Anda di halaman 1dari 64

AGAMA

Agama adalah hubungan manusia dengan sesuatu kekuatan suci yang lebih tinggi
daripada dia kepada siapa manusia merasa tergantung takut atau takwa karena sifatnya yang
dahsyat (fremendum), tetapi sekaligus manusia juga merasa tertarik kepadanya karena sifat-
sifatnya yang memperankan (fremendum), lalu mencari jalan dan mengadakan usaha untuk
mendekatinya. Itulah makna dari definisi agama.
Kekuasaan suci itu menurut agama masing-masing disebut Allah, Tuhan, Budi, Dewi,
Pencipta, Pusat Dunia dan lain-lain.
Perasaan ketergantungan itu disebut kepercayaan. Usaha untuk mendekati kekuasaan
suci itu diwujudkan dengan doa dan upacara keagamaan seperti persembahan dan
kebaktian.

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari definisi agama ialah :
1. Agama tidaklah suatu usaha manusia, melainkan usaha Tuhan sendiri. Dengan
demikian agama berasal dari Tuhan. Usaha Tuhan untuk mendekati manusia
disampaikan dengan sabdaNya baik langsung maupun tidak langsung dengan
perantaraan nabi.
2. Tuhan tidak menghendaki kekaburan dalam agama, Tuhan menghendaki satu agama
yang benar. Tidaklah benar apabila kita mengatakan bahwa semua agama itu sama.
Pandangan yang beranggapan bahwa semua itu sama saja, sama benarnya dan sama
salahnya disebut indiferentisme. Usaha untuk mencampuradukan beberapa agama
menjadi satu kesatuan yang murah disebut sinkretisme.
Indiferentisme dan sinkretisme harus ditolak karena tidak realistis dan meremehkan
kebenaran demi suatu kerukunan yang dangkal. Kita harus mencari agama yang benar
sesuai dengan hati sanubari kita dan kita harus berani memilih.
3. Meskipun Tuhan menghendaki satu agama yang benar, namun itu tidak berarti bahwa
agama yang lain semuanya salah. Dalam setiap agama terdapat unsur-unsur yang
benar, terutama sekali dalam agama yang mengakui satu Tuhan saja. Oleh karena
setiap agama mempunyai unsur-unsur yang benar, maka timbullah apa yang
dinamakan toleransi.
4. Inti agama adalah cintakasih dan berdasarkan keyakinan hati sanubari yang merdeka.
Oleh karena itu agama tidak boleh dipaksakan baik secara fisik maupun secara moril
Harus ada kebebasan agama.
Indiferentisme
Indeferentisme adalah suatu dogma yang sangat biasa dan sangat berbahaya.
Indiferentisme mengatakan: Ada banyak jalan menuju surga. Seorang saleh dapat
mengambil salah satu jalan yang menurut tanggapannya berkenan kepada Tuhan.
Penganut indiferentisme ada di mana-mana. Dalam masalah pendidikan ia adalah
seorang sekularis yang menganjurkan agar para orang tua menyekolahkan anak-anaknya di
sekolah yang tidak mengenal agama. Dalam bidang politik ia menghendaki agar Negara
mengenyampingkan agama. Dalam masalah social ia memasukkan prinsip-prinsip yang
bertentangan dengan moralitas dan mengajarkan agar agama menjauhkan diri dari urusan
perceraian, masalah perburuhan, keluarga berencana dan sebagainya. Dalam bidang agama
ia percaya bahwa semua agama adalah sama benar dan sama manfaatnya.
Kita harus menolak indiferentisme ini. Seorang indiferentis merasa bangga akan agama
bikinan pribadi; ia merasa bebas dari segala kewajiban dan larangan; malahan ia tidak
memikirkan tuntutan Tuhan melalui agama.
Penegasan bahwa agama yang satu sama baiknya dengan agama yang lain adalah
penegasan irasionil. Adalah suatu prinsip utama bahwa dua pendirian yang berlawanan dan
bertolak belakang tidak mungkin kedua-duanya benar. Kalau yang satu benar yang lain
harus salah. Ada banyak Tuhan atau ada satu Tuhan saja. Tidak ada alternatif lain.

Toleransi
Toleransi ialah keinginan untuk menggali kebenaran dalam agama lain dan untuk
menunjukan penghargaan terhadap keyakinan orang lain, meskipun tidak semua dalam
agama dan keyakinan itu dapat disetujui.
Ada tiga macam toleransi agama :
a. Negatif: isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai, tetapi dibiarkan saja karena terpaksa
b. Positif: isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai
c. Ekumenis: isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam ajaran mereka itu
terdapat unsur-unsur kebenaran yang berguna untuk memperdalam kepercayaan
sendiri.

Dialog
Semangat toleransi akan menjadi lebih mantap dan terjamin bila ada dialog antara
penganut agama yang satu dengan penganut agama yang lain, tanpa suatu sikap dan
kecenderungan untuk mengalahkan.
Dialog ialah suatu tukar-menukar pikiran, dalam mana dua pihak saling mendengarkan
dalam mengemukakan pendapat serta pendirian dengan mengajukan argument serta
alasannya. Dalam dialog orang berikhtiar untuk saling memahami dan bersama-sama
mencapai suatu pengertian yang lebih sempurna.

Syarat-syarat untuk berdialog


1. Setiap dialog mengandalkan bahwa sikap yang simpatik dan terbuka antara mereka
yang akan mengambil bagian, sudah tercapai oleh kontak dan pertukaran spontan
dalam hal-hal kecil dari kehidupan sehari-hari. Dalam konteks hubungan manusia
demikanlah, sekalipun berbeda-beda dialog macam apapun biasanya mengambul
bentuknya.
2. Dialog ekumenis dilakukan di antara peserta-peserta seperti di antara orang-orang yang
sederajat. Hal ini mengandung arti bahwa ada kesamaan tingkat pengetahuan tentang
keagamaan dan keduniawan dan kesamaan dalam tingkat tanggung jawab yang mereka
pikul.
3. Supaya dialog itu berhasil maka semua dialog menuntut bahwa setidak-tidaknya
mereka yang memimpin mempunyai suatu taraf kemampuan. Kecakapan dalam bidang
agama tidak mungkin merupakan satu-satunya syarat. Harus ada keahlian praktis
dalam semua hal yang bersifat profesionil, tehnis maupun rohani.
4. Untuk mengembangkan semangat dialog yang sejati, orang harus memperhatikan
dengan sungguh-sungguh keaneka ragaman yang sah. Orang harus berusaha
memajukan perasaan harga-menghargai, hormat-menghormati, dengan membiarkan
tiap perbedaan yang sah. Hal-hal yang mempersatukan orang-orang yang beriman lebih
kuat daripada hal-hal yang memisahkan mereka. Biarlah ada kesatuan dalam hal-hal
yang esensil, kebebasan dalam hal-hal yang tidak meragukan, cintakasih dalam semua
hal.

Unsur-unsur penghambat agama


Unsur-unsur penghambat agama ialah :
1. Fanatisme
2. Takhyul
3. Fatalisme

Ad’ 1 F A N A T I S M E dalam bidang agama ialah sikap menonjolkan agama


sendiridengan kecenderungan menghina agama lain dan mengurangi hak hidupnya.
Sebab-sebab dari fanatisme adalah beraneka ragam, Antara lain disebabkan karena :
a. Hidup dalam daerah di mana agama tertentu merupakan unsur dominan (Aceh, Flores,
Madura, Bali, Sumbawa, Ambon)
b. Pendidikan agama yang sempit dan defensif yang ingin mencari-cari kejelekan dari
agama lain.
c. Rasa bangga yang berlebihan terhadap agama sendiri dengan tidak melihat kekurangan
yang ada
d. Rasa takut akan kemajuan agama lain

Dalam forum nasional, fanatisme mempertajam perbedaan dan pertentangan agama


sehingga kesatuan bangsa menjadi goyah, terlebih jika fanatisme berhasil membina
kelompok politis yang mengarah ke suatu dominasi politik.
Jika dominasi politik tercapai, maka agama yang lain akan dikurangi hak hidupnya dengan
tata cara yang sangat diskriminatif.
Dalam forum internasional, fanatisme mempersukar kerukunan dan seringkali
menyebabkan ketegangan dan peperangan antar bangsa. Demikianlah ketegangan yang
dapat kita lihat antara India (Hindu) dan Pakistan (Islam), Arab (Islam) dan Israel (Yahudi),
Irlandia (Katolik) dan Inggris (Protestan).
Setiap agama harus secara jujur bermawas diri dan berani mengakui kesalahannya. Setiap
agama harus sanggup ber-evolusi apabila tida mau membeku dan mati.

a.d 2 T A K H Y U L ialah kepercayaan yang terlalu besar terhadap benda atau acara
tertentu, agar dengan demikian mendapat bantuan dari Tuhan.
Sebenarnya orang lebih percaya kepada benda atau acara itu daripada kepada Tuhan.
Manusia berusaha mencegah pengaruh roh jahat dan mendapat bantuan dari roh baik
dengan perantaraan seorang dukun dan melalui acara tertentu seperti pengorbanan,
persembahan, bertapa, matiraga.
Tempat-tempat tertentu dianggap angker dan keramat oleh karena dianggap ada gendruwo.
Jika dilewati harus ditaruh sesajen untuk menentramkan roh-roh itu.
Tahkyul merusak iman sejati
Di dalam takhyul kita berhubungan dengan bayangan, fantasi dan gagasan khayal yang
menguasai jiwa manusia, sehingga menyebabkan berbagai gangguan jiwa dan membuat
manusia selalu hidup dalam ketakutan.
“Jauhilah takhyul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani
terbatas gunanya, tetapi ibadah berguna dalam segala hal, baik untuk hidup ini maupun
untuk hidup yang akan dating”. I Tim 4, 7-8.

ad 3. F A T A L I S M E ialah sikap mudah menyerah kepada nasib. Nasib dianggap


sebagai sesuatu yang telah ditakdirkan oleh Tuhan. Sikap fatalistis ini menyebabkan
manusia kurang berusaha menanggulangi kesulitan hidup, terlalu mudah bersibuk diri
dengan acara keagamaan dan menantikan penyelesaian dari surga. Orang yang hidup di
daerah banjir menganggap sebagai “nasib” apabila mereka dikunjungi bencana banjir
secara terus-menerus. Mereka tidak berusaha untuk membuat tanggul, untuk mengalirkan
air ke tempat lain untuk mengeruk dan memperdalam saluran untuk pindah dari tempat
bencana itu. Mereka tetap bermukim di tempat dan mengharapkan pembebasan. Mereka
hidup dengan cara yang using dan tradisional.

Kekudusan Agama
Di dalam kekudusan agama tersisip pendekatan tentang Tuhan, Penciptam dan Sumber
segala kekudusan. Atas dasar inilah maka tempat-tempat tertentu dikatakan kudus oleh
karena Tuhan telah menguduskannya secara khusus.
Benda-benda tertentu dinamakan kudus oleh karena mereka telah dikhususkan untuk
upacara ilahi
Orang-orang tertentu dinamakan kudus oleh karena mereka begitu erat bersatu dengan
Tuhan melalui cintakasih.
1. Agama dinamakan kudus, oleh karena penciptaNya kudus, sumber segala kekudusan.
Para agamawan adalah “bangsa terpilih” dan bangsa kudus oleh karena mereka adalah
cabang dari pohon yang benar.
2. Agama dinamakan kudus, bukan karena ia tidak mempunyai manusia pendosa, tetapi
karena cita-cita utamanya ialah menghasilkan kekudusan tujuannya sama dengan
tujuan pencipta, ajaran sesuai dengan ajaran pencipta, usahanya sama dengan usaha
pencipta ialah memberikan jalan dan pedoman untuk mencapai kekudusan. Kebajikan
agamawan harus berada dalam proporsi yang sempurna dengan penerimaan ajarannya
dengan penghayatan segala perintah.
3. Agama itu kudus dalam orang-orang kudusnya yang telah menghayati kekudusan itu
sampai pada suatu tingkat heroik.
4. Agama itu kudus, oleh karena ia selalu bekerja dengan mujijat guna memperkokoh
kedudukannya sebagai wakil ilahi sampai akhir zaman.
Agama itu diciptakan untuk menyampaikan kerajaan Allah kepada umat manusia yang
berdosa dan yang kudus, yang kaya dan yang miskin, yang berkebudayaan dan yang tidak
berkebudayaan.
Kita boleh membandingkan lembaga keagamaan itu dengan :
a. Suatu ladang, yang penuh dengan padi dan rumput
b. Suatu jala dengan ikan baik dan buruk
c. Suatu karung yang berisikan beras dan sekam
d. Suatu rumah yang penuh dengan bejana dari emas dan perak tetapi juga dari kayu dan
tanah
Kebebasan Agama
Kebebasan agama tidak sama dengan toleransi; kebebasan agama mempunyai dasar
yang lebih mendalam karena berasal dari hakekat manusia maupun agama itu sendiri,
sedangkan toleransi memang tidak berarti membenarkan pandangan atau aliran yang
dibiarkan itu, melainkan mengakui kebebasan serta hak-hak asasi penganutnya.
Kebebasan agama berarti, bahwa setiap orang bebas untuk memilih, mengganti dan
mengamalkan agamanya, sesuai dengan keyakinan asalkan ia tidak mengganggu hak
sesama orang lain. Menganut agama tertentu tidak perlu dipertanggungjawabkan kepada
seseorang manusia, masyarakat atau pemerintah, melainkan hanya kepada Tuhan Yang
Mahatahu.
Kebebasan agama merupakan salah satu hak paling asasi di antara hak-hak asasi
manusia, karena kebebasan beragama itu langsung bersumber pada martabat manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hak kebebasan beragama bukan pemberian negara atas
bukan pemberian golongan (Pidato Kenegaraan, 16 Agustus 1976).

Doktrin umum tentang kebebasan agama


1. Tujuan dan dasar kebebasan agama
Pribadi manusia mempunyai ha katas kebebasan agama. Ini berarti bahwa semua orang
harus kebal terhadap paksaan, entah yang dilakukan oleh orang perseorangan entah
yang dilakukan oleh suatu golongan sosial ataupun kekuasaan manusia manapun juga.
Sesuai dengan martabatnya sebagai pribadi, semua orang didorong oleh kodratnya dan
sekaligus juga terikat oleh kewajiban moral untuk mencari kebenaran, terutama
kebenaran agama.
2. Kebebasan agama dan kewajiban agama
Norma tertinggi kehidupan manusia adalah hukum ilahi yang sifatnya abadi, obyektif
lagi universal dengan mana Allah mengatur, membimbing dan memerintah alam
semesta dan segala jalan kehidupan masyarakat manusia menurut suatu rencana yang
terkandung di dalam hikmat kebijaksanaan dan cintaNya.
Setiap orang berhak untuk mencari kebenaran di dalam hal-hal keagamaan dengan
maksud agar dengan bantuan alat-alat yang jitu ia dengan bijaksana dapat mengambil
keputusan hatinurani yang benar dan tepat.
Pencarian itu harus bebas, dijalankan dengan bantuan pengajaran dan pendidikan,
pertukaran pendapat dan dialog, dimana manusia saling menjelaskan satu sama lain
tentang kebenaran yang telah mereka temukan.
3. Manusia mengenal dan mengakui hukum ilahi dengan perantaraan hatinuraninya.
Karena itu di dalam segala kegiatannya manusia wajib menuruti bisikan hatinuraninya
agar ia dapat sampai kepada Allah, akhir dan tujuan hidupnya. Jadi ia tidak boleh
dipaksa untuk bertindak sesuai dengan hati nuraninyam terutama dalam ususan
keagamaan.
Alasannya ialah bahwa hal menjalankan agama itu mengandung terutama sekali semua
tindakan batin yang sukarela lagi bebas dengan mana manusia menentukan arah
kehidupannya langsung menuju Allah. Tidak ada kekuasaan manusia dapat menyuruh
atau melarang tindakan semacam itu.
4. Kodrat sosial manusia menuntut agar ia dapat mengungkapkan keluar tindakan-
tindakan batin keagamaan, supaya ia mengakui agamanya secara terbuka di dalam
masyarakat.
Oleh karena itu adalah suatu perbuatan yang tidak adil dan merugikan pribadi manusia
serta seluruh tertib yang telah ditegakkan oleh Allah bagi kehidupan manusia jika
kegiatan menjalankan agama secara bebas itu diingkari di dalam masyarakat.
5. Tindakan keagamaan dengan mana manusia baik secara seorang diri maupun di muka
umum dan karena kesadaran keyakinan pribadi, mengarahkan kehidupan mereka
kepada Allah dari kodratnya memang mengatasi tertib urusan duniawi dan fana. Oleh
karena itu pemerintah seharusnya memperhatikan hidup keagamaan warganegaranya
serta menyokongnya karena tugas pemerintah adalah menyelenggarakan kesejahteraan
umum. Akan tetapi ia akan terang-terangan melanggar batas-batas kekuasaannya
apabila ia berani mencampuri atau menghalang-halangi tindakan-tindakan keagamaan.

haknya itu dalam suasana bebas dari tekanan atau ketakutan apapun. Kebebasan agama
menurut agar dalam mencari kebenaran itu jangan ada halangan atau paksaan apapun.
Jadi isi dari kebebasan agam ialah bahwa seseorang pun tidak boleh dipaksa dalam
bidang agama.

Tuntutan ini berarti rangkap :


a. Tidak seorang pun boleh dipaksa untuk bertindak secara yang bertentangan dengan
kepercayaannya.
b. Tidak seorang pun boleh dihalang-halangi secara paksa untuk bertindak sesuai
dengan kepercayaannya.
Prasaran Dr. N. Drijarkoro SY pada Seminar Pancasila I di Jogyakarta tahun 1959
menegaskan gagasan yang berikut :
1. … Tidak perlulah kiranya ditambahkan di sini, bahwa religi tidak bisa dipaksakan dan
keyakinan tidak bisa dipaksakan. Oleh sebab itu maka negara juga tidak bisa mengatur
dan memerintahkan cara-cara beribadat, bersembayang, berpuasa dan sebagainya.
Kehidupan religi tidak masuk dalam tujuan negara yang langsung; negara tidak dapat
mengurus kebatinan manusia. Peraturan semacam itu akan bertentangan dengan
demokrasi dan perikemanusiaan. Di samping itu melarangpun tidak mungkin.
2. Sifat iman ayng sejati tidak terbatas pada sikap menerima beberapa ajaran, tidak pula
terbatas pada upacara ibadah saja dan tidak cukup dengan hanya melaksanakan
perintah-perintah secara legalitis tanpa persetujuan batin.
Iman sejati adalah hubungan pribadi dengan Tuhan atau penyerahan diri secara
menyeluruh dengan rela dan ikhlas kepadaNya. Paksaan dalam bentuk apapun tidak
mendapat tempat di dalamnya, karena merusak inti agama itu sendiri ialah penyerahan
dengan rela.

Dokumen tentang kebebasan agama


Dokumen tentang kebebsan agama ialah :
1. Dokumen internasional. Yang terpenting ialah declaration of human rights, deklarasi
tentang hak asasi manusia yang ditandatangani di New York 1948 dan menjadi piagam
PBB. Pasal 18 dari piagam tersebut berbunyi sebagai berikut: “Setiap orang berhak
atas kebebasan pikiran, keinsyafan batin dan agama; dalam hal ini termasuk kebebasan
untuk menyatakan agama atau kepercayaan dengan cara mengajarkannya, beribadat
dan menepatinya baik sendiri maupun di tempat yang tersendiri”.
2. Dokumen nasional
a. Undang-undang dasar 45 dengan tegas mengakui kebebasan agama yaitu dalam
pasal 29 :
1. Negara berdasarkan atas keTuhanan Yang Mahaesa;
2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu
b. Keputusan MPRS, Juni Tap. 27 :
1. Semua agama yang diakui pemerintah diberikan kesempatan yang sama;
2. Untuk toleransi dan atas dasar hak-hak asasi manusia setiap siswa bebas
memilih pelajaran agama menurut keyakinan/keinginannya.

Faedah agama
Melalui agama kita mengenal, mencintai dan mengabdi Tuhan sesuai dengan
kehendakNya sendiri. Untuk melaksanakan semuanya itu kita harus :
1. Percaya akan segala kebenaran yang diwahyukan oleh Tuhan. Di dalam agama kita
belajar mengenai Tuhan dan kesempurnaanNya. Kita belajar mengena cintaNya kepada
kita; kita belajar mengenai yang baik dan yang buruk; kita belajar mengenai perintah
Tuhan; kita belajar mengenai hari depan yang ia persiapkan bagi kita.
2. melaksanakan apa yang telah kita ketahui mengenai kewajiban kita terhadap Tuhan.
Pengetahuan semata-mata bukanlah agama. Setan pun mempunyai pengetahuan tetapi
ia tidak mempunyai agama. Agama menurut pengabdian terhadap Tuhan denan
melaksanakan kewajiban kita. Agama bukanlah soal perasaan. Agama adalah soal
kehendak dan kegiatan. “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman
Allah dan yang memeliharanya” Luk 11,28

Praktek Agama
Memang sangat perlu bagi kita untuk mempraktekkan agama. Dalam hal ini kita tidak
mempunyai pilihan lain.
1. Kesibukan utama kita di dalam dunia ini ialah perghi dan kembali kepada Tuhan. Dan
hal ini bergantung sepenuhnya dari praktek yang kita lakukan dalam bidang
keagamaan. Melalui agama kita dapat memenuhi tujuan untuk mana kita telah
diciptakan. Dengan percaya terhadap apa yang telah diwahyukan Tuhan, kita mengenal
Tuhan. Dengan mengenal Tuhan kita lebih mudah mencintai Tuhan. Dengan
mempraktekkan apa yang telah kita pelajari dan dengan mentaati perintah Tuhan, kita
melayani Tuhan.
“Barangsiapa memegang perintahKu dan melakukannya dialah yang mengasihi Aku
Dan barangsiapa mengasihi Aku ia akan dikasihi oleh BapaKu dan Akupun akan
mengasihi dan akan menyatakan DiriKu kepadanya”. Yoh 14,21
TUHAN ADA YANG MAHATINGGI

Pertanyaan mengenai Tuhan menguasai seluruh kehidupan seorang agamawan. Ia


timbul dari keheranan akan kebesaran Tuhan. Manusia ingin mengenal Tuhan lebih baik
lagi. Kepercayaan memberi jawaban dan kepuasan sementara. Segala hasil penemuan
manusia tidak dapat memberi jawaban yang memuaskan.
“Masih banyak dapat kami katakan, tapi tidak akan sampai berakhir dan ringkasan
segala perkatan ialah Dialah segala-galanya . Bagaimana gerangan kami mampu
memuliakan Dia, sebab Dia adalah Yang Besar melampaui segala karyaNya. Tuhan
mendahsyatkan dan teramat besar dan ajaiblah kekuasanNya. Manakala kamu memuliakan
Tuhan, luhurkanlah Dia sedapat-dapatnya meskipun Ia tetap melebihinya. Apabila kamu
memasyurkan Dia, hendaklah dengan segenap tenagamu dan jangan jemu-jemu sebab tak
dapat kamu cukupkan. Siapakah yang melihat Dia sehingga dapat menceritakannya dan
siapakah dapat meluhurkan Dia sebagaimana Ia adanya? Banyak hal lebih hebat daripada
yang tadi masih tersembunyi sebab Cuma sedikitlah dari karyaNya yang telah kami lihat”.
Sir 43,27-32.
Tuhan adalah “ Bapa kami yang ada di surga”. Ini tidak dapat diartikan bahwa Tuhan
hanya hidup di surga tanpa menghiraukan kita yang hidup di dunia ini. Tuhan ada di mana-
mana. Surga dan dunia penuh dengan keagungan Tuhan dan di dalam Dia kita hidup,
bergerak dan ada.
Tuhan adalah Bapa kita. Ini berarti bahwa pintu masuk menuju kepadaNya selalu
terbuka. Ia tidak mengisolir Diri apabila kita hendak mendekatiNya. Kalau Tuhan itu Bapa
kita, maka kita adalah anak-anakNya. Keistimewaan ini menuntut bahwa kita juga harus
hidup sebagai putera Tuhan dan bahwa kita tidak hanya cukup mempertahankan persamaan
kita dengan Tuhan, tetapi juga harus memperkembangkan dan menyempurnakannya.
Tuhan adalah Bapa kita. Tuhan adalah Bapa bukan hanya lagi saya, melainkan bagi
kita semua. Kita berhadapan denganNya bukan sebagai perorangan. Memang Ia mencintai
setiap orang secara pribadi; memang Ia mengetahui kebutuhan setiap pribadi dan
menganugerahkan kepada setiap kita tempat tertentu di dalam seluruh umat manusia. Kita
tidak boleh mengabaikan susunan ini dan kita harus datang kepadaNya bersama dengan
semua orang sebab tanpa ikatan cintakasih kita tidak akan berkenan kepada Tuhan.

Tuhan
Tuhan ialah Ada Yang tertinggi, Yang sempurna tak terbatas, Yang mencipta segala
sesuatu dan mengatur segala sesuatu dalam adanya.
1. Tuhan mencipta segala sesuatu; manusia, hewan, tumbuhan, planit, bintang, setiap
makhluk. Bukan itu saja, Tuhan mengatur segala sesuatu. Di mana Tuhan menarik
kembali tanganNya dari makhluk ciptaanNya di situ segala sesuatu akan lenyap.
Tanpa sebab, tidak ada akibat
Tanpa Tuhan, tidak ada sesuatu apapun
“Sebab di dalam Dia kita hidup, bergerak dan ada.” Kis 17,28
“Karena di dalam Dia telah diciptakan segala sesuatu yang ada di surga dan yang ada
di bumi yang kelihatan ada yang tidak kelihatan baik singgasana maupun kerajaan baik
pemerintah maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia”.
Kol 1,16.
2. Tradisi segala bangsa menunjang keyakinan tentang adanya Tuhan. Segala bangsa dan
negara mempunyai keyakinan tentang adanya Tuhan.
Bangsa primitive sekalipun mengenal penghormatan kepada dewa yang diakui sebagai
yang tertinggi kepada siapa manusia bergantung. Ada sukubangsa tanpa pengatur,
tanpa undang-undang, tanpa tempat tinggal tetap, namun tidak pernah tanpa dewa yang
mereka hormati dengan doa dan korban.

Pikiran dan Tuhan


Dia ada! Dan sesungguhnya siapakah di dalam hati kecilnya tiada mengakui adanya
itu, kalau ia di senja kala melihat gunung, sawah, hutan, tasik, seluruh alam tentang
menanti malam kalau ia duduk di tepi laut mendegarkan gelombang menderu di karang dan
ombak mendesir di pasir sedang di atasnya langit malam terbentang bertabur bintang, kalau
ia di kala pagi melihat surya naik dengan megahnya diarak nyanyian burung dan wangi
bunga yang baru mengorak kelopak kalau ia melihat sinar murni di mata bayinya kalau ia
melihat kekasihnya diturunkan ke dalam kubur tempat jasadnya akan hancur menjadi duli?
Perhatikan kedahsyatan alam sekitar, gelombang yang menari-nari di biru luas, angin,
hujan, dan petir, tumbuh-tumbuhan yang hijau dan menghidupkan makhluk, angkasa yang
bersorak dalam cahaya dengan awan-awan yang bermain dalamnya adakah alam yang
seindah itu terjadi begitu saja dengan tiada sebabnya?
Ingatlah dirimu sendiri tadi engkau taka da sekarang engkau ada hidup merasa suka
dan duka, dan kemudian engkau akan lenyap kembali dalam ketiadaan?
Darimanakah datangnya manusia dan ke manakah perginya jiwa yang telah
meninggalkan badan ?
Renungkanlah semuanya itu di kala malam sunyi dan angina berembus perlahan di
daun-daunan dan engkau akan berbisik dengan amat mesranya; “Allahu Akbar!”
Dengan bantuan pikiran kita dapat membuktikan bahwa Tuhan itu ada melalui :
1. Adanya dunia ini;
2. Peraturan dan harmoni dalam seluruh jagat;
3. Kesaksian dari hati nurani kita

Ad 1. Adanya dunia ini membuktikan adanya Tuhan oleh karena dunia ini tidak dapat
menciptakan dirinya sendiri
a. Segala sesuatu yang ada di dunia ini harus mempunyai titik mula. Manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan, bumi kita, planit dan bintang semuanya itu
mempunyai titik mula
Mereka tidak dapat menciptakan diri sendiri. Mereka harus diciptakan oleh
Seorang Yang tidak mempunyai titik mula
b. Kalau kita melihat jejak di pasir, kita langsung berkesimpulan bahwa ada seorang
yang sudah berjalan lewat di situ.
Seluruh jagat kita ini penuh dengan jejak Pencipta Tertinggi. Tiap benda yang
ada membuktikan dengan jelas tentang adanya Tuhan.

Ad 2. Adanya peraturan dan harmoni pun menghantar kita untuk mengakui adanya
Seorang Arsitek Tertinggi
a. Seluruh badan menempuh jalan yang telah ditentukan dari abad ke abad. Musim-
musim silih berganti tahun demi tahun. Ada keindahan, kecantikan dan peraturan
di mana-mana. Seluruh jagat dibimbing dan dipertahankan oleh peraturan yang
tidak dapat berubah.
Kalau menanam bibit manga, kita tidak akan memetik jeruk daripadanya. Tiap
pagi kita yakin bahwa matahari akan terbit di ufuk timur. Tiap malam setelah
matahari terbenan di sebelah barat, kita dapat pergi tidur dengan tenang, dengan
keyakinan bahwa matahari itu akan terbit lagi di ufuk timur pada keesokan
harinya.
b. Untuk mengatakan bahwa seluruh peraturan ini terjadi karena kebetulan saja
adalah sama gilanya dengan mengatakan bahwa sebuah mobil berlari keliling
kota tanpa ada yang mengemudikannya.

Ad 3. Hati nurani kita dapat membedakan yang baik dari yang buruk
a. Hatinurani kita menerima yang baik dan menolak yang buruk. Jadi di dalam kita
ada suatu pengakuan tentang Seorang pembuat undang-undang kepada Siapa kita
bertanggungjawab dan dari Siapa kita menerima jasa untuk kebaikan dan
menerima siksa untuk kejahatan yang kita lakukan.
b. Mereka yang secara kaku menolak adanya Tuhan adalah orang ateis yang sudah
bertekuk lutut keada kesombongan pribadinya tanpa menghiraukan kesaksian
ekstern dan intern
Kita tidak mungkin mencapai suatu pengetahuan yang menyeluruh dan komplit
mengenai Tuhan. Manusia itu terbatas dan tidak dapat mengerti yang tidak
terbatas dengan sepenuhnya.

PENYELENGGARAAN ILAHI

Tuhan memerintah dan mengatur dunia dengan segala kebijaksanaan Nya. Dalam
bahasa manusia dikatakan bahwa pemerintahan yang baik membutuhkan pemikiran dan
perundingan. Orang tidak dapat bertindak sesuai denan ilham sewaktu-waktu tetapi harus
sesuai dengan rencana yang ditentukan terlebih dahulu dan yang harus memperhatikan
segala masalah. Secara analogis dapat juga kita kenakan ini kepada Tuhan. Sudah tentu
penyelenggaran Tuhan lain daripada penyelenggaraan manusia. Dalam keabadianNya dan
KeesaanNya tidak ada istilah sebelum dan sesudah. Ia tidak perlu memikirkan dan
merundingkan semuanya itu terlebih dahulu. Ia tidak perlu membuat rencana. Di dalam
penyelenggaraanNya tidak ada perbedaan antara rencana dan pelaksanan rencana tersebut.
Jadi dengan penyelenggaraan ilahi dimaksudkan kebijaksanaanNya, kekuasaanNya,
perawatanNya dan cintakasihNya dengan mana Ia memerintah dan mengatur dunia ini
dengan caraNya yang ilahi.
Mungkin ada orang yang berpendapat bahwa barang tetek bengek di dalam kehidupan
ini akan lewat begitu saja dari penyelenggaran Tuhan, oleh karena Ia berada di tempat yang
terlampau tinggi. Bukan demikian halnya. Dalam pergaulan manusia ada kebiasaan bahwa
pemerintahan tertinggi tidak turut campurtangan dalam urusan yang kecil, takut nanti garis-
garis besar dilupakan. Pada Tuhan tidak ada pembatasan ini. Tuhan mempunyai rencana
tersendiri untuk setiap makhluk pun yang terhina. Yang besar dan yang kecil, yang agung
dan yang hina, semuanya telah tercakup dalam rencana Tuhan.
Walaupun Ia sudah mengatur semuanya, Ia masih mempergunakan makhluknya dalam
pelaksanaan selanjutnya, dan Ia menghendaki agar rencanaNya itu dilaksanakan dengan
bantuan mereka. Ia memberikan kepada mereka kemampuan yang dibutuhkan. Dengan
demikian Ia menitipkan kekuasaanNya di dalam kelemahan dan keterbatasan makhlukNya.

Tuhan melihat kita


Tuhan melihat kita dan memperhatikan kita dengan suatu perawatan yang penuh kasih
1. Tuhan membimbing dan memerintah dunia. Apabila Ia menghentikan kekuasaanNya
itu hanya sedetik saja seluruh makhluk ciptaan ini akan hilang sama sekali.
“Jika Engkau menyembunyikan wajahMu, maka terkejutlah mereka jika Kau tarik
kembali nafasnya lalu matilah mereka dan kembali kepada debunya”. Mzm 104,29
2. Tidak ada suatu apapun terjadi tanpa kehendak dan perizinan Tuhan. Tuhan
membimbing seluruh jagat dan seluruh makhluk.
“Lupakah seorang wanita akan bayinya, tidak merahimi anak kandungnya? Tetapi
sekiranya mereka lupa, Aku tidak melupakan dikau”. Is 49,15
3. Perawatan yang penuh kasih itu dinamakan penyelenggaraan ilahi. Ini berarti bahwa
setiap makhluk diarahkan kepada tujuan yang sebenarnya. Penyelenggaraan ilahi itu
baik, tetap dan adil. Tuhan memperhatikan setiap makhluk di dunia ini pun yang
terhina. Tuhan mempunyai bimbingan yang khusus bagi mereka yang miskin, hina dan
terlupakan oleh dunia. Seringkali Ia menunjukkan kemulianNya dengan
mempergunakan yang hina dina.

Hubungan kita dengan tuhan


Kehidupan beragama hanya dapat berkembang baik apabila kita mempunyai
pengertian yang tepat mengenai hubungan antara Allah dan dunia dan terlebih mengenai
hubungan antara Allah dan manusia. Hubungan ini mempunyai dua unsur yang berlawanan
tetapi saling berkaitan
1. Transendensi Allah. Allah mengatasi segala sesuatu dengan sempurna. Antara Allah
dan dunia terdapat suatu jurang yang tidak terjembatani. Tak ada suatu ukuran dari
dunia ciptaan ini yang dapat dikenakan sepenuhnya kepada Allah. Allah berada mutlak
di atas segala-galanya. Kesadaran akan transendensi Allah harus ada kalau tidak ada
maka Allah diturunkan oleh manusia ke derajat makhluk. Allah dianggap mempunyai
sifat bahkan juga mempunyai kekurangan manusia.
2. Imanensi Allah. Berarti bahwa Allah berdiam di dunia ini. Allah bekerja dalam dunia
dan dalam manusia. Allah memelihara, membimbing, dan mengasihi kita. Pengakuan
imanensi Allah tidak dapat dihilangkan dari kehidupan beragama.
Bila terlampau berat diberikan tekanan kepada transendensi Allah maka agama
akan menjadi dingin karena Allah seakan-akan menyerahkan ciptaanNya kepada
nasibNya sendiri. Di pihak lain jangan kita lalikan transendensi Allah. Jika tidak maka
terjerumuslah ktia kepada suatu kebebasan bergaul, sehingga penghormatan kita
terhadap keagungan Allah menjadi hilang
Antara Allah Pencipta dan kita ciptaanNya terdapat suatu jarak yang tidak
terhingga. Walaupun demikian tidak ada wujud manapun yang lebih dekat kepada kita
daripada Allah.

Dasar Utama
Kepercayaan bahwa Tuhan mengenal kita, bahwa Ia mencintai kita, bahwa Ia merawat
kita dan bahwa Ia Mahakuasa adalah sebab yang kuat untuk bertabah dan berharap dalam
kesengsaraan. Manusia dapat meninggalkan kita tetapi Tuhan tidak.
Tuhan seringkali berbuat lain daripada yang kita kehendaki. BimbinganNya menempuh
jalan yang lain sekali daripada yang kita cita-citakan; Ia seakan-akan meninggalkan kita.
Seringkali Ia menuntut agar kita berharap sebagai Abraham, sekalipun tidak ada dasar
untuk berharap. Rm, 4,18. Ketekunan sangat diperlukan utnuk melakukan kehendak Tuhan
Ibr 10,36. Kesengsaraan menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji
dan tahan uji menimbulkan pengaharapan. Rm 5,4-5.
MANUSIA
Tidak ada suatu makhluk yang lebih menarik perhatian manusia daripada manusia itu
sendiri. Hal yang sangat fundamental yang dapat dikatakan tentang manusia ialah bahwa ia
itu makhluk. Ia adalah sebagian dari kosmos dalam kaitan pada makhluk lain. Tetapi
terutama sekali ia terkait pada Tuhan aia dalah dari Tuhan untuk Tuhan dan tidak dapat ada
tanpa Tuhan.
Ketergantungan yang radikal ini tidak dapat dihapus dari kodratnya. Kepercayaan kita
mengakui keistimewaan umat manusia, tatapi sebaliknya kita harus menentang ajaran yang
mengatakan bahwa manusia adalah sesuatu yang absolut dan yang mempunyai otonomi
mutlak. Segala yang baik yang ada padanya adalah anugrah dari atas dan diberikan
kepadanya. Segala sesuatu yang dapat kita berani di dalam manusia hanya melanjutkan
jalan kepada Tuhan. Hanya dalam ketergantungan kepada Tuhan secara menyeluruh,
manusia itu betul-betul agung.

Manusia
Manusia ialah suatu makhluk yang diciptakan menurut citra Tuhan dan diperlengkapi
dengan jiwa dan badan dan manusia diciptakan sebagai pribadi untuk dapat mengerti dan
mencintai. Manusia dapat menjadi bahagia karena dapat mencintai dan terutama karena
dapat membalas cinta kasih Tuhan. Manusia diciptakan sebagai pribadi supaya mampu
bergaul dengan Tuhan secara pribadi.
“Sebelum penciptaan manusia Tuhan bersabda:
Marilah Kami menjadikan manusia menurut citra-kesamaan Kami; dan hendaknya
ia menguasai ikan di laut dan burung di udara dan ternak dan seluruh bumi serta
segala binatang yang merayap di atas tanah” Kej 1,26
1. Tuhan menciptakan badan manusia dari tanah, tetapi ia menghembuskan jiwa ke dalam
badan itu. Jadi jiwa datang langsung dari Tuhan; ia membuktikan dan menunjukan
persamaan yang lebih dekat dengan Tuhan. Sejak awal mula Tuhan menciptakan jiwa
manusia dari tidak apa-apa. Setelah Tuhan menciptakan badan Adam, Tuhan
menciptakan jiwa Adam dengan menghembuskan ke dalam hidungnya nafas
kehidupan dan manusia jadi makhluk hidup. Kej 2,7
Jiwa manusia diciptakan tepat pada saat kehidupan mulai dalam rahim ibu. Kita harus
menghormati persamaan kita dengan Tuhan dengan selalu berusaha
menyempurnakannya melalui perawatan jiwa yang sesuci mungkin.
2. Jiwa manusia itu tidak disaring dari jiwa lain ataupun dari materi lain. Jiwa adalah roh.
Jiwa itu sendiri tidak ada sebelum orangnya ada. Manusia hidup justru karena ada jiwa.
Dan apabila jiwa meninggalkan tubuh, maka kehidupan pun berhenti.
3. Jiwa manusia tidak diambil dari orangtuannya. Hanya badannya yang diambil dari
mereka. Tidak mungkin ada suatu evolusi dalam bidang kejiwaan oleh karena jiwa
adalah suatu unsur rohani tidak takluk kepada materi dan tidak mungkin dikembangkan
dari suatu bentuk kehidupan yang lebih rendah.
4. Jiwa manusia itu lain daripada jiwa hewan. Hewan mempunyai naluri tetapi tidak
mempunyai pikiran dan kehendak bebas. Kehendak bebas ialah kemampuan jiwa untuk
memilih antara mengerjakan atau tidak mengerjakan.
5. Jiwa dan badan dipersatukan menjadi satu keutuhan. Jiwa tidak terdapat di dalam suatu
bagian badan tertentu tetapi terdapat di seluruh badan dan tiap bagian badan.
Tuhan memberi kepada kita kehidupan ilahi. Kehidupan ini merupakan suatu gerak,
suatu dinamik; pemberian kehidupan ini dibarengi dengan panggilan. Ada dua macam
panggilan :
a. Panggilan umum; yang ditunjukan kepada semua orang, agar memperkembangkan
segala kemampuannya baik rohani maupun jasmani semaksimal mungkin demi
kesejahteraan umum.
b. Panggilan seseorang; yang ditunjukan kepada setiap orang. Setiap orang mempunyai
perannya di dalam masyarakat. Ada yang dipanggil menjadi dokter, insinyur, imam,
bapa dan ibu dalam keluarga, pekerja, pedagang. Tuhan membagikan pemberianNya
yang bermacam-macam itu agar setiap orang menurut panggilannya sendiri,
menyumbangkan bagiannya dan tenaganya demi keagungan Tuhan dan kesejahteraan
umat.

Persamaan dengan Tuhan


Persamaan dengan Tuhan terletak di dalam jiwa. Manusia hanya tinggal di dalam
persatuan dengan Tuhan selama ia bertahan dalam rahmat Tuhan oleh karena dengan
rahmat itulah ia mengambil bagian dalam kodrat ilahi
1. Sebagaimana Tuhan tidak dapat mati, demikian pula jiwa manusia tidak dapat mati.
Ada orang yang mengatakan bahwa jiwa itu tidak ada, oleh karena tidak dapat dilihat.
Tetapi orang yang sama itu tidak dapat mengatakan bahwa pikiran manusia itu pun
tidak ada oleh karena pikiran manusia itu pun tidak dapat dilihat.
2. Dengan perantaraan kedua pelengkap jiwa ialah pikiran dan kehendak bebasmanusia
dapat menguasai seluruh dunia jasmani ini sebagaimana Tuhan berkuasa atas seluruh
jagat raya.
Melalui persamaan dengan Tuhan itu manusia mampu mengenal kebenaran, kebaikan,
keindahan sebagai sarana untuk mengenal sumber kebenaran, kebaikan, keindahan
ialah Tuhan sendiri. Demi keselamatan kita Tuhan tidak ingin hidup tanpa kita
walaupun kita seringkali ingin hidup tanpa Tuhan.
Konsekuensi persamaan
Ada dua masalah yang perlu diperhatikan:
1. Persamaan dengan Tuhan menuntut sikap hormat terhadap keistimewaan yang diterima
itu. Kita harus menghormati persamaan itu dan tidak boleh merusaknya.. Kita juga
harus menghormati citra Tuhan pada orang lain. Di samping segala cinta kasih dan
solidaritas terhadap sesama kita tidak boleh lupa bahwa sesama kita mempunyai
kepribadian sendiri yang ditujukan kepada Tuhan. Segala sesuatu yang kita lakukan
terhadap sesama kita lakukan juga terhadap Tuhan.
2. Ajaran mengenai citra Tuhan ini mengungkapkan juga masalah dosa. Dosalah yang
merusak dan mengotori gambar Tuhan di dalam manusia. Dosa sangat bertentangan
dengan kemanusiaan yang sebenarnya. Hidup sebagai citra Tuhan berarti mengarahkan
kehidupan kepada Tuhan. Tetapi manusia pendosa memisahkan diri dari Tuhan dan
mengucilkan diri sendiri. Suasana ini membawa keretakan ke dalam. Di satu pihak ia
tidak dapat menghilangkan begitu saja kerinduan fundamentil dari kodratnya untuk
menuju ke Tuhan sedangkan di lain pihak kehendaknya berbalik membelakangi Tuhan.

Jiwa tidak dapat mati


1. Pikiran menegaskan bahwa jiwa manusia itu roh. Tidak terdiri dari unsur-unsur sebagai
materi biasa. Karena itu pula tidak dapat dibagi-bagi. Karena tidak dibentuk dari
bagian-bagian maka ia tidak dapat mati sesudah terpisah dari badan. Jiwa ini dapat
hidup dan bekerja terus.
2. Tiap manusia mempunyai keyakinan akan kewajiban moral. Tiap kewajiban menuntut
adanya sangsi yang kuat. Tanpa adanya sangsi maka undang-undang dan peraturan
yang mempunyai kekuatan hukum tidak ada gunanya. Sekali juga kita harus
memberikan pertanggungjawab kepada arti daripada kewajiban itu
KEMATIAN
Di dalam kehidupan setiap manusia tidak ada suatu apapun yang lebih mengerikan dari
pada kematian. Tidak ada suatu apapun yang lebih goyah daripada kemewahan dan
kesehatan duniawi. Banyak kali manusia harus menyaksikan bagaimana kematian
melaksanakan tugasnya di alam sekitarnya. Tiap kematian menyentuh pertahitan kita secara
pribadi oleh karena setiap manusia merasa diri solider dengan umat manusia. Anggota
tubuh yang sekarang ini kokoh kuat dan berfungsi baik wajah yang indah ini akan hilang
lenyap.
Kematian tidak berarti penghentian ADA. Kematian adalah transisi atau perpindahan
ke suatu kehidupan lain. Kehidupan hanya berubah tidak berakhir. Kematian adalah musuh
utama yang dibenci dan ditakuti oleh manusia. Tiap manusia ditentukan untuk hidup
selama-lamanya. Inilah salah satu sebab mengapa setiap pribadi manusia tua atau muda,
cendekiawan atau butahuruf, bangsawan atau tak ter pandang, berguna atau tidak dalam
masyarakat, harus diperlakukan dengan penghormatan besar.
Saat kematian adalah saat yang menentukan. Sekali kita memilih dosa untuk selama-
lamanya kita akan terpendam dalam dosa. Sekali kita memilih cinta kepada Tuhan untuk
selama-lamanya cinta itu akan berkembang di surga.

Saat kematian
Pada saat kematian jiwa dipisahkan dari badan
1. Jiwa diadili oleh Tuhan dan dibalas dengan surga, disiksa dengan api neraka atau
dikirim untuk sementara waktu ke tempat penyucian. Badan mulai membusuk dan
akhirnya kembali kepada asal mulanya ialah debu.
2. Semua manusia harus mati, oleh karena kematian adalah akibat dosa.
“Sebab itu sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oelh satu orang dan oleh dosa
itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua
orang telah berbuat dosa”. Rm 5,12.
3. Tidak ada seorangpun tahu bilamana di mana dan bagaimana ia akan mati. Yang kita
ketahui dengan pasti ialah bahwa kita akan mati.
Tuhan menyembunyikan dengan penuh belaskasihan saat kematian kita. Andaikata kita
tahu bilamana kita mati mungkin kita akan diliputi perasaan takut apabila detik itu tiba.
Disamping itu juga ada kemungkinan bahwa ada orang yang hidup seenaknya dalam
dosa dengan harapan tobat sebelum detik kematiannya tiba.
4. Oleh karena itu kita harus selalu siap sedia untuk mati. Kematian datang sebagai
pencuri di malam hari apabila kita sama sekali tidak menantikannya. Kita harus hidup
seakan-akan setiap saat adalah saat terakhir. Kita harus siap untuk tampil ke depan
Hakim Ilahi.
“Sebab itu hendaklah kamu siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang
tidak kamu harapkan”. Mat 24,44

Persiapan kematian
1. Kita harus hidup di dalam cintakasih dan dalam rahmat Tuhan sehingga apabila
malaikat kematian datang kita dapat menyambutnya sebagai seorang yang datang
menjemput kita dan menghantar kita kepada Bapa surgawi yang penuh cintakasih.
Orang baik tidak akan takut terhadap kematian. Untuk orang baik kematian adalah
perpindahan ke suatu kehidupan yang lebih baik. Kematian hanya ditakuti oleh
manusia pendosa oleh karena kematian adalah titik akhir segala kenikmatan duniwai
dan titik mula siksa kekal di api neraka. Kita harus mempersiapkan diri untuk mati baik
dengan hidup secara baik dengan menjauhkan diri dari dosa dan dengan berbuat baik.
“Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku
telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan
di karuniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim Yang adil, pada hariNya; tetapi bukan
hanya kepadaku melainkan juga kepada semua orang yang merindukan
kedatanganNya”. II Tim 4,7-8.
2. Sebagaimana seorang hidup demikian ia pula mati. Kita harus sering berpikir tentang
kematian dan tentang keabadian sehingga kita dapat menghindarkan dosa.
“Dalam segala urusanmu ingatlah akan akhir hidupmu, maka tak pernah engkau akan
berdosa”. Sir 7,36
Mereka yang menunda-nunda persiapan kematiannya sampai pada ranjang
kematiannya, dapat dibandingkan dengan seorang yang hendak berpergian tetapi yang
baru mulai berkemas-kemas apabila kereta hendak berangkat.
3. Kita juga harus mengatur milik kepunyaan kita sebelum meninggal dunia. Inilah
sebabnya mengapa orang membuat testamen atau pernyataan agar jangan timbul
keragu-raguan mengenai penggunaan harta milik setelah kematian mereka. Suatu
kematian mendadak sangat tidak diharapkan oleh karena dengan demikian kita tidak
dapat mengatur kepentingan rohani dan kepentingan jasmani kita.
“Luputkanlah kami ya Tuhan dari kematian mendadak dan tidak.

Jenazah dan pemakaman


Sebelum pemakaman jenazah harus dibasuh, dikenakan pakaian yang layak dan
dibaringkan dengan baik.
1. Letakkanlah jenazah dengan suatu cara yang baik dan jauhkanlah segala sesuatu yang
berbau kekafiran. Perhatikanlah bahwa badan itu telah disucikan dan telah menjadi
kanisah ilahi.
2. Kamar ataupun ruangan di mana jenazah dibaringkan harus berada dalam suasana
tenang agar mereka yang datang ngelayat dapat berdoa dengan tenang bagi
kebahagiaan yang bersangkutan.
3. Pemakaman harus dilaksanakan dengan khitmat dan hormat; tidak boleh berlebih-
lebihan dan melampaui batas kemampuan keluarga.
a. Ada sekelompok orang berkecenderungan mengadakan pemakaman yang luar biasa
mewah bagi kekasihnya yang telah meninggal dunia dengan suatu keyakinan bahwa
inilah kesempatan terakhir untuk membuktikan cintakasihnya. Perasaan demikian
ini tidak dapat dimengerti. Pada satu pihak orang mengeluarkan uang dalam jumlah
yang sangat besar untuk pemakaman sedangkan pada pihak lain orang sama sekali
meremehkan doa dan cara rohani lainnya untuk kepentingan jiwa orang yang baru
meninggal
b. Memang ada upacara yang dilakukan secara agung. Ada juga upacara yang sangat
sederhana. Tuhan akan mendengarkan doa yang yang diucapkan pada kedua jenis
upacara tersebut, sesuai dengan kekhitmatan yang dituangkan dalam doa-doa itu.
c. Mereka yang ikut serta dalam upacara pemakaman harus memperahatikan peristiwa
ini dengan sungguh-sungguh. Sayang sekali bahwa masih terdapat sekian banyak
orang yang mengikuti pemakaman sambil berbicara keras dan tanpa penghormatan.
d. Jenazah harus dimakamkan sesuai dengan agamanya. Sekali juga badan ini akan
bangkit lagi dan dipersatukan dengan jiwanya.

Pekuburan
Pekuburan ialah tempat terakhir di mana dibaringkan mereka yang telah meninggal
dunia.
1. Pekuburan dapat diartikan pula tempat tidur di sana mereka akan tidur hingga hari
pengadilan umum.
Ada kebiasaan untuk mengukirkan huruf-huruf R.I.P yang berarti “Requiescat in pace”
atau “semoga ia beristirahat dalam damai”.
2. Pekuburan diberkahi khusus untuk maksud tersebut; paling sedikit liang lahat harus
diberkahi.
3. Pekuburan harus dirawat baik sehingga para keluarga senang datang berkunjung untuk
mendoakan mereka yang telah berbaring di sana.
Pada kesempatan tertentu kita harus pergi ke pekuburan untuk mengunjungi makam
para kekasih kita. Selagi mereka masih hidup kita berkunjung ke rumah mereka;
mengapa kita menghentikan kunjungan ini sesudah mereka meninggal. Kunjungan
yang demikian akan menguji kepercayaan kita terhadap jiwa yang tidak dapat mati dan
terhadap kebangkitan badan. Jiwa mereka tidak ada di dalam makam, tetapi badan
mereka itu akan dipersatukan kembali dengan jiwa. Doa yang kita ucapkan di depan
badan para kekasih kita adalah suatu bukti cinta kasih kita kepada mereka.
4. Ada kebiasaan di beberapa tempat bahwa mereka yang murtad, yang dikucil, yang
membunuh diri, atau yang hidup sebagai pendosa di mata umum tidak diperkenankan
untuk dibaringkan di pekuburan umum.
“Habis penguburan duka nestapa boleh berhenti, sebab hidup penuh dukacita tak
tertanggung adanya. Jangan membiarkan hatimu dimakan kesedihan, enyahkanlah dan
ingatlah akabn hari depan. Janganlah lupa bahwa orang itu tidak akan kembali lagi, engkau
tidak berguna sedikitpun bagi yang mati sedangkan merugikan dirimu sendiri. Ingatlah saja
bahwa nasibnya menjadi nasibmu juga, dia kemarin dan engkau hari ini”. Sir 38,16-22
YANG DILAKUKAN GEREJA KATOLIK SEKITAR KEMATIAN
I. Penerimaan Sakramen Pengurapan Orang Sakit Saat Sakratul Maut
II. Memandikan dan Merawat Jenazah
III. Doa Penyerahan Setelah Perawatan Jenazah
IV. Upacara Penutupan Peti dan Pemberangkatan Jenazah
V. Doa Arwah

I. Penerimaan Sakramen Pengurapan Orang Sakit Saat Sakratul Maut


 Yang harus disiapkan
1. Menghubungi keluarga dan sanak keluarga yang sakit
2. Menghubungi Imam atau Pastor di Paroki
3. Menyiapkan peralatan upacara : meja dengan tapak putih, salib, lilin, air suci,
Kitab suci dan buku panduan ibadah

Tradisi Gereja
- Berdasarkan surat Yakobus, Sakramen pengurapan orang sakit ini
berkembang dalam tradisi Gereja, Menghibur, menguatkan, menyembuhkan
orang sakit terasa sebagai “panggilan Gereja”. Perintah Yesus yang utama
adalah mencintai dan membantu orang menderita [Mat 25:36,43] sampai
Yesus juga mengidentifikasi diri dengan orang sakit.
- Berdasarkan Sabda dan contoh Yesus. Gereja sejak awal mula memperhatikan
orang sakit secara istimewa. Bukan hanya mendoakan orang sakit melainkan
juga mengingat kewajiban dan panggilan untuk memperhatikan, merawat dan
membantu orang sakit. Banyak rumah sakit didirikan Gereja dan banyak
kongregasi lahir demi pelayanan kepada orang sakit.
- Perlu diketahui bahwa ketika itu pengobatan baru pada taraf pengobatan
tradisional yang sederhana (misalnya, mengoleskan minyak) dan banyak
mengandalkan kekuatan magi. Penyakit masih dianggap sebagai hukuman
atas dosa (Yoh 9:1-3) atau karya setan. Maka banyak orang pergi kepada
imam sebab penyembuhan hanya dapat diharapkan dari Tuhan
- Zaman sekarang ilmu kedokteran sudah sangat maju. Diagnose penyakit jauh
lebih tepat, pengobatan makin canggih. Orang beriman memandang ini adalah
kasih Allah yang mendesak manusia untuk dengan penuh cinta merawat dan
menyembuhkan orang sakit dan mengembangkan ilmu kedokteran. Maka obat
dan minyak suci, merawat dengan berdoa tidak bertentangan. Dalam tradisi
Gereja hal ini berjalan bersama-sama
- Pada awal Gereja kita dengar banyak tentang penyembuhan atau mukjizat.
Berkat doa dan pengurapan dengan minyak suci banyak orang disembuhkan.
Tetapi lambat laun Sakramen untuk Orang Sakit ini hanya dilihat sebagai
bekal terakhir bagi orang yang mendekati kematian. Maka Sakramen ini
mengalami penyempitan arti. Umat menjadi takut dan suka menunda
menerima “minyak suci”
- Konsili Vatikan II menempatkan kembali Sakramen ini sesuai dengan arti dan
fungsinya

Langkah 4: Upacara dan artinya


a. Upacara pemberian Sakramen pengurapan orang sakit
Ini adalah upacara resmi Gereja, artinya ibadat bersama umat dan imam
- Sedapat mungkin anggota keluarga dan umat diundang untuk berama-sama
mendoakan si sakit
- Orang yang sakit dipersiapkan untuk turut dalam doa dan menyerahkan diri
ke dalam tangan Tuhan Allah yang Maha Pengasih
- Bersama mohon pengampunan, penyembuhan, keselamatan bagi si sakit.
Inti upacara: Imam meletakkan tangan di atas kepala, mengurapi dahi dan
telapak tangan si sakit. Sementara itu imam berdoa:
“Semoga karena pengurapan suci ini. Allah yang Maharahim menolong
Saudara dengan rahmat Roh Kudus, Amin”
“Semoga ia membebaskan Saudara dari segala dosa dan membangunkan
Saudara untuk menikmati kebahagiaan sejati, Amin”
b. Arti upacara
Dalam upacara ini Kristus hadir dan berkarya. Kristus-penyelamat kita sudi
mendamping, menguatkan, menghibur si sakit dan memberikan yang paling
baik kepadanya. Sakramen ini bukan jimat sakti yang dapat menangkal
penyakit dan maut.
Buah sakramen ini :
- Tuhan mengampuni dosa-dosa si sakit (ingat kisah-kisah penyembuhan
Tuhan Yesus)
- Yesus menghibur dan menguatkan si sakit supaya dapat menerima
penyakitnya, menjadi tenang dan menemukan kedamaian.
- Yesus menyembuhkan kalau ini memang kehendak Tuhan
Keterangan
- Sakramen ini bukan obat suci yang pasti menyembuhkan, melainkan
jaminan Yesus yang hadir dan menjadi sumber kekuatan, sumber hidup
bagi si sakit.
- Ungkapan “pasti sembuh asal percaya” tidak benar. Satu-satunya kuasa
yang menyembuhkan ialah kasih Allah yang mampu juga menyembuhkan
orang yang kurang percaya. Kebijaksanaan Tuhan tidak terhingga, tetapi
kehendak Allah terkadang lain dari kehendak manusia.
- Yang paling perlu ialah iman si sakit atau umat yang berbalik kepada
Tuhan dan membuka hati bagi daya penyembuhan. Tuhan dengan penuh
rendah hati menyerahkan segala-galanya dalam tangan Tuhan. “Jadilah
kehendakMu”.

A. Upacara Pengurapan Orang Sakit


Pembukaan
Tanda Salib, Salam Dan Kata Pengantar
Liturgi Tobat: Sakramen Pengampunan atau Pernyataan Tobat dengan
absolusi

LITURGI PENGURAPAN
a. LITANI PERMOHONAN – dijawab
U: kabulkanlah doa kami ya Tuhan
Sesudah litani, imam langsung menumpahkan tangan
Diatas kepala si sakit tanpa mengatakan apa-apa
b. PUJIAN SYUKUR ATAS MINYAK
I : … (Imam mengajak umat untuk mengucapkan pujian dan syukur)
I : Terpujilah Engkau mengutus Allah Bapa yang mahakuasa
karena Engkau mengutus Putera-Mu ke dunia guna
menolong dan menyelamatkan kami.
U : Terpujilah Engkau di surga
I : Terpujilah Engkau Allah Putera yang tunggal
karena Engkau menjadi manusia seperti kami
guna menyembuhkan segala kesakitan kami
U : Terpujilah Engkau di surga
I : Terpujilah Engkau, Allah Roh Kudus
Sang Penolong karena Engkau menguatkan
badan kami yang lemah dengan daya ilahi-Mu
yang tetap selama-lamanya
U : Terpujilah Engkau di surga
I : Ya Allah, semoga hamba-Mu yang percaya
akan Yesus Putera-Mu, melalui tanad minyak suci ini
memperoleh kekuatan dan ketabahan hati
sehingga dapat menanggung
segala penderitaan dan kelemahan
demi Kristus/Tuhan dan Pengantaran kami
U : Amin

c. PENGURAPAN
Imam mengambil minyak suci dan mengurapi si sakit
pada dahi dan telapak tangan sambil berkata satu kali:
I : SEMOGA KARENA PENGURAPAN SUCI INI
ALLAH YANG MAHARAHIM MENOLONG
SAUDARA DENGAN RAHMAT ROH KUDUS
U : AMIN
I : SEMOGA IA MEMBEBASKAN SAUDARA
DARI SEGALA DOSA DAN
MEMBANGUNKAN SAUDARA
UNTUK MENGENYAM KEBAHAGIAAN SEJATI
U : AMIN
I : Marilah kita berdoa …

d. BAPA KAMI
I : Saudara sekalian guna menguatkan hati saudara ini
marilah kita sehati sejiwa berdoa kepada Bapa di
surga dengan doa yang diajarkan Tuhan Yesus sendiri
U : Bapa kami …
I : Ya Bapa, jadilah kehendak-Mu, sebab itulah satu-
satunya pedoman hidup kami. Kasihanilah dan bantulah
saudara kami ini, supaya dalam masa penderitaannya
tetap setia kepada kehendak-Mu. Bersihkanlah ia dari
noda dosa dan jauhkanlah dari segala kegelisahan
supaya dengan tenteram dapat menantikan kedatangan
penyelamat kami Yesus Kristus.
U : Sebab Engkaulah Raja yang mulia dan berkuasa untuk
selama-lamanya.

KOMUNI SUCI
Pada waktu menerimakan Komuni, imam berkata sebagai
berikut:
I : Inilah tubuh Kristus, Penyelamat saudara
U : Amin
I : Ia akan melindungi saudara dan mengantar
masuk ke hidup yang kekal.
U : Amin
DOA PENUTUP, BERKAT DAN PENGUTUSAN

II. Memandikan dan Merawat Jenazah


 Yang harus disiapkan
1. Air suci secukupnya untuk memandikan jenazah, sabun mandi, shampoo dan
handuk
2. Buku panduan doa
3. Pakaian yang layak dan bersih, kaos kaki, kaos tangan dan Rosario
4. Peti jenazah, kain mori, bunga, jarum tumpul, minyak wangi, dan lain-lainnya
5. Tanah tempat pemakaman dan batu nisan berbentuk salib.

MEMANDIKAN JENAZAH
P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U : Amin
P : Ya Allah yang mahasuci, sucikanlah air ini yang akan kami pakai untuk
memandikan Saudara kami ini, agar tubuh saudara kami yang dimandikan
dengan air suci ini menjadi bersih dan layak menghadap kepadaMu (+)
dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U : Amin
P : Semoga air suci ini mengingatkan Saudara kami yang telah dibersihkan
berkat pembaptisan suci yang telah ia terima. Demi Kristus Tuhan dan
pengantara kami.
U : Amin (Doa Bapa Kami, Salam Maria)
III. Doa Penyerahan Setelah Perawatan Jenazah
 Yang harus disiapkan
1. Menyiapkan petugas doa
2. Menyiapkan beralatan ibadat : meja dengan taplak putih, salib, lilin jongkok
dan buku panduan ibadat
P : Pertolongan kita atas nama Tuhan
U : Yang menjadikan langit dan bumi
P : Datanglah bergegas hai para orang kudus Allah, jemputlah hai para
malaikat Tuhan, terimalah dia
U : Perkenalkanlah dia dating ke hadirat Yang Mahatinggi
P : Moga-moga engkau diterima Kristus, yang telah memanggil engkau
kembali ke pangkuanNya
U : Perkenalkanlah dia dating ke hadirat Yang Mahatinggi
P : Tuhan berilah dia istirahat yang kekal dan moga-moga cahaya yang kekal
menerangi dia
U : Perkenalkanlah dia dating ke hadirat Yang Mahatinggi
P : Tuhan kasihanilah kami
U : Kristus kasihanilah kami
P : Bapa kami ….
U : Bapa kami yang ada di Surga …
P : Tuhan kabulkanlah doa kami
U : Dan seruan kami sampaikan ke hadiratMu

(Untuk orang muda)


P : Marilah kita beroda :
Allah yang Maharahim, Engkau telah memanggil kembali saudara/I kami
NN ……….. ke dalam haribaan-Mu. Terjadilah kehendak-Mu.
Perkenalkanlah dia masuk kedalam kemuliaan abadi. …………..
RahasiaMu tak dapat diselami, kasihMu yang kekal abadi kami imani demi
Kristus, Tuhan dan pengantara kami.
U : Amin
P : (Menyebut nama NN …………………..)
Kami melepaskan engkau pergi. Walaupun masih muda usia, namun Tuhan
menghendaki engkau kembali. Terpujilah Bapa yang telah menciptakan
engkau; demi nama Putra yang telah menyelamatkan engkau dan demi
nama Roh Kudus yang telah menghidupi engkau. Bunda Maria jemputlah
dia dan hantarkanlah dia kepada Yesus PutraMu yang hidup dan bertahta
bersama Bapa dan Roh Kudus kini dan sepanjang masa.
U : Amin

(Untuk seorang anak/bayi)


P : Marilah kita berdoa:
Ya Allah yang Mahakuasa dan kekal, rahasiaMu tak dapat kami salami.
Engkau telah menghendaki anak kami kembali kepadaMu dalam usia yang
masih sangat muda. Kami pasrah kepada kehendakMu yang Mahabijaksana
Terimalah dia kembali ke pangkuanMu. Demi Kristus, Tuhan dan
penyelamat kami.
U : Amin
P : (Menyebut nama NN …………………..)
Semoga engkau berpulang dengan tenang dan damai. Engkau tahu bahwa
kami selama ini mengasihi engkau, Tetapi Tuhan menghendaki engkau
kembali kepadaNya. Dalam iman kami percaya Tuhan mempunyai
rencanaNya sendiri terhadap engkau. Semoga Allah Putra
menyelamatkanmu; semoga Allah Roh Kudus menerangi jalanmu kembali
ke Surga Abadi.
U : Amin

BISA DILANJUTKAN DENGAN DOA ROSARIO

IV. Upacara Penutupan Peti dan Pemberangkatan Jenazah


 Yang harus disapkan
1. Menyiapkan dan menghubungi Imam/Diakon atau Pradiakon
2. Menyiapkan peralatan biadat: meja dengan taplak putih, salib, salib jongkok,
lilin, buku panduan ibadat, salib bertiang, hisop, wirug, air suci, kain penutup
peti, bunga tabur, rangkaian bunga, salib terbuat dari rangkaian bunga.
3. Mobil jenazah atau kereta jenazah
1. LAGU PEMBUKA
P : Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U : Amin
P : Semoga Allah, sumber segala harapan melimpahkan penghiburan kepada
kita sekalian
U : Sekarang dan selama-lamanya
2. KATA PENGANTAR
Cara A (Untuk orang dewasa)
P : Saudara-saudari terkasih dengan rasa sedih kita mengadakan upacara
perpisahan dengan saudara kita NN ……..
Namun kita tidak putus asa seperti orang yang tidak mempunyai harapan
Sebab kita menaruh harapan pada Kristus yang telah menghancurkan
kekuasaan maut dengan kebangkitanNya yang mulia.
Maka dari itu kita memohonkan berkat Tuhan bagi saudara kita.
Marilah kita mengheningkan cipta sejenak untuk menyadari kehadiran
Kristus di tengah-tengah kita.
U : Amin.
Atau : Cara B (Untuk anak-anak)
P : Para keluarga yang berduka dan hadirin sekalian yang kami cintai dalam
Kristus. Kita berhimpun di sini untuk berpamit dengan anak kita yang
tercinta ini. Jenazahnya akan kita antarkan ke tempat istirahatnya yang
terakhir. Mari kita sebelumnya menyatakan kepercayaan kita akan
kebangkitan kekal dan mendengarkan Sabda Allah dalam upacara ibadat
suci ini.
U : Amin
3. DOA PEMBUKA
Cara A (Untuk orang dewasa)
P : Marilah berdoa :
Tuhan, hanya Engkaulah yang dapat menghidupkan orang mati. Saudara
kami NN ……….. percaya akan kebangkitan PuteraMu dan
mengharapkan hidup bahagia bersama Engkau. Bebaskanlah dia dari
segala dosanya, supaya pada hari kebangkitan ia menikmati kemuliaanMu
Demi Yesus Kristus, PuteraMu dan pengantara kami yang hidup dan
berkuasa kini dan sepanjang masa
U : Amin
Atau: Cara B
P : Allah, Engkaulah sumber kebaikan, Engkau senantiasa berbelas kasih.
Kami mohon dengan rendah hati untuk saudara kami NN …………..
yang telah berpulang. Selagi masih hidup ia berharap dan Percaya
kepadaMu, semoga ia Kauperkenankan masuk ke tanah air sejati dan
menikmati kegembiraan abadi. Demi Kristus. PuteraMu dan Pengantara
kami yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang segala masa.
U : Amin.
Atau: Cara C
P : Ya Allah, Engkaulah sumber kehidupan manusia, kami percaya bahwa
PuteraMu menyelamatkan kami dengan wafat dan kebangkitanNya. Maka
teguhkanlah harapan kami, bahwa saudara kami NN ……….. yang sudah
berpulang ini Kaubangkitkan untuk kehidupan kekal Demi Yesus Kristus,
PuteraMu dan pengantaran kami, kini dan sepanjang segala masa
U : Amin.
Atau: Cara D
P : Marilah berdoa :
Allah penghibur orang yang berdukacita, Engkau mengetahui betapa
sedih hati kami, karena kematian anak tercinta ini.
Sudilah memberikan kami penghiburanMu dengan meneguhkan iman dan
harapan kami. Sudilah menyadarkan kami, bahwa anak ini kelak
Kauterima dalam kebahagiaan kekal di Surga. Demi Kristus pengantara
kami.
U ; Amin

4. BACAAN KITAB SUCI:


P : Tuhan sertamu
U : Dan sertamu juga
P : Inilah Injil Yesus Kristus menurut Santo Yohanes (11:17-27)
U : Dimulaikanlah Tuhan
P : “Akulah kebangkitan dan kehidupan”
Ketika Yesus sampai di Betania, Lazarus sudah empat hari lamanya
dikubur. Jarak Betania dari Yerusalem tidak lebih dari tiga kilometer.
Banyak orang Yahudi sudah datang melayat Maria dan Marta untuk
menghibur mereka karena kematian Lazarus saudarnya.
Ketika Marta mendengar Yesus datang, ia keluar untuk menyambut
Yesus, “Tuhan, kalau Tuhan ada di sini sebelumnya, tentu saudara saya
tidak mati! Namun begitu saya tahu, bahwa sekarang ini juga apa yang
Tuhan minta dari Allah, Allah akan memberikannya kepada Tuhan.”
“Saudaramu akan hidup kembali,” Kata Yesus kepada Marta
Marta menjawab, “Saya tahu, Lazarus akan hidup kembali pada waktu
orang-orang mati dibangunkan pada hari kiamat,”
“Akulah kebangkitan dan kehidupan” kata Yesus kepadanya. “ Orang
yang percaya kepadaKu meskipun ia sudah mati, akan hidup. Dan orang
yang hidup dan percaya kepadaKu takkan mati selama-lamanya.
Apa kaupercaya itu?”
“Tuhan” jawab Marta. “Saya percaya Tuhan Putera Allah, Raja
Penyelamat yang disuruh datang ke dunia ini”
Demikianlah Injil Tuhan
U : Terpujilah Kristus

5. RENUNGAN :
Tanpa Misa Kudus : langsung pemberkatan jenasah
Dengan misa Kudus : langsung liturgi ekaristi dan pemberkatan jenasah
sesudah doa penutup.

6. PEMBERKATAN JENAZAH :
Untuk yang sudah dipermandikan
P : Saudara-saudari terimakasih, kini sudah tibalah saat kita berpisah dari
saudara (anak) kita NN ……
Dengan hati yang tabah kita memberikan penghormatan terakhir
kepadanya, karena kita berharap bahwa ia akan bangkit untuk kehidupan
kekal. Kekal bersama Kristus yang telah diimaninya. Maka air suci akan
dipercikkan di atas dia sebagai lambang pembaptisannya dan jenasahnya
akan didupai supaya keharuman arwahnya berkenan kepada Tuhan.
U : Amin

Atau: (untuk orang dewasa atau anak yang belum dipermandikan/ non
Katolik)
P : Saya memberkati engkau dengan air ini yang melambangkan hujan
rahmat Allah yang telah menyelamatkan dikau untuk selama-lamanya
dalam kegembiraan kekal. Demi Kristus pengantaran kami
U : Amin

7. PEMIMPIN UPACARA MEMERCIKI JENAZAH DENGAN AIR


SUCI DAN MENDUPAINYA
( Umat Menyanyi Sebuah Lagu )
Kemudian Pemimpin Berdoa :
8. DOA: ( Untuk yang sudah dipermandikan)
P : Marilah berdoa :
Allah, Bapa kami yang maharahim, kepadaMu kami serahkan saudara
(anak) kami ini yang telah meninggal dalam Kristus. Semoga bersama
Kristus pula ia bangkit untuk kehidupan kekal. (Kami bersyukur
kepadaMu atas segala kebaikan dan anugerah yang Kaulimpahkan
kepadanya sewaktu hidupnya di dunia ini).
Dengarkanlah permohonan kami, bukalah pintu Surga baginya dan
tabahkanlah hati kami yang berkabung. Semoga kami dapat saling
menguatkan dengan penghiburan iman kepada Kristus yang bangkit.
Sebab Dialah pengantara kami sepanjang segala masa.
U : Amin

Atau: (Untuk yang sudah dipermandikan)


P : Ya Tuhan, kami mempercayakan saudara (anak) NN ………. kepadaMu.
Selama hidupnya di dunia Engkau senantiasa meliputi dia dengan kasih
yang tak terhingga. Kini ia sudah bebas dari segala kesusahan. Maka
panggilah dia memasuki istirahat abadi. Kami memohon kerahimanMu
agar ia Kau antarkan ke dalam Firdaus. Di situ takkan ada lagi
kesedihanm tangis dan derita sebab semuanya itu sudah menyingkir untuk
memberi tempat kepada damai dan sukacita sepanjang segala masa.
U : Amin

Atau: (Untuk orang dewasa yang belum dipermandikan/ non Katolik)


P : Allah, Bapa kami yang maharahim, kepadaMu kami serahkan saudara
kami yang telah meninggal dunia. (Kami bersyukur kepadaMu atas segala
kebaikan dan anugerah yang Kaulimpahkan kepadanya sewaktu hidupnya
di dunia ini). Dengarkanlah permohonan kami bukalah pintu Surga
baginya dan tabahkanlah hati kami yang berkabung. Semoga kami dapat
saling menguatkan dengan penghiburan iman kepada Kristus yang
bangkit. Sebab Dialah pengantara kami sepanjang segala masa.
U : Amin

Atau: (Untuk anak yang belum dipermandikan)


P : Allah, penguasa atas hidup dan mati, kami percaya bahwa anak ini sudah
Kauselamatkan. Ia telah lahir dalam keluarga yang telah Kaukuduskan.
Maka ia sudah mengambil bagian dalam kepercayaan ibu-bapaknya dan
seluruh umat kami. Ya Tuhan, teguhkanlah harapan kami Demi Kristus
pengantara kami.
U : Amin

9. DOA UMAT
( Untuk yang sudah dipermandikan)
P : Marilah kita berdoa kepada Allah, Tuhan kehidupan dan kematian dan
Bapa yang berbelas kasih, Allah segala penghiburan
L : Untuk saudara (anak) kita yang terkasih yang oleh Permandian Suci telah
menajadi anak Allah; semoga ia diperkenankan masuk ke rumah Bapanya
Marilah kita mohon ………..
L : Untuk saudara kita yang dipanggil sesudah cobaan-cobaan hidupnya
disini agar Tuhan sudi menerimanya ke dalam kedamaian dan
kebahagiaan kerajaanNya.
Marilah kita mohon ………..
L : Supaya Tuhan membalas budi saudara kita dan menganugerahkan
ganjaran yang berlimpah kepadanya.
Marilah kita mohon ………..
L : Untuk seluruh keluarga ktia supaya Tuhan memberikan kepada mereka
penghiburan dan kekuatanNya
Marilah kita mohon ………..
P : Bapa yang baik dan mahakuasa Engkau membangkitkan Tuhan Yesus;
dengarkanlah doa kami yang penuh harapan; kuatkanlah kiranya kami
dalam duka cita kami dan berilah juga bagian dalam kegembiraan surgawi
di tempat yang Kausediakan untuk kami. Karena Kristus Tuhan Kami.
U : Amin

Atau: (Untuk yang sudah dan belum dipermandikan)


P : Marilah berdoa:
Tuhan dan Bapa kami di Surga, kepadaMu kami menyerahkan saudara
tercinta ini. Engkau telah menciptakan dan menempatkan dia di dunia ini
untuk mengabdi kepadaMu dan sesamanya. Engkaulah yang memanggil
dia.
L : Semoga ia pantas bertemu dengan Dikau dan berbahagia bersama Engkau
di Surga
Marilah kita mohon ………..
L : Semoga Engkau dengan murah hati mengasihi saudara kami yang telah
kembali kepadaMu
Marilah kita mohon ………..
L : Semoga ia yang selama hidupnya memperjuangkan kebenaran dan
keadilan Kauberi pahala di Surga
Marilah kita mohon ………..
L : Semoga kami yang bersedih atas kematiannya Kauhibur dengan harapan
akan persatuan kelak di Surga
Marilah kita mohon ………..
L : Semoga di akhirat ia Kauberi tempat yang tenteram dan terang bersama
dengan orang-orang KudusMu
Marilah kita mohon ………..
P : Allah yang kekal dan kuasa semoga dalam kehadiranMu beristirahatlah
saudara terkasih ini. Kabulkanlah dengan rela doa-doa kami. Demi
Kristus pengantara kami.
U : Amin

Atau: (Untuk Anak Kecil yang sudah dan belum dipermandikan)


P : Marilah berdoa:
Allah, Bapa kami yang mahabijaksana dan mahabaik, semoga Engkau
berkenan menghibur dan menguatkan kami.
L : Berkatilah keluarga NN ……… yang sedang berdukacita atas kematian
anaknya NN ………
Marilah kita mohon ………..
L : Kuatkanlah iman kami, jangan sampai kami goncang karena kematian
anak kami, melainkan tetap menaruh kepercayaan kepadaMu
Marilah kita mohon ………..
L : Terimalah anak ini dalam kerajaanMu yang diperuntukan bagi orang yang
rendah hati dan bersahaja
Marilah kita mohon ………..
L : Semoga kami semua terutama orang tua anak ini selalu hidup sesuai
dengan kehendakMu supaya dapat bersatu kembali di Surga
Marilah kita mohon ………..
P : Allah maha pengasih dan penyayang, Engkau melimpahkan anugerah
Surga kepada anak ini tanpa jasanya sendiri. Semoga kami pun kelak
menikmati kemuliaan abadi berkat pengampunan dan perlindunganMu
Demi Kristus pengantara kami
U : Amin

10. DOA BAPA KAMI : (dinyanyikan)

11. PENTUPAN PETI JENAZAH :


Peti dapat dihias bunga dan keluarga serta umat dapat memberi
penghormatan dengan meminyaki jenasah kemudian diberangkatkan menuju
kuburan dengan perkataan dari pemimpin :

12. PENUTUP
P : Saudara NN ……… berangkatlah memasuki hidup abadi.
P : Saudara-saudari sekalian, marilah kita berangkat ke pemakaman untuk
menghantarkan saudara (anak) kita yang terkasihi ini ke tempat
istirahatnya yang terakhir. Semoga damai Tuhan menyertai kita
U : Sekarang dan selama-lamanya
P : Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U : Amin

LAGU PENUTUP

V. Doa Arwah
 Yang harus disiapkan
1. Pemimpin ibadat dan petugas yang lain.
2. Menyiapkan beralatan ibadat : meja dengan taplak putih, salib, lilin jongkok
dan buku panduan ibadat

Doa Arwah
Kesempurnaan hidup pasti tidak gampang dinilai apalagi oleh manusia yang
serba kurang sempurna ini. Manusia bisa mengagumi secara lahiriah namun apa yang
batiniah tak mungkin secara penuh disergap. Dosa yang nampak dalam perbuatan dan
terdengar dalam kata-kata masih bisa diketahui orang lain, tetapi apa yang ada dalam
budi hati tentu hanya pribadi yang mengerti. Dan hanya Allah yang bisa mendeteksi
segalanya secara sempurna.
Juga bila kita melihat diri kita sendiri tidak hanyak rasa dosa tetapi juga
kesadaran berdosa ada dalam hati kita. Dalam hal inilah kita selalu bertobat dan
mohon ampun kepada Allah Yang Maharahim. Kiranya keadaan batin seperti itu pasti
dialami oleh setiap orang beriman. Karena keterbatasan kita dalam mengasihi Dia dan
sesama kita. Juga akibat cacat batin yang kita bawa sejak lahir, entah kesombongan,
keserakahan dan lain-lain. Menyadari segalanya itu mendorong kita untuk
memohonkan ampun juga bagi sesama yang dipanggil Tuhan ke hadiratNya. Siapa
tahu hidupnya seperti kita yang berdosa ini. Dalam arti itu pula kita bisa tidak
memiliki pengetahuan jelas apakah arwahnya sudah ke surga apa belum. Dan sebagai
pendapat plus harapan positif kita yakin doa-doa kita pasti amat diperlukan bagi
arwah. Maka seluruh Gereja mendoakan arwah orang beriman pada tanggal
2 November. Peristiwa gerejani ini menebalkan iman kita akan persekutuan anggota
tubuh Kristus baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Tentu ujud
Misa Kudus, doa arwah, doa Rosario, mati raga dan pengurbanan kita pasti berguna
bagi arwah orang yang kita kasihi.
Kita yakin bahwa perbuatan berdasar iman pasti akan berubah baik bagi diri
sendiri juga pasti bagi arwah yang kita doakan. Karena sabdaNya: “Mintalah, maka
akan diberikan kepadamu, carilah maka kamu akan mendapat; ketuklah maka pintu
akan dibukakan bagimu”. (Luk 11:9)
Sekarang ini sudah tersedia aneka buku doa arwah. Seperti yang disusun oleh
Rm. A Wahjasudibja Pr. Melepas Jenasah dan Memperingati Arwah, Kanisius, 1978.
Memang dalam tradisi tercantum “hari ketiga, ketujuh, ke empatpuluh, ke seratus,
satu tahun, dan seterusnya”. Semua doa disediakan dalam buku itu, bahkan dengan
nyanyian-nyanyiannya yang sesuai. Semua itu menunjukan bahwa kita perlu
mendoakan arwah. Namun, walaupun segalanya tersedia jangan lalu berlebih-lebihan
sehingga terkesan mentraktir arwah dengan doa. Ikutilah aturan yang ada di paroki
dan lingkungan. Jangan sampai orang mendapat kesan doa tiap hari itu karena atau
demi menunjukan bahwa punya uang.
KEHIDUPAN
Kehidupan tumbuh tumbuhan dan binatang
Perintah Allah yang ke-5 berbunyi, "Jangan membunuh".
Allah menciptakan segala jenis tumbuh-tumbuhan dan binatang. Mereka hidup,
berkembang dan berlipat ganda secara mengagumkan. Kcsemuanya itu untuk manusia
supaya manusia berbahagia. Jadi jelaslah bahwa kita mempunyai hak dan kewajiban untuk
memanfaatkan kehidupan mereka demi kebahagiaan kita semua.
Oleh karena itu kita wajib pula memelihara mereka dan tidak boleh merusakkan
pohon dan bunga atau menyiksa binatang dengan seenaknya. Kita harus menghormati
segala sesuatu yang hidup, sebab hidup itu berasal dari Tuhan. Siapa yang kejam terhadap
binatang kemungkinan besar akan menjadi kejam (sadis) terhadap sesama manusia pula.
Bagaimana kita dapat memanfaatkan makhluk-makhluk hidup? Dari tumbuh-
tumbuhan kita dapat mengambil misalnya: bahan makanan, pakaian, obat-obatan,
bangunan, alas-alas rumah tangga, hiasan dll. Sedangkan dari binatang kita dapat
mengambil; tenaga, telur, daging, kulit, bulu dll.

Kehidupan manusia
Manusia adalah puncak ciptaan. la lebih mengagumkan, lebih luhur daripada
ciptaan-ciptaan lainnya. Maka kehidupan manusia harus kita hormati dan kita lindungi
dengan sebaik-baiknya. Dari Kitab Suci kita mengetahui:
1. Hidup manusia menggambarkan Tuhan sendiri. Manusia diciptakan menurut citra
kesamaan Allah (Kcj 1:26-31). Menghormati hidup manusia berarti menghormati
Tuhan sendiri.
2. Hidup manusia mempunyai nilai tersendiri yang amat luhur. "Apakah manusia sehingga
Kau perhatikan, siapakah dia sehingga Kau pelihara? (Mzm 8:5). Tuhan sendiri
menghormatinya. Mengapa kita tidak?

Hormat akan hidup sendiri dan hidup sesama


Menghormati kehidupan manusia berarti juga menjaga jangan sampai merugikan
atau membahayakan, baik kehidupan kita sendiri, maupun kehidupan orang lain. Oleh
karena itu kita mempunyai kewajiban menjaga kesehatan, yang menuntut:
- rumah dengan tempat tidur, kamar.mandi, dapur yang bersih,
- makan dan minum yang bersih dan bergizi,
- pakaian yang bersih dan cocok dengan keadaan,
- berobat bila sakit, menurut kemungkinan-kemungkinan yang ada.
Itu semua untuk menjaga kehidupan, sesuai dengan sabda Yesus, "Bukankah hidup
itu lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian?" (Mat
6:25).
Juga menjaga hal-hal yang dapat membahayakan keamanan umum seperti
pelanggaran lalu limas (ngebut), menjual barang-barang yang jelek atau juga bekerja terlalu
keras sehingga mengorbankan keluarga, kurang bekerja (malas), terlalu banyak minum
minuman keras, menghisap ganja, gaduh ramai terus-menerus (mengganggu urat saraf
orang).
Pada zaman ini orang sudah amat sangat mencemarkan dan merusakkan lingkungan
hidup. Penebangan hutan serta pencemaran air sungai dan air laut serta pencemaran udara
sudah mencapai taraf yang mcngkhawatirkan. Padahal tanpa air bersih dan udara bersih
manusia tidak dapat hidup. Dalam persoalan ini kita semua turut sertanggung jawab.

Membunuh dengan kata kata


Lebih dari pelanggaran lahir terhadap perintah ke-5, kita harus memperhatikan apa
yang menjadi dasar atau akar dari segala pelanggaran yaitu kebencian terhadap sesama.
Karena kebencian orang dapat melakukan segala perbuatan yang menjurus ke arah
pembunuhan, misalnya menyakitkan hati orang yang menghina, berkata kasar, bertengkar,
memaki, menyindir, memfitnah, membalas dendam, atau lebih menyakitkan lagi
“Jothakan” (mendiamkan), yaitu tidak, mau bicara dan bergaul lagi dengan seseorang yang
mungkin pernah membuat kita sakit hati. Hal ini sering terjadi dalam masyarakat (lih. Mat
5:21-26 dan Ef 4:31-32).
Yesus menghendaki supaya kita mengasihi sesama kita, termasuk juga musuh-
musuh kita, serta mendoakan mereka, supaya menjadi anak-anak Bapa kita di surga yang
menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang baik (Mat 5:43-48).

Beberapa masalah yang berhubungan dengan perintah ke-5


- Membunuh: Membunuh karena benci, sebagai balas dendam atau alasan-alasan lain,
lebih-lebih bila dilakukan dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu, adalah
dosa berat.
- Abortus (pengguguran): Menggugurkan dengan sengaja adalah perbuatan yang
menjijikkan. Manusia yang belum lahir pun sudah mempunyai hak hidup. Konsili
Vatikan II mengajarkan dengan tegas, "Pengguguran dan pernbunuhan anak adalah
kejahatan yang keji" (Gaudium et Spes 51).
- Bunuh diri: Kita tidak berhak mengakhiri hidup kita sendiri, sebab yang
mcmilikinva bukan kita, melainkan Tuhan. Kebanyakan orang bunuh diri karena
putus asa, seperti kadang-kadang terjadi, bila cinta muda-mudi terputus. Juga dalam
buku roman sering ada contoh jelek ini, "Kalau tak dapat hidur hersama, lalu lebih
baik mati bersama. Kita harus mencintai Allah lebih dari segala sesuatu. Sebagai
orang beriman dalam segala keadaan kita berani mempercayakan diri kepada Tuhan
dan berharap kepada-Nya. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.
- Membunuh, untuk membela diri terhadap penyerang yang mengancam hidup kita
dapat dibenarkan, sebab kita mempunyai hak hidup dan hak, mernpertahankan
hidup kita.
- Hukuman mati yang dijatuhkan dan dijalankan atas nama pemerintah harus
dihindari sedapat mungkin. Karena juga pemerintah harus menghormati kehidupan
dan tidak berhak alas hidup seseorang.
- Perang tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan alasan bahwa suatu bangsa
berhak membela diri terhadap musuhnya. Dalam dunia modern ini perang makin
lama makin tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sebab sekarang, ada senjata-
senjata (bom nuklir dsb.) yang begitu dahsyat dan berbahaya, sehingga seluruh
bangsa manusia terancam binasa.
Kita harus berusaha bersama-sama untuk menebus dunia dari dosa, dari saling
menghina, saling mencurigai, saling membenci antara bangsa dengan bangsa atau antara
golongan dengan golongan. Dengan demikian kita menciptakan suasana perdamaian. Kita
harus memperhatikan kepentingan bangsa kita bersama-sama dengan kepentingan seluruh
masyarakat manusia. Dengan demikian kita turut menanam suatu "peradaban cinta kasih"
(Gaudium et Spes 79-82),
SEKS
Apa yang diciptakan Tuhan itu baik
Manusia telah diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, berarti manusia tidak dapat
hidup seorang diri. Dia selalu membutuhkan teman. Karena itu ia mendirikan keluarga.
Tuhan menghendakinya begitu. Maka manusia diciptakan sebagai orang laki-laki dan
perempuan (Kej 1:27). Tuhan sendirilah yang menghendaki adanya perbedaan kelamin atau
seks. Maka adanya seks itu sesuatu yang baik. Setelah menciptakan manusia Tuhan melihat
bahwa apa yang telah diciptakan itu amat baik (Kej 1:31).
Maka kita salah paham kalau apa saja yang berhubungan dengan seks kita pandang
cabul atau porno, menjijikkan dan rahasia.
Tetapi kita salah paham juga bila rangsangan seks kita salahgunakan untuk
menyelewengkan kehidupan seks itu dari tujuannya, misalnya untuk mencari keuntungan
(memperdagangkan seks) dengan pelacuran, penyebaran gambar atau bacaan porno serta
film biru.

Sikap yang sehat dan positif


Seks itu diciptakan Tuhan demi kebahagiaan orang berkeluarga dan demi
kelangsungan bangsa manusia.
Maka sikap yang wajar terhadap seks meliputi:
1. Pengetahuan, dan pengertian secukupnya tentang seks, sesuai dcngan umur dan
pendidikan kita. Maka kita tidak perlu takut membicarakannya dcngan sopan dan
tcnang, tetapi terns terang dcngan orang tua, pendidik atau pembimbing rohani kita.
Seks bukan tabu.
2. Mcnguasai diri dari perbuatan seks yang tidak semestinya terhadap diri sendiri.
Masturbasi (rancup) biasanya tidak merugikan kesehatan badan. Walaupun
demikian, kebiasaan itu tidak wajar bagi orang yang seimbang kedewasaannya.
Kalau menilai perbuatan itu, kita harus memperhitungkan keadaan pribadi orang
yang melakukannya.
3. Menguasai diri dari perbuatan scks yang tidak semestinya terhadap orang lain.
Perbuatan, seks dengan orang lain di luar perkawinan tidak dapat dibenarkan,
sckalipun masyarakat umum menggambarkannya sebagai sesuatu yang biasa.
4. Pergaulan muda-mudi adalah hal yang wajar, asal dengan saling menghargai dan
mcnghormati. Para muda-mudi dapat saling menolong dan saling mendidik untuk
menjadi pribadi yang dewasa. Hendaknya pemuda terhadap pemudi selalu bersikap
sopan dan ksatria. Hendaknya pemudi selalu menjaga "harga-diri".

Persiapan perkawinan
Pergaulan inuda-mudi dapat berkembang menjadi saling mencintai antara pemuda
dan pemudi tertentu. Kalau mereka sudah sepakat untuk mengadakan perkawinan di
kemudian hari, dan kalau hat itu diperkenankan oleh orang tua, maka mereka bertunangan
(tukar cincin).
Masa pertunangan ini memberi kesempatan untuk saling mempelajari dan
menyesuaikan diri. Dalam masa pertunangan cinta antara pemuda dan pemudi itu
berkembang dan semakin berakar dalam. Mcreka saling memberi tanda-tanda cinta itu.
Namun hubungan seks dalam masa pertunangan belum, merupakan pernyataan cinta
yang tepat. Sebab hubungan seks adalah suatu penyerahan diri secara menyeluruh dan tidak
mungkin dilakukan secara “iseng” sambil lalu atau hanya coba-coba saja. Maka penyerahan
diri dalam hubungan seks merupakan suatu langkah yang tidak dapat dicabut lagi dan
hanya dapat dipertanggungjawabkan dalam perkawinan. Padahal perkawinan itu tidak
hanya menyangkut dua kekasih saja, melainkan seluruh masyarakat..
Sebelum kawin para calon harus mempersiapkan diri sungguh-sungguh. Hendaklah
mereka sudah bekerja dan dapat mengatur ekonomi rumah tangga sendiri, sudah mendapat
rumah beserta perkakasnya. Kedua duanya harus cukup dewasa untuk mendidik anak dan
rela berkorban demi kepentingan keluarga.

Dasasila bagi calon pengantin


Sulit merumuskan pedoman bagi para calon pengantin Katolik yang mencita-
citakan kebahagiaan hidup berkeluarga. Namun atas dasar kesulitan kesulitan yang muncul
dalam hidup banyak keluarga Katolik, dianjurkan para calon pengantin pengantin
memperhatikan dasasila di bawah ini:
1. Jangan kawin dengan seseorang tanpa ada cinta (terpaksa, kehendak orang tua
semata-mata).
2. Jangan kawin dcngan orang yang berbeda agamanya (persatuan jiwa kurang,
pendidikan anak tidak searah).
3. Jangan kawin dengan orang yang masih bersuami atau beristeri (walaupun
diceraikan).
4. Jangan kawin. dengan orang yang masih ada hubungan saudara (bagi keturunan tak
baik, kurang sehat)
5. Jangan kawin terlalu muda (belum dewasa badan maupun jiwanya, anak akan
terlalu banyak)
6. Jangan kawin tergesa gesa, (belum saling mengenal, belum ada pekerjaan, belum
ada perumahan atau belum matang mempersiapkannya)
7. Jangan kawin dengan orang yang selisih usianya terlalu menyolok
8. Jangan kawin dengan orang yang perbedaan sosial / pendidikannya terlalu besar
9. Jangan kawin dengan membuat hutang (demi gengsi, dengan pesta resepsi besar-
besaran).
10. Jangan kawin tanpa restu orang tua, sanak saudara dan, Gereja.

PERKAWINAN
Tujuan perkawinan
Kitab Kejadian membuka dengan dua cerita tentang penciptaan, yang perlu kits
perhatikan dengan seksama, sebab cerita-cerita itu mempunyai makna yang dalam. Sambil
mengisahkan penciptaan manusia cerita-cerita itu menyampaikan juga suatu pandangan
tentang perkawinan.
Dalam salah situ dari kisah tadi diceritakan bagaimana Tuhan menciptakan manusia
pertama (Adam). Tetapi kemudian Tuhan sendiri bersabda, "Tidak, baik kalau manusia itu
seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginva, yang sepadan dengan dia" (Kej
2:18). Lalu Tuhan mengambil tulang rusuk dari dada Adam dan dari tulang itu dibangun-
Nya seorang perempuan. Ketika melihat perempuan itu, berkatalah Adam, "Inilah tulang
dari tulangku dan daging dari dagingku." Kitab Suci menambahkan, "Sebab itu seorang
laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga
keduanya menjadi satu daging".
Cerita itu mengungkapkan dan membenarkan apa yang dicita-citakan setiap orang
yang menjadi dewasa. la ingin mengadakan perkawinan: dia mencari seorang teman hidup
yang sepadan dan sederajat untuk saling melengkapi, saling menyempurnakan dan saling
membahagiakan sebagai suami dan istri. Itulah salah satu tujuan perkawinan.
Dalam kisah lain (Kej 1:27-28) dikatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia laki-
laki dan perempuan, memberkati mereka dan bersabda, "Beranakcuculah dan sertambah
banyak. Penuhilah bumi dan taklukkanlah itu.
Di situ diungkapkan dan dibenarkan cita-cita lain yang hidup dalam hati setiap
orang yang mengadakan perkawinan. la ingin mempunyai keturunan, membuat manusia
baru dan dengan demikian turut serta dalam karya penciptaan Tuhan. Itu pun merupakan
tujuan perkawinan.

Dwitunggal tujuan.
Sesuai dengan itu dalam Liturgi Sakramen Perkawinan mempelai mengucapkan dua
janji:
1. Mengasihi istrinya (suaminya), menghormati serta mernbantunya dan, selalu setia
kepadanya.
2. Menjadi bapak (ibu) yang baik bagi anak-anaknya.
Kedua tujuan iri merupakan dwitunggal. Hal itu paling jelas pada saat suami-istri
menyatakan cinta kasihnya yang menyeluruh (sanggama). Sebab pada saat itu ada
kemungkinan cinta kasih mereka berwujud dengan terciptanya manusia baru. Manusia baru
itu lahir karena persatuan lahir hasil antara ayah dan ibunya, dan sekaligus ia
mempersatukan mereka lebih erat lagi dalam dirinya. Setiap anak mirip baik dengan ayah,
maupun dengan ibunya, dan dicintai oleh keduanya. Dengan demikian anak menjadi tali
pengikat yang mempererat lagi persatuan antara ayah dan ibunya.

Dua Mata Perkawinan


1. Perkawinan yang diadakan berdasarkan cinta kasih adalah monogam, artinya satu suami
dengan satu istri (tidak wayuh). Lebih dari satu berarti bahwa hati suami terbagi, tidak
dapat mencintai istrinya masing-masing dengan penuh dan menyeluruh. Hati seorang
istri yang menyadari martabatnya sebagai manusia yang sederajat dengan laki-laki tak
akan dapat menerima keadaan seperti itu. Tepatlah apa yang sering dikatakan oleh
muda-mudi yang berpacaran, "Cintaku hanya untukmu seorang".
2. Perkawinan tak dapat cerai. Cerai berarti mengingkari janji perkawinan janji cinta kasih
yang diucapkan dengan sadar dan bebas waktu kawin telah diberikan untuk seumur
hidup, “dalam suka dan duka dalam keadaan sehat dan sakit” tanpa syarat dan tak dapat
dibatalkan lagi (Mrk 10: 9 -12)
Lebih-lebih kalau sudah mempunyai anak, orang tua akan tetap setia, supaya anak
yang mereka cintai jangan menjadi korban keluarga retak ("broken home is broken heart").
Tetapi juga keinandulan istri tak dapat membenarkan perceraian. Itu bukanlah
kesalahan. Suami dan istri yang saling mencintai juga akan saling membantu untuk
memanggul salib itu.
Maka Kitab Hukum Gereja menegaskan sekali lagi, "Sifat-sifat hakiki perkawinan
ialah monogam dan tak terceraikan, yang dalain perkawinan kristiani memperoleli
kekukuhan khusus alas dasar sakramen" (Kanon 1056).

Kepala keluarga
Suami biasanya disebut kepala keluarga. Tetapi Santo Paulus menghendaki supaya
suami sebagai kepala keluarga jangan meniandang. rendah istrinya. la tetap harus
menghormati dan mencintai istrinya, sehingga istrinya tidak merasa sebagai pelayan
semata-mata, melainkan sebagai sekutu, teman atau "penolong yang sepadan dengan dia"
(Kej 2:20). Kalau sebutan "kepala keluarga" dipandang sesuai dengan kedudukan ayah
dalam keluarga, maka sebutan "hati keluarga" adalah sesuai dengan kedudukan ibu.

Sakramen perkawinan
Perjanjian cinta kasih antara pria dan wanita yang disebut perkawinan ini oleh
Kristus telah ditingkatkan menjadi Sakramen perkawinan. Suami istri saling menerimakan
sakramen itu di hadapan wakil Gereja yang resmi (biasanya imam) serta dua saksi lainnya
yang Katolik. Sakramen ini mendatangkan rahmat Kristus untuk saling menguduskan dan
pula untuk menguduskan anak-anak yang akan dianugerahkan Tuhan, serta untuk me-
nunaikan tugas, baik sebagai suami-istri maupun sebagai orang tua, dengan setia sarnpai
mati.
Tetapi perkawinan dengan perbedaan agama bukanlah sakramen dan sangat tidak
dianjurkan demi kebahagiaan suami-istri sendiri dan demi pendidikan anak-anaknya. Amat
banyak perkawinan dengan perbedaan agama telah mcnemui kegagalan. Namun demikian,
kalau ada alasan-alasan tertentu perkawinan seperti itu dapat diadakan dengan dispensasi
dari uskup.
Perkawinan yang diadakan dengan sah secara Katolik untuk orang Indonesia (asli)
sekaligus sah terhadap pemerintah, sebab pastor biasanya diakui juga sebagai pengantar
agama untuk catatan sipil.
Sakramen perkawinan mengakibatkan bahwa cinta kasih antara suami-istri
disenipurnakan, ditingkatkan dan dipadukan dengan cinta kasih ilahi. Santo Paulus
meniandang cinta kasih antara suami-istri sebagai lambang persatuan Kristus dengan
Gereja. seperti Kristus mencintai Gereja, sampai rela mengorbankan hidup-Nya demi
keselamatan Gereja, demikian pula suami dan istri harus saling mencintai dan rela,
mengorbankan segalagalanya (Ef 5:21-33).
KELUARGA

Menghormati orang tua


Santo Paulus menasihati anak-anak, "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam
Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu. Inilah suatu perintah
yang penting, seperti yang nyata dari janji ini supaya kamu berbahagia dan panjang
umurmu di bumi (Ef 6:1-3).
Dasar perintah yang ke-4 ini ialah bahwa anak tergantung pada orang tua. Dalam
kelahiran anak orang tualah yang memberi kehidupan kepadanya. Maka anak kecil merasa
sendiri bahwa ia harus menurut kepada orang tua, dan kalau menurut ia merasa tcnang dan
bahagia.
Kewajiban anak terhadap orang tua dapat diperinci sbb:
1. Menghormati orang tua, berbicara dengan sopan dan rendah hati, tidak
menertawakan atau menghina mereka. Tetapi hormat jangan disamakan dengan
takut. Anak harus berani mengatakan dengan terus terang dan terbuka apa yang
perlu dikatakan. Anak harus juga berani meminta apa yang dibutuhkan
2. Mencintai orang tua, dengan senang hati kadang kadang menemani mereka, mau
menghibur mereka, mau memperhatikan dimana mereka dapat ditolong,
berterima kasih atas kebaikan yang selalu diterima dari mereka, kadang-kadang
mendoakan orang tua.
3. Taat kepada orang tua. Taat lahir basin berarti melaksanakan perintah dengan
sepenuh hari, dengan segera dan penuh. Anak yang sudah besar, supaya
menyadari bahwa orang tua dikehendaki Tuhan sebagai pimpinan dalam
keluarga. Tentu saja, bila orang tua niemerint.alikan sesuatu yang mustahil atau
tidak wajar, anak harus bijaksana.
4. Membantu orang tua, lebih-lebih, pada hari tua mereka, supaya jangan
kekurangan atau kesepian (Gaisdium et Spes, 48),

Mendidik anak-anak
Sesudah menasihati anak-anak Santo Paultis menasihati orang tua juga, "Kamu,
bapak-bapak, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah
mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan" (Et' 6:4). Itu juga termaktub dalam perintah ke-
4.
1. Orang tua yang tclah melahirkan anak dengan sendirinya juga menerima tanggung
jawab untuk mendidik mereka. Jasmaninya dididik dengan memberi sandang
pangan kepada anaknya, rohaninya dengan memberi nasihat dan teladan baik,
dengan mencarikan sekolah yang baik bagi mereka. Tujuan pendidikan ialah supaya
anak menjadi manusia dewasa rohani jasmani.
2. Anak itu bukan milik mutlak orang tua, bukan boneka dan bukan pelayan,
melainkan anak-anak dipercayakan kepada orang tua oleh Tuhan untuk dibesarkan.
Maka hak-hak anak harus dihargai. Orang tua tidak boleh menghukum anaknya
hanya karena marah dan tidak boleh memberi perintah dengan sewenang-wenang.
Sabda Yesus, "Siapa yang memerintah di antara kamu hendaklah menjadi seperti
pelayan" (Luk 22:26).
3. Untuk menolong anak menjadi manusia yang berpikiran dewasa dan bertanggung
jawab, maka putusan dan perintah sebaiknya diterangkan dan dibicarakan dengan
anak-anak. Tentu sesuai dengan umur dan perkembangan mereka.
4. Sekolah yang dipilih bagi anak-anak supaya sesuai dengan kemampuan orang tua,
bakat anak, dan kebutuhan masyarakat. supaya anak jangan berhenti di tengah jalan
(drop-out) atau menjadi penganggur,
5. Sebaiknya orang tua tidak membiarkan anak-anak yang lebih tua memerintah adik-
adiknya.

Taat kepsida pinipinan Gereja dan Negara


Juga di luar keluarga harus ada ketaatan. Santo Paulus mengajarkan lagi, "Hai,
hamba-hamba, taatilah tuanmu di dunia ini dengan. takut dan gentar, dan dengan tulus hati,
sama seperti kamu taat kepada Kristus, Jangan hanya di hadapan mereka saja untuk
menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati
melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti
orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia" (Ef 6:5-7).
Alasan yang dikemukakan Santo Paulus ialah, "karena segala kekuasaan berasal
dari Allah Barang siapa melawan penguasa melawan peraturan Allah" (Rm 13:1-2).
Gereja kudus harus kita cintai sebagai ibu. Kita harus tunduk dengan ikhlas kepada
pimpinannya.
Nusa dan bangsa harus kita cintai. Maka wajarlah kalau tanah air kadang-kadang
disebut dengan nama manis, "Ibu pertiwi". terhadap penguasa yang sah kita-tunduk. Kita
bersikap positif, mendukung dan membantu terhadap segala usaha pernerintah untuk
mencapai keadilan dan kemakmuran, misalnya terhadap pelaksanaan Pelita.
Tetapi baik terhadap Gereja maupun terhadap Negara janganlah kita bersikap: asal
mengikuti saja (ndherek mawon). Kita tulus berpikir dan bertanggung jawab. Kita bukan
objek, melainkan subjek. perintah yang jahat, dari mana pun datangnya, tidak perlu dan
malah tidak boleh kita turuti. Kita harus setia kepada hati nurani kita.
PENGHARGAAN TERHADAP KESEHATANT DAN TUGAS
UNTUK MEMELIHARA SERTA MEMULIHKANNYA

1. Penghargaan terhadap Kesehatan


Kesehatar merupakan nilai dasar yang amat tinggi, tetapi bukanlah nilai yang
teriinggi. Kesehatan bukanlah suatu status keadaan, melainkan mengandaikan tangung
jawab manusia untuk melindungi dari memeliharanya.
2. Tugas Memelihara atau Memulihkan Kesehatan dengan Sarana-sarana
Proporsional
2.1. Sarana biasa dan luar biasa
2.1.1. Penggolongan
Kategori sarana biasa dan luar biasa bisa dilihat dari aspek medis
dan moral, secara medis sarana sarana biasa ialah 1) sarana yang normal
dipakai dan tersedia 2) sudah teruji 3) hasil diketahui 4) risiko dapat
diperhitungkan / angka moralitas rendah 5) penderitaan dalam batas 6)
manfaat sepadan. Sedangkan sarana luar biasa ialah 1) sarana yang belum
normal dipakai 2) belum teruji 3) hasil belum pasti / belum jelas 4) risiko
besar / mungkin angka moralitas tinggi 5) rasa sakit melampaui batas 6)
manfaat kurang sepadan.
Dari sudut moral, sebuah sarana wajar apabila 1) ada harapan wajar
2) penderitaan dalam batas 3) biaya wajar 4) risiko wajar / terbatas. Sarana
yang luar biasa 1) harapan tak jelas 2) penderitaan berlebihan 3) biaya
terlalu tinggi 4) resiko tinggi.
Ciri ciri sarana biasa dan luar biasa di atas ikut ditentukan oleh
situasi dan kondisi ilmu kedokteran, masyarakat, keluarga dan pasien
sendiri.
2.1.2. Kewajiban untuk menggunakan sarana biasa
Manusia dalam memelihara atau memulihkan kesehatannya
berwajib menggunakan sarana biasa.. Orang wajib mengunakan sarana
yang tidak memberi beban luar biasa kepada diri sendlri dan orang lain.
2.1.3. Hak dan kewajiban siapa
Atas dasar manabat pribadi manusia si pasien sendiri mempunyai
hak dan kewajiban untuk memakai atau menerima sarana-sarana yang
perlu dan biasa untuk memelihara kesehatannya. Pasien juga mempunyai
hak untuk tidak memakai sarana sarana luar biasa. Bila si pasien tak
sadarkan diri lagi, maka keluarga dapat mewakilinya memutuskan apakah
menggunakan atau tidak menggunakan sarana luar biasa.
Plhak tenaga medis juga berhak dan berkewajiban menggunakan
sarana biasa. "Bila maut yang tidak terelakan sudah dekat, kendati upaya-
upaya yang sudah ditempuh menurut suara hati diperbolehkan memutuskan
untuk menolak perawatan, yang hanya memberi perpanjangan hidup yang
tetap rawan dan disertai rasa sangat sakit, tanpa menghentikan perawatan
biasa yang semestinya diberikan kepada pasien dalam kasus-kasus yang
serupa. Pemberian makann atau cairan-cairan, juga secara artifisial,
termasuk perawatan biasa yang selalu semestinya diberikan kepada pasien,
bila itu tidak justru membebaninya, bila upaya-upava, itu dihentikan secara
tidak sama saja dengan euthanasia dalarn arli yang sesungguhnya" (Piagam
bagi Pelayan Kesehatan art. 120)
2.2. Sarana Proporsional
Orang tidak harus dalam segala keadaan mempergunakan fasilitas yang
tersedia. Pembagian sarana biasa dan sarana luar biasa yang dipakai dalam teologi
tradisional dianggap kurang jelas, maka kini orang menggunakan istilah sarana
proporsional non proporsionai. Cukuplah digunakan sarana yang proporsional.
Upaya perawatan disebut proposional bila ada proporsi yang wajar antara upaya
upaya yang digunakan dan tujuan yang hendak dicapai. Apabila proporsi tidak
ada, maka upaya upaya itu haruslah dipandang luar biasa. Artikel 65 dari Piagam
bagi Pelayanan Kesehatan berbunyi “Prinsip proporsionalitas dalam perawatan
dapat dirincikan dan diterapkan sebagai berikut: bila tidak ada Upaya upaya
pengobatan lain, diperbolehkan menggunakan, dengan persetujuan pasien, upaya-
upaya yang disediakan oleh llmu-Ilrnu kedokteran yang paling maju, juga kalau itu
masih berada pada tahap percobaan dan bukannya tanpa suatu unsur risiko.
Diperbolehkan menghentikan penggunaan upaya-upaya itu, bila hasilnya
mengecewakan harapan yang ditaruh padanya, sebab tidak ada proporsi yang
wajar lagi antara investasi peralatan dan personil dan hasil yang diprakirakan, atau
karena 'teknik-teknik yang dipakai menyebabkan pasien menderita dan merasa
tidak enak melebihi untungan-untungan yang dapat diperoleh, (*) selalu
diperbolehkan merasa puas dengan upaya-upaya media yang biasa. Oleh karena itu
tidak seorang pun dapat diwajibkan menggunakan corak pengobatan yang,
meskipun sudah dipakai, toh masih membawa bahaya atau terlalu membebani.
Penolakan itu tidak sama dengan bunuh diri. Malahan dapat berarti atau
penerimaan kondisi manusia secara lulus, atau keinginan menghindar penerapan
upaya yang tidak ada proporsinya dengan hasil yang dapat diharapkan atau
keinginan uniuk, tidak terlampau membebani keluarga atau masyarakat".
3. Panggilan Gereja di Bidang Kesehatan
Setiap orang bertanggungjawab atas kesehatannya sendiri. Akan tetapi syarat
syarat dan fasilitas untuk memelihara kesehatan melampaui kemampuan individu juga,
maka diperlukan campur tangan dari pihak lain.
Gereja mempunyai misi dan komitmen yang sangat kuat di bidang hidup dan
kesehatan. Yang membedaqkan pelayanan gereja dari pelayanan oleh lembaya yang
lain di bidang kesehatan ialah inspirasi, motivasi dan animasi yang bersumber pada
sabda dan karya Yesus.
Dari sudut pelayanan medis, rumah sakit katolik sama saja dengan rumah sakit
lain. Namun suasana dan cara pelayanannya harus diilhami, digerakkan dan dijiwai
semangat kristiani, sehingga pelayanan itu menjadi kesaksian kristiani dan tanda
solidaritas dnegan kaura lemah dan menderita.
Dari sudut pandang pelayanan rohani, rumah sakit katolik harus mencerminkan
iman katolik yang bisa membantu orang menghayati peristiwa sakitnya. Orang yang
beragama lain harus dihargai. Orang yang beragama katolik perlu diberikan pelayanan
khurus misalnya dalam ibadat dan sakramen.
Apabila difokuskan pada hal moral, maka rumah sakit katolilk menjadi sarana
yang tepat untuk mewartakan ajaran ajaran moral kristiani, misalnya dalam kaitan
dengan problem moral actual, aborsi, euthanasia, dll.

Sumber Bahan :

Piet Go, Hidup dan Kesehatan, STFT Widya Sasana, Malang 1984, hlm 118 – 132

Panitia Kepausan Untuk Reksa Pasioral Kesehatan, Piagam bagi Pelayan Kesehatan,
Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, Jakarta 1996.
PENGHARGAAN TERHADAP KEBUTUHAN TUBUH
DAN PRINSIP TOTALITAS

1. Penghargaan Terhadap Keutuhan Tubuh dan Larangan Mutilasi


1.1. Nilai Keutuhan Tubuh
Keutuhan tubuh merupakan nilai yang harus dihargai sewajarnya. Hal ini
berkaitan dengan kesehatan serta keindahan dan keserasian penampilan.
1.2. Arti Mutilasi dan Larangannya
Mutilasi berarti memotong sebagian dari tubuh atau menghentikan fungsi
suatu organ tanpa alasan yang wajar. Kewajaran alas an diperlukan agar tindak
pemotongan itu tidak diperhitungkan sebagai mutilasi, melainkan therapy.
Larangan mutilasi pada umumnya mengacu kepada nilai keutuhan tubuh
(totalitas). Larangan untuk melakukannya dijumpai pula dalam penilaian tentang
kekuasaan mutlak Allah atas hidup dan peran manusia sebagai yang diberi
wewenang oleh Allalh untuk memperlakukan dan mempergunakan hidup.

2. Prinsip Totalitas
Yang dimaksudkan dengan totalitas adalah tubuh manusia seutuhnya, sebagai
kesatuan dari bagian bagian organismenya. Prinsip prinsip totalitas menekankan bahwa
bagian bagian boleh atau bahkan harus dikurbankan demi kesejahteraan keseluruhan
sejauh hal itu perlu atau berguna dan tiada lagi jalan lain yang lebih baik untuk
menyelamatkan keseluruhan.
Dasar dari prinsip totalitas ialalh hubungan subordinasi bagian bagian terhadap
keseluruhan, sehingga bagian bagian boleh dikurangkan sejauh perlu untuk
keseluruhan. Dikurbankan bisa berarti dihentikan fungsinya, dipotong dan dibuang.
Apa artinya bila tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan keseluruhan muka
bagian bagian boleh dikurbankan? Hal tersebut dapat berarti bila memang sungguh
sugguh tidak ada jalan lain (secara sempit) atau bila tidak ada jalan lailn yang
memuaskan (secara luas).
Apa artinya bila perlu, maka bagian bagian boleh dikurbankan? Bukanlah
dimaksudkan bahwa harus menunggu sampai saat terakhir, melainkan juga preventif
dan bermanfaat. Umumnya dapat perbedaan pada apa yang menurut ilmu kedokteran
dipandang sebagai tuntutan yang masuk akal, demi kesejahteraan penderita.
Totalitas dalam konteks mutilasi tidak terlepas dari kesadaran bahwa manusia
merupakan kesatuan jiwa raga, jadi bukan totalitas jasmani saja. Intervensi atas manusia
melalui mutilasi, harus memperhitungkan aspek ini juga.
Manusia bukanlah subjek yang berdiri sendiri, tanpa kaitan apapun dengan orang
lain. Oleh karena itu perlu pula memperhatikan totalitas antar personal / alituistis
solidaring antar subjek. Dalam konteks ini perlulah memperhitungkan situasi konkret
pemberi dan penerima, tak cukup hanyna kemauan dan belaskasih antar keduanya.
Contoh seorang anak yang mau mendonorkan salah satu organnya untuk ayahnya yang
sakit, bagaimana kedidupan anaknya jika tanpa organ yang akan didonorkannya?
Bagaimana kondisi rill kehidupan ayahnya setelah bantuan tersebut ?

Sumber bahan :
Piet Go, Hidup dan Kesehatan, STFT Widya Sasana, Malang 1984, hlm 107-117
ABORSI
Oleh : Romo Pier Go O. Carm

Ulangan 30 : 19
Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini.
Kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan
supaya kamu hidup baik kamu keturunanmu!

Beberapa postutal / prinsip :


1. Hidup manusia baru mulai dengan pembuahan yang merupakan saat yang paling
menentukan
2. Hidup baru bukan bagian dari ibu seolah olah hanya organ, melainkan tersendiri,
otonom, meskipun memang terjalin erat dengan dan tergantung dari ibu
3. Nilai hidup tidak tergantung pada kegunaannya
4. Nilai hidup sebelum dan sesudah lahir sama
5. Dalam keraguan (missal apakah menyangkut hidup pribadi manusia atau tidak) pada
dasarnya perlu dipilih jalan yang lebih aman
6. Dalam kasus konflik dilematis ditetapkan dengan wajar prinsip prinsip khusus missal :
akibat ganda
KASUS KONFLIK (Keadaan terjepit)
Indikasi :
Factor yang diajukan sebagai alas an untuk membenarkan pengguguran
Dalam penelitian moral :
Soal sejauh mana suatu indikasi cukup memadai untuk membenarkan pengguguran
hingga bukan dosa
Dalam penelitian hukum :
Soal sejauh mana suatu indikasi diakui oleh KUHP atau yuris prodensi sebagai
cukup untuk membebaskan pelaku pengguguran dari ancaman hukum pidana.

Usaha Usaha :
1. Preventif : pada umumnya menyingkirkan atau mengurangi sebab sebab pengguguran:
a. Memupuk dan mengembangkan sikap hormat terhadap hidup
b. Pembinaan sikap dan perilaku penuh tanggung jawab, juga dibidang seksual
c. Askese dalam arti baik (melatih diri mengatur kecenderungan)
d. Berfikir panjang dan memikirkan akibat yang dapat timbul dari tindakan
e. Menghindari bahaya godaan
f. Saling membantu
2. Kuratif : bila terjadi “ kecelakaan “
a. Sikap pastoral (gembala yang baik)
b. Pendampingan penuh solidaritas untuk mengolah dan menerima kenyataan
c. Konsultasi dengan ahli dalam proses pengambilan keputusan
d. Membuka cakrawala harapan nyata
e. Membantu mencairkan jalan keluar berikutnya
f. Menciptakan suasana non diskriminatif terhadap ibu tak bersuami tanpa
melemahkan prinsip prinsip
g. Upaya upaya rohani

ABORTUS PROVOCATUS

1. Beberapa Konsep Dasar


Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan kegugurun (abortus spontaneus) atau
pengguguran (abortus provocatus) hasil konsepsi jebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Keguguran atau abortus spontaneus ialah gugurnya buah kandungan tanpa
disebabkan oleh tindakan manusia. Pengguguran atau abortus provocatus ialah
gugurnya buah kandungan yang disebabkan oleh intervensi manusia. Dalam dunia
bioetika istilah abortus, terutama mengacu pada abortus provocatus. Catatan kuliah ini
mengikuti alur peinikiran tersebut.
Abonus provocatus dapat dirinci menjadi beberapa hal. Abortus therapeuticus
atau abortus medicinalis ialah pengguguran yang dilakukan dengan indikasi medis,
yakni demi kcsehatan atau kehidupan ibu, Abortus eugenicus ialah penguguran yang
dilakukan karena janin menderita cacat berat.
Abortus provocatus dapat dilakukan melalui beberapa cara, sesuai usia
kehamilan. 1) Pelebaran leher rahim (dilatatio canalis cervicalis), 2) Kerokan conga
rahim (curettage). 3) Penyedotanisi kanduaan (suction curettage). ) Pemberian cairan-
cairan tertentu agar janin dapat keluar secara spontan: 5) Operasi (hysteretomo
abdominal).
Sclain cara-cara di atas, dalam abortus provocatus digunakan juga embriotonij,
yakni pemotongan atau pengrusakan janin agar dapat keluar per vaginam. Pemotongan
janin yang sudah mati tidak menimbulkan soal moral mengenai larangan mematikan.
Persoalan itu ada apabila dilakukan pada janin yang hidup. Embriotomi dapat dibagi
menjadi beberapa jenis. I). Kraniotomi, yakni melubangi tengkorak janin untuk dapat
ditarik keluar. 2). Dekapitasi, yakni pemotongan leher janin pada persalinan yang macet
pada letak lintang dan janin mati. 3). Kleidotomi, yakni pemotongan tulang selangka
bila sukar mengeluarkan bahu yang terlalu lebar. 4). Eviserasi, yakni pengeluaran isi
perut dan dada janin yang sudah mati: dilakukan pada letak lintang bila leher janin
tidak dapat dipegang dada. bawah, atau pada monstnim yang tak dapat lahir karma
besamya perut dan dada.
Pembahasan tentang abortus provocatus mengandaikan bukan hanya cara-
caranya, melainkan juga pemahaman tentang perkembangan buah kandungan itu
sendiri. Dikenal beberapa teori tentang perkembangan buah kandungan, yakni teori
praeformatio dan conceptio atau fecundatio.
Teori oraeformatio menggaris bawahi bahwa hidup sudah dimulai sebelum
pembuahan, sehingga tiada perbedaan hakiki antara status sebelum dan sesudah.
pembuahan. Yang termasuk dalam teori ini ialah homunkulisme dan ovulistne.
Humunkulisine menganggap sel sperma sebagai manusia dalam bentuk miniatur,
sehinga peranan set pria lah yang menentukan. Ovulisme beranggapan bahwa sel ovum
sudah mengandung bibit bayi lengkap, yang tinggal berkembang saja.
Teori conceptio atau fecundatio menekankan pentingnya saat pembuahan
sebagai awal hidup manusia. Set sperma dan set ovum bertemu dan menghasilkan set
baru.
2. Status Hasil pembuahan (masalah hominisasi),
Yang dimaksudkan dengan hasil pembuahan ialah sel ovum yang sudah dibuahl
selaina perkembangannya dalam tubuh ibu. Sementara itu, hominisasi ialah proses
menjadi manusia. individual personal.
2.1. Hidup manusia, individuum dan persona
Apakah hasil pembuahan mempunyai hidup manusia, atau tidak? Dalam
konteks pembahasan tentang pengguguran, hidup manusia dipahami sebagai
pribadi individual / personal). Artinva pribadi manusia dengan martabatnya yang
unik dan tak dapat diganggu gugat.
Hal ini berkaitan dengan pengertian individum, yang berarti apa yang ada
dalam ketunggalannya sejauh dibedakan dari yang lain dan tidak teruraikan
menjadi bagian bagian, melainkan mewujudkan kesatuan dan keseluruhan yang
satu dan tunggal. Manusia menyandang makna individuum yang sejati.
Dalam konteks yang demikian itu manusia menyandang predikat persona,
yakni subyek yang mampu menentukan sendiri dan bertangung iawab. Meskipun
demikian haruslah dibedakan antara status sebagai persona dan perwujudan fungsi
tertentu sebagai persona. Pernbahasan tentang status hasil pembuahan tidak
berkisar pada perwujudan fungsi-fungsi tertentu dari persona, melainkan status
sebagai persona. Status sebagai persona serta realisasi fungsi-fungsi tertentu. dan
persona mengandaikan adanya struktur (juga biologis) yang perlu untuk
perwujudati diri sebagai persona.
2.2. Beberapa teori hominisasi dalam tradisi
Teori yang pertarna ialah generatinnisme traducianisme yang beranggapan
bahwa jiwa anak berasal dari orang tua. Sedangkan teori kreasianisme
mengajarkan bahwa setiap jiwa diciptakari oleh Allah.
Selain dua pandangan di atas, dikenal pula teori-teori lain. Yang terkenal
ialah teori animatio successiva (penjiwaan bertahap) dan animatio simultanea /
immediate. Teori animatio successiva bertitik tolak dari Aristoteles, yang
menerangkan bahwa proses hominisasi terjadi secara bertahap. Hasil pembuahan
tidaklah sejak awal mula mempunyal jiwa manusia, melainkan lebih dahulu jiwa
vegetatif, kemudian sensitif dan akhlrnya bila organisme mencapai disposisi yang
diperlukan, barulah jiwa manusia. Sementara itu, teori animatio simultanea atau
immediate menekankan bahwa penjiwaan terjadi sejak pembuahan.
Ada keberatan-keberatan berkaitan dengan teori animatio successiva dan
animatio simultanea. Teori animatio successiva yang menekankan bahwa
hominisasi terjadi pada suatu saat sesudah pembuahan ditentang oleh para
pendukung teori animatio simultanea yang mengaskan bahwa hidup pribadi
manusia mulai sejak saat pembuahan. Pembuahan merupakan saat atau proses
yang sangat menentukan, tetapi sesudah itu perkembangan terjadi dengan
kontinuitas tanpa terputus. Sukar mencari suatu saat yang dapat dipandang sebagai
awal perkembangan baru. Penentuan sifat itu dipandang bersifat sesukanya .
Keberatan terhadap teori animatio simultanea berkitan dengan kcnyataan
saat saat krisis pada tahap tahap pertama dalam hidup, adanya kemungkinan itu
menjadi anak kembar dan penyatuan kembali, serta belum adanya pembentukan
otak pada saat pembuahan
2.3. Kesimpulan tentang status hasil pembuahan
Dua hal yang perlu diperhatikan ialah arti pembuahan serta arti saat-saat
tertentu yang menentukan. Pembuahan memulai hidup baru, hidup manusia yang
diwariskan cleh manusia. Kontinuitas hidup baru itu tidak perlu diragukan, tetapi
tidak tanpa saat-saat yang menimbulkan pertanyaan. Adanya saat yang
menentukan itu tidak mengurangi martabat hidup baru itu yang patut dilindungi
sejak awal mula.
Dokumen Gereja tentang abortus, Declarotio de abortus procurato 18
November 1974 memberi kesan kecenderungan untuk menganut teori animatio
simultanea. Artikel 12 menulis: "Dengan pembuahan sel telur sudah mulailah
hidup yang bukan hidup bapa dan bukan hidup ibu, melainkan hidup mahluk
manusiawi baru yang tumbuh karena dirinya sendiri. Tak pernah dia menjadi
nianusiawi, bila tidak sudah saat itu manusiawi".
3. Penilaian Mora Pengguguran
3.1. Gagasan pokok
Beberapa gagasan pokok yang menjadi pegangan untuk penilaian moral
tentang abortus: Pertama: hidup manusia merupakan nilai dasar yang harus
dilindungi sejak pembuahan, karena mempunyai martabat dan hak untuk
berkembang.
Kedua: hidup manusia tidak melulu dan tidak terutama dinilai menuut
kegunaannya. Dasarnya ialah martabat pribadi manusia sebagai citra Allah.
Gagasan martabat yang mengatasi kategori kegunaan ini penting, antara lain untuk
mencegah perbedaan penilaian anak sebelum dan sesudah lahir, atau anak yang
kalah kegunaannnya dibandingkan dengan ibu yang masih dibutuhkan.
Gagasan pokok di atas bertolak tolak dari argurmen Kitab Suci, misalnya
larangan membunuh dalam Dekalog serta berbagai argumentasi dari tradisi, yang
senantiasa menekankan perlunya melindungi dan memelihara hidup manusia sejak
pembuahan. Selain itu ditampilkan juga argumentasi berdasarkan pemikiran, yang
berkisar pada 1) Hidup baru, hidup manusia. 2). Hidup Baru itu bukan berasal dari
ibu, melainkan makhluk tersendiri meski pun masih bergantung pada ibu, 3). Hak
atas hidup tidak berasal dari masyarakat, melainkan berasal dari Tuhan, maka
masyarakat tak bcrkuasa atas hidup, 4). Kesamaan martabat dan nilai hidup
manusia sebelum dan sesudah dilahirkan.
3.2. Situasi konflik
3.2.1. Arti saat hominisasi dalam situasi konflik
Pertama : Ada tahap waktu homonisasi yang sangat probable belum
terjadi. Dalam konteks ini, hidup personal ibu harus lebih diutamakan
daripada hidup yang sangat probable belum personal.
Kedua: Ada tahap waktu hominisasi pasti sudah terjadi (Setelah
minggu ke 6: otak sebagai subsubstrat), sehingga dalam hal ini hidup
personal bersaing dengan nilai lain, misalnya hidup ibu. Penyelesaian:
hidup personal embrio atau fetus yang belum dapat hidup di luar tubuh ibu,
belum cukup berkembang untuk dapat diselamatkan, sementara hidup ibu
bisa diselamatkan.
3.2.2. Pengguguran direc dan indirec
Pengguguran direc ialah dengan sengaja menguasai atau
memperlakukan hidup manusia yang tak bersalah dengan tujuan untuk
menghancurkannya, entah sebagai tujuan atau sebagi sarana. Pengguguran
indirec tidak dilarang mutlak, artinya bisa dibenarkan apabila alasan yang
seimbang
3.3. Pemecahan Lewat Jalan Indikasi
Yang dimaksudkan dengan indikasi ialah faktor serius yang menjadi alasan
berat untuk mcngambil tindakan yang menglakibatkan kematian hasil pembuahan.
Dikenal adanya beberapa indikasi:
3.3.1. Indikasi Medis Vital
Indikasi vital, mengutamakan hidup yang dapat diselamatkan
daripada hidup yang tidak dapat diselamatkan. Ada persaingan antara dua
hidup: hidup ibu dengan hidup hasil pembuahan. Ada beberapa
kemungkinan: hidup ibu selamat sedangkan hidup hasil pembuahan mati,
atau hidup hasil pembuahan yang sudah menapai tahap viability selamat
sedangkan hidup ibu dikurbankan.
Indikasi medis, menyoroti kesehatatan yang bersaing dengan hidup
hasil pembuahan: kesehatan ibu diperkirakan akan menderita kerugian
besar meskipun tidakan. Persoalan aktual dalam, konteks ini ialah abortus
therapeuricus dipahami sebagai sarana menyembuhkan (therapi)
3.3.2. Indikasi Eugenic Atau Genetic
Yang menjadi pertimbangan ialah cacat Fisik atau mental berat
yang diperkirakan akan menimpa anak. Sejumlah argumen pro dan kontra
dikemukakan untuk mellhat kenyataan ini. Alasan yang dilontarkan untuk
hal yang pertama ialah demi kepentingan anak itu sendiri yang harus
menderita selama hidupnya, yang balikan untuk hidup pun hanya
mengandalkan penggunaan sarana-sarana luar biasa. Alasan yang
mendukung bukan hanya berkaitan dengan kepentingan anak, melainkan
berkaitan dengan kepentingan lingkungan atau orang lain yang harus
menanggung beban karena kehidupan anak itu.
Berkaitan dengan hal yang kedua (argurmen kontra), alasan yang
dikemukakan ialah martabat manusia itu sendiri yang tidak bisa diukur
hanya berdasarkan ketidakcacatannya atau berbagai pertimbangan
kegunaan yang dijumpai dalam dirinya. Pandangan kristiani menolak
abortus yang dilakukan berdasarkan indikasi eugenic atau genetis.
3.3.3. Indikasi Kriminologis Atau Ethic
Indikasi ini memperhitungkan kehamilan melawan kehendak wanita
yang hamil karena kejahatan (perkosaan incest). Argumen pro
mempertanyakan tentang wajib tidaknya mendukung hidup, baru yang
dipaksakan, atau boleh tidaknya ibu menghentikan dukungannya lagi
kehidupan janin. Sementara itu argumen kontra mengajukan dalih bahwa
manusia tetap manusia, juga manusia hasil perkosaan. Hal ini erat
berkaitan pula dengan hubungan genetis antara ibu dan janin sebab berasal
dari sel ovum ibu.
3.3.4. Indikasi Psikologis Sosial Ekonomis
Dijumpai sejumlah faktor darurat (psikologis, sosial, ekonomis, dll
yang memberatkan sescorang melanjutkan kchamilannya, Namun faktor-
faktor itu tidak membenarkan pelaksariaan tindakan pengguguran.

4. Beberapa Pandangan tentang Abortus berdasarkan Katekismus Gereja Katolik


dan Evangelium Vitac
Katekismus Gereja Katolik menekankan bahwa kehidupan manusia harus
dihormati dan dilindungi secara absolut sejak saat pembuahanya. (KGK, art. 2270).
Keterlibatan aktif dalam suatu abortus dipandang sebagal pelanggaran berat. yang
mengakibatkan suatu ekskomunikasi secara otomatis (KGK, art. 2272).
Evangelium Vitae meniandang abortus provokatus atau pengguguran yang
disengaja itu sebagai suatu kejahatan yang durhaka (EV, art. 58). Dokumen ini tidak
memandang ibu saja sebagai pelaku aborsi, melainkan menyebut berbagai subyek lain
yang mungkin terlibat dan harus dipersalahkan. Termasuk dalam kategori ini ialah ayah
dan anggota keluarga lainnya, bahkan menjangkau lingkup yang, lebih luas di kalangan
para pembuat hukum (EV, art. 59). Tidak seorang pun yang berhak mengganggu gugat
hidup manusia. Evangelium Vitae menggarisbawahi pula hal ekskokomunikasi otomatis
sebagaimania dikemukakan oleh KGK tetapi menunjuk pula kategori dari orang-orang
yang mungkin menanggung tindak ekskornunikasi itu: "Ekskornunikasi menyangkut
siapa saia yang menjalankan kejahatan itu dengan mengetahui hukuman yang
dibebankan, jadi juga mencakup mereka yang ikut berperan, yang bantuannya
dibutuhkan, sehingga tanpa bantuannya kejahatan tidak dapat dijalankan" (EV, art. 62).

Sumber bahan:
Piet Go, Hidup dan Kesehatan, STFT Widya Sasana, Malang 1984, hlm 278-345
Katekismus Gereja Katolik, Arnoldus, Ende 1995, art. 2270-2275;
Yohanes Paulus II, Evangelium Vilae, (terj. R.Hardawiryana), Dokumentasi dan
Penerangan KV, Jakarta, 1996.
B.M. Ashley dan K.D. O'Rourke, Health care ethics: a theological analysis,
Georgetown University Fress, Washington, 1997, him. 252-270;
Bertens, K., Aborsi Sebagai Masalah Etika, Grasindo, Jakarta, 2002,
C.H. Peschke, Christian Eihics, vol. -1, C.Goodliffe Neale, Alcester and Dublin, 1978,
him. 353-364.
EUTHANASIA

1. Beberapa Konsep Dasar


Bangsa manusia dalam peradaban dewasa ini mengalami persoalan yang sangat
serius dalam bidang hidup manusia, bukan hanya di awal kehidupan; melainkan juga
pada fase terakhir kehidupan, yakni soal kematian. Dunia medic mengenal istilah
euthanasia, yang terdirl dadi kata eu = baik, thanotas = kematian (euthanateo =
menjalani kematian dengan layak: euthanatos : mati dengan mudah / bahagia..
Pengertian yang positif berdasarkan atas akar kata itu menceriminkan gagasan tentang
euthanasia pada fase fase awal kelahirannya di budaya Yunani dan sekitarnya.
Posidippos bcranggapan bahwa tiada sesuatu pun yang lebih baik dari apa yang diminta
oleh manusia kepada para dewa yang melebihi kematian. Sementara itu Cicero berkata
bahwa euthanasia itu mati penuh hormat, kemuliaan dan layak. Singkatnya tidak ada
indikasi campur tangan manusia untuk mengakhiri hidup manusia, baik hidupnya
sendiri maupun hidup sesamanya dengan sarana-sarana kedokteran.
Penerapan istilah itu pada kenyataannya tidak netral lagi. Contoh konkret
penggunaan itu misalnya oleh Evangelium Vitae yang mengartikan euthanasia sebagai
mengendalikan maut dan mendatangkannya sebelum waktunya dengan cara “halus”
mengakhiri hidupnya sendiri atau hidup orang lain (EV,art,64). Hal tersebut bukanlah
suatu “produk baru” Evangelium Vitae melainkan buah dari perjalanan sejarah yang
tidak singkat. Biasanya orang mengacu kepada pemikiran Thomas Morus dan Francis
Bacon. Thomas Morus (1478-1535) menguraikan pandangannya yang tentang
mengakhiri kehidupan yang penuh sengsara secara bebas dengan berhenti makan atau
dengan racun yang membiuskan. Sementara itu ada gagasan cuthanasia medica dari
Francis Bacon (1561-1626) yang menganjurkan agar dokter memanfaatkan
kepandaiannya bukan hanya untuk menyembuhkan pasien melainkan dengan berbagai
intervensi medis untuk mengakhiri kehidupan para pasien yang mengidap penyakit tak
tersembuhkan atau orang-orang yang tidak berguna (cacat, gila, dll)

2. Pengertian Euthanasia dan Bentuk-bentuknya


Dalam Declaratio de euthanasia, 5 Mei 1980 dilukiskan bahwa pada zaman
kuno euthanasia berarti kematian tentang tanpa penderitaan yang hebat. Dewasa ini
orang tidak lagi memperhatikan arti asli ini, melainkan lebih terarah kepada campur
tangan ilmu kedokteran yang meringankan penderitaan orang sakit atau orang yang
berada dalam sakrat mau, kadang-kadang bahkan disertai bahaya mengakhiri kehidupan
sebelum waktunya. Declaratio yang sama menjelaskan bahwa dalam arti sempit,
euthanasia berarti mematikan karena belaskasihan, entak untuk mengurangi
penderitaan entah terhadap anak tidak normal, orang sakit jiwa, atau sakit tak
tersembuhkan agar janganlah hidup tak bahagia diperpanjanbg dan menjadi beban bagi
keluarga dan masyarakat.
Dalam teologi moral euthanasia mempunyai nada positif juga, kalu ia dipandang
sebagai bantuan bagi orang dalam proses meninggal yang sesuai dengan martabat
manusia Meninggal sesuai dengan martabat manusia berarti 1). Pada akhir hidupnya
manusia harus dihargai martabatnya yang berasal dari Allah sendiri (citra Allah) yang
tak tergantung diri sifat pemberian masyarakat. 2). Harus diperlakukan sebagai pribadi
yang bebas. 3). Diberi kesempatan dan dibantu mengolah dan menjalani proses
meninggal dunia secara personal juga. 4). Penderitaannya sedapat mungkin
diringankan.
Bantuan-bantuan yang diberikan: Dalam arti luas dan menyeluruh, membantu
pasien sehingga dia dapat menjalani saat terakhir hidupnya secara manusiawi/ personal
antara lain dengan perawatan medis, mental dan spiritual oleh tenaga medis, keluara,
saudara, gembala. Dalam arti sempit: perawatan medis terakhir sebagai bantuan dalam
proses mati; bukan bantuan untuk mati, melainkan bantuan dalam proses matilah yang
harus diberikan kepada orang sakit. Jadi; jangan “membantu” pasien untuk mati
sebelum saatnya.
Bentuk-bentuk bantuan: 1). Membantu orang dalam proses kematian dengan
memperpendek hidupnya dengan sengaja [aktif+direc]. 2). Membantu orang dalam
proses kematian dengan memperpendek hidupnya tetapi sebagai efek sampingan,
sedangkan maksudnya hanyalah meringankan penderitaan [aktif+direc]. 3). Membantu
orang dalam proses kematian dengan membiarkannya meninggal dengan tidak memakai
sarana untuk memperpendek hidupnya atau menghentikan sarana yang memperpanjang
hidupnya.
Bantuan-bantuan di atas bisa dilakukan: 1). Dengan persetujuan pasien/
keluarganya. 2). Tanpa persetujuan pasien/ keluarganya karena tak bisa atau tak sempat.
3). Melawan kehendak pasien dan keluarganya.

3. Masalah Euthanasia
3.1 Masalah euthanasia
Masalah pokok dari euthanasia ialah sejauh mana manusia berhak berbuat
sesuatu yang mengakibatkan kematian sebelum waktunya? Sejauh mana orang
berwenang untuk mengakhiri hidupnya?
Ada pula soal-soal khusus dalam kaitan dengan pengaruh perkembangan ilmu
kedokteran. Sejauh mana manusia wajib menggunakan sarana biasa dan proporsional/
non proporsional untuk mempertahankan hidupnya dan sejauh mana ia boleh meninggal
saja?
3.2 Penilaian moral

3.2.1 Hak atas kematian


Kaum humanis secular mengartikan sebagai: 1) Hak atas euthanasia sukarela 2)
Hak atas kematian eugensis. 3) Hak atas bunuh diri. Sementara kalangan American
Courts mengartikan sebagai 1) Hak asasi untuk menolak penanganan. 2) Hak untuk
menolak penanganan yang menyelamatkan hidup.

3.2.2 Hak untuk boleh meninggal sesuai dengan martabat manusia


Meninggal berarti tugas terakhir dalam kehidupan menjalani dengan aktif dan
personal tahap terakhir hidupnya suatu keputusan untuk memilih Allah. Bila saatnya
tiba manusia mempunyai hakuntuk meninggal dan menolak untuk dipaksa dengan
sarana-sarana luar biasa atau non proporsional memperpanjang hidupnya secara
biologis

3.2.3 Wewenang manusia untuk hidup dan mati bila saatnya tiba
Ini menunjukan campur tangan Allah : hidup adalah anugerah, anugerah yang
terbatas. Allah memanggil manusia kembali bila saatnya tiba: manusia tak boleh
mendahuluinya tak berhak menentukan sendiri saat itu. Manusia wajib memelihara
hidupnya tetapi tidak dengan mengorbankan segala-galanya

3.3 Penilaian terhadap beberapa bentuk euthanasia


Euthanasia direc terhadap orang yang tak berada dalam proses meninggal,
melainkan yang hidupnya tidak bernilai (misalnya orang cacat fisik, mental, jompo)
baik secara aktif maupun pasif tak dapat dibenarkan karena larangan pembunuhan direc
secara argument bahwa manusia diukur bukan berdasarkan kegunaannya.
Euthanasia direc terhadap orang yang berada dalam proses meninggal : dilarang
sebab merupakan pelanggaran hukum ilahi, pemerkosaan martabat pribadi manusia,
kejahatan melawan hidup dan kedurhakaan terhadap umat manusia.
Euthanasia indirec aktif dilaksanakan dengan prinsip perbuatan dengan akibat
ganda. Sedangkan untuk indirec pasif dapatlah dipertimbangkan prinsip proporsional/
non proporsional atau sarana seimbang atau tidak seimbang.

4. Beberapa Gagasan Tentang Euthanasia Berdasarkan Katekismus Gereja Katolik


dan Evangelium Vitae
Menurut KGK, Euthanasia langsung (direc) tidak dapat diterima secara moral
(art,2277) “Menghentikan tindakan medis yang luar biasa atau yang mahal dan
berbahaya yang tidak setimpal dengan hasil yang diharapkan dapat dibenarkan. Dengan
itu orang tidak ingin menyebabkan kematian, tetapi hanya menerimanya karena tidak
dapat menghindarinya” (art,2278)
“Meskipun nyatanya kematian sudah dekat, perawatan yang biasanya diberikan
kepada orang sakit, tidak boleh dihentikan. Memakai cara untuk meringankan rasa
sakit, untuk meringankan penderitaan orang yang sakit parah, malahan dengan bahaya
memperpendek kehidupannya secara moral dapat dipandang sesuai dengan martabat
manusia, kalau kematian tidak dikehendaki sebagai tujuan atau sebagai sarana, tetapi
hanya diterima dan ditolerir sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindarkan” (art,2279)
Evangelium Vitae memandang euthanasia sebagai sebuah tragedy, Euthanasia
terjadi justru di negara-negara maju bukan hanya berkat kemjuan ilmu kedokteran
melainkan karena alasan religious yakni apabila manusia menolak atau melalaikan
hubungannya yang mendasar dengan Allah dan menjadikan diri sendiri pedoman dan
tolak ukur dari segala sesuatu. Euthanasia berarti mengendalikan maut dan
mendatangkannya sebelum waktunya dengan secara “halus” mengakhiri hidupnya
sendiri atau hidup orang lain (art. 64) “Euthanasia itu pelanggaran berat hukum Allah
karena berarti pembunuhan manusia yang disengaja dan dari sudut moril tidak dapat
diterima. Tergantung dari berbagai situasi, praktek Euthanasia mencakup kejahatan
yang khas bagi bunuh diri dan pembunuhan” (art. 65)

Sumber bahan :

Piet Go, Hidup dan Kesehatan. STFT Widya Sasana, Malang 1984, hlm 346-379

Katekismus Gereja Katolik (terj. H. Embuiru SVD), Propinsi Gerejani Ende. Ende 1995

Yohanes Paulus II, Evangelium Vitae, Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI
1996

B.M Ashley dan K.D O’Rourke, Health Care Ethics: A Theological Analysis,
Georgetown University Press, Washington 1997, hlm 411-419

K.H Peschke, Etien Cristiana H, Pontifieia Universita Urbaniana, Roma 1989, hlm
467-470
Jika kita memiliki akar dan sayap hidup yang kuat dan kokoh maka kita tidak akan haus
dan lapar lagi.

Anda mungkin juga menyukai