Anda di halaman 1dari 22

FEMINISME DALAM TASAWUF

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tasawuf dan Tantangan
Modernitas oleh Dr. Asep Salahudin, MA.

Oleh,

Arrijalul Aziz Inayatullah

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM LATIFAH MUBAROKIYAH (IAILM)

PONDOK PESANTREN SURYALAYA – TASIKMALAYA


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang feminisme dalam tasawuf.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ilmiah tentang Feminisme dalam Tasawuf ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Tasikmalaya, 10 Desember 2015

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
a. Latar Belakang Masalah................................................................................... 1
b. Rumusan Masalah............................................................................................. 3
c. Tujuan Penulisan.............................................................................................. 3
d. Sistematika Penulisan....................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 5
a. Feminisme......................................................................................................... 5
b. Tasawuf.............................................................................................................8
c. Feminisme dalam Tasawuf...............................................................................13
BAB III PENUTUP..................................................................................................17
a. Simpulan...........................................................................................................17
b. Saran.................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................18

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang feminisme erat kaitannya dengan persoalan perempuan.
Sepanjang sejarah kontemporer banyak argumen baru tentang istilah feminisme
yang intinya sama yaitu memperjuangkan hak-hak perempuan yang tertindas
atan dikenal dengan emansipasi wanita. Kata feminisme seolah menjadi sebuah
kata yang melambangkan kemodernan dan kemandirian perempuan. feminisme
pada hakikatnya merupakan sebuah gerakan emansipasi perempuan, yang
mengartikan bahwa kedudukan perempuan dengan laki-laki adalah sederajat
dalam beberapa aspek.
Kaum perempuan dan kedudukannya dalam kehidupan sosial masyarakat
yang secara umum bersifat patrilineal.1 Diketahui bahwa wanita adalah bagian
dari eksitensi komunitas basyari (insan), yang mempunyai kaitannya dengan
maskulin dia adalah sebagai ibu, saudari, bibi, istri maupun sebagai anggota
lainnya dan sebagai anggota masyarakat.2
Seiring perjalanannya, perempuan memperjuangkan hak-haknya dan
mewujudkan cita-citanya melalui gerakan feminis. Feminisme berasal dari kata
bahasa Latin “femina”, yang artinya memiliki sifat keperempuanan. Sedangkan
feminisme adalah paham yang menuntut hak sepenuhnya kaum perempuan atas
ketimpangan posisi dibanding laki-laki, feminisme merupakan bentuk aktualisasi
upaya pembebasan kaum perempuan atau dapat hidup bebas dari berbagai
ketimpangan perlakuan dalam segala aspek kehidupan. Hak-hak tersebut
diantaranya ialah hak kesejahteraan atau kemandirian ekonomi, segala macam
pekerjaan atau karier serta kebebasan mengekpresikan hasrat seksual.
Adapun konsep gender, adalah suatu konsep cultural yang berkembang di
masyarakat yang berupaya membuat perbedaan peran, perilaku, mentalitas, dan
karakter emosional antara laki-laki dan perempuan.3 menurut feminisme
bukanlah suatu sifat yang kodrati atau alami, tetapi merupakan hasil konstruksi
sosial dan kultural yang telah berproses sepanjang sejarah manusia. Umpamanya
1
M. Aunul Abied Shah, Islam Garda Depan, Bandung, Mizan, 2001 hal: 235
2
Lies M. Marcoes-Natsir dan Johan Hendrik Meuleman, Wanita Islam Indonesia Dalam Kajian
Tekstual dan Kontekstual, Indonesian-Nederlands Cooperation in Islamic Studies, Jakarta 1993 hal:
19
3
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewargaan, Demokrasi Hak Asasi Manusia dan
Masyarakat Madani, Kencana, Jakarta, 2008 hal: 127
3
bahwa perempuan itu lembut, emosional, hanya cocok mengambil peran
domestic, sementara lelaki itu kuat, rasional, layak berperan di sector publik.
Disini ajaran agama diletakkan dalam posisi sebagai salah satu pembangunan
konstruksi sosial dan kultural tersebut. Melalui proses panjang, konsep gender
akhirnya dianggap sebagai ketentuan Tuhan.
Sebenarnya salah satu tema utama sekaligus prinsip pokok dalam ajaran
Islam adalah persamaan antara manusia, baik antara lelaki dan perempuan,
maupun antara bangsa, suku, dan keturunan, perbedaan yang digaris bawahi dan
kemudian meninggikan atau merendahkan seseorang hanyalah nilai pengabdian
dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kedudukan wanita sebagai
khalifah Tuhan di muka bumi yang harus memanfaatkan bumi dan langit
seisinya mengisyaratkan bahwa wanita harus memiliki modal dan bekal untuk
itu, antara lain, berupa ilmu pengetahuan, kemauan dan kesempatan sama
dengan yang dimiliki oleh laki-laki. Hal ini yang masih perlu disadari dan
diperjuangkan oleh wanita. Dalam iklim kemajuan dan pengembangan sumber
daya manusia wanita perlu dimanfaatkan untuk memenuhi fungsinya sebagai
khalifah. Wanita sebagai seorang ibu, harus mempunyai ilmu yang memadai
untuk membimbing keluarganya. Maka, wanita harus terus bergerak untuk
meningkatkan kualitas dirinya. Karena untuk mencetak generasi yang
berkualitas, dibutuhkan pendidik yang berkualitas pula. Hal itu berarti seorang
wanita tidak boleh berhenti belajar.
Feminisme bisa dipandang dalam Islam dan non Islam, kaum non Islam
mengangkat harkat perempuan karena derajat perempuan yang begitu rendah
dan terhina dalam agama mereka. Dan banyak diantara kita orang-orang Islam
yang mengerti feminisme menurut pandangan non Islam, padahal feminisme
menurut Islam itu sendiri sudah ada sejak awal agama Islam itu ada. Karena
peranan yang paling menonjol dari agama Islam sebagai agama yang sempurna
adalah mendobrak keterbelakangan dunia di masa ketika dia datang.
Kaitannya dengan dunia Islam dan secara spesifik berkaitan dengan tasawuf
ialah bahwa feminisme ini timbul dalam hal ketakwaan kepada Allah SWT.
Dalam hal ini tidak memandang jenis kelamin, perempuan atau laki-laki
mempunyai tugas yang sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah disebut pula
Taqorrub ilallah dan melaksankan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya

4
yang disebut dengan takwa. Tugas yang sama tersebut ialah masing-masing
individu harus belajar mengenai perbaikan akhlak yang dikenal dengan tasawuf
akhlaki4. Perbaikan akhlak ini harus ditempuh melalui jalan tasawuf yang
berientasi pula pada penyucian jiwa dan qolb. Hal inilah yang menjadi dasar
bahwa feminisme dalam tasawuf adalah berlomba-lomba dalam kebaikan atau
dikenal dengan istilah fastabiqul khoirot antara laki-laki dan perempuan
semuanya sama. Karena tidak hanya laki-laki yang diharuskan untuk berbuat
baik, perempuan juga diharuskan.
Untuk itu dari persoalan tersebut penulis berkesempatan untuk membahas
tentang feminisme dalam pandangan tasawuf dan kedudukannya dalam Islam.
Karena persoalan feminisme yang kita kenal merupakan objek kajian yang tabu
yang hanya dianggap sebagai sebuah argument yang ada dalam ideologi Barat.
Namun Islam memandang sebagai sebuah konsep yang perlu adanya, terutama
memang kesetaraan dalam beribadah kepada Tuhannya semuanya mempunyai
hak yang sama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Feminisme?
2. Apa itu Tasawuf?
3. Bagaimana hakikat Feminisme dalam Tasawuf?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tentang Feminisme.
2. Mengetahui tentang Tasawuf.
3. Memahami hakikat feminisme dalam Tasawuf.
D. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
e. Latar Belakang Masalah
f. Rumusan Masalah
g. Tujuan Penulisan
h. Seitematika Penulisan
Bab II Pembahasan
d. Feminisme

4
Tasawuf akhlaki adalah tasawuf yng berorientasi pada perbaikan akhlak, mencari hakikat kebenaran
dan mewujudkan manusia yang dapat makrifat kepada Allah, dengan metode-metode yang telah
dirumuskan. (Cecep Alba, Cahaya Tasawuf, Gwika, Bandung, 2009 hal: 25)
5
1. Pengertian Feminisme
2. Sejarah Feminisme
3. Tokoh Feminisme
e. Tasawuf
1. Pengertian Tasawuf
2. Obyek Ilmu Tasawuf
3. Buah Ilmu Tasawuf
4. Keutamaan Ilmu Tasawuf
5. Hubungan ilmu taswuf dengan ilmu yang lainnya
6. Pencipta Ilmu Tasawuf
7. Nama Ilmu Taswuf
8. Pilar Ilmu Tasawuf
9. Sumber Ilmu Tasawuf
10.Hukum Mempelajari Ilmu Tasawuf
11.Masalah-masalah yang dibahas dalam ilmu Tasawuf
12.Rukun Tasawuf
13.Perkembangan Tasawuf
14.Buah dari Pengamalan Tasawuf
f. Feminisme dalam Tasawuf
Bab III Penutup
c. Simpulan
d. Saran
Daftar Pustaka

E.

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. FEMINISME
1. Pengertian Feminisme
Feminisme berasal dari kata bahasa Latin “femina”, yang artinya
memiliki sifat keperempuanan. Yaitu, kehormatan wanita, sifat kelembutan
dan keibuan, menjadi isteri dan ibu bagi anak-anak mereka yang
memerlukan komitmen penuh dari suami (kewajiban suami). 5 Sedangkan
feminisme adalah paham yang menuntut hak sepenuhnya kaum perempuan
atas ketimpangan posisi dibanding laki-laki, feminisme merupakan bentuk
aktualisasi upaya pembebasan kaum perempuan atau dapat hidup bebas dari
berbagai ketimpangan perlakuan dalam segala aspek kehidupan. Hak-hak
tersebut diantaranya ialah hak kesejahteraan atau kemandirian ekonomi,
segala macam pekerjaan atau karier serta kebebasan mengekpresikan hasrat
seksual.
Dalam pengertian lain Feminisme adalah sebuah gerakan perempuan
yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria.
Feminisme berasal dari bahasa Latin, femina atau perempuan. Istilah ini
mulai digunakan pada tahun 1890-an, mengacu pada teori kesetaraan laki-
laki dan perempuan serta pergerakan untuk memperoleh hak-hak perempuan.
Sekarang ini kepustakaan internasional mendefinisikannya sebagai
pembedaan terhadap hak hak perempuan yang didasarkan pada kesetaraan
perempuan dan laki laki.6
Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa feminisme merupakan
sebuah gerakan pada era modernitas yang berpendapat bahwa antara laki-laki
dan perempuan itu setara dalam mendapatkan hak – haknya. Kesetaraan
inilah yang dijadikan dasar oleh kaum feminisme untuk mengerjakan
pekerjaannya secara sama tanpa adanya perbedaan satu sama lain, hanya
berbeda dari jenis kelamin saja. oleh sebab itu hukum pun menjadi setara
tidak lagi memandang jenis kelamin atau gender. Karena secara umum teori

5
Danielle Crittenden, Wanita Salah Langkah?: Menggugat Mitos-Mitos Kebebasan Wanita Modern,
terj, Sofia Mansoor, Qanita, Bandung, 2002, hal: 21
6
https://id.wikipedia.org/wiki/Feminisme
7
feminisme sama dengan istilah teori emansipasi wanita, yang berarti
perempuan memiliki kedudukan yang sama dalam kehidupannya.
2. Sejarah Feminisme
Gerakan feminis dimulai sejak akhir abad ke- 18, namun diakhiri abad
ke-20, suara wanita di bidang hukum, khususnya teori hukum, muncul dan
berarti. Hukum feminis yang dilandasi sosiologi feminis, filsafat feminis
dan sejarah feminis merupakan perluasan perhatian wanita dikemudian hari.
Di akhir abad 20, gerakan feminis banyak dipandang sebagai sempalan
gerakan Critical Legal Studies, yang pada intinya banyak memberikan kritik
terhadap logika hukum yang selama ini digunakan, sifat manipulatif dan
ketergantungan hukum terhadap politik, ekonomi, peranan hukum dalam
membentuk pola hubungan sosial, dan pembentukan hierarki oleh ketentuan
hukum secara tidak mendasar.
Walaupun pendapat feminis bersifat pluralistik, namun satu hal yang
menyatukan mereka adalah keyakinan mereka bahwa masyarakat dan
tatanan hukum bersifat patriaki. Aturan hukum yang dikatakan netral dan
objektif sering kali hanya merupakan kedok terhadap pertimbangan politis
dan sosial yang dikemudikan oleh idiologi pembuat keputusan, dan idiologi
tersebut tidak untuk kepentingan wanita. Sifat patriaki dalam masyarakat dan
ketentuan hukum merupakan penyebab ketidakadilan, dominasi dan
subordinasi terhadap wanita, sehingga sebagai konsekuensinya adalah
tuntutan terhadap kesederajatan gender. Kesederajatan gender tidak akan
dapat tercapai dalam struktur institusional ideologis yang saat ini berlaku.
Feminis menitikberatkan perhatian pada analisis peranan hukum terhadap
bertahannya hegemoni patriaki.
Segala analisis dan teori yang kemudian dikemukakan oleh feminis
diharapkan dapat secara nyata diberlakukan, karena segala upaya feminis
bukan hanya untuk menghiasi lembaran sejarah perkembangan manusia,
namun lebih kepada upayamanusia untuk bertahan hidup. Timbulnya
gerakan feminis merupakan gambaran bahwa ketentuan yang abstrak tidak
dapat menyelesaikan ketidaksetaraan.7

7
ibid Wikipedia.
8
Sejarah feminis di Indonesia telah dimulai pada abad 18 oleh RA
Kartini melalui hak yang sama atas bidang pendidikan bagi anak-anak
perempuan. Perjuangan feminis sering disebut dengan istilah
gelombang/wave dan menimbulkan kontroversi/perdebatan mulau dari
feminis gelombang pertama (first wave feminism) dari abad 18 sampai ke
pra 1960, kemudian gelombang kedua setelah tahun 1960, dan bahkan
gelombang ketiga atau Post Feminisme.
Dapat kita cermati bagiamana gerakan feminisme ini menyebar ke
seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia, dengan harapan dapat
terwujudnya emansipasi wanita atau kesetaraan gender dalam aspek sosial,
ekonomi, politik dan yang lainnya. Sehingga aliran ini masuk ke dalam
tatanan kehidupan masyarakat yang dianggap membawa angin segar bagi
kalangan perempuan dalam memperoleh hak – hak hidupnya. Kemudian
gerakan ini dijadikan dasar sebagai pembelaan terhadap kaum perempuan
dari penindasan-penindasan yang pernah terjadi beberapa abad silam. Jadi
dengan teori ini tidak ada lagi alasan untuk melemahkan kaum perempuan.
3. Tokoh Feminisme Islam
Diantara tokoh-tokoh feminis Barat yang terkenal, yaitu:8
1. Foucault
Meskipun ia adalah tokoh yang terkenal dalam feminisme, namun
Foucault tidak pernah membahas tentang perempuan. Hal yang diadopsi
oleh feminism dari Fault adalah bahwa ia menjadikan ilmu pengetahuan
“dominasi” yang menjadi miliki kelompok-kelompok tertentu dan
kemudian “dipaksakan” untuk diterima oleh kelompok-kelompok lain,
menjadi ilmu pengetahuan yang ditaklukan. Dan hal tersebut mendukung
bagi perkembangan feminisme.
2. Naffine (1997:69)
Kita dipaksa “meng-iya-kan” sesuatu atas adanya kuasa atau power
kuasa bergerak dalam relasi-relasi dan efek kuasa didasarkan bukan oleh
orang yang dipaksa meng “iya”kan keinginan orang lain, tapi dirasakan
melalui ditentukannya pikiran dan tingkah laku. Dan hal ini mengarah
bahwa individu merupakan efek dari kuasa.

8
Ibid Wikipedia
9
3. Derrida (Derridean)
Mempertajam fokus pada bekerjanya bahasa (semiotika) dimana
bahasa membatasi cara berpikir kita dan juga menyediakan cara-cara
perubahan. Menekankan bahwa kita selalu berada dalam teks (tidak
hanya tulisan di kertas, tapi juga termasuk dialog sehari-hari) yang
mengatur pikiran-pikiran kita dan merupakan kendaraan untuk
megekspresikan pikiran-pikiran kita tersebut. Selain itu juga penekanan
terhdap dilakukanya “dekonstruksi” terhadap kata yang merupakan
intervensi ke dalam bekerjanya bahasa dimana setelah melakukan
dekonstruksi tersebut kita tidak dapat lagi melihat istilah yang sama
dengan cara yang sama.
Dari ketiga tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa semuanya
mengungkapkan keleluasan perempuan dalam memperoleh hak-haknya.
Karena hak tersebut adalah milik perempuan juga tidak hanya milik kaum
laki-laki. Menurut ketiga tokoh tersebut kaum perempuan dapat memperoleh
pengetahuan yang sama, dapat berpikir bebas dan dapat menggunakan
bahasa yang sama dengan kaum laki-laki. Jadi tidak ada larangan untuk
melakukan hal-hal yang menjadi haknya, karena semuanya mendapatkan hak
yang sama.

B. TASAWUF
1. Pengertian Tasawuf
a. Secara Bahasa (Etimologi)
Teori pertama secara etimologis tasawuf diambil dari kata “Suffah”
yaitu sebuah tempat di mesjid Rasulullah Saw. (Mesjid Nabawi) yang
dihuni oleh sekelompok sahabat yang hidup zuhud yang konsentrasi
beribadah kepada Allah sambl menimba ilmu dari Rasulullah. Teori
kedua, menyatakan bahwa tasawuf diambil dari kata “sifat” dengan
alasan bahwa para sufi suka membahas sifat-sifat Allah sekaligus
mengaplikasikan sifat-sifat Allah tersebut dalam perilaku mereka sehari-
hari. Teori ketiga berpendapat bahwa kata “tasawuf” diambil dari akar
kata “sufah” artinya selembar bulu, sebab para sufi dihadapan Tuhannya

10
merasa bagaikan selembar bulu yang terpisah dari kesatuannya yang
tidak mempunyai nilai apa-apa.
Teori keempat menyatakan bahwa “tasawuf” diambil dari kata
“shofia” yang artinya al-hikmah (bijaksana) sebab para sufi selalu
mencari hikmah ilahiyah dalam kehidupannya. Teori kelima,
sebagaimana dikemukakan oleh al-Busti seorang fakar tasawuf,
menyatakan bahwa taswuf berasal dari kata “as-safa” yang artinya suci,
bersih dan murni, sebab para sufi membersihkan jiwanya hingga berada
dalam kondisi suci dan bersih. Ada juga teori yang menyatakan bahwa
tasawuf berasal dari akar kata “suf” yang artinya bulu domba (wool),
dengan argumentasi wool kasar yang terbuat dari bulu binatang sebagai
tanda kesederhanaan hidup mereka.9
Diantara berbagai pendapat tenang asal usul “taswuf” menrut Ahmad
as-Sirbasi, pendapat al-Bustilah yang paling kuat dan rajih, sebab
kenyataannya tasawuf itu adalah upaya pensucian hati supaya dekat
dengan Allah.
b. Secara istilah (Terminologi)
Menurut Muhammad bin Ali al-Qasab, guru Imam Junaidi al-
Bagdadi, tasawuf adalah akhlak mulia yang nampak di zaman yang mulia
dari seorang manusia mulia bersama kaum yang mulia. Sedang menurut
al-Junaidi al-bagdadi (W. 297 H) tasawuf adalah : “Engkau ada bersama
Allah tanpa ‘alaqah (tanpa perantara)”.
Usman al-Makki berpendapat bahwa tasawuf adalah keadaan dimana
seorang hamba setiap waktu melakukan perbuatan (amal) yang lebih baik
dari waktu sebelumnya.
Sirri as-Saqati (W. 251 H) berkata : “Tasawuf adalah suatu nama bagi
tiga makna : yakni (1) nur ma’rifat nya tidak memadamkan cahaya
kewaraannya, (2) tidak berbicara tentang ilmu batin yang bertentangan
dengan makna zahir al-Kitab atau sunnah, dan (3) tidak terbawa oleh
karomahnya untuk melanggar larangan Allah”. Syekh Abdul Qodir al-
Jilani berpendapat bahwa taswuf adalah mensucika hati dan melepaskan
nafsu dari pangkalnya dengan kholwah, riyadoh dan terus-menerus

9
Cecep Alba, Cahaya Tasawuf, Gwika, Bandung, 2009 hal: 1-2
11
berdzikir dengan dilandasi iman yang benar, mahabbah, taubat dan
ikhlas.
Sedangkan ilmu tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui keadaan jiwa
manusia, terpuji atau tercela, bagaimana cara-cara mensucikan jiwa dari
berbagai sifat yang tercela dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji
dan bagaimana cara mencapai jalan menuju Allah.10
2. Obyek Ilmu Tasawuf
Obyek ilmu taswuf adalah perbuatan hati dan panca indera ditinjau
dari segi cara pensuciannya.
3. Buah Ilmu Tasawuf
Buah tasawuf adalah terdidiknya hati mengetahui (ma’rifah) terhadap
ilmu gaib secara ruhani, selamat di dunia dan bahagia di akhirat, dengan
mandapat keridoan Allah.
4. Keutamaan Ilmu Tasawuf
Ilmu tasawuf adalah ilmu yang paling mulia karena berkaitan dengan
ma’rifah kepada Allah Ta’ala dan mahabbah kepada-Nya.
5. Hubungan ilmu taswuf dengan ilmu yang lainnya
Nisbah ilmu taswuf terhadap ilmu yang lain baagikan nisbah ruh bagi
jasad. Ilmu tasawuf adalah ruh, sementara ilmu yang lain adalah jasad. Jasad
tidaklah dapat hidup tanpa ruh.
6. Pencipta Ilmu Tasawuf
Pencipta ilmu tasawuf adalah Allah Tabaraka wa Ta’ala. Allah
menciptakan ilmu ini kepada Rasulullah dan para Nabi yang sebelumnya.
7. Nama Ilmu Taswuf
Ilmu tasawuf mempunyai beberapa nama, antara lain sebagai berikut:
a. Ilmu Batin
b. Ilmu al-Qalbi
c. Ilmu Laduni
d. Ilmu Mukasyafah
e. Almu Asrar
f. Ilmu Maknun
g. Ilmu Hakikat

10
Ibid hal 3-4
12
8. Pilar Ilmu Tasawuf
Pilar ilmu tasawuf ada lima perkara
a. Taqwallah (bertakwa kepada Allah) baik sewaktu sirr maupun
‘alabiyah (terbuka).
b. Mengikuti Sunnah baik qauli maupun fi’li serta
mengaktualisasikannya dalam penjagaan diri dan akhlak yang baik.
c. Berpaling dari makhluk yang diwujudkan dalam sikap sabar dan
tawakkal.
d. Rida terhadap ketentuan Allah yang diwujudkan dengan sikap qona’ah
dan menerima (tafwid).
e. Kembali kepada Allah baik sikala senang maupun di waktu susah.
9. Sumber Ilmu Tasawuf
Ilmu tasawuf diambil dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw.
Juga dari atsar assabitah (jejak yang sudah tetap) dari umat-umat pilihan di
masa silam.
10. Hukum Mempelajari Ilmu Tasawuf
Hukum mempelajarai ilmu tasawuf adalah wajib ain atrinya
kewajiban yang mengikat kepada setiap individu muslim. Oleh karena itu
sebagian ulama ahli ma’rifah berkata : Barang siapa yang tidak memiliki
ilmu ini sedikitpun (ilmu batin), aku hawatir ia berakhir dengan su’ul
khatimah. Paling tidak seorang mukmin harus membenarkan akan ilmu ini
dan menyerahkan kepada ahlinya.
11. Masalah-masalah yang dibahas dalam ilmu Tasawuf
Masalah inti yang dibahas dalam ilmu tasawuf adalah sifat-sifat jiwa
manusia, cara-cara pensucian jiwa, dan penjelasan istilah-istilah yang khas
dalam disiplin ilmu ini misalnya; maqamat, taubat, zuhud, wara’, al-
mahabbah, fana baqa dan yang lainnya.
12. Rukun Tasawuf
Al-Kalabazi dengan mengutip pendapat Abu al-Hasan Muhammad
bin Ahmad al-Farisi menerangkan bahwa rukun tasawuf ada sepuluh macam,
antara lain :
1. Tajrid at-Tauhid (memurnikan tauhid)

13
2. Memahami informasi. Maksudnya mendengar tingkah laku bukan hanya
mendengar ilmu saja.
3. Baik dalam pergaulan.
4. Mengutamakan kepentingan orang banyak ketimbang kepentingan diri
sendiri.
5. Meninggalkan banyak pilihan.
6. Ada kesinambungan antara pemenuhan kepentingan lahir dan batin.
7. Membuka jiwa terhadap intuisi (ilham).
8. Banyak melakukan bepergian untuk menyaksikan keagungan alam
ciptaan Tuhan sekaligus mengambil pelajaran.
9. Meninggalkan iktisab untuk menumbuhkan tawakkal.
10. Meninggalkan iddikhar (banyak simpanan) dalam keadaan tertentu
kecuali dalam rangka mencari ilmu.
13. Perkembangan Tasawuf
Secara keilmuan, tasawuf adalah disiplin ilmu yang baru dalam
syari’at Islam, demikian menurut Ibnu Khaldun. Adapaun asal-usul tasawuf
menurutnya adalah konsentrasi ibadah kepada Allah, meninggalkan
kemewahan dan keindahan dunia dan menjauhkan diri dari akhluk. Ketika
kehidupan materialistik mulai mencuat dalam peri kehidupan masyarakat
muslim pada abad kedua dan ketiga hijriyyah sebagai akibat dari kemajuan
ekonomi di dunia Islam, orang-orang yang konsentrasi beribadah dan
menjauhkan diri dari hiruk pikuknya kehidupan dunia disebutlah kaum sufi.
Akar-akar tasawuf dalam Islam merupakan penjabaran dari ihsan.
Ihsan sendiri merupakan bagian dari trilogi ajaran Islam. Islam adalah satu
kesatuan dari iman, islam dan ihsan. Islam adalah penyerahan diri kepada
Allah secara zahir, iman adalah I’tikad batin terhadap hal-hal gaib yang ada
dalam rukun iman, sedangkan ihsan adalah tingkatan pertama bagi ruh kaum
muqarribin.
14. Buah dari Pengamalan Tasawuf
Buah pengamalan ilmu taswuf adalah akhlak al-Karimah akhlak al-
Karimah adalah kepribadian seimbang seorang manusia dalam
kedudukannya sebagai hamba Allah dan khalifah Allah. Dalam konsep

14
universal dapat disebutkan bahwa akhlak al-Karimah adalah kepribadian
yang sesuai dengan petunjuk (hidayah) Allah dan Rasulnya.11
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa tasawuf adalah
sebuah konsep yang khusus membahas tentang pembersihan jiwa, cara ibadah
kepada Allah SWT. Tanpa memandang satus apapun apalagi jenis kelamin,
semuanya harus mepelajari dan mengamalkan tasawuf. Dalam kajian tasawuf
dibahas mengenai orng yang paling mulia itu ialah orang yang bertakwa. Jadi
tidak lagi memandang ras, suku ataupun jenis kelamin, semuanya dapat menjadi
mulia jika bertakwa kepada Tuhan. Semua dapat memperoleh derajat yang tinggi
di sisi Allah tergantung ketakwaannya. Sehingga jelaslah bahwa emansipasi
dalam tasawuf itu bukti adanya.

C. FEMINISME DALAM TASAWUF

Ajaran Islam pada hakikatnya memberikan perhatian yang sangat besar serta
kedudukan terhormat kepada perempuan. Pada zaman sekarang, kita
menyaksikan langkah maju dalam pembinaan kaum perempuan berupa
kesempatan memperoleh pendidikan yang luas, hak-hak politik yang sejajar
dengan kaum laki-laki dan perlindungan keluarga yang semakin memberikan
ketentraman hidup.
Dalam kajian Tasawuf manusia yang diciptakan mempunyai tugas yang
sama, laki-laki maupun perempuan semuanya untuk beribadah kepada Allah.
Ibadah yang yang dimaksud ialah melaksanakan segala perintah dan menjauhi
segala larangan-Nya atau yang dikenal takwa. Kemudian selalu berdizikir
kepada-Nya setiap saat.
Dalam Q.S az-Zariyat : 56
     
Artinya :
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”.
Surat ini mengisyaratkan bahwa perempuan atau wanita sebagai manusia
adalah sama dengan laki-laki dan keduanya diperintahkan untuk beribadah
kepada Allah, keduanya diberi pedoman Quran untuk memenuhi fungsi sebagai

11
Ibid hal 5-9
15
hamba-Nya, semua isi Quran yang berupa perintah dan larangan ditujukan
kepada laki-laki dan perempuan.
Kedudukan sebagai hamba Allah dalam bidang ibadah antara laki-laki dan
perempuan juga dalam Q.S at-Taubah: 71
     
     
      
       

Artinya :
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”.12
Kedudukan wanita sebagai khalifah Tuhan di muka bumi yang harus
memanfaatkan bumi dan langit seisinya mengisyaratkan bahwa wanita harus
memiliki modal dan bekal untuk itu, antara lain, berupa ilmu pengetahuan,
kemauan dan kesempatan sama dengan yang dimiliki oleh laki-laki. Hal ini yang
masih perlu disadari dan diperjuangkan oleh wanita. Dalam iklim kemajuan dan
pengembangan sumber daya manusia wanita perlu dimanfaatkan untuk
memenuhi fungsinya sebagai khalifah. Wanita sebagai seorang ibu, harus
mempunyai ilmu yang memadai untuk membimbing keluarganya. Maka, wanita
harus terus bergerak untuk meningkatkan kualitas dirinya. Karena untuk
mencetak generasi yang berkualitas, dibutuhkan pendidik yang berkualitas pula.
Hal itu berarti seorang wanita tidak boleh berhenti belajar.
Selain itu seorang wanita juga disebut sebagai madrasah al-ula (ibu adalah
sekolah atau madrasah pertama bagi anak-anaknya). Dikatakan demikian karena
jika seorang ibu mempersiapkan anak-anaknya dengan baik maka sama halnya
seorang ibu telah menyiapkan suatu bangsa yang berakar kebaikan. Sumber daya
manusia ditingkatkan antara lain dengan meningkatkan pendidikan mereka
12
Departemen Agama R.I. al-Hikmah, al-Qur’an dan Terjemah, Diponegoro, Bandung, 2010, hal :
198
16
sesuai dengan kadar intelegensinya, kondisi sosial ekonominya dan kesempatan
yang ada pada mereka.
Hakikat dari tasawuf ialah mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah,
melalui dzikir yng bertujuan agar memperoleh akhlak mulia. Sehingga ketika
seseorang selalu berdzikir kepada Allah, maka ia sedang melakukan perjanan
spiritual yaitu mendekatkan diri kepada Allah. Dan perjalanan spiritual ini
adalah hak setiap orang, tidak melihat jenis kelamin, karena untuk mencapai
derajat yang tinggi di sisi Allah yang ditempuh dengan jalan spiritual tersebut
tidak hanya untuk laki-laki, perempuan dapat mencapainya, derajat tinggi
tersebut kita kenal dengan sebutan wali. Oleh karena itu perempuan pun dapat
menjadi waliyah. Dan telah banyak contoh-contoh perempuan yang mencappai
derajat yang tinggi hingga menjadi seorang waliyah, seperti Rabia’ah al-
Adawiyah, beliau contoh perempuan yang sukses dalam beribadah kepada Allah
hingga mencapai derajat kewaliyahan, beliau seorang wali perempuan yang
mengembangakan konsep mahabbah atau cinta Illahi.13
Oleh karena itu, akhlak merupakan cermin kepribadian seseorang, sehingga
baik buruknya seseorang dapat dilihat dari kepribadiannya. Al-Qur’an adalah
sumber pokok dalam berprilaku dan menjadi acuan kehidupan, karena di
dalamnya memuat berbagai aturan kehidupan dimulai dari hal yang urgent
sampai kepada hal yang sederhana sekalipun. Jika al-Qur’an telah melekat dalam
kehidupan setiap insan, maka ketenangan dan ketentraman bathin akan mudah
ditemukan dalam realita kehidupan. Kemuliaan perempuan dalam Islam
setidaknya bisa kita ketahui dengan bagaimana Islam menempatkan posisi
seorang ibu. Dalam Islam seorang anak yang mesti patuh pada kedua orang
tuanya, namun ketaatan kepada ibu harus didahulukan. Hadits yang populer
yang juga dikutip buku ini menyebutkan bahwa pelayanan terbaik seorang anak
didahulukan kepada ibunya tiga kali dibanding kepada ayahnya. Bahkan pada
hadits lain disebutkan bahwa surga terletak di telapak kaki ibu.
Untuk melakukan pembinaan akhlak harus ditempuh dengan tasawuf, karena
di dalam tasawuf diajarkan tentang cara penyucian jiwa yang akan berbuah

13
Rabi’ah al-Adawiyah adalah sosok sufi perempuan pertama yang namanya banyak diperbincangkan.
Tidak hanya oleh kalangan ahli tasawuf di masanya. Kini seiring perkembangan ilmu, berbagai kajian
dilakukan untuk mengetahui kehidupan dan sepak terjang perempuan kelahiran Bashrah, Iraq, di dunia
mistisisme Islam. (Mohamad Fathollah, Makrifat Cinta Rabiah Al-Adawiyah Jalan Spiritual Sang
Pecinta Sejati, Araska, Yogyakarta, 2015 hal : 8)
17
akhlak mulia. Sehingga langkah utama yang perlua dilakukan ialah mencari guru
untuk membimbing kita supaya dapat melakukan penyucian jiwa tersebut, dan
itu tugas semuanya baik laki-laki maupun perempuan. Tidak ada batasan untuk
mempelajari tasawuf. Sehingga wanita dalam Islam memiliki peran yang
konprehensif dan kesetaraan harkat sebagai hamba Allah serta mengemban
amanah yang sama dengan laki-laki.
Jadi, dapat kita ambil benang merahnya, bahwa feminisme ataupun
maskulisme itu ada dalam tasawuf yang hakikatnya ingin memperoleh
keleluasaan dalam berbagai aspek, terutama dalal hal ibadah dan mendekatkan
diri kepada Allah yang akan berbuah akhlak yang baik seluruhnya dapat
ditempuh dengan jalan-jalan masing sesuai kehendaknya.

18
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Tasawuf pada hakikatnya mengajarkan tentang konsep pembinaan akhlak,
karena di dalam tasawuf diajarkan tentang cara penyucian jiwa yang akan
berbuah akhlak mulia. Sehingga langkah utama yang perlua dilakukan ialah
mencari guru untuk membimbing kita supaya dapat melakukan penyucian jiwa
tersebut, dan itu tugas semuanya baik laki-laki maupun perempuan. Tidak ada
batasan untuk mempelajari tasawuf.
Dengan demikian dapat disimpukan, bahwa feminisme ataupun maskulisme
itu ada dalam tasawuf yang hakikatnya ingin memperoleh keleluasaan dalam
berbagai aspek, terutama dalal hal ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah
yang akan berbuah akhlak yang baik seluruhnya dapat ditempuh dengan jalan-
jalan masing sesuai kehendaknya.

B. Saran
Bagi pembaca untuk senantiasa memcari lebih banyak lagi leteratur-literatur
yang membahas tentang tasawuf dan juga persoalan tentang konsep feminisme,
sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih banyak tentang kedua konsep
tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA

A. Ubaedillah dan Abdul Rozak. (2008). Pendidikan Kewargaan, Demokrasi Hak


Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta: Kencana.

Alba, Cecep. (2009). Cahaya Tasawuf. Bandung: Gwika.

Danielle Crittenden. (2002). Wanita Salah Langkah?: Menggugat Mitos-Mitos


Kebebasan Wanita Modern, terj, Sofia Mansoor. Bandung: Qanita.

Fathollah, Mohamad. (2015). Makrifat Cinta Rabiah Al-Adawiyah Jalan Spiritual


Sang Pecinta Sejati. Yogyakarta: Araska.

M. Aunul Abied Shah. ( 2001). Islam Garda Depan. Bandung: Mizan.

Meuleman, L. M.-N. (1993). Wanita Islam Indonesia Dalam Kajian Tekstual dan
Kontekstual. Jakarta : Indonesian-Nederlands Cooperation in Islamic Studies.

https://id.wikipedia.org/wiki/Feminisme

Departemen Agama R.I. (2010). al-Hikmah, al-Qur’an dan Terjemah. Diponegoro. Bandung

20

Anda mungkin juga menyukai