Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“PELANGGARAN KODE ETIK PENELITIAN”

Dosen Pengampu:

Nurulfuadi, S.KM.,

M.Si

DISUSUN OLEH:

N U R. F A D I LA

P21121125

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TADULAKO

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan limpahan berkat, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah mata kuliah bioetika dengan tema
“pelanggaran kode etik penelitian”.

Dengan tepat waktu makalah ini telah penulis susun dengan maksimal,
berdasarkan referensi dari buku, internet, dan jurnal ilmiah sebagai penunjang untuk
memerlancar penyusunan makalah guna memenuhi tugas mata kuliah ilmu kesehatan
masyarakat Dengan keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari banyaknya
kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun, serta koreksi penulisan makalah sangat penulis harapkan
untuk memperbaiki makalah selanjutnya, semoga makalah yang penulis susun dapat
menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi pembaca

Palu, 09 oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

HYPERLINK \l "_TOC_250016" KATA PENGANTAR....................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................4

1.1 latar belakang...............................................................................................4

1.2 rumusan masalah..........................................................................................5


1.3 tujuan............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................8

2.1 pengertian etika penelitian...........................................................................8


2.2 prinsip etik secara umum.............................................................................9

2.3 fungsi etika penelitian.................................................................................10

2.4 jenis-jenis etika penelitian..........................................................................11


2.5 bentuk pelanggaran dalam etika penelitian...............................................12

2.6 contoh pelanggaran etika penelitian...........................................................13

2.7 pelanggaran kode etik profesi.....................................................................13

2.8 upaya pencegahan plagiarism di perguruan tinggi....................................14


2.9 upaya penanggulangan plagiarism oleh pihak perguruan tinggi...............16

BAB III PENUTUP...................................................................................................17

3.1 kesimpulan...................................................................................................17

3.2 saran.............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................18

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Di era globalisasi dan modernisasi seperti saat ini, masyarakat sedang gencar-
gencarnya mengembangkan ilmu pengetahuan dengan penelitian ilmiah
berdasarkan teori dan hipotesis yang ada. Namun seiring perkembangan teknologi,
masyarakat tidak bisa menyaring baik buruknya dampak teknologi tersebut.
Masyarakat cenderung mudah terpengaruh dengan informasi yang tersedia
meskipun belum diketahui atau diuji kebenarannya itu sendiri. Oleh karena itu,
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkaitan dengan etika agar
tidak menyimpang dari norma dan moral yang berlaku. Dalam penelitian apapun
baik kualitatif maupun kuantitatif etika merupakan hal yang harus dijunjung tinggi
dalam setiap proses penelitian.

Etika sendiri merupakan nilai-nilai yang mengedepankan tentang hak dan


kewajiban moral yang menjadi pedoman bagi kehidupan manusia. Etika tidak
hanya sekedar nilai- nilai tentang baik dan buruk, tetapi lebih dari itu bahwa etika
adalah sebuah kebiasaan yang baik dan sebuah kesepakatan yang diambil
berdasarkan suatu yang dianggap baik dan benar. Sedangkan secara umum
penelitian adalah kegiatan atau proses yang dilakukan dengan tujuan untuk
menemukan sesuatu hal yang baru atau memecahkan masalah yang tengah terjadi
atau menguji hipotesis menggunakan metode ilmiah yang didasarkan pada analisis
data dan teori.

Dalam melakukan sebuah penelitian, diperlukan etika penelitian agar para


peneliti tidak melewati batas-batas moral, norma, adat, kebiasaan dan kebudayaan
yang telah ada. Penting untuk menjaga hubungan antara peneliti dan pihak yang
diteliti yang merupakan kunci penting keberhasilan penelitian, dan diperlukannya
kepekaan, keterampilan, dan juga seni untuk dapat memasuki lingkungan budaya
yang akan diteliti. Sehingga pihak yang diteliti tidak merasa terganggu dan
bersedia membantu jalannya penelitian. Oleh karena itu kemampuan untuk
berempati dan bergaul dengan orang lain jelas merupakan modal utama dalam
penelitian

4
1.2 Rumusan masalah

1. apakah pengertian etika penelitian?

2. bagaimana prinsip etik secara umum?


3. apakah fungsi etika penelitian?

4. jelaskan jenis-jenis etika penelitian?

5. jelaskan bentuk pelanggaran dalam etika penelitian?

6. bagaimana contoh pelanggaran etika penelitian?


7. bagaimana pelanggaran kode etik profesi?

8. bagaimana upaya pencegahan plagiarism di perguruan tinggi?

9. bagaimana upaya penanggulangan plagiarism oleh pihak perguruan tinggi?

1.3 tujuan

untuk mengetahui pengertian etika, prinsip, fungsi, jenis-jenis, bentuk pelanggaran,


contoh pelanggaran etika, upaya pencegahan dan penanggulangan plagiarism di
perguruan tinggi

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian etika penelitian

Etika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu "Ethos dan Ethikos",
Ethos yang berarti sifat, watak, adat, kebiasaan. Ethikos berarti susila, keadaban
atau kelakuan dan perbuatan yang baik. Etika memiliki sudut pandang normatif
dimana objeknya adalah manusia dan perbuatannya. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Menurut
pandangan Sastrapratedja (2004), etika dalam konteks filsafat merupakan refleksi
filsafati atas moralitas masyarakat sehingga etika disebut pula sebagai filsafat
moral. Jadi, etika adalah sebuah cabang ilmu filsafat yang membahas mengenai
nilai dan norma moral yang menentukan perilaku si peneliti terhadap penelitiannya.
Etika menurut Setiawan (2011) adalah konsep yang mengarah pada perilaku yang
baik dan pantas berdasarkan nilai- nilai norma, moralitas, pranata, baik
kemanusiaan maupun agama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
etika adalah ilmu yang mempelajari baik dan buruk, hak dan kewajiban moral.
Selain itu Etika adalah kumpulan asas / nilai yang berkenaan dengan akhlak. Etika
juga diartikan nilai mengenai benar dan salah yang dianut masyarakat.

I Made Pasek Diantae (2016:1) secara bahasa penelitian berasal dari kata teliti
yang berarti penuh dengan kehati- hatian. Sedangkan arti kata penelitian lebih luas
lagi dalam ilmu kepustakaan adalah research terdiri dari kata re yang berarti
kembali dan search yang berarti menemukan sesuatu dengan penuh kehati- hatian.
Sedangkan penelitian menurut istilah adalah suatu tempat atau wadah pokok dalam
pengembangan berbagai macam ilmu pengetahuan dan teknologi. Penelitian
bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan
konsisten. Penelitian dapat disebut juga sebagai wadah bagi para peneliti
menemukan dan mengembangkan ilmu dan teknologi dengan kehati-hatian.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa etika penelitian merupakan perilaku


peneliti terhadap subyek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi
masyarakat (Notoatmodjo, 2014). Selain itu menurut Martono (2015) etika
penelitian adalah standar tata perilaku peneliti selama melakukan penelitian. Etika
penelitian mengatur berbagai hal yang harus menjadi pedoman perilaku peneliti
sejak menyusun desain penelitian mengumpulkan data di lapangan (melakukan
wawancara, memberikan angket, melakukan pengamatan, meminta data

6
pendukung), ketika menyusun laporan penelitian, sampai mempublikasikan hasil
penelitian. Etika penelitian berkaitan dengan beberapa norma, yaitu norma sopan-
santun yang memperhatikan konvensi dan kebiasaan dalam tatanan di masyarakat,
norma hukum mengenai pengenaan sanksi ketika terjadi pelanggaran, dan norma
moral yang meliputi itikad dan kesadaran yang baik dan jujur dalam penelitian.

Menurut Donald Cooper (2019:32) dalam bukunya yang berjudul “Metode


Penelitian Bisnis” disebutkan bahwa tujuan etika dalam penelitian adalah untuk
menjamin bahwa tidak ada satu pihak pun yang dirugikan ataupun menanggung
risiko kerugian dalam setiap kegiatan penelitian. Bagaimanapun, suatu kegiatan
tidak beretika bisa terjadi dimana saja, misalnya pelanggaran terhadap persetujuan
publikasi hasil penelitian, kerahasiaan, salah penyajian hasil temuan, besarnya
biaya penelitian, dan sebagainya. Pada penelitian survei, peneliti tidak boleh
melupakan hak- hak responden yang harus dilindungi saat pengumpulan data.
Peneliti perlu mempersiapkan instrumen penelitian yang dapat menghindarkan
responden dari rasa takut, gelisah, malu, menderita fisik, dan kehilangan
kebebasan pribadi. Peneliti perlu pula mendapatkan peretujuan resmi dari
responden mengenai rancangan penelitian, tujuan, dan alasan penelitian. Bagi
penelitian bidang bisnis, persetujuan cukup secara lisan, tetapi tidak demikian
halnya dengan jenis penelitian medis, psikologi, atau penelitian dengan responden
anak-anak. Responden pun harus diberi kebebasan pribadi dalam menjawab
kuesioner untuk menjaga validitas dalam penelitian, serta menjaga dan melindungi
responden.

2.2 Prinsip etik secara umum

Setiap penelitian kesehatan yang mengikut sertakan relawan manusia sebagai


subjek penelitian wajib didasarkan pada tiga prinsip etik (kaidah dasar moral), yaitu :

1) Respect for persons (other): secara mendasar bertujuan menghormati otonomi


untuk mengambil keputusan mandiri (self determination) dan melindungi
kelompok-kelompok dependent (tergantung) atau rentan (vulnerable), dari
penyalahgunaan (harm dan abuse)
2) Beneficence & Non Maleficence, prinsip berbuat baik, memberikan manfaat
yang maksimal dan risiko yang minimal, sebagai contoh kalau ada risiko harus
yang wajar (reasonalble), dengan desain penelitian yang ilmiah, peneliti ada
kemampuan melaksanakan dengan baik, diikuti prinsip do no harm (tidak
merugikan, non maleficence)
3) Prinsip etika keadilan (Justice), prinsip ini menekankan setiap orang layak
7
mendapatkan sesuatu sesuai dengan haknya menyangkut keadilan destributif dan
pembagian yang seimbang (equitable). Jangan sampai terjadi kelompokkelompok
yang rentan mendapatkan problem yang tidak adil. Sponsor dan peneliti umumnya
tidak bertanggung jawab atas perlakuan yang kurang adil ini. Tidak dibiarkan
mengambil keuntungan/kesempatan dari ketidak mampuan, terutama pada negara-
negara, atau daerah-daerah dengan penghasilan rendah.Keadilan mensyaratkan
bahwa penelitian harus peka terhadap keadaan kesehatan dan kebutuhan subjek
yang rentan.

2.3 Fungsi etika penelitian

Sebuah penelitian di samping sebagai proses pengembangan ilmu, tetapi juga


sebagai produk ilmu itu sendiri: oleh karena itu, sebuah penelitian mempunyai fungsi
ganda, yakni:

1. Fungsi akademik (teoretis)

Sebuah penelitian seberapa kecil apapun harus mempunyai fungsi akademik


atau teoretis. Artinya, hasil atau temuan sebuah penelitian jenis apapun dengan
metode apapun pada hakikatnya adalah merupakan temuan akdemik, yang berarti
merupakan sumbangan teoretis bagi pengembangan ilmu yang bersangkutan.
Penelitian di bidang kesehatan hasilnya jelas secara akademik merupakan
pencerahan ilmu kesehatan.Dengan perkataan lain, hasil atau temuan sebuah
penelitian apa pun merupakan tambahan khasanah ilmu pengetahuan.

2. Fungsi Terapan (Aplikatif)

bidang ilmu apapun, sebenarnya mempunyai aspek teori dan aspek aplikatif
atau penerapannya bagi kesejahteraan masyarakat. Demikian pula ilmu akuntansi
sebagai teknologi yang membantu jalannya perputaran roda perekonomian. O leh
sebab itu, penelitian di bidang apapun bukan sekadar membuktikan teori atau
memperoleh teori baru, tetapi juga harus mempunyai implikasinya terhadap
program peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dimaksudkan bahwa hasil
atau temuan sebuah penelitian, di samping menambah khasanah ilmu pengetahuan
seperti disebutkan di atas, juga dapat merupakan masukan bagi pengembangan
program-program, khususnya program akuntansi perekonomian. Inilah yang
dimaksud bahwa penelitian itu juga mempunyai fungsi terapan atau aplikatif, di
samping fungsi teoretis. Hasil sebuah penelitian, meskipun menemukan teori yang
muluk- muluk, tetapi tidak dapat digunakan untuk perbaikan program, maka dapat

8
dikatakan bahwa penelitian merupakan sarana atau cara untuk memperoleh
masukan atau input bagi perencanaan atau pengembangan program atau alternatif
pemecahan masalah, termasuk masalah perekonomian.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian harus dapat


memenuhi dua fungsi atau peranan ini: pengembangan ilmu dan pengembangan
kesejahteraan masyarakat. Apabila penelitian tidak memenuhi salah satu fungsi
tersebut, apalagi kedua-duanya maka penelitian tersebut dapat dikatakan penelitian
yang tidak etis karena mengingkari hakikat penelitian itu sendiri

2.4 Jenis-Jenis Etika Penelitian

Dalam bisnis pun diperlukan adanya perilaku etis dari para pelakunya dalam
melakukan riset/penelitian. Perilaku etis yang dimaksud artinya perilaku yang
mengacu kepada norma-norma atau standar-standar moral pribadi dan
hubungannya dengan orang lain agar dapat terjamin, bahwa tidak ada seorang pun
yang dirugikan. Ada beberapa etika bagi peneliti bisnis yang perlu diperhatikan
dan bisa jadi etika ini dapat dipakai untuk penelitian lainnya. Menurut Husein
Umar (2008) dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian untuk Skripsi dan
Tesis Bisnis” terdapat empat macam etika dalam bisnis saat melakukan penelitian
tersebut antara lain:

1. Etika peneliti pada responden; dalam melakukan pengumpulan data, hak- hak
responden harus dilindungi, misalnya responden tidak akan merasa dirugikan baik
secara fisik maupun mental. Selain itu harus diingat pula bahwa hak atas
kebebasan pribadi, misalnya orang mempunyai hak untuk menolak diwawancarai,
sehingga peneliti harus meminta izin terlebih dahulu. Jika peneliti berhubungan
langsung dengan responden maka harus dijelaskan secara langsung tujuan dan
manfaat-manfaat yang akan didapat dari studi ini sehingga responden maklum.

2. Etika peneliti pada klien; dalam suatu riset berdasarkan pertimbangan-


pertimbangan etis, klien ingin identitasnya tidak diketahui (misalnya dalam
melakukan riset pasar suatu produk baru) sehingga identitasnya tidak ingin
diketahui oleh pesaing, maka peneliti harus menghargai keinginannya dan
membuat rencana yang menjaga identitas kliennya.

3. Etika peneliti pada asisten; peneliti biasanya dibantu oleh para asisten peneliti
dan tidak etis jika menugaskan seorang asisten untuk melakukan sesuatu, misalnya
melakukan wawancara langsung di tempat yang kurang aman sehingga bisa

9
terancam secara fisik, akibatnya dapat saja asisten memalsukan instrument
penelitian. Seharusnya peneliti juga menyediakan fasilitas lain yang membuat
asisten merasa aman. Oleh karena itu peneliti harus menuntut perilaku etis dari
para asisten. Perilaku asisten adalah di bawah pengawasan langsung peneliti
sehingga jika ia berbuat curang maka yang bertanggung jawab adalah peneliti,
sehingga semua asisten selain diberi pelatihan dan supervisi yang baik juga diberi
bekal mental yang kuat untuk tidak melakukan tindakan penyelewengan.

4. Etika klien; sering terjadi bahwa peneliti diminta oleh kliennya untuk mengubah
data, menghilangkan bagian-bagian dari hasil analisis data yang dianggap
merugikannya dan mengartikan data dari segi yang menguntungkan, dan
sebagainya, semua ini merupakan perilaku tidak etis dari klien. Kalau peneliti
menuruti kehendak mereka maka ini merupakan pelanggaran terhadap standar-
standar etika. Dalam bisnis, hal ini bisa saja terjadi kalau bayaran yang diterima
dari klien lebih tinggi dari sewajarnya, sehingga dapat dibayangkan bagaimana
kualitas si peneliti tersebut. Bagi peneliti yang dapat dibujuk oleh klien ini
hendaknya dapat menolak ajakan tersebut dan memutuskan kontrak dengan klien
yang ini selamanya.

2.5 Bentuk Pelanggaran Dalam Etika Penelitian

Etika penelitian akademik diperlukan mencegah/mengatasi pelanggaran


pelanggaran ilmiah (scientific misconduct). Seorang peneliti tidak boleh
melakukan penipuan dalam menjalankan proses penelitian. Semua sistem etika
melarang penipuan seperti ini. Pelanggaran ilmiah yang bisa terjadi pada seorang
peneliti adalah:

1. Fabrikasi (Fabrication), Fabrikasi didefinisikan sebagai rekaman atau presentasi


(dalam format apapun) yang menggunakan data fiksi (Sastrapratedja, 2004).
Fabrikasi merupakan bentuk pelanggaran yang paling mencolok dari pelanggaran
yang akan mempengaruhi kebenaran (Martono, 2015). Fabrikasi ini bisa berupa
pemalsuan data dan metode penelitian. Fabrikasi sering terjadi dikarenakan adanya
keinginan untuk memenuhi target, keterbatasan waktu, keterbatasan biaya, atau
adanya persaingan antar peneliti.

2. Falsifikasi (Falsification), Pelanggaran penelitian seperti falsifikasi meliputi


skala implisit dan eksplisit. Bentuk perilakunya memalsukan atau manipulasi
bahan, peralatan, proses penelitian, mengubah data atau hasil, sehingga catatan
penelitian tidak akurat (Fanelli, 2009).

1
3. Plagiat (Plagiarism), Menurut Martono (2015) dan Sastrapratedja (2004),
plagiarisme adalah mengklaim karya lain untuk menjadi milik sendiri. Plagiarisme
bisa dilakukan secara keseluruhan (berupa salinan atau terjemahan dari makalah
orang lain yang telah diterbitkan), atau lebih terbatas (mengambil dan
memasukkan bagian tulisan orang lain ke dalam tulisan tanpa referensi).

4. Kepenulisan (Authorship), Kepenulisan perlu diperhatikan dengan baik dengan


memperhatikan tata penulisan ilmiah.

5. Kemubaziran (Redundant), Kemubaziran di sini terjadi karena adanya publikasi


yang berulang- ulang. Seorang peneliti kembali mempublikasikan suatu bagian
dari tulisan yang sudah pernah dipublikasikan.

6. Publikasi Duplikat (Duplicate Publication), Publikasi duplikat diartikan sebagai


publikasi sebuah artikel yang identik atau tumpang tindih substansial dengan
sebuah artikel yang sudah diterbitkan. Publikasi duplikat ini dapat diklasifikasikan
sebagai plagiarisme diri.

2.6 Contoh Pelanggaran Etika Penelitian

Ada beberapa contoh pelanggaran etika penelitian yang dapat terjadi pada
berbagai jenis penelitian. Beberapa contoh pelanggaran etika penelitian termasuk:

2.6.1 Penelitian yang Melibatkan Manusia

1. Tidak mendapatkan persetujuan dari subjek penelitian: Salah satu


pelanggaran etika penelitian yang paling sering terjadi adalah ketika peneliti
tidak memperoleh persetujuan tertulis dari subjek penelitian. Persetujuan ini
adalah suatu persyaratan yang sangat penting, terutama dalam penelitian yang
melibatkan manusia. Hal ini bertujuan untuk memberikan perlindungan
kepada subjek penelitian dan memastikan bahwa mereka tidak terlibat dalam
penelitian tanpa sepengetahuan atau tanpa persetujuan mereka.

2. Pelanggaran privasi dan kerahasiaan: Peneliti harus menjaga kerahasiaan


identitas dan informasi pribadi subjek penelitian. Ketika peneliti
membocorkan informasi pribadi atau identitas subjek penelitian, hal ini dapat
berdampak negatif terhadap privasi dan kesejahteraan subjek penelitian.

3. Penipuan atau manipulasi data: Peneliti tidak boleh memanipulasi data yang
diperoleh dalam penelitian atau memberikan informasi yang salah. Ketika

1
peneliti melakukan penipuan atau manipulasi data, hal ini dapat merusak
integritas penelitian dan mendorong pengambilan keputusan yang tidak akurat.

2.6.2 Penelitian yang Melibatkan Hewan

1. Penggunaan hewan tanpa alasan yang jelas: Sebelum melakukan penelitian


pada hewan, peneliti harus memastikan bahwa penggunaan hewan dalam
penelitian tersebut memiliki alasan yang jelas dan tidak dapat dilakukan
dengan metode lain. Peneliti juga harus memas tikan bahwa hewan yang
digunakan dalam penelitian diperlakukan dengan etis dan humane.

2. Penggunaan hewan yang tidak diizinkan: Peneliti harus mengikuti prosedur


etis dan legal yang berlaku ketika menggunakan hewan dalam penelitian.
Ketika peneliti menggunakan hewan yang tidak diizinkan dalam penelitian,
hal ini dapat menyebabkan kerugian danbahaya bagi hewan dan dapat
merusak integritas penelitian.

3. Mengabaikan kebutuhan hewan: Peneliti harus memastikan bahwa hewan


yang digunakan dalam penelitian mendapatkan perawatan dan perlindungan
yang sesuai. Ketika peneliti mengabaikan kebutuhan hewan dalam penelitian,
hal ini dapat menyebabkan penderitaan dan menderita pada hewan, serta
merusak integritas penelitian

2.7 Pelanggaran Kode Etik Profesi

1. Konflik kepentingan, Konflik kepentingan terjadi ketika peneliti memiliki


kepentinganyang bertentangan dengan tujuan atau hasil penelitian. Misalnya, jika
peneliti menerimadana dari perusahaan yang memiliki kepentingan dalam hasil
penelitian, hal ini dapat menyebabkan peneliti tidak dapat melakukan penelitian
secara independen dan netral.

2. Pelanggaran kesehatan dan keselamatan, Peneliti harus memastikan bahwa


lingkungan kerja dan tempat penelitian aman dan sehat. Ketika peneliti tidak
memperhatikan keselamatan dan kesehatan dalam melakukan penelitian, hal ini
dapat menyebabkanbahaya bagi peneliti dan orang lain yang terlibat dalam
penelitian

3. Pelanggaran keterbukaan, Keterbukaan adalah prinsip penting dalam penelitian,


dan peneliti harus memastikan bahwa mereka membuka informasi dan data
penelitian kepada publik. Ketika peneliti tidak transparan dalam publikasi atau

1
memilih untuk tidak mempublikasikan hasil penelitian yang tidak sesuai dengan
harapan mereka, hal ini dapat merusak integritas penelitian.

Dalam penelitian, etika sangat penting untuk menjamin integritas dan


kredibilitas penelitian serta melindungi subjek penelitian dan hak- hak lainnya.
Oleh karena itu, peneliti harus selalu memperhatikan prinsip-prinsip etika
penelitian dan memastikan bahwa mereka tidak melakukan pelanggaran etika
penelitian

2.8 Upaya Pencegahan Plagiarisme Di Perguruan Tinggi

Secara institusional, tanggung jawab pencegahan tindakan plagiarisme


dibebankan pada pimpinan perguruan tinggi. Tanggung jawab itu dijabarkan
dalam uraian tugas, baik yang berdimensi pengarahan, pengendalian maupun
teknis administratif.Adapun dalam Permendiknas No. 17 Tahun 2010 Pasal 7
upaya pencegahan yang dilakukan oleh pihak perguruan tinggi antara lain

1. pada setiap karya ilmiah yang dihasilkan di lingkungan perguruan tinggi harus
dilampirkan pernyataan yang ditanda tangani oleh penyusun bahwa karya ilmiah
tersebut bebas plagiarisme. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiarisme
dalam karya ilmiah tersebut, maka penyusun bersedia menerima sanksi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Pimpinan Perguruan Tinggi wajib mengunggah secara elektronik semua karya


ilmiah mahasiswa, dosen, peneliti ataupun tenaga kependidikan yang telah
dilampiri pernyataan sebagaimana diuraikan di atas melalui portal Garuda (Garba
Rujukan Digital) sebagai titik akses terhadap karya ilmiah mahasiswa, dosen,
peneliti atau tenaga kependidikan Indonesia, atau portal lain yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas maka penulis menyimpulkan


bahwa banyak sekali upaya pencegahan plagiarisme yang dapat dilakukan oleh
mahasiswa maupun pihak perguruan tinggi. Maka sangat baik apabila upaya
pencegahan yang telah dikemukan di atas dapat diterapkan dalam me mbuat
tulisan ilmiah baik berupa tugas akhir, laporan maupun karya ilmiah lainnya

2.9 Upaya Penanggulangan Plagiarisme Oleh Pihak Perguruan Tinggi

1
Langkah penanggulangan plagiarisme berdasarkan Pasal 10 Permendiknas No.
17 Tahun 2010 ini dilakukan berjenjang dengan melalui beberapa tahap sebagai
berikut :

1. dalam hal diduga terjadi plagiarisme oleh mahasiswa, maka ketua


jurusan/departemen/bagian membuat persandingan antara karya ilmiah mahasiswa
dengan karya dan/atau karya ilmiah yang diduga merupakan sumber yang tidak
dinyatakan oleh mahasiswa.

2. Ketua jurusan/departemen/bagian meminta seorang dosen sejawat sebidang


untuk memberikan kesaksian secara tertulis tentang kebenaran plagiat yang diduga
telah dilakukan mahasiswa.

3. mahasiswa yang diduga melakukan plagiat diberi kesempatan melakukan


pembelaan dihadapan ketua jurusan/departemen/bagian.

4. apabila berdasarkan persandingan dan kesaksian telah terbukti terjadi plagiat,


maka ketua jurusan/departemen/bagian menjatuhkan sanksi kepada mahasiswa
sebagai plagiator.

5. apabila salah satu dari persandingan atau kesaksian, ternyata tidak dapat
membuktikan terjadinya plagiat, maka sanksi tidak dapat dijatuhkan kepada
mahasiswa yang diduga melakukan plagiat.

1
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, jumlah penelitian


secara ilmiah juga meningkat sehingga, pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi selalu berkaitan dengan etika agar tidak menyimpang dari norma dan
moral yang berlaku. Etika sendiri merupakan nilai- nilai yang mengedepankan
tentang hak dan kewajiban moral yang menjadi pedoman bagi kehidupan manusia.
Sedangkan penelitian adalah kegiatan atau proses yang dilakukan dengan tujuan
untuk menemukan sesuatu hal yang baru atau memecahkan masalah yang tengah
terjadi atau menguji hipotesis menggunakan metode ilmiah yang didasarkan pada
analisis data dan teori. Sehingga dapat disimpulkan bahwa etika penelitian
merupakan perilaku peneliti selama proses penelitian berlangsung kepada para
subjek yang diteliti. Sementara itu tujuan dibentuknya etika dalam penelitian
adalah untuk melindungi semua pihak yang terlibat jalannya penelitian dari segala
risiko kerugian.

3.2 Saran

Penulis berharap makalah ini bisa membantu keingintahuan pembaca mengenai


etika dalam penelitian serta tidak berhenti membacanya sampai disini.

1
DAFTAR PUSTAKA

A, Shamoo dan Resnik D. (2003). Responsible Conduct of Research. New York:


Oxford

Aristya, Vina Eka dan Taryono. (2021). Prinsip Penting Publikasi Ilmiah Dan
Pencegahan Falsifikasi Fabrikasi. Jurnal Ilmiah Kependidikan Volume 11
Nomor 2:184.

Beauchamp TT and Childress JP, 1994 Principles of Biomedical Ethics. Fourth Ed.
Oxford Univ. Press. NY.

Kushe H and Singer P, 2004 A Companion to Bioethics Reprinted. Blackwell


Publishing Ltd. Australia

Cooper, Donald R. dan Pamela S. Schindler. (2019). Metode Penelitian Bisnis, edisi
12 buku 1. Jakarta:Salemba Empat.

Dianta, I Made Pasek. (2016). Metodologi Penelitian Hukum Normatif Dalam


Justifikasi Teori Hukum. (Jakarta: Prenada Media Group), hal. 1

Fanelli, D., Costas, R., and Lariviere, V. (2015). Misconduct policies, academic
culture andcareer
stage, not gender or pressures to publish, affect scientific integrity. PLoS ONE,
10 (6): e0127556.

Hopkins, David. (1993). A Teacher’s Guide Classroom Research, (Philadelphia:


Open University Press). Hal. 221-223.

Martono, Nanang. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta:PT. Rajagrafindo


Persada.

Martono, Nanang. (2015). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada

Sastrapratedja, Michael. (2004). Landasan Moral Etika Penelitian.


Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada

Setiawan. (2011). Kumpulan Naskah Etika Kebidanan & Hukum Kesehatan.


Jakarta:PT. Trans Info Media.

1
Umar, Husein. (2008). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, edisi kedua,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,), hal. 15-18.

http://sumberdaya.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/02/ permendiknas-no-
17-tahun-2010_pencegahan-plagiat.pdf
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Plagiarisme di Perguruan Tinggi
diakses Sabtu, Tanggal 20 Agustus 2016 Pukul 06.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai