Anda di halaman 1dari 15

MUHAMMADIYAH DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

TUGAS MATA KULIAH KEMUHAMMADIYAHAN


SEMESTER GANJIL 2021 - 2022

Disusun oleh :

1. Intan Nuraza Putri : 2011050068


2. Deliza Dhiakhalda Sarinastiti : 2011050065
3. Muhammad Azam Akbar : 2011050052
4. Faizati Meilantika : 2011050097

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK D-IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah alislam dan
kemuhammadiyahan “Muhammadiyah dan pemberdayaan perempuan”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar permbuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.Akhir
kata saya sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

Purwokerto, 20 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN KATA PENGANTAR…………………………………………..………….II


HALAMAN DAFTAR ISI………………………………………………….....…………III
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………..……...1
A. Latar Belakang…………………………………………………….……1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………...2
C. Tujuan ………………………………………………….....……………2
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………..…....3
A. Isi……………………………………………………..……………..….3
BAB III PENUTUP……………………………………………………..................11
A. Kesimpuan………………………………………………………….....11
B. Saran ……………………………………………………..……………11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberdayaan kaum perempuan, termasuk di dalamnya organisasi perempuan
sangat penting dan selalu relevan untuk diperjuangkan secara serius melalui upaya -
upaya yang comprehensif, sistematis, dan berkesinambungan.Banyak upaya yang dapat
dilakukan secara bersama-sama dalam rangka membantu pemberdayaan kaum
perempuan.
Organisasi dapat digunakan sebagai alat untuk menyampaikan wacana gender
termasuk partisipasi politik perempuan, melalui kegiatan organisasi , kaum perempuan
diharapkan dapat menghimpun kesadaran kolektif akan pentingnya perjuangan hak-hak
yang selama ini terabaikan.
Kajian gerakan wanita islam yang membahas bagaimana gerakan tersebut
bergerak beriringan dengan gerakan sosial lainnya masih sangat terbatas. Baik itu dalam
kajian konteks waktu, aspek pemikir pergerakan wanita per-periode, hingga bagaimana
sebuah gerakan wanita saling mempengaruhi dengan islam sebagai dasar gerakan.
Padahal, bila ditilik lebih jauh, kaum wanita islam merupakan kalangan garda
depan dalam melakukan sebuah gerakan kemasyarakatan baik dalam hal memahami
persoalan kaum wanita ataupun dalam bentuk langkah kongkret. Seiring pergerakan dan
perubahan sosial budaya masyarakat, isu tentang wanita dalam berbagai bidang
kehidupan terus bergulir. Adanya gerakan-gerakan muslimah baik individu atau
organisasi, sedikit banyak telah memberikan pengaruh ke arah perubahan yang lebih
baik
Di indonesia, gerakan wanita islam terbesar adalah Aisyiyah. Aisyiyah
merupakan organisasi wanita islam non-politik yang terkemuka. Organisasi ini telah
tersebar ke seluruh indonesia dengan kiprah yang bisa dirasakan banyak pihak. Pada
awalnya organisasi ini menjadi bagian dari muhammadiyah, organisasi massa yang juga
bersifat non-politik.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran perempuan Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
2. Bagaimana kesetaraan gender dalam Muhammadiyah
3. Bagaimana strategi K.H Ahmad Dahlan dalam pemberdayaan perempuan
4. Bagaimana peran Aisyiyah dalam pembinaan pemberdayaan perempuan menuju
terwujudnya kesetaraan gender
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui peran Aisyiyah dalam pemberdayaan perempuan
2. Untuk mengetahui posisi Aisyiyah dalam Muhammadiyah
3. Untuk mengetahui organisasi Aisyiyah dalam Muhammadiyah
4. Untuk mengetahui pandangan gender dalam Muhammadiyah

2
BAB II
ISI

A. Pembahasan
Dalam buku Adabul Mar’ah fi al-Islam, bahwa berdasarkan surat at-Taubah: 71
secara garis besar dijelaskan tentang perintah 'amar ma'ruf nahi munkar, memrintahkan
kebajikan dan mencegah kejahatan bagi mukmin (laki-laki) maupun mukminat
(wanita). Dalam hal ini, termasuk juga dalam urusan politikketatanegaraan.Dalam buku
Adabul Mar’ah fi al-Islamtersebut juga dinyatakan bahwa dalam masalah muamalah
duniawiyah pasti mengandung unsur politis dan ideologis, karenanya dalam Islam tidak
ada pemisahan antara agama, masyarakat dan negara.
Bahkan Islam memberikan landasan yang fundamental bagi kehidupan pribadi,
keluarga, masayarakat dan negara. Dengan demikian setiap muslim dan muslimah harus
memiliki kesadaran terhadap politik dan jangan buta politik atau takut politik sehingga
menjadi korban politik dan dimakan politik.Adapun hal-hal yang perlu mendapat
perhatian adalah bimbingan politis dalam setiap situasi dan kondisi yang dihadapi
terutama berkaitan dengan masalahkewanitaan agar setiap wanita Islam memiliki
kesadaran politk, harus dipersiapan kader-kader wanita Islam, dan dalam kerjasama
dengan organisasi lain, harus dapat menempatkan orang-orang yang sekiranya sanggup
menjadi fa’il (pelaku).
Dalam kesempatan lain dalam ranah pemimpin, muncul sebuah pertanyaan,
boleh seorang wanita menjadi Hakim?. Sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut, maka
wanita dan laki-laki bertanggungjawab atas perbuatan masing-masing yaitu perbuatan
amal shaleh yang bisa mendatangkan pahala dan perbuatan dosa yang menyebabkan
datangnya hukuman. Menurut Aisyiyah dengan mengutip pendapat jumhur Ulama
bahwa perempuan secara mutlak tidak boleh memegang jabatan atau kedudukan
memimpin di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Padahal seharusnya penafsiran tersebut sebagai ungkapan sementara yang
terjadi pada saat itu dengan situasi dan kondisi yang mengitarinya dan dialami manusia
di masa silam. Suatu keadaan yang sukar dicari persamaannya di masa kini, sehingga
pada zaman sekarang rasanya tidak tepat lagi dipersoalkan tentang bolehkah wanita
menjadi hakim menyebabkan datangnya hukuman.
Peran perempuan muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Dengan tugas dan peran (fungsi) sederhana ini, Aisyiyah telah memiliki banyak bidang

3
usaha diantaranya adalah pendidikan, kewanitaan, PKK, kesehatan dan organisasi
wanita. Pimpinan pusat aisyiyah berusaha memberi didikan dikalangan wanita islam
untuk berpakaian muslimah yang baik, bermoral, dan bermental luhur, memberikan
bimbingan perkawinan dan kerumahtangganan, tanggung jawab istri dalam dan di luar
rumah tangga, memberikan motivasi keluarga sejahtera, bahagia keluarga, memberikan
bimbingan pemeliharaan bayi sehat , keluarga berencana, berislam dan sebagainya.
Kesetaraan gender dalam muhammadiyah Dengan seiring kesadaran perempuan
yang mempertanyakan tentang sejauh mana peran agama dalam memberikan rasa aman
dari berbagai tekanan, ketakutan dan ketidakadilan masalah agama dan perempuan
menjadi marak, dan sekarang agama mendapat tantangan baru dengan dianggapnya
agama sebagai salah satu unsur yang melanggengkan ketidakadilan bagi, oleh karena
itu pada agamawan baik individu atau kelompok di tuntut untuk melihat secara lebih
jelas, apakah suatu masalah berhubungan dalam agama itu sendiri ataukah masalah
terletak pada tafsir keagamaan, bisa jadi tepengaruh oleh budaya tertentu.
Perbedaan gender merupakan sesuatu yang tepat untuk masalah selagi tidak
muncul ketidakadilan dan diskriminasi, baik laki-laki dan perempuan, ketidakadilan
gender termanifestasi dalam bentuk ketidakadilan, yakni marjinalisasi sub (anggapan
tidak penting), stereotip (pelabelan negatif), violesence (kekerasan), beban kerja ganda
atau lebih, dan sosialisasi ideologi nilai peran gender, perbedaan gender yang
menimbulkan ketidak adilan ini menyebabkan kerugian bagi laki-laki maupun
perempuan.
Muhammadiyah sebagai organisasi islam yang cukup besar dan berpengaruh di
indonesia harus ikut serta memberikan pemikirannya dalam masalah pemberdayaan
perempuan ini, seperti halnya semangat (perubahan) muhammadiyah yang sudah
digagaskan oleh KH. Ahmad Dahlan. Dengan pendirian KH. Ahmad dahlan yang
terhadap taqlid dan kerasnya terhadap perubahan menjadikan muhammad sebagai
organisasi yang dinamis dan bisa menyesuaikan diri dengan perubahan.
Dengan semboyan kembali yang disebut bid'ah dan sikat taqlid yang
membelenggu umat pada hal-hal yang tidak bermanfaat. Penguburan yang sederhana
merupakan suatu contoh yang mengajarkan kepada umat islam agar berhemat tanpa
menghilangkan unsur-unsur yang dibagikan islam. Di sisi lain ini juga membuat
muhammadiyah untuk terbuka dan fleksibel terhadap unsur-unsur inovasi baru yang
membawa mashlahat, walau dari manapun asalnya inovasi itu asalkan tidak
bertentangan dengan prinsip kedua yaitu Qur'an dan sunnah.

4
Tentang Perspektif Gender Kata gender adalah sebuah konsep yang menunjuk
pada sistem peranan dan relasi antara laki-laki dan perempuan yang ditentukan oleh
perbedaan biologis melainkan oleh lingkungan sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
Secara teknis operasional perspektif gender adalah cara pandang yang digunakan untuk
membedakan segala sesuatu yang bersifat normatif dan bilogis dengan segala sesuatu
yang merupakan produk sosial budaya dalam bentuk kesepakatan dan fleksibilitas yang
dinamis.
Dalam pengertian ini, ajaran Islam memberikan dukungan terhadap eksistensi
keadilan gender melalui prinsip-prinsip umum yang dikandungnya. Prinsip-prinsip
dimaksud adalah:
1) Laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki potensi yang sama untuk menjadi
hamba Allah yang ideal yang disebut mutaqin.
2) Laki-laki dan perempuan sebagai khalifah Allah di muka bumi sama- sama memiliki
tugas memakmurkan bumi,
3) Laki-laki dan perempuan sama-sama menerima perjanjian primordial,
4) Laki-laki dan perempuan sama-sama terlibat dalam drama kosmis,
5) laki-laki dan perempuan sama-sam berpotensi meraih prestasi.
Pandangan Al-Qur’an tentang kesetaraan gender di atas mesti diletakkan dalam
figura proses peningkatan kualitas dan peradaban manusia yang dicirikan dengan
hubungan antar manusia yang adil, demokratis, egalitarian, dan manusiawi. kesetaran
gender dalam Muhammadiyah menjadi suatu hal yang menimbulkan pembincangan di
kalangan Muhammadiyah. Selain hal itu, Yunahar Ilyas menyebutkan dalam
makalahnya bahwa dari segi bahasa seks dan gender mempunyai arti yang sama yaitu
jenis kelamin.
Tapi secara konseptual kedua kata itudalam perspektif feminisme mempunyai
makna yang berbeda. Jenis kelamin adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir, oleh sebab
itu bersifat alami, kodrati, dan tidak bisa diubah. Sedangkan gender adalah suatu sifat
yang melekat pada kaum lelaki maupun perempuan sebagai hasil konstruksi sosial dan
kultural sepanjang sejarah kehidupan manusia, yang dengan demikian tidak bersifat
kodrati atau alami. Contoh dari konsep gender adalah bahwa perempuan itu dikenal
lemah lembut, cantik emosional, keibuan, sementara laki-laki dianggap kuat, rasional,
jantan, perkasa dan lain-lain.
Strategi K.H. Ahmad dalam memberdayakan perempuan sangat baik dan
bermanfaat bagi perempuan dengan mengangkat Istrinya sebagai Pendiri Aisyah yang

5
memimpin dan mengurus para perempuan yang lainnya dengan kiprahnya sangat
membantu dalam kehidupan kaum laki-laki (Muhammadiyah) terutama suaminya
sebagai pendiri Muhammadiyah. Aisyiyah selama kurun waktu seratus tahun (1917-
2017) memiliki banyak kegiatan yang dilakukan.
Walaupun dalam awal kegiatannya terlihat “sederhana” tetapi secara substansi
hal itu telah membuka pikiran para wanita yang berakibat pencerahan pandagan yang
luar biasa. Saat ini perlu diketahui kesetaraangender telah menjadi time line dunia atau
juga bersifat mendunia Universal. Pergerakan ‘Aisyiyah yang saat ini sudah menatap
abad kedua perjuangan nampaknya tidak bisa dilepaskan dari rangkaian momentum
kebangkitan perempuan Indonesia. Telah tersirat bentangan sejarah yang menyibak
fakta bahwa ‘Aisyiyah merupakan organisasi Kewanitaan pertama yang berdiri di
Indonesia, berdirinya ‘Aisyiyah telah membuka lembaran sejarah baru tentang peranan
perempuan dalam keikutsertaan pembangunan Negara.
Suatu langkah yang beliau lakukan agar dapar membuat muhammadiyah lebih
maju adalah beliau menegaskan bila dengan meningkatkan kualitas dalam bidang ilmu
pengetahuan yang akan ditransfer kepada anak didik, kemudian pada bidang spiritual
maupun di bidang intelektual serta jasmani akan lebih mendorong perjuangan dari
muhammadiyah. Kemajuan seterusnya pada tahun 1924, SP perempuan telah
membentuk Bustanul Athfal merupakan suatu gerakan yang bertujuan untuk mendidik
anak laki-laki serta perempuan yang umurnya 4 sampai 5 tahun.
Pada saat muhammadiyah menggadakan kongres yang ke-20 pada tahun 1993
yang bertempatan di Yogyakarta, menetapkan bahwa seluruh gerakan yang terdapat
pada organisasi muhammadiyah harus mengenakan nama yang berbahasa Arab ataupun
berbahasa Indonesia.Sebelum Aisyiah terbentuk secara konkret, ciri dari gerakan
pembinaan kaum wanita baru termasuk dalam kelompok anak yang menyukai suatu
perkumpulan yang kemudian diberi arahan oleh K.H Ahmad Dahlan dan juga Nyi
Ahmad Dahlan degan cara memberi pembelajaran agama.
Selain para kaum wanita muda, kaum wanita yang telah berumur tua juga
menjadi hal yang harus diperhatikan sebab yang diajakan dalam agama Islam tidak
diperbolehkan untuk mengabaikan perempuan.Perlu kita ingat bahwa begitu penting
peran dari perempuan dimana kaum perempuan sangat perlu untuk memperoleh tempat
yang memadai, Nyai Dahlan bersama dengan K.H Ahad Dahlan membentuk anggota
pengajian perempuan yang mana kelompoknya diisi oleh para kaum wanita muda dan
perempuan yang telah berumur tua.

6
Menjaga persaudaraan dan kesatuan kawan sekerja dan seperjuangan Organisasi
Asyiyah adalah salah satu organisasi wanita Islam yang mempunyai peranan penting
dalam pembinaan kesadaran beragama, khususnya di kalangan kaum wanita itu
sendiri.Aisyiyah telah menjadi Real model bagi organisasi pergerakan wanita yang lain,
diambil dari nama istri Rasulullah yang bernama ‘Aisyah tentu menjadikan harapan
besar dibalik dipilihnya nama Aisyiyah yang berarti pengikut Aisyah, Aisyiyah
mengawali perjuangannya dengan merintis berdirinya pendidikan untuk anak-anak
yang pertama di Indonesia dengan nama Frobel School pada tahun 1919, yang saat ini
bernama TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal. Dalam perjalanannya, ‘Aisyiyah juga
mencanangkan pemberantasan buta huruf baik buta huruf serta memberikan pendidikan
keagamaan bagi para buruh batik, mendirikan mushola perempuan pertama di tahun
1922 yang kemudian direplikasi oleh ‘Aisyiyah di Indonesia dan menjadi ciri khas
‘Aisyiyah.
Berbagai kegiatan yang diinisiasi oleh ‘Aisyiyah tersebut merupakan upaya
meningkatkan pengetahuan dan mendorong partisipasi perempuan dalam dunia publik.
Kemudian untuk menyebarkan ide-ide pembaharuan, pada tahun 1926 ‘Aisyiyah
menerbitkan majalah organisasi yang bernama Suara Aisyiyah dan masih terus terbit
hingga saat ini.yang diharapkan akan menjadi sosok wanita Salehah yang tangguh
mendampingi suaminya berjuang di persyrikatan Muhammadiyah.
Peran Aisyiyah dalam pembinaan pemberdayaan perempuan menuju
terwujudnya kesetaraan gender yaitu Aisyiyah selama kurun waktu seratus tahun (1917-
2017) memiliki banyak kegiatan yang dilakukan. Walaupun dalam awal kegiatannya
terlihat “sederhana” tetapi secara substansi hal itu telah membuka pikiran para wanita
yang berakibat pencerahan pandagan yang luar biasa.
Berbagai kegiatan yang diinisiasi oleh ‘Aisyiyah tersebut merupakan upaya
meningkatkan pengetahuan dan mendorong partisipasi perempuan dalam dunia
publik.Kemudian untuk menyebarkan ide-ide pembaharuan, pada tahun 1926 ‘Aisyiyah
menerbitkan majalah organisasi yang bernama Suara ‘Aisyiyah dan masih terus terbit
hingga saat ini.

a. Visi Aisyiyah
1. visi ideal. Tegaknya agama Islam dan terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya.

7
2. visi pengembangan. Tercapainya usaha – usaha Aisyiyah yang mengarah pada
penguatan dan pengembangan dakwah amar makruf nahi munkar.
b. Misi.
1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman,
meningkatkan pengalaman serta menyebarluaskan agama Islam dalam segala
aspek kehidupan.
2. Meningkatkan harkat dan martabat kaum wanita sesuai dengan ajaran Islam.
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengkajian terhadap agama Islam.
4. Memperteguh iman, memperkuat dan menggembirakan ibadah, serta
mempertinggi akhlak.
5. Meningkatkan semangat ibadah, jihat zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, hibah
serta membangun dan memelihara tempat ibadah dan amal usaha yang lain.
6. Membina AMM Putri untuk menjadi pelopor, pelangsung dan penyempurna
gerakan Aisyiyah.
7. Meningkatkan pendidikan, mengembangkan kebudayaan, memperluas ilmu
pengetahuan dan teknologi serta menggairahkan penelitian.
8. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan kearah perbaikan hidup yang
berkualitas.
9. Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam bidang – bidang sosial
kesejahteraan masyarakat, kesehatan dan lingkungan hidup.
10. Meningkatkan pengupayaan penegakan hukum, keadilan dan kebenaran serta
memupuk semangat persatuan dan kesatuan bangsa.
11. Meningkatkan komunikasi, ukhuwah, kerjasama di segala bidang dan kalangan
masyarakat dalam dan luar negeri.
12. Usaha – usaha lainnya yang sesuai dengan maksud dan tujuan organisasi.
Aisyiyah Sebagai organisasi perempuan yang bergerak dalam bidang keagamaandan
kemasyarakatan, Aisyiyahdiharapkan mampu menunjukkankomitmen dan kiprahnya
untukmemajukan kehidupan masyarakatkhususnya dalam pengentasankemiskinan dan
ketenagakerjaan.Dengan visi “tertatanya kemampuanorganisasi dan jaringan aktivitas
pemberdayaan ekonomi keluargauntuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat”,
Aisyiyah melalui Majelis Ekonomi bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi
rakyat kecildan menengah serta pengembangan- pengembangan ekonomi
kerakyatan.Beberapa program pemberdayaan diantaranya: Mengembangkan BinaUsaha

8
Ekonomi Keluarga Aisyiyah(BUEKA) dan Usaha Mikro KecilMenengah (UMKM).
Saat iniAisyiyah memiliki dan membinaBadan Usaha Ekonomi sebanyak1426 buah di
Wilayah, Daerah danCabang yang berupa badan usahakoperasi, pertanian, industri
rumahtangga, pedagang kecil atau toko.Dalam bidang pendidikan sejalandengan
pengembangan yangmenjadi salah satu pilar utamagerakan Aisyiyah, melalui
MajelisPendidikan Dasar dan Menengahserta Majelis Pendidikan Tinggi,Aisyiyah
mengembangkan visi pendidikan yang berakhlak muliauntuk umat dan bangsa.Dengan
tujuan memajukan pendidikan (formal, non formal daninformal) serta
mencerdaskankehidupan bangsa hingga terwujudmanusia muslim yang bertakwa,
berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, cinta tanah air dan berguna bagi
masyarakat sertadiridhai Allah SWT, berbagai program dikembangkan untukmenangani
masalah pendidikan dariusia pra TK sampai SekolahMenengah Umum dan Keguruan.
Dalam bidang kesehatan Aisyiyah berupa Rumah Sakit, RumahBersalin, Badan
Kesehatan Ibu danAnak, Balai Pengobatan danPosyandu secara keseluruhan berjumlah
280 yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Aisyiyahmelalui Majelis Kesehatan
danLingkungan Hidup juga metakukankampanye peningkatan kesadaranmasyarakat
dan penanggulangan penyakit berbahaya dan menular, penanggulangan HIV/AIDS dan
NAPZA, bahaya merokok danminuman keras, denganmenggunakan berbagi
pendekatandan bekerjasama dengan berbagi pihak, meningkatkan pendidikan dan
perlindungan kesehatan reproduksi perempuan, menyelenggarakan pilot project sistem
pelayanan terpaduantara lembagakesehatan, dakwahsosial dan terapi psikologi
Islami.Dalam bidang keagamaan Aisyiyahmempunyai program majelis-majelistablig,
Dengan visi untuk menjadiorganisasi dakwah yang mampumemberi pencerahan
kehidupankeagamaan untuk mencapaimasyarakat madani, Majelis
Tablighmengembangkan gerakan-gerakan.Dakwah Islam dalam seluruh
aspekkehidupan, menguatkan kesadarankeagamaan masyarakat,mengembangkan
materi, strategi danmedia dakwah, serta meningkatkankualitas
mubalighat.Muhammadiyah dan Pemihakanterhadap Kaum Perempuan
Dengan seiringi kesadaran perempuan yang mempertanyakantentang sejauh
manakah peran agamadalam memberikan rasa aman dari berbagai tekanan, ketakutan
danketidakadilan persoalan agama dan perempuan menjadi marak. Dansekarang agama
mendapat suatutantangan baru dengan di anggapnyaagama sebagai salah satu unsur
yangmelanggengkan suatu ketidakadilan bagi perempuan, oleh karena itu
padaagamawan baik individu ataukelompok di tuntut untuk melihatsecara lebih jelas,

9
apakah persoalanitu inheren dalam agama itu sendiriataukah persoalan terletak pada
tafsirkeagamaan, bisa jadi terpengaruholeh kultural tertentu.
Muhammadiyah sebagai organisasiislam yang cukup besar dan berpengaruh di
Indonesia harus ikutserta menyumbangkan pemikiranyadalam masalah pemberdayaan
perempuan ini, tuntutan inisebenarnya sejalan dengan semangattajdid (perubahan)
Muhammadiyahyang sudah di gagaskan oleh KH. Ahmad Dahlan.Dengan pendirian
KH.AhmadDahlan yang keras terhadap taqliddan keterbukaannya terhadap perubahan
menjadikanMuhammadiyah sebagai organisasiyang dinamis dan bisa menyesuaikandiri
dengan perubahan.Dengan semboyan kembali kepada Al-Qur‟an dan Sunnah,
KH.Ahmad Dahlan bersikap keras terhadap aspek-aspek kultural yang disebut bid‟ah
dan sikap taqlid yang membelenggu umat pada hal-hal yang tidak
bermanfaat.Penguburan yang sederhanamerupaka suatu contohnyamengajarkan kepada
umat islam agar berhemat tanpa menghilangkanunsur-unsur yang di ajarkan islam.Di
sisi yang lain ini juga membukaMuhammadiyah untuk terbuka danfleksibel terhadap
unsur-unsurinovasi baru yang membawamashlahat, walau dari manapunasalnya inovasi
itu asalkan tidak bertentangan dengan kedua prinsip diatas yaitu Qur‟an dan Sunnah, ini
seperti keterbukaan KH. AhmadDahlan yang beradaptasi terhadap pemikiran dan
institusi yang berasaldari kolonial barat dan kristen sepertisistem pendidikan,
kurikulum, pakaian, panti asuhan dll.

10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Aisyiyah merupakan bentuk pembaruan yang menjunjung tinggi dan memuliakan
kaum perempuan serta mendorongnya untuk berkiprah di ruang publik guna
membawa misi dakwah dan tajdid bagi kemajuan hidup umat manusia.
2. Posisi aisyiyah dalam muhammadiyah adalah sebagai suatu organisasi otonom
muhammadiyah yang di peruntukan untuk perjuangan para wanita
muslimah.Karena lembaga ini adalah bagian dari organisasi muhammadiyah maka
fungsi dari lembaga ini sebagai partner gerak langkah muhammadiyah, di mana asas
dan tujuan tidak terpisah dari induk persyarikatan.
3. Aisyiyah adalah organisasi persyarikatan muhammadiyah yang berazaskan amar
ma'ruf nahi munkar dan berpedoman kepada al-Qur'an dan sunnah.
4. Gender dalam perspektif Muhammadiyah lebih menekankan pada konsep agama
Islam yang lebih modern dan rasional. Hal tersebut mengandung isyarat mendorong
munculnya masyarakat baru, temasuk perempuan yang berbeda dari sosok yang
telah ada
B. SARAN
Semoga kedepannya pemberdayaan perempuan dalam Muhammadiyah dapat
terus berlanjut dan selalu memberikan manfaat bagi masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahid, Wawan Gunawan. “Membaca Kepemimpinan Perempuandalam Ruu


kesetaraan dan keadilan gender dengan perspektif muhammadiyah” Musãwa, Vol.
11, No. 2, Juli 2012.
Abdul Haris ,Irham and Olan Maulana. “Peranan Organisasi Aisyiah Dalam Pemberdayaan
Perempuan Di Lampung Selatan”An Nida Volume 1, Nomor 1, 2021.
Arifin, Zainul. “Aisyiyah dan Pembinaan Pemberdayaan Perempuan sebagai Upaya
Mencapai Kesetaraan Gander” Forum Ilmu Sosial 44 (1), June 2017, pp. 68-71
Universitas Negeri Semarang.
LESTARI, Dwi Agustin Puji. Peranan Organisasi Aisyiyah Dalam Pemberdayaan Perempuan
Di Jawa Tahun 1917-1945. Diss. FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN.
Masrurah, Yuhyiana. "Peranan Organisasi aisyiyah dalam pemberdayaan perempuan melalui
program keaksaraan fungsional di pondok cavbe udik pamulang-tangerang."

12

Anda mungkin juga menyukai