Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Pendekatan Dalam Studi Agama Pendekatan Feminis


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu:
Drs. Kastolani,M.Ag,.Ph.D.

Disusun oleh :
Aulia Nur Aini 43020200053

PROGRAM STUDI MANAJMEN DAWAH


FAKULTAS DAKWAH
IAIN SALATIGA
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh,


Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah membrikan
rahmat dan hidayat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan walaupun masih banyak
kesalahan dan kekuranggannya. Sholawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada
Muhammad SAW beserta keluarganya,sahabatnya dan para pengikutnya.
Makalah yang berjudul Pendekatan Dalam Studi Agama Pendekatan Feminis adalah tugas
perkuliahan kami yang mana akan kami diskusikan dan presentasikan bersama teman
mahasiswa lainnya. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Drs.
Kastolani,M.Ag,.Ph.D selaku dosen pengampu matakuliah metodologi studi islam yang telah
memberikan kami materi dan pemahaman sehingga terbantu untuk menyusun sekaligus
menyelesaikan makalah ini.

Dengan selesainya makalah ini, kami mengharapkan dorongan dan motivasi dari
pembca khususnya teman-teman sekalian dengan memberikan kritik dan saran yang dapat
membangun perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Salatiga, 09 Maret 2022


DAFTAR ISI

Table of Contents
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................
C. Tujuan Penulis...............................................................................................................................
BAB II..................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
A. Pengertian Feminisme...................................................................................................................
B. Pendekatan Feminisme Dalam Studi Islam.................................................................................
C. Munculnya Gagasan Feminisme Dalam Islam............................................................................
BAB III...............................................................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................................13
A. Kesimpulan..................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bukan suatu hal yang asing lagi mengenai permasalahan perempuan dalam lingkungan
kita. Kesetaraan, kedudukan, derajat, dan hak-hak kaum perempuan selalu dipertanyakan oleh
banyak orang, akan tetapi orang-orang tersebut banyak yang tidak mengetahui tentang
perempuan dan gerakan feminisme itu sendiri. Sebelumnya kita harus mengetahui apa itu
gerakan feminisme, mengapa feminisme harus ada, dan bagaimana sejarah gerakan
feminisme itu muncul?
Pendekatan feminis dalam studi agama tidak lebih dari sebuah pergeseran kritis dari
perspektif teoretis yang ada, dengan gender sebagai kategori analisis bagi pengikutnya.
Feminisme agama, sebagaimana dipelajari oleh Anne Carr, berpendapat bahwa feminisme
dan agama sangat penting bagi kehidupan perempuan dan kehidupan kontemporer pada
umumnya.1
Feminisme adalah gerakan untuk mengubah status perempuan untuk mendapat
kesetaraan dengan laki-laki. Feminisme bukan sekedar perjuangan emansipasi perempuan
dihadapan laki-laki, karena mereka juga menyadari bahwa laki-laki (terutama kaum proletar)
juga mengalami penderitaan akibat dominasi, eksploitasi, dan penindasan dari sistem yang
tidak adil. Hakikatnya, gerakan feminisme adalah perjuangan untuk mengubah sistem dan
struktur yang tidak adil menjadi sistem yang adil bagi perempuan dan laki-laki.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian Feminism?


2. Bagaimana pandangan feminism dalam dunia Islam?
3. Bagaimana munculnya gagasan feminisme dalam Islam?

C. Tujuan Penulis

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam.


2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana feminisme dalam dunia Islam.
3. Agar ilmu dan pemgetahuan dapat diimplementasikan dalam kehidupan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Feminisme

Secara etimologis istilah feminisme berasal dari bahasa latin femmina yang artinya
perempuan. Kata tersebut diambil dan digunakan oleh berbagai bahasa didunia. Dalam
bahasa Prancis kata femme digunakan untuk menyebut perempuan. Feminitas dan
maskulinitas dalam arti sosial (gender) dan psikologis harus dibedakan dengan istilah male
(laki-laki) dan female (perempuan) dalam arti biologis (jenis kelamin). Dalam hal ini istilah

1
Peter Connolly, Approaches to the study of religion ; Aneka pendekatan studi agama,terj.Imam Khoiri,
(Yogyakarta : LKiS Printing Cemerlang, 2002). h. 63.
feminisme terasa lebih dekat dengan feminin, sehingga tidak jarang feminisme seringkali
diartikan sebagai sebuah gerakan sosial bagi kaum feminin.2
Feminisme adalah sebuah kata yang sebenarnya tidak mempunyai arti pasti yang dapat
diformulasikan sebagai definisi karena setiap gerakan feminisme memiliki kepentingan
masing-masing yang ingin diperjuangkan, akan tetapi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) feminisme adalah gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara
kaum wanita dan pria.3 Wolf mendefinisikan feminisme sebagai teori yang mengungkapkan
martabat dan nilai pribadi semua wanita.
Pada pemahaman yang demikian, seorang perempuan akan percaya pada diri mereka
sendiri. Sementara itu, Budianta mendefinisikan feminisme sebagai ideologi dari perspektif
yang mengabaikan masalah ketidaksetaraan ketidakadilan dalam menetapkan peran dan
identitas berdasarkan perbedaan jenis kelamin.4
Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan berpendapat feminisme adalah suatu kaesadaran
akan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat, di tempat kerja dan
dalam keluarga, serta tindakan sadar perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan
tersebut. Sedangkan menurut Yunahar Ilyas, feminisme adalah kesadaran akan ketidakadilan
gender yang menimpa kaum perempuan, baik dalam keluarga maupun masyarakat, serta
tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut. 5 Secara
konseptual, feminisme adalah kumpulan teori sosial, gerakan politik dan filosofi moral yang
sebagian besar tentang atau berkaitan dengan pembebasan perempuan dari laki-laki.6 Tujuan
utama feminisme adalah mengidentifikasi sejauh mana para feminis dan pandangan-
pandangan keagamaan mereka bisa kompatibel dan beinteraksi secara saling menguntungkan.
Dari ungkapkan teori diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa gerakan feminisme
dilakukan untuk mencari keseimbangan gender. Gerakan feminisme adalah gerakan
pembebasan perempuan dari rasisme, stereotyping, seksisme, penindasan perempuan, dan
phalogosentrisme. Keseimbangan gender adalah untuk mensejajarkan posisi maskulin dan
feminin dalam konteks satu budaya tertentu. Hal ini dikarenakan, dalam satu budaya tertentu
feminine sering dianggap inferior, tidak mandiri dan hanya menjadi subjek. Untuk itu
feminisme bisa juga dikatakan sebagai gerakan untuk memperjuangkan kaum perempuan

2
Hastanti Widy Nugroho, Diskriminasi Gender (Potret Perempuan dalam Hegemoni Laki-laki) Suatu Tinjauan
Filsafat Moral (Yogyakarta: Hanggar Kreator, 2004), 60.
3
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 241.
4
Adib Sofia, Aplikasi Kritik Sastra Feminisme ”Perempuan Dalam Karya-Karya Kuntowijoyo” (Yogyakarta:
Citra Pustaka Yogyakarta, 2009), 13.
5
Yunahar Ilyas, Feminisme Dalam Kajian Tafsir, 42
6
Syarif Hidayatullah, Teologi Feminisme Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 4.
menjadi mandiri. Karena gerakan feminisme ini merupakan sebuah ideologi yang bertujuan
untuk menciptakan dunia bagi kaum perempuan untuk mencapai kesetaraan sosial.

B. Pendekatan Feminisme Dalam Studi Islam

Perdebatan tentang gender telah menjadi industri besar bagi dunia pendidikan terutama
dalam studi islam dan sangat menarik untuk diperbincangkan.apalagi Kata feminisme
mengundang banyak kening mengerut. Pada banyak orang Indonesia-, baik perempuan
maupun lelaki- feminisme sering diartikan sebagai perempuan bebas kebarat-baratan (juga
kebanyakan 'murtad', menurut sebagian ustad).ironis sekali, bahwa feminisme yang lahir
untuk menghilangkan stereoritip tentang perempuan sekarang mengundang stereoritip baru.
memang banyak definisi tentang feminisme dalam literature ilmiah. Lebih banyak lagi
dikalangan orang awam.
Apabila kita tela‟ah lagi kata feminis sangat erat kaitannya dengan perempuan, karena
memang pelaku feminis ini dominan kepada perempuan. pada zaman jahiliyah dahulu
perempuan selalu menjadi objek yang tertindas dari kalangan laki-laki, bahkan sebelum
datangnya rasulullah SAW sebagai pembawai risalah kebenaran. namun sangat disayangkan
walaupun akhirnya dengan datangnya islam harkat derajat wanita telah diangkat tapi tetap
saja ajarannya yang mungkin disalah artikan dijadikan dalil oleh sebagian laki-laki untuk
tetap dapat mengontrol, menguasai kaum perempuan dengan membatasi kehidupan kaum
perempuan dari urusan-urusan public yang mana ornament-ornament yang berlaku bagi kaum
perempuan hanya terkait dengan urusan dapur, sumur dan kasur serta ketaatan pada suami
dan juga larangan wilayah public.
Dikarenakan oleh hal ini maka muncullah istilah feminisme yang pada isunya
kemunculan paham ini adalah dalam bentuk memperjuangakan hak-hak gender yang setara
dan menuntut akses perempuan dalam kehidupan publik. Sebelum membahas tentang
pendekatan feminis, maka terlebih dahulu kita uraikan arti feminis itu sendiri, feminine
(feminim) bermakna wanita atau jenis perempuan. Istilah Feminisme dapat digunakan untuk
dua makna. Makna pertama adalah makna yang telah digunakan secara umum dan telah
dikenal, yakni sebuah pemikiran dan kebangkitan untuk membela hak-hak wanita atas laki-
laki dalam dimensi sosial, ekonomi, dan politik. Di dalam bahasa Persia, kata feminis
sepadan dengan kata zan sâlari , zan gerâ-i dan lain-lain. Jelasnya bahwa dengan semakin laju
dan majunya berbagai pemikiran, muncul pula berbagai organisasi, lembaga dan yayasan
yang bergerak dalam bidang kewanitaan dengan nama dan label yang bermacam-macam,
seperti: organisasi wanita, lembaga wanita, emansipasi wanita, kebangkitan wanita, dan lain-
lain.
Pendekatan feminis dalam studi agama tak lain merupakan suatu transformsi kritis dari
tinjauan teoritis yang ada dengan meggunakan gender sebagai kategori analisis utamanya,
tujuan utama dari tugas feminis adalah mengidentifikasi sejauh mana terdapat persesuain
antara pandangan feminis dan pandangan keagamaan terhadap kedirian, dan bagai mana
menjalin interaksi yang paling menguntungkan antara yang satu dengan yang lain.
Feminisme-feminisme religius seperti diteliti anne carr, disatukan oleh satu keyakinan
bahwa feminisme dan agama keduanya sangat signifikan bagi kehidupan perempuan, dan
kehidupan kontemporer pada umumnya.
Ada beberapa macam madzhab feminisme, yang pertama feminisme liberal. Mazhab ini
menekankan pada persamaan lakilaki dan perempuan. Mereka berpijak pada liberalisme
politik.Menurut mereka, perempuan berhak atas kedudukan yang sama secara hukum dan
sosial dengan lelaki. Mereka menginginkan perubahan dalam hukum, kebiasaan, dan nilai-
nilai untuk mencapai persamaan. Dalam bidang ilmiah, kaum feminis liberal mendorong
penelitian tentang sosialisasi gender atau diskriminasi perempuan di masyarakat. Tesis
mereka dapat disimpulkan dalam kalimat berikut : Perempuan akan berperilaku sama
sekiranya diberi peluang yang sama seperti lelaki.
Kedua, feminisme kultural. Mereka menekankan bahwa perilaku yang unik pada
perempuan telah direndahkan di masyarakat. Sifat-sifat yang khas perempuan justru harus
dihargai dan diberi tempat. Dalam penelitian ilmiah, kelompok inimendorong penelitian
mengenai sumbangan kaum perempuan terhadap masyarakat.Mereka meneliti perbedaan
jenis dalam nilai dan perilaku. Perempuan, misalnya,mempunyai kecenderungan untuk lebih
penyayang dan berorientasi dalam perannya sebagai ibu.Ketiga sifat-sifat keperempuanan
didampingkan dengan sifat kepribadian, terjadilah kombinasi yang baik untuk kebahagiaan
keluarga. Jadi,alih-alih direndahkan, sifat-sifat yang khas perempuan itu ternyata sangat
mulia, bila diletakkan pada tempatnya yang tepat. Buat kaum feminis kultural, perempuan
tidak perlu meniru laki-llaki, sebagaimana laki-laki tidak perlu meniru perempuan. Tidak
perlu juga menyamakan perilaku keduanya.
Ketiga, feminisme radikal. Mereka melihat bahwa struktur di manapun dan dalam jenis
masyarakat apapun laki-laki selalu diuntungkan. Kekuasaan, hukum, bahkan agama telah
digunakan untuk memperlakukan perempuan secara diskriminatif. Perlawanan masyarakat
yang merugikan perempuan ini disebut seksisme. Seksisme adalah sumber dari segala derita
perempuan. Mereka menekankan dominasi lelaki dan penindasan perempuan sepanjang
sejarah. Dalam penelitian,mereka melakukan studi tentang kekerasan terhadap perempuan.

C. Munculnya Gagasan Feminisme Dalam Islam

Munculnya gagasan feminisme dalam Islam tidak terlepas dari munculnya feminis di
barat yang masuk dikalangan umat Islam. Gagasan demokrasi dan emansipasi barat yang
masuk ke dunia Islam memaksa umat Islam untuk menelaah kembali posisi perempuan yang
telah termarginalkan selama berabad-abad. Konsep feminis yang marak di barat menjadi
model bagi pembebasan perempuan di banyak Negara berpenduduk muslim. Bermula dari
kaum intelektual mesir yang belajar di Eropa, yang kemudian dikembangkan dengan istilah
“Tah-rir al- Mar’ah” (pembebasan perempuan).
Secara umum feminism Islam menjadi gerakan atau alat analisis yang selalu bersifat
historis dan kontekstula seiring dengan kesadaran yang terus berkembang dalam menjawab
permasalahan- permasalahan yang dihadapi perempuan menyangkut ketidakadilan dan
ketidaksetaraan.
Namun demikian, feminisme dalam Islam tidak menyetujui setiap konsep dari feminis
barat, khususnya yang ingin menempatkan laki-laki sebagai lawan perempuan. Disisi lain,
Feminisme islam tetap berupaya untuk memperjuang hak-hak kesetaraan perempuan dan
laki-laki yang terabaikan dikalangan tradisional konservatif, yang menganggap perempuan
sebagai sub-ordinal laki-laki.
Dalam konteks Islam, diskriminasi yang terjadi dikalangan perempuan muslim telah
menjadi isu feminisme menggelayut dikalangan pemikir muslim. Mereka pun secara aktif
mencoba untuk mengkaji dan melakukan pembacaan kembali terhadap tradisi islam yang
telah menampakkan realitas diskriminasi. Tidak terkecuali Riffat Hassan. Sebagai seorang
feminis, sesuai dengan spesifikasinya sebagai professor dalam studi Islam, ia mencoba untuk
mempertanyakan mengapa ketidak setaraan laki-laki dan perempuan dalam masarakat
muslim terjadi. Benarkah Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. dengan Al-
quran sebagai sember moral yang mengedepankan etos keadilan dan egalitarianisme
mengajarkan diskriminasi?.
Feminisme Islam berupaya untuk memperjuangkan apa yang disebut Riffat Hasan
“Islam pasca patriarkhi” dalam bahasanya tidak lain adalah Islam Qur’ani“ yang sangat
memperhatikan pembebasan manusia, baik perempuan maupun laki-laki dari perbudakan
tradisionalisme, otoritarisme (agama, politik, sekisme, perbudaan atau yang lain-lain) yang
menghalangi manusia mengaktualisasikan visi Qur’an tentang tujuan hidup manusia yang
mewujud dalam pernyataan klasik: kepada Allahlah mereka akan kembali.
Menurut Mulia, kesalahan pemahaman relasi laki-laki dan perempuan dalam segala
seginya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu;

a) Rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai nilai-nilai agama


yang berkaitan dengan peran dan fungsi perempuan;
Contoh : pemahaman asal usul penciptaan laki-laki dan manusia, ketika Islam pertama
kali datang di Jazirah Arabia, kaum perempuan berada dalam posisi yang sangat rendah dan
memprihatinkan. Hak-hak mereka diabaikan, suara mereka put ka pernah didengar. Islam
kemudian datang merombak total kondisi yang tak menguntungkan bagi kaum perempuan
ini. Kedudukan mereka kemudian diakui dan diangkat. Ketidakadilan yang mereka pun
mendapat perbedaan menemukan kembali jati diri kemanusiaan mereka yang hilang. Mereka
sadar bahwa mereka adalah manusia sbegai halnya kaum lak-laki.
Salah satu penyebab terjadinya perubahan kedudukankan kaum perempuan itu adalah
Islam dengan tegas menolak anggapan bahwa Hawa— symbol perempuan – adalah sumber
malapeta di dunia karena telah menggoda Adam dan Hawa secara bersamaan adalah setan
bukan Hawa, sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqoroh ayat 36 yang artinya; “Lalu
setan memperdaya keduanya dari surga sehingga keduanya di keluarkan dari (segala
kenikmatan) ketika keduanya di sana (surga)”

Di dalam padangan Al- Qur’an, laki-laki dan perempuan adalah sama esensi
kemanusiaannya. Maka dilihat dari aspek ini, tidak ada perdebatan antara laki-laki dan
perempuan. Kedua jenis manusia itu sama mendapatkan kemuliaan yang Allah berikan
kepada seluruh umat manusia tanpa perbedaan, sebagaimana firman Allah dalam surah Al-
Isra ayat 70 yang artinya; “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.”
Atas dasar tersebut, tidak ada alasan untuk memojokkan perempuan atau
mengistimewakan salah satu jenis kelamin manusia. Belum lagi ketika wanita diibaratkan
sebagai mahluk penggoda karena dialah yang merayu Adam untuk memakan buah terlarang
karena dia lebih dekat dengan iblis. Padahal dalam al-Qur’an jelas disebutkan keduanya
sama-sama tergoda. Pemahaman seperti ini perlu dikaji ulang karena tidak sesuai dengan
tujuan utama agama Islam.

b) Banyaknya penafsir agama yang merugikan kedudukan dan peranan perempuan.7


Contohnya dalam surah Al-Baqarah ayat 228 yang artinya “kaum laki-laki satu derajat
diatas lebih tinggi dari pada wanita”

Dari ayat tersebut sering sekali para ulama’ menafsirkan bahwa hal tersebut merupakan
bukti supremasi laki-laki yang dijadikan sebagai dasar bahwa laki-laki lebih tinggi derajatnya
dari wanita. Jika melihat realitas tersebut, saya yakin siapa saja yang mendengar akan
bertanya ulang dimana letak keadilan agama?, sehingga perbedaan jeniskelamin saja masih
ada diskriminasi?
Dalam sebuah buku karya Sachiko Murata yang berjudul The Tao of Islam, dijelaskan
bahwa ayat tersebut masih memerlukan kajian yang lebih dalam. Karena ayat tersebut
merupakan bagian dari ayat yang relative panjang yang membicarakan masalah perceraian.
Adapun ayat yang memuat kalimat itu adalah menetapkan masa iddah. Keseluruhan ayat
tersebut adalah:
“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. tidak
boleh mereka Menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka
beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa
menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan Para wanita mempunyai hak
yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami,
mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”

Dari ayat tersebut laki-laki mempunyai tingkatan lebih tinggi dari wanita secara
khusus dalam konteks perkawinan yang ditetapkan dalam hukum syari’at. Karena mereka
(laki-laki) mempunyai sesuatu sehingga mereka menjadi satu derajad lebih tinggi. 8 Dimana
sesuatu tersebut adalah karena laki-laki yang telah memberikan mas kawin (mahar) kepada
seorang wanita. Jadi perbedaan sek bukanlah yang menjadi alasan laki-laki lebih tinggi

7
Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), h. 271
8
Sachiko Murata, The TAO of Islam (A sourcebook on gender relationship in Islamic thought), (New
York, State University of new york press, 1992) [trej. Rahmani Astuti, Nasrullah, (kitab rujuakan tentang relasi
gender dalam kosmologi dan teologi Islam), (Bandung: Mizan, 1996) h. 234
derajatnya dari pada wanita tetapi lebih kepada konteks perkawinan tersebut. Seandainya
wanita yang memberi mas kawin maka, di sini seorang wanita yang mempunyai satu derajat
tersebut.
Dari ayat diatas, sering para ulama’, kiyai, bahkan para mufassir klasik, seperti al-Razy,
at-Thabary, al- Qurthubi, Ibnu katsir dan lain-lain mempunyai pandangan yang sama bahwa,
laki-laki adalah mahluk superior dan perempuan inferior, karena fisik dan akal laki-laki lebih
unggul dari perempuan. Mereka juga sepakat bahwa superioritas laki-laki adalah kodrat
(ciptaan tuhan), fitrah, intrinsik, inheren (melekat) bahkan para mufassir kontemporer juga
tidak membawa perubahan yang signifikan. 9
Ayat tersebut mengisyaratkan adanya pengebirian hak-hak wanita, dan tidak
memperlakukan kaum wanita dengan adil. Karena perempuan tidak boleh menjadi seorang
pemimpin, dan yang harus menjadi pemimpin adalah laki-laki. Otoritas ayat tersebut juga
didukung dengan hadis yang artinya”tidak akan pernah beruntung negara yang dipimpin oleh
perempuan”. Dan hal tersebut sudah menjadi doktrin di masyarakat Islam. Padahal kalau
dikaji lagi, Kata al-qawwam dalam terminology Al-Qur’an maksudnya adalah segala sesuatu
yang menyangkut kepemimpinan dan managerial. Yang mengacu pada kemampuan
pemeliharaan dan managerial. Bukan merupakan indikator atau karakteristik orang yang
sanggup menerima tanggung jawab ini.
Jadi lebih pada tanggung jawab kepemimpinan dalam rumah tangga (masalah
ekonomi keluarga) bukan pemimpin dalam arti yang luas. Karena laki-laki mempunyai
tanggung jawab untuk memberi nafkah dan membelanjakan hartanya untuk perempuan.
Berdasarkan konteks diturunkan ayat di atas, struktur social pada masa itu tidak mengakui
kesetaraan laki-laki dan perempuan. Orang tidak dapat mengambil pandangan yang semata-
mata teologis dalam hal semacam ini. Tetapi juga harus menggunakan pandangan sisio-
teologis.
Bahkan Al-Qur’an pun terdiri dari ajaran normatif dan kontekstual. Tidak ada kitab
suci yang efektif jika mengabaikan unsure kontekstual. Dengan demikian, dari ayat ini jelas
bahwa (keunggulan) yang diberikan Allah kepada laki-laki atas perempuan bukan
keunggulan jenis kelamin. Melainkan karena fungsi fungsi social pada waktu itu. Laki-laki
mencari nafkah untuk perempuan, dari fakta ini keunggulan laki-laki adalah karena
fungsional atas perempuan.
Karena pada waktu itu kedudukan wanita sangat rendah, dan pekerjaan domestic
dianggap sebagai kewajiban. Sedangkan laki-laki menganggap bahwa dirinya lebih ungul
9
Husein Muhammad, Islam agama ramah perempuan, (Yogyakarta : LKiS, 2004), h. 8
(superior) karena kekuasaan dan kemampuan mereka mencari nafkah. Al-Qur’an hanya
mengatakan bahwa laki-laki adalah qawwam (pemberi nafkah atau pengatur urusan keluarga)
dan tidak mengatakan bahwa mereka harus menjadi qawwam, kata “adalah qawwam”
merupakan sebuah pernyataan kontekstual, bukan normative. Maksudnya, bukan berarti
keunggulan kelamin laki-laki terhadap kelamin perempuan yang berbeda sifatnya penuh.10
Seandainya al-Qur’an mengatakan bahwa laki-laki harus menjadi qawwam, maka akan
menjadi pernyataan normative dan pastilah akan mengikat bagi semua perempuan pada
semua zaman dan dalam semua keadaan. Tetapi Allah tidak menginginkan hal itu.
Dengan demikian al-Qur’an tidak melarang perempuan sebagai pemimpin dan
pemberi nafkah. Kesalahpahaman terhadap penafsiran ayat-ayat seperti ini,
dikarenakan Agama hanya dimanifestasi dalam penafsiran terhadap teks saja, banyak
orang menganggap teks itu sama dengan agama, yang memiliki sakralitas dan keabadian.
Sehingga menyebabkan persepsi bahwa Islam adalah agama bias gender. yang menunjukkan
supremasi laki-laki dari pada perempuan. Padahal laki-laki dan perempuan sama-sama diberi
kelebihan oleh Allah untuk saling melengkapi. Laki-laki diberi kelebihan ketegaran fisik dan
perempuan diberi organ reproduksi yang keduanya diarahkan untuk menjalankan fungsi
regenerasi. Karena secara biologis perempuan harus menjalani fungsi reproduksi, maka
kebutuhan finansial dibebankan kepada laki-laki. Oleh karena itu, nafkah harus diarahkan
sebagai upaya mendukung regenarasi dan bukan sebagai legitimasi superioritas laki-laki.
Sebagaimana yang dijelaskan di atas, Islam sebagai agama rahmatan lili alamin
(agama yang menebar rahmat bagi alam semesta), salah satu bentuk dari rahmat tersebut
adalah pengakuan terhadap keutuhan kemanusiaan perempuan yang setara dengan laki-laki.
Yang menjadi ukuran kemulyaan seseorang disisi tuhannya adalah kadar ketaqwaannya tanpa
membedakan, suku, ras, etnik dan jenis kelamin. Sebagaimana dalam surat al-Hujurat ayat:
13 Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal.

10
Mudir, Perempuan dalam Al-Quran (Studi tafsir Al-mahar), (Semarang: Wali Songgo Press , 2010), h. 82
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Feminisme adalah suatu faham yang menuntut kesetaraan laki-laki dan perempuan.
Karena realitas perempuan yang diposisikan sebagai “manusi kelas dua”
Munculnya feminisme tidak dapat dilepaskan dari perjalanan panjang sejarah
perjuangan kaum perempuan barat menuntut kebebasannya. Karena perempuan tidak
memiliki tempat di tengah masyarakat, mereka diabaikan, tidak memiliki sesuatu pun, dan
tidak boleh mengurus apapun. Bahkan dalam masyarakat feodal, mitologi filsafat dan teologi
gereja sarat dengan pelecehan feminitas; wanita diposisikan sebagai sesuatu yang rendah,
yaitu sebagai sumber godaan dan kejahatan. Sejarah barat inilah yang dianggap tidak
memihak kaum perempuan.

DAFTAR PUSTAKA

Connolly, Peter. Approaches to the study of religion ; Aneka pendekatan studi


agama,terj.Imam Khoiri, (Yogyakarta : LKiS Printing Cemerlang, 2002).

Dadang, S. Anshari, ed. dkk. Membincangkan Feminis (refleksi muslimah atas peran social
seorang wanita), (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997).

Esha, Muhammad in’am. Filsafah kalam sosial, (Malang : UIN Maliki Press, 2010).

Fakih, Mansour.Analisis Gender dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,


1996)

Hidayatullah, Syarif. Studi Agama suatu pengantar, (Yogyakarta : Tiara wacana, 2011).

Husein Muhammad, Islam agama ramah perempuan, (Yogyakarta : LKiS, 2004).

Ismail, Nur Jannah. Perempuan dalam Pasungan (bias laki-laki dalam penafsiran),
(Yogyakarta: LKIS, 2003).

Kementrian Agama RI, Kedudukan dan peran wanita, (Jakarta : Lajnah pentashihan mushaf
Al-Quran, 2012).
Margaret L. Andersen, Thinking About Women : Persfektives on Sex and Gender , ed. Ke-2,
(New York :Mc Millan Pub.co., 1998).

Mufida Ch., Paradigma Gender, (Malang : Bayumedia Publishing, 2004).

Mudir, Perempuan dalam Al-Quran (Studi tafsir Al-mahar), (Semarang: Wali Songgo Press ,
2010).

Murata, Sachiko. The TAO of Islam (A sourcebook on gender relationship in Islamic


thought) (New York, State University of new york press, 1992) [trej. Rahmani Astuti,
Nasrullah, (kitab rujuakan tentang relasi gender dalam kosmologi dan teologi Islam),
(Bandung: Mizan, 1996).

Nasarudin Umar, dkk., Pemahaman Islam dan tantangan keadilan gender, (Yogyakarta :
Grama Media, 2002).

Ni Komang Arie Suwastini , perkembangan feminisme barat dari abad kedelapan belas
hingga postfeminisme: sebuah tinjauan teoretis, Vol. 2, No. 1, April 2013.

Ratna Megawati, Perkembangan teori feminisme masa kini dan mendatang serta kaitannya
dengan pemikiran keislaman, (Surabaya : Rislah gusti, 1996).

Shihab, Quraish. Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996).

Anda mungkin juga menyukai