Disusun Oleh
Raisha Fatiha Rizka 0603222075
Tengku Maura Safa Ramadhanti 0603222103
Goenersya Haidar Rudhani 0603222107
Puji syukur senantiasa kita ucapkan kepada kehadirat Allah SWT atas rahmatNya
sehingga kami mampu menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Etika Ilmuan
Dalam Kegiatan Mengajar” sesuai dengan yang diharapkan.
Shalawat dan salam marilah kita ucapkan keharibaan nabi Muhammad SAW. Kami
juga ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah Etika
Akademik yaitu bapak Dr. Mhd. Syahminan, M.Ag yang telah mempercayakan tugas ini
kepada kelompokkami. Tidak lupa juga ucapan terimakasih kami berikan kepada seluruh
pihak yang telah membantu jalannya proses penyusunan makalah ini sehingga bisa
terselesaikan tepat waktu.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat memberikan manfaat bagi kita. Oleh
karenanya, segala kritik dan saran yang membangun kami harapkan dan kami terima dengan
senang hati sebagai acuan kami bisa menjadi lebih baik lagi.
Kelompok 5
Etika Akademik| 2
DAFTAR ISI
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................4
A. Pengertian Etika..............................................................................................................5
B. Pengertian Ilmuan...........................................................................................................5
A. KESIMPULAN .............................................................................................................9
B. SARAN ..........................................................................................................................10
Etika Akademik| 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain itu walaupun tidak memberikan pengertian secara jelas tetapi Al-Zarnuji
salah seorang tokoh pendidikan klasik menggambarkan bahwa seorang ilmuan haruslah
A’lam(menguasai materi), Arwa’ (memiliki kematangan emosional) dan al-Asan
(berpengetahuan). Oleh karena itu, dalam hal ini beliau menyarankan agar para pencari ilmu
mencari guru ataupendidik yang mempunyai kualifikasi tersebut. Ilmuan/pendidik juga
harus memiliki etika dalam mengajar, etika sendiri adalah aturan prilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang
buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang
berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia
yang baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari etika?
2. Apa yangm di maksud dengan etika guru/ilmuan?
3. Apa saja faktor yang penting untuk dimiliki sebagai guru/pendidik?
4. Bagaimana peran guru/pendidik dalam kegiatan mengajar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu etika.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ilmuan serta apa hubungannya dengan
etika.
3. Untuk mengetahui apa saja faktor yang harus dimiliki sebagai seorang guru/pendidik.
4. Untuk mengetahui apa saja peran guru dalam kegiatan mengajar.
Etika Akademik| 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Menurut sejarahnya, Istilah etika itu mula-mula digunakan oleh montaigne (1533-
1592),seorang penyair Perancis dalam syair-syairnya yang terkenal pada tahun 1580 (ethique).
Etikaberasal dari bahasa Yunani “ethichos” berarti adat kebiasaan, disebut juga dengan moral,
darikata tunggal mos, dan bentuk jamaknya mores yang berarti kebiasaan, susila(Zaenal
Mustopa Jeje Zaenudin, n.d.). Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia etika berarti “ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban (moral)”. Moral
sendiri adalah pengertian tentang mana hal yang baik dan mana hal yang tidak baik, sedangkan
etika itu sendiri adalah tingkah laku yang dilakukan manusia berdasarkan hal-hal yang sesuai
dengan moral tadi. Dalam perkembangan selanjutnya kata etika lebih banyak berkaitan
dengan ilmu filsafat. Oleh karena itu, standar baik dan buruknya adalahakal manusia.
Etika berkaitan dengan moral dan sopan santun. Belajar etika berarti bagaimana
bertindak baik. Etika menunjuk pada tindakan manusia secara menyeluruh, mengantar orang
pada bagaimana menjadi baik. Etika dengan demikian mengajukan nilai-nilai bagaimana
manusia itu dapat hidup secara baik. Ia juga menawarkan pola-pola etis dan aneka
pertimbangan moral dalam menguji tindakan manusia. Lebih lanjut, dengan menawarkan
norma-norma hidup baik tersebut etika juga hendak membawa manusia kepada tingkah laku
yang baik, sikap yang bertanggung jawab, menjunjung tinggi nilai kehidupan, dan
mengedepankan kemanusiaan.
Sebagai suatu subjek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki individu
ataupunkelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah
ataubenar,buruk atau baik. Adapula yang mengatakan bahwa etika berasal dari bahasa
Inggrisyang disebut Ethic (Singular) yang berarti a system of moral principles or rules of
behavior,atau suatu sistem, prinsip moral, aturan atau cara berprilaku(Sari, 2020).
B. Pengertian Ilmuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmuwan adalah, ”Orang yang ahli atau
banyakpengetahuannya mengenai suatu ilmu; orang yang berkecimpung dalam ilmu
pengetahuan.”Mengacu ke definisi ini maka seorang ilmuwan itu adalah orang yang
pengetahuannya luas diatas pengetahuan masyarakat pada umumnya. Luasnya pengetahuan
itu dimungkinkan karenaseorang ilmuwan itu selalu belajar, membaca, meneliti, mereproduksi
Etika Akademik| 5
dan mengembangkanilmu pengetahuan. Keseriusan berkecimpung dalam bidang ilmu
yang ditekunimenjadikannya seorang ahli dengan wawasan pengetahuan yang mendalam.
Sejarah perkembangan peradaban manusia sangat dipengaruhi oleh sosok
ilmuwan.Jumlah ilmuwan sesungguhnya sangat kecil dibandingkan dengan jumlah
masyarakat padaumumnya. Namun karena kekuatan gagasan, konsep dan pemikirannya,
jumlah yang sedikittersebut justru mengendalikan jumlah yang banyak. Kaum ilmuwan yang
dalam realitasnyajustru menentukan perjalanan sejarah. Dalam perkembangannya, ilmu
merupakan bagianyang tidak terpisah dari aktivitas manusia. Hal ini terjadi semenjak zaman
Yunani Kunosampai era sekarang ini. Kegiatan ilmu ini berlangsung secara dinamis sesuai
dengan kontekssosial budaya yang ada. Masyarakat yang perkembangan ilmunya produktif
biasanya majudan cepat berkembang. Sementara masyarakat yang perkembangan ilmunya
lambat biasanyatertinggal. Kunci penting yang menentukan perkembangan ilmu adalah
ilmuwan.
Sejarah perkembangan peradaban manusia sangat dipengaruhi oleh sosok
ilmuwan.Jumlah ilmuwan sesungguhnya sangat kecil dibandingkan dengan jumlah
masyarakat padaumumnya. Namun karena kekuatan gagasan, konsep dan pemikirannya,
jumlah yang sedikittersebut justru mengendalikan jumlah yang banyak. Kaum ilmuwan yang
dalam realitasnyajustru menentukan perjalanan sejarah. Dalam perkembangannya, ilmu
merupakan bagianyang tidak terpisah dari aktivitas manusia. Hal ini terjadi semenjak zaman
Yunani Kunosampai era sekarang ini. Kegiatan ilmu ini berlangsung secara dinamis sesuai
dengan kontekssosial budaya yang ada. Masyarakat yang perkembangan ilmunya produktif
biasanya majudan cepat berkembang. Sementara masyarakat yang perkembangan ilmunya
lambat biasanyatertinggal. Kunci penting yang menentukan perkembangan ilmu adalah
ilmuwan.
Ilmuwan itu memiliki karakteristik unik. Bisa jadi antara satu ilmuwan dengan
ilmuwanyang lainnya memiliki karakteristik yang tidak sama. Orientasinya bisa jadi juga
berbeda.Titik pokok aktivitasnya memang dunia ilmu, tetapi ilmu tersebut bisa
digunakan sesuaidengan kepentingan ilmuwan. Ada yang menggunakannya untuk
kepentingan idealis berupapengembangan ilmu, namun ada juga yang menggunakannya untuk
kepentingan yang lain,seperti eksistensi diri, ekonomi, budaya, dan bahkan politik.
Idealnya seorang ilmuwan memang menekuni dunia keilmuwan secara serius.
Ilmuwansemacam ini bisa disebut sebagai ilmuwan sejati. Ilmuwan sejati menjadikan ilmu
sebagaimedia untuk membangun keluhuran nilai-nilai kemanusiaan. Ia selalu
berusahamemposisikan kemanusiaan dalam kondisi dialogis yang dilakukan atas
Etika Akademik| 6
dasar salingpengertian dengan realitas yang ada di sekelilingnya. Dialog dilakukan
dalam kerangkaemansipasi, bukan penguasaan.
Etika Akademik| 7
Sifat-sifat guru sebagaimana disebutkan oleh beberapa tokoh di atas, sangat ideal, tapi
masih bisa dilakukan asal ada kemauan keras dari para guru. Di era sekarang, ketika ukuran-
ukuran moral kian terpinggirkan oleh pola hidup modern yang sekuler, sifat-sifat ideal tersebut
semakin terasa untuk direaktualisasikan. Kiai Hasyim menyebutkan bahwa pendidik
hendaknya selalu berusaha murāwabatu-llāh (selalu merasa diawasi oleh Allah SWT),
bersikap khawf (takut kepada Allah SWT), tenang, warak, tawaduk, khusyuk kepada Allah
SWT dan tawakkal kepada-Nya. Pemikiran Kiai Hasyim tersebut memiliki relevansi dengan
UU RI Nomor 14 Tahun 2005 (selanjutnya disebut dengan UUGD) Pasal 7 Butir B yang
menyebutkan bahwa: “Seorang guru memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu
pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;” Letak relevansinya adalah di mana
keduanya sama-sama membicarakan tentang keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia. Kiai
Hasyim menyebutkannya dengan kata berusaha dan UUGD menyebutkannya dengan kata
berusaha. Dalam Islam, tentang keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia merupakan hal yang
sangat penting. Keimanan sebagai bentuk kepercayaan kepada Tuhan.
Ketakwaan sebagai bentuk ketaatan. Akhlak mulia sebagai buah dari dari iman dan
peribadatan.Thobroni menjelaskan bahwa keimanan yang sejati pada dasarnya akan menuntun
seorang individu memiliki akhlak mulia. Sebab keimanan dan akhlak seharusnya mempunyai
hubungan yang seimbang, yakni hubungan vertikal dan hubungan horizontal. Hubungan
vertical merupkan bentuk hubungan dengan Tuhan (ḥabl min allāh), dan hubungan horizontal
adalah hubungan kepada sesama manusia (ḥabl min al-nās). Kedua, Kiai Hasyim menyebutkan
bahwa seorang pendidik hendaknya memperlakukan orang lain dengan budi pekerti yang baik,
membersihkan jiwa dan raga dari akhlak yang tercela. Perlakuan kepada orang lain berupa
budi pekerti yang baik dan usaha untuk membersihkan diri (baik jiwa maupun raga) dari
akhlak tercela tentu merupakan sebuah gambaran tentang komitmen yang harus dipegang oleh
pendidik. Hal ini juga penting, sebab dalam mendidik peserta didik, seorang pendidik bertugas
sebagai uswah ḥasanah (suri tauladan baik) bagi peserta didik, mengingat keadaan psikologis
peserta didik (Roqib menyatakannya dengan kata anak-anak) yang ingin meniru apa yang
dilihatnya dari orang dewasa (pendidik) atas keinginannya supaya ia diterima di masyarakat.
Terlebih lagi pendidik menurut Syaifullah yang dikutip oleh Minarti menyampaikan bahwa
pendidik merupakan salah satu di antara beberapa komponen yang ikut bertanggung jawab
dalam pembentukan peserta didiknya.
Etika Akademik| 8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika berkaitan dengan moral dan sopan santun. Belajar etika berarti bagaimana
bertindak baik. Etika menunjuk pada tindakan manusia secara menyeluruh, mengantar orang
pada bagaimana menjadi baik. Etika dengan demikian mengajukan nilai-nilai bagaimana
manusia itu dapat hidup secara baik. Sementara ilmuwan adalah, ”Orang yang ahli atau
banyakpengetahuannya mengenai suatu ilmu; orang yang berkecimpung dalam ilmu
pengetahuan.”Mengacu ke definisi ini maka seorang ilmuwan itu adalah orang yang
pengetahuannya luas diatas pengetahuan masyarakat pada umumnya.
Jadi bisa di simpulkan bahwa yang dimaksud dengan etika ilmuan adalah segala
suatu yang berkaitan dengan norma,perilaku, perbuatan, kepribadian, baik dalam praktek
kegiatan belajar mengajar maupun dilingkungan masyarakatnya.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silakan sampaikan kepada kami. Apabila
ada terdapat kesalahan mohon maaf dapat memaafkan dan memakluminya karena kami adalah
hamba Allah yang tak luput dari khilaaf dan lupa.
Etika Akademik| 9
DAFTAR PUSTAKA
Junaedy, A., & Huraerah, A. (2016). Etika Guru dalam Perspektif al-Timidzi (Studi Atas
Kitab Sunan al-Tirmidzi Karya Abu Isa Muhammad Bin Isa al-Tirmidzi). In Journal of
Islamic Education Policy (Vol. 1, Issue 2). http://journal.iain-
manado.ac.id/index.php/jiep
Ruslan. (n.d.). ETIKA GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR.
http://ejournal.stain.sorong.ac.id/indeks.php/al-riwayah
Sari, A. F. (2020). ETIKA KOMUNIKASI. TANJAK: Journal of Education and Teaching,
1(2), 127–135. https://doi.org/10.35961/tanjak.v1i2.152
Zaenal Mustopa Jeje Zaenudin, P. (n.d.). Pendidikan Agama Islam untuk SD Kelas I.
Etika Akademik| 10