Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FIKIH BKI

JUAL BELI DALAM


ISLAM
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Fikih BKI
Dosen Pengampu: Siti Kulsum,S.Psi.,M.Pd

Disusun oleh :
Kelompok 6
1. Yadi Supriyadi
2203060045
2. Ihsan Mu‟tasim
Bilah 2203060022
3. Nur Asiah Jamil
2203060033

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT NAHDLATUL ULAMA CIAMIS
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Alloh SWT,serta sholawat dan salam kita
panjatkan kepada junjungan kita,Nabi Agung Muhammad SAW.Karena atas hidayah-Nyalah
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.Makalah ini kami sampaikan kepada dosen
pengampu,tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu yang telah berjasa mencurahkan
ilmunya kepada kami dengan ikhlas mengajar mata kuliah Fikih BKI.

Kami memohon maaf kepada Ibu dosen khususnya,umumnya kepada para pembaca
apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam karya tulis ini,baik dari segi bahasanya
maupun isinya ,kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada semua
pembaca demi lebih baiknya karya-karya tulis yang akan datang.

Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini,bermanfaat bagi semua orang khususnya
untuk kami sendiri maupun untuk pembaca.Atas perhatiannya,kami mengucapkan terimakasih

Ciamis,04 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN.............................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................................2
C. TUJUAN............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................3

A. PENGERTIAN JUAL BELI..............................................................................................3


B. DALIL AL-QUR‟AN........................................................................................................4
C. RUKUN DAN SYARAT JUAL BELI..............................................................................5
D. MACAM-MACAM JUAL BELI.......................................................................................6

BAB III KESIMPULAN...............................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................8

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang membahas tentang sifat, metode, dan
tujuan ilmu pengetahuan. Seiring dengan kemajuan dan kompleksitas pengetahuan manusia,
filsafat ilmu menjadi semakin relevan dalam memahami aspek-aspek epistemologi dan
metodologi dalam ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu membantu kita mempertanyakan asumsi,
prinsip, dan implikasi dari praktik ilmiah, serta mencari pemahaman yang lebih mendalam
tentang batasan dan kemungkinan pengetahuan manusia.
B. Rumusan Masalah
Dalam konteks ini, makalah ini akan menjawab beberapa pertanyaan utama, yaitu:

1. Apa definisi filsafat ilmu dan bagaimana hubungannya dengan ilmu pengetahuan?

2. Bagaimana perkembangan filsafat ilmu seiring dengan perkembangan ilmu


pengetahuan?

3. Apa peran filsafat ilmu dalam memahami sifat pengetahuan dan proses ilmiah?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Menjelaskan konsep dan definisi filsafat ilmu serta hubungannya dengan ilmu
pengetahuan.

2. Menganalisis perkembangan filsafat ilmu dalam sejarah dan konteks ilmu pengetahuan
modern.

3. Menyoroti peran penting filsafat ilmu dalam memahami sifat pengetahuan dan proses
ilmiah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Ilmu


1. Pengertian Dan Cakupan Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang mempelajari sifat, metode, dan
tujuan ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu berupaya untuk memahami esensi ilmu
pengetahuan, mempertanyakan asumsi dan prinsip-prinsipnya, serta menganalisis
implikasi filosofis yang mendasari praktik ilmiah. Dalam konteks ini, filsafat ilmu
mengeksplorasi berbagai pertanyaan fundamental tentang bagaimana pengetahuan
diperoleh, apa yang dapat diketahui, dan bagaimana pengetahuan itu dikonstruksi.

Filsafat ilmu melibatkan refleksi kritis terhadap ilmu pengetahuan dengan tujuan
memahami dasar-dasar pemikiran dan prinsip-prinsip yang membentuk landasan
pengetahuan. Filsuf ilmu mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan filosofis seperti
sifat objektivitas pengetahuan, hubungan antara teori dan pengamatan, peran
paradigma dalam perkembangan ilmu, serta etika dan nilai-nilai dalam praktik ilmiah.

Pendekatan filsafat ilmu mencakup analisis konseptual, pemikiran kritis, dan


penilaian rasional terhadap teori dan metode ilmiah. Tujuan dari filsafat ilmu adalah
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang epistemologi ilmu
pengetahuan, mengklarifikasi konsep-konsep penting dalam ilmu pengetahuan, serta
mempertanyakan asumsi dan batasan yang mungkin tersembunyi dalam praktik ilmiah.

Dengan demikian, filsafat ilmu berfungsi sebagai landasan filosofis yang


mendukung dan memberikan kerangka pemahaman bagi ilmu pengetahuan,
memungkinkan refleksi kritis terhadap aspek-aspek epistemologi dan metodologi, serta
memberikan kontribusi dalam mengembangkan pemikiran dan pemahaman tentang
pengetahuan manusia.

Banyak para ahli mengemukakan pendapat terkait definisi dar filsafat ilmu itu
sendiri,diantaranya:
1) Thomas Kuhn

5
Kuhn mengemukakan konsep revolusi ilmiah dan pergeseran paradigma
dalam bukunya yang berjudul "The Structure of Scientific Revolutions" (1962).
Menurut Kuhn, ilmu pengetahuan berkembang melalui siklus paradigma, di
mana perkembangan ilmiah tidak hanya bersifat kumulatif, tetapi juga
melibatkan perubahan radikal dalam cara ilmu pengetahuan dilihat dan
dipahami.
2) Karl Popper
Popper menekankan pentingnya falsifikasi sebagai kriteria utama untuk
menentukan kebenaran suatu teori ilmiah. Menurutnya, ilmu pengetahuan harus
dapat diuji secara empiris dan terbuka terhadap kritik. Popper memaparkan
pemikirannya dalam bukunya yang berjudul "The Logic of Scientific Discovery"
(1959).
3) Bas C. Van Fraassen
Van Fraassen memperkenalkan konsep "penerimaan" dalam ilmu
pengetahuan. Ia berargumen bahwa tujuan ilmu pengetahuan bukanlah mencari
kebenaran mutlak, tetapi membangun teori yang berhasil menjelaskan dan
memprediksi fenomena yang diamati.

4) Sandra Harding
Harding menyoroti aspek-aspek sosial dan politik dalam produksi
pengetahuan ilmiah. Pendekatannya, yang dikenal sebagai feminisme ilmiah
atau perspektif feminis dalam ilmu pengetahuan, mempertanyakan asumsi dan
bias yang mungkin ada dalam praktik ilmiah.
Filsafat ilmu mencakup berbagai aspek yang berkaitan dengan sifat, metode, dan
tujuan ilmu pengetahuan. Beberapa cakupan penting dalam filsafat ilmu meliputi:

a. Ontologi Ilmu: Membahas tentang sifat dan kategori realitas yang dipelajari oleh
ilmu pengetahuan. Ontologi ilmu mencakup pertanyaan-pertanyaan tentang
keberadaan, entitas, dan struktur dasar di dalam dunia ilmiah.

b. Epistemologi Ilmu: Membahas tentang sifat pengetahuan ilmiah dan cara


memperolehnya. Epistemologi ilmu melibatkan pertanyaan-pertanyaan tentang
kebenaran, justifikasi, dan kriteria validitas dalam ilmu pengetahuan.

6
c. Metodologi Ilmu: Membahas tentang metode-metode yang digunakan dalam
ilmu pengetahuan untuk mengumpulkan data, membuat hipotesis, menguji teori,
dan mengembangkan pengetahuan. Metodologi ilmu melibatkan pertanyaan-
pertanyaan tentang desain penelitian, pengumpulan data, analisis statistik, dan
validitas hasil penelitian.

d. Filosofi Sains: Membahas tentang aspek-aspek filosofis dalam praktik ilmiah,


termasuk penjelasan ilmiah, konfirmasi teori, revolusi ilmiah, paradigma, dan
peran sejarah dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

e. Etika Ilmu: Membahas tentang aspek-etika dalam kegiatan ilmiah, termasuk


tanggung jawab peneliti, perlakuan terhadap subjek penelitian, integritas data,
dan penggunaan hasil penelitian secara etis.

f. Sosiologi Ilmu: Membahas tentang konteks sosial, politik, dan ekonomi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk faktor-faktor sosial yang
memengaruhi produksi pengetahuan dan interaksi antara ilmu pengetahuan dan
masyarakat.

2. Objek studi dan pertanyaan-pertanyaan filosofis dalam filsafat ilmu.

Objek studi dalam filsafat ilmu adalah sifat, metode, dan tujuan ilmu pengetahuan.
Dalam mempelajari filsafat ilmu, terdapat beberapa pertanyaan filosofis yang menjadi
fokus utama diskusi. Beberapa pertanyaan filosofis dalam filsafat ilmu meliputi:

a. Apa itu pengetahuan? Pertanyaan ini mencakup diskusi tentang sifat dan kriteria
kebenaran dalam ilmu pengetahuan. Apakah pengetahuan hanya didasarkan pada
fakta empiris atau juga melibatkan aspek-aspek lain seperti keyakinan dan
justifikasi rasional?

b. Apa sumber pengetahuan? Pertanyaan ini berkaitan dengan asal-usul pengetahuan


dan bagaimana kita memperoleh pengetahuan yang sahih. Apakah pengetahuan
berasal dari pengalaman sensoris, akal budi, otoritas, atau kombinasi dari berbagai
faktor?

7
c. Bagaimana cara validasi pengetahuan? Pertanyaan ini melibatkan diskusi tentang
kriteria validitas dalam ilmu pengetahuan. Bagaimana cara memastikan bahwa
pengetahuan yang kita miliki adalah benar dan dapat diandalkan? Apakah metode
ilmiah dan pengujian empiris adalah satu-satunya cara untuk memvalidasi
pengetahuan?

d. Apakah ada batasan pada pengetahuan? Pertanyaan ini mengajukan apakah ada
batasan atau keterbatasan pada pengetahuan manusia. Apakah ada batas dalam
pemahaman manusia terhadap realitas atau ada hal-hal yang secara inheren tidak
dapat diketahui?

e. Bagaimana cara ilmu pengetahuan berkembang? Pertanyaan ini berkaitan dengan


evolusi ilmu pengetahuan dari waktu ke waktu. Bagaimana ilmu pengetahuan
berevolusi, mengadopsi paradigma baru, dan mengubah pandangan kita terhadap
dunia?

f. Apakah ilmu pengetahuan objektif? Pertanyaan ini melibatkan diskusi tentang


apakah ilmu pengetahuan merupakan usaha objektif yang terlepas dari bias dan
perspektif individu. Bagaimana faktor-faktor sosial dan budaya mempengaruhi cara
kita memahami dan melaksanakan ilmu pengetahuan?

Pertanyaan-pertanyaan ini hanya sebagian kecil dari pertanyaan filosofis yang


diajukan dalam filsafat ilmu. Filsafat ilmu terus berkembang dan melibatkan
refleksi mendalam tentang sifat, metode, dan implikasi dari ilmu pengetahuan.
3. Hubungan antara filsafat ilmu dengan epistemologi dan metodologi ilmu
pengetahuan.

Filsafat ilmu memiliki hubungan erat dengan epistemologi dan metodologi ilmu
pengetahuan,diantaranya;

1. Hubungan dengan Epistemologi: Epistemologi adalah cabang filsafat yang


mempelajari sifat pengetahuan dan cara memperolehnya. Filsafat ilmu dan
epistemologi saling terkait karena keduanya berfokus pada aspek epistemologis
dalam ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu membahas pertanyaan-pertanyaan filosofis
tentang sifat pengetahuan ilmiah, kriteria kebenaran, justifikasi, dan sumber

8
pengetahuan. Diskusi tentang kebenaran ilmiah, metode validasi, dan tingkat
kepastian pengetahuan adalah bagian dari epistemologi ilmu pengetahuan.

2. Hubungan dengan Metodologi: Metodologi ilmu pengetahuan berkaitan dengan


metode-metode yang digunakan dalam ilmu pengetahuan untuk mengumpulkan
data, menganalisis informasi, menguji hipotesis, dan membangun teori. Filsafat ilmu
mempertanyakan dasar dan implikasi dari metode ilmiah. Diskusi tentang metode
ilmiah, kesahihan data, generalisasi, dan penggunaan prinsip-prinsip metodologis
tertentu merupakan bagian dari pembahasan dalam filsafat ilmu. Filsafat ilmu juga
membahas tentang perubahan paradigma dalam ilmu pengetahuan dan pengaruhnya
terhadap metode penelitian.

Dalam praktiknya, filsafat ilmu, epistemologi, dan metodologi ilmu pengetahuan


saling melengkapi. Filsafat ilmu mempertanyakan dasar epistemologis dan metodologis
ilmu pengetahuan, sementara epistemologi memberikan kerangka pemahaman tentang
sifat pengetahuan, dan metodologi mengarahkan langkah-langkah praktis dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Ketiganya saling berkontribusi dalam memahami
aspek-aspek filosofis, epistemologis, dan metodologis dalam ilmu pengetahuan.

B. Perkembangan Filsafat Ilmu


1. Filsafat ilmu dalam sejarah pemikiran filosofis.
Filsafat ilmu memiliki sejarah panjang dalam pemikiran filosofis. Berikut adalah
beberapa poin penting dalam perkembangan filsafat ilmu sepanjang sejarah:
a) Yunani Kuno:

Filsafat ilmu memiliki akar-akarnya di Yunani Kuno, terutama dengan


kontribusi dari para filsuf seperti Thales, Pythagoras, Plato, dan Aristoteles.
Mereka berusaha memahami dunia secara rasional dan mengeksplorasi
pertanyaan-pertanyaan tentang asal-usul alam semesta, dasar-dasar pengetahuan,
dan metode penelitian. Plato dan Aristoteles memperkenalkan konsep-konsep
seperti bentuk ideal, metode deduktif, dan logika yang menjadi dasar bagi
pengembangan filsafat ilmu di masa depan.
b) Abad Pertengahan:

9
Selama Abad Pertengahan, filsafat ilmu dikembangkan dalam konteks
filsafat Scholastic. Filsuf seperti Thomas Aquinas mengintegrasikan pemikiran
Aristoteles dengan teologi Kristen dan memperkenalkan gagasan-gagasan tentang
akal budi, sumber pengetahuan, dan hubungan antara iman dan akal. Selain itu,
pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang alkimia dan kedokteran juga
mempengaruhi pemikiran tentang metode ilmiah.
c) Zaman Pencerahan:

Pada Zaman Pencerahan, filsafat ilmu mengalami perkembangan yang


signifikan. Filsuf seperti Francis Bacon, René Descartes, dan David Hume
menyoroti pentingnya pengamatan empiris, penggunaan metode deduktif, dan
kritisisme terhadap pengetahuan yang dianggap dogmatis. Bacon mengemukakan
metode induktif sebagai landasan bagi penelitian ilmiah, Descartes mengusulkan
metode keraguan dan penekanan pada penalaran rasional, sedangkan Hume
membahas keraguan terhadap penyimpulan berdasarkan pengalaman.
d) Abad Modern:

Pada abad ke-19 dan ke-20, filsafat ilmu berkembang dengan kontribusi
dari para pemikir seperti Karl Popper, Thomas Kuhn, dan Imre Lakatos. Popper
membahas falsifikasi sebagai kriteria untuk membedakan sains dari pseudosains,
sementara Kuhn memperkenalkan konsep pergeseran paradigma dalam
perkembangan ilmiah. Lakatos mengajukan gagasan tentang program penelitian
ilmiah dan peran metodologi dalam pembangunan teori ilmiah.
Perkembangan filsafat ilmu terus berlanjut hingga saat ini, dengan kontribusi
dari berbagai aliran pemikiran seperti positivisme logis, konstruktivisme, dan
naturalisme. Filsafat ilmu terus menggali pertanyaan-pertanyaan tentang sifat ilmu
pengetahuan, metode ilmiah, validitas pengetahuan, dan hubungannya dengan dunia
nyata.

2. Kontribusi tokoh-tokoh terkenal dalam pengembangan filsafat ilmu.


Dalam perkembangannya,banyak sekali ilmuan-ilmuan yang mengambil bagian
dalam mengembangkan filsafat ilmu sehingga filsafat ilmu dapat berkembang hingga
saat ini. Diantara beberapa tokoh terkenal dalam pengembangan filsafat ilmu beserta
kontribusi mereka ialah;

1
0
a) Francis Bacon:

Francis Bacon adalah seorang filsuf dan ilmuwan Inggris pada abad ke-
17. Kontribusinya yang terkenal adalah dalam pengembangan metode ilmiah. Ia
memperkenalkan metode induktif yang melibatkan pengumpulan data melalui
pengamatan empiris, penyusunan hipotesis, pengujian, dan penarikan
kesimpulan. Pendekatan induktif Bacon menjadi landasan penting dalam metode
ilmiah modern.
b) René Descartes:

René Descartes adalah seorang filsuf dan matematikawan Prancis pada


abad ke-17. Kontribusinya terletak pada pengembangan metode keraguan dan
penekanan pada penalaran rasional. Ia memperkenalkan metode deduktif yang
melibatkan penggunaan keraguan sistematis dan membangun argumen-argumen
berdasarkan prinsip-prinsip yang jelas dan meyakinkan. Pendekatan deduktif
Descartes menjadi penting dalam filsafat ilmu dan pemikiran rasional.
c) Karl Popper:

Karl Popper adalah seorang filsuf Austria pada abad ke-20 yang
memberikan kontribusi penting dalam pemikiran tentang metodologi ilmiah. Ia
mengajukan falsifikasi sebagai kriteria utama untuk membedakan sains dari
pseudosains. Menurut Popper, sebuah teori ilmiah harus dapat diuji secara
empiris dan terbuka untuk pengujian yang dapat membuktikan kebenarannya atau
mengungkapkan ketidakbenarannya. Pendekatan falsifikasi Popper mengubah
pemahaman tentang validitas pengetahuan ilmiah.
d) Thomas Kuhn:

Thomas Kuhn adalah seorang filsuf sains Amerika pada abad ke-20.
Kontribusinya terletak pada konsep pergeseran paradigma dalam perkembangan
ilmiah. Dalam bukunya yang terkenal, "The Structure of Scientific Revolutions",
Kuhn menyatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan tidak berlangsung
secara linear, tetapi melalui perubahan paradigma. Ia menekankan bahwa ilmu
pengetahuan mengalami revolusi konseptual yang mengubah cara pandang dan
metode ilmiah. Pemikiran Kuhn memberikan pemahaman yang lebih dinamis

1
1
tentang perkembangan ilmu pengetahuan.
e) Imre Lakatos:

Imre Lakatos adalah seorang filsuf sains Hungaria pada abad ke-20.
Kontribusinya terletak pada pengembangan gagasan tentang program penelitian
ilmiah. Ia mengusulkan bahwa perkembangan teori ilmiah dapat dilihat sebagai
program penelitian dengan siklus yang berulang, termasuk formulasi, pengujian,
dan penyempurnaan. Pendekatan Lakatos memberikan pemahaman yang lebih
komprehensif tentang cara ilmu pengetahuan berkembang dan terus mengalami
modifikasi.

3. Revolusi ilmiah dan pergeseran paradigma dalam filsafat ilmu.


Revolusi ilmiah dan pergeseran paradigma merupakan konsep-konsep penting
dalam filsafat ilmu karena mereka menunjukkan bahwa perkembangan ilmu
pengetahuan tidaklah stabil dan kontinu, tetapi melibatkan perubahan yang mendasar
dalam pemahaman, metode, dan teori ilmiah. Beberapa hal yang perlu difahami dari
Revolusi Ilmiah dan Peregeseran paradigma ialah sebagai berikut;
a) Revolusi Ilmiah

Revolusi ilmiah merujuk pada perubahan drastis dalam pemahaman dan


praktik ilmiah yang terjadi dalam suatu periode waktu tertentu. Revolusi ilmiah
melibatkan pergeseran paradigma, perubahan fundamental dalam cara ilmuwan
memandang dunia, bertanya tentangnya, dan melakukan penelitian. Revolusi
ilmiah sering kali muncul sebagai hasil dari penemuan, eksperimen, atau pemikiran
yang menggoyahkan keyakinan dan pengetahuan yang ada. Contoh revolusi ilmiah
yang terkenal adalah revolusi Copernican, di mana pandangan geosentris tentang
alam semesta digantikan oleh pandangan heliosentris yang diajukan oleh Nicolaus
Copernicus.

b) Pergeseran Paradigma

Pergeseran paradigma terjadi ketika cara pandang, pemahaman, dan


pendekatan dalam suatu bidang ilmu mengalami perubahan yang mendasar.
Pergeseran paradigma mencakup perubahan dalam konsep-konsep, teori, metode,

1
2
dan praktik dalam suatu disiplin ilmu. Pergeseran paradigma terjadi ketika
paradigma yang lama digantikan oleh paradigma baru yang memberikan
pemahaman yang lebih komprehensif atau mengatasi kelemahan paradigma
sebelumnya. Contohnya adalah pergeseran paradigma dari fisika Newtonian ke
fisika relativitas Einstein atau pergeseran paradigma dari pandangan vitalisme ke
pandangan mekanistik dalam biologi.

C. Peran Filsafat Ilmu Dalam Memahami Ilmu Pengetahuan


1. Analisis konseptual dalam ilmu pengetahuan
Analisis konseptual dalam ilmu pengetahuan adalah suatu pendekatan untuk
memahami dan mengklarifikasi makna konsep-konsep yang digunakan dalam ilmu
pengetahuan. Ini melibatkan pemecahan konsep-konsep kompleks menjadi elemen-
elemen yang lebih sederhana, dan memeriksa hubungan dan pengaturan mereka untuk
memperoleh pemahaman yang lebih jelas dan terinci.
Analisis konseptual melibatkan beberapa langkah, termasuk:
a) Identifikasi konsep yang akan dianalisis
Langkah pertama adalah mengidentifikasi konsep yang ingin dianalisis. Konsep
tersebut dapat berupa istilah, prinsip, teori, atau ide yang digunakan dalam ilmu
pengetahuan.
b) Pemecahan konsep
Konsep yang kompleks dipecah menjadi elemen-elemen yang lebih sederhana atau
definisi yang lebih jelas. Pemecahan konsep membantu dalam memahami aspek-
aspek yang terkait dan mengklarifikasi pemahaman tentang konsep tersebut.
c) Analisis hubungan dan pengaturan
Setelah pemecahan konsep dilakukan, analisis dilakukan terhadap hubungan dan
pengaturan antara elemen-elemen yang diidentifikasi. Ini melibatkan memeriksa
keterkaitan antara konsep dengan konsep lainnya, bagaimana konsep tersebut
terhubung dengan teori atau prinsip lain, serta bagaimana mereka berkontribusi
pada pemahaman yang lebih luas dalam ilmu pengetahuan.
d) Klarifikasi dan definisi
Langkah terakhir adalah mengklarifikasi dan mendefinisikan kembali konsep-
konsep yang dianalisis. Ini dapat melibatkan penentuan batasan yang lebih jelas,
1
3
menghilangkan ambiguitas, dan menyediakan definisi yang lebih tepat untuk
penggunaan dalam konteks ilmu pengetahuan.
Analisis konseptual berperan penting dalam membangun dasar yang kuat untuk
pemahaman ilmiah. Dengan menganalisis dan mengklarifikasi konsep-konsep yang
digunakan, ilmuwan dapat menghindari kesalahpahaman, menyepakati makna yang
umum, dan membangun pemahaman yang lebih terstruktur dan konsisten dalam ilmu
pengetahuan. Analisis konseptual juga memfasilitasi komunikasi yang efektif antara
ilmuwan dalam bidang yang sama dan membantu dalam pengembangan teori dan
penelitian lebih lanjut.
2. Implikasi filosofis dari praktik ilmiah.
Praktik ilmiah memiliki beberapa implikasi filosofis yang signifikan,di antaranya:

1. Realisme ilmiah

Praktik ilmiah didasarkan pada realisme ilmiah, yaitu keyakinan bahwa dunia
nyata ada di luar pemikiran dan persepsi manusia, dan dapat dipelajari dan
dipahami melalui metode ilmiah. Ini mengimplikasikan bahwa ada objektivitas
dalam pengetahuan ilmiah yang mencoba mencerminkan fakta-fakta obyektif
tentang dunia.

2. Empirisme

Praktik ilmiah menekankan pentingnya pengamatan, pengukuran, dan


pengumpulan data secara empiris sebagai landasan bagi pengetahuan yang valid
dan objektif. Pendekatan empiris ini memiliki implikasi filosofis dalam
memandang pengalaman manusia dan dunia fisik sebagai sumber pengetahuan
yang paling andal.

3. Skeptisisme ilmiah

Praktik ilmiah mencakup sikap skeptisisme terhadap klaim pengetahuan yang


tidak didukung oleh bukti empiris atau metode ilmiah. Hal ini menunjukkan
pentingnya verifikasi, pengujian, dan reproduksi hasil penelitian sebagai
landasan kebenaran ilmiah.

4. Rasionalisme

1
4
Praktik ilmiah juga melibatkan penggunaan pemikiran rasional dan logika dalam
merumuskan hipotesis, menganalisis data, dan menarik kesimpulan.
Implikasinya adalah bahwa pemikiran rasional dan argumentasi logis berperan
penting dalam membangun pengetahuan ilmiah yang kokoh.

5. Metodologi

Praktik ilmiah melibatkan penggunaan metode ilmiah yang terstruktur dan teruji
untuk menyelidiki fenomena alam. Implikasinya adalah bahwa metode ilmiah
memberikan kerangka kerja yang sistematis dan obyektif untuk menyusun
penelitian, mengumpulkan data, menganalisis hasil, dan mencapai kesimpulan
yang dapat dipercaya.

6. Revisi dan kemajuan pengetahuan

Praktik ilmiah mendorong sikap terbuka terhadap revisi dan kemajuan


pengetahuan. Prinsip falsifikasi dan replikasi eksperimen mendorong ilmuwan
untuk terus menguji dan meninjau ulang teori-teori yang ada, dan untuk
memperbarui pengetahuan mereka berdasarkan bukti yang baru.

Implikasi filosofis ini membantu membentuk landasan epistemologis ilmu


pengetahuan dan membedakannya dari pendekatan lain dalam mencari pengetahuan.
Mereka menegaskan nilai penting dari metode ilmiah, pengujian empiris, logika
rasional, dan keterbukaan terhadap revisi sebagai aspek integral dari praktik ilmiah yang
bertujuan untuk memperoleh pengetahuan yang dapat diandalkan tentang dunia.
3. Aspek etika, sosial, dan politik dalam ilmu pengetahuan.
Aspek etika, sosial, dan politik dalam ilmu pengetahuan menyoroti pertimbangan
yang melampaui aspek teknis dan epistemologis dari penelitian ilmiahAspek-aspek
tersebut ialah;

a) Etika dalam ilmu pengetahuan: Etika melibatkan pertimbangan tentang apa


yang benar dan salah, baik dan buruk, dalam praktik ilmiah. Etika dalam ilmu
pengetahuan mencakup prinsip-prinsip seperti integritas, kejujuran,
akuntabilitas, dan penghormatan terhadap hak dan kesejahteraan subjek
penelitian. Etika juga melibatkan kewajiban ilmuwan untuk menghindari

1
5
penyalahgunaan kekuasaan, penipuan, plagiat, atau manipulasi data. Kode etik
dan pedoman penelitian sering digunakan untuk memandu perilaku etis dalam
ilmu pengetahuan.

b) Sosial dalam ilmu pengetahuan: Aspek sosial dalam ilmu pengetahuan


mencakup pengaruh dan konsekuensi sosial dari penelitian ilmiah. Ilmu
pengetahuan sering kali memiliki dampak yang luas pada masyarakat dan
lingkungan. Oleh karena itu, ilmuwan harus mempertimbangkan implikasi sosial
dari penelitian mereka, termasuk dampaknya pada keseimbangan kekuasaan,
ketidaksetaraan, keragaman, dan keadilan sosial. Pemahaman terhadap aspek
sosial memungkinkan ilmuwan untuk mempertimbangkan implikasi dan
tanggung jawab mereka terhadap masyarakat yang lebih luas.

c) Politik dalam ilmu pengetahuan: Aspek politik dalam ilmu pengetahuan


mengacu pada pengaruh politik dan kepentingan kekuasaan dalam penelitian dan
penggunaan ilmu pengetahuan. Politik dapat mempengaruhi pembiayaan
penelitian, prioritas penelitian, regulasi, dan penggunaan hasil penelitian.
Ilmuwan harus menyadari dan mempertimbangkan konteks politik dalam praktik
ilmiah mereka, serta menjaga kemandirian, integritas, dan independensi dalam
menghasilkan pengetahuan yang tidak terpengaruh oleh tekanan politik.

Penting untuk mempertimbangkan aspek etika, sosial, dan politik dalam ilmu
pengetahuan untuk menjaga integritas, kepercayaan masyarakat, dan manfaat yang lebih
luas. Pemahaman dan kesadaran tentang implikasi ini membantu ilmuwan dalam
mengambil keputusan yang bertanggung jawab dan mengintegrasikan nilai-nilai etika,
sosial, dan politik dalam setiap tahap penelitian ilmiah.

1
6
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Makalah ini membahas tentang filsafat ilmu, termasuk cakupan, objek studi,
pertanyaan-pertanyaan filosofis, hubungan dengan epistemologi dan metodologi ilmu
pengetahuan, sejarah pemikiran filosofis, kontribusi tokoh terkenal, revolusi ilmiah,
pergeseran paradigma, analisis konseptual, dan implikasi etika, sosial, dan politik dalam
ilmu pengetahuan. Dalam makalah ini, kita dapat memahami pentingnya filsafat ilmu dalam
memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan dan melihat implikasi filosofis dalam praktik
ilmiah.

B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini tentunya sangat jauh dari kesempurnaan. Sehubungan
dengan hal tersebut,maka kami menyarankan kepada pembaca untuk :

1. Lanjutkan penelusuran: Lanjutkan penelusuran tentang filsafat ilmu dengan


membaca lebih banyak literatur dan penelitian yang relevan.

2. Terapkan dalam praktik: Terapkan pemahaman filosofis dalam praktik ilmiah Anda
dengan mempertimbangkan implikasi etika, sosial, dan politik dalam setiap langkah
penelitian.

3. Diskusikan dengan orang lain: Diskusikan ide dan pandangan Anda dengan sesama
ilmuwan atau orang yang tertarik pada filsafat ilmu untuk memperkaya pemahaman
dan mendapatkan perspektif baru.

4. Tingkatkan pemahaman sehari-hari: Terapkan konsep filosofis dalam kehidupan


sehari-hari Anda dengan mempertimbangkan implikasi etika, analisis konseptual,
dan pertimbangan dalam situasi non-ilmiah.

1
7
DAFTAR PUSTAKA

Kuhn, T. (1962). “The Structure of Scientific Revolutions”. University of Chicago Press.

Popper, K. (1959). ”The Logic of Scientific Discovery”. Routledge.


Van Fraassen, B. C. (1980). The Scientific Image. Oxford University Press.
Gunawan, A., & Rokhman, F. (2020). “Epistemologi Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif
Filsafat”. Jurnal Pendidikan Humaniora, 8(2), 129-139.

Mulyana, D., & Subanji. (2019). Epistemologi Ilmu Sosial: Perspektif Filsafat Ilmu Sosial.
Cipta Pustaka Media.
Priyanto, A., & Muchlis, M. (2019). Filsafat Ilmu dan Pendidikan Sains. Refleksi
Edukatika: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 9(1), 23-35.

1
9

Anda mungkin juga menyukai