Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Feminisme dan Kesetaraan Gender

Tantangan Bagi Wanita Muslimah


Selvi Nurmayanti
Mahasiswi Fakultas Ushuluddin Sekolah Tinggi Agama Islam Sains Alquran
Subang – Jawa Barat
nurmayantiselvii@gmail.com

Abstrak
Salah satu program dalam liberalisasi pemikiran Islam adalah penyebaran
paham feminisme dan kesetaraan gender. Mungkin ada yang menganggap ini
adalah pembaharuan pemikiran Islam dalam kaitannya dengan hubungan laki-
laki dan wanita. Tapi ternyata pendukung faham ini adalah yang juga mendukung
gerakan islam liberal atau kelompok cendekiawan liberal. Nilai–nilai ajaran
Islam hadir tidak untuk mengekang dan memenjarakan kebebasan manusia,
justru mendorong kaum perempuan untuk ikut berpartisipasi dalam ruang
lingkup publik yang lebih luas. Secara teoritis dan praktis harus ada upaya
edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya kesetaraan antara laki-laki dan
perempuan. Karena itu diperlukan beberepa pendekatan untuk mengkajinya, di
antaranya pendekatan feminis. Dalam konteks ini berbagai ragam pemikir
feminis Muslim tampil dan berusaha melakukan dekonstruksi terhadap
pemahaman keagamaan yang menempatkan perempuan pada posisi yang setara
dengan kaum laki-laki. Maka dalam sejarah Islam tidak pernah terlintas dalam
benak muslimah yang solehah untuk mengkudeta suaminya dan mengambil alih
posisi kepala rumah tangga sebab kepala rumah tangga bukanlah jabatan yang
patut dibanggakan apalagi sarana untuk menindas demikian pula institusi
keluarga bukanlah lembaga perbudakan yang legal seperti yang diyakini
sebagaian kaum feminis.

Kata kunci: Feminisme, Gender, Wanita Muslimah


Pendahuluan
Islam adalah agama dan peradaban yang didalamnya terkandung ritual-
ritual keagamaan dan prinsip-prinsip kehidupan termasuk ilmu pengetahuan.
Sebagai suatu peradaban Islam membahas semua aspek kehidupan dengan kadar
kedetailan yang berbeda-beda. Semua aspek itu saling berkaitan antara satu
dengan yang lainnya. Aspek-aspek dalam peradaban Islam itu telah berhasil
direalisasikan oleh para ulama di masa lalu dan berhasil memberi manfaat kepada
umat manusia di berbagai penjuru dunia.
Namun, Islam saat ini tidak dapat mengembangkan aspek peradabannya,
karena terdapat peradaban lain yang sangat dominan di dunia ini dan bahkan
mendominasi aspek-aspek peradaban Islam dihampir seluruh dunia Islam. Barat,
yang dimaksud sebagai peradaban yang dominan itu telah menyebarkan ideologi,
sistem politik, sistem ekonomi, politik, budaya, pendidikan dan lain sebagainya ke
dunia Islam.
Tantangan mendasar yang dihadapi umat Islam dewasa ini sebenarnya
bukan berupa ekonomi, politik, sosial dan budaya, tapi tantangan pemikiran.
Sebab pesoalan yang timbul dalam bidang-bidang tersebut serta bidang-bidang
terkait lainnya, jika di lacak, ternyata bersumber pada persoalan pemikiran.
Tantangan pemikiran itu bersifat internal dan eksternal sekaligus. Tantangan
internal telah kita lama sadari yaitu kejumudan, fanatisme, taqlid, bidah khufarat.
Sebagainya yang akibatnya adalah lambatnya atau sembrononya proses ijtihad
umat Islam dalam merespon berbagaii tantangan kontemporer, lambatnya
perkembangan ilmu pengetahu8an Islam dan pesatnya perkembangan aktifisme.
Sedangkan tantangan eksternalnya adalah masuknya paham, konsep, sitim dan
cara pandang asing seperti liberalisme, sekularisme, pluralisme agama,
relativisme, feminisme dan gender dan lain sebagainya kedalam wacana
pemikiran keagamaan Islam.1
Pemikiran liberal ini tidak banyak disadari umat Islam, tapi telah
mengakibatkan bercampur konsep-konsep asing kedalam pemikiran dan
kehidupan umat Islam, sehingga kerancuan berfikir dan kebingungan intelektual
tidak dapat diealakan. Bahkan tidak sedikit dari cendikiawan Muslim yang cara
berfikirnya terhegemoni oleh framework liberal yang tidak sejalan dengan Islam,
sehingga mereka memandang dengan kaca mata sekuler, liberal dan relativistik.
Selain itu, barat juga menyebarkan faham-faham yang telah menjadi
bagian dari ideologi mereka. Salah satunya adalah paham feminisme. Ini
merupakan propaganda kaum cendikiawan liberal untuk wanita terkhusus muslim.
Istilah Feminisme pertama kali munsul pada tahun 1808 oleh seorang
filsuf Pransis.2 Faham feminisme pada hakikatnya merupakan gerakan perempuan
yang ingin mendapatkan keadilan dalam segala hal, dan bukan untuk melebihi
kodrat laki-laki. Feminisme dalam Islam adalah upaya untuk melakukan
penyetaraan dan perlakukan yang adil terhadap kaum perempuan sebagai makhluk
Allah SWT. Prinsip yang diperjuangkan oleh feminisme memiliki titik temu

1
Fahmi Zarkasyi, Hamid. 2018. Liberalisasi Pemikiran Islam. Jakarta: INSISTS Hal. 1
2
Wirasandi. Wanita dalam Pendekatan Feminisme. Journal Ilmiah Rinjani, Vol.7, No. 2
tahun 2019
dengan ajaran Islam. Terutama menciptakan kehidupan yang adil dan setara antara
laki-laki dan perempuan. Feminisme yang tidak diakui dengan cara pandang Islam
adalah Feminsime yang hendak melakukan supermasi dan eksploitasi terhadap
kaum laki-laki, hal ini tentunya berlawanan dengan cara pandang Islam yang
menginginkan interaksi secara adil, merata dan manusiawi antara laki-laki dan
perempuan.
Ideologi feminisme yang kemudian dikejawatahkan kedalam kesetaraan
gender (gender equality) belakangan ini menjadi tren baru masyarakat modern.
Diseluruh hampir belahan dunia, gender telah menjadi keniscayaan global dan
secara perlahan merambah kedalam semua lini kehidupan. Bahkan menjadi tolak
ukur maju tidaknya pembangunan di sebuah negara, yaotu dengan menggunakan
ukuran HDI (Human Develoment Indeks), GDI (Gender-related Develoment
Index), GEM (Gender Empowerment Measurament), dll.3
Untuk itu, jurnal ini membahas perempuan dan feminisme sebagai satu
aspek tunggal tetapi memiliki sudut pandang yang berbeda. Jurnal ini dimulai
dengan membahas tentang wanita dalam Islam. Kemudian beberapa tradisi dan
nilai-nilai Islam yang dipertanyakan oleh feminis seperti: masalah kesederhanaan
(aturan berpakaian) dan Interaksi sosial; pergerakan dan perjalanan; saksi wanita;
hak milik; poligami; suami lebih tinggi kedudukannya dari istri mereka; seorang
kekerasan dalam rumah tangga; dan wanita bekerja, dan beberapa perspektif Islam
mencoba dihadirkan untuk menjawab isu-isu khusus tersebut.
Untuk mendukung jurnal ini, penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif. Dikatakan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
disampaikan secara deskriptif. Jadi peneliti juga melakukan analisis, mengacu
pada data.
Jenis penelitian kualitatif dikhususkan untuk penelitian yang sifatnya non
numerik dan yang bersifat menafsirkan makna dari data. Wajar saja jika metode
penelitian ini bersifat subjektif, karena tidak dapat di generalisasikan.
Lantas bagaimana dan seperti apa cara melakukan penelitian metode ini?
Kita dapat melakukan penelitian ilmiah dengan mengawali lima tahap penelitian.
Yaitu mengangkat permasalahan, memunculkan pertanyaan riset, mengumpulkan
data yang relevan, melakukan analisis data dan menjawab pertanyaan riset.
Hasil dan Pembahasan
Wanita dalam Islam
3
Shalahuddin, Henri. 2018. Feminisme dan Kesetaraan Gender. Jakarta: INSISTS Hal. 3
Islam mengembangkan peradaban melalui ilmu pengetahuan dan akal
yang dipandu oleh wahyu yang diturunkan oleh Allah atas perantara jibril kepada
Nabi Muhammad Saw untuk disebar luaskan kepada seluruh umat manusia. 4
Perempuan sebelum datangnya Islam sangat memprihatinkan dan sangat buram,
dianggap sebagai makhluk yang tidak berharga, karena menjadi bagian dari laki-
laki (Subordinatif).5
Namun setelah Islam datang, secara bertahan Islam mengembalikan hal-
hak perempuan sebagai manusia yang merdeka, mengangkatnya drajatnya sebagai
makhluk yang memiliki kehormatan yang harus dijaga hal inilah merupakan
gerakan emansipatif yang tiada tara pada masanya, disaat perempuan terpuruk
dalam kegelapan.6
Sejarah telah menuliskan secara jelas bagaimana seorang perempuan pada
masa-masa Islam diturunkan mendapat penghargaan tinggi, terutama dari Nabi
Muhammad Saw, yang merupakan figur panutan dari seluruh umat Islam. 7
Menurut Asghar Ali Engineer, merupakan suatu revolusi yang sangat besar
dimana Nabi Muhammad Saw, telah memprakarsai melakukan perubahan dalam
masyarakat Makkah secara menyeluruh, secara bertahap Islam menjadi agama
yang sangat mapan dengan ritualisasi yang sangat tinggi.8
Dalam sejarah, perempuan telah memainkan peranan yang sangat strategis
pada masa awal maupun pertumbuhan dan perkembangan Islam itu sendiri, baik
dalam segala urusan, hal ini terbukti melalui peranan perempuan didalam
membantu perjuangan Rasulullah Saw, didalam melakukan misi dakwah ataupun
didalam misi medan perang. Khadijah misalnya, istri Nabi yang sangat setia, telah
memberikan segala kekayaan yang ia punya untuk kepentingan dakwah dan
perjuangan Islam.9
Islam mengoptimalkan potensi kaum perempuan dengan memberikan
jaminan kehidupan dengan demikian dapat diharapkan mempu mengurangi level
stres dan depresi perempuan, karena dalam keadaan apapun itu, semunya telah
terjamin didalam tatanan Islam bahkan menetapkan penjaga-penjaga dan

4
Erma Pawitasari Pendidikan Khusus Perempuan Antara Kestaraan Gender dan Islam,
Jurnal Tsaqafah, Vol. II, No. 2 November 2015, hal. 265.
5
Syafiq Hasyim, Hal-hal yang Tak Terpikirkan: Tentang Isu-isu Keperempuanan dalam
Islam (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 18-19
6
Nurul Agustina, “Islam, Perempuan dan Negara”, Islamika, No. 6, tahun 1995, hlm. 91
7
Ibid.
8
Asghar Ali Engineer, “Menemukan Kembali Visi Profetis Nabî: Tentang Gagasan
Pembebasan dalam Kitab Suci”, Ulumul Qur’an, No. 4, Vol. III, tahun 1992, hal. 65
9
Fadlan, Islam, Feminisme dan Konsep Kesetaraan Gender Dalam Al-Qur’an, KARSA,
Vol. 19. No. 2 Tahun 2011, hal. 111
menjamin kehidupan kaum perempuan.10 Ibnu ‘Abbas meriwayatkan bahwa ia
mendengar Nabi SAW berkata,
“Tidak ada Muslim yang memiliki dua anak perempuan lalu ia
merawatnya dengan baik, kecuali ia akan masuk surga.”
(HR. al-Bukhari).
Feminisme dan kesetaraan gender
Salah satu program dalam liberalisasi pemikiran Islam adalah penyebaran
paham feminisme dan kesetaraan gender. Mungkin ada yang menganggap ini
adalah pembaharuan pemikiran Islam dalam kaitannya dengan hubungan laki-laki
dan wanita. tapi ternyata pendukung faham ini adalah yang juga mendukung
gerakan islam liberal atau kelompok cendekiawan liberal.11

Feminisme berawal dari pernyataan seorang perempuan tentang


kekuatannya. Dimana pada awalnya ia bukanlah suatu teori melainkan tindakan
personal itu sendiri.12 Feminisme adalah sebuah paham atau gerakan perempuan
yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak pria dengan wanita.
Feminisme berasal dari bahasa Latin, femina atau perempuan. Istilah ini mulai
digunakan pada tahun 1890-an, mengacu pada teori kesetaraan laki-laki dan
perempuan serta pergerakan untuk memperoleh hak-hak perempuan. Sekarang ini
kepustakaan internasional mendefinisikannya sebagai pembedaan terhadap hak-
hak perempuan yang didasarkan pada kesetaraan perempuan dan laki- laki.
Berangkat dari asumsi bahwa kaum perempuan mengalami diskriminasi dan usaha
untuk menghentikan diskriminasi tersebut. Dalam pengertian seperti itu,
sesungguhnya kaum feminis tidak harus perempuan, dan boleh jadi seorang
Muslim atau Muslimat. Persoalan muncul ketika mereka berusaha menjawab
pertanyaan “mengapa‟ kaum perempuan di diskriminasi atau diperlakukan tidak
adil? Hal inilah yang menyebabkan feminisme lahir dan berkembang pesat,
khususnya pada kalangan perempuan.
Kata Gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin (sex). 13
Atau kesetaraan gender dikenal dengan gender equality, yang bermakna
persamaan gender.14 Akan tetapi menurut Nasaruddin Umar makna sex kurang
tepat jika disamakan dengan jenis kelamin, karena kosa kata ini terbilang baru,
10
Erma Pawitasari, Muslimah Sukses Tanpa Stres, (Jakarta: Gema Insani, 2015), hal. 31-46.
11
Fahmi Zarkasyi, Hamid. 2021. Minhaj: Berislam dari Ritual hingga Intelektual. Jakarta
Selatan: INSISTS hal. 259
12
Shalahuddin, Henri. 2018. Feminisme dan Kesetaraan Gender. Jakarta: INSISTS Hal. 2
13
Jhon M. Echol dan Hassan Syadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta, Gramedia, 1996),
hal. 265.
14
Maggie Humm, Ensiklopedia Feminisme, (Yogyakarta: Fajar Pustaka, 2007), hal. 123.
sehingga tidak ditemukan dalam Kamus Besar bahasa Indonesia.15 Pada awalnya
kedua kata tersebut (Gender dan Sex) digunakan secara rancu. 16 Beberapa tahun
terakhir di tengah maraknya gerakan feminis, kedua kata tersebut didefinisikan
secara berbeda. Perbedaan konseptual antara gender dan sex bermula dikenalkan
oleh Ann Oakley.17
Sex adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis yang
melekat pada jenis kelamin tertentu yang tidak dapat dipertukarkan atau bahkan
dirubah secara permanen, serta merupakan ketentuan biologis atau ketentuan
Tuhan (Kodrat).18 Sedangkan konsep gender adalah pembagian laki-laki dan
perempuan yang dikontruksi secara sosial maupun kultural bukan termasuk
kedalam kodrati atau non-biologis, karena tidak abadi dan dapat dipertukarkan.19
Hal inilah yang dijadikan sebagai landasan kaum feminis dalam
melancarkan idiologi mereka, bahwasanya gerakan gender tidak
mempermasalahkan perbedaan identitas antara laki-laki dan perempuan dari segi
anatomi biologis atau jenis kelamin, akan tetapi mengkaji aspek sosial, budaya,
psikologis dan aspek-aspek non-biologis lainnya20, hal tersebut senada dengan
pernyataan Nasaruddin Umar yang mengatakan bahwa gender merupakan suatu
konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan
perempuan dilihat dari segi aspek konstruk sosial-budaya.21
Pendekatan Feminisme Dalam Studi Islam

Islam tidak mengenal istilah feminisme dan gender dengan berbagai


bentuk konsep dan implementasinya dalam melakukan gugatan atas nilai-nilai
subbordinasi kaum perempuan, karena dalam Islam tidak membedakan kedudukan
seseorang berdasarkan jenis kelamin dan tidak ada bias gender dalam Islam. Islam
mendudukkan laki-laki dan perempuan dalam posisi yang sama dan kemuliaan
yang sama (Asghar Ali Engineer, 1990: 38; Mansour Fakih, 1996: 4).
Nilai–nilai ajaran Islam hadir tidak untuk mengekang dan memenjarakan
kebebasan manusia, justru mendorong kaum perempuan untuk ikut berpartisipasi
15
Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif al-Qur’an, (Jakarta:
Paramadina, 2001), hal. 33.
16
Umar, Argumen Kesetaraan Gender, hal. 34.
17
M. Aunul Abied Shah dan Hakim Taufiq, “Tafsir Ayat-ayat Gender dalam Al-Qur’ân:
Tinjauan terhadap Pemikiran Muhammad Syahrûr dalam Bacaan Kontemporer”, dalam M. Aunul
Abied Shah et.al. (ed.) Islam Garda Depan: Mosaik Pemikiran Islam Timur Tengah (Bandung:
Mizan, 2001), hlm. 237
18
Mansuor Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1999), hal. 7-8
19
Ibid, Hal. 8-9.
20
Hamid Fahmy Zarkasyi, Liberalisasi Pemikiran Islam, (Gontor, Center for Islamic and
Occidental Studies-CIOS-ISID), hal. 111. Lihat juga, Lindsey, Gender Roles: A Sociologixal
Perpective, New Jersey, Prientice Hall, hal. 2.
21
Nasarudin Umar, Argumen Kesetaraan Gender, hal. 35.
dalam ruang lingkup publik yang lebih luas. Secara teoritis dan praktis harus ada
upaya edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya kesetaraan antara laki-
laki dan perempuan. Karena itu diperlukan beberepa pendekatan untuk
mengkajinya, di antaranya pendekatan feminis. Dalam konteks ini berbagai ragam
pemikir feminis Muslim tampil dan berusaha melakukan dekonstruksi terhadap
pemahaman keagamaan yang menempatkan perempuan pada posisi yang setara
dengan kaum laki-laki.22
Feminisme yang membawa ide kesetaraan bisa dilacak dari ide relativisme
postmodern yang mendorong kesamaan dalam berbagai hal. atau dari ideologi
sosialisme atau komunisme yang tidak hanya sekadar memperjuangkan kesamaan
hak wanita di masyarakat tapi kesamaan terutamanya di rumah tangga. sebab
sesuatu yang paling dibenci oleh komunisme adalah struktur masyarakat yang
akarnya ada di dalam rumah tangga dimana suami adalah penguasa atau borjuis
dan isi adalah Proletar. karena Islam mempertahankan kepemimpinan laki-laki
maka kesetaraan gender mempersalahkan hukum-hukum fiqih.23
Dalam al Qur’an ada sebagian ayat yang dianggap sebagai ayat yang
melemahkan posisi perempuan seperti pada: QS. An Nisa’ (4): 34, dalam ayat ini
dijelaskan bahwa posisi laki-laki lebih kuat dari perempuan, QS. An Nisa’ (4): 11-
12, dalam ayat ini dijelaskan bahwa bagian warisan laki-laki dua kali lipat dari
bagian warisan perempuan, dan satu ayat lagi yang terdapat pada QS. An Nisa’
(4): 282, dijelaskan bahwa seorang saksi laki-laki sebanding dengan dua orang
saksi dari perempuan.
Kesetaraan gender itu bukan dari Islam dan tidak ada konsepnya dalam
Islam, kalau konsepnya ada dan sama dengan Islam Mengapa hukum hukum
dalam masyarakat dipertanyakan? maka aneh jika Dikatakan bahwa fiqih itu bias
gender, mengutamakan laki-laki dan merugikan wanita. Ukuran “bias
mengutamakan dan merugikan” itu bukan ukuran Islam tapi ukuran feminis.
Disini masalahnya Mengapa fiqih dan pemikiran Islam masuk di dihukumi
dengan standar feminisme dan kesetaraan gender? padahal jika kita cermati
konsepnya kita akan mendapati ukuran yang berbeda itu antara Islam dan
feminisme. Misalnya menurut feminisme perbedaan antara laki-laki dan
perempuan itu disebabkan oleh konstruksi sosial atau kesepakatan masyarakat
padahal dalam Islam ditegaskan laki-laki itu tidak seperti perempuan. Laki-laki
lebih unggul dari wanita sehingga dalam Alquran laki-laki diperintahkan untuk
22
Munir Ismail. Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer. Jurnal Hawa, Vol. 1,
Edisi. 2, Desember 2019

23
Fahmi Zarkasyi, Hamid. 2021. Minhaj: Berislam dari Ritual hingga Intelektual. Jakarta
Selatan: INSISTS hal. 296
menikahi wanita saksi laki-laki dan wanita beda kualitas warisan laki-laki lebih
banyak dari wanita laki-laki harus memberi mahar laki-laki wajib memberi nafkah
laki-laki memimpin keluarganya dan seterusnya. Tapi, mengapa ketetapan
Alquran itu harus disesuaikan dengan kesetaraan gender? Selama perjalanan
sejarah Islam tidak ada istilah laki-laki diutamakan dan wanita dirugikan. sebab
dalam Islam peran apapun yang dimainkan laki-laki dan wanita meski berbeda
tetap berujung pada kemuliaan dan surga yang sama.24

Beberapa respon teologis dalam al-Qur’an yang menilai adanya persamaan


gender:
1. Kemanusian perempuan dan kesejajaran nya dengan laki-laki (Q.S. al-
Hujurat:13).25
‫َٰٓيَأُّيَها ٱلَّناُس ِإَّنا َخ َلْقَٰن ُك م ِّم ن َذ َك ٍر َو ُأنَثٰى َو َجَع ْلَٰن ُك ْم ُش ُعوًبا َو َقَبٓاِئَل ِلَتَع اَر ُفٓو ۟ا ۚ ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع نَد ٱِهَّلل‬
‫َأْتَقٰى ُك ْم ۚ ِإَّن ٱَهَّلل َع ِليٌم َخ ِبيٌر‬

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
2. Islam menjamin kebahagian di dunia dan akherat bagi perempuan bila
komitmen dengan iman dan menempuh jalan yang saleh, seperti halnya dengan
laki-laki (Q.S. al-Nahl: 97)26
‫َم ْن َع ِمَل َص اِلًحا ِّم ْن َذ َك ٍر َاْو ُاْنٰث ى َو ُهَو ُم ْؤ ِم ٌن َفَلُنْح ِيَيَّنٗه َح ٰي وًة َطِّيَبًۚة َو َلَنْج ِزَيَّنُهْم َاْج َر ُهْم ِبَاْح َس ِن َم ا َك اُنْو ا َيْع َم ُلْو َن‬
Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari
apa yang telah mereka kerjakan.
3. Islam tidak menilai perempuan adalah penghalang kemajuan (Q.S. al-Ahzab:
35)27
‫ِاَّن اْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلٰم ِت َو اْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم ٰن ِت َو اْلٰق ِنِتْيَن َو اْلٰق ِنٰت ِت َو الّٰص ِدِقْيَن َو الّٰص ِد ٰق ِت َو الّٰص ِبِرْيَن َو الّٰص ِبٰر ِت‬
‫ّٰۤص‬
‫َو اْلٰخ ِشِع ْيَن َو اْلٰخ ِش ٰع ِت َو اْلُم َتَص ِّد ِقْيَن َو اْلُم َتَص ِّد ٰق ِت َو الَّص ۤا ِٕىِم ْيَن َو ال ِٕىٰم ِت َو اْلٰح ِفِظ ْيَن ُفُرْو َج ُهْم َو اْلٰح ِفٰظ ِت‬
‫َو الّٰذ ِك ِرْيَن َهّٰللا َك ِثْيًرا َّوالّٰذ ِكٰر ِت َاَع َّد ُهّٰللا َلُهْم َّم ْغ ِفَر ًة َّو َاْج ًرا َع ِظ ْيًم ا‬

Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan


mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan
24
Fahmi Zarkasyi, Hamid. 2021. Minhaj: Berislam dari Ritual hingga Intelektual. Jakarta
Selatan: INSISTS hal. 299
25
QS. Al Hujurat: 13
26
QS. An Nahl: 97
27
QS. Al Ahzab: 35
perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan
perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki
dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah,
Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.
4. Diluar peran kodrati seperti dalam politik, sosial budaya, ekonomi, pranata
sosial lainnya, Islam memberikan ajaran tanggung jawab dan bahu membahu
antara laki-laki dan perempuan sebagai mitra sejajar (Q.S al-Taubah: 71)28
‫َو اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن َو اْلُم ْؤ ِم ٰن ُت َبْعُضُهْم َاْو ِلَيۤا ُء َبْع ٍۘض َيْأُم ُرْو َن ِباْلَم ْع ُرْو ِف َو َيْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِر َو ُيِقْيُم ْو َن الَّص ٰل وَة َو ُيْؤ ُتْو َن‬
‫ٰۤل‬
‫الَّز ٰك وَة َو ُيِط ْيُعْو َن َهّٰللا َو َر ُسْو َلٗه ۗ ُاو ِٕىَك َسَيْر َحُم ُهُم ُهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َع ِزْيٌز َحِكْيٌم‬
Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka
menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang
makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan
zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh
Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.
Dalam Islam hubungan laki-laki dan perempuan tidak dipandang sebagai
hubungan kekuasaan antara Penindas dan yang ditindas. relasi antara kedua jenis
kelamin ini secara indah digambarkan dalam Quran surat an-nisa ayat 32.
Perbedaan dalam memaknai konsep konsep dasar dalam Islam seperti
kesetaraan keadilan sangat berperan memunculkan perbedaan mendasar antara
perspektif gender dan tradisi pemikiran Islam di kalangan Ahlussunnah Wal
Jamaah khususnya berkenaan dengan isu-isu gender. Oleh sebab itu hal-hal yang
di dalam Islam merupakan taklif atau beban dan kewajiban bagi laki-laki bisa jadi
dalam pandangan feminis dianggap sebagai bentuk dominasi lelaki .Sebaliknya
hal-hal yang merupakan rukhsah atau keringanan untuk wanita bisa dianggap
sebagai subordinasi dalam diskriminasi menurut cara pandang feminis.29
Maka dalam sejarah Islam tidak pernah terlintas dalam benak muslimah yang
solehah untuk mengkudeta suaminya dan mengambil alih posisi kepala rumah
tangga sebab kepala rumah tangga bukanlah jabatan yang patut dibanggakan
apalagi sarana untuk menindas demikian pula institusi keluarga bukanlah lembaga
perbudakan yang legal seperti yang diyakini sebagaian kaum feminis.30

Kesimpulan
Sesungguhnya Islam membedakan perempuan dan laki – laki karena ingin
memuliakannya, beda disini berarti bukan karena lelaki lebih baik atau perempuan

28
QS. At Taubah : 71
29
Shalahuddin, Henri. 2018. Feminisme dan Kesetaraan Gender. Jakarta : INSISTS Hal 49
30
Ibid
lebih mulia, namun dalam pandangan penulis pembedaan ini dikarenakan Islam
ingin melindungi perempuan yang memiliki banyak kelemahan namun mereka
tetap berusaha untuk tegar dalam menghadapi segala kehidupannya.
Feminisme dalam pandangan Islam yang penulis lihat adalah ketika
seorang wanita berusaha berjuang demi anak–anak nya dan keluarga nya,
berusaha menghidupi keluarganya, menjadi tulang punggung keluarga dan
menyelamatkan keluarganya dengan cara bekerja sesuai syariat dan ketentuan
Islam, selain itu para perempuan yang bertarung demi membela Negara seperti
para tentara perempuan Islam yang ada di Saudi Arabia yang ikut serta dalam
membantu menjaga stabilitas Negara.
Allah selalu memaafkan umatnya, Dia juga memberikan toleransi kepada
para wanita yang memang harus bekerja demi keluarganya, demi negaranya, dan
demi agamanya. Jadi sesungguhnya Feminisme dalam Islam tidak dilarang selama
hal tersebut berjalan dalam syariat Islam dan tidak melanggar kodrat perempuan.
Daftar Pustaka
Al-Quran al-Karim
Fahmi Zarkasyi, Hamid. 2021. Minhaj: Berislam dari Ritual hingga Intelektual.
Jakarta Selatan : INSISTS
Fahmi Zarkasyi, Hamid. 2018. Liberalisasi Pemikiran Islam. Jakarta : INSISTS
Shalahuddin, Henri. 2018. Feminisme dan Kesetaraan Gender. Jakarta : INSISTS
Junaidi Heri, Abdul Hadi. Gender dan Feminisme dalam Islam. Muwazah, Vol. 2,
No. 2, Desember 2010
Munir Ismail. Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer. Jurnal Hawa,
Vol. 1, Edisi. 2, Desember 2019
Wirasandi. Wanita dalam Pendekatan Feminisme. Journal Ilmiah Rinjani, Vol.7,
No. 2 tahun 2019
Susanto, Dwi. 2013. Kajian Tentang Feminisme. Perpustakaan STAIN Kediri
Hariati, Sri. Aliran Feminisme Modern dan Aliran Feminisme Menurut Islam.
Jurnal Hukum JATISWARA, Fakultas Hukum Universitas Mataram.

Erma Pawitasari Pendidikan Khusus Perempuan Antara Kestaraan Gender dan


Islam, Jurnal Tsaqafah, Vol. II, No. 2 November 2015

Syafiq Hasyim, Hal-hal yang Tak Terpikirkan: Tentang Isu-isu Keperempuanan


dalam Islam (Bandung: Mizan, 2001)
Nurul Agustina, “Islam, Perempuan dan Negara”, Islamika, No. 6, tahun 1995,

Asghar Ali Engineer, “Menemukan Kembali Visi Profetis Nabî: Tentang Gagasan
Pembebasan dalam Kitab Suci”, Ulumul Qur’an, No. 4, Vol. III, tahun 1992

Fadlan, Islam, Feminisme dan Konsep Kesetaraan Gender Dalam Al-Qur’an,


KARSA, Vol. 19. No. 2 Tahun 2011

Erma Pawitasari, Muslimah Sukses Tanpa Stres, (Jakarta: Gema Insani, 2015)

Jhon M. Echol dan Hassan Syadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta, Gramedia,


1996)

Maggie Humm, Ensiklopedia Feminisme, (Yogyakarta: Fajar Pustaka, 2007)

Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif al-Qur’an, (Jakarta:


Paramadina, 2001)

Umar, Argumen Kesetaraan Gender

M. Aunul Abied Shah dan Hakim Taufiq, “Tafsir Ayat-ayat Gender dalam Al-
Qur’ân: Tinjauan terhadap Pemikiran Muhammad Syahrûr dalam Bacaan
Kontemporer”, dalam M. Aunul Abied Shah et.al. (ed.) Islam Garda Depan:
Mosaik Pemikiran Islam Timur Tengah (Bandung: Mizan, 2001)

Mansuor Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 1999)

Hamid Fahmy Zarkasyi, Liberalisasi Pemikiran Islam, (Gontor, Center for Islamic
and Occidental Studies-CIOS-ISID), hal. 111. Lihat juga, Lindsey, Gender
Roles: A Sociologixal Perpective, New Jersey, Prientice Hall

Nasarudin Umar, Argumen Kesetaraan Gender

Munir Ismail. Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer. Jurnal Hawa,
Vol. 1, Edisi. 2, Desember 2019

https://www.academia.edu/20243772/
Makalah_Feminisme_dalam_Pandangan_Islam

http://afi.unida.gontor.ac.id/2019/04/12/feminisme-dalam-pandangan-islam-
analisis-gerakan-feminisme/

Anda mungkin juga menyukai