Agama adalah hubungan manusia dengan sesuatu kekuatan suci yang lebih tinggi
daripada dia kepada siapa manusia merasa tergantung takut atau takwa karena sifatnya yang
dahsyat (fremendum), tetapi sekaligus manusia juga merasa tertarik kepadanya karena sifat-
sifatnya yang memperankan (fremendum), lalu mencari jalan dan mengadakan usaha untuk
mendekatinya. Itulah makna dari definisi agama.
Kekuasaan suci itu menurut agama masing-masing disebut Allah, Tuhan, Budi, Dewi,
Pencipta, Pusat Dunia dan lain-lain.
Perasaan ketergantungan itu disebut kepercayaan. Usaha untuk mendekati kekuasaan
suci itu diwujudkan dengan doa dan upacara keagamaan seperti persembahan dan
kebaktian.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari definisi agama ialah :
1. Agama tidaklah suatu usaha manusia, melainkan usaha Tuhan sendiri. Dengan
demikian agama berasal dari Tuhan. Usaha Tuhan untuk mendekati manusia
disampaikan dengan sabdaNya baik langsung maupun tidak langsung dengan
perantaraan nabi.
2. Tuhan tidak menghendaki kekaburan dalam agama, Tuhan menghendaki satu agama
yang benar. Tidaklah benar apabila kita mengatakan bahwa semua agama itu sama.
Pandangan yang beranggapan bahwa semua itu sama saja, sama benarnya dan sama
salahnya disebut indiferentisme. Usaha untuk mencampuradukan beberapa agama
menjadi satu kesatuan yang murah disebut sinkretisme.
Indiferentisme dan sinkretisme harus ditolak karena tidak realistis dan meremehkan
kebenaran demi suatu kerukunan yang dangkal. Kita harus mencari agama yang benar
sesuai dengan hati sanubari kita dan kita harus berani memilih.
3. Meskipun Tuhan menghendaki satu agama yang benar, namun itu tidak berarti bahwa
agama yang lain semuanya salah. Dalam setiap agama terdapat unsur-unsur yang
benar, terutama sekali dalam agama yang mengakui satu Tuhan saja. Oleh karena
setiap agama mempunyai unsur-unsur yang benar, maka timbullah apa yang
dinamakan toleransi.
4. Inti agama adalah cintakasih dan berdasarkan keyakinan hati sanubari yang merdeka.
Oleh karena itu agama tidak boleh dipaksakan baik secara fisik maupun secara moril
Harus ada kebebasan agama.
Indiferentisme
Indeferentisme adalah suatu dogma yang sangat biasa dan sangat berbahaya.
Indiferentisme mengatakan: Ada banyak jalan menuju surga. Seorang saleh dapat
mengambil salah satu jalan yang menurut tanggapannya berkenan kepada Tuhan.
Penganut indiferentisme ada di mana-mana. Dalam masalah pendidikan ia adalah
seorang sekularis yang menganjurkan agar para orang tua menyekolahkan anak-anaknya di
sekolah yang tidak mengenal agama. Dalam bidang politik ia menghendaki agar Negara
mengenyampingkan agama. Dalam masalah social ia memasukkan prinsip-prinsip yang
bertentangan dengan moralitas dan mengajarkan agar agama menjauhkan diri dari urusan
perceraian, masalah perburuhan, keluarga berencana dan sebagainya. Dalam bidang agama
ia percaya bahwa semua agama adalah sama benar dan sama manfaatnya.
Kita harus menolak indiferentisme ini. Seorang indiferentis merasa bangga akan agama
bikinan pribadi; ia merasa bebas dari segala kewajiban dan larangan; malahan ia tidak
memikirkan tuntutan Tuhan melalui agama.
Penegasan bahwa agama yang satu sama baiknya dengan agama yang lain adalah
penegasan irasionil. Adalah suatu prinsip utama bahwa dua pendirian yang berlawanan dan
bertolak belakang tidak mungkin kedua-duanya benar. Kalau yang satu benar yang lain
harus salah. Ada banyak Tuhan atau ada satu Tuhan saja. Tidak ada alternatif lain.
Toleransi
Toleransi ialah keinginan untuk menggali kebenaran dalam agama lain dan untuk
menunjukan penghargaan terhadap keyakinan orang lain, meskipun tidak semua dalam
agama dan keyakinan itu dapat disetujui.
Ada tiga macam toleransi agama :
a. Negatif: isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai, tetapi dibiarkan saja karena terpaksa
b. Positif: isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai
c. Ekumenis: isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam ajaran mereka itu
terdapat unsur-unsur kebenaran yang berguna untuk memperdalam kepercayaan
sendiri.
Dialog
Semangat toleransi akan menjadi lebih mantap dan terjamin bila ada dialog antara
penganut agama yang satu dengan penganut agama yang lain, tanpa suatu sikap dan
kecenderungan untuk mengalahkan.
Dialog ialah suatu tukar-menukar pikiran, dalam mana dua pihak saling mendengarkan
dalam mengemukakan pendapat serta pendirian dengan mengajukan argument serta
alasannya. Dalam dialog orang berikhtiar untuk saling memahami dan bersama-sama
mencapai suatu pengertian yang lebih sempurna.
a.d 2 T A K H Y U L ialah kepercayaan yang terlalu besar terhadap benda atau acara
tertentu, agar dengan demikian mendapat bantuan dari Tuhan.
Sebenarnya orang lebih percaya kepada benda atau acara itu daripada kepada Tuhan.
Manusia berusaha mencegah pengaruh roh jahat dan mendapat bantuan dari roh baik
dengan perantaraan seorang dukun dan melalui acara tertentu seperti pengorbanan,
persembahan, bertapa, matiraga.
Tempat-tempat tertentu dianggap angker dan keramat oleh karena dianggap ada gendruwo.
Jika dilewati harus ditaruh sesajen untuk menentramkan roh-roh itu.
Tahkyul merusak iman sejati
Di dalam takhyul kita berhubungan dengan bayangan, fantasi dan gagasan khayal yang
menguasai jiwa manusia, sehingga menyebabkan berbagai gangguan jiwa dan membuat
manusia selalu hidup dalam ketakutan.
“Jauhilah takhyul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani
terbatas gunanya, tetapi ibadah berguna dalam segala hal, baik untuk hidup ini maupun
untuk hidup yang akan dating”. I Tim 4, 7-8.
Kekudusan Agama
Di dalam kekudusan agama tersisip pendekatan tentang Tuhan, Penciptam dan Sumber
segala kekudusan. Atas dasar inilah maka tempat-tempat tertentu dikatakan kudus oleh
karena Tuhan telah menguduskannya secara khusus.
Benda-benda tertentu dinamakan kudus oleh karena mereka telah dikhususkan untuk
upacara ilahi
Orang-orang tertentu dinamakan kudus oleh karena mereka begitu erat bersatu dengan
Tuhan melalui cintakasih.
1. Agama dinamakan kudus, oleh karena penciptaNya kudus, sumber segala kekudusan.
Para agamawan adalah “bangsa terpilih” dan bangsa kudus oleh karena mereka adalah
cabang dari pohon yang benar.
2. Agama dinamakan kudus, bukan karena ia tidak mempunyai manusia pendosa, tetapi
karena cita-cita utamanya ialah menghasilkan kekudusan tujuannya sama dengan
tujuan pencipta, ajaran sesuai dengan ajaran pencipta, usahanya sama dengan usaha
pencipta ialah memberikan jalan dan pedoman untuk mencapai kekudusan. Kebajikan
agamawan harus berada dalam proporsi yang sempurna dengan penerimaan ajarannya
dengan penghayatan segala perintah.
3. Agama itu kudus dalam orang-orang kudusnya yang telah menghayati kekudusan itu
sampai pada suatu tingkat heroik.
4. Agama itu kudus, oleh karena ia selalu bekerja dengan mujijat guna memperkokoh
kedudukannya sebagai wakil ilahi sampai akhir zaman.
Agama itu diciptakan untuk menyampaikan kerajaan Allah kepada umat manusia yang
berdosa dan yang kudus, yang kaya dan yang miskin, yang berkebudayaan dan yang tidak
berkebudayaan.
Kita boleh membandingkan lembaga keagamaan itu dengan :
a. Suatu ladang, yang penuh dengan padi dan rumput
b. Suatu jala dengan ikan baik dan buruk
c. Suatu karung yang berisikan beras dan sekam
d. Suatu rumah yang penuh dengan bejana dari emas dan perak tetapi juga dari kayu dan
tanah
Kebebasan Agama
Kebebasan agama tidak sama dengan toleransi; kebebasan agama mempunyai dasar
yang lebih mendalam karena berasal dari hakekat manusia maupun agama itu sendiri,
sedangkan toleransi memang tidak berarti membenarkan pandangan atau aliran yang
dibiarkan itu, melainkan mengakui kebebasan serta hak-hak asasi penganutnya.
Kebebasan agama berarti, bahwa setiap orang bebas untuk memilih, mengganti dan
mengamalkan agamanya, sesuai dengan keyakinan asalkan ia tidak mengganggu hak
sesama orang lain. Menganut agama tertentu tidak perlu dipertanggungjawabkan kepada
seseorang manusia, masyarakat atau pemerintah, melainkan hanya kepada Tuhan Yang
Mahatahu.
Kebebasan agama merupakan salah satu hak paling asasi di antara hak-hak asasi
manusia, karena kebebasan beragama itu langsung bersumber pada martabat manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hak kebebasan beragama bukan pemberian negara atas
bukan pemberian golongan (Pidato Kenegaraan, 16 Agustus 1976).
haknya itu dalam suasana bebas dari tekanan atau ketakutan apapun. Kebebasan agama
menurut agar dalam mencari kebenaran itu jangan ada halangan atau paksaan apapun.
Jadi isi dari kebebasan agam ialah bahwa seseorang pun tidak boleh dipaksa dalam
bidang agama.
Faedah agama
Melalui agama kita mengenal, mencintai dan mengabdi Tuhan sesuai dengan
kehendakNya sendiri. Untuk melaksanakan semuanya itu kita harus :
1. Percaya akan segala kebenaran yang diwahyukan oleh Tuhan. Di dalam agama kita
belajar mengenai Tuhan dan kesempurnaanNya. Kita belajar mengena cintaNya kepada
kita; kita belajar mengenai yang baik dan yang buruk; kita belajar mengenai perintah
Tuhan; kita belajar mengenai hari depan yang ia persiapkan bagi kita.
2. melaksanakan apa yang telah kita ketahui mengenai kewajiban kita terhadap Tuhan.
Pengetahuan semata-mata bukanlah agama. Setan pun mempunyai pengetahuan tetapi
ia tidak mempunyai agama. Agama menurut pengabdian terhadap Tuhan denan
melaksanakan kewajiban kita. Agama bukanlah soal perasaan. Agama adalah soal
kehendak dan kegiatan. “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman
Allah dan yang memeliharanya” Luk 11,28
Praktek Agama
Memang sangat perlu bagi kita untuk mempraktekkan agama. Dalam hal ini kita tidak
mempunyai pilihan lain.
1. Kesibukan utama kita di dalam dunia ini ialah perghi dan kembali kepada Tuhan. Dan
hal ini bergantung sepenuhnya dari praktek yang kita lakukan dalam bidang
keagamaan. Melalui agama kita dapat memenuhi tujuan untuk mana kita telah
diciptakan. Dengan percaya terhadap apa yang telah diwahyukan Tuhan, kita mengenal
Tuhan. Dengan mengenal Tuhan kita lebih mudah mencintai Tuhan. Dengan
mempraktekkan apa yang telah kita pelajari dan dengan mentaati perintah Tuhan, kita
melayani Tuhan.
“Barangsiapa memegang perintahKu dan melakukannya dialah yang mengasihi Aku
Dan barangsiapa mengasihi Aku ia akan dikasihi oleh BapaKu dan Akupun akan
mengasihi dan akan menyatakan DiriKu kepadanya”. Yoh 14,21
TUHAN ADA YANG MAHATINGGI
Tuhan
Tuhan ialah Ada Yang tertinggi, Yang sempurna tak terbatas, Yang mencipta segala
sesuatu dan mengatur segala sesuatu dalam adanya.
1. Tuhan mencipta segala sesuatu; manusia, hewan, tumbuhan, planit, bintang, setiap
makhluk. Bukan itu saja, Tuhan mengatur segala sesuatu. Di mana Tuhan menarik
kembali tanganNya dari makhluk ciptaanNya di situ segala sesuatu akan lenyap.
Tanpa sebab, tidak ada akibat
Tanpa Tuhan, tidak ada sesuatu apapun
“Sebab di dalam Dia kita hidup, bergerak dan ada.” Kis 17,28
“Karena di dalam Dia telah diciptakan segala sesuatu yang ada di surga dan yang ada
di bumi yang kelihatan ada yang tidak kelihatan baik singgasana maupun kerajaan baik
pemerintah maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia”.
Kol 1,16.
2. Tradisi segala bangsa menunjang keyakinan tentang adanya Tuhan. Segala bangsa dan
negara mempunyai keyakinan tentang adanya Tuhan.
Bangsa primitive sekalipun mengenal penghormatan kepada dewa yang diakui sebagai
yang tertinggi kepada siapa manusia bergantung. Ada sukubangsa tanpa pengatur,
tanpa undang-undang, tanpa tempat tinggal tetap, namun tidak pernah tanpa dewa yang
mereka hormati dengan doa dan korban.
Ad 1. Adanya dunia ini membuktikan adanya Tuhan oleh karena dunia ini tidak dapat
menciptakan dirinya sendiri
a. Segala sesuatu yang ada di dunia ini harus mempunyai titik mula. Manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan, bumi kita, planit dan bintang semuanya itu
mempunyai titik mula
Mereka tidak dapat menciptakan diri sendiri. Mereka harus diciptakan oleh
Seorang Yang tidak mempunyai titik mula
b. Kalau kita melihat jejak di pasir, kita langsung berkesimpulan bahwa ada seorang
yang sudah berjalan lewat di situ.
Seluruh jagat kita ini penuh dengan jejak Pencipta Tertinggi. Tiap benda yang
ada membuktikan dengan jelas tentang adanya Tuhan.
Ad 2. Adanya peraturan dan harmoni pun menghantar kita untuk mengakui adanya
Seorang Arsitek Tertinggi
a. Seluruh badan menempuh jalan yang telah ditentukan dari abad ke abad. Musim-
musim silih berganti tahun demi tahun. Ada keindahan, kecantikan dan peraturan
di mana-mana. Seluruh jagat dibimbing dan dipertahankan oleh peraturan yang
tidak dapat berubah.
Kalau menanam bibit manga, kita tidak akan memetik jeruk daripadanya. Tiap
pagi kita yakin bahwa matahari akan terbit di ufuk timur. Tiap malam setelah
matahari terbenan di sebelah barat, kita dapat pergi tidur dengan tenang, dengan
keyakinan bahwa matahari itu akan terbit lagi di ufuk timur pada keesokan
harinya.
b. Untuk mengatakan bahwa seluruh peraturan ini terjadi karena kebetulan saja
adalah sama gilanya dengan mengatakan bahwa sebuah mobil berlari keliling
kota tanpa ada yang mengemudikannya.
Ad 3. Hati nurani kita dapat membedakan yang baik dari yang buruk
a. Hatinurani kita menerima yang baik dan menolak yang buruk. Jadi di dalam kita
ada suatu pengakuan tentang Seorang pembuat undang-undang kepada Siapa kita
bertanggungjawab dan dari Siapa kita menerima jasa untuk kebaikan dan
menerima siksa untuk kejahatan yang kita lakukan.
b. Mereka yang secara kaku menolak adanya Tuhan adalah orang ateis yang sudah
bertekuk lutut keada kesombongan pribadinya tanpa menghiraukan kesaksian
ekstern dan intern
Kita tidak mungkin mencapai suatu pengetahuan yang menyeluruh dan komplit
mengenai Tuhan. Manusia itu terbatas dan tidak dapat mengerti yang tidak
terbatas dengan sepenuhnya.
PENYELENGGARAAN ILAHI
Tuhan memerintah dan mengatur dunia dengan segala kebijaksanaan Nya. Dalam
bahasa manusia dikatakan bahwa pemerintahan yang baik membutuhkan pemikiran dan
perundingan. Orang tidak dapat bertindak sesuai denan ilham sewaktu-waktu tetapi harus
sesuai dengan rencana yang ditentukan terlebih dahulu dan yang harus memperhatikan
segala masalah. Secara analogis dapat juga kita kenakan ini kepada Tuhan. Sudah tentu
penyelenggaran Tuhan lain daripada penyelenggaraan manusia. Dalam keabadianNya dan
KeesaanNya tidak ada istilah sebelum dan sesudah. Ia tidak perlu memikirkan dan
merundingkan semuanya itu terlebih dahulu. Ia tidak perlu membuat rencana. Di dalam
penyelenggaraanNya tidak ada perbedaan antara rencana dan pelaksanan rencana tersebut.
Jadi dengan penyelenggaraan ilahi dimaksudkan kebijaksanaanNya, kekuasaanNya,
perawatanNya dan cintakasihNya dengan mana Ia memerintah dan mengatur dunia ini
dengan caraNya yang ilahi.
Mungkin ada orang yang berpendapat bahwa barang tetek bengek di dalam kehidupan
ini akan lewat begitu saja dari penyelenggaran Tuhan, oleh karena Ia berada di tempat yang
terlampau tinggi. Bukan demikian halnya. Dalam pergaulan manusia ada kebiasaan bahwa
pemerintahan tertinggi tidak turut campurtangan dalam urusan yang kecil, takut nanti garis-
garis besar dilupakan. Pada Tuhan tidak ada pembatasan ini. Tuhan mempunyai rencana
tersendiri untuk setiap makhluk pun yang terhina. Yang besar dan yang kecil, yang agung
dan yang hina, semuanya telah tercakup dalam rencana Tuhan.
Walaupun Ia sudah mengatur semuanya, Ia masih mempergunakan makhluknya dalam
pelaksanaan selanjutnya, dan Ia menghendaki agar rencanaNya itu dilaksanakan dengan
bantuan mereka. Ia memberikan kepada mereka kemampuan yang dibutuhkan. Dengan
demikian Ia menitipkan kekuasaanNya di dalam kelemahan dan keterbatasan makhlukNya.
Dasar Utama
Kepercayaan bahwa Tuhan mengenal kita, bahwa Ia mencintai kita, bahwa Ia merawat
kita dan bahwa Ia Mahakuasa adalah sebab yang kuat untuk bertabah dan berharap dalam
kesengsaraan. Manusia dapat meninggalkan kita tetapi Tuhan tidak.
Tuhan seringkali berbuat lain daripada yang kita kehendaki. BimbinganNya menempuh
jalan yang lain sekali daripada yang kita cita-citakan; Ia seakan-akan meninggalkan kita.
Seringkali Ia menuntut agar kita berharap sebagai Abraham, sekalipun tidak ada dasar
untuk berharap. Rm, 4,18. Ketekunan sangat diperlukan utnuk melakukan kehendak Tuhan
Ibr 10,36. Kesengsaraan menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji
dan tahan uji menimbulkan pengaharapan. Rm 5,4-5.
MANUSIA
Tidak ada suatu makhluk yang lebih menarik perhatian manusia daripada manusia itu
sendiri. Hal yang sangat fundamental yang dapat dikatakan tentang manusia ialah bahwa ia
itu makhluk. Ia adalah sebagian dari kosmos dalam kaitan pada makhluk lain. Tetapi
terutama sekali ia terkait pada Tuhan aia dalah dari Tuhan untuk Tuhan dan tidak dapat ada
tanpa Tuhan.
Ketergantungan yang radikal ini tidak dapat dihapus dari kodratnya. Kepercayaan kita
mengakui keistimewaan umat manusia, tatapi sebaliknya kita harus menentang ajaran yang
mengatakan bahwa manusia adalah sesuatu yang absolut dan yang mempunyai otonomi
mutlak. Segala yang baik yang ada padanya adalah anugrah dari atas dan diberikan
kepadanya. Segala sesuatu yang dapat kita berani di dalam manusia hanya melanjutkan
jalan kepada Tuhan. Hanya dalam ketergantungan kepada Tuhan secara menyeluruh,
manusia itu betul-betul agung.
Manusia
Manusia ialah suatu makhluk yang diciptakan menurut citra Tuhan dan diperlengkapi
dengan jiwa dan badan dan manusia diciptakan sebagai pribadi untuk dapat mengerti dan
mencintai. Manusia dapat menjadi bahagia karena dapat mencintai dan terutama karena
dapat membalas cinta kasih Tuhan. Manusia diciptakan sebagai pribadi supaya mampu
bergaul dengan Tuhan secara pribadi.
“Sebelum penciptaan manusia Tuhan bersabda:
Marilah Kami menjadikan manusia menurut citra-kesamaan Kami; dan hendaknya
ia menguasai ikan di laut dan burung di udara dan ternak dan seluruh bumi serta
segala binatang yang merayap di atas tanah” Kej 1,26
1. Tuhan menciptakan badan manusia dari tanah, tetapi ia menghembuskan jiwa ke dalam
badan itu. Jadi jiwa datang langsung dari Tuhan; ia membuktikan dan menunjukan
persamaan yang lebih dekat dengan Tuhan. Sejak awal mula Tuhan menciptakan jiwa
manusia dari tidak apa-apa. Setelah Tuhan menciptakan badan Adam, Tuhan
menciptakan jiwa Adam dengan menghembuskan ke dalam hidungnya nafas
kehidupan dan manusia jadi makhluk hidup. Kej 2,7
Jiwa manusia diciptakan tepat pada saat kehidupan mulai dalam rahim ibu. Kita harus
menghormati persamaan kita dengan Tuhan dengan selalu berusaha
menyempurnakannya melalui perawatan jiwa yang sesuci mungkin.
2. Jiwa manusia itu tidak disaring dari jiwa lain ataupun dari materi lain. Jiwa adalah roh.
Jiwa itu sendiri tidak ada sebelum orangnya ada. Manusia hidup justru karena ada jiwa.
Dan apabila jiwa meninggalkan tubuh, maka kehidupan pun berhenti.
3. Jiwa manusia tidak diambil dari orangtuannya. Hanya badannya yang diambil dari
mereka. Tidak mungkin ada suatu evolusi dalam bidang kejiwaan oleh karena jiwa
adalah suatu unsur rohani tidak takluk kepada materi dan tidak mungkin dikembangkan
dari suatu bentuk kehidupan yang lebih rendah.
4. Jiwa manusia itu lain daripada jiwa hewan. Hewan mempunyai naluri tetapi tidak
mempunyai pikiran dan kehendak bebas. Kehendak bebas ialah kemampuan jiwa untuk
memilih antara mengerjakan atau tidak mengerjakan.
5. Jiwa dan badan dipersatukan menjadi satu keutuhan. Jiwa tidak terdapat di dalam suatu
bagian badan tertentu tetapi terdapat di seluruh badan dan tiap bagian badan.
Tuhan memberi kepada kita kehidupan ilahi. Kehidupan ini merupakan suatu gerak,
suatu dinamik; pemberian kehidupan ini dibarengi dengan panggilan. Ada dua macam
panggilan :
a. Panggilan umum; yang ditunjukan kepada semua orang, agar memperkembangkan
segala kemampuannya baik rohani maupun jasmani semaksimal mungkin demi
kesejahteraan umum.
b. Panggilan seseorang; yang ditunjukan kepada setiap orang. Setiap orang mempunyai
perannya di dalam masyarakat. Ada yang dipanggil menjadi dokter, insinyur, imam,
bapa dan ibu dalam keluarga, pekerja, pedagang. Tuhan membagikan pemberianNya
yang bermacam-macam itu agar setiap orang menurut panggilannya sendiri,
menyumbangkan bagiannya dan tenaganya demi keagungan Tuhan dan kesejahteraan
umat.
Saat kematian
Pada saat kematian jiwa dipisahkan dari badan
1. Jiwa diadili oleh Tuhan dan dibalas dengan surga, disiksa dengan api neraka atau
dikirim untuk sementara waktu ke tempat penyucian. Badan mulai membusuk dan
akhirnya kembali kepada asal mulanya ialah debu.
2. Semua manusia harus mati, oleh karena kematian adalah akibat dosa.
“Sebab itu sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oelh satu orang dan oleh dosa
itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua
orang telah berbuat dosa”. Rm 5,12.
3. Tidak ada seorangpun tahu bilamana di mana dan bagaimana ia akan mati. Yang kita
ketahui dengan pasti ialah bahwa kita akan mati.
Tuhan menyembunyikan dengan penuh belaskasihan saat kematian kita. Andaikata kita
tahu bilamana kita mati mungkin kita akan diliputi perasaan takut apabila detik itu tiba.
Disamping itu juga ada kemungkinan bahwa ada orang yang hidup seenaknya dalam
dosa dengan harapan tobat sebelum detik kematiannya tiba.
4. Oleh karena itu kita harus selalu siap sedia untuk mati. Kematian datang sebagai
pencuri di malam hari apabila kita sama sekali tidak menantikannya. Kita harus hidup
seakan-akan setiap saat adalah saat terakhir. Kita harus siap untuk tampil ke depan
Hakim Ilahi.
“Sebab itu hendaklah kamu siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang
tidak kamu harapkan”. Mat 24,44
Persiapan kematian
1. Kita harus hidup di dalam cintakasih dan dalam rahmat Tuhan sehingga apabila
malaikat kematian datang kita dapat menyambutnya sebagai seorang yang datang
menjemput kita dan menghantar kita kepada Bapa surgawi yang penuh cintakasih.
Orang baik tidak akan takut terhadap kematian. Untuk orang baik kematian adalah
perpindahan ke suatu kehidupan yang lebih baik. Kematian hanya ditakuti oleh
manusia pendosa oleh karena kematian adalah titik akhir segala kenikmatan duniwai
dan titik mula siksa kekal di api neraka. Kita harus mempersiapkan diri untuk mati baik
dengan hidup secara baik dengan menjauhkan diri dari dosa dan dengan berbuat baik.
“Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku
telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan
di karuniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim Yang adil, pada hariNya; tetapi bukan
hanya kepadaku melainkan juga kepada semua orang yang merindukan
kedatanganNya”. II Tim 4,7-8.
2. Sebagaimana seorang hidup demikian ia pula mati. Kita harus sering berpikir tentang
kematian dan tentang keabadian sehingga kita dapat menghindarkan dosa.
“Dalam segala urusanmu ingatlah akan akhir hidupmu, maka tak pernah engkau akan
berdosa”. Sir 7,36
Mereka yang menunda-nunda persiapan kematiannya sampai pada ranjang
kematiannya, dapat dibandingkan dengan seorang yang hendak berpergian tetapi yang
baru mulai berkemas-kemas apabila kereta hendak berangkat.
3. Kita juga harus mengatur milik kepunyaan kita sebelum meninggal dunia. Inilah
sebabnya mengapa orang membuat testamen atau pernyataan agar jangan timbul
keragu-raguan mengenai penggunaan harta milik setelah kematian mereka. Suatu
kematian mendadak sangat tidak diharapkan oleh karena dengan demikian kita tidak
dapat mengatur kepentingan rohani dan kepentingan jasmani kita.
“Luputkanlah kami ya Tuhan dari kematian mendadak dan tidak.
Pekuburan
Pekuburan ialah tempat terakhir di mana dibaringkan mereka yang telah meninggal
dunia.
1. Pekuburan dapat diartikan pula tempat tidur di sana mereka akan tidur hingga hari
pengadilan umum.
Ada kebiasaan untuk mengukirkan huruf-huruf R.I.P yang berarti “Requiescat in pace”
atau “semoga ia beristirahat dalam damai”.
2. Pekuburan diberkahi khusus untuk maksud tersebut; paling sedikit liang lahat harus
diberkahi.
3. Pekuburan harus dirawat baik sehingga para keluarga senang datang berkunjung untuk
mendoakan mereka yang telah berbaring di sana.
Pada kesempatan tertentu kita harus pergi ke pekuburan untuk mengunjungi makam
para kekasih kita. Selagi mereka masih hidup kita berkunjung ke rumah mereka;
mengapa kita menghentikan kunjungan ini sesudah mereka meninggal. Kunjungan
yang demikian akan menguji kepercayaan kita terhadap jiwa yang tidak dapat mati dan
terhadap kebangkitan badan. Jiwa mereka tidak ada di dalam makam, tetapi badan
mereka itu akan dipersatukan kembali dengan jiwa. Doa yang kita ucapkan di depan
badan para kekasih kita adalah suatu bukti cinta kasih kita kepada mereka.
4. Ada kebiasaan di beberapa tempat bahwa mereka yang murtad, yang dikucil, yang
membunuh diri, atau yang hidup sebagai pendosa di mata umum tidak diperkenankan
untuk dibaringkan di pekuburan umum.
“Habis penguburan duka nestapa boleh berhenti, sebab hidup penuh dukacita tak
tertanggung adanya. Jangan membiarkan hatimu dimakan kesedihan, enyahkanlah dan
ingatlah akabn hari depan. Janganlah lupa bahwa orang itu tidak akan kembali lagi, engkau
tidak berguna sedikitpun bagi yang mati sedangkan merugikan dirimu sendiri. Ingatlah saja
bahwa nasibnya menjadi nasibmu juga, dia kemarin dan engkau hari ini”. Sir 38,16-22
YANG DILAKUKAN GEREJA KATOLIK SEKITAR KEMATIAN
I. Penerimaan Sakramen Pengurapan Orang Sakit Saat Sakratul Maut
II. Memandikan dan Merawat Jenazah
III. Doa Penyerahan Setelah Perawatan Jenazah
IV. Upacara Penutupan Peti dan Pemberangkatan Jenazah
V. Doa Arwah
Tradisi Gereja
- Berdasarkan surat Yakobus, Sakramen pengurapan orang sakit ini
berkembang dalam tradisi Gereja, Menghibur, menguatkan, menyembuhkan
orang sakit terasa sebagai “panggilan Gereja”. Perintah Yesus yang utama
adalah mencintai dan membantu orang menderita [Mat 25:36,43] sampai
Yesus juga mengidentifikasi diri dengan orang sakit.
- Berdasarkan Sabda dan contoh Yesus. Gereja sejak awal mula memperhatikan
orang sakit secara istimewa. Bukan hanya mendoakan orang sakit melainkan
juga mengingat kewajiban dan panggilan untuk memperhatikan, merawat dan
membantu orang sakit. Banyak rumah sakit didirikan Gereja dan banyak
kongregasi lahir demi pelayanan kepada orang sakit.
- Perlu diketahui bahwa ketika itu pengobatan baru pada taraf pengobatan
tradisional yang sederhana (misalnya, mengoleskan minyak) dan banyak
mengandalkan kekuatan magi. Penyakit masih dianggap sebagai hukuman
atas dosa (Yoh 9:1-3) atau karya setan. Maka banyak orang pergi kepada
imam sebab penyembuhan hanya dapat diharapkan dari Tuhan
- Zaman sekarang ilmu kedokteran sudah sangat maju. Diagnose penyakit jauh
lebih tepat, pengobatan makin canggih. Orang beriman memandang ini adalah
kasih Allah yang mendesak manusia untuk dengan penuh cinta merawat dan
menyembuhkan orang sakit dan mengembangkan ilmu kedokteran. Maka obat
dan minyak suci, merawat dengan berdoa tidak bertentangan. Dalam tradisi
Gereja hal ini berjalan bersama-sama
- Pada awal Gereja kita dengar banyak tentang penyembuhan atau mukjizat.
Berkat doa dan pengurapan dengan minyak suci banyak orang disembuhkan.
Tetapi lambat laun Sakramen untuk Orang Sakit ini hanya dilihat sebagai
bekal terakhir bagi orang yang mendekati kematian. Maka Sakramen ini
mengalami penyempitan arti. Umat menjadi takut dan suka menunda
menerima “minyak suci”
- Konsili Vatikan II menempatkan kembali Sakramen ini sesuai dengan arti dan
fungsinya
LITURGI PENGURAPAN
a. LITANI PERMOHONAN – dijawab
U: kabulkanlah doa kami ya Tuhan
Sesudah litani, imam langsung menumpahkan tangan
Diatas kepala si sakit tanpa mengatakan apa-apa
b. PUJIAN SYUKUR ATAS MINYAK
I : … (Imam mengajak umat untuk mengucapkan pujian dan syukur)
I : Terpujilah Engkau mengutus Allah Bapa yang mahakuasa
karena Engkau mengutus Putera-Mu ke dunia guna
menolong dan menyelamatkan kami.
U : Terpujilah Engkau di surga
I : Terpujilah Engkau Allah Putera yang tunggal
karena Engkau menjadi manusia seperti kami
guna menyembuhkan segala kesakitan kami
U : Terpujilah Engkau di surga
I : Terpujilah Engkau, Allah Roh Kudus
Sang Penolong karena Engkau menguatkan
badan kami yang lemah dengan daya ilahi-Mu
yang tetap selama-lamanya
U : Terpujilah Engkau di surga
I : Ya Allah, semoga hamba-Mu yang percaya
akan Yesus Putera-Mu, melalui tanad minyak suci ini
memperoleh kekuatan dan ketabahan hati
sehingga dapat menanggung
segala penderitaan dan kelemahan
demi Kristus/Tuhan dan Pengantaran kami
U : Amin
c. PENGURAPAN
Imam mengambil minyak suci dan mengurapi si sakit
pada dahi dan telapak tangan sambil berkata satu kali:
I : SEMOGA KARENA PENGURAPAN SUCI INI
ALLAH YANG MAHARAHIM MENOLONG
SAUDARA DENGAN RAHMAT ROH KUDUS
U : AMIN
I : SEMOGA IA MEMBEBASKAN SAUDARA
DARI SEGALA DOSA DAN
MEMBANGUNKAN SAUDARA
UNTUK MENGENYAM KEBAHAGIAAN SEJATI
U : AMIN
I : Marilah kita berdoa …
d. BAPA KAMI
I : Saudara sekalian guna menguatkan hati saudara ini
marilah kita sehati sejiwa berdoa kepada Bapa di
surga dengan doa yang diajarkan Tuhan Yesus sendiri
U : Bapa kami …
I : Ya Bapa, jadilah kehendak-Mu, sebab itulah satu-
satunya pedoman hidup kami. Kasihanilah dan bantulah
saudara kami ini, supaya dalam masa penderitaannya
tetap setia kepada kehendak-Mu. Bersihkanlah ia dari
noda dosa dan jauhkanlah dari segala kegelisahan
supaya dengan tenteram dapat menantikan kedatangan
penyelamat kami Yesus Kristus.
U : Sebab Engkaulah Raja yang mulia dan berkuasa untuk
selama-lamanya.
KOMUNI SUCI
Pada waktu menerimakan Komuni, imam berkata sebagai
berikut:
I : Inilah tubuh Kristus, Penyelamat saudara
U : Amin
I : Ia akan melindungi saudara dan mengantar
masuk ke hidup yang kekal.
U : Amin
DOA PENUTUP, BERKAT DAN PENGUTUSAN
MEMANDIKAN JENAZAH
P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U : Amin
P : Ya Allah yang mahasuci, sucikanlah air ini yang akan kami pakai untuk
memandikan Saudara kami ini, agar tubuh saudara kami yang dimandikan
dengan air suci ini menjadi bersih dan layak menghadap kepadaMu (+)
dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U : Amin
P : Semoga air suci ini mengingatkan Saudara kami yang telah dibersihkan
berkat pembaptisan suci yang telah ia terima. Demi Kristus Tuhan dan
pengantara kami.
U : Amin (Doa Bapa Kami, Salam Maria)
III. Doa Penyerahan Setelah Perawatan Jenazah
Yang harus disiapkan
1. Menyiapkan petugas doa
2. Menyiapkan beralatan ibadat : meja dengan taplak putih, salib, lilin jongkok
dan buku panduan ibadat
P : Pertolongan kita atas nama Tuhan
U : Yang menjadikan langit dan bumi
P : Datanglah bergegas hai para orang kudus Allah, jemputlah hai para
malaikat Tuhan, terimalah dia
U : Perkenalkanlah dia dating ke hadirat Yang Mahatinggi
P : Moga-moga engkau diterima Kristus, yang telah memanggil engkau
kembali ke pangkuanNya
U : Perkenalkanlah dia dating ke hadirat Yang Mahatinggi
P : Tuhan berilah dia istirahat yang kekal dan moga-moga cahaya yang kekal
menerangi dia
U : Perkenalkanlah dia dating ke hadirat Yang Mahatinggi
P : Tuhan kasihanilah kami
U : Kristus kasihanilah kami
P : Bapa kami ….
U : Bapa kami yang ada di Surga …
P : Tuhan kabulkanlah doa kami
U : Dan seruan kami sampaikan ke hadiratMu
5. RENUNGAN :
Tanpa Misa Kudus : langsung pemberkatan jenasah
Dengan misa Kudus : langsung liturgi ekaristi dan pemberkatan jenasah
sesudah doa penutup.
6. PEMBERKATAN JENAZAH :
Untuk yang sudah dipermandikan
P : Saudara-saudari terimakasih, kini sudah tibalah saat kita berpisah dari
saudara (anak) kita NN ……
Dengan hati yang tabah kita memberikan penghormatan terakhir
kepadanya, karena kita berharap bahwa ia akan bangkit untuk kehidupan
kekal. Kekal bersama Kristus yang telah diimaninya. Maka air suci akan
dipercikkan di atas dia sebagai lambang pembaptisannya dan jenasahnya
akan didupai supaya keharuman arwahnya berkenan kepada Tuhan.
U : Amin
Atau: (untuk orang dewasa atau anak yang belum dipermandikan/ non
Katolik)
P : Saya memberkati engkau dengan air ini yang melambangkan hujan
rahmat Allah yang telah menyelamatkan dikau untuk selama-lamanya
dalam kegembiraan kekal. Demi Kristus pengantaran kami
U : Amin
9. DOA UMAT
( Untuk yang sudah dipermandikan)
P : Marilah kita berdoa kepada Allah, Tuhan kehidupan dan kematian dan
Bapa yang berbelas kasih, Allah segala penghiburan
L : Untuk saudara (anak) kita yang terkasih yang oleh Permandian Suci telah
menajadi anak Allah; semoga ia diperkenankan masuk ke rumah Bapanya
Marilah kita mohon ………..
L : Untuk saudara kita yang dipanggil sesudah cobaan-cobaan hidupnya
disini agar Tuhan sudi menerimanya ke dalam kedamaian dan
kebahagiaan kerajaanNya.
Marilah kita mohon ………..
L : Supaya Tuhan membalas budi saudara kita dan menganugerahkan
ganjaran yang berlimpah kepadanya.
Marilah kita mohon ………..
L : Untuk seluruh keluarga ktia supaya Tuhan memberikan kepada mereka
penghiburan dan kekuatanNya
Marilah kita mohon ………..
P : Bapa yang baik dan mahakuasa Engkau membangkitkan Tuhan Yesus;
dengarkanlah doa kami yang penuh harapan; kuatkanlah kiranya kami
dalam duka cita kami dan berilah juga bagian dalam kegembiraan surgawi
di tempat yang Kausediakan untuk kami. Karena Kristus Tuhan Kami.
U : Amin
12. PENUTUP
P : Saudara NN ……… berangkatlah memasuki hidup abadi.
P : Saudara-saudari sekalian, marilah kita berangkat ke pemakaman untuk
menghantarkan saudara (anak) kita yang terkasihi ini ke tempat
istirahatnya yang terakhir. Semoga damai Tuhan menyertai kita
U : Sekarang dan selama-lamanya
P : Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U : Amin
LAGU PENUTUP
V. Doa Arwah
Yang harus disiapkan
1. Pemimpin ibadat dan petugas yang lain.
2. Menyiapkan beralatan ibadat : meja dengan taplak putih, salib, lilin jongkok
dan buku panduan ibadat
Doa Arwah
Kesempurnaan hidup pasti tidak gampang dinilai apalagi oleh manusia yang
serba kurang sempurna ini. Manusia bisa mengagumi secara lahiriah namun apa yang
batiniah tak mungkin secara penuh disergap. Dosa yang nampak dalam perbuatan dan
terdengar dalam kata-kata masih bisa diketahui orang lain, tetapi apa yang ada dalam
budi hati tentu hanya pribadi yang mengerti. Dan hanya Allah yang bisa mendeteksi
segalanya secara sempurna.
Juga bila kita melihat diri kita sendiri tidak hanyak rasa dosa tetapi juga
kesadaran berdosa ada dalam hati kita. Dalam hal inilah kita selalu bertobat dan
mohon ampun kepada Allah Yang Maharahim. Kiranya keadaan batin seperti itu pasti
dialami oleh setiap orang beriman. Karena keterbatasan kita dalam mengasihi Dia dan
sesama kita. Juga akibat cacat batin yang kita bawa sejak lahir, entah kesombongan,
keserakahan dan lain-lain. Menyadari segalanya itu mendorong kita untuk
memohonkan ampun juga bagi sesama yang dipanggil Tuhan ke hadiratNya. Siapa
tahu hidupnya seperti kita yang berdosa ini. Dalam arti itu pula kita bisa tidak
memiliki pengetahuan jelas apakah arwahnya sudah ke surga apa belum. Dan sebagai
pendapat plus harapan positif kita yakin doa-doa kita pasti amat diperlukan bagi
arwah. Maka seluruh Gereja mendoakan arwah orang beriman pada tanggal
2 November. Peristiwa gerejani ini menebalkan iman kita akan persekutuan anggota
tubuh Kristus baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Tentu ujud
Misa Kudus, doa arwah, doa Rosario, mati raga dan pengurbanan kita pasti berguna
bagi arwah orang yang kita kasihi.
Kita yakin bahwa perbuatan berdasar iman pasti akan berubah baik bagi diri
sendiri juga pasti bagi arwah yang kita doakan. Karena sabdaNya: “Mintalah, maka
akan diberikan kepadamu, carilah maka kamu akan mendapat; ketuklah maka pintu
akan dibukakan bagimu”. (Luk 11:9)
Sekarang ini sudah tersedia aneka buku doa arwah. Seperti yang disusun oleh
Rm. A Wahjasudibja Pr. Melepas Jenasah dan Memperingati Arwah, Kanisius, 1978.
Memang dalam tradisi tercantum “hari ketiga, ketujuh, ke empatpuluh, ke seratus,
satu tahun, dan seterusnya”. Semua doa disediakan dalam buku itu, bahkan dengan
nyanyian-nyanyiannya yang sesuai. Semua itu menunjukan bahwa kita perlu
mendoakan arwah. Namun, walaupun segalanya tersedia jangan lalu berlebih-lebihan
sehingga terkesan mentraktir arwah dengan doa. Ikutilah aturan yang ada di paroki
dan lingkungan. Jangan sampai orang mendapat kesan doa tiap hari itu karena atau
demi menunjukan bahwa punya uang.
KEHIDUPAN
Kehidupan tumbuh tumbuhan dan binatang
Perintah Allah yang ke-5 berbunyi, "Jangan membunuh".
Allah menciptakan segala jenis tumbuh-tumbuhan dan binatang. Mereka hidup,
berkembang dan berlipat ganda secara mengagumkan. Kcsemuanya itu untuk manusia
supaya manusia berbahagia. Jadi jelaslah bahwa kita mempunyai hak dan kewajiban untuk
memanfaatkan kehidupan mereka demi kebahagiaan kita semua.
Oleh karena itu kita wajib pula memelihara mereka dan tidak boleh merusakkan
pohon dan bunga atau menyiksa binatang dengan seenaknya. Kita harus menghormati
segala sesuatu yang hidup, sebab hidup itu berasal dari Tuhan. Siapa yang kejam terhadap
binatang kemungkinan besar akan menjadi kejam (sadis) terhadap sesama manusia pula.
Bagaimana kita dapat memanfaatkan makhluk-makhluk hidup? Dari tumbuh-
tumbuhan kita dapat mengambil misalnya: bahan makanan, pakaian, obat-obatan,
bangunan, alas-alas rumah tangga, hiasan dll. Sedangkan dari binatang kita dapat
mengambil; tenaga, telur, daging, kulit, bulu dll.
Kehidupan manusia
Manusia adalah puncak ciptaan. la lebih mengagumkan, lebih luhur daripada
ciptaan-ciptaan lainnya. Maka kehidupan manusia harus kita hormati dan kita lindungi
dengan sebaik-baiknya. Dari Kitab Suci kita mengetahui:
1. Hidup manusia menggambarkan Tuhan sendiri. Manusia diciptakan menurut citra
kesamaan Allah (Kcj 1:26-31). Menghormati hidup manusia berarti menghormati
Tuhan sendiri.
2. Hidup manusia mempunyai nilai tersendiri yang amat luhur. "Apakah manusia sehingga
Kau perhatikan, siapakah dia sehingga Kau pelihara? (Mzm 8:5). Tuhan sendiri
menghormatinya. Mengapa kita tidak?
Persiapan perkawinan
Pergaulan inuda-mudi dapat berkembang menjadi saling mencintai antara pemuda
dan pemudi tertentu. Kalau mereka sudah sepakat untuk mengadakan perkawinan di
kemudian hari, dan kalau hat itu diperkenankan oleh orang tua, maka mereka bertunangan
(tukar cincin).
Masa pertunangan ini memberi kesempatan untuk saling mempelajari dan
menyesuaikan diri. Dalam masa pertunangan cinta antara pemuda dan pemudi itu
berkembang dan semakin berakar dalam. Mcreka saling memberi tanda-tanda cinta itu.
Namun hubungan seks dalam masa pertunangan belum, merupakan pernyataan cinta
yang tepat. Sebab hubungan seks adalah suatu penyerahan diri secara menyeluruh dan tidak
mungkin dilakukan secara “iseng” sambil lalu atau hanya coba-coba saja. Maka penyerahan
diri dalam hubungan seks merupakan suatu langkah yang tidak dapat dicabut lagi dan
hanya dapat dipertanggungjawabkan dalam perkawinan. Padahal perkawinan itu tidak
hanya menyangkut dua kekasih saja, melainkan seluruh masyarakat..
Sebelum kawin para calon harus mempersiapkan diri sungguh-sungguh. Hendaklah
mereka sudah bekerja dan dapat mengatur ekonomi rumah tangga sendiri, sudah mendapat
rumah beserta perkakasnya. Kedua duanya harus cukup dewasa untuk mendidik anak dan
rela berkorban demi kepentingan keluarga.
PERKAWINAN
Tujuan perkawinan
Kitab Kejadian membuka dengan dua cerita tentang penciptaan, yang perlu kits
perhatikan dengan seksama, sebab cerita-cerita itu mempunyai makna yang dalam. Sambil
mengisahkan penciptaan manusia cerita-cerita itu menyampaikan juga suatu pandangan
tentang perkawinan.
Dalam salah situ dari kisah tadi diceritakan bagaimana Tuhan menciptakan manusia
pertama (Adam). Tetapi kemudian Tuhan sendiri bersabda, "Tidak, baik kalau manusia itu
seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginva, yang sepadan dengan dia" (Kej
2:18). Lalu Tuhan mengambil tulang rusuk dari dada Adam dan dari tulang itu dibangun-
Nya seorang perempuan. Ketika melihat perempuan itu, berkatalah Adam, "Inilah tulang
dari tulangku dan daging dari dagingku." Kitab Suci menambahkan, "Sebab itu seorang
laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga
keduanya menjadi satu daging".
Cerita itu mengungkapkan dan membenarkan apa yang dicita-citakan setiap orang
yang menjadi dewasa. la ingin mengadakan perkawinan: dia mencari seorang teman hidup
yang sepadan dan sederajat untuk saling melengkapi, saling menyempurnakan dan saling
membahagiakan sebagai suami dan istri. Itulah salah satu tujuan perkawinan.
Dalam kisah lain (Kej 1:27-28) dikatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia laki-
laki dan perempuan, memberkati mereka dan bersabda, "Beranakcuculah dan sertambah
banyak. Penuhilah bumi dan taklukkanlah itu.
Di situ diungkapkan dan dibenarkan cita-cita lain yang hidup dalam hati setiap
orang yang mengadakan perkawinan. la ingin mempunyai keturunan, membuat manusia
baru dan dengan demikian turut serta dalam karya penciptaan Tuhan. Itu pun merupakan
tujuan perkawinan.
Dwitunggal tujuan.
Sesuai dengan itu dalam Liturgi Sakramen Perkawinan mempelai mengucapkan dua
janji:
1. Mengasihi istrinya (suaminya), menghormati serta mernbantunya dan, selalu setia
kepadanya.
2. Menjadi bapak (ibu) yang baik bagi anak-anaknya.
Kedua tujuan iri merupakan dwitunggal. Hal itu paling jelas pada saat suami-istri
menyatakan cinta kasihnya yang menyeluruh (sanggama). Sebab pada saat itu ada
kemungkinan cinta kasih mereka berwujud dengan terciptanya manusia baru. Manusia baru
itu lahir karena persatuan lahir hasil antara ayah dan ibunya, dan sekaligus ia
mempersatukan mereka lebih erat lagi dalam dirinya. Setiap anak mirip baik dengan ayah,
maupun dengan ibunya, dan dicintai oleh keduanya. Dengan demikian anak menjadi tali
pengikat yang mempererat lagi persatuan antara ayah dan ibunya.
Kepala keluarga
Suami biasanya disebut kepala keluarga. Tetapi Santo Paulus menghendaki supaya
suami sebagai kepala keluarga jangan meniandang. rendah istrinya. la tetap harus
menghormati dan mencintai istrinya, sehingga istrinya tidak merasa sebagai pelayan
semata-mata, melainkan sebagai sekutu, teman atau "penolong yang sepadan dengan dia"
(Kej 2:20). Kalau sebutan "kepala keluarga" dipandang sesuai dengan kedudukan ayah
dalam keluarga, maka sebutan "hati keluarga" adalah sesuai dengan kedudukan ibu.
Sakramen perkawinan
Perjanjian cinta kasih antara pria dan wanita yang disebut perkawinan ini oleh
Kristus telah ditingkatkan menjadi Sakramen perkawinan. Suami istri saling menerimakan
sakramen itu di hadapan wakil Gereja yang resmi (biasanya imam) serta dua saksi lainnya
yang Katolik. Sakramen ini mendatangkan rahmat Kristus untuk saling menguduskan dan
pula untuk menguduskan anak-anak yang akan dianugerahkan Tuhan, serta untuk me-
nunaikan tugas, baik sebagai suami-istri maupun sebagai orang tua, dengan setia sarnpai
mati.
Tetapi perkawinan dengan perbedaan agama bukanlah sakramen dan sangat tidak
dianjurkan demi kebahagiaan suami-istri sendiri dan demi pendidikan anak-anaknya. Amat
banyak perkawinan dengan perbedaan agama telah mcnemui kegagalan. Namun demikian,
kalau ada alasan-alasan tertentu perkawinan seperti itu dapat diadakan dengan dispensasi
dari uskup.
Perkawinan yang diadakan dengan sah secara Katolik untuk orang Indonesia (asli)
sekaligus sah terhadap pemerintah, sebab pastor biasanya diakui juga sebagai pengantar
agama untuk catatan sipil.
Sakramen perkawinan mengakibatkan bahwa cinta kasih antara suami-istri
disenipurnakan, ditingkatkan dan dipadukan dengan cinta kasih ilahi. Santo Paulus
meniandang cinta kasih antara suami-istri sebagai lambang persatuan Kristus dengan
Gereja. seperti Kristus mencintai Gereja, sampai rela mengorbankan hidup-Nya demi
keselamatan Gereja, demikian pula suami dan istri harus saling mencintai dan rela,
mengorbankan segalagalanya (Ef 5:21-33).
KELUARGA
Mendidik anak-anak
Sesudah menasihati anak-anak Santo Paultis menasihati orang tua juga, "Kamu,
bapak-bapak, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah
mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan" (Et' 6:4). Itu juga termaktub dalam perintah ke-
4.
1. Orang tua yang tclah melahirkan anak dengan sendirinya juga menerima tanggung
jawab untuk mendidik mereka. Jasmaninya dididik dengan memberi sandang
pangan kepada anaknya, rohaninya dengan memberi nasihat dan teladan baik,
dengan mencarikan sekolah yang baik bagi mereka. Tujuan pendidikan ialah supaya
anak menjadi manusia dewasa rohani jasmani.
2. Anak itu bukan milik mutlak orang tua, bukan boneka dan bukan pelayan,
melainkan anak-anak dipercayakan kepada orang tua oleh Tuhan untuk dibesarkan.
Maka hak-hak anak harus dihargai. Orang tua tidak boleh menghukum anaknya
hanya karena marah dan tidak boleh memberi perintah dengan sewenang-wenang.
Sabda Yesus, "Siapa yang memerintah di antara kamu hendaklah menjadi seperti
pelayan" (Luk 22:26).
3. Untuk menolong anak menjadi manusia yang berpikiran dewasa dan bertanggung
jawab, maka putusan dan perintah sebaiknya diterangkan dan dibicarakan dengan
anak-anak. Tentu sesuai dengan umur dan perkembangan mereka.
4. Sekolah yang dipilih bagi anak-anak supaya sesuai dengan kemampuan orang tua,
bakat anak, dan kebutuhan masyarakat. supaya anak jangan berhenti di tengah jalan
(drop-out) atau menjadi penganggur,
5. Sebaiknya orang tua tidak membiarkan anak-anak yang lebih tua memerintah adik-
adiknya.
Sumber Bahan :
Piet Go, Hidup dan Kesehatan, STFT Widya Sasana, Malang 1984, hlm 118 – 132
Panitia Kepausan Untuk Reksa Pasioral Kesehatan, Piagam bagi Pelayan Kesehatan,
Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, Jakarta 1996.
PENGHARGAAN TERHADAP KEBUTUHAN TUBUH
DAN PRINSIP TOTALITAS
2. Prinsip Totalitas
Yang dimaksudkan dengan totalitas adalah tubuh manusia seutuhnya, sebagai
kesatuan dari bagian bagian organismenya. Prinsip prinsip totalitas menekankan bahwa
bagian bagian boleh atau bahkan harus dikurbankan demi kesejahteraan keseluruhan
sejauh hal itu perlu atau berguna dan tiada lagi jalan lain yang lebih baik untuk
menyelamatkan keseluruhan.
Dasar dari prinsip totalitas ialalh hubungan subordinasi bagian bagian terhadap
keseluruhan, sehingga bagian bagian boleh dikurangkan sejauh perlu untuk
keseluruhan. Dikurbankan bisa berarti dihentikan fungsinya, dipotong dan dibuang.
Apa artinya bila tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan keseluruhan muka
bagian bagian boleh dikurbankan? Hal tersebut dapat berarti bila memang sungguh
sugguh tidak ada jalan lain (secara sempit) atau bila tidak ada jalan lailn yang
memuaskan (secara luas).
Apa artinya bila perlu, maka bagian bagian boleh dikurbankan? Bukanlah
dimaksudkan bahwa harus menunggu sampai saat terakhir, melainkan juga preventif
dan bermanfaat. Umumnya dapat perbedaan pada apa yang menurut ilmu kedokteran
dipandang sebagai tuntutan yang masuk akal, demi kesejahteraan penderita.
Totalitas dalam konteks mutilasi tidak terlepas dari kesadaran bahwa manusia
merupakan kesatuan jiwa raga, jadi bukan totalitas jasmani saja. Intervensi atas manusia
melalui mutilasi, harus memperhitungkan aspek ini juga.
Manusia bukanlah subjek yang berdiri sendiri, tanpa kaitan apapun dengan orang
lain. Oleh karena itu perlu pula memperhatikan totalitas antar personal / alituistis
solidaring antar subjek. Dalam konteks ini perlulah memperhitungkan situasi konkret
pemberi dan penerima, tak cukup hanyna kemauan dan belaskasih antar keduanya.
Contoh seorang anak yang mau mendonorkan salah satu organnya untuk ayahnya yang
sakit, bagaimana kedidupan anaknya jika tanpa organ yang akan didonorkannya?
Bagaimana kondisi rill kehidupan ayahnya setelah bantuan tersebut ?
Sumber bahan :
Piet Go, Hidup dan Kesehatan, STFT Widya Sasana, Malang 1984, hlm 107-117
ABORSI
Oleh : Romo Pier Go O. Carm
Ulangan 30 : 19
Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini.
Kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan
supaya kamu hidup baik kamu keturunanmu!
Usaha Usaha :
1. Preventif : pada umumnya menyingkirkan atau mengurangi sebab sebab pengguguran:
a. Memupuk dan mengembangkan sikap hormat terhadap hidup
b. Pembinaan sikap dan perilaku penuh tanggung jawab, juga dibidang seksual
c. Askese dalam arti baik (melatih diri mengatur kecenderungan)
d. Berfikir panjang dan memikirkan akibat yang dapat timbul dari tindakan
e. Menghindari bahaya godaan
f. Saling membantu
2. Kuratif : bila terjadi “ kecelakaan “
a. Sikap pastoral (gembala yang baik)
b. Pendampingan penuh solidaritas untuk mengolah dan menerima kenyataan
c. Konsultasi dengan ahli dalam proses pengambilan keputusan
d. Membuka cakrawala harapan nyata
e. Membantu mencairkan jalan keluar berikutnya
f. Menciptakan suasana non diskriminatif terhadap ibu tak bersuami tanpa
melemahkan prinsip prinsip
g. Upaya upaya rohani
ABORTUS PROVOCATUS
Sumber bahan:
Piet Go, Hidup dan Kesehatan, STFT Widya Sasana, Malang 1984, hlm 278-345
Katekismus Gereja Katolik, Arnoldus, Ende 1995, art. 2270-2275;
Yohanes Paulus II, Evangelium Vilae, (terj. R.Hardawiryana), Dokumentasi dan
Penerangan KV, Jakarta, 1996.
B.M. Ashley dan K.D. O'Rourke, Health care ethics: a theological analysis,
Georgetown University Fress, Washington, 1997, him. 252-270;
Bertens, K., Aborsi Sebagai Masalah Etika, Grasindo, Jakarta, 2002,
C.H. Peschke, Christian Eihics, vol. -1, C.Goodliffe Neale, Alcester and Dublin, 1978,
him. 353-364.
EUTHANASIA
3. Masalah Euthanasia
3.1 Masalah euthanasia
Masalah pokok dari euthanasia ialah sejauh mana manusia berhak berbuat
sesuatu yang mengakibatkan kematian sebelum waktunya? Sejauh mana orang
berwenang untuk mengakhiri hidupnya?
Ada pula soal-soal khusus dalam kaitan dengan pengaruh perkembangan ilmu
kedokteran. Sejauh mana manusia wajib menggunakan sarana biasa dan proporsional/
non proporsional untuk mempertahankan hidupnya dan sejauh mana ia boleh meninggal
saja?
3.2 Penilaian moral
3.2.3 Wewenang manusia untuk hidup dan mati bila saatnya tiba
Ini menunjukan campur tangan Allah : hidup adalah anugerah, anugerah yang
terbatas. Allah memanggil manusia kembali bila saatnya tiba: manusia tak boleh
mendahuluinya tak berhak menentukan sendiri saat itu. Manusia wajib memelihara
hidupnya tetapi tidak dengan mengorbankan segala-galanya
Sumber bahan :
Piet Go, Hidup dan Kesehatan. STFT Widya Sasana, Malang 1984, hlm 346-379
Katekismus Gereja Katolik (terj. H. Embuiru SVD), Propinsi Gerejani Ende. Ende 1995
Yohanes Paulus II, Evangelium Vitae, Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI
1996
B.M Ashley dan K.D O’Rourke, Health Care Ethics: A Theological Analysis,
Georgetown University Press, Washington 1997, hlm 411-419
K.H Peschke, Etien Cristiana H, Pontifieia Universita Urbaniana, Roma 1989, hlm
467-470
Jika kita memiliki akar dan sayap hidup yang kuat dan kokoh maka kita tidak akan haus
dan lapar lagi.