Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

"Peran dan Kedudukan Perempuan Dalam Pandangan Islam".


Disusun untuk memenuhi Tugas Matakuliah Agama
Dosen Pengampu:
Dr. H. Rusdin Djibu, M.Pd

DI SUSUN OLEH:

Dicky Septiansyah Botutihe


NIM: 551423030
KELAS: Architec B

PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
SEPTEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Peran dan Kedudukan Perempuan Dalam
Pandangan Islam " dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata
Pelajaran Sejarah. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang manusia
prasejarah bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Nina selaku guru Mata Pelajaran Sejarah. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3
BAB 1 ........................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
1.1 Latar belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan masalah ................................................................................................................ 4
1.3 Tujuan masalah .................................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
2.1. peran kedudukan Perempuan dalm islam ........................................................................... 5
2.2. pandangan agama terhadap kedudukan perempuan ........................................................... 6
2.3. Kedudukan yang paling mulia bagi wanita dalam Islam .................................................... 6
BAB III ...................................................................................................................................... 7
PENUTUP.................................................................................................................................. 7
3.1. kesimpulan ...................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 8
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Peran dan Kedudukan Perempuan Dalam Pandangan Islam menjadi pembahasan di setiap
zaman. Peran dan kedudukan perempuan sangat dipengaruhi oleh pandangan masyarakat
terhadap perempuan. Setidaknya ada tiga pandangan masyarakat terhadap perempuan yang
terbagi atas tiga fase yaitu fase menghinakan, fase mendewakan, fase menyamaratakan.

Dalam pandangan Islam perempuan memiliki kedudukan yang sama dibandingkan dengan
laki-laki. Dari sudut penciptaan, kemuliaan, dan hak mendapatkan balasan atas amal usahanya
perempuan memiliki kesetaraan dengan laki-laki. Sedangkan dalam hal peran perempuan
memiliki perbedaan dengan laki-laki. Peran perempuan yang wajib adalah sebagai anggota
keluarga yaitu sebagai istri dari suami dan ibu bagi anak-anaknya.

Sedangkan peran perempuan sebagai anggota masyarakat dalam urusan muamalah


mendapatkan profesi (pekerjaan) dihukumi dengan rukhshah darurat. Meskipun
diperbolehkan namun harus selalu mementingkan segi kemaslahatan baik bagi rumah tangga
maupun bagi masyarakat. Apabila lebih banyak kemudaratannya bagi keluarga maka profesi
di luar rumah harus ditinggalkan mengingat sesuatu yang darurat tidak boleh meninggalkan hal
yang wajib.

1.2 Rumusan masalah


Penulis sudah menyusun sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini.
Ada pula sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam karya tulis ini antara lain:
• Bagai mana peran kedudukan Perempuan dalm islam?
• Bagaimana pandangan agama terhadap kedudukan perempuan?
• Kedudukan apa yang paling mulia bagi wanita dalam Islam?

1.3 Tujuan masalah


Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh penulis di atas, hingga tujuan
dalam penyusunan makalah ini merupakan bagaikan berikut:
• Untuk mengetahui peran kedudukan Perempuan dalam islam
• Untuk mengetahui pandangan agama terhadap kedudukan perempuan
• Untuk mengetahui Kedudukan apa yang paling mulia bagi wanita dalam Islam
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. peran kedudukan Perempuan dalm islam

Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya
manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan,
memelihara calon manusia dan mendidiknya. Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang
tidak ringan.
Mengabaikan perempuan dan tidak melibatkannya dalam kegiatan yang bermanfaat bagi
masyarakat berarti menyia-siakan potensi masyarakat yang paling tidak
setengahnya. Perempuan mempunyai hak untuk bekerja selama ia berteriak atau pekerjaan itu
menuntut dan selama norma-norma agama dan susila tetap terpelihara. Oleh karena itu tidak
ada halangan bagi perempuan untuk bekerja di selama pekerjaan tersebut dilakukan dalam
suasana sopan, sopan, serta mereka dapat memelihara agamanya dan juga dapat mencegah
dampak-dampak negatif terhadap diri dan lingkungannya. Mengabaikan perempuan dan tidak
melibatkannya dalam kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat berarti menyia-siakan
potensi masyarakat yang paling tidak setengahnya.

Perempuan mempunyai hak untuk bekerja selama ia berteriak atau pekerjaan itu menuntut
dan selama norma-norma agama dan susila tetap terpelihara. Oleh karena itu tidak ada
halangan bagi perempuan untuk bekerja di selama pekerjaan tersebut dilakukan dalam
suasana sopan, sopan, serta mereka dapat memelihara agamanya dan juga dapat mencegah
dampak-dampak negatif terhadap diri dan lingkungannya. Mengabaikan perempuan dan tidak
melibatkannya dalam kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat berarti menyia-siakan
potensi masyarakat yang paling tidak setengahnya. Oleh karena itu tidak ada halangan bagi
perempuan untuk bekerja di selama pekerjaan tersebut dilakukan dalam suasana sopan,
sopan, serta mereka dapat memelihara agamanya dan juga dapat mencegah dampak-dampak
negatif terhadap diri dan lingkungannya.

Mengabaikan perempuan dan tidak melibatkannya dalam kegiatan yang bermanfaat bagi
masyarakat berarti menyia-siakan potensi masyarakat yang paling tidak setengahnya. Oleh
karena itu tidak ada halangan bagi perempuan untuk bekerja di selama pekerjaan tersebut
dilakukan dalam suasana sopan, sopan, serta mereka dapat memelihara agamanya dan juga
dapat mencegah dampak-dampak negatif terhadap diri dan lingkungannya. Mengabaikan
perempuan dan tidak melibatkannya dalam kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat berarti
menyia-siakan potensi masyarakat yang paling tidak setengahnya.
2.2. pandangan agama terhadap kedudukan perempuan

Islam merupakan agama yang sangat menghormati dan menghargai perempuan dan laki-laki
di hadapan Allah secara mutlak. Islam menghapus tradisi Jahiliyah yang begitu diskriminatif
terhadap perempuan, dalam Islam laki-laki dan perempuan dianggap sebagai makhluk Allah
yang setara, bebas ber-tasarruf, bahkan satu sama lain saling melengkapi dan
membutuhkan. Islam sebagai rahmatan lil Alamin menempatkan perempuan pada tempat
yang mulia. Tidak ada dikotomi dan diskriminasi peran antara laki-laki dan perempuan. Al-
Qur'an mengajarkan kedudukan orang beriman baik laki-laki maupun perempuan itu sama di
hadapan Allah, oleh karena itu mereka harus memperoleh status yang setara dimata Tuhan,
dan keduanya telah dideklarasikan secara sama dengan mendapatkan rahmat Allah. kepergian
perempuan untuk belajar meski tanpa mahram dapat dibenarkan selama terjamin kehormatan
dan keselamatannya serta tidak mengundang kemaksiatan. Perempuan mempunyai hak untuk
bekerja selama ia berteriak atau pekerjaan itu menuntut dan selama norma-norma agama dan
susila tetap terpelihara. Oleh karena itu tidak ada halangan bagi perempuan untuk bekerja di
selama pekerjaan tersebut dilakukan dalam suasana sopan, sopan, serta mereka dapat
memelihara agamanya dan juga dapat mencegah dampak-dampak negatif terhadap diri dan
lingkungannya.

2.3. Kedudukan yang paling mulia bagi wanita dalam Islam

Berdasarkan pandangan Islam, wanita dan pria memiliki kedudukan yang setara, bebas
bertasaruf, bahkan satu sama lain saling melengkapi dan membutuhkan. Hal ini turut
diterangkan dalam Al-Qur'an, sebagaimana termaktub dalam surah An-Nisa ayat 1, Allah
SWT berfirman,

‫ٱّلل ٱلَّذِى‬
‫ث مِ ْن ُه هما ِر هجال هكثِيرا هونِ هسآء ۚ هوٱتَّقُوا َّ ه‬ ُ َّ‫َٰيهٓأهيُّ هها ٱلن‬
َّ ‫اس ٱتَّقُوا هربَّكُ ُم ٱلَّذِى هخلهقهكُم مِن نَّ ْفس َٰ هوحِ دهة هو هخلهقه مِ ْن هها زه ْو هج هها هوبه‬
‫عله ْيكُ ْم هرقِيبا‬ ‫ته هسا ٓ هءلُونه ِب ِهۦ هو ْٱْلهرْ هح ه‬
‫ام ۚ ِإنَّ َّ ه‬
‫ٱّلل كهانه ه‬

Artinya: "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu
dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya
Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,
dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu."
BAB III

PENUTUP

3.1. kesimpulan

Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya
manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan,
memelihara calon manusia dan mendidiknya. Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang
tidak ringan. Perempuan mempunyai hak untuk bekerja selama ia berteriak atau pekerjaan itu
menuntut dan selama norma-norma agama dan susila tetap terpelihara. Oleh karena itu tidak
ada halangan bagi perempuan untuk bekerja di selama pekerjaan tersebut dilakukan dalam
suasana sopan, sopan, serta mereka dapat memelihara agamanya dan juga dapat mencegah
dampak-dampak negatif terhadap diri dan lingkungannya. Jadi, perempuan memiliki
kedudukan yang sama dibandingkan dengan laki-laki. Dari sudut penciptaan, kemuliaan, dan
hak mendapatkan balasan atas amal usahanya perempuan memiliki kesetaraan dengan laki-
laki.
DAFTAR PUSTAKA

➢ https://www.detik.com/hikmah/muslimah/d-6843217/kedudukan-wanita-dalam-islam-
apakah-setara-dengan-laki-laki
➢ https://i-makalah.blogspot.com/2013/01/peran-kedudukan-perempuan-menurut-
islam.html

Anda mungkin juga menyukai