Anda di halaman 1dari 17

ADAB DALAM NIAT

HADIS TENTANG NIAT


‫ ِإنَّ َم ا‬: ‫ول‬ ُ ‫ول اللَّ ِه ص لى اهلل علي ه وس لم َي ُق‬ َ ‫ت َر ُس‬ ُ ‫ َس ِم ْع‬: ‫ول‬ ِ ‫ َعن عُمر ر‬
ُ ‫ َي ُق‬، ُ‫ض َي اللَّهُ َع ْنه‬ َ ََ ْ
‫ت ِه ْج َرتُهُ ِإلَ ى اللَّ ِه وإل ى ََر ُس ولِ ِه‬ ْ َ‫ فَ َم ْن َكان‬، ‫نم ا لك ل ْام ِرٍئ َم ا َن َوى‬ َ ‫ وَإ‬، ‫النيَّات‬ ِّ ِ‫ال ب‬
ُ ‫اَأل ْع َم‬
ٍ ِ ‫ت ِه ْجرتُهُ ِإلَى ُد ْنيا ي‬
ُ‫ص ُيب َها َأ ِو ْام َرَأة َيَت َزَّو ُج َها فَ ِه ْج َرتُه‬ ِِ ِ َّ ‫ِإ‬
ُ َ َ ْ َ‫ َوَم ْن َكان‬، ‫فَ ِه ْج َرتُهُ لَى الله وإلى ََر ُسوله‬
)‫اج َر ِإلَْي ِه (متفق عليه‬ َ ‫ِإلَى َما َه‬

 Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya
mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada
Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan
barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang
hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.”
 (HR. Bukhari, Muslim(
SEKILAS PROFIL RAWI

A. AMIR AL-MUKMININ UMAR IBN AL-KHATTHAB

Profil beliau sangat masyhur bahwa beliau adalah


sahabat Baginda saw dan beliau adalah khalifah kedua
dari khulafarasyidin. Beliaulah orang yang pertama
meriwayatkan hadis ini langsung dari Baginda saw.
 B. IMAM AL-BUKHARI
Nama asli beliau ra adalah; al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail
bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju’fiy al-Bukhari.
Beliau ra dilahirkan setelah shalat Jumat tanggal 13 bulan Syawal
pada tahun 194 H. pada masa kerajaan Bani Abasyiah, dimana saat itu
puncak kejayaan masa-masa kekhalifahan Islam.

Ayahnya wafat saat beliau ra masih kecil, kemudian tumbuh besar di


bawah asuhan sang ibu.

Beliau belajar menulis di negeri Bukhara. Saat usianya sepuluh


tahun beliau bersama sang ibu melaksanakan ibadah haji, lalu beliau
ra menetap di Makkah untuk mencari dan belajar ilmu. Dalam soal
ilmu, beliau saat itu lebih gandrung terhadap Hadis. Dan beliau sangat
terdepan rangkingnya dalam soal hafalan dan kemantapan hadisnya.

Beliau ra sangat zuhud dan warak dalam menjalani hidupnya. Beliau


— berpulang ke rahmatullah pada hari jumat selesai shalat Isya di
hari raya I’ed al-Fitri pada tahun 256 H.
 C. IMAM MUSLIM
 Beliau ra bernama; Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi Abu
al-Hasan al-Naisabury. Lahir pada tahun 204. H.

 Beliau adalah salah satu murid imam bukhari


 Beliau juga mengambil hadis dari; Qutaibah, al-Qonaby, Imam
Ahmad bin Hambal, Ismail bin Abi Uwais, Abu Bakar dan Usman
Ibn Abi Syaibah dan banyak lagi.

Beliau juga banyak memiliki murid yang menjadi pembesar ulama


Islam. Di antaranya adalah; Abu Isa at-Tirmidzi, Abu Awanah
Yakub bin Ishak al-Isfirayany, Abu Amr Ahmad bin al-Mubarak al-
Mustamaly, Abu Hamid Ahmad bin Hamdun al-Amasy, dan lainnya.

Imam wafat di daerah Naisabur pada tahun 261 H. Pada hari


minggu petang. Dan dikebumikan pada hari senin pada tanggal 25
bulan Rajab dalam usia 55 tahun.
ASBABUL WURUD
 Al-Imam at-Thabrâny ra meriwayatkan dalam
kitab “Mu’jam Kabir” dengan sanad atau sandaran
rawi hadis yang “Tsiqqôh”, dari sahabat Ibn Mas’ud
ra. Berkata;

di kalangan kami terdapat seorang lelaki yang berniat


menyunting seorang wanita yang bernama; Ummu
Qais. Lalu wanita itu menolak untuk dipersuntingnya
kecuali hingga datang saat Hijrah ke Madinah. Maka,
hijrahlah lelaki itu, dan kemudian berhasil
mempersuntingnya sesuai permintaan wanita yang
bernama Ummu Qais itu. Lalu kami menjulukinya
dengan; “Muhajir Ummu Qais”.
KEDUDUKAN NIAT DALAM ISLAM

Mayoritas ulama berpendapat bahwa hadits ini


sepertiga Islam. Mengapa demikian?

Menurut Imam Baihaqi, karena tindakan seorang hamba


itu terjadi dengan hati, lisan dan anggota badannya, dan
niat yang tempatnya di hati adalah salah satu dari tiga
hal tersebut dan yang paling utama.
PENGERTIAN NIAT
‫ النية في اللغة تعني القصد واإلرادة والعزم‬
Niat secara bahasa berarti bermaksud, berkeingingan 
dan tekad

‫النية في االصطالح قصد الشيىء مقترنا بالفعل‬


Niat secara istilah adalah menyengaja untuk melakukan
suatu amal perbuatan
TEMPAT NIAT
 Semua ulama bersepakat bahwa tempat niat adalah hati.
Niat dengan hanya melafalkannya di lisan saja belum
dianggap cukup. Melafalkan niat bukanlah suatu syarat,
namun ia disunnahkan oleh ulama madzhab Syafi’i dengan
maksud untuk membantu hati dalam menghadirkan niat.
Dengan kata lain, supaya ucapan lisan dapat membantu
ingatnya hati.
 Bagi madzhab Maliki, yang terbaik adalah meninggalkan
melafalkan niat, karena tidak ada dalil yang bersumber dari
Rasulullah saw. dan sahabatnya bahwa mereka melafalkan
niat. Begitu juga, tidak ada infor-masi yang mengatakan
bahwa imam madzhab empat berpendapat demikian.
WAKTU NIAT

. ‫ ووقتها في اول العبادة اال الصيام و بعض النوافل‬

 Secara umum waktu niat adalah di awai melakukan


ibadah, kecuali puasa dan beberapa amalan sunnah
FUNGSI NIAT

1) Pembeda antara ibadah yang satu dengan yang


lainnya. Misalnya antara shalat fardhu dengan shalat
sunat, shalat Zhuhur dengan shalat Ashar, puasa
wajib dengan puasa sunnah, dst.

2) Pembeda antara kebiasaan dengan ibadah. Misalnya


mandi karena hendak mendinginkan badan dengan
mandi karena janabat, menahan diri dari makan
untuk kesembuhan dengan menahan diri karena
puasa.
HUKUM FIQIH TERKAIT NIAT

 Ibnu Hajar Al ‘Asqalaaniy berkata:


 “Para fuqaha (ahli fiqh) berselisih apakah niat itu
rukun (masuk ke dalam suatu perbuatan) ataukah
hanya syarat (di luar suatu perbuatan)?

 Yang kuat adalah bahwa niat adalah rukun dalam


suatuibadah.
IBADAH YANG TIDAK DI SYARATKAN NIAT

,‫ عدم اشتراط الني ة ف ي عبادة ال تكون عادة أو ال تلتب س بغيره ا‬


‫ واألذكار ألنها متميزة بصورتها‬,‫ وقراءة القرآن‬,‫كاإليمان باهلل تعالى‬

 Tidak disyaratkan niat pada ibadah yang tidak mempunyai


persamaan dengan kebiasaan seperti beriman kepada Allah,
membaca alquran, berzikir karena ibadah tersebut
mempunyai bentuk tersendiri yang tidak sama dengan
kebiasaan.
PELAJARAN DARI HADIS

 Suatu amalan tidak diakui oleh syara’ kecuali apabila disertai


dengan niat.

 Suatu amalan harus diniati secara tepat dan menjelaskan


perbedaannya dengan amalan-amalan yang lain. Oleh sebab
itu tidaklah cukup niat melakukan shalat secara umum,
melainkan harus ada penentuan shalat Zhuhur, Ashar, atau
Shubuh misalnya. Ini adalah kesepakatan semua ulama.

 Barangsiapa berniat melakukan amal saleh, kemudian ada


sesuatu yang menghalanginya untuk merealisasikan niatnya
itu seperti sakit atau mati, maka dia tetap mendapatkan
pahala.
‫ب لَ ُه‬ِ‫ول اللَّ ِه صلَّى اللَّه علَي ِه وسلَّم ِإ َذا م ِرض الْعب ُد َأو سا َفر ُكت‬ َ 
ُ ‫قال َر ُس‬
َ َ َ ْ َْ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ
‫يحا‬ ِ ‫ِمثْل ما َكا َن يعمل م ِقيما ص‬
‫ح‬
ً َ ً ُ ُ َ َْ َُ

 “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Apabila


seorang hamba sakit atau bepergian (safar), dicatat
(amalannya) seperti apa yang dikerjakannya ketika dia
bermukim dan sehat.’” (HR Bukhari)
 Barangsiapa berniat melakukan kejelekan namun dia tidak
jadi melakukannya, maka dosa tersebut tidak dicatat.

 Rasulullah SAW Bersabda :

‫ إن هللا تجاوز عن أمتي ما حدثت به أنفسها ما لم تعمل أو تتكلم‬

 "Sesungguhnya Allah SWT mengampuni umatku dari apa saja


yang terbetik dalam hatinya, selagi belum terucap atau belum
terlaksana."
 Keikhlasan dalam beribadah dan dalam melakukan amalan-
amalan syara’ adalah asas untuk mendapatkan pahala di
akhirat, kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia.

 Semua amal yang bermanfaat, atau pekerjaan yang mubah,


atau meninggalkan sesuatu yang dilarang apabila disertai
dengan niat yang baik dan dimaksudkan untuk melaksanakan
perintah Allah, maka hal tersebut dianggap ibadah dan akan
mendapatkan pahala dari Allah.

 Apabila tujuan ketika mengerjakan sesuatu adalah untuk


disenangi orang, supaya terkenal atau untuk mendapatkan
kemanfaatan duniawi sebagaimana yang dilakukan oleh
Muhajir Ummi Qais, maka orang yang melakukannya tidak akan
mendapat pahala di akhirat.

Anda mungkin juga menyukai