Abstrak
Salah satu program dalam liberalisasi pemikiran Islam adalah penyebaran
paham feminisme dan kesetaraan gender. Mungkin ada yang menganggap ini
adalah pembaharuan pemikiran Islam dalam kaitannya dengan hubungan laki-
laki dan wanita. Tapi ternyata pendukung faham ini adalah yang juga mendukung
gerakan islam liberal atau kelompok cendekiawan liberal. Nilai–nilai ajaran
Islam hadir tidak untuk mengekang dan memenjarakan kebebasan manusia,
justru mendorong kaum perempuan untuk ikut berpartisipasi dalam ruang
lingkup publik yang lebih luas. Secara teoritis dan praktis harus ada upaya
edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya kesetaraan antara laki-laki dan
perempuan. Karena itu diperlukan beberepa pendekatan untuk mengkajinya, di
antaranya pendekatan feminis. Dalam konteks ini berbagai ragam pemikir
feminis Muslim tampil dan berusaha melakukan dekonstruksi terhadap
pemahaman keagamaan yang menempatkan perempuan pada posisi yang setara
dengan kaum laki-laki. Maka dalam sejarah Islam tidak pernah terlintas dalam
benak muslimah yang solehah untuk mengkudeta suaminya dan mengambil alih
posisi kepala rumah tangga sebab kepala rumah tangga bukanlah jabatan yang
patut dibanggakan apalagi sarana untuk menindas demikian pula institusi
keluarga bukanlah lembaga perbudakan yang legal seperti yang diyakini
sebagaian kaum feminis.
1
Fahmi Zarkasyi, Hamid. 2018. Liberalisasi Pemikiran Islam. Jakarta: INSISTS Hal. 1
2
Wirasandi. Wanita dalam Pendekatan Feminisme. Journal Ilmiah Rinjani, Vol.7, No. 2
tahun 2019
dengan ajaran Islam. Terutama menciptakan kehidupan yang adil dan setara antara
laki-laki dan perempuan. Feminisme yang tidak diakui dengan cara pandang Islam
adalah Feminsime yang hendak melakukan supermasi dan eksploitasi terhadap
kaum laki-laki, hal ini tentunya berlawanan dengan cara pandang Islam yang
menginginkan interaksi secara adil, merata dan manusiawi antara laki-laki dan
perempuan.
Ideologi feminisme yang kemudian dikejawatahkan kedalam kesetaraan
gender (gender equality) belakangan ini menjadi tren baru masyarakat modern.
Diseluruh hampir belahan dunia, gender telah menjadi keniscayaan global dan
secara perlahan merambah kedalam semua lini kehidupan. Bahkan menjadi tolak
ukur maju tidaknya pembangunan di sebuah negara, yaotu dengan menggunakan
ukuran HDI (Human Develoment Indeks), GDI (Gender-related Develoment
Index), GEM (Gender Empowerment Measurament), dll.3
Untuk itu, jurnal ini membahas perempuan dan feminisme sebagai satu
aspek tunggal tetapi memiliki sudut pandang yang berbeda. Jurnal ini dimulai
dengan membahas tentang wanita dalam Islam. Kemudian beberapa tradisi dan
nilai-nilai Islam yang dipertanyakan oleh feminis seperti: masalah kesederhanaan
(aturan berpakaian) dan Interaksi sosial; pergerakan dan perjalanan; saksi wanita;
hak milik; poligami; suami lebih tinggi kedudukannya dari istri mereka; seorang
kekerasan dalam rumah tangga; dan wanita bekerja, dan beberapa perspektif Islam
mencoba dihadirkan untuk menjawab isu-isu khusus tersebut.
Untuk mendukung jurnal ini, penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif. Dikatakan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
disampaikan secara deskriptif. Jadi peneliti juga melakukan analisis, mengacu
pada data.
Jenis penelitian kualitatif dikhususkan untuk penelitian yang sifatnya non
numerik dan yang bersifat menafsirkan makna dari data. Wajar saja jika metode
penelitian ini bersifat subjektif, karena tidak dapat di generalisasikan.
Lantas bagaimana dan seperti apa cara melakukan penelitian metode ini?
Kita dapat melakukan penelitian ilmiah dengan mengawali lima tahap penelitian.
Yaitu mengangkat permasalahan, memunculkan pertanyaan riset, mengumpulkan
data yang relevan, melakukan analisis data dan menjawab pertanyaan riset.
Hasil dan Pembahasan
Wanita dalam Islam
3
Shalahuddin, Henri. 2018. Feminisme dan Kesetaraan Gender. Jakarta: INSISTS Hal. 3
Islam mengembangkan peradaban melalui ilmu pengetahuan dan akal
yang dipandu oleh wahyu yang diturunkan oleh Allah atas perantara jibril kepada
Nabi Muhammad Saw untuk disebar luaskan kepada seluruh umat manusia. 4
Perempuan sebelum datangnya Islam sangat memprihatinkan dan sangat buram,
dianggap sebagai makhluk yang tidak berharga, karena menjadi bagian dari laki-
laki (Subordinatif).5
Namun setelah Islam datang, secara bertahan Islam mengembalikan hal-
hak perempuan sebagai manusia yang merdeka, mengangkatnya drajatnya sebagai
makhluk yang memiliki kehormatan yang harus dijaga hal inilah merupakan
gerakan emansipatif yang tiada tara pada masanya, disaat perempuan terpuruk
dalam kegelapan.6
Sejarah telah menuliskan secara jelas bagaimana seorang perempuan pada
masa-masa Islam diturunkan mendapat penghargaan tinggi, terutama dari Nabi
Muhammad Saw, yang merupakan figur panutan dari seluruh umat Islam. 7
Menurut Asghar Ali Engineer, merupakan suatu revolusi yang sangat besar
dimana Nabi Muhammad Saw, telah memprakarsai melakukan perubahan dalam
masyarakat Makkah secara menyeluruh, secara bertahap Islam menjadi agama
yang sangat mapan dengan ritualisasi yang sangat tinggi.8
Dalam sejarah, perempuan telah memainkan peranan yang sangat strategis
pada masa awal maupun pertumbuhan dan perkembangan Islam itu sendiri, baik
dalam segala urusan, hal ini terbukti melalui peranan perempuan didalam
membantu perjuangan Rasulullah Saw, didalam melakukan misi dakwah ataupun
didalam misi medan perang. Khadijah misalnya, istri Nabi yang sangat setia, telah
memberikan segala kekayaan yang ia punya untuk kepentingan dakwah dan
perjuangan Islam.9
Islam mengoptimalkan potensi kaum perempuan dengan memberikan
jaminan kehidupan dengan demikian dapat diharapkan mempu mengurangi level
stres dan depresi perempuan, karena dalam keadaan apapun itu, semunya telah
terjamin didalam tatanan Islam bahkan menetapkan penjaga-penjaga dan
4
Erma Pawitasari Pendidikan Khusus Perempuan Antara Kestaraan Gender dan Islam,
Jurnal Tsaqafah, Vol. II, No. 2 November 2015, hal. 265.
5
Syafiq Hasyim, Hal-hal yang Tak Terpikirkan: Tentang Isu-isu Keperempuanan dalam
Islam (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 18-19
6
Nurul Agustina, “Islam, Perempuan dan Negara”, Islamika, No. 6, tahun 1995, hlm. 91
7
Ibid.
8
Asghar Ali Engineer, “Menemukan Kembali Visi Profetis Nabî: Tentang Gagasan
Pembebasan dalam Kitab Suci”, Ulumul Qur’an, No. 4, Vol. III, tahun 1992, hal. 65
9
Fadlan, Islam, Feminisme dan Konsep Kesetaraan Gender Dalam Al-Qur’an, KARSA,
Vol. 19. No. 2 Tahun 2011, hal. 111
menjamin kehidupan kaum perempuan.10 Ibnu ‘Abbas meriwayatkan bahwa ia
mendengar Nabi SAW berkata,
“Tidak ada Muslim yang memiliki dua anak perempuan lalu ia
merawatnya dengan baik, kecuali ia akan masuk surga.”
(HR. al-Bukhari).
Feminisme dan kesetaraan gender
Salah satu program dalam liberalisasi pemikiran Islam adalah penyebaran
paham feminisme dan kesetaraan gender. Mungkin ada yang menganggap ini
adalah pembaharuan pemikiran Islam dalam kaitannya dengan hubungan laki-laki
dan wanita. tapi ternyata pendukung faham ini adalah yang juga mendukung
gerakan islam liberal atau kelompok cendekiawan liberal.11
23
Fahmi Zarkasyi, Hamid. 2021. Minhaj: Berislam dari Ritual hingga Intelektual. Jakarta
Selatan: INSISTS hal. 296
menikahi wanita saksi laki-laki dan wanita beda kualitas warisan laki-laki lebih
banyak dari wanita laki-laki harus memberi mahar laki-laki wajib memberi nafkah
laki-laki memimpin keluarganya dan seterusnya. Tapi, mengapa ketetapan
Alquran itu harus disesuaikan dengan kesetaraan gender? Selama perjalanan
sejarah Islam tidak ada istilah laki-laki diutamakan dan wanita dirugikan. sebab
dalam Islam peran apapun yang dimainkan laki-laki dan wanita meski berbeda
tetap berujung pada kemuliaan dan surga yang sama.24
Kesimpulan
Sesungguhnya Islam membedakan perempuan dan laki – laki karena ingin
memuliakannya, beda disini berarti bukan karena lelaki lebih baik atau perempuan
28
QS. At Taubah : 71
29
Shalahuddin, Henri. 2018. Feminisme dan Kesetaraan Gender. Jakarta : INSISTS Hal 49
30
Ibid
lebih mulia, namun dalam pandangan penulis pembedaan ini dikarenakan Islam
ingin melindungi perempuan yang memiliki banyak kelemahan namun mereka
tetap berusaha untuk tegar dalam menghadapi segala kehidupannya.
Feminisme dalam pandangan Islam yang penulis lihat adalah ketika
seorang wanita berusaha berjuang demi anak–anak nya dan keluarga nya,
berusaha menghidupi keluarganya, menjadi tulang punggung keluarga dan
menyelamatkan keluarganya dengan cara bekerja sesuai syariat dan ketentuan
Islam, selain itu para perempuan yang bertarung demi membela Negara seperti
para tentara perempuan Islam yang ada di Saudi Arabia yang ikut serta dalam
membantu menjaga stabilitas Negara.
Allah selalu memaafkan umatnya, Dia juga memberikan toleransi kepada
para wanita yang memang harus bekerja demi keluarganya, demi negaranya, dan
demi agamanya. Jadi sesungguhnya Feminisme dalam Islam tidak dilarang selama
hal tersebut berjalan dalam syariat Islam dan tidak melanggar kodrat perempuan.
Daftar Pustaka
Al-Quran al-Karim
Fahmi Zarkasyi, Hamid. 2021. Minhaj: Berislam dari Ritual hingga Intelektual.
Jakarta Selatan : INSISTS
Fahmi Zarkasyi, Hamid. 2018. Liberalisasi Pemikiran Islam. Jakarta : INSISTS
Shalahuddin, Henri. 2018. Feminisme dan Kesetaraan Gender. Jakarta : INSISTS
Junaidi Heri, Abdul Hadi. Gender dan Feminisme dalam Islam. Muwazah, Vol. 2,
No. 2, Desember 2010
Munir Ismail. Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer. Jurnal Hawa,
Vol. 1, Edisi. 2, Desember 2019
Wirasandi. Wanita dalam Pendekatan Feminisme. Journal Ilmiah Rinjani, Vol.7,
No. 2 tahun 2019
Susanto, Dwi. 2013. Kajian Tentang Feminisme. Perpustakaan STAIN Kediri
Hariati, Sri. Aliran Feminisme Modern dan Aliran Feminisme Menurut Islam.
Jurnal Hukum JATISWARA, Fakultas Hukum Universitas Mataram.
Asghar Ali Engineer, “Menemukan Kembali Visi Profetis Nabî: Tentang Gagasan
Pembebasan dalam Kitab Suci”, Ulumul Qur’an, No. 4, Vol. III, tahun 1992
Erma Pawitasari, Muslimah Sukses Tanpa Stres, (Jakarta: Gema Insani, 2015)
M. Aunul Abied Shah dan Hakim Taufiq, “Tafsir Ayat-ayat Gender dalam Al-
Qur’ân: Tinjauan terhadap Pemikiran Muhammad Syahrûr dalam Bacaan
Kontemporer”, dalam M. Aunul Abied Shah et.al. (ed.) Islam Garda Depan:
Mosaik Pemikiran Islam Timur Tengah (Bandung: Mizan, 2001)
Hamid Fahmy Zarkasyi, Liberalisasi Pemikiran Islam, (Gontor, Center for Islamic
and Occidental Studies-CIOS-ISID), hal. 111. Lihat juga, Lindsey, Gender
Roles: A Sociologixal Perpective, New Jersey, Prientice Hall
Munir Ismail. Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer. Jurnal Hawa,
Vol. 1, Edisi. 2, Desember 2019
https://www.academia.edu/20243772/
Makalah_Feminisme_dalam_Pandangan_Islam
http://afi.unida.gontor.ac.id/2019/04/12/feminisme-dalam-pandangan-islam-
analisis-gerakan-feminisme/