Hadis dan Terjemahan


1. Hadis ilmu pengetahuan

‫ حدثنا كثير بن شنظير‬. ‫ حدثنا حفص بن سليمان‬. ‫حدثنا هشام بن عمار‬


‫ قال رسول هللا صلى هللا‬: ‫عن محمد بن سيرين عن أنس بن مالك قال‬
‫عليه و سلم ) طلب العلم فريضة على كل مسلم وواضع العلم عند غير‬
) ‫أهله كمقلد الخنازير الجوهر واللؤلؤ والذهب‬
“Hisyam bin Amar menceritakan kepada kami, (dengan berkata) Hafish
bin Sulaiman menceritakan kepada kami. (Ia menyebutkan) Katsir bin
Sindzir meriwayatkan kepada kami. (Ia menyebutkan) dari Muhammad
bin Sirin, dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda
“Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim. Dan orang yang
menyerahkan keilmuan kepada yang bukan ahlinya, seperti orang yang
mengalungkan intan, permata, dan emas di leher babi”.57

2. Hadis keutamaan orang berilmu

‫ش ع َْن َأبِي‬ ِ ‫َح َّدثَنَا َمحْ ُمو ُد ب ُْن َغ ْياَل نَ َح َّدثَنَا َأبُو ُأ َسا َمةَ ع َْن اَأْل ْع َم‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬َ َ‫ال ق‬ َ َ‫ح ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ ق‬
ٍ ِ‫صال‬ َ
‫َم ْن َسلَكَ طَ ِريقًا يَ ْلتَ ِمسُ فِي ِه ِع ْل ًما َسه ََّل هَّللا ُ لَهُ طَ ِريقًا ِإلَى ْال َجنَّ ِة‬
‫يث َح َس ٌن‬ ٌ ‫ال َأبُو ِعي َسى هَ َذا َح ِد‬ َ َ‫ق‬

57
Luthfi Hannia. 2018. Takhrij Hadis Tentang Kewajiban Menuntut Ilmu. Online.
https://www.academia.edu/38094467/Takhrij_Hadis_Tentang_Kewajiban_Menuntut_Il
mu. Hlm. 1

3
Telah menceritakan kepada kami [Mahmud bin Ghailan] telah
menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Al A'masy] dari [Abu
Shalih] dari [Abu Hurairah] dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi

3
wasallam bersabda: "Barangsiapa berjalan di suatu jalan untuk mencari
ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga." Abu Isa
berkata; 'Ini adalah hadits hasan.58

B. Sanad dan Matan Hadis


1) Sanad hadis keutamaan orang berilmu

‫ح ع َْن‬
ٍ ِ‫صال‬ ِ ‫َح َّدثَنَا َمحْ ُمو ُد ب ُْن َغ ْياَل نَ َح َّدثَنَا َأبُو ُأ َسا َمةَ ع َْن اَأْل ْع َم‬
َ ‫ش ع َْن َأبِي‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫َأبِي هُ َر ْي َرةَ ق‬
َ َ‫ال ق‬
Telah menceritakan kepada kami [Mahmud bin Ghailan] telah
menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Al A'masy] dari [Abu
Shalih] dari [Abu Hurairah] dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:

2) Matan hadis keutamaan orang berilmu

‫َو َسلَّ َم َم ْن َسلَكَ طَ ِريقًا يَ ْلتَ ِمسُ فِي ِه ِع ْل ًما َسه ََّل هَّللا ُ لَهُ طَ ِريقًا ِإلَى ْال َجنَّ ِة قَا َل‬
‫يث َح َس ٌن‬ ٌ ‫َأبُو ِعي َسى هَ َذا َح ِد‬
Barangsiapa berjalan di suatu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah
akan memudahkan baginya jalan ke surga.

3) Sanad hadis ilmu pengetahuan

‫ حدثنا كثير بن‬. ‫ حدثنا حفص بن سليمان‬. ‫حدثنا هشام بن عمار‬


‫ قال رسول هللا‬: ‫شنظير عن محمد بن سيرين عن أنس بن مالك قال‬
‫) صلى هللا عليه و سلم‬
Hisyam bin Amar menceritakan kepada kami, (dengan berkata) Hafish bin
Sulaiman menceritakan kepada kami. (Ia menyebutkan) Katsir bin Sindzir
meriwayatkan kepada kami. (Ia menyebutkan) dari Muhammad bin Sirin,
dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda

58
M. Fadholi Noer. 2014. Menuntut Ilmu Sebagai Transformasi Perubahan Paradigma. Vol. 1.
Hlm. 10

4
4) Matan hadis ilmu pengetahuan

‫طلب العلم فريضة على كل مسلم وواضع العلم عند غير أهله كمقلد‬
) ‫الخنازير الجوهر واللؤلؤ والذهب‬

Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim. Dan orang yang
menyerahkan keilmuan kepada yang bukan ahlinya, seperti orang yang
mengalungkan intan, permata, dan emas di leher babi.

C. Pandangan Al-Qur’an mengenai ilmu pengetahuan dan keutamaan


orang berilmu
1) Q.S. Al-Baqarah : 145

‫ك ۚ َو َما َأ ْنتَ بِتَابِ ٍع‬ َ ‫َولَِئ ْن َأتَيْتَ الَّ ِذينَ ُأوتُوا ْال ِكت‬
َ َ‫َاب بِ ُكلِّ آيَ ٍة َما تَبِعُوا قِ ْبلَت‬
‫ْض ۚ َولَِئ ِن اتَّبَعْتَ َأ ْه َوا َءهُ ْم ِم ْن بَ ْع ِد َما‬
ٍ ‫ضهُ ْم بِتَابِ ٍع قِ ْبلَةَ بَع‬
ُ ‫قِ ْبلَتَهُ ْم ۚ َو َما بَ ْع‬
َ‫ك ِمنَ ْال ِع ْل ِم ۙ ِإنَّكَ ِإ ًذا لَ ِمنَ الظَّالِ ِمين‬
َ ‫َجا َء‬
Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi
dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat
(keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamupun tidak
akan mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian merekapun tidak akan
mengikuti kiblat sebahagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu
mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya
kamu -- kalau begitu -- termasuk golongan orang-orang yang zalim.59

2) Q.S. Al-An’am : 100

ٍ ‫َو َج َعلُوا هَّلِل ِ ُش َر َكا َء ْال ِج َّن َو َخلَقَهُ ْم ۖ َوخَ َرقُوا لَهُ بَنِينَ َوبَنَا‬
‫ت بِ َغي ِْر‬
َ‫صفُون‬ ِ َ‫ِع ْل ٍم ۚ ُسب َْحانَهُ َوتَ َعالَ ٰى َع َّما ي‬

59
Q.S. Al-Baqarah : 145

5
Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah,
padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong
(dengan mengatakan): "Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan
perempuan", tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan
Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan.60

3) Q.S. Al-Mujadilah : 11

‫س فَا ْف َسحُوا‬ ِ ِ‫يل لَ ُك ْم تَفَ َّسحُوا فِي ْال َم َجال‬ َ ِ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإ َذا ق‬
‫يل ا ْن ُش ُزوا فَا ْن ُش ُزوا يَرْ فَ ِع هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬
َ ِ‫ح هَّللا ُ لَ ُك ْم ۖ َوِإ َذا ق‬
ِ ‫يَ ْف َس‬
ٍ ‫ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذينَ ُأوتُوا ْال ِع ْل َم د ََر َجا‬
‫ت ۚ َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخبِي ٌر‬
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.61

D. Kritik Sanad dan Matan Hadis


1. Kritik sanad ilmu pengetahuan
a. Anas bin Malik
Nama lengkapnya adalah Anas bin Malik bin Zaid bin al-
Nadlar bin Dlamdlam bin Zaid bin Haram. Ia termasuk seorang
sahabat yang banyak meriwayatkan hadis. Beliau lahir di Makkah dan
berdomisili di Basrah, meninggal pada tahun 92 H. berdasarkan kaidah
umum dalam ilmu hadis bahwa semua sahabat itu adil, maka keadilan
dan kedhabitannya dapat diterima, sehingga tidak perlu dipertanyakan
lagi kredibilktasnya. Guru beliau antara lain: Nabi Muhammad SAW,
Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Arqam, Tsabit bin

60
Q.S. Al-An’am : 100
61
Q.S. Al-Mujadilah : 11

6
Qois. Murid beliau antara lain: Muhammad bin Sirin, Muhammad
bin Malik, Muhammad bin Muslim, dan lain-lain.
b. Muhammad bin Sirin
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Sirin bin Maula
Anas bin Malik. Beliau salah satu termasuk tabi’in yang menetap
dan meninggal di Basrah pada tahun 110 H. Guru beliau antara lain:
Ibn al-A’la, al Hadlrami, Abu Ubaidah bin Huzaifah al Yaman, Anas
bin Malik. Murid beliau antar lain: Abu al-‘Amr bin al-A’la bin
Ammar, Abu Ma’an, Katsir bin Syindzir. Penilaian kritikus hadis
terhadapnya seperti yang disampaikan oleh Ahmad bin Hambal,
Yahya bin Ma’in, Al Ijli, mengatakan bahwa beliau tsiqah.
c. Katsir bin Sindzir
Nama lengkapnya adalah Katsir bin Sindzir al Maziny.
Beliau lahir di Basrah. Ia termasuk golongan yang tidak pernah
bertemu sahabat dan menempati thabaqat ke-6 dan termasuk tabi’in
yang paling muda.
Guru beliau antara lain: Hasan bin Abi Hasan Yasar, ‘Atha’
bin Abi Rabbah Aslam, Anas bin Sirin, dan Muhammad bin Sirin.
Murid beliau antara lain Said bin Abi Aruwiyah, Hammad bin Zaid,
Abd al Warits bin Said, Aban bin Yazid al Aththar, dan Hafs bin
Sulaiman. Penilaian ulama terhadapnya seperti yang dikatakan
ahmad bin Hambal bahwa beliau shalih al hadits, Ishaq bin Manshur
menilainya shalih, Ishaq bin al Nasa’I menilainya laisa bil qowwiy.
d. Hafsh bin Sulaiman
Nama lengkapnya adalah Hafsh bin Sulaiman al Usdy al
Bazaz. Beliau lahir di Kufah dan wafat pada tahun 180 H. Ia
termasuk dalam tingkatan pertengahan tabi’in (thabaqat 7). Gurunya
antara lain: Sammak bin Harb bin Aus, Katsir bin Zadan

7
dan Katsir bin Syindzir. Sedangkan salah satu muridnya adalah
Hisyam bin Ammar.

Kualitas periwayatannya dapat dilihat dari penuturan


Abdullah bin ahmad menilainya sholih. Waqi’ bin al Jarrah yang
menilainya tsiqoh. Dar Al Qutni menyatakan dho’if. Ahmad bin
Hanbal menyatakan ma bihi ba’s. Yahya bin Ma’in menyatakan
laisa bi tsiqah. Ali bin Madaniy dan Abu Zur’ah menilai dhaif al
hadits.

e. Hisyam bin Ammar


Nama lengkapnya adalah Hisyam bin Ammar bin Nushair
bin Maisarah bin ‘Abban. Beliau lahir di Syam pada tahun 153 H
dan wafat di Dujjail ditahun 245 H. Beliau hidup dimasa
tabi’tabiin. Diantara gurunya adalah Hafsh bin Sulaiman dan
diantara muridnya adalah Abu Daud, Al Nasa’I, Ibnu Majah. Ia
termasuk rawi yang dinilai shuduqun kabir oleh Dar al Qutny.
Akan tetapi Ibrahim bin Junaid, al Ijli, dan Ibnu Hibban menilai
tsiqah, Al nasa’I menilai la ba’sa bih.

f. Ibnu Majah
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Yazid Ibn Majah
al Rubay’iy al Qazwaini al Hafidz. Nama Majah adalah laqab
ayahnya. Sementara itu, al Qazwini juga dianggap sebagai nama
lain yang dinisbatkan kepada Ibnu Majah, karena merupakan
tempat dimana ia tumbuh dan berkembang. Sedangkan tempat
kelahiran Ibnu Majah tidak ada sumber yang menjelaskannya. Ia
lahir pada tahun 209 H dan wafat dalam usia 74 tahun, tepatnya
pada hari selasa tanggal 22 Ramadhan tahun 273 H. Guru pertama
Ibnu Majah adalah Ali ibn Muhammad al Tanafasy dan Jubarah al
Mughlis. Sejumlah guru yang lain Mus’ab ibn Abdullah al Zubairi,
Abu Bakar ibn Abi Syaibah, Hisyam bin Ammar.

8
Sedangkan muridnya adalah Muhammad ibn Isa al Abhari,
Abu Hasan al Qattan, Ibn Sibawaih. Penilaian ulama terhadap
Ibnu Majah adalah dalam tingkatan yang baik dan tinggi. Seperti
penilaian al Mizzy bahwa beliau sosok orang yang alim, seorang
pengarang kitab yang bermanfaat dan memiliki pengalaman yang
luas. Abu Ya’la al Khalili menilai bahwa ibn Majah dapat
dipercaya, dapat dijadikan hujjah, banyak mengetahui hadits dan
menghafalnya, dan banyak melakukan perjalanan ilmiah
keberbagai kota untuk menulis hadis. Ibnu Majah adalah
pengumpul hadis yang tertuang dalam kitab sunan Ibnu Majah
yang masih ada hingga saat ini, walaupun karya tersebut tergolong
sedikit dibanding ulama yang tergolong pengumpul hadis dalam
jajaran kutubuttis’ah.

Setelah dilakukan penelusuran sanad, dalam hadis yang


diriwayatkan oleh Ibnu Majah ini terdapat penilaian negatif
terhadap salah satu periwayat, yaitu Hafsh bin Sulaiman. Beliau
dinilai dho’if oleh ulama kritikus hadis sehingga hadis tersebut
mencapai derajat dho’if. 62

2. Kritik matan hadis ilmu pengetahuan


Terdapat pertentangan terhadap status rawi pada hadis di atas, tapi
paling tidak, dapat dikatakan bahwa hadis tersebut adalah hasan dari segi
sanadnya dan shahih dari segi maknanya. Sehingga tidak ada masalah
menjadikan hadis ini sebagai dalil dalam pembahasan. Selanjutnya adalah
memahami makna hadis tersebut sebagai motivasi untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan. Secara umum tunjukan hadis menyatakan bahwa setiap
orang Islam diperintahkan oleh agama untuk menuntut ilmu.63
3. Kritik sanad dan matan hadis keutamaan orang berilmu

62
Ibid. hlm. 3-6
Darlis Ahmad. 2017. Motivasi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dalam
63

Perspektif Hadis Nabi. Vol. 3. Hlm. 7

9
Mengenai status hadis Muslim di atas tidak diragukan lagi
kesahihannya, sehingga tidak ada kritikan yang didapatkan tentang hadis

9
tersebut. Ulama telah mengakui tentang kedudukan kitab Muslim dan
Bukhari sekaligus, dengan mengatakan bahwa hadis yang ada dalam kitab
Bukhari dan Muslim seluruhnya shahih,64 oleh karena itu dari sisi
pendalilan, tidak ada permasalahan sedikitpun terhadap hadis ini.

E. Pemahaman Hadis
1. Pemahaman hadis tentang keutamaan orang berilmu
Untuk memperoleh kesuksesan atau kebahagian baik di dunia maupun
di akhirat bahkan keduaduanya harus mempergunakan alat, alat untuk
mencapai kesuksesan itu adalah ilmu. Ilmu ibarat cahaya yang mampu
menerangi jalan seseorang untuk mewujudkan segala cita-citanya,
sementara kebodohan akan membawa seseorang kepada kemadlaratan atau
kesengsaraan yang membelenggu hidupnya.

Dalam hadits yang pertama Rasulullah saw menjelaskan :


a. Allah akan memberikan berbagai kemudahan kepada para pencari
ilmu, seperti kemudahan bergaul, kemudahan mendapatkan pekerjaan,
termasuk kemudahan untuk menuju surga.
b. Para malaikat akan memberikan perlindungan kepada para pencari
ilmu dengan cara meletakkan sayapnya sebagai bukti kerelaan mereka
terhadap apa yang dilakukan oleh para pencari ilmu.
c. Aktivitas pencarian ilmu adalah aktivitas yang sangat mulia, sehingga
kepada para pencari ilmu semua makhluk Allah baik yang ada di
langit maupun di bumi bahkan ikan-ikan yang ada di dalam air akan
memberikan berbagai bantuan, mereka semua ikut mendoakan agar
orang yang mencari ilmu selalu mendapatkan ampunan dari Allah
SWT.

64
Ibid. hlm. 10

10
d. Allah memberikan keuatamaan kepada para pencari ilmu melebihi
keutamaan yang diberikan kepada para ahli ibadah, ibarat cahaya
bulan purnama yang mampu mengalahkan cahaya seluruh bintang.
e. Para ulama (orang yang berilmu dan selalu menjadi pencari ilmu)
adalah pewaris para Nabi, merekalah yang akan meneruskan para nabi
dalam menegakan kebenaran dan memerangi kezaliman dengan
menyebarkan ilmu yang diterimanya dari nabi kepada orang-orang
yang ada di sekitarnya. Semua nabi tidaklah mewariskan harta benda
untuk umatnya melainkan mewariskan ilmu untuk kemaslahatan
ummatnya. Oleh karena itu siapapun yang berusaha menuntut ilmu
dan berhasil menguasainya, maka dia telah berhasil mendapatkan
bagian yang sangat besar sebagai modal untuk menghadap Allah swt.
2. Pemahaman hadis tentang ilmu pengetahuan
Para ulama memberikan pemahaman beragam terhadap perkataan
“ilmu” dalam hadis. Berikut pendapat beberapa ulama yang dinukil dari
beberapa kitab:
1) Al-Baihaqi mengatakan ilmu yang dimaksud dalam hadis di atas
adalah semua ilmu yang dengan ilmu itu orang dewasa tidak bertindak
dalam ketidaktahuan. Atau ilmu yang wajib bagi setiap muslim yang
dianggap cukup sesuai dengan kewajibannya itu sendiri.
2) Ibn Mubarak mengatakan ilmu yang dimaksud dalam hadis
adalah ilmu agama yang wajib diketahui oleh seseorang, sehingga dia
mengetahui apabila ilmu itu ditanyakan kepadanya.65
3) Al-Baidhawi mengatakan ilmu yang dimaksud dalam hadis
adalah ilmu ketuhanan dan kenabian serta peribadahan, semua itu bersifat
fardu „ain.
4) Al-Tsauri mengatakan bahwa ilmu yang

65
Ibid. hlm.7

11
dimaksud dalam hadis adalah semua ilmu yang menghilangkan
kebodohan/ketidaktahuan seseorang.66
Dari uraian pendapat di atas, dapat dipahami bahwa anjuran
menuntut ilmu yang diisyaratkan dalam hadis di atas adalah menuntut
semua ilmu yang dibutuhkan dan bermanfaat dalam kehidupan manusia,
baik secara individu maupun kolektif, baik „ilm al-din maupun „ilm al
dunya.

9. ETIKA GURU TERHADAP SISWA

A. Hadis Berkaitan Etika Guru Terhadap Siswa


1. Guru Harus Adil
Hadis Riwayat Bukhori Nomor 239867
pٍ‫ ر‬p‫ ِم‬p‫ ا‬p‫ َع‬p‫ن‬pْ p‫ َع‬p‫ن‬pٍ p‫ ْي‬p‫ص‬pَ p‫ح‬pُ p‫ن‬pْ p‫ َع‬pَ‫ ة‬pَ‫ن‬p‫ ا‬p‫ َو‬p‫ َع‬p‫ و‬pُ‫ َأ ب‬p‫ ا‬pَ‫ ن‬pَ‫َّ ث‬p‫ د‬p‫ح‬pَ p‫ر‬pَ p‫ َم‬p‫ ُع‬p‫ن‬pُ p‫ ْب‬p‫ ُد‬p‫ ِم‬p‫ ا‬p‫ح‬pَ p‫ ا‬pَ‫ ن‬pَ‫َّ ث‬p‫ د‬p‫ح‬pَ
p‫ ى‬pَ‫ ل‬p‫ َع‬p‫و‬pَ p‫ ُه‬p‫و‬pَ p‫ ا‬p‫ َم‬p‫ ُه‬p‫ ْن‬p‫ َع‬pُ ‫ هَّللا‬p‫ َي‬p‫ض‬
pِ p‫ َر‬p‫ ٍر‬p‫ ي‬p‫ش‬ِ pَ‫ ب‬p‫ن‬pَ p‫ ْب‬p‫ن‬pَ p‫ ا‬p‫ َم‬p‫ ْع‬p‫ ُّن‬p‫ل‬p‫ ا‬p‫ت‬ َ p‫ َل‬p‫ ا‬pَ‫ق‬
pُ p‫ ْع‬p‫ ِم‬p‫س‬
‫ اَل‬pَ‫ ة‬p‫ح‬pَ p‫ ا‬p‫و‬pَ p‫ر‬pَ p‫ت‬ pْ pَ‫ل‬p‫ ا‬pَ‫ ق‬pَ‫ ف‬pً‫َّ ة‬p‫ ي‬p‫ ِط‬p‫ َع‬p‫ ي‬pِ‫ َأ ب‬p‫ ي‬pِ‫ن‬p‫ ا‬pَ‫ ط‬p‫ َأ ْع‬p‫ ُل‬p‫ و‬pُ‫ ق‬pَ‫ ي‬p‫ ِر‬pَ‫ ب‬p‫ ْن‬p‫ ِم‬p‫ ْل‬p‫ا‬
pُ p‫ ْن‬pِ‫ ب‬pُ‫ ة‬p‫ر‬pَ p‫ ْم‬p‫ َع‬p‫ت‬
ُ p‫ر‬pَ p‫ ى‬pَ‫ َأ ت‬pَ‫ ف‬p‫َّ َم‬p‫ ل‬p‫س‬
pَ‫ل‬p‫ و‬p‫س‬ َ p‫ َو‬p‫ ِه‬p‫ ْي‬pَ‫ ل‬p‫ َع‬pُ ‫ هَّللا‬p‫َّ ى‬p‫ ل‬p‫ص‬ َ pِ ‫ هَّللا‬p‫ َل‬p‫ و‬p‫س‬ ُ p‫ر‬pَ p‫ َد‬p‫ ِه‬p‫ش‬ْ pُ‫ ت‬p‫َّ ى‬p‫ ت‬p‫ح‬pَ p‫ ى‬p‫ض‬ َ p‫ر‬pْ ‫َأ‬
pُ p‫ ْي‬pَ‫ ط‬p‫ َأ ْع‬p‫ ي‬pِّ‫ ِإ ن‬p‫ َل‬p‫ ا‬pَ‫ ق‬pَ‫ ف‬p‫َّ َم‬p‫ ل‬p‫س‬
pَ‫ ة‬p‫ر‬pَ p‫م‬pْ p‫ َع‬p‫ن‬pْ p‫ ِم‬p‫ ي‬pِ‫ ن‬p‫ ْب‬p‫ ا‬p‫ت‬ َ p‫ َو‬p‫ ِه‬p‫ ْي‬pَ‫ ل‬p‫ َع‬pُ ‫ هَّللا‬p‫َّ ى‬p‫ ل‬p‫ص‬pَ pِ ‫هَّللا‬
pَ‫ل‬p‫ ا‬pَ‫ ق‬pِ ‫ هَّللا‬p‫ َل‬p‫ و‬p‫س‬ ْ ‫ ُأ‬p‫ن‬pْ ‫ َأ‬p‫ ي‬pِ‫ ن‬p‫ ْت‬p‫ َر‬p‫ َأ َم‬pَ‫ ف‬pً‫َّ ة‬p‫ ي‬p‫ط‬pِ p‫ َع‬pَ‫ ة‬p‫ح‬pَ p‫ ا‬p‫و‬pَ p‫ َر‬p‫ت‬
ُ p‫ َر‬p‫ ا‬pَ‫ ي‬p‫ َك‬p‫ َد‬p‫ ِه‬p‫ش‬ ِ p‫ ْن‬pِ‫ب‬
p‫ َن‬p‫ ْي‬pَ‫ ب‬p‫ا‬p‫ و‬pُ‫ ل‬p‫ ِد‬p‫ ْع‬p‫ ا‬p‫و‬pَ pَ ‫ هَّللا‬p‫ا‬p‫ و‬pُ‫َّ ق‬p‫ت‬p‫ ا‬pَ‫ ف‬p‫ َل‬p‫ ا‬pَ‫ اَل ق‬p‫ َل‬p‫ ا‬pَ‫ ق‬p‫ ا‬p‫ َذ‬p‫ َه‬p‫ َل‬p‫ ْث‬p‫ ِم‬p‫ك‬pَ p‫ ِد‬pَ‫ ل‬p‫و‬pَ p‫ر‬pَ ‫ِئ‬p‫ ا‬p‫س‬
َ p‫ت‬ pَ p‫ ْي‬pَ‫ ط‬p‫َأ ْع‬
pُ‫ ه‬pَ‫َّ ت‬p‫ ي‬p‫ ِط‬p‫َّ َع‬p‫ د‬p‫ر‬pَ pَ‫ ف‬p‫ َع‬p‫ج‬pَ p‫ َر‬pَ‫ ف‬p‫ َل‬p‫ ا‬pَ‫ ق‬p‫ ْم‬p‫ ُك‬p‫ اَل ِد‬p‫و‬pْ ‫َأ‬

Artinya :

Telah menceritakan kepada kami [Hamid bin 'Umar] telah menceritakan


kepada kami [Abu 'Awanah] dari [Hushain] dari ['Amir] berkata; aku
mendengar [An Nu'man bin Basyir radliallahu 'anhuma] berkhutbah diatas
mimbar, katanya: "Bapakku memberiku sebuah hadiah (pemberian tanpa
66
Ibid. hlm. 7
67
Hadis Riwayat Bukhori

79
imbalan). Maka 'Amrah binti Rawahah berkata; "Aku tidak rela sampai
kamu mempersaksikannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam." Maka bapakku menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam dan berkata: "Aku memberi anakku sebuah hadiah yang berasal
dari 'Amrah binti Rawahah, namun dia memerintahkan aku agar aku
mempersaksikannya kepada anda, wahai Rasulullah". Beliau bertanya:
"Apakah semua anakmu kamu beri hadiah seperti ini?". Dia menjawab:
"Tidak". Beliau bersabda: "Bertaqwalah kalian kepada Allah dan berbuat
adillah diantara anak-anak kalian". An-Nu'man berkata: "Maka dia
kembali dan Beliau menolak pemberian bapakku". (H.R Bukhari No.2398)

2. Guru Harus Lemah Lembut


Hadis Riwayat Bukhari, No. 5565 6 8
‫ح ع َْن اب ِْن‬ ٍ ِ‫صال‬ ِ ‫َح َّدثَنَا َع ْب ُد ْال َع ِز‬
َ ‫يز بْنُ َع ْب ِد هَّللا ِ َح َّدثَنَا ِإب َْرا ِهي ُم بْنُ َس ْع ٍد ع َْن‬
ُ ‫صلَّى هَّللا‬ ِ ‫الزبَي ِْر َأ َّن عَاِئ َشةَ َر‬
َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهَا َزوْ َج النَّبِ ِّي‬ ُّ ‫ب ع َْن عُرْ َوةَ ْب ِن‬ ٍ ‫ِشهَا‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ‫ت َد َخ َل َر ْهطٌ ِم ْن ْاليَهُو ِد َعلَى َرس‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬ ْ َ‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَال‬
‫ت فَقَا َل‬ ُ ‫ت عَاِئ َشةُ فَفَ ِه ْمتُهَا فَقُ ْل‬
ْ َ‫ت َو َعلَ ْي ُك ْم السَّا ُم َواللَّ ْعنَةُ قَال‬ ْ َ‫فَقَالُوا السَّا ُم َعلَ ْي ُك ْم قَال‬
‫ق فِي اَأْل ْم ِر‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْهاًل يَا عَاِئ َشةُ ِإ َّن هَّللا َ ي ُِحبُّ ال ِّر ْف‬
َ ِ ‫َرسُو ُل هَّللا‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬َ ِ ‫ت يَا َرسُو َل هَّللا ِ َأ َولَ ْم تَ ْس َم ْع َما قَالُوا قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬ ُ ‫ُكلِّ ِه فَقُ ْل‬
ُ ‫قَ ْد قُ ْل‬
ْ‫ت َو َعلَ ْي ُكم‬

Artinya:

“Telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz bin Abdullah]


telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Sa'd] dari [Shalih]
dari [Ibnu Syihab] dari ['Urwah bin Az Zubair] bahwa Aisyah
radliallahu 'anha isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
berkata; "Sekelompok orang Yahudi datang menemui Rasulullah
shallaallahu 'alaihi wa sallam, mereka lalu berkata; "Assaamu
'alaikum (semoga kecelakaan atasmu). Aisyah berkata; "Saya
memahaminya maka sayamenjawab; 'wa'alaikum as saam wal
68
Hadis Riwayat Bukhori

80
la'nat (semoga kecelakaan dan laknat tertimpa atas kalian)."
Aisyah berkata; "Lalu Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam
bersabda: "Tenanglah wahai Aisyah, sesungguhnya Allah
mencintai sikap lemah lembut pada setiap perkara." Saya
berkata; "Wahai Rasulullah!Apakah engkau tidak mendengar
apa yang telah mereka katakan?" Rasulullah shallaallahu 'alaihi
wa sallam menjawab: "Saya telah menjawab, 'WA 'ALAIKUM
(dan semoga atas kalian juga).” (HR. Bukhari, No. 5565)

3. Guru Harus Tegas Bukan Marah


Hadis Riwayat Bukhari No. 88 6 9
‫ْس ب ِْن َأبِي‬ِ ‫ير قَا َل َأ ْخبَ َرنَا ُس ْفيَانُ ع َْن اب ِْن َأبِي خَالِ ٍد ع َْن قَي‬
ٍ ِ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ َكث‬
ُ ‫ال َر ُج ٌل يَا َرسُو َل هَّللا ِ اَل َأ َكا ُد ُأ ْد ِر‬
‫ك‬ َ َ‫ي قَا َل ق‬
ِّ ‫ار‬
ِ ‫ص‬َ ‫از ٍم ع َْن َأبِي َم ْسعُو ٍد اَأْل ْن‬ ِ ‫َح‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فِي َموْ ِعظَ ٍة‬ ُ ‫صاَل ةَ ِم َّما يُطَ ِّو ُل بِنَا فُاَل ٌن فَ َما َرَأي‬
َّ ِ‫ْت النَّب‬
َ ‫ي‬ َّ ‫ال‬
ْ ِّ‫اس فَ ْليُ َخف‬
‫ف‬ َ ‫ال َأيُّهَا النَّاسُ ِإنَّ ُك ْم ُمنَفِّرُونَ فَ َم ْن‬
ِ َّ‫صلَّى بِالن‬ َ َ‫ضبًا ِم ْن يَوْ مِِئ ٍذ فَق‬ َ ‫َأ َش َّد َغ‬
‫يض َوالض َِّعيفَ َو َذا ْال َحا َجة‬
َ ‫فَِإ َّن فِي ِه ْم ْال َم ِر‬

Artinya:

“Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Katsir]


berkata, telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] dari [Ibnu
Abu Khalid] dari [Qais bin Abu Hazim] dari [Abu Al Mas'ud Al
Anshari] berkata, seorang sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah,
aku hampir tidak sanggup shalat yang dipimpin seseorang
dengan bacaannya yang panjang." Maka aku belum pernah
melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memberi peringatan
dengan lebih marah dari yang disampaikannya hari itu seraya
bersabda: "Wahai manusia, kalian membuat orang lari menjauh.
Maka barangsiapa shalat mengimami orang-orang
ringankanlah.Karena diantara mereka ada orang sakit, orang
lemah dan orang yang punya keperluan.” (HR. Bukhari No. 88)

69
Hadis Riwayat Bukhori

81
B. Sanad dan Matan Hadits
1. Guru Harus Adil
Hadist Riwayat Bukhari No. 2398
a. Sanad Hadits
Telah menceritakan kepada kami [Hamid bin 'Umar] telah
menceritakan kepada kami [Abu 'Awanah] dari [Hushain] dari ['Amir]
berkata; aku mendengar [An Nu'man bin Basyir radliallahu 'anhuma]
berkhutbah diatas mimbar.
b. Matan Hadist
Katanya: "Bapakku memberiku sebuah hadiah (pemberian tanpa
imbalan). Maka 'Amrah binti Rawahah berkata; "Aku tidak rela sampai
kamu mempersaksikannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam." Maka bapakku menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam dan berkata: "Aku memberi anakku sebuah hadiah yang
berasal dari 'Amrah binti Rawahah, namun dia memerintahkan aku
agar aku mempersaksikannya kepada anda, wahai Rasulullah". Beliau
bertanya: "Apakah semua anakmu kamu beri hadiah seperti ini?". Dia
menjawab: "Tidak". Beliau bersabda: "Bertaqwalah kalian kepada
Allah dan berbuat adillah diantara anak-anak kalian".
2. Guru Harus Lemah Lembut
Hadist Riwayat Bukhari No. 5565
a. Sanad Hadits
Telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz bin
Abdullah] telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin
Sa'd] dari [Shalih] dari [Ibnu Syihab] dari ['Urwah bin Az
Zubair] bahwa Aisyah radliallahu 'anha isteri Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam berkata
b. Matan Hadits
Sekelompok orang Yahudi datang menemui Rasulullah
shallaallahu 'alaihi wa sallam, mereka lalu berkata;

82
"Assaamu 'alaikum (semoga kecelakaan atasmu). Aisyah
berkata; "Saya memahaminya maka sayamenjawab;
'wa'alaikum as saam wal la'nat (semoga kecelakaan dan
laknat tertimpa atas kalian)." Aisyah berkata; "Lalu
Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Tenanglah wahai Aisyah, sesungguhnya Allah mencintai
sikap lemah lembut pada setiap perkara." Saya berkata;
"Wahai Rasulullah!Apakah engkau tidak mendengar apa yang
telah mereka katakan?" Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa
sallam menjawab: "Saya telah menjawab, 'WA 'ALAIKUM
(dan semoga atas kalian juga).
3. Guru Harus Tegas Bukan Marah
Hadist Riwayat Bukhari no. 88
a. Sanad Hadits
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Katsir]
berkata, telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] dari [Ibnu
Abu Khalid] dari [Qais bin Abu Hazim] dari [Abu Al Mas'ud Al
Anshari] berkata,

b. Matan Hadits
Seorang sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, aku hampir tidak
sanggup shalat yang dipimpin seseorang dengan bacaannya
yang panjang." Maka aku belum pernah melihat Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam memberi peringatan dengan lebih
marah dari yang disampaikannya hari itu seraya bersabda:
"Wahai manusia, kalian membuat orang lari menjauh. Maka
barangsiapa shalat mengimami orang-orang
ringankanlah.Karena diantara mereka ada orang sakit, orang
lemah dan orang yang punya keperluan.”

C. Ayat Al-Qur’an

83
1. Guru Harus adil
Q.S An-Nahl :90

ِ ‫ِإ َّن هّللا َ يَْأ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواِإل حْ َس‬


‫ان َوِإيتَاء ِذي ْالقُرْ بَى َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ َشاء َو ْال ُمن َك ِر‬
‫ َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُون‬ 
Artinya:

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat


kebajikan, memberi kepada kaem kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (Q.S an-Nahl : 90)
2. Guru Harus Lemah Lembut
Q.SAli imron : 159

ۖ َ‫وا ِم ْن َحوْ لِك‬ ۟ ُّ‫ب ٱَلنفَض‬ ِ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِّمنَ ٱهَّلل ِ لِنتَ لَهُ ْم ۖ َولَوْ ُكنتَ فَظًّا َغلِيظَ ْٱلقَ ْل‬
ۚ ِ ‫اورْ هُ ْم فِى ٱَأْل ْم ِر ۖ فَِإ َذا َعزَ ْمتَ فَت ََو َّكلْ َعلَى ٱهَّلل‬
ِ ‫فَٱعْفُ َع ْنهُ ْم َوٱ ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم َو َش‬
َ‫ِإ َّن ٱهَّلل َ ي ُِحبُّ ْٱل ُمت ََو ِّكلِين‬
Artinya:
“ Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu.Karena itu maafkanlah
mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawarahlah
dengan mereka dalam urusan itu.Kemudian, apabila engkau telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.Sungguh, Allah
mencintai orang bertawakal.” (Q.S Ali Imron:159)

3. Guru Harus Tegas Bukan Marah


Q.S Ali Imron : 133-134
ْ ‫ت َوٱَأْلرْ ضُ ُأ ِع َّد‬
َ‫ت لِ ْل ُمتَّقِين‬ ُ ْ‫ارع ُٓو ۟ا ِإلَ ٰى َم ْغفِ َر ٍة ِّمن َّربِّ ُك ْم َو َجنَّ ٍة َعر‬
ُ ‫ضهَا ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬ ِ ‫َو َس‬

84
Artinya:“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa.” (Q.S Ali Imron :133)70

ٰ
ِ َّ‫ضرَّٓا ِء َو ْٱل َك ِظ ِمينَ ْٱل َغ ْيظَ َو ْٱل َعافِينَ ع َِن ٱلن‬
ُّ‫اس ۗ َوٱهَّلل ُ يُ ِحب‬ َّ ‫ٱلَّ ِذينَ يُنفِقُونَ فِى ٱل َّسرَّٓا ِء َوٱل‬
َ‫ْٱل ُمحْ ِسنِين‬

Artinya:

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang


maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.” (Q.S Ali Imron :134)71

D. Kritik Sanad dan Matan Hadist


Kritik Sanad
1. H.R Bukhari No. 2398
a) Hamid Bin Umar
Namanya Al-Imam Al-Habib Hamid bin Umar Ba’alawi adalah
Imam dan khatib di masjid Ba’alawi Tarim pada abad 10 Hijriyah.
Beliau merupakan datuk marga Alawiyyin Bin Hamid (bukan Al-
Hamid) lahir di Tarim dan wafat di kota yang sama pada malam
Rabu tanggal 9 syawal 1020 Hijriyah. Jenazahnya dimakamkan di
Zanbal bersama datuk-datuknya.
b) Abu ‘Awanah
Namanya Imam Abu Awaanah al-Isfara’ini, penulis musnad Abu
Awaanah.Musnad ini ditulis pada abad keempat kalender

70
https://tafsirweb.com/1265-quran-surat-ali-imran-ayat-133.html
71
https://tafsirweb.com/1266-quran-surat-ali-imran-ayat-134.html

85
Islam.Musnad adalah koleksi hadist yang diklasifikasikan oleh
perawi, dan oleh sahabat Nabi Muhammad SAW.
c) Hushain
Namanya Husain bin Ali bin Abi Thalib adalah cucu dari Nabi
Muhammad yang merupakan putra dari Fatimah Az-Zahra dan Ali
bin Abi Thalib. Husain merupakan imam ketiga bagi kebanyakan
mahdzab Ahlul Bait, dan Imam kedua bagi yang lain. Ia dihormati
oleh Sunni karena ia Ahlul Bait.
d) Nu’man bin Basyir
Nu’man bin Basyir al-Ansari (sekitar 622-684) adalah panglima
dan negarawan kekhalifahan Umayyah. Ia mendukung Muawiyah
bin Abu Sufyan selama perang saudara Islam pertama.
2. H.R Bukhari No. 5565
a) Abdul Aziz bin Abdullah
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz adalah seorang ulama
kontemporer yang ahli dibidang Sains, Hadist, Aqidah dan Fiqih.
Lahir di Riyadh-Arab Saudi tahun 1909 M/1330 H. syaikh Abdul
Aziz bin Abdullah bin Baz pernah menjabat sebagai mufti
(penasihat agung) kerajaan Arab Saudi, rector Universitas Islam
Madinah, Hai’ah Kibaril Ulama (semacam MUI di Arab Saudi),
Dewan Riset Ilmu dan Fatwa (al-Lajnah ad-Daimah lil Buhuts al-
Ilmiyah wal Ifta’). Meninggal pada 1999 M/1420 H dan
disemayamkan di pemakaman Al-Adl, Mekkah.
b) Ibrahim bin Sa’ad
Ibrahim bin Sa’ad bin Ibrahim bin Abdurrahman Bin Auf berasal
dari kalangan Tabi’it Tabi’in kalangan pertengahan. Nasabnya Az-
Zuhriy Al-Quraisy.
c) Shalih bin Khaisan
Shalih bin Khaisan Al ayamani memulai untuk menuntut ilmu pada
usia tua, ada yang bilang usia 70 tahun. Tetapi Allah memberikan
panjang umur untuk beliau, wafat pada usia diatas 140 tahun.

86
Denfan kesungguhan menuntu ilmu beliau akhirnya menjadi hafidz
hadits yang termasuk periwayat dari hadist-hadist di shahih
Bukhari dan Shahih Muslim.
d) Ibnu Shihab
Imam Az-Zuhri atau Ibnu Shihab lengkapnya Abu Bakar
Muhammad bin Muslim bin ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah bin Syihab
bin ‘Abdullah bin al-Harits bin Zuhrah adalah salah satu ahli hadits
terbesar yang juga termasuk shigar at-tabi’in.
e) Urwah bin Zubair
Urwah bin Zubair adalah salah satu dari tujuh Fuqaha madinah,
yaitu sebutan untuk sekelompok ahli fiqih dari generasi tabi’in
yang merupakan tokoh utama ilmu fiqih dikota Madinah setelah
wafatnya generasi sahabat yang hidup sezaman dengan Nabi
Muhammad.
3. H.R Bukhari No.88
a) Sufyan
Nama aslinya adalah Sufyan bin Sa’id bin Masruq. Beliau
merupakan thabaqat ketujuh dengan nasab Ats-Tsauri dan
kauniyah Abu ‘Abdillah.Beliau bertempat tinggal di Kuffah dan
wafat di Basrah pada tahun 161 Hiriyah. Guru beliau dalam
periwayatan hadis ini adalah ‘Ashim bin Sulaiman dan muridnya
yaitu Waki’ bin al-Jarah bin Mulaih.
b) Qais bin Abu Hazim
Qais bin Abu Hazim Hushain berasal dari kalangan ta’biin
kalangan tua dengan nasab Al Bajaliy Al Ahmasiy dan dengan
kauniyah Abu ‘Abdullah.72
c) Abu Mas’ud Al-Anshari
Abu Mas’ud Al-Ansari adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad
dan narator hadits, dikutip oleh Shahih Bukhari, sumber hadis yang

72
https://www.dbastians.com/2016/07/qais-bin-abi-hazim-hushain.html?m=1

87
paling menonjol di kalangan Muslim Sunni. Dia salah satu dari
Anshar.73
Kritik Matan

1. H.R Bukhari No. 2398


Sebab munculnya hadis khususnya sabda Nabi yang mengatakan
“bertakwalah kalian kepada Allah dan berbuat adillah di antara anak-
anak kalian”, hal tersebut disebabkan karena seorang ayah yang
hendak memberikan hadiah kepada anaknya yang kemudian ibu nya
tidak ridha hingga pemberian tersebut disaksikan oleh Rasulullah saw.
Dengan demikan, seorang ayah tersebut membawa anaknya menemui
Rasulullah
Dan menceritakan hal demikian maka Rasulullah saw menanyakan
apakah ia memberikan hadiah yang serupa kepada anak-anaknya yang
lain, seorang ayah tadi menjawab, “tidak”. Oleh karena itu, Rasulullah
bersabda “bertakwalah kalian kepada Allah dan berbuat adillah kepada
anak-anak kalian”.
Hadis ini dijadikan dalil bagi mereka yang mengatakan bahwa
wajib untuk menyamakan pemberian kepada anak-anak.
2. H.R Bukhari No. 5565
Adapun berlaku lemah lembut terhadap peserta didik, hal demikian
juga dikemukakan oleh Al-Baghdadi dalam kitabnya Al-Jami’ li
Akhlak alRawi wa Adab al-Sami’ bahwa seorang pendidik hendaknya
Menggunakan kata-kata atau ungkapan yang lemah lembut, dan
menjaga ucapan. Wajib lemah lembut di majlis karena lemah lembut
akan menghilangkan kemarahan, mengurangi ketakutan murid,
menjauhkan diri dari bercanda bersama pesertad didik karena hal
tersebut akan menghilangkan rasa malu serta mengurangi kewibawaan.
Dibilehkan marah dengan lembut bukan dengan kasar dan

73
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Abu_Mas’ud_Al-Ansari

88
membingungkan peserta didik. Dengan sifat lemah lembut akan
terpancar aura keikhlasan pendidik dalam menyampaikan materi.
3. H.R Bukhari No.88
Hadis di tersebut berkenaan dengan seseorang yang mengadu
kepada Rasulullah saw hampir ia tidak bisa menyempurnakan
shalatnya bersama imam karena imam memanjangkan shalatnya. Oleh
karena itu, Rasulullah marah dan bersabda “wahai manusia, kalian
membuat orang lari menjauh.Maka barangsiapa shalat mengimami
orang-orang ringankanlah.Karena di antara mereka ada orang sakit,
orang lemah, dan orang yang punya keperluan.
Dalam hal ini peneliti, yaitu Imam Bukhari membatasi bentuk
kemarahan hanya sebatas memberikan nasihat dan pengajaran dan
tidak dalam aspek hukum.Orang yang memberikan nasehat dibolehkan
untuk marah atau menampakkan sikap marah karena dia sebagai orang
yang memberi peringatan. Demikian halnya dengan seorang guru, jika
ia mencela kesalahan murid yang belajar kepadanya maka marahnya
dibolehkan karena terkadang hal tersebut terpaksa dilakukakan agar
peserta didik dapat menerima kebenaran darinya, tetapi seorang
pendidik harus dapat menyesuaikan dengan keadaan psikologi masing-
masing peserta didik.

E. Pemahaman Hadits
1. H.R Bukhari No. 2398
Adil berhubungan dengan perseorangan, kemasyarakatan, dan
berhunbungan dengan pemerintah. Adil perseorangan ialah tindakan
memberi hak-hak orang lain. Apabila seseorang mengambil haknya
dengan cara yang benar dan memberikan hak orang lain tanpa mengurangi
haknya, maka demikia nlah yang dikatakan dengan adil. Adil yang
berhubungan dengan kemasyarakatan dan pemerintah ialah seperti
tindakan seorang menghukum orang-orang yang berbuat kejahatan atau
pelanggaran.

89
Hadis ini dijadikan dalil bagi mereka yang mengatakan bahwa
wajib untuk menyamakan pemberian kepada anak-anak.Demikianlah
pendapat yang dinyatakan oleh imam Bukhari dengan tegas.Selain itu
pendapat ini juga menjadi pendapat Thawus, ats-Tsauri, Ahmad, Ishaq,
serta pendapat ini juga menjadi pandangan sebagian ulama mazhab Maliki.
Hadis tersebut memberikan petunjuk kepada setiap pendidik untuk
berlaku adil.Tidak diperbolehkan memberikan sesuatu hanya kepada
sebagian anak saja.Jika hendak memberikan sesuatu kepada anak-anaknya
maka harus dipastikan tidak hanya sebagian anaknya saja yang diberikan,
melainkan kepada semua anaknya. Karena Nabi Muhammad saw
bersabda, “berbuatlah adil di antara anak-anakmu dalam hal pemberian.”
2. H.R Bukhari No. 5565
Imam An-Nawawi menyebutkan bahwa seorang pendidik harus
memiliki kelembutan serta mencurahkan segala kemampuannya demi
membangun kemaslahatan sebagaimana kemaslahatan untuk dirinya
sendiri dan anaknya. Seorang pendidik harus menyayangi peserta didiknya
sebagaimana ia menyayangi anak-anaknya dengan penuh kebaikan.
Seorang pendidik dituntut untuk bersikap sabar atas perilaku yang
dilakukan oleh peserta didik yang tidak tidak patuh ataupun tidak
sopan.Adapun memberikan hukuman atas perilaku tidak baik atau kasar
yang mereka lakukan terkadang perlu untuk dilakukan agar mereka
menyadari kesalahannya.
3. H.R Bukhari No.88
Maksud hadis di atas adalah bahwasanya ada seorang laki-laki
yang bertanya kepada Rasulullah saw yang bernama Hazm bin Abi Ka’ab.
Abu az-Zinad bin Siraj mengatakan bahwa maksud dari orang yang
mengatakan “hampir saja aku tidak mampu shalat berjamaah, karena si
fulan yang menjadi imam memanjangkan shalatnya” adalah orang itu
merasa lelah karena shalatnya lama, seolah-olah imam memanjangkan
shalatnya sehingga ia belum sempat rukuk tetapi sudah merasakan lelah
dan hampir saja ia tidak bisa menyempurnakan shalatnya bersama imam.

90
Oleh karena hadis tersebut, maka seorang pendidik hendaknya
bersikap tegas kepada peserta didik bukan dalam artian memarahi mereka,
kecuali marah itu memang perlu untuk di lakukan.sebagaimana guru yang
baik adalah guru yang mendorong peserta didiknya untuk berperilaku baik
dan memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat, sementara guru
pemarah hanya akan mengarahkan siswanya melakukan penyimpangan
dalam perilakunya. Dengan demikian dapat disimpulkan jika seorang guru
marah, hal tersebut tidak hanya akan memberikan dampak negatif bagi
dirinya sendiri, tetapi juga bagi muridnya.

10. ETIKA SISWA TERHADAP GURU

A. Hadist tentang Etika Siswa Terhadap Guru74


Hadist Riwayat Ahmad Nomor 21693

‫ب ابْنُ َح َّدثَنِي هَا ُرونُ َح َّدثَنَا‬ ٍ ‫ي ْل َخ ْي ِر بْنُ َمالِ ُك َح َّدثَنَا َو ْه‬ ُّ ‫ي قَبِي ٍل َأبِي عَنْ ال ِّزيَا ِد‬ ِّ ‫ا ْل َم َعافِ ِر‬
ْ‫ت ْب ِن ُعبَا َدةَ عَن‬
ِ ‫صا ِم‬ َّ ‫سو َل َأنَّ ال‬ُ ‫صلَّى هَّللا ِ َر‬َ ُ ‫سلَّ َم َعلَ ْي ِه هَّللا‬
َ ‫س َو‬ َ ‫يُ ِج َّل لَ ْم َمنْ ُأ َّمتِي ِمنْ لَ ْي‬
‫يرنَا‬
َ ِ‫ص ِغي َرنَا َويَ ْر َح ْم َكب‬ َ ‫هَارُونَ ِمنْ َأنَا‬
َ ْ‫س ِم ْعتُهُ َو هَّللا ِ َع ْبد قَا َل َحقَّهُ لِ َعالِ ِمنَا َويَ ْع ِرف‬

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Harun telah bercerita kepada


kami Ibnu Wahb telah bercerita kepadaku Malik bin Al Khair Az Ziyadi
dari Abu Qobil Al Ma’afiri dari ‘Ubadah bin Ash Shamit bahawa
Rasulullah SAW bersabda : “Tidak termasuk ummatku orang yang tidak
menghormati yang lebih tua, tidak mengasihi yang lebih muda dan tidak

74
Akhmad Baihaqi. Adab Peserta Didik Terhadap Guru Dalam Tinjauan Hadits (Analisis Sanad Dan
Matan). Tarbiyatuna, Vol. 9, No. 1 Juni 2018. Hlm 62.

91
pula mengerti hak seorang yang alim.” ‘Abdullah berkata : Saya
mendengarnya dari Harun.” (HR. Ahmad Nomor 21639)75
B. Sanad dan Matan Hadist
1. Sanad :
“Telah menceritakan kepada kami Harun telah bercerita kepada kami
Ibnu Wahb telah bercerita kepadaku Malik bin Al Khair Az Ziyadi dari
Abu Qobil Al Ma’afiri dari ‘Ubadah bin Ash Shamit bahawa
Rasulullah SAW bersabda”.
2. Matan :
“Tidak termasuk ummatku orang yang tidak menghormati yang lebih
tua, tidak mengasihi yang lebih muda dan tidak pula mengerti hak
seorang yang alim”.
C. Kritik Sanad dan Matan Hadist76
1. Kritik Sanad Hadist :
a. ‘Ubadah bin Ash Shamit bin Qais
Nama lengkap beliau adalah ‘Ubadah bin Ash Shamit bin Qais,
beliau merupakan perawi dari golongan sahabat. Dengan kauniyah
Abu Al Wlid. Beliau tinggal di Kota Madinah dan wafat pada
tahun 34 Hijriah. Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani dan Adz
Dzahabi beliau adalah sahabat. Komentar ulama terhadap ‘Ubadah
bin Ash Shamit bin Qais :
ULAMA KOMENTAR
Hajar Al-Asqalani Sahabat
Adz Dzahabi Sahabat

75
http://lailansafinah.blogspot.com/2017/02/makalah-hadist-tentang-etika-siswa.html 10.04 di
Akses pada 05 April 2020 Pukul 10.00

76
Ibid. hlm 72.

92
b. Huyyah bin Hani’ Nadlir
Nama lengkap beliau adalah Huyyay bin Hani’ bin Nadlir, beliau
merupakan perawi yang berasal dari kalangan Tabi’in pertengahan.
Kuniyah beliau adalah Abu Qabil. Beliau hidup di kota Maru dan
wafat pada tahun 128 Hijriah. Diantara komentar ulama yang
diberika kepada beliau adalah sebagai berikut : 77
ULAMA KOMENTAR
Yahya bin Ma'in Tsiqah
Abu Zur'ah Tsiqah
Abu Hatim Shalihul hadits
Ibnu Hibban Disebutkan dalam 'ats tsiqaat
As Saaji Disebutkan dalam adl dlu'afa
Ibnu Hajar al 'Asqalani Shaduuq Yuham

c. Malik bin Khair 78


Nama lengkap beliau adalah Malik bin Khair. Beliau merupakan
Tabi’in kalangan biasa. Diantara komentar ulama yang diberika
kepada beliau adalah sebagai berikut :
ULAMA KOMENTAR
Ibnu Hibban Tsiqah
Ibnul Qaththan Lam Tastbut Adalah

d. Abdullah bin Wahab bin Muslim 79


Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Wahab bin Muslim.
Beliau merupakan Tabi’ut Tabi’in kalangan biasa. Beliau memiliki
kuniyah : Abu Muhammad. Beliau hidup di Negeri Maru semasa

77
Nasr dan Asari Hasan, M.A. Nukilan Pemikiran Islam Klasik Gagasan Pendidikan Al-Ghozali.
(Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya, 1992).

78
Ibid. 74.
79
Khon, A.M. Ulumul Hadis (Achmad Zir).( Jakarta: Amzah, 1992).

93
hidup dan wafat pada tahun 197 Hijriah. Diantara komentar ulama
yang diberika kepada beliau adalah sebagai berikut :
ULAMA KOMENTAR
Yahya bin Ma’in Tsiqah
Al ‘Ajli Tsiqah
An Nasa’i la ba`sa bih
Ibnu Hajar Tsiqoh
hafidz Adz Dzahabi salah satu ahli ilmu

e. Harun Bin Ma’ruf


Nama lengkap beliau adalah Harun bin Ma’ruf. Beliau merupakan
kalangan Tabi’ul Atba’ kalangan tua. Beliau memiliki Kuniyah
Abu ‘Ali. Baghdad menjadi negeri semasa hidup beliau, dan wafat
pada tahun 231 Hijriah. Diantara komentar para ulama kepada
beliau adalah :
ULAMA KOMENTAR
Yahya bin Ma'in Tsiqah
Al 'Ajli Tsiqah
Abu Zur'ah Tsiqah
Abu Hatim Tsiqah
Ibnu Qani' tsiqah tsabat
Ibnu Hajar al 'Asqalani Tsiqah Adz Dzahabi Tsiqah
Adz Dzahabi Tsiqah

Jika dilihat dari segi ketersambungan sanad, maka hadist yang


diriwayatkan oleh Ubadah bin Ash-Shomit sanadnya bersambung.
Sanad tersebut tersambung hingga Rasulullah SAW. Dengan
demikian hadist ini termasuk hadist marfu’ karena berasal dari
Nabi Muhammad SAW. Dari segi ke’adalahan dan kedhabitan
hadist di atas dapat dinyatakan ‘adil dan dhobit. Hal ini didasarkan
pada penilaian seluruh kritikus yang menyatakan seluruh perawi
dengan pernyataan positif (ta’dil) sehingga sanadnya kuat.
Walaupun ada salah satu perawi yang mendapat penilaian
lamtastbut adalah oleh Ibnul Qaththan yang berarti rowi tersebut
belum tercatat atau belum disebutkan dalam golongan rowi’ yang

94
adil. Beliau adalah Malik Bin Khoir. Namun Malik bin Khoir
mendapat penilaian seorang yang tsiqoh oleh Ibnu Hibban.
2. Kritik Matan Hadist 80

Dari analisis matan hadits, maka hadits ‘Ubadah bin ash-Shomit


yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad tidak terkandung di dalamnya
syadz (Kejanggalan) dan ‘illat (tida mengandung penyakit, alasan,
udzur). Dengan demikian maka terpenuhilah kriteria matan yang
ghoiru syadz dan ghoiru ‘illat. Maka dari itu, berdasarkan analisis yang
telah dilakukan baik dari segi sanad hadits maupun matan hadits
‘Ubadah bin ashShomit yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad kualitas
haditsnya adalah shohih. Namun termasuk dalam kriteria shohih
lighoirihi. Hal ini dikarenakan untuk lebih berhati-hati. Sebab pada
sanad terdapat seorang perowi perowi yang mendapat penilaian lam
tastbut ‘adalah oleh Ibnul Qaththan yang berarti rowi tersebut belum
tercatat atau belum disebutkan dalam golongan rowi yang ‘adil. Beliau
adalah Malik Bin Khoir. Namun demikian Malik bin Khoir mendapat
penilaian seorang yang tsiqoh oleh Ibnu Hibban. Dalam istilah lain,
shohih lighoirihi sama dengan hasan lidzatihi.
Hadist ‘Ubadah bin ash-Shomit yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad tidak bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu
hadist tersebut juga tidak bertentangan dengan akal sehat.
Menghormati orang yang lebih tua, mengasihi orang yang lebih muda
dan mengetahui hak-hak seorang ‘alim (pendidik/guru) adalah
termasuk dari amalan-amalan kebaikan. Banyak sekali ayat-ayat Al-
Qur’an yang memerintahkan untuk berbuat baik.
D. Pemahaman Hadist 81
Dalam Hadist Etika Siswa terhadap Guru di atas ada 3 poin penting
yang disampaikan oleh Rasulullah SAW.
80
Umar, B. Hadis Tarbawi (Pendidikan dalam Perspektif Hadis). (Jakarta: Amzah, 2015).
81
http://ensiklopediadakwah.blogspot.com/2015/10/9-adab-murid-kepada-guru.html di Akses
pada 05 April 2020 Pukul 10.45

95
1. Perintah Rasulullah SAW untuk menghormati orang yang lebih
tua dari kita.
2. Perintah untuk mengasihi orang yang lebih muda dari kita.
3. Untuk menghormati dan menghargai orang yang alim dalam
hal ini adalah sosok seorang guru. Perintah Rasulullah SAW ,
yakni bisa disebut guru.
Seorang pendidik atau Guru merupakan salah satu orang yang
harus kita hormati dan hargai. Istilah jawa “Guru” diartikan akronim dari
“Digugu lan Ditiru” maknanya bahwa seorang guru itu menjadi orang
yang dapt dipercaya dan menjadi panutan bagi anak, peserta didik atau
anak didiknya. Tidak hanya sekedar menyapaikan mata pelajaran yang
diampu, namun juga mentransfer velue (nilai-nilai) akhlak budi pekerti,
moral, etika, karakter dan lain sebagainya. Guru sebisa mungkin berusaha
untuk menjadikan anak didiknya orang yang sukses dan berakhlakul
karimah dan bermanfaat di masa yang akan datang.

Dalam kitab “Akhlaq lil Banin” menjelaskan bahwa seorang


murid harus memuliakan gurunya. Seperti menganggap kedua orang
tuanya di sekolah dan memuliakannya seperti memuliakan kedua orang
tuanya di rumah. Dengan contoh Berkata sopan terhadap gurunya, tidak
berkata kasar atau keras saat berbicara dengan gurunya, sebisa mungkin
berbicara dengan nada yang rendah dan tidak memotong pembicaraan guru
saat berbicara. menyapa dan mengucap salam setiap bertemu dengan
gurunya, Ia senantiasa mematuhi apa yang diperintahkan oleh gurunya
dengan rasa taat.

Selama perintah dari gurunya tidak bertentangan dengan syari’at


Islam. Ia mematuhi perintah gurunya bukan karena takut karena akan
mendapat hukuman. Bahkan seandainya ia mendapat hukuman dariu
gurunya, maka ia tidak boleh merasa marah. Hal tersebut dilakukan karena
semata-mata sang guru berpandangan supaya ia bisa bertanggungjawab

96
terhadap apa yang ia lakukan. Dengan demikian sang murid akan merasa
bersyukur dan mendapat manfaat kelak ketika ia telah dewasa .

E. Ayat Al-Qur’an mengenai Etika Siswa terhadap Guru82


Q.S An-Nahl : 43

َ‫فَسَْئلُوا َأ ْه َل ال ِّذ ْك ِر ِإن ُكنتُ ْم الَتَ ْعلَ ُمون‬


Artinya : “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kamu tidak mengetahui.” (Q,S An-Nahl : 43)

‫ك َم َع الَّ ِذينَ يَ ْد ُعونَ َربَّهُم بِ ْال َغ دَا ِة َو ْال َع ِش ِّي ي ُِري ُدونَ َوجْ هَ هُ َوال‬ َ ‫َواصْ بِرْ نَ ْف َس‬
‫تَ ْع ُد َع ْينَاكَ َع ْنهُ ْم تُ ِري ُد ِزينَةَ ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َوال تُ ِط ْع َم ْن َأ ْغفَ ْلنَا قَ ْلبَ هُ عَن ِذ ْك ِرنَ ا‬
‫َواتَّبَ َع ه ََواهُ َو َكانَ َأ ْم ُرهُ فُ ُرطًا‬
Artinya : “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang
menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap
keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka (kerana) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami
lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya
dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Q.S Al-kahfi : 28)

82
https://muslim.or.id/25497-adab-seorang-murid-terhadap-guru.html di Akes pada 05 April
Pukul 11.51

97

Anda mungkin juga menyukai