Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FILSAFAT ILMU

Dosen Pengampuh : Rizki Muhammad Haris, M.Ag

DISUSUN OLEH :

TIKWAN (0203222063)

ANISA TANJUNG (0203222069)

ROHANI MUSTAQIM (0203222056)

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)II C

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTRA

MEDAN

2023

1
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak Rizki
Muhammad Haris, M.Ag pada mata kuliah filsafat ilmu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi kami yang menulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Rizki Muhammad Haris, M.Ag selaku
dosen mata kuliah filsafat ilmu yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang kami tekuni.

kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Medan, 16 April 2022

Kelompok 11

3
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BAB I ..................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...............................................................................................................4

A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................6
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................6

BAB II.................................................................................................................................

PEMBAHASAN..................................................................................................................

A. Etika keilmuan.........................................................................................................7
B. Aliran- aliran aksiologi ...........................................................................................10
C. Aksiologi keislaman ...............................................................................................12

BAB III................................................................................................................................15

PENUTUP...........................................................................................................................15

A. Kesimpulan..............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.................................................………………………………….16

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagi sebagian orang, studi dalam filsafat atau filsafat ilmu dipandang sebagai sesuatu yang
kurang menarik karena dianggap tidak demikian korespondensi dengan kehidupan sosial. studi
filsafat Sementara itu, lebih banyak mengasah pada pemikiran abstrak, sedangkan
Kehidupan sosial meliputi realitas atau fakta kehidupan yang dialami dan dihayati oleh
masyarakat. Perspektif seumpama ini tidak jarang dapat melahirkan dua kutup gaya berfikir yang
berbeda sehingga memberikan kesan bahwa di antara studi filsafat dan studi-studi sosial lainnya
berjalan dalam paradigma sendiri-sendiri.

Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang Membahas kegunaan atau manfaat
ilmu. Kajian ilmu pengetahuan telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sosial manusia.
Kemajuan suatu bangsa atau masyarakat tertentu akan sangat terpengaruh sejauh mana suatu
bangsa atau masyarakat menguasai ilmu pengetahuan. Semakin sempurna ilmunya, semakin
modern kehidupan yang bersangkutan, baik itu modernisasi ekonomi, politik, agama, iptek,
maupun sosial budaya. Di sisi lain, rendahnya semangat mempelajari ilmu menjadi penyebab
rendahnya kualitas masyarakat dan juga membuat mereka hidup dalam masyarakat miskin dan
terpinggirkan. Oleh karena itu Islam mendorong umatnya mencari ilmu dengan sunguh-sungguh.

Mengingat betapa pentingnyailmu untuk kelangsungan hidup Orang-orang, para ahli filsafat
sebelumnya mencoba membangun cara berpikir yang logis dan sistematis dalam kaitannya
dengan penelitian ilmu pengetahuan. Penelitian ini mendorong munculnya filsafat ilmu, suatu
disiplin ilmu yang bersangkutan dengan ilmu itu sendiri. Menurut Profesor Agus Sholahuddin,
filsafat ilmu membahas tentang ilmu pengetahuan dan perkembangannya dari masa ke masa,
baik bersifat teoritis, praktis, nilai maupun kebijaksanaan. Atas dasar itu, muncul berbagai
bidang ilmu, tak terkecuali bidang ilmu-ilmu sosial dengan berbagai cabang ilmunya.

5
Secara umum para ahli filsafat sepakat membagi kajian filsafat ilmu menjadi tiga (tiga) aspek
utama, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi lebih memfokuskan pembahasan
tentang hakikat ilmu, epistemologi lebih menekankan pentingnya metode atau metodologi ilmu,
dan aksiologi lebih membahas aspek manfaat atau kegunaan ilmu itu sendiri. Namun kesempatan
ini hanya mengkaji satu aspek dari tiga aspek penelitian dalam filsafat ilmu, yaitu aksiologi
dalam kaitannya dengan kemanfaatan ilmu.1

1
Al-Idarah, Vol. 3, No. 1, Januari – Juni 2019. Hal 96-97.

6
A. Rumusan Masalah

1. Apa itu etika keilmuan?


2. Apa saja aliran-aliran aksiologi?
3. Apa itu Aksiologi keislaman?

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu etika keilmuan
2. Untuk mengetahui apa saja aliran-aliran aksiologi
3. Untuk memahami apa itu aksiologi keislaman
4. Memenuhi tugas mata kuliah filsafat ilmu

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Etika keilmuan

Etika keilmuan merupakan etika normatif yang merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat
dipertanggung jawabkan secara rasional dan diterangkan dalam ilmu pengetahuan. Tujuan etika
keilmuan adalah seorang ilmuwan dapat menerapkan prinsip-prinsip moral, yaitu yang baik dan
menghindarkan yang buruk dalam perilaku keilmuanya, sehingga ia dapat menjadi ilmuwan yang
mampu mempertanggungjawabkan keilmuanya. Etika normative menetapkan kaidah-kaidah
yang mendasari pemberian penilaian terhadap perbuatan-perbuatan yang seharusnya dikerjakan
dan seharusnya terjadi serta menetapkan perbuatanyang bertentangan dengan yang seharusnya
terjadi.2

Citra keilmuan merupakan ukuran-ukuran baku yang mengarahkan pemikiran para ilmuwan
pada umumnya dalam bidang kerjanya sebagai ilmuwan. Tetapi, ideal tersebut jugaharus
menampakkan diri dalam kecenderungan perilaku setiap ilmuwan yang dapat disebut sikap
ilmuwan. Attitude atau sikap adalah suatu kecondongan yang terbentuk karena pemahaman atau
latihan untuk menanggapi secara konsisten dengan suatu cara tertentu terhadap sesuatu objek,
konsep ataupun keadaan sekeliling. Dengan demikian, sikap ilmuwan adalah suatu
kecenderungan pribadi untuk berperilaku atau memberikan tanggapan dalam hal-hal tertentu
yang sesuai dengan pemikiran ilmiahnya atau tidak bertentangan dengan citra keilmuwan pada
umumnya.

Sikap ilmiah dapat menempatkan banyak hal di bawah tekanan karakter pribadi, karakteristik
individu, sebagian Laporan tersebut menekankan sikap keilmuan terhadap netralitas diri
pertimbangan pribadi atau disinterestedness. Misalnya, Karl Person menegaskan bahwa

2
Muhammad Alfan, Pengantar Filsafat Nilai, Pustaka Setia,
Bandung , 2013. h. 144-145

8
kebiasaan untukmempertimbangkan fakta-fakta tanpa diwarnai oleh perasaanpribadi merupakan
ciri sikap keilmuan.3

Persoalan pokok etika keilmuan selalu berkaitan dengan “unsur-unsur” prinsip-prinsip moral,
yaitu hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat
utilitaristik (kegunaan). Nurani di sini adalah penghayatan terhadap kebaikan dan kejahatan
dalam kaitannya dengan perilaku manusia. Nilai dan norma etika keilmuan adalah nilai dan
norma moral. Lalu apa yang menjadi kriteria pada nilai dan norma moral itu? Nilai-nilai moral
tidak berdiri sendiri, tetapi ketika dimiliki atau menjadi milik seseorang, terkait dengan nilai-nilai
yang ada seperti nilai-nilai agama, hukum, budaya, dll. Nilai-nilai moral utama terkait dengan
tanggung jawab pribadi. norma moral menentukan apakah seseorang itu baik atau buruk dari
sudut pandang etika. Bagi seorang ilmuwan, nilai dan norma moral itu penting untuk menjadi
faktor penentu apakah dia menjadi ilmuwan yang baik atau tidak. Pertanyaan yang muncul dari
masalah ini adalah setelah ilmu itu dimiliki oleh manusia, apakah ia memiliki tanggung jawab
untuk menyertakan pertimbangan-pertimbangan diluar fungsi dari temuanya itu.4

sikap keilmuan tidak berarti hanya mengekang sesuatu kecenderungan pribadi tertentu, tetapi
lebih utama menunjukkan perilaku positif yang dominan atau kecondongan individu dalam
kehidupan sehari-hari. Michael Martin berdasarkan konsepsi sebuah Educational Policies
Commission menyebut enam kecondongan terkait dengan pengetahuan yang harus
dikembangkan melalui pendidikan. Keenam kecondongan keilmuan itu adalah: pengetahuan dan
pemahaman, kecondongan untuk mempertanyakan segala sesuatu, kecondongan untuk mencari
informasi dan makna, kecondongan menuntut suatu penguji empiris, dan penghargaan terhadap
logika. Kecondongan memeriksa kebenaran atau kesalahan kesimpulan logis yang diturunkan
dari premis.

3
The Liang Gie, Konsepsi Tentang Ilmu, Yayasan StudI Ilmu Dan Teknologi, Yogyakarta, 1984. h. 100
Teknologi, Yogyakarta, 1984. h. 100
4
HM. Chabib Thoha, F Syukur Nc. Priyono, Reformulasi Filsafat Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996, h73

9
10
B. Aliran Aksiologi

Aliran-aliran aksiologi dalam filsafat.

1.Pragmatisme.

Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani yaitu PRAGMA yang berarti tindakan atau
perbuatan sedangkan ISME di sini sama artinya dengan Isme Isme yang lain yaitu aliran atau
ajaran, jadi pragmatisme bisa diartikan sebagai suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar
adalah yang kita anggap benar berdasarkan pengalaman kita, dengan perantara akibat-akibat
yang bermanfaat secara praktis.

Selain itu pragmatisme juga dapat diartikan sebagai aliran dalam filsafat yang berpandangan
bahwa kriteria kebenaran adalah sesuatu yang memiliki kegunaan bagikehidupan
nyata.Pragmatisme menurut perkembangan zaman merupakan aliran yang paling mudah dan
juga dipandang sebagai aliran modern itu disebabkan karena pragmatisme lahir di tengah-tengah
situasi perkembangan teknologi zaman modern saat ini.

2.Idealisme.

Idealisme adalah aliran filsafat yang menganggap bahwa realitas ini terdiri dari ide ide pikiran
akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan. Lebih jelasnya idealisme
adalah aliran yang menilai baik buruknya perbuatan manusiayang berprinsip pada kerohanian
(idea).

3.Hedonisme.

Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan ataukenikmatan


adalah tujuan manusia dalam hidup mereka. Konsep moral dari hedonisme adalah
menyampaikan kebaikan dan kesenangan secarafisik selalu membawa kebaikan. Hedonisme juga
dapat disebut dengan paham kesenangan yang awalnya merupakankonsep filsafat etika.

11
4.Intuisionisme.

Intuisionisme adalah aliran filsafat yang secara istilah ialah kemampuan melewati pemikiran
perkataan akal rasional dan intelektualitas, atau lebih ringkasnya dikenaldengan istilah spontan
atau datang di luar dugaan atau kesadaran. Intuisi bisa dikatakan mirip dengan insting, hanya
tetapi berbeda dengan keadaan untuk mengembangkannya butuh usaha. intro intuisionisme
secara bahasa dapat diartikan sebagai getaran jiwa. Pengetahuan yang diperoleh lewat
pengalaman langsung secara naluri dan pengalaman batin yang bersifat langsung atau tiba-tiba
maka, pengetahuan intuitif bersifat subjektif.

12
C. Aksiologi Islam

Aksiologi menurut bahasa berasal dari kata Yunani “axios” yang berarti bermanfaat dan
“logos” berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Secara istilah, Aksiologi adalah disiplin ilmu yang
mempelajari hakikat nilai dari sudut pandang filsafat. Oleh karena itu, aksiologi adalah studi
dengan hakikat tertinggi, realitas dan makna nilai (kebaikan, keindahan dan kebenaran). Dengan
demikian, aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi dari nilai-nilai etika dan estetika.5

Oleh karena itu, aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari nilai-nilai atau nprma
terhadap suatu ilmu.6 Nilai itu sendiri ditemukan dalam kehidupan sehari-hari seperti kata adil
dan tidak adil, jujur dan tidak jujur, benar dan salah, baik dan buruk. Hal itu semua mengandung
penilaian karena manusia yang dengan perbuatannya berhasrat mencapai atau merealisasikan
nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai,
pertimbangan tentang apa yang dinilai. .

Aksiologi adalah ilmu yang mempelajari hakikat nilai, yang secara umum dilihat dari sudut
pandang filsafat. Di dunia ini terdapat banyak cabang pengetahuan yang bersangkutan dengan
masalah-masalah nilai yang khusus seperti epistimologis, etika dan estetika. 7

Dari definisi-definisi aksiologis di atas, dapat disimpulkan bahwa persoalan pokoknya adalah
berkaitan dengan nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia, untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam
filsafat mengacu kepada permasalahan etikadan estetika. Etika menilai perbuatan, manusia, maka
lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma, kesusilaan manusia.
Dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan

5
ujun Sumantri, Filsafat ilmu, sebuah pengantar popular, (Jakarta, Sinar harapan, 2005), hal 7

6
Jalius Jama. Filsafat Ilmu. (Padang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang, 2008) hal. 8
Hal

7
M Zainudin, Filsafat dalam perspektif islam, Jurnal Al-harakah, No2 Vol 3, ahun 2001,
malang,

13
tidak baik, di dalam suatu kondisi yang normative yaitu, suatu kondisi yang melibatkan norma-
norma. 8Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki
oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.

Aksiologi dalam Islam adalah ilmu yang mempelajari tentang nilai atau etika. Dan etika
(akhlak) merupakan tujuan utama bagi orang yang mempelajari ilmu pengetahuan . Ada pula
yang berpendapat bahwa ilmu adalah jalan atau sarana untuk memperoleh
etika Dan kemudahan hidup di dunia .9 Sedangkan Kontowijoyo menyebutkan aksiologi dalam
paradigm islam yaitu ilmu tidak ada yang benar-benar netral. Ilmu pada dasarnya tidak ada yang
bebas nilai, ia syarat dengan bias-bias kepentingan perumusnya dan pembuatnya. 10 Ilmu modern
yang selama ini sering diklaim sebagai bebas nilai, sehingga dapat dimanfaatkan oleh siapa saja,
ternyata tidak lepas dari nilai-nilai yang dianut oleh penganutnya, seperti filsafat barat.

Dalam konstruksi keilmuan islam, ilmu bekerja dalam bingkai paradigm islam itu sendiri,
dengan pengetahuan yang bersumber langsung dari teks wahyu Al-Qur'an. . Maka nilai etis yang
terkandung dalam ilmu keislaman berada dalam bingkai etika-moral yang sangat erat. Karena
misi kenabian Muhammad Saw adalah membangun etika-moral (ahlak). Kontowiyowo
menyebut Etika –Moral dengan etika Profetik. Nilai etika profetik itu sendiri berasal dari ahklak
Nabi Muhammad Saw dan sumbernya adalah wahyu Allah Swt.11

8
ouis Kattsoff, Pengantar Filsafat (V; Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992)

9
Maqbul Halim, 2004. Kaitan Antara Etika dan Ilmu Pengetahuan. Online,
http://www.geocities.com. Diakses 29 Juli 2016

Kontowijoyo, islam sebagai ilmu: epistimologi, metodologi dan etika (Jakarta:teraju,2005) h.


10

67

11
Ibid, hal 69

14
Oleh karena itu, ada perbedaan pendapat tentang aksiologi dalam pandangan Barat dan Islam.
Pertama, menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik secara
ontologis maupun aksiologis. Dalam hal ini, ilmuwan Barat adalah menemukan pengetahuan dan
terserah pada orang lain untuk mempergunakannya, apakanh ilmu tersebut digunakan untuk
tujuan baik atau untuk tujuan buruk.

Kedua berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada
metafisika keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya ilmu terletak pada objek penelitian harus
dilandaskan pada asas-asas moral.12Oleh karena itu, bahwa ilmu tidak ada yang benar-benar
bebas nilai, tetapi disangat tergantung kepada siapa yang diyakini. Sedangkan aksiologi Islam,
memandang bahwa ilmu itu berasal dari Allah Swt, sang maha pencipta (pemberi Nilai). Karena
nilai kebaikan dan keburukan itu sejatinya adalah dari tuhan untuk manusia. Dan manusia yang
akan memberikan nilai terhadap prilaku dan perbuatan.

Emayulia Satria, Hakikat ilmu: Ontologi, Epistimologi dan Aksioloi, Jurnal UINSU, Vol 3
12

No3 tahun 2016,hal 5

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan mempelajari aksiologi ilmu, kita dapat melihat bahwa nilai memegang peranan
penting dalam ilmu pengetahuan. Aksiologi ilmu menekankan perlunya mengintegrasikan nilai-
nilai seperti kejujuran, objektivitas, tanggung jawab, kesetaraan, dan keberlanjutan dalam setiap
langkah proses ilmiah. Etika juga merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan selama penelitian
dan pengembangan ilmu pengetahuan. ilmu tidak dapat dipisahkan dari konteks sosialnya, dan
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat mempengaruhi penggunaan dan penerapan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Oleh karena itu, para ilmuwan memiliki tanggung jawab sosial untuk
menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka untuk kebaikan publik dan menyadari
implikasi etis dari penelitian mereka. Selain itu, aksiologi ilmu juga dapat menjadi landasan
pengembangan keilmuan yang berkelanjutan. Mempertimbangkan nilai-nilai seperti
keberlanjutan, kesetaraan, dan keseimbangan ekosistem, ilmu dapat memberikan solusi untuk
tantangan global dan mempromosikan kesejahteraan manusia dan lingkungan. Dengan demikian,
aksiologi ilmu membantu menjaga keharmonisan antara ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Alfan, Muhammad. (2013). Pengantar Filsafat Nilai. Bandung: Pustaka Setia,

Al-Idarah. JURNAL MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI ISLAM. Vol. 3, No. 1, Januari – Juni 2019.

Halim, Maqbul. (2004). Kaitan Antara Etika dan Ilmu Pengetahuan. Online,http://www.geocities.com.
Diakses 29 Juli 2016

HM. Chabib Thoha, F Syukur Nc. (1996). Priyono, Reformulasi Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta:
pustaka pelajar.

Jama, Jalius. (2008). Filsafat Ilmu. Padang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang

Kattsoff, ouis. (1992). Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Kontowijoyo. (2005). islam sebagai ilmu: epistimologi, metodologi dan etika. Jakarta:teraju.

M Zainudin, M. Filsafat dalam perspektif islam, Jurnal Al-harakah. Malang.

Satria, Emayulia, (2016). Vol 3 No.3 Hakikat ilmu: Ontologi, Epistimologi dan Aksioloi. Jurnal UINSU.

Sumantri, ujun. (2005). Filsafat ilmu. sebuah pengantar popular. Jakarta: Sinar harapan.

The Liang Gie. (1984). Konsepsi Tentang Ilmu, Yayasan StudI Ilmu Dan Teknologi, Yogyakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai