Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Disusun oleh:
1. Mas’anur Rohman
2. Nuril ‘Aini
Kata Pengantar
Assalamuallaikum Wr Wb.
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Fikih Perempuan” dengan baik dan
tepat waktu. Adapaun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu guna memenuhi tugas mata kuliah
Bapak Ahmad Izzudin, M.Pd.I pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Selain itu makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca. Tersusunnya makalah ini tentu
membutuhkan referensi dari bebrapa sumber buku dan jurnal yang kita peroleh. Kami
mengucapakan terimakasih kepada Bapak Izzudin selaku Dosen Pengampu mata kuliah
Pendidikan Agama Islam. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman dan
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kita buat ini masih jauh dari kata sempurna, maka
dari itu apabila terdapat kesalahan atau kekliruan di dalamnya kami mohon kritik dan saran yang
membangun dari pembaca.
Wassalamuallaikum Wr Wb.
Daftar Isi
1. Fikih perempuan......................................................................................................
2. Peran perempuan dalam masyarakat ......................................................................
3. Peran perempuan dalam negara ..............................................................................
4. Peran perempuan dalam politik
5. Peran perempuan dalam pendidikan
6. Fikih perempuan dalam perspektif K.H Muchit Muzadi dan K.H Husein Muhammad
.................................................................................................................................
1. Simpulan .................................................................................................................
2. Saran .......................................................................................................................
Lampiran .............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Seiring berkembangnya zaman, peran perempuan mengalami perubahan. Di masa
lalu, perempuan hanya berperan di lingkup rumah tangga saja, namun masa kini selain
sebagai ibu rumah tangga, perempuan dapat berperan menjadi pengacara, guru,
pengusaha, politikus, pemberdaya masyarakat, sehingga lingkungan interaksi perempuan
menjadi sangat luas. Mereka tidak lagi difungsikan sebagai ibu bagi anak-anaknya, istri
bagi suaminya, dan anak bagi orang tuanya, juga difungsikan sebagai mitra kerja di dunia
karirnya. Ruang kreativitas perempuan yang awalnya sedikit tertutup menjadi terbuka.
Sehingga, perempuan mampu melebarkan sayap untuk mengembangkan potensi sesuai
minat dan bakat yang diinginkan, dengan tidak mengorbankan tanggung jawab
domestiknya.
2. RUMUSAN MASALAH
Apa fikih perempuan itu?
Bagaimana peran perempuan dalam masyarakat?
Bagaimana peran perempuan dalam negara
Bagaimana peran perempuan dalam politik
Bagaimana peran perempuan dalam pendidikan
Bagaimana fikih perempuan dalam perspektif K.H Muchit Muzadi dan K.H Husein
Muhammad
3. TUJUAN
Dapat menjelaskan tentang fikih perempuan
Dapat menjelaskan peran perempuan dalam masyarakat
Dapat menjelaskan peran perempuan dalam negara
Dapat menjelaskan peran perempuan dalam politik
Dapat menjelaskan peran perempuan dalam pendidikan
Dapat menjelaskan tentang fikih perempuan dalam perspektif K.H Muchit Muzadi dan
K.H Husein Muhammad
BAB II
PEMBAHASAN
1. Fikih Perempuan
Secara umum, seseorang jarang menduduki satu peran saja dalam aktifitasnya,
dengan memikul dua atau lebih banyak lagi peran yang dilakoni akan membuat
banyak beban yang harus dijalani, sehingga terkadang menimbulkan kontradiksi antar
peran tersebut. Demikian halnya dengan seorang perempuan, akan menghadapi
harapan dan permintaan yang bertentangan berkaitan dengan perannya sebagai anak,
istri, ibu, dan pekerjaannya dalam masyarakat. Perempuan dalam menjalankan
perannya dalam masyarakat tergantung pada budaya masyarakat dimana ia tinggal.
Dari sudut pandang peran antara laki-laki dan perempuan, keduanya sama-sama
melaksanakan peran dalam ranah domestik, publik, dan sosial, namun dalam
kenyataannya, peran domestik lebih banyak ditanggung oleh perempuan.
Dengan demikian laki-laki dan wanita harus saling mengisi dalam organisasi
multifungsi dari pada saling bersaing dalam masyarakat berfungsi tunggal. Maka
demikian Tuhan tidak membuat perbedaan antara laki-laki dan wanita, mereka secara
sama diberi pahala atau dihukum karena perbuatannya. Jadi dalam hal tanggung
jawab moral baik laki-laki maupun wanita secara sama bertanggung jawab atas
perbuatannya. Kesetaraan antara laki-laki dan wanita juga tercermin pada kesetaraan
dalam nilai-nilai kemanusiaan, kesetaraan dalam hak-hak sosial, kesetaraan dalam
tanggung jawab, atau kesetaraan dalam segala bidang, termasuk kesetaraan dalam
penghitungan diakhirat
Dengan demikian peranan wanita dalam pembangunan akan menjadi
kenyataan, dan bukan kata-kata yang kosong. Bahwasanya ikut serta para wanita
disamping pria di dalam melaksanakan pembangunan di segala bidang adalah
merupakan syarat yang mutlak demi berhasilnya tujuan Nasional. Kaum wanita telah
diminta untuk berpartisipasi dan banyak memainkan peranannya di dalam proses
pembangunan. Karena tidak boleh tidak, kaum wanita sendiri perlu lebih mengerti,
lebih menyadari serta menghayati eksistensi serta kedudukan sendiri dan
menunjukkan kepada masyarakat bahwa peranan kaum wanita adalah tidak kalah
pentingnya dengan kaum pria guna ikut membangun kesejahteraan bangsa dan
negara.
Jadi cara meningkatkan partisipasi serta peranan wanita dalam era
pembangunan yang kini sedang giat dilaksanakan ini menurut penulis yaitu
menyadari serta menghayati arti dan hakekat wanita itu sendiri, baik dipandang dari
sudut alamiyah, sosial, budaya serta agama. Karena agama sangat berpengaruh pada
kondisi mental, perilaku keagamaan mempunyai peranan sangat besar untuk
mengatasi gangguan mental, bahkan agama dapat dijadikan landasan untuk membina
kesehatan mental serta mampu membentuk dan mengembangkan kepribadian
seseorang. Selain itu dalam keluarga maupun masyarakat juga harus ditanamkan ilmu
pengetahuan umum selain pengetahuan agama. Menurut Imam Al Ghozali
menyebutkan, ada lima wawasan yang perlu dikuasai oleh setiap generasi muda untuk
dapat berkiprah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yaitu;
wawasan keilmuan, wawasan keagamaan, wawasan kebangsaan, wawasan
kemasyarakatan dan wawasan keorganisasian.
6. fikih perempuan dalam perspektif K.H Muchit Muzadi dan K.H Husein Muhammad
Pandangan K.H. Abd. Muchith Muzadi berpandangan bahwa peranan
perempuan dalam kehidupan setara dengan kaum laki-laki, bukan hanya di bidang
biologis dan alamiah, melainkan juga berbagai kehidupan yang lain. Hanya saja,
menurut Kiai Muchith, ada perbedaan besar kecil peranan dalam suatu bidang
tertentu. Adakalanya di suatu bidang, peranan perempuan lebih besar dan adakalanya
dalam bidang lain peran laki-laki lebih besar.Pandangan Kiai Muchith berbeda
dengan sejumlah pemikir feminis yang mendekonstruksi pemahaman yang tidak adil
antara laki-laki dan perempuan. Riffat Hasan misalnya, menyatakan bahwa sejak
pertama laki-laki dan perempuan telah diciptakan setara oleh Allah Swt. Feminis asal
Pakistan ini juga menyatakan bahwa jika pada kenyataannya berubah menjadi tidak
setara, maka itu berarti telah menyalahi desainyang telah direncanakan dan ditetapkan
oleh Allah Swt.
Makanya, kata Riffat Hasan, ia melakukan kaji ulang atas konsep penciptaan
perempuan. Menurut Riffat Hasan, dalam hal penciptaan manusia, perlu
dipertanyakan ulang: apakah betul perempuan diciptakan dari laki-laki (baca: Adam)
yang berarti perempuan (baca:Hawa) hanya merupakan derivasi saja dan hanya
sebagai pelengkap. Artinya secara subtansial perempuan dan laki-laki tidak setara.
Namun demikian, tidak kemudian perempuan harus diperlakukan secara sama dengan
lakilaki. Karena perempuan secara kodrat memang diciptakan berbeda dengan
lakilaki. Karena itu, bagi Kiai Muchith, biarkan perempuan menjadi perempuan
dengan peran keperempuannya yang tidak kalah terhormatnya dengan lakilaki.
Sebaliknya, biarkan laki laki juga menjadi laki laki tanpa harus dipaksa untuk
menjadi perempuan.