Anda di halaman 1dari 24

"Apabila manusia mati maka terputuslah amalannya

kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu


bermanfaat, atau anak shaleh yang mendo'akannya."
(HR. Muslim, dari Abu Hurairah)
PERANAN KELUARGA
DALAM ISLAM
keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang
pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari
anggota-anggotanya pada masa yang amat penting
dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-
tahun pertama dalam kehidupanya (usia pra-sekolah)

Keluarga mempunyai peranan besar dalam


pembangunan masyarakat. Karena keluarga
merupakan batu pondasi bangunan masyarakat dan
tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan
mempersiapkan personil-personilnya.
ENAM TAHUN PERTAMA
1. Kasih sayang dari pihak kedua orangtua, terutama ibu
PENTING Agar anak belajar mencintai orang lain
2. Membiasakan anak berdisiplin mulai dari bulan-bulan
pertama dari awal kehidupannya MISALNYA
membiasakan anak untuk menyusu dan buang hajat
pada waktu-waktu tertentu dan tetap
3. Jadi teladan yang baik bagi anak dari permulaan
kehidupannya.
4. Biasakan dengan etiket umum yang mesti dilakukan
dalam pergaulan MISALNYA berdoa sebelum makan,
tidak menghisap jempol, tidak memakai pakaian atau
celana yang pendek dll
USIA SETELAH
ENAM TAHUN
1. Kenalkan Allah dengan cara yang sederhana sesuai
dengan tingkat pemikirannya
2. Jelaskan tentang hukum yang jelas dan tentang halal-
haram MISALNYA tentang kewajiban menutup aurat,
berwudhu, shalat, mencuri dan melihat kepada yang
diharamkan
3. Ajarkan dan biasakan membaca Al Qur'an dengan benar
4. Ajarkan tentang hak2 orang tua
5. Kenalkan tokoh2 teladan (sahabat dll)
6. Ajarkan tentang norma2 yang berlaku dalam masyarakat
7. Kembangkan rasa percaya diri & tanggung jawab dalam
diri anak
MASA REMAJA
1. Perlakukan anak sebagai orang dewasa
2. Ajarkan kepada anak hukum-hukum akil baligh dan
ceritakan kepadanya kisah-kisah yang dapat
mengembangkan dalam dirinya sikap takwa dan
menjauhkan diri dari hal yang haram.
3. Berikan dorongan untuk ikut serta melaksanakan
tugas-tugas rumah tangga, seperti melakukan
pekerjaan yang membuatnya merasa bahwa dia
sudah besar.
4. Mengawasi dan menyibukkan waktunya dengan
kegiatan yang bermanfaat
5. Carikan teman yang baik.
KESALAHAN DALAM PENGASUHAN ANAK
1. Ucapan pendidik tidak sesuai dengan
perbuatan ( "Hai orang-orang yang beriman
mengapa kamu mengatakan apa yang tidak
kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi
Allah bahwa kamu mengatakan apa yang
tidak kamu kerjakan." (Ash Shaff : 2-3).)
2. Kedua orangtua tidak sepakat atas cara
tertentu dalam pendidikan anak.
3. Membiarkan anak jadi korban televisi
4. Menyerahkan tanggung jawab pendidikan
anak kepada pembantu atau pengasuh
KESALAHAN
DALAM PENGASUHAN ANAK
1. Pendidik menampakkan kelemahannya
dalam mendidik anak.
2. Berlebihan dalam memberi hukuman
dan balasan
3. Berusaha mengekang anak secara
berlebihan
4. Mendidik anak tidak percaya diri dan
merendahkan pribadinya
DEFINISI ANAK MENURUT ISLAM
Kategori Anak Menurut Islam Berdasarkan kedudukan
hukumnya

BALIGH/DEWASA PRA BALIGH/ANAK-ANAK


-Datangnya haid pada anak sudah mendapatkan taklif
wanita (pembebanan) hukum syara’,
- Datangnya mimpi basah HARUS mempertanggungjawabkan
pada anak laki-laki, setiap ucapan, sikap, dan tindakan
yang mereka lakukan, baik di
hadapan Allah maupun di hadapan
aparat hukum di dunia.
HAK ANAK DALAM ISLAM
1. Hak untuk hidup
 Firman Allah dalam QS Al-Isra’ ayat 31:
Artinya: " Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
kemiskinan. Kamilah yang akan memberikan rezeki kepada mereka dan juga
kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.“
 Demikian juga untuk menjaga keselamatan janin, Islam telah
mensyari’atkan agar pelaksanaan hukuman (had) terhadap wanita hamil
ditangguhkan sampai ia melahirkan. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
 "Apabila ada seorang di antara wanita membunuh secara sengaja, ia tidak
boleh dijatuhi hukuman mati sampai ia melahirkan anaknya, jika ia memang
sedang hamil. Dan bilamana seorang wanita berzina, ia tidak boleh dirajam
sampai ia melahirkan anaknya jika ia sedang hamil dan sampai ia selesai
merawatnya." (HR Ibnu Majah).
 Demi keselamatan janin Islam juga telah memberi keringanan bagi wanita
hamil dalam menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Ia
diperkenankan berbuka apabila ia tidak mampu atau apabila puasanya
mengganggu pertumbuhan janin. Ia dapat mengganti puasanya di hari lain.
2. Hak mendapatkan nama yang baik
 Abul Hasan meriwayatkan bahwa suatu hari seseorang bertanya kepada
Nabi Muhammad saw: "Ya Rasulullah, apakah hak anakkku dariku?" Nabi
menjawab:"Engkau baguskan nama dan pendidikannya, kemudian engkau
tempatkan ia di tampat yang baik."
 Sabda Rasulullah saw yang lain: "Baguskanlah namamu, karena dengan
nama itu kamu akan dipanggil pada hari kiamat nanti." (HR Abu Dawud
dan Ibnu Hibban)
 Nama anak adalah penting, karena nama dapat menunjukkan identitas
keluarga, bangsa, bahkan aqidah. Ngatinem sudah pasti orang Jawa,
Simorangkir jelas dari keluarga Batak, Cecep tentu dari keluarga Sunda
dan Alhabsyi menunjukkan keluarga Arab.
 Islam menganjurkan agar orangtua memberikan nama anak yang
menunjukkan identitas Islam, suatu identitas yang melintasi batas-batas
rasial, geografis, etnis, dan kekerabatan.
 Selain itu nama juga akan berpengaruh pada konsep diri seseorang.
3. Hak penyusuan dan pengasuhan (hadlonah)
"Para ibu hendaknya menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. (QS Al Baqoroh 233)
 Penelitian medis dan psikologis menyatakan bahwa masa dua tahun pertama sangat penting
bagi pertumbuhan anak agar tumbuh sehat secara fisik dan psikis.
 Selama masa penyusuan anak mendapatkan dua hal yang sangat berarti bagi pertumbuhan
fisik dan nalurinya. Yang pertama: anak mendapatkan makanan berkualitas prima yang
tiada bandingannya. ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan anak untuk
pertumbuhannya, sekaligus mengandung antibodi yang membuat anak tahan terhadap
serangan penyakit.
 Yang kedua : anak mendapatkan dekapan kehangatan, kasih sayang dan ketentraman yang
kelak akan mempengaruhi suasana kejiwaannya di masa mendatang. Perasaan mesra,
hangat, dan penuh cinta kasih yang dialami anak ketika menyusu pada ibunya akan
menumbuhkan rasa kasih sayang yang tinggi kepada ibunya.\
 Islam pun telah menetapkkan bahwa orang yang lebih berhak terhadap pengasuhan ini
adalah orang yang paling dekat kekerabatannya dan paling terampil (ahli) dalam
pengasuhan.
 Hadist yang diriwayatkan dari Amr bin Syu’aib dari kakeknya bahwa Rasulullah saw pernah
ditemui seorang wanita, ia berkata:"Wahai Rasulullah, sesungguhnya anakku dulu
dikandung dalam perutku, susuku sebagai pemberinya minum dan pangkuanku menjadi
buaiannya. Sementara ayahnya telah menceraikanku, tetapi ia hendak mengambilnya
dariku."Kemudian Rasulullah bersabda:"Engkau lebih berhak kepadanya selama engkau
belum menikah"
3. Hak penyusuan dan pengasuhan (hadlonah)

 Islam menetapkan bahwa pihak wanita (ibu) lebih utama dalam pengasuhan
 Fuqoha menetapkan urutan orang-orang yang bertanggung jawab terhadap pengasuhan adalah:
 i. Ibu, nenek dari pihak ibu dan seterusnya jalur ke atas (jika masih hidup). Dalam hal ini
didahulukan yang paling dekat hubungannya dengan anak.
 i. Ayah, nenek dari ayah dan seterusnya jalur ke atas (jika masih hidup), kakek, ibunya kakek dan
seterusnya jalur ke atas, kakeknya ayah dan para ibunya.
 iii. Saudara perempuan, diutamakan yang seibu seayah, baru seayah, kemudian anak-anak mereka.
 iv. Saudara laki-laki, diutamakan yang seibu seayah, baru seayah, kemudian anak-anak mereka.
 v. Saudara perempuan ibu (kholah)
 vi. Saudara perempuan ayah (‘ammah)
 vii. Saudara laki-laki ayah (paman) yang seibu seayah, dan seayah saja.
 viii. Saudara perempuan nenek dari ibu
 ix. Saudara perempuan nenek dari ayah
 x. Saudara perempuan kakek dari ayah
 Apabila semua pihak dari kalangan ini tidak mampu, maka negara berkewajiban untuk memberikan
pengasuhan anak ini ke pihak lainnya yang mampu dan dapat di percaya.
4. Hak mendapatkan kasih sayang
 Rasulullah saw mengajarkan kepada kita untuk menyangi
keluarga, termasuk anak di dalamnya. Ini berarti Beliau saw
mengajarkan kepada kita untuk memenuhi hak anak terhadap
kasih sayang. Sabda Rasulullah saw:"Orang yang paling baik di
antara kamu adalah yang paling penyayang kepada keluarganya."
 Rasulullah mengajarkan untuk mengungkapkan kasih sayang
tidak hanya secara verbal, tetapi juga dengan perbuatan. Pada
suatu hari Umar menemukan beliau saw merangkak di atas
tanah, sementara dua orang anak kecil berada di atas
punggungnya. Umar berkata:"Hai anak, alangkah baiknya rupa
tungganganmu itu." Yang ditunggangi menjawab:"Alangkah
baiknya rupa para penunggangnya". Betapa indah susasana
penuh kasih sayang antara Rasul saw dengan cucu-cucu beliau.
 Seorang ahli (Dorothy Law Nolte) berujar:"Jika anak dibesarkan
dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan
cinta dalam kehidupan." Bila orang tua gagal mengungkapkan
rasa sayang pada anak-anaknya, anak-anak tersebut tak akan
mampu menyatakan sayangnya kepada orang lain.
 5. Hak mendapatkan perlindungan dan nafkah dalam keluarga

 Firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 233:


 Artinya;"… Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dangan cara
yang ma’ruf…"
 Kemudian firman Allah dalam surah Ath - Thalaq ayat 6:
Artinya:"Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuanmu…"
 Sebagai pemimpin dalam keluarga, seorang ayah tentu bertanggungjawab atas
keselamatan anggota keluarganya, termasuk anaknya. Ia akan melindungi anaknya dari
hal-hal yang membahayakan anaknya baik fisiknya maupun psikisnya. Demikian juga ia
berkewajiban memberi nafkah berupa pangan, sandang, dan tempat tinggal kepada
anaknya.
 Apabila kepala keluarga tidak dapat mencukupi nafkah keluarganya, atau ayah telah
meninggal dunia, maka wali dari anak (diantaranya paman dari ayah, saudara laki-laki,
dan kakek) diberi kewajiban mencukupi nafkah keluarga tersebut. Apabila jalur kerabat
tidak ada yang bisa mencukupi nafkah anak, maka negaralah yang berkewajiban memberi
nafkah kepada anak. Negara menyalurkan zakat atau sumber keuangan lain yang hak
kepada keluarga yang tidak mampu. Bagaimanapun keadaannya, tidak pernah seorang
anak harus menafkahi dirinya sendiri.
6. Hak pendidikan dalam keluarga
QS At-Tahrim ayat 6:
 Artinya:"Wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka…"
 Rasulullah juga mengajarkan betapa besarnya tanggung jawab orang tua
dalam pendidikan anak. Sabdanya saw:"Tidaklah seorang anak yang lahir
itu kecuali dalam keadaan fitrah. Kedua orangtuanya yang menjadikan ia
Yahudi, Nasrani atau Majusi."(HR Muslim).
 Anak pertama kali mendapatkan hak pendidikannya di keluarga, sebelum
ia mendapatkan pendidikan di sekolah.
 Mendidik anak adalah tanggung jawab bersama antara ibu dan ayah,
sehingga diperlukan pasangan yang seaqidah, dan sepemahaman dalam
pendidikan anak. Jika tidak demikian tentunya sulit mencapai tujuan
pendidikan anak dalam keluarga.
 Anak pertama kali mendapatkan pengajaran nilai-nilai tauhid dari kedua
orang tuanya, demikian juga mengenai ajaran-ajaran Islam yang lain. Anak
mendapatkan pendidikan yang lebih banyak berupa contoh (teladan) dari
kedua orang tuanya, di samping pendidikan dalam bentuk lisan,
pembiasaan dan pemberian sanksi.
7. Hak mendapatkan kebutuhan pokok sebagai warga negara
 Sebagai warga negara, anak juga mendapatkan haknya akan kebutuhan pokok
yang disediakan secara massal oleh negara kepada semua warga negara.
Kebutuhan pokok yang disediakan secara massal oleh negara meliputi:
pendidikan di sekolah, pelayanan kesehatan, dan keamanan.
 Pelayanan massal ini merupakan pelaksanaan kewajiban negara terhadap
penguasa kepada rakyatnya, seperti sabda Rasulullah saw:
 "Seorang imam (pemimpin) adalah bagaikan penggembala, dan ia akan
dimintai pertanggungjawaban atas gembalaannya."(HR Ahmad, Syaikhan,
Tirmidzi, Abu Dawud, dari Ibnu Umar)
 Apabila hak-hak anak seperti yang disebutkan di atas dipenuhi maka anak
dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berkualitas: menjadi
orang bertaqwa yang mampu mengendalikan hawa nafsunya sesuai perintah
dan larangan Allah serta mampu mengelola kehidupan dunia dengan ilmu dan
ketrampilannya. Kebutuhan fisiknya terpenuhi: kebutuhan gizinya terpenuhi,
kebutuhan sandang dan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan
terpenuhi, dan apabila ia sakit tidak ada hambatan baginya untuk
mendapatkan pengobatan. Demikian pula ia tumbuh dalam suasana penuh
kasih sayang, tentram dan aman. Dalam kondisi fisik dan psikis yang baik ia
bisa melewati proses pendidikan sesuai fase perkembangannya di dalam
keluarga, juga pendidikannya di sekolah secara optimal. Dengan demikian ia
bisa menguasai dengan baik tsaqofah Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi
serta ketrampilan yang diajarkan di sekolah untuk bekal kehidupannya
kemudian hari.
Pandangan Terhadap Anak
Anak sebagai perhiasan dunia
 Anak-anak merupakan perhiasan kehidupan dunia yang akan menyenangkan hati orang tua.
Sebagaimana firmanNya:
 Artinya:"Harta benda dan anak-anak itu sebagai perhiasan hidup di dunia" (QS Al Kahfi ayat
46) Dan firmanNya:
 Artinya:"Wahai Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami (agar) istri kami dan anak cucu kami
sebagai penyejuk pandangan mata"(QS Al-Furqon ayat 74)
 Orangtua dapat merasakan kepuasan dan kesenangan atas kehadiran anak, bila pada dirinya
masih eksis fitrah insaninya.
 Keberadaan fitrah inisani merupakan ‘modal dasar’ terjaminnya perlindungan hak anak oleh
keluarga. Eksisnya rasa sayang orangtua kepada anak dan keberadaan anak yang membawa
kesenangan bagi orang tua akan membuat orang tua rela berkorban apa saja untuk memenuhi
semua hak anak.
Anak sebagai jaminan bagi orangtua di hari kiamat
 Orangtua yang telah bersusah payah membesarkan, memelihara dan mendidik anak-anaknya
dengan sabar akan mendapat ganjaran yang sangat besar dari Allah SWT, yakni surga.
Sebagaimana riwayat dari Auf bin Malik ra bahwa Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa
memiliki tiga orang anak perempuan yang dinafkahinya dengan baik sampai mereka menikah
atau meninggal dunia, maka anak-anak itu menjadi tabir baginya dari neraka." (HR Al-
Baihaqi)
 Juga riwayat dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda:"Ada seorang hamba
yang ditinggikan derajatnya. Lalu ia bertanya: Wahai Rabbku, mengapa derajat ini diberikan
kepadaku? Allah berfirman: Sebab permohonan ampun anakmu untukmu sesudah
meninggalmu"(HR Ahmad, Ibnu majah, dan Al-Baihaqi)
Anak sebagai aset masa depan umat
 Islam mensyariatkan pernikahan bagi umatnya. Bahkan mencela orang-orang yang tidak
mau menikah (tabattul). Islam juga menganjurkan agar laki-laki memilih calon istri dari
kalangan yang wanita yang penyayang, subur, dan beragama. Sebab salah satu tujuan
pernikahan adalah lahirnya anak-anak sebagai pewaris orangtuanya, baik pewaris harta
maupun pewaris tanggung jawab dalam mengemban risalah Islam. Sebagaimana riwayat
dari Anas ra, ia berkata:

"Rasulullah saw menganjurkan para pemuda untuk kawin dan melarang keras untuk
tabattul. Dan beliau bersabda:’Kawinlah kalian dengan wanita-wanita yang penyayang
dan subur. Sesungguhnya dengan kalian saya ingin memperbanyak ummat di antara para
nabi pada hari kiamat nanti." (HR Imam Ahmad dan Abu Hakim)
 "Perempuan itu dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, keturunannya,
kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah perempuan yang beragama, niscaya kamu
akan beruntung"(HR Bukhari)

Islam juga mensyariatkan untuk memperhatikan kualitas generasi penerusnya.


Sebagaimana QS An-Nissa’ ayat 9:
 Artinya:"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
di belakang mereka di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka…"
 Dari hadist dan ayat di atas dapat dipahami bahwa ada tuntutan bagi kaum muslimin
untuk menjamin kelestarian generasi masa depan dan mewujudkan generasi yang
berkualitas baik. Generasi tersebut adalah generasi yang diridhoi oleh Allah SWT dan
mampu memimpin manusia dengan risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw.
Pihak-pihak Yang Bertanggung Jawab
atas Pemenuhan Hak Anak
 Orangtua dan anggota keluarga yang lain
 Negara dengan membuat kebijakan-
kebijakan dan peraturan-peraturan yang
membuat keluarga mampu memenuhi hak-
hak anak dalam keluarga.
 Masyarakat dengan ikut menciptakan
lingkungan yang kondusif bagi pemenuhan
hak-hak anak, bukan malah menjadi pihak
yang merampas hak-hak anak.
PERSIAPAN ANAK CERDAS
1. Makanan yang tepat
2. Lingkungan yang sesuai
3. Pegalaman Emosional
4. Stimulasi rasional yang tepat
5. Aktivitas fisik yang sesuai
“ Tips “ Keluarga Qur’ani
1. Banyak berdoa mohon kepada Alloh agar
anak2 di bukakan hati & fikirannya
menerima Al Quran
2. Mulai dari contoh ortu yg gemar membaca &
menghafal Al Qur’an
3. Menjadikan waktu-waktu tertentu di rumah
setiap hari untuk berinteraksi dengan Al
Qur’an
4. Tanamkan atau perkenalkan Al Qur’an sejak
dini dengan memperhatikan tumbuh
kembang anak
“ Tips “ Keluarga Qur’ani
 Buatkan lingkungan yang mendukung agar anak akrab
dengan Al Qur’an
 Tidak menyebabkan suasana rumah yang
menyebabkan malaikat tidak mau masuk ke dalam
rumah
 Tidak menjadikan suasana dalam rumah dengan hal-
hal yang menyebabkan setan masuk dalam rumah,
sebab ini akan memutuskan hubungan dengan Al
Qur’an
 Tidak mencampur adukan antara yang haq dengan
yang batil contoh: setelah membaca Qur’an
mendengarkan musik-musik yang melupakan manusi
kepada Alloh Swt
 Bersabar atas segala usaha & ikhtiar yang di lakukan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai