Anda di halaman 1dari 10

KEDUDUKAN WANITA DALAM PANDANGAN AGAMA DAN

MASYARAKAT BERKAITAN DENGAN KEHIDUPAN


SEKSUAL DAN REPRODUKSI

Dosen : Ariyati Mandiri, SST., M.Keb

Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Humanities

Disusun Oleh :

Nadia Khansa Fauziyyah (130104170006)


Mariah Ulfah (130104170012)
Yosintha Dilina Wanda (130104170017)
Eliza Septia Alindariani (130104170020)
Nurul Dewi Sopiah (130104170022)
Rasya Aurellia Cinta Irvani (130104170023)

UNIVERSITAS PADJAJARAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN

BANDUNG

2017
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 5
BAB III KESIMPULAN..................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 10
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami ucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa.Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ”KEDUDUKAN WANITA DALAM

PANDANGAN AGAMA DAN MASYARAKAT BERKAITAN DENGAN


SEKSUAL DAN REPRODUKSI” tepat pada waktu yang diberikan oleh
dosen.

Lewat bagian pengantar ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak- pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini ataupun dalam hasil jadi
makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan, sehingga makalah inipun masih
sangat jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dengan tujuan dapat diadakannya perbaikan
kepada makalah ini sehingga makalah ini pun dapat menjadi lebih baik dan dapat
berguna bagi siapapun yang membacanya.

Terima Kasih

Jatinangor, 16 September 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam Islam wanita sangat dimuliakan sekali, wanita memiliki banyak
keistimewaan. Di dalam al-quran wanita telah banyak memberitahukan
kepada kita semua tentang kedudukan wanita dan emansipasinya. Selain itu di
dalam keluarga wanita juga sangat di hormati, karena wanita memilki peran
yang sangat penting dalam keluarga yaitu peran sebagi ibu, dimana ia akan
selalu mengayomi dan mempedulikan keluarganya. Namun dunia semakin
jahat, orang-orang semakin tak karuan elakuannya. Memang hal-hal yang
mengdiskriminisasikan wanita telah banyak yang di hapus, namun masih
banyak saja oknum-oknum yang menyepelekan wanita. Padahal wanita begitu
terhormat dalam agama dan tentu saja di keluarganya sendiri.
Banyak manusia sekarang yang tak memperlakukan wanita dengan
sebagaimanamestinya, mereka memperlakukan wanita seenaknya saja. Hak-
hak wanita hilang begitu saja dirampas oleh kaum yang tak beriman. Banyak
kasus yang terjadi belakangan ini, bahkan sampai ada yang menjadikan
wanita sebagai budak seks. Padahal hal itu sangat dilarang keras baik dalam
pandangan masyarakat apalagi dalam segi pandangan agama.

1.2 Rumusan Masalah


Menganalisis suatu kasus yang berhubungan dengan “Kedudukan Wanita
dalam Agama dan Masyarakat berkaitan dengan Seksual dan Reproduksi”
BAB II
PEMBAHASAN

Pada kasus yang telah kami pilih dan analisis, kami mengambil berita dari
Tribun News pada tanggal 14 Juni 2017. Kasus yang terjadi di Spartanburg,
Carolina Selatan ini melaporkan mengenai seorang budak seks yang bernama
Kala Brown (30). Wanita ini menjadi korban penculikan dan pemerkosaan oleh
Todd Kohlhepp yang merupakan seorang pembunuh berantai. Ia ditemukan dalam
keadaan terantai dalam sebuah kontainer pengiriman barang.

Dalam Islam, kedudukan perempuan sama mulia dan setara dengan laki –
laki. Pengakuan kedudukan perempuan yang mulia telah diatur dalam Al Qur’an
juga dibuktikan dengan penghapusan tradisi – tradisi yang bersifat diskriminatif
terhadap kaum perempuan. Keluarga adalah sendi masyarakat yang paling
mendasar. Keluarga muslim dibangun atas dasar aturan – aturan Allah, sehingga
asas utama dalam keluarga adalah keimanan. Keimanan seseorang berdampak
pada sikap yakin akan kekuasaan dan kebenaran aturan Allah. Dalam keluarga,
seorang perempuan memiliki peran sebagai ibu rumah tangga yang bertugas
merawat anak dan melayani suami. Selain itu juga, Islam menjamin hak – hak
perempuan diantaranya, hak untuk mendapatkan warisan, hak mendapat
pendidikan, hak memilih pasangan.

Kedudukan perempuan dalam Keluarga menurut Islam :

1. Perempuan sebagai istri dalam Islam

Istri merupakan pasangan suami dalam keluarga yang saling


melengkapi. Tanpa adanya perempuan manusia tidak akan sempurna.
Islam juga memuliakan perempuan dimana Allah menjadikan mereka
sebagai tanda kekuasaan-Nya. Dalam Al-Qur’an disebutkan tugas – tugas
seorang istri pada surat An-Nisa ayat 34 yaitu, Pertama, melaksanakan
kewajiban – kewajiban untuk melayani suami1, Kedua, menjaga harga diri,
rumah tangga dan harta suami dan yang ketiga, menjaga rahasia suami2
. Selain itu terdapat beberapa hak istri atas suami antara lain,
mendapatkan nafkah, mendapatkan nafkah batin, seorang istri berhak
mendapat mas kawin/mahar.

2. Perempuan sebagai Ibu dalam Keluarga

Islam telah mendudukkan ibu dalam posisi yang paling mulia,


bahkan Nabi Muhammad SAW menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali
dalam haditsnya. Perintah menghormati orang tua, Allah kaitkan dengan
perjuangan ibu dengan segenap usaha dan kasih sayangnya untuk
melahirkan dan mendidik kita dengan sabar dan sepenuh hati. Dalam islam
juga diatur beberapa hak seorang ibu dalam keluarga antara lain, hak untuk
dihormati dan ditaati3, hak untuk didahulukan kecintaan anak daripada
ayah4, hak untuk mendapat harta warisan dan nafkah ketika sudah tua, hak
untuk tetap dido’akan baik masih hidup ataupun setelah meninggal.

3. Perempuan sebagai Anak dalam Keluarga

Seorang anak perempuan memiliki kedudukan yang setara dengan


anak laki – laki. Bahkan dalam Islam mengecam keras tradisi yang
membenci kelahiran anak perempuan atau sikap berlebihan yang bisa
mengubur anak perempuan hidup – hidup. Islam telah mengatur beberapa
tugas perempuan sebagai anak dalam keluaraga, diantaranya harus
mentaati kedua orang tua selama perintah itu tidak bertujuan untuk
bermaksiat kepada Allah3.

Selain itu juga, Islam telah mengatur dan memberikan hak – hak
reproduksi yang seimbang antara laki – laki dan perempuan. Dalam masyarakat
jahiliyah perempuan dianggap sebagai the second creation yang harus
diperlakukan sebagai the second sex. Mitologi perempuan pra Islam
mempresepsikan perempuan tidak layak menyejajarkan diri dengan laki – laki.
Hak reproduksi adalah hak perogatif laki – laki dan menjadi kewajiban suci
perempuan melayani hak laki – laki tersebut5.
Ketika islam datang, kaum perempuan memperoleh kemerdekaan sejati.
Kaum laki – laki tidak dapat lagi seenaknya memilih pasangan dan menentukan
jodoh hanya karena dibatasi oleh keserasian dan keselarasan. Laki – laki juga
tidak dapat lagi seenaknya mengawini perempuan tanpa batasan tetapi dibatasi
hanya sampai empat orang. Sehingga hak – hak seksual tidak lagi merupakan hak
utama laki – laki.

Keseimbangan hak – hak reproduksi laki – laki dan perempuan dibagi


menjadi beberapa poin, diantaranya :

a. Menentukan perkawinan

Dalam hal menentukan perkawinan, tidak hanya menjadi


kewenangan lelaki saja namun perempuan juga berhak menentukan
perkawinannya sendiri, kapan dan dengan siapa akan menikah. Sebab hal
ini sangat terkait dengan kesiapan lahir batin dan yang lebih mengetahui
adalah dirinya sendiri. Selain itu dalam Islam dianjurkan perkawinan
dilaksanakan sesuai dengan persetujuan kedua mempelai tidak boleh
diwakilkan. Dalam surat An –Nisa ayat ayat 19 dijelaskan larangan dan
hukumnya melakukan nikah paksa. Dijelaskan bahwa melakukan nikah
paksa adalah sesuatu yang haram.

b. Menikmati hubungan seksual

Kenikmatan seksual tidak hanya untuk kaum laki – laki dengan


anggapan bahwa perempuan atau istri hanya untuk melayani keinginan
seksual laki – laki/suami. Seks bagi perempuan tidak hanya sekedar
kewajiban tetapi juga hak bagi perempuan untuk memperoleh kenikmatan
atau bahkan menolak ia tidak siap untuk melakukan hubunga tersebut
sehingga ia tidak harus melakukan hubungan secara terpaksa.

c. Menentukan tata cara mengatur reproduksi

Kehamilan hingga melahirkan adalah rangkaian proses reproduksi


yang sangat berat yang harus dipikul oleh perempuan, karena itu
perempuan berhak menentukan jarak dan waktu kehamilannya demi alasan
kesehatan fisik maupun mental ibu ataupun anak yang dikandungnya.
Salah satu cara yang sudah sering kita dengar dan canangkan adalah
program KB dengan memakai alat kontrasepsi yang lebih banyak
dibebankan kepada istri. Hal ini antara lain disebabkan karena program ini
lebih banyak diikuti oleh istri dengan segala kerepotan dan
konsekwensinya, sedang peran yang dilakukan oleh suami hanyalah
mengizinkan atau paling tinggi mendukung. Berkaitan dengan hal itu, KB
dalam agama tidaklah dilarang karena memiliki tujuan yang jelas dan juga
selagi mengikuti prosedur yang baik dan benar.
BAB III
KESIMPULAN

Dari hasil analisis yang telah dipaparkan diatas jelas bahwa kedudukan
perempuan dalam Islam sangat mulia, baik sebagai istri, ibu maupun anak.
Perempuan memilik hak dan kewajiban sebagaimana lelaki tetapi kewajiban dan
hak berbeda sesuai yang telah diatur oleh Allah dan demi kebaikan semua.

Oleh karena itu Islam memandang laki – laki baik perempuan, semua
manusia sama derajatnya. Maka, ketika hak – hak yang didapat oleh wanita
maupun pria ditunaikan dengan benar dan adil jumlah perceraian akan berkurang,
kehormatan perempuan terjaga, dan kenyamanan baik laki – laki khususnya
perempuan akan tetap terlindungi.
DAFTAR PUSTAKA

1
HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471.
2
Yunahar Ilyas, Feminisme dalam Kajian
3
Qur’an surat Al-Luqman ayat 15. Pada ayat ini menjelaskan wajib taat kepada orang tua
kcuali orang tua menyuruh maksiat kepada Allah.
4
Musnad Ahmad, hadits nomor 9081
5
Evra Willya, Hak – Hak Reproduksi Dalam Pandangan Islam, (Manado : ejournal uin
suka), hal : 5.

Anda mungkin juga menyukai