Anda di halaman 1dari 17

Nama Kelompok : Karunia Silaban

R. Sannaria Sitindaon

Sri Anita Siahaan

Tingkat/Semester : III/VI B

Mata Kuliah : Teologi Feminist

Dosen Pengampu : Biv. Tiarma Siahaan, M.Th

Allah dan Teologi Feminis

I. Pendahuluan

Teologi feminis adalah gerakan teologi yang bersama-sama melakukan perubahan ke arah
yang lebih baik dalam hak keadilan sosial bagi perempuan. Teologi feminis berusaha untuk
melihat kekayaan dan keterbatasan dari Alkitab, serta berusaha untuk memperbaiki perubahan
pemikiran baik di Gereja. Ide pokok dalam teologi feminis adalah keberatan terhadap tradisi
kekristenan tentang hubungan antara perempuan dengan keilahian. Teologi feminis mempunyai
keunikan tersendiri karena ia berdasarkan pada pengalaman perempuan, baik itu pengalaman
religius, pengalaman diri sendiri maupun pengalaman masyarakat dalam menggambarkan titik
teologinya.1 Teolog-teolog mengambarkan feminis berpendapat bahwa perempuan dapat
menggambarkan Allah, baik secara penuh maupun terbatas, sama seperti Allah yang
digambarkan melalui laki-laki. Tentu ada banyak catatan Alkitab mengenai perempuan dan
perananya di tengah-tengah kehidupan umat Allah. Namun demikian tidak dapat dipungkiri
bahwa di dalam Alkitab juga telah dipaparkan tentang keberadaan para perempuan yang
melakukan peran penting.2

1
Asnth N. Natar, Perempuan Kristiani Indonesia berteologi feminis dalam konteks, (Jakarta: BPK-GM, 2017). 27
2
Raulina Siagian, Woman as the agent of God’s Reconciliation, (Pematang Siantar: L-SAPA, 2015). 9
1
II. Allah dan Teologi Feminis
II.1. Pengertian Teologi Feminis

Feminisme juga bisa diartikan sebagai pembelaan terhadap perempuan. sejarah


feminisme adalah sejarah gerakan yang panjang paling tidak bermula dari tahun 1400 hingga
sekarang ini. Dari sejarah yang panjang ini maka aliran dalam feminisme pun beragam seperti
ada feminisme liberal, feminisme radikal, feminisme marxis, feminisme sosialis, ekofeminisme -
dalam kaitannya dengan masalah lingkungan hidup -dan ada pula yang berdasarkan agama
seperti feminisme Kristen, feminisme muslim. Feminisme mempermasalahkan ketidakadilan
yang dialami perempuan karena didiskriminasikan atau dibedakan disebabkan jenis kelaminnya
selama berabad-abad baik oleh karena struktur patriarkhi, struktur kapitalisme, struktur negara
yang bisa bercorak meliterisme, Sedangkan feminisme sebagai gerakan di Indonesia sudah mulai
ada dimulai dari organisasi-organisasi sekitar tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an.3

Teologi feminis, teologi gender dan sejenisnya merupkan bentuk-bentuk teologi


kontekstual, yakni pergumulan teologis yang lahir dari suatu realitas tertentu dengan pergumulan
yang konkret. Keanekaan teologi feminis dan teologi gender terutama disebabkan oleh keunikan
konteks dari mana refleksi teologis itu lahir. Sebab itu pemikiran teologis yang lahir dalam
konteks tertentu, sekalipun mempunyai keprihatinan yang sama, belum tentu dapat diterapkan
langsung ke dalam konteks lain. Refleksi teologis harus bertumbuh sendiri dari tengah-tengah
lingkungannya. Dalam kaitan ini, pembicaraan kita mengenai teologi feminis yang relevan
dengan konteks Indonesia, atau lebih tepatnya lahir dari konteks Indonesia, menjadi relevan dan
mendesak.4

II.2. Allah Bapa

Aku Percaya pada Allah, Bapa yang mahakuasa, Bapa yang mahakuasa Khalik Langit dan
Bumi.
a. Kita sadar bahwa istilah “bapa” mencakup dua pemahaman yang sangat berbeda.

"Bapa" merupakan panggilan anak pada ayah yang mengasihi, melindungi dan
membinanya ketika masih kecil. Bapa menjadi panutan sang anak dan membuka jalan sehingga
anak dapat maju, ia ikut membentuk jati diri anak dengan memberikan atau menolak
3
Bendalima Doeka, Bentangkanlah Sayap, (Kaliurang: Biro Wanita PGI, 1997). 218.
4
Bendalima Doeka, hlm 136.
2
kepercayaan pada anaknya. la membatasi hasrat sanganak dengan mengajarkannya adat, ia pun
turut menghasilkan rezeki bagi keluarganya. Dalam arti inilah bapa bersama ibu dilihat sebagai
sosok yang memelihara dan melindungi anaknya. Anak berkembang dalam hubungan timbal
balik dengan orang tuanya. Karena perbedaan kepribadian orang tua, juga adat dan budaya, maka
sesekali peran utama itu diberikan pada ibu, dan sesekali kepada sang bapa. Semakin dewasa si
anak semakin bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri; ia diharapkan bisa bekerja sama
dengan orangtuanya dan meneruskan cita-cita serta membalas budi mereka. Atas dasar inilah,
Allah dapat dikiaskan dengan seorang bapa yang memelihara kita pada saat kita lemah, yang
membina dan menanti agar kita bertumbuh dewasa dan mau bekerja sama dengan Dia dengan
penuh rasa syukur.

b). Istilah "bapa" atau "bapak" juga dikenakan pada pemimpin masyarakat, dan segi ini
tampaknya sangat kuat dalam budaya Indonesia. Para bapak akan menjamin keamanan dan
keadilan serta mengembangkan kesejahteraan rakyat Garis besar rencana dapat dibicarakan,
tetapi perintah harus dipatuhi. Kritikan terhadap bapak sering dianggap kurang sopan, dan
disamakan dengan pemberontakan atau penghinaan. Rakyat harus menghormati para bapak
dengan penuh ketakutan, biarpun mereka tahu bahwa sebagian di antara mereka mementingkan
kedudukan sendiri dan tidak bekerja demi kebaikan orang banyak. inilah ciri khas patriarkal,
yang di dalamnya kaum bapak mudah menyalahgunakan kekuasaannya.5

II.3. Bertemu dengan Allah secara Pribadi, hidup dalam umat beragama

Allah melampaui segala sesuatu yang dapat kita bayangkan dan pikirkan, Ia senantiasa
menghadapi kita secara baru dan menentang atau menghibur kita secara berlainan dengan apa
yang kita nanti-nantikan. Sebagai manusia yang terbatas dan fana tidak mungkin kita memahami
Dia yang sempurna dan kekal. Itu sebabnya kita hanya dapat mengaku percaya pada Allah dalam
kesadaran dan kerendahan kita. 6

5
Marie Claire Brth Frommel, Hati Allah Bagaikan Hati Seorang Ibu, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017). 148-149.
6
Marie Claire Brth Frommel, 135
3
II.3.1. Mengaku percaya pada Allah:

Percaya kepada Allah berarti mempercayakan diri pada Allah yang menciptakan,
memelihara, dan memanggil kita. pengakuan ini menentukan hidup seutuhnya. Pengakuan pada
satu segi berdasarkan pengalaman pribadi orang yang percaya dari segi lain memperoleh bentuk
dalam suatu umat beragama. Sebab itu orang yang percaya kepada Allah, pertama Tidak seorang
pun dapat mengaku percaya kecuali ia ditemui Allah dan ia pun menemui Dia. Hubungan antara
Allah dan orang itu terjalin indah yang sulit diungkapkan dalam perkataan, karena sama seperti
cinta kasih ia hanya dapat didekati dengan kiasan dan dihayati dalam sikap dan tindakan. Bila
kita berhubungan dengan Allah sebagai dasar eksistensi kita, maka kita memperoleh mutu yang
khas. Seorang yang hidup dalam masyarakat sekuler akan merasa kesulitan untuk mengenal
pengalaman dengan Allah. Ia belajar kritis dan akan melihat pengalaman sebagai persoalan nilai
hidup yang tidak tahan ujian rasional. Meskipun para perempuan merupakan mayoritas kaum
yang beribadah, pengalaman mereka kurang diperhatikan. kebanyakan perempuan mendambakan
seorang penolong yang menyertai mereka dalam kesulitan, mengerti dan menghargai mereka dan
memberkai usaha mereka demi kehidupan keluarganya dan masyarakat. kedua Pengalaman
pribadi berkembang dalam kebersamaan yang dialami dalam ibadah, perayaan gaya, dan pola
hidup serta pengajaran dan tradisi suatu umat beragama. Disitu pengalaman yang sulit
diungkapkan diberikan bentuk dalam kiasan, rumus, ritus, lambang dan sebagainya sehingga ia
dapat dipelihara dalam ingatan. Umat beragama mengarahkan pemikiran dan perasaan para
anggotanya dan dengan itu ia juga membaasinya serta menimbulkan persoalan sehingga disetiap
umat agama bangkit orang yang hendak memperarui tradisi dari segi tertentu, misalnya kaum
feminis. 7

II.3.2. Dunia dengan berbagai macam Agama

1.Setiap umat beragama mengaku percaya kepada Allah dalam ibadah. Disitu dirayakan
bersama-sama kehadiran ilahi dan iman setiap warga dikuatkan. Setiap warga mengaku percaya
dalam doa pribadi dan hubungan Allah dengan persoalan dunia dikuatkan. Setiap warga mengaku
percaya dalam doa pribadi dan hubungan Allah dengan persoalan dunia dikuatkan.

7
Marie Claire Brth Frommel, 136-147.
4
2.Setiap warga dari setiap umat mengaku percaya dihadapan sesama manusia dalam kesaksian
iman dan tindakan nyata. Namun Aliran yang yakin bahwa hanya mereka sajalah yang benar,
sedangkan aliran yang lainnnya menyimpang dari kebenaran tersebut, adalah orang yang suka
menggurui, mengindoktrinasi.

3.Dalam setiap kemajuan zaman, diharapkan semua umat beragama dapat menyumbang nilai
etika yang menolong manusia menuju masyarakat yang lebih manusiawi dan adil. Untuk itu
diperlukan dialog untuk memahami hubungan antar-umat beragama, kita dapat menggunakan
analisis psikososial tentang hubungan antar golongan yang saling memandang sebagai yang
asing.8

II.3.3. Menuju dialog untuk memahami hubungan antar umat beragama


Masalah agama adalah salah satu faktor yang snagat sensitif. Tugas menwujudkan
kerukunan dan perdamaian tidak hanya dibebeankan pada jenis kelamian tertentu, tetapi menjadi
gerakkan bersama baik laki-laki maupun perempuan. Naumn realitas di masyarakat bahwa
perempuan mengkehendaki kehidupan damai jika terjadi kerusuhan, yang terlintas pada benak
perempuan tidak hanya personal tetapi komunal, keluarga. Hal ini dikarnakan sebagai manusia,
perempuan memiliki kemampuan untuk menciptakan perdamaian baik berbasisi kebutuhan
individu untuk aktualisasi diri, dikondisikan oleh lingkungannya maupun secara kongnitif dapat
merumuskan bagaimana menciptakan kehidupan harmonis tanpa kekerasan dan diskriminasi. 9

Suatu golongan terutama dapat menghindari hubungan dengan golongan lain, ketika ia
sudah berpengalaman pahit. Suatu golongan dapat menyangkal perbedaan dengan menjadikan
orang lain sama dengan dirinya sendiri. ia pun dapat menunjukkan padanya tempat yang lain
yang akan berguna baginya. Tentunya tidak semua golongan seperti yang sudah disebutkan ada
juga anggota suatu golongan juga dapat melihat anggota golongan lain bagi sesamanya dalam
keberbedaan, membuka diri padanya, ingin belajar mengenal dan melihat dirinya melalui mata
orang lain. Perlu dilihat bahwa Akibat adanya golongan-golongan, umat beragama memelihara
jarak dengan yang lainnya, sehingga diantara umat itu bahkan tidak saling mengenal dalam
identitas beragama dan memelihara prasangka satu terhadap yang lain. Misalnya Dimana
pekabaran injil dianggap sebagai kristianisasi, dakwah sebagai islamisasi, maka orang lain,

8
Marie Claire Brth Frommel, 138-139.
9
Asnath Niwa Natar, Ketika Perempuan Berteologi, (Yogyakarta: TPK, 2012). 87-88.
5
terutama yang menganut agama suku, dipandang sebagai murid yang harus diintegrasikan dalam
golongan yang dominan.

Seharusnya sebagai umat beragama yang berlainan, setiap umat perlu mulai berhubungan
sebagai teman yang berdialog, karena ingin saling mengenal secara utuh dan rela belajar yang
satu dengan yang lainnya. dengan demikian diperlukan pendekatan intersubyektif, pemahaman
agama yang baru dan perlu dikembangkan suatu teologi kerukunan antar umat beragama. dalam
dialog kerukunan umat beragama, orang tetap setia pada agamanya, namun rela melihat diri dan
agamanyadengan mata mitranya. 10

II.3.4. Mengaku Percaya pada Allah yang Esa

1.Sejak zaman Musa, umat Israel mengenal Tuhan sebagai Allah yang satu-satunya diakui,
sekalipun mereka beranggapan bahwa bangsa-bangsa lain mempunyai allahnya sendiri. setelah
masuk tanah yang dijanjikan, umat Israel dicobai mencari berkat dari kuasa-kuasa hidup dalam
masyarakat majemuk abad ke-5 sM disadari bahwa Tuhan adalah Allah satu-satunya: “ Akulah
terdahulu dan akulah terkemudian, tidak ada Allah lain selain daripada Aku (Yes. 44:8;
43:13;45:5, 4,18; 48:12). Pengakuan itu menjadi bagian poko ibadah: dengar, hai orang Israel :
Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu (Ul. 6:4-5).

2. Allah yang esa itu tidak dapat diperalat manusia: namaNya begitu kudus sehingga tidak boleh
dipakai “sembarangan” (misalnya dalam sumpah atau sihir), bahkan ia tidak lagi dipakai umat
Israel dan diganti dengan gelar Tuhan atau sebutan Allah)

3. Sejarah hubungan antara umat Kristen dan umat Islam bersifat konfrontantif, meskipun
keduanya berdasarkan tradisi nabiah. Itu sebabnya warga kedua agama itu masih segan mengakui
bahwa diantara keduanya diakui Allah yang Esa, yaitu Allah yang sama, meskipun dikenal secara
berlainan melalui injil dan Al;Quran akan tetap berdialog dan kerjasama berkembang.11

II.3.5. Menemui Allah sebagai Rahasia (Mistik/Tasawuf)

10
Marie Claire Brth Frommel, 139-140.
11
Marie Claire Brth Frommel, 141-142.
6
1. Mistik mengenal suatu jalan dengan tiga tahap utama. Pada mulanya orang hendak
mengosongkan diri untuk menerima pemberian Allah. Hanya orang yang melepaskan gengsi,
milik, ikatan pada orang yang dikasihinya (atau dibenci), bebas membuka dir pada anugerah
Allah. Ketika hati manusia diterangi maka ia menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah,
sehingga ia dapat berjalan dalam terang ilahi. Dalam kristen hal ini disebut dengan pertobatan.
Hal ini tepat asalkan tekanan tidak jatuh pada penyesalan dosa, melainkan atas pertemuan
dengan Allah yang membuka jalan hidup baru. Pada tahap yang selanjutnya, jiwa orang yang
percaya bersatu dengan ketuhanan, ia dikaruniakan penglihatan atau pendengaran dan
mengalami ekstase. Orang yang menemui Tuhan tidak berjasa, tetapi ia dikaruniakan kehadiran
Tuhan yang menakjubkan dan melihatnya bagaikan mutiara yang begitu indah sehingga yang
lain hilang harganya.

2. Bagi teologi Feminist, pengenalan Allah meliputi hubungan mistik maupun pertemuan dengan
Dia yang mendahului kita dan mencari kita secara pribadi. Menurut Martin Buber, (1878-1965),
seorang pemikir Yahudi yang berakar dalam tradisi Alkitab memberikan pertimbangan yang
sangat menarik, ia memperhatikan bahwa manusia hidup dalam dua bentuk hubungn yaitu aku-
engkau dan aku-dia. Dalam hubungan dia itu aku sebagai subjek memperhatikan diri sebagai
objek yang terbatas, tetapi sebagai engkau yang menjalin hubungan timbal balik dengan aku,
sifatnya saya belum kenal. Aku secara utuh dan dia menjadi engkau. Dalam hubunga kau-
engkau, ada saat pertemuan, ada kehampaan bahwa hubungan yang diinginkan tidak timbul.
Engkau memerlukan Allah untuk berada dan engkau memerlukan Allah untuk makna hidupmu,
dimana Allah berupa Engkau. Carter Heyward memiliki pemikiran bahwa, kita percaya kan
kuasa Allah yang menghubungkan kita dengan umat manusia bahkan dengan alam semesta.
Dialah Allah yang mengalirkan kesejahteraan dan yang menolong kita terus menerus. Kita
mengasihi Allah, dan Allah mengasihi kita, Dialah Ayah, ibu, kakak perempuan, dan kakak laki-
laki kita, atau teman kita.

3. Ketika teolog feminis melihat Allah sebagai kuasa yang berhubungan atau dengan kata kerja,
mereka meninggalkan tradisi yang mendefenisikan kata Allah dan mereka bersandar pada tradisi
Alkitab, bahwa Allah menyatakan dirinya sebagai yang sudah, sedang dan akan bertindak.
Alkitab mulai dengan karya penciptaan sepuluh firman, dibuka dengan rumusan akulah Tuhan
Allahmu, yang membawa engkau keluar dari Mesir, dari tempat perbudakan. (Kel. 20:2)

7
Perjanjian Lama dan injil menceritakan tentang tindakan Allah di medan sejarah dan Alkitab
ditutup dengan janji dan doa. Allah yang Esa menjadikan segala sesuatu dan menghendaki agar
hidup, keadilan dan kesejahteraan bagi segala mahluk berkembang untuk itulah ia menyatakan
kehendakNya melalui firmanNya. 12

2.4. Aku percaya Pada Allah, Bapa yang Maha kuasa Khalik Langit dan Bumi

2.4.1. Dalam arti manakah Allah patut dipanggil Bapa? Apakah kesaksian
Alkitab?

a. Dalam Perjanjian Lama, raja (Mzm. 2:7) dan Israel disebut anak Allah (Kel. 4:22 dan Hos.
11:1) dan warga anak-anaknya (Yes. 1 Yer. 3:19; UI. 14:1) sehingga Allah dilihat sebagai bapa
atau orangtua. la menciptakan umat-Nya (UI. 32:6, bnd. 32:18 dengan Sifat keibuan; Yes. 45:9-
11; 64:7); la dikecewakan anak-anak-Nya. (Mal. 1:6 yang mengenakan Yes. 1:2; Yer. 3:19); la
memelihara umat-Nya dengan penuh kasih (UI. 7:6; 26:17:19; Hos. 11:3-4) serta menebusnya
(Yes. 63:16). Bapa merupakan kiasan bagi Allah di antara kiasan yang lain (Mzm. 103:13, dsb).

b) Dalam Perjanjian Baru, Yesus memanggil Allah "Abba , yaitu se-butan mesra seorang anak
pada bapanya (Mrk. 14:36) dan panggilan ini pun lazim dalam jemaat (Gal. 4:6; Km. 8:15).
Yesus berdoa pada "Bapa-Ku" (atau "Bapa saja Mat. 26:39, 53; Luk. 23:34, 46; Yoh. 11:41;
12:27; 17:11). la hidup dalam persekutuan erat dengan Bapa itu (Luk. 2:49; 22:29); siapa yang
melakukan kehendak Bapa, berkeluarga dengan Yesus (Mat. 12:50; 18:19, bnd. 25:34) dan
sebaliknya siapa yang menyangkal atau menolak Yesus, ditolak Bapa-Nya (Mat. 10:32; bnd.
18:35 dan Yoh. 15:23). Bapa itu menyatakan siapakah Yesus (Mat. l6:17; 11:25-26); sebagai
Anak manusia dalam arti Daniel 7, la akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya (Mrk13:26; Mat
16:27).

Dalam Injil Yohanes hubungan antara Bapa dan Anak amat mesra: Bapa berada di dalam
Anak (14:20), itu sebabnya Anak melakukan kehendak Bapa (4:34; 5:30; 638-39; bnd.10:18);
Anak mengenal Bapa (15:5; 17:25) dan memuliakan Dan(8:54; 12:28). Siapa percaya pada Anak
memperoleh hidup kekal (6:40; bnd. 8:19; 14:7). Yesus mohon agar mereka yang bapa beri-kan
pada-Nya dipelihara, bersatu dan berada bersama Dia dan bapa (17:11,21,24: bnd (14:21) dan
memuliakan Dia (15:8). Yesus berbicara tentang "Bapa-Ku dan Bapamu" (Yoh. 20:17). Karena
12
Marie Claire Brth Frommel, 142-146.
8
Yesus mengasini, maka para murid pun harus mengasihi musuh mereka agar bisa menjadi anak-
anak Bapa (Mat. 5:45). Sama seperti Yesus, " Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya
seorang pun dari anak-anak ini hilang" (Mat. 18:14; bnd.10 dan Luk. 6:50). Seperti Bapa
mengampuni, mereka pun hendaknya mengampuni (Mat. 6:14). "hendaknya terangmu bercahaya
di depan orang Supaya mereka ... memuliakan Bapamu yang di sorga (Mat. 5: 16).
Kesempurnaan mereka memantulkan kesempurnaan Bapa, sama seperti Yesus sendiri sempurna
(Mat.5:48). Hubungan dengan Bapa bersifat eksklusif: tak seorang pun di dunia ini yang dapat
dipanggil bapa karena "hanya satu Bapa-mu, yaitu Dia yang di sorga" (Mat. 23:9). Perkataan ini
menyerang tatanan patriarkal dari masyarakat mana pun. Sebagai Bapa, Allah mengenal
kebutuhan anak-anak dan memberikan apa yang mereka perlukan (bnd. Mat. 6:32; 6:6; 7:11;
Luk. 12:30). Dia yang memelihara burung juga memelihara anak-anak. Tetapi mereka jangan
membanggakan diri karena hubungannya dengan Allah (bnd. Mat. 6:4-6); bila mereka ditindas,
maka Roh Bapanya akan memberikan kata pembelaan dalam mulut mereka (Mat. 10:20). Allah
mengikutsertakan para murid Yesus dalam persekutuan dan karya-Nya. Kita boleh
berkesimpulan bahwa dalam kesaksian AIkitab tidak ada nada patriarkal dalam panggilan Allah
sebagai Bapa. Akan tetapi lemahnya kiasan keibuan memungkinkan bahwa tafsiran kiasan Bapa
semakin lama semakin berat sebelah.13

2.4.2. Itu sebabnya kiasan Allah yang mengasihi manusia sama Seperti
Seorang ibu harus diangkat kembali.

Sebagai bunda Allah yang melahirkan setiap makhluk dengan sifat keutuhannya sendiri
ke dalam riwayatnya yang khas, la senantiasa memelihara kesejahteraan dunia yang dijadikan-
Nya atas kemauan-Nya sendiri. Sebagai ibu, Allah melahirkan (UI. 32:18),la mengerang
mengah-mengah, dan megap-megap seperti perempuan yang hendak melahirkan keadilan di
bumi ini (Yes. 42:14), la mengajar anak balita berjalan dan membungkuk lalu menyuapnya (Hos.
11:3-4), Ia mendukungnya sejak dikandung neikul dan menyelamatkannya (Yes.46:3-4). Ia
menghibur anaknya sebagaimana biasa dilakukan seorang ibu (Yes. 66:13), dan sekalipun ada
ibu yang melupakan anak kandungannya, Allah tidak pernah melupakannya (Yes.
49:15).Mengapa kiasan Allah sebagai ibu disingkirkan dari tradisi? Dalammasyarakat patriarkal,
hubungan ibu dengan anak khususnya berlaku pada lingkungan keluarga. lbu dan anak berada di

13
Marie Claire Brth Frommel, 150-151.
9
bawah kuasa kepala keluarga, yang mewakili mereka keluar. Dengan demikian ibu dilihat
sebagai pribadi yang memenuhi kebutuhan fisik dan emosio-nal anaknya, dan peran itu dianggap
tidak sesuai untuk Allah. 14

Kaum Feminis Barat tidak ingin menggantikan Allah Bapa dengan Allah ibu, karena
kedua gelar tersebut hanya merupakan kiasan yang mempunyai titik persamaan. persamaan tentu
saja perntng, sebab kita rindu akan Allah yang mengasihi kita sebagai ibu atau bapa. Tetapi kita
jangan menginginkan kehidupan bagaikan anak-anak yang belum dapat bertanggung jawab dan
mengambil risiko. Kita akan menjadi dewasa dalam iman (Surat rasuli mengatakan utuh,
sempurna, teleios 1 Kor. 4:12; Ibr. 5:12) agar kita dapat bekerja sama dengan Allah (1 Kor. 3:9).
Yesus menyebut para murid-Nya sahabat dan menarnti agar mereka berbuah lebat dalam kasih
pada Allah dan sesama (Yoh. 15:9-17), bahkan la memanggil mereka saudara laki-la dan saudara
perempuan serta ibu, asalkan mereka melakukan kehendak Allah Bapa (Mrk. 3:34-35). Dalam
pengertian ini, kita memang menjadi anak-anak Allah, tetapi anak-anak yang dewasa.15

2.4.3. Allah Bapa dikatakan Mahakuasa.

Dalam bahasa Indonesia kata "maha'": amat, besar (bnd. Purwadarminta, Kamus Umum,
Bahasa Indonesia Jakarta, 1976). Bahasa Barat memutlakkannya dengan mengatakan Allah
mempunyai semua kuasa (Yunani: pantokrator, Latin: omnipotens). la menentukan segala
sesuatu yang terjadi, tidak ada sesuatu pun yang terjadi lepas dari kehendak-Nya, baik dan buruk,
hidup dan mati,damai dan perang pembangunan dan perusakan semuanya berasal dari pada-Nya
atau sekurang-kurangnya diizinkan-Nya demi suatu tujuan baik yang belum kelihatan. Sekali lagi
kaum Feminis dan bukan hanya mereka memprotes dan menarik perhatiannya dengan
mengatakan bahwa pengertian tersebut berasal dari filsafat Helenis dan bukan dari kesaksian
Alkitab.

a) Dalam Perjanjan Lama, gelar "yang Mahakuasa" merupakan terjemahan (mulai dengan
terjemahan Yunani kuno abad ke-2 sM) dari gelar Ibrani "El Syaddai yang diambil dari
kebudayaan Palestina dan diperuntukkan bagi TUHAN. Rumusan ini dapat dipahami
berdasarkan dua akar: "Dia yang berbuah dada," yaitu bunda yang menyusui, suatu kiasan untuk
segala pemberian baik yang dibutuhkan manusia, atau "Dia yang dari gunung" (bnd. Peran
14
Marie Claire Brth Frommel, 150-151.
15
Marie Claire Brth Frommel, 151-152.
10
gunung Allah dalam PL). Dalam Ferjanjian Baru, gelar "Pantokrator" dipakai dalam bahasa
puisi atau untuk memuliakan Allah (2 Kor. 6:18 dan 6 kali dalam why,) bukan secara teologis
dalam pemberitaan.16

b) Tentu saja Allah berkuasa dalam menjalankan maksud-Nya. Dalam perjanjlan lama terdapat
sejumlah istilah yang menekankan Kekuatan Allah, namun kekuatan senantiasa tampak dalam
perlindungan ternadap umat-Nya, seringkali juga terhadap para musuh, dan dalalm pertolongan
bagi mereka yang mempercayakan dirinya pada Allah "Berbahagialah manusia yang
kekuatannya di dalam Engkau" (Mzm. 84:6) dan dalam pujian pencipta.

c) Kita dapat menarik kesimpulan bahwa gelar "mahakuasa" ini kurang berakar dalam kesaksian
Alkitab dan di situ tidak bersifat dogmatis. Dalam lingkungan budaya Helenis ia dipahami secara
filsafat dan hierarkis, dan tafsiran ini merupakan persoalan yang kita warisi. Sama seperti istilah
"bapa" mempunyai dua arti, demikian pula istilah "kuasa". Yang pertama berarti kemampuan
mewujud nyatakan rencana atau tugas dan dapat disamakan dengan "berdaya". Kedua, berarti
"berdominasi atas", yang di situ kuasa cenderung dilihat sebagai tujuan utama, ia harus
bertambah, mengatasi segala rintangan. Karena jika ia berhenti, maka ia pasti mundur dan jatuh.
Hal semacam ini kita saksikan dalam pemerintahan otoriter antara tahun 1966 dan 1998. Di situ
ia dapat disamakan dengan "bergengsi'. Allah berkuasa dalam hubungan dengan manusia yang
dihidupkan-Nya, dilindungi, dibina, ditegur dan dikasihi-Nya dalam hubungan dengan ciptaan
yang dibuat, dipelihara dan dimajukan-Nya. Akan tetapi hubungan tersebut bersifat timbal-balik.
Mary Grey dan Carter Heyward melihat Allah sebagai "kuasa yang berhubungan: "daya
berhubungan itu sebagai pola dasar pencarian hubungan timbal balik, kekuatannya dinamis,
17
dayanya menanggapi apa yang terungkap dengan ribuan cara.

2.4.4. Khalik Langit dan Bumi

Allah bukan hanya berhubungan dengan manusia, la pun menciptakan langit dan bumi,
yang kelihatan dan yang tidak kelihatan (karena terlalu kecil, terlalu jauh, atau karena bersifat
abstrak). Bagaimana hubungan Allah dengan alam ciptaan itu? Apakah la berada di atas dan di
luar ciptaan itu (transenden) ataukah la berada didalamnya (imanen)? Apakah hubungan antara
karya ciptaan dan karya penyelamatan? Apakah tempat dan peran manusia dalam alam ciptaan
16
Marie Claire Brth Frommel, 152-153.
17
Marie Claire Brth Frommel, 153-154.
11
Allah? Persoalan teologis itu tidak dapat dijawab terlepas dari hasil ilmiah yang menentukan
budaya modern, melainkan harus dipikirkan dalam dialog. Dengan demikian jawabannya dapat
menolong kita untuk memahami keberadaan kita dan mengambil sikap yang sesuai dengan
kehendak Allah dan masa kini.18

1. Untuk menjawab pertanyaan di atas kita mulai dengan memperhatikan kesaksian


Alkitab

a. Menurut kejadian 1, Allah menciptakan langit dan bumi dengan perantaraan Firman-Nya
menurut rencana yang ia tentukan Ia menuju saat hubungan antara Khalik dan para
makhluk-Nya dirayakan (Sabat). Berhadapan dengan cerita awal mula bangsa-bangsa,
para imam menyaksikan bahwa ciptaan itu baik, bahkan bahwa manusia, yaitu laki-laki
dan perempuan, dijadikan menurut gambar Allah dan baik sekali, sehingga diberikan
kuasa atas dunia serta berkat agar hidup berkelimpahan.
b. Menurut kejadian 2-3, Allah juga menjadikan langit dan bumi. Perhatian umum diberikan
kepada manusia yang baru lengkap sebagai laki-laki dan perempuan di hadapan Allah.
Manusia diberikan kuasa untuk memberi nama pada segala makhluk dan tugas
memelihara serta melayani tanah dari mana ia berasal. Cerita ini juga bertanya tentang
apa sebabnya tanah dari mana ia berasal.
c. Menurut Mazmur dan Yesaya 40-55, seperti beling-beling pecahan dari mite dan kiasan
yang indah tersusunlah puji-pujian Khalik dalam mazmur dan syair nabiah; kemuliaan
Allah dinyatakan. Ia tidak disamakan dengan siapa pun dan tidak memerlukan nasihat
apapun dalam kerya ciptaan.
d. Dalam kitab Amsal, Allah menciptakan hikmat sebagai permulaan karya-Nya, sebelum
segala sesuatu ada. Hikmat itu menemani Allah sebagai anak kesayangan. Ia memperoleh
kesenangan dalam manusia dan hendak memberikan hidup pada mereka, asalkan mereka
mendengarkan dia.
e. Dalam perjanjian Baru, Yesus Kristus sebagai Firman Allah ( Yoh. 1:1-5,10) menjadi
perantara ciptaan segala sesuatu dijadikan karena Kristus oleh-Nya kita hidup, karena
Yesus Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, lebih utama dari segala sesuatu
oleh “Dia dan untuk Dia ( Kol 1:15-17). Ia bekerja dengan perantaraan Firman dan
Hikmat manusia yang dimaksud-Nya dinyatakan dalam diri Yesus Kristus.19
18
Marie Claire Brth Frommel, 154-155.
19
Marie Claire Brth Frommel, hlm 156-157.
12
2.Menurut Hipotesa ilmu pengetahuan modern pada mulanya terjadi suatu letusan besar, materi
terlempar ke ruang angkasa, membentuk bintang besar yang kemudian pecah dan makin
berjauhan antara yang satu dengan yang lainnya, lalu mengalami proses pendingin. Dalam proses
itu terbentuk semua zat kimia yang kita kenal. Makhluk hidup pertama terdiri atas satu sel saja
dan berada dalam air, berabad-abad kemudian berkembanglah makhluk yang makin kompleks
dan khas, masing-masing tergantung pada lingkugan tertentu dan hidupnya terkait pula dengan
makhluk lain, ia semakin tergantung pada syarat-syarat tertentu. Jika golongan manusia yang
berkuasa itu tidak mau belajar menghormati makhluk lain dan menjaga kelestarian alam, serta
perkembangannya dalam keadilan dan perdamaian.

a. Dalam kebanyakan kebudayaan tradisional, bumi dipandang sebagai ibunda yang


memberikan segala sesuatu yang manusia perlukan untuk kelangsungan hidupnya.
Agama dan adat menentukan bagaimana ibu pertiwi perlu dihormati agar manusia dapat
mencabutnya lagi melainkan kelangsungan marga,suku, atau bangsa. Laki-laki dihormati
karena kelangsungannya menghadapi bahaya dan perempuan sebagai ibu.
b. Dalam filsafat klasik Timur dan Barat, materi dipertentangkan sehingga kelihatannya ada
dua dunia, dunia di bawah yang material dan kurang sempurna serta dunia di atas yang
sempurna, bahkan Ilahi.
c. Pada masa pencerahan, alam tidak lagi dipandang sebagai ibu yang harus dihormati tetapi
sebagai sesuatu yang harus ditaklukkan demi kepentingan manusia. Dengan demikian
pengetahuan dan kuasa bersatu dalam hal ini manusia serupa dengan Allah, yakni ia
berkuasa atas alam. Kritik kaum feminis tampaknya tajam. Manusia yang dimaksudkan
itu adalah laki-laki yang dilayani oleh perempuan dalam kebutuhan material dan
perasaan.20

3. Kini dalam Krisis ekologi, seorang teolog Amerika, Sallie Mcfague mengembangkan suatu
pandangan baru yang menarik. Ia menekankan bahwa jika alam semesta terdiri atas bahan yang
sama dengan kita, maka kita pun satu dengan segala makhluk yang bergerak dan tidak bergerak.
Semuanya dijadikan dari abu bintang dan itulah dasar kesatuan. dengan demikian setiap bagian
bermutu khas, “Martabat semua makhluk pada dirinya, hubungan satu dengan yanglain dan
hubungan setiap makhluk dengan Allah semuanya itu merupakan keutuhan ciptaan. Lalu
memperingatkan kita bahwa kita hidup sebagai makhluk yang bertumbuh disitu kita mengalami
20
Marie Claire Brth Frommel, hlm 157-160.
13
panas/dingin, lapar dan kenyang, seperti halnya semua makhluk hidup yang lain. tubuh manusia
terlebih tubuh perempuan apalagi tubuh makhluk yang lain kurang diperhatikan. Dengan
demikian sikap Yesus sendiri dikhianati, yakni ia mengasihi semua orang dan khususnya
memperhatikan mereka yang tertindas, terluka dan pinggirkan.

4. Sebagai perempuan kita dapat menggunakan kiasan yang lain lagi, memberikan ruang dalam
tubuhku pada makhluk yang sedang bertumbuh adalah pengalaman setiap ibu. “dalam tindakan
ciptaan itu Allah mengosongkan diri-Nya dan membuka ruang tempat para mahluk, dapat hidup
menurut cara masing-masing pengalaman setiap seorang ibu.

5. Kita pun berkesimpulan bahwa dengan mengaku percaya pada Allah sendiri meletakkan dasar
hidup dalam berbagai makhluk hidup dan kita sendiri. Dialah yang memberikan mutu dan
martabat pada setiap makhluk karena ia menginginkanya, meskipun makhluk itu fana. Itu
sebabnya kita yakin bahwa keindahan alam mencerminkan kemuliaan Allah sendiri, dan bahwa
kita yang dijadikan menurut gambar-Nya bertanggung jawab memelihara dan melayani keutuhan
ciptaan. Kita tidak mengetahui bagaimana segala sesuatu terjadi ilmu pengetahuan tetap mencari
jawaban dan merancang hipotesa yang lebih tepat tetapi kita menolak pandangan sekuler bahwa
segala sesuatu terjadi hanya secara kebetulan. Kita bukanlah anak-anak yang dilempar ke jalan
untuk mencari rezeki sendiri, melainkan kita tinggal di “rumah bapa” sebagai anak-anak-Nya.
tetapi sejauh kita dewasa kita tanggung jawab atas “ rumah” itu. Karena sekelompok yang
merusak lingkungan hidup dan yang melukai keutuhan ciptaan, maka sebagai orang beriman
yang berkesinambungan sedapat mungkin dengan umat beragama lainnya.

6. Ciptaan tidak dapat dipisahkan dari berkat yang Allah berikan demi kehidupannya. Menurut
cerita perjanjian lama, Allah mengikat perjanjian dengan segala makhluk hidup dengan pelangi
sebagai tandanya dan dengan ini menjamin kelangsungan hidup dunia ciptaan-Nya. Allah
memberkati makhluk hidup dan manusia, tentu berkat khusus diberikan pada leluhur Israel.
Yang Allah berikan itu perlu dipelihara dengan baik, dalam hal ini kita bekerja sama dengan
Allah entah kita mengetahuinya atau tidak. Allah jug memberkati hari yang ketujuh serta
menguduskannya diberikan-Nya waktu untuk beristirahat den bersekutu. Meskipun sabat bagi
orang Yahudi dan hari minggu bagi orang Kristen dirayukan oleh umat agama tertentu saja, kelak
hal itu dimaksudkanNya untuk seluruh umat manusia dan menjadi buah sulung ketika Allah

14
mengenapi segala sesuatu. Karena berkatAllah itu, manusia dapat bermasyarakat dan membentuk
menjamin kesejahteraan orang banyak.

7. Akhirnya kita harus memberikan perhatian pada kenyataan bahwa Allah menciptakan oleh dan
demi Kristus. Dialah tujuan dari arti dari segala karya ciptaan. Dalam gereja Ortodoks Timur
yang liturginya bersandar pada Kristus yang bangkit dan bertuan atas alam semesta ia dipuji
sebagai Kristus Kosmis. Dalam mistis Teirhard de Chardin Kristus dilihat sebagai titik omega dai
perkembangan semesta. Namun usulan Mcfague lebih menarik dan menolong kita, ia
memahami segala perkembangan di bumi dengan berpola pada Kristus yang mempertanyakan
nilai kemajuan, kekayaan dan kuasa dalam tindak-Nya untuk memebebaskan, menyembuhkan
dan menyertai mereka yang susah. Dimana saja terjadi usaha ke arah keadilan sosial dan
kesejahteraan orang serta pemulihan keutuhan ciptaan, di situ tampak apa yang dimaksudnya
Allah dengan menciptakan semua demi Kristus.21

III. Analisa

Sebagai umat Allah yang percaya kepadaNya, kita perlu mengungkapkan rasa percaya
kita dengan menjadi beriman kepada Allah, seperti halnya teologi feminis mengungkapkan
pendapatnya mengenai Allah, sebagai orang tua yang benar-benar mengasihi anaknya,
demikianlah kita juga perlu benar-benar memuliakan Allah yang Maha kuasa yang menyatakan
kasihNya ditengah dunia ini. sebab itulah dengan melihat dan merasakan kasih Allah, maka kita
mengabarkan kasih Allah sebagai Allah yang mengasihi seluruh mahluk dan ciptaan dengan
demikian, sebagai umat Tuhan juga, kita perlu mengasihi sesama kita yang berbeda agama
dengan kita melalui dialog terhadap mereka, sehingga komunikasi dapat terjalin dengan baik.
dengan hal ini kita dapat melihat Allah bukanlah Allah yang pilih kasih, ia adil dan memberikan
damai sejahtera kepada seluruh mahlu, dengan hal ini, umatnya juga perlu menyadari ditengah
dunia ini tidak ada laki-laki, perempuan yang saling menindas, atau manusia menindas mahluk
lainnya seperti tumbuhan dan hewan, sebab Allah yang berkuasa ata segalaNya dimuka bumi ini
mengasihi seluruh ciptaan. Maka kita juga sebagai umatNya diharuskan meneladani Allah
mengasihi seluruh mahluk, melalui dialog dan memlihara Alam semesta.

21
Marie Claire Brth Frommel, 161-166.
15
IV. Kesimpulan

Teologi feminis adalah gerakan teologi yang bersama-sama melakukan perubahan ke arah
yang lebih baik dalam hak keadilan sosial bagi perempuan. Teologi feminis berusaha untuk
melihat kekayaan dan keterbatasan dari Alkitab, serta berusaha untuk memperbaiki perubahan
pemikiran baik di Gereja. Allah dalam teologi Feminist juga digambarakan sebagai Ibu yang
setia membimbing anaknya, Sebagai bunda, Allah yang melahirkan setiap makhluk dengan sifat
keutuhannya sendiri ke dalam riwayatnya yang khas, la senantiasa memelihara kesejahteraan
dunia yang dijadikan-Nya atas kemauan-Nya sendiri. Sebagai orang yang percaya kepada Allah
artinya, mempercayakan diri pada Allah yang menciptakan, memelihara, dan memanggil kita.
sebagai ciptaan yang dijadikan sesuai dengan gambar Allah maka kita juga ikut serta dalam
memelihara keutuhan ciptaan, yaitu ciptaan Allah sendiri. Dengan demikian sebagai umat yang
percaya kepada Allah, maka kita dapat merasakan kasih Allah yang maha kuasa di tengah dunia
ini bagi seluruh ciptaan. Kasih Allah yang diberikan kepada kita sebagai damai sejahtera dapat
kita rasakan seperti kasih Bapa dan juga ibu kepada kita, dengan demikian kita dapat
memandang Allah sebagai orang tuan yang memiliki sifat keibuan dan juga kasih seorang Bapa
terhadap umatNya.

Daftar Pustaka

Doeka, Bendalima. 1997. Bentangkanlah Sayapmu. Kaliurang. Biro Wanita PGI.

Frommel, Marie Claire Brth. 2017. Hati Allah Bagaikan Hati Seorang Ibu. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.

16
Natar, Asnath Niwa. 2012. Ketika Perempuan Berteologi. Yogyakarta: TPK.

Natar, Asnath N. 2017, Perempuan Kristiani Indonesia berteologi feminis dalam konteks,
Jakarta: BPK-GM.

Siagian, Raulina. 2015. Woman as the agent of God’s Reconciliation. Pematang Siantar: L-
SAPA.

17

Anda mungkin juga menyukai