Anda di halaman 1dari 28

ETIKA DAN PENELITIAN

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metode Penelitian Pendidikan
yang dibina Oleh Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc, Ph.D.

Oleh
Kelompok 4 / Offering A 2015
(1) Asma’ul Husna (150341602400)
(2) Aushofusy Syarifah Agustin (150341606815)
(3) Dita Perdana (150341607509)
(4) Koko Murdianto (150341605345)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Metode Penelitian Pendidikan.
Makalah ini berjudul “ETIKA DAN PENELITIAN ”. Dalam makalah ini di
jelaskan mengenai Etika dalam penelitian dan peraturan penelitian. Penyusun
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya
makalah ini, terutama kepada:
1. Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc, Ph.D. selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya
makalah ini.
2. Orang tua, kakak dan adik tercinta yang telah memberi dukungan moral dan
finansial sehingga menambah motivasi dan semangat.
3. Teman-teman dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan,
yang tidak dapat Penyusun sebutkan satu per satu.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari Pembaca untuk melengkapi
kekurangan makalah ini guna penyusunan makalah selanjutnya. Semoga penulisan
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis ucapkan
terimakasih.

Malang, 20 Februari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul........................................................................................... i
Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................iii
BAB 1 Pendahuluan
1.1.Latar Belakang.........................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3. Tujuan.....................................................................................................2

BAB 2 Pembahasan
2.1 Etika dalam penelitian ............................................................................3

2.2 Peraturan penelitian ................................................................................16

BAB 3 Penutup
3.1 Kesimpulan.............................................................................................24

3.2 Saran........................................................................................................24

Daftar Rujukan..............................................................................................25

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial yang selalu berinteraksi secara terus menerus
terhadap diri sendiri, keluarga dan lingkungan masyarakat. Dalam berinteraksi
dengan manusia lain ada peraturan, norma-norma dan kaidah yang telah dibuat oleh
diri sendiri maupun norma yang telah disepakati bersama, baik itu peraturan tertulis
mau pun peraturan yang tidak tertulis. Salah satu bentuk peraturan adalah etika.
Ketidaktahuan seorang akan etika inilah yang sering lalai membuat benturan-
benturan. Atau, mereka tahu, namun masing-masing memakai etika yang berbeda.
Manusia adalah mahluk ciptaan tuhan yang paling agung dan sempurna, yang
dilengkapi dengan peralatan jasmaniah dan rohaniah. Salah satu yang membedakan
manusia dengan mahluk yang lainnya adalah manusia diberikan akal, budi, dan hati
nurani, selain seperangkat naluri.

Bila suatu ketika seorang peneliti dihadapkan pada suatu situasi dan ia harus
memutuskan sesuatu apa yang harus ia lakukan, seorang peneliti akan berpikir
mengenai baik dan buruknya, untung dan ruginya, serta boleh atau tidaknya
tindakan itu ia lakukan. Pada saat itulah mekanisme peralatan rohaniah seorang
peneliti berjalan. Seorang peneliti harus berfikir secara ilmiah, berpikir ilmiah
menurut Poedjawijatna sebagaimana yang dikutip oleh Vardiansyah (2005) ada
empat cara berfikir ilmiah diantaranya adalah objektif, metodis, sistematis dan
universal. Sementara itu menurut Jacob (2004), peneliti dalam melaksanakan
seluruh kegiatan penelitian harus memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude)
serta menggunakan prinsip-prinsip etika penelitian. Meskipun intervensi yang
dilakukan dalam penelitian tidak memiliki risiko yang dapat merugikan atau
membahayakan subjek penelitian, namun peneliti perlu mempertimbangkan aspek
sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah:
1.2.1 Bagaimana etika dalam penelitian?
1.2.2 Bagaimana peraturan penelitian?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.3.1 Mengetahui etika dalam penelitian
1.3.2 Mengetahui peraturan penelitian

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Etika dalam penelitian


2.1.1 Definisi Etika Penelitian
Hampir semua aspek dalam bisnis, disiplin ilmu, serta penelitian
mengharapkan pelakunya berperilaku etis dalam melaksanakan aktivitasnya atau
beretika dalam bekerja. Istilah etika pada dasarnya berasal dari bahasa yunani ethos
(tunggal) atau etha (jamak) yang mengandung arti antara lain: kebiasaan, perasaan,
watak, adat dan cara berfikir. Istilah etika bila ditinjau dari aspek etimologis
memiliki makna kebiasaan dan peraturan perilaku yang berlaku dalam masyarakat.
Dalam kamus bahasa Indonesia menyatakan etika atau akhlak adalah ilmu tentang
apa yang baik dan apa yang buruk, tentang hak dan kewajiban orang dalam
kelompok sosial. Etika membantu manusia untuk melihat secara kritis moralitas
yang dihayati dalam suatu masyarakat, etika juga membantu kita dalam
merumuskan pedoman etis yang kuat dan norma-norma baru yang dibutuhkan
karena adanya perubahan yang dinamis dalam tata kehidupan dalam suatu
masyarakat. Sedangkan etika dalam ranah penelitian lebih merujuk pada prinsip-
prinsip etis yang diterapkan dalam kegiatan penelitian. Dari pengertian-pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa etika adalah ilmu atau pengetahuan yang
membahas manusia, terkait dengan perilakunya terhadap manusia lain atau sesama
manusia.
Kode etik peneliti adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap
kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti
(subjek penelitian ) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian
tersebut. Etika peneliti ini mencakup juga perilaku peneliti atau perilakuan peneliti
terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi
masyarakat. Pengertian peneliti di sini adalah seseorang yang karena pendidikan
dan kewenangannya memiliki kemampuan untuk melakukan investigasi ilmiah
dalam suatu bidang keilmuan tertentu, dan atau keilmuan yang bersifat lintas
disiplin. Sedangkan subjek yang diteliti adalah orang yang menjadi sumber

3
informasi, baik masyarakat awam atau professional berbagai bidang, utamanya
professional bidang kesehatan.
2.1.2 Beberapa Contoh Praktik Tidak Etis
Istilah etika mengacu pada pertanyaan yang benar dan yang salah. Ketika
peneliti memikirkan tentang etika, mereka harus bertanya pada diri sendiri apakah
"benar" untuk melakukan studi tertentu atau melaksanakan prosedur tertentu.
Terdapat beberapa jenis penelitian yang sebaiknya tidak dilakukan, berikut adalah
beberapa contoh praktik yang tidak etis:

a) Seorang peneliti membutuhkan sekelompok siswa kelas dua SMA untuk


menandatangani sebuah formulir di mana mereka setuju untuk
berpartisipasi dalam sebuah penelitian.
b) Seorang peneliti bertanya pada siswa kelas satu mengenai pertanyaan yang
sensitif tanpa mendapat persetujuan dari orang tua mereka untuk menanyai
mereka.
c) Seorang peneliti menghapus data yang dia kumpulkan yang tidak
mendukung hipotesisnya.
d) Seorang peneliti menyamakan mahasiswa untuk mengisi kuesioner tentang
praktik seksual mereka.
e) Seorang peneliti melibatkan sekelompok siswa kelas delapan dalam sebuah
penelitian yang dapat membahayakan mereka secara psikologis tanpa
memberi tahu mereka atau orang tua mereka tentang fakta ini (Fraenkel,
1996).

Masing-masing contoh di atas melibatkan satu atau lebih pelanggaran praktik


etis. Ketika peneliti memikirkan etika, pertanyaan mendasar yang harus diajukan
dalam hal ini adalah, apakah kerugian fisik atau psikologis yang akan dialami
seseorang sebagai hasil penelitian saya? Tentu, peneliti tidak menginginkan hal ini
terjadi pada subjek manapun dalam sebuah penelitian. Karena ini adalah masalah
yang penting dan sering diabaikan, kita perlu membahasnya secara terperinci.
Dalam pengertian yang agak lebih besar, etika juga mengacu pada pertanyaan yang
benar dan yang salah. Dengan bersikap etis, seseorang melakukan apa yang benar.
(Fraenkel, 1996)

4
2.1.3 Pernyataan Prinsip Etis
Webster’s New World Dictionary mendefinisikan etika (perilaku) sebagai "sesuai

dengan standar perilaku profesi atau kelompok tertentu." Apa yang oleh para periset
dianggap etis, oleh karena itu, sebagian besar merupakan masalah kesepakatan di
antara mereka. Beberapa tahun yang lalu, Komite Etika Ilmiah dan Asosiasi Profesi
Psikologi Amerika menerbitkan daftar prinsip etika untuk melakukan penelitian
dengan subyek manusia. Beberapa prinsip diadaptasi sehingga berlaku untuk
penelitian pendidikan seperti dibawah ini (Fraenkel, 1996).

Keputusan untuk melakukan penelitian didasarkan pada pertimbangan oleh


pendidik individu tentang bagaimana cara terbaik untuk berkontribusi pada sains
dan kesejahteraan manusia. Begitu seseorang memutuskan untuk melakukan
penelitian, pendidik mempertimbangkan berbagai cara untuk menginvestasikan
talenta dan sumber dayanya. Dengan mengingat hal ini, pendidik melakukan
penelitian dengan hormat dan perhatian terhadap martabat dan kesejahteraan orang-
orang yang berpartisipasi dan dengan memperhatikan peraturan negara dan standar
profesional yang mengatur pelaksanaan penelitian dengan peserta manusia.

a) Dalam merencanakan sebuah penelitian, peneliti memiliki tanggung jawab


untuk mengevaluasi dengan hati-hati setiap masalah etika. Jika salah satu prinsip
etika yang tercantum di bawah ini dianggap membahayakan, pendidik memiliki
kewajiban serius untuk mematuhi perlindungan ketat untuk melindungi hak-hak
peserta manusia.
b) Menimbang apakah peserta dalam studi yang direncanakan akan menjadi
"subjek berisiko" atau "subjek dengan risiko minimal," sesuai dengan standar
yang diakui, merupakan masalah etika utama bagi peneliti.
c) Peneliti selalu memegang tanggung jawab untuk memastikan bahwa sebuah
penelitian dilakukan secara etis. Peneliti juga bertanggung jawab untuk
perlakuan etis peserta penelitian oleh kolaborator, asisten, siswa, dan karyawan,
yang kesemuanya memiliki kewajiban serupa.
d) Kecuali dalam penelitian berisiko minimal, peneliti menetapkan kesepakatan
yang jelas dan adil dengan peserta penelitian sebelum berpartisipasi, yang
menjelaskan kewajiban dan tanggung jawab masing-masing. Peneliti
berkewajiban untuk menghormati semua janji dan komitmen yang termasuk

5
dalam kesepakatan tersebut. Peneliti menginformasikan peserta dari semua
aspek penelitian yang mungkin diharapkan dapat mempengaruhi kesediaan
mereka untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dan menjawab dengan jujur
setiap pertanyaan yang mungkin mereka miliki mengenai penelitian ini.
Kegagalan oleh peneliti untuk membuat pengungkapan penuh sebelum
mendapatkan Penjelasan dan persetujuan memerlukan pengamanan tambahan
untuk melindungi kesejahteraan dan martabat peserta penelitian. Selanjutnya,
penelitian dengan anak-anak atau dengan peserta yang memiliki gangguan yang
akan membatasi pemahaman dan atau komunikasi memerlukan prosedur
pengamanan khusus.
e) Terkadang disain sebuah studi membuat diperlukan penggunaan
penyembunyian atau penipuan. Bila ini masalahnya, peneliti memiliki tanggung
jawab khusus untuk menentukan apakah penggunaan teknik semacam itu
dibenarkan oleh nilai ilmiah atau pendidikan calon peneliti, menentukan apakah
prosedur alternatif tersedia yang tidak menggunakan penyembunyian atau
penipuan, dan memastikan bahwa peserta diberi penjelasan yang memadai
sesegera mungkin.
f) Peneliti menghargai hak setiap individu untuk menolak berpartisipasi dalam
penelitian atau menarik diri dari berpartisipasi setiap saat. Kewajiban peneliti
dalam hal ini sangat penting saat dia berada dalam posisi otoritas atau pengaruh
terhadap peserta dalam sebuah penelitian. Posisi wewenang semacam itu
mencakup, namun tidak terbatas pada situasi di mana partisipasi penelitian
dibutuhkan sebagai bagian pekerjaan atau dimana peserta adalah siswa, klien,
atau karyawan penyidik.
g) Peneliti melindungi semua peserta dari ketidaknyamanan fisik dan mental,
bahaya, dan bahaya yang mungkin timbul dari berpartisipasi dalam penelitian.
Jika risiko dari konsekuensi tersebut ada, penyidik menginformasikan kepada
peserta mengenai fakta tersebut. Jika risiko dari konsekuensi tersebut ada,
penyidik menginformasikan peserta dari fakta itu. Prosedur penelitian yang
cenderung menyebabkan kerugian serius atau kekal bagi peserta tidak digunakan
kecuali jika kegagalan untuk menggunakan prosedur ini dapat menyebabkan
peserta terkena risiko bahaya yang lebih besar, atau jika penelitian tersebut

6
memiliki potensi keuntungan yang besar dan Penjelasan dan persetujuan serta
sukarela diperoleh dari masing-masing peserta. Semua peserta harus diberi tahu
bagaimana mereka dapat menghubungi peneliti dalam jangka waktu yang wajar
setelah partisipasi mereka jika stres atau potensi bahaya muncul
h) Setelah data dikumpulkan, peneliti memberikan semua informasi kepada peserta
tentang sifat studi dan melakukan yang terbaik untuk menghilangkan
kesalahpahaman yang mungkin telah dikembangkan. Bila nilai ilmiah atau
kemanusiaan membenarkan menunda atau menahan informasi ini, peneliti
memiliki tanggung jawab khusus untuk melakukannya hati-hati mengawasi
penelitian dan untuk memastikan bahwa tidak ada konsekuensi yang merugikan
bagi peserta.
i) Apabila prosedur penelitian menghasilkan konsekuensi yang tidak diinginkan
bagi peserta, peneliti memiliki tanggung jawab untuk mendeteksi dan
menghapus atau memperbaiki konsekuensi ini, termasuk efek jangka panjang.
j) Informasi yang diperoleh tentang peserta penelitian selama penyelidikan bersifat
rahasia kecuali disepakati lain terlebih dahulu. Bila ada kemungkinan ada
kemungkinan orang lain memperoleh akses terhadap informasi semacam itu,
kemungkinan ini, bersamaan dengan rencana untuk melindungi kerahasiaan,
dijelaskan kepada peserta sebagai bagian dari prosedur untuk mendapatkan
penjelasan dan persetujuan.

Pernyataan prinsip-prinsip etika di atas menunjukkan tiga hal yang sangat


penting. isu yang harus ditangani setiap peneliti: melindungi peserta dari bahaya,
memastikan kerahasiaan data penelitian, dan pertanyaan tentang penipuan subjek.

2.1.4 Melindungi Peserta Penelitian dari Bahaya

Semua riset yang melibatkan manusia sebagai subyek, harus berdasarkan


empat prinsip dasar Etika Penelitian (EP), yaitu :

1. Menghormati orang
2. Manfaat
3. Tidak membahayakan subbyek penelitian
4. Keadilan

7
Melindungi peserta penelitian dari bahaya adalah tanggung jawab mendasar
setiap peneliti untuk memastikan peserta dalam studi penelitian terlindungi dari
bahaya fisik atau psikologis, ketidaknyamanan, atau bahaya yang mungkin timbul
akibat prosedur penelitian. Hal tersebut mungkin keputusan etis yang paling
penting.

1. Risiko Fisik
Tujuan utama kode etik adalah untuk melindungi keselamatan dan
keamanan subyek penelitian. Keadaan ini akan dialami subyek :
a. Efektivitas yang belum diketahui yang diuji
b. Akibat penghentian pengobatan
c. ESO yang belum diketahui
2. Risiko Psikologis
Penilaian risiko ini adalah kualitatif, misalnya rasa cemas atau malu.
Penilaian diperoleh dari wawancara. Hal ini dapat diantisipasi dengan
penjelasan sebelumnya.
3. Risiko Sosial
Apabila data subyek tidak mendapat pengamanan dari segi kerahasiaan,
subyek dapat mengalami kehilangan pekerjaan, diisolasi oleh
masyarakat sekitarnya, berselisih dengan suami/mertua, dituntut
melanggar hukum. Risiko psikologis dan social juga dipengaruhi
perkembangan kebudayaan (Sujatno, 2008).

Segala macam penelitian cenderung menyebabkan kerusakan yang abadi,


atau bahkan serius, bahaya atau ketidaknyamanan kepada peserta manapun tidak
boleh dilakukan, kecuali jika penelitian ini memiliki potensi untuk memberikan
informasi yang sangat bermanfaat bagi manusia. Bahkan jika demikian, peserta
harus diberitahu sepenuhnya tentang bahaya yang di dalamnya dan tidak
diwajibkan untuk berpartisipasi. Tanggung jawab lebih lanjut dalam melindungi
individu dari bahaya adalah mendapatkan persetujuan mereka jika mereka
berpeluang terkena resiko apapun. Untungnya, hampir semua penelitian pendidikan
melibatkan kegiatan yang biasa, prosedur biasa dari sekolah atau lembaga lainnya
dan melibatkan sedikit atau tidak ada risiko. Legislasi mengakui secara khusus dan
mengecualikan sebagian besar kategori penelitian pendidikan dari proses tinjauan

8
formal. Meski demikian, peneliti harus hati-hati mempertimbangkan apakah ada
kemungkinan risiko yang terlibat dan jika ada, berikan informasi yang lengkap
dengan persetujuan formal oleh peserta (atau wali mereka). Tiga pertanyaan etis
yang penting untuk ditanyakan tentang bahaya dalam studi apapun yaitu :

1. Mungkinkah orang dibahayakan (secara fisik atau psikologis) selama penelitian?

2. Jika iya, bisakah penelitian dilakukan dengan cara lain untuk mencari tahu apa
yang peneliti ingin ketahui?

3. Apakah informasi yang bisa didapat dari penelitian ini begitu penting sehingga
membenarkan untuk membahayakan para peserta?

Ini adalah pertanyaan sulit, dan layak berdiskusi dan dipertimbangkan oleh semua
peneliti (Fraenkel, 1996). Peneliti juga harus memeriksa keseimbangan untung dan
rugi dalam penelitian.

Gambar 1. Cara menentukan perbandingan antara keuntungan dan kerugian (Sumber :


Susanti, 2007)

2.1.4 Memastikan Kerahasiaan Data Penelitian

Ketika data dalam sebuah penelitian dikumpulkan, peneliti harus


memastikan bahwa tidak ada orang lain (selain mungkin beberapa asisten uatama
riset) memiliki akses terhadap data. Bila memungkinkan, nama mata pelajaran
seharusnya dihapus dari semua formulir pengumpulan data. Hal ini bisa dilakukan
dengan menetapkan nomor atau huruf pada setiap formulir, atau subjek dapat
diminta untuk memberikan informasi secara anonim. Kapan hal ini dilakukan,
bahkan peneliti pun tidak bisa menghubungkan data ke subjek tertentu. Terkadang,

9
bagaimanapun, penting dalam sebuah penelitian untuk mengidentifikasi subyek
individu. Sistem keterkaitan harus dijaga dengan hati-hati (Fraenkel, 1996).

Semua subjek harus diyakinkan bahwa setiap data dikumpulkan dari atau
tentang mereka akan dijaga kerahasiaannya. Nama subyek individu tidak boleh
digunakan dalam publikasi apapun yang menggambarkan penelitian. Dan semua
peserta dalam sebuah penelitian sebaiknya selalu memiliki hak untuk menarik diri
dari penelitian atau untuk meminta agar data yang dikumpulkan dari mereka tidak
digunakan (Fraenkel, 1996).

Penelitian dan peninjauan penelitian memiliki alasan etis untuk mengakui


dan melindungi hak manusia. HAM yang membutuhkan perlindungan dalam
penelitian adalah hak untuk :

1. Determinasi diri
Hak ini berdasarkan prinsip etis yang muncul karena manusia mampu
menentukan atau mengontrol tujuan hidup mereka. Subjek prospektif (subjek
yang menjadi target penelitian) diberlakukan sebagai agen otonom dengan
memberi tahu tentang tujuan penelitian dan mengizinkan mereka memilih
antara berpatisipasi dalam penelitian atau tidak. Sebagai tambahan, subjek
memiliki hak untuk memutuskan keluar dari penelitan kapanpun.

2. Privasi
Privasi adalah kebebasan individu untuk menentukan waktu, lama, dan hal-
hal disekelilingnya dalam lingkup informasi pribadi yang akan dibagi atau
dirahasiakan dari oranglain. Informasi privasi termasuk tingkah laku seseorang,
kepercayaan, opini dan dokumennya. Privasi subjek dilindungi jika subjek
berkenan untuk berpartisipsi dalam penelitian dan secara suka rela membagi
informasi pribadi dengan peneliti.
3. Pemakaian nama samaran dan kerahasiaan
Berdasarkan hak atas privasi, subjek penelitian memiliki hak untuk
memakai nama samaran dan hak untuk tahu bahwa data yang dikumpulkan
dijaga kerahasiaannya. Pemakaian nama samaran dikatakan sempurna jika
identitas subjek tidak bisa diketahui sekalipun oleh peneliti. Pada banyak kasus,
peneliti tahu identitas subjek mereka dan berjanji akan menjaga rahasia mereka.

10
Kerahasiaan adalah manajemen peneliti terhadap informasi pribadi yang
dikatakan subjek. Peneliti harus menahan diri untuk membagi data subjek tanpa
persetujuan subjek.
4. Perlakuan yang benar dan adil
Hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil didasarkan pada prinsip etik
keadilan. Prinsip ini menyatakan bahwa setiap orang harus diperlakukan secara
adil dengan menerima segala yang menjadi haknya. Dalam penelitian,
penyeleksian subjek dan tindakan yang dilakukan pada mereka harus adil.

5. Perlindungan dari ketidaknyamanan dan bahaya


Hak ini didasarkan pada prinsip etis keuntungan yang mengatur seseorang
untuk melakukan hal yang bermanfaat dan tidak melakukan kerugian. Prinsip
ini mengindikasikan anggota masyarakat harus aktif mencegah
ketidaknyamanan, kerugian dan meningkatkan kebaikan disekitar mereka.
Selanjutnya peneliti harus melakukan penelitian untuk melindungi subjek dari
ketidaknyamanan dan kerugian serta mencoba untuk memberikan
keseimbangan keuntungan dan kerugian. Ketidaknyamanan dan kerugian dapat
bersifat psikologis, emosional, sosial dan ekonomi (Susanti, 2007).

2.1.5 Penipuan pada Subjek

Masalah penipuan sangat mengganggu. Dalam suatu penelitian, perlu


dipahami bahwa terdapat pedoman profesional saat ini adalah sebagai berikut:

1. Bila mungkin, seorang peneliti harus melakukan studi dengan menggunakan


metode yang tidak memerlukan penipuan.
2. Jika metode alternatif tidak dapat dibuat, peneliti harus menentukan apakah
penggunaan penipuan dibenarkan oleh, pendidikan, atau nilai ilmiah calon
studi diterapkan.
3. Jika peserta tertipu, peneliti harus memastikan bahwa mereka disediakan
dengan penjelasan yang cukup sesegera mungkin
Mungkin masalah yang paling serius yang melibatkan penipuan adalah apa
yang akhirnya dapat lakukan untuk reputasi komunitas ilmiah. Jika orang-orang
pada umumnya mulai berpikir ilmuwan dan peneliti sebagai pembohong, atau

11
sebagai individu yang menggambarkan apa yang mereka tentang, citra keseluruhan
ilmu mungkin menderita. Semakin sedikit orang akan bersedia untuk berpartisipasi
dalam penyelidikan penelitian. Akibatnya, pencarian pengetahuan yang dapat
diandalkan tentang dunia kita mungkin akan terhambat.

2.1.6 Tiga Contoh Melibatkan Kekhawatiran Etis

Berikut adalah penjelasan singkat dari tiga studi penelitian. Mari kita
perhatikan masing-masing dalam hal (1) penyajikan mungkin membahayakan
peserta, (2) memastikan kerahasiaan data penelitian, dan (3) sengaja berlatih
penipuan. (Gambar 4.2 menggambarkan beberapa contoh praktik penelitian yang
tidak etis.)

Penelitian 1. Peneliti berencana untuk mengamati (diam-diam) siswa di masing-


masing 40 ruang kelas dengan delapan kunjungan setiap durasi 40 menit. Tujuan
dari pengamatan ini adalah untuk mencari hubungan antara perilaku siswa dan guru
tertentu pola perilaku

Kemungkinan Harm ke Peserta. Penelitian ini akan jatuh dalam kategori


dikecualikan mengenai kemungkinan membahayakan peserta. Baik guru maupun
siswa ditempatkan di bawah resiko apapun, dan observasi adalah diterima sebagai
bagian dari praktek sekolah.

Kerahasiaan Data Penelitian. Satu-satunya masalah yang mungkin timbul dalam


hal ini adalah mungkin tetapi tidak mungkin pengamatan guru berperilaku dengan
cara yang ilegal atau tidak etis (misalnya, secara fisik atau verbal menyalahgunakan
mahasiswa).Dalam kasus yang pertama, peneliti secara hukum diharuskan untuk
melaporkan kejadian tersebut. Dalam kasus terakhir, peneliti harus
mempertimbangkan dilema etika yang terlibat dalam tidak melaporkan insiden
terhadap yang melanggar jaminan kerahasiaan.

Penipuan. Meskipun tidak ada penipuan yang langsung terlibat, peneliti akan harus
memberikan alasan bagi guru mengapa ia sedang diamati.

Penelitian 2. Peneliti ingin mempelajari nilai lokakarya tentang pencegahan bunuh


diri untuk siswa SMA. Lokakarya ini terdiri dari tiga pertemuan 2 jam membahas:

12
di mana sinyal bahaya, penyebab bunuh diri, dan sumber daya masyarakat yang
memberikan konseling akan dibahas. Siswa akan sukarela, dan setengah akan
ditugaskan untuk kelompok pembanding yang tidak akan berpartisipasi dalam
lokakarya. Hasil akan dinilai dengan membandingkan informasi belajar dan sikap
mereka yang menghadiri pertemuan dengan mereka yang tidak hadir.

Kemungkinan Harm ke Peserta. Apakah penelitian ini sesuai dengan kategori


dibebaskan berkaitan dengan kemungkinan resiko bagi para peserta tergantung
pada sejauh mana itu adalah atipikal untuk sekolah yang bersangkutan. Kami
berpikir bahwa di sebagian besar sekolah, penelitian ini mungkin akan dianggap
atipikal. Selain itu, dapat dibayangkan bahwa materi yang disampaikan dapat
menempatkan siswa pada risiko dengan mengaduk reaksi emosional. Dalam kasus
apapun, peneliti harus menginformasikan orang tua mengenai sifat penelitian dan
kemungkinan resiko yang terlibat dan memperolehmereka persetujuanuntuk anak-
anak mereka untuk berpartisipasi.

Kerahasiaan Data Penelitian. Tidak ada masalah yang diramalkan dalam hal ini,
meskipun kerahasiaan seperti apayang akan terjadi selama lokakarya tidak bisa,
tentu saja, dijamin.

Penipuan. Tidak ada masalah yang diramalkan.

Penelitian 3. Peneliti ingin mempelajari efek dari “kegagalan” versus “sukses”


dengan menilai keterampilan motorik siswa SMP selama kurun waktu tertentu.
Setiap periode pelatihan, para siswa akan diberikan umpan balik pada kinerja
mereka dibandingkan dengan yang dari siswa lain.

Kemungkinan Harm ke Peserta. Penelitian ini menyajikan beberapa masalah.


Beberapa siswa dalam kelompok “kegagalan” mungkin menderita tekanan
emosional. Meskipun siswa biasanya diberikan umpan balik serupa pada mereka
kinerjadi sebagian besar sekolah, umpan balik dalam penelitian ini (menjadi
sewenang-wenang) mungkin bertentangan secara dramatis dengan mereka
pengalamansebelumnya. Peneliti tidak dapat benar menginformasikan siswa, atau
orang tua mereka, tentang sifat menipu penelitian,karena untuk melakukannya akan
berlaku menghancurkan penelitian.

13
Kerahasiaan Data Penelitian. Kerahasiaan tidak muncul menjadi masalah dalam
penelitian ini.

Penipuan. Penipuan peserta jelas merupakan masalah. Salah satu alternatif adalah
dengan umpan balik berbasis kinerja aktual. Kesulitan di sini adalah bahwa riwayat
masing-masing siswa yang luas akan mempengaruhi kinerja individu dan
interpretasi umpan balik, sehingga mengacaukan hasil. Beberapa, tetapi tidak
semua, ini variabel asing dapat dikontrol (mungkin dengan memeriksa catatan
sekolah untuk data pada sejarah masa lalu atau dengan pretesting siswa).

2.1.7 Etika Penelitian

Dalam melaksanakan suatu kegiatan penelitian, peneliti berusaha untuk selalu


memperhatikan hak partisipan dengan cara memperhatikan prinsip-prinsip etika
penelitian. Adapun etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain sebagai
berikut (Afiyanti & Rachmawati, 2014):
1. Nonmaleficience
Peneliti memiliki kewajiban untuk menghindari, mencegah, dan
meminimalkan bahaya yang ditimbulkan apabila subyek penelitian adalah manusia
(Polit & Beck, 2012). Dengan dilaksanakannya prinsip pertama ini, diyakini akan
tidak menimbulkan bahaya bagi partisipan, karena metode yang digunakan adalah
wawancara. Selama proses wawancara tidak terjadi hal-hal yang dapat
membahayakan bagi partisipan misalnya partisipan memiliki keluhan-keluhan
karena sakitnya, merasa tidak nyaman, maka wawancara akan terus dilanjutkan.
2. Beneficence
Peneliti memiliki kewajiban untuk meminimalkan kerugian dan
memaksimalkan keuntungan. Penelitian dengan subyek manusia harus
menghasilkan manfaat bagi peserta (Polit & Beck, 2012). Beneficence merupakan
prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan kepada kebaikan
partisipan.
3. Autonomy
Partisipan penelitian ini memiliki hak mengungkapkan secara penuh untuk
bertanya, menolak, dan mengakhiri partisipasinya (Polit & Beck, 2012). Partisipan

14
berhak menentukan ikut berpartisipasi dalam penelitian atau tidak setelah diberikan
penjelasan mengenai tujuan, manfaat, dan waktu penelitian.
4. Anonymity
Sebagian besar penelitian yang melibatkan manusia akan mengganggu
kehidupan pribadinya. Peneliti harus memastikan tidak mengganggu privasi
narasumber, diperlukan untuk menjaga privasi agar dipertahankan terus menerus.
Partisipan memiliki hak bahwa segala informasi dan data mereka akan disimpan
dalam kerahasiaan (anonymity) (Polit & Beck, 2012). Peneliti menjaga kerahasiaan
dengan memberikan kode peserta mengenai identitasnya.
5. Justice
Prinsip memberikan keadilan dan kesetaraan dalam penelitian, dengan
memberikan perlakuan yang sama kepada semua partisipan (Polit & Beck, 2012).
Setiap partisipan diberikan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, dan prosedur
penelitian. Peneliti menghormati dan menghargai partisipan apa adanya tanpa
membedakan latar belakang budaya. Peneliti berusaha menuliskan segala kejadian
secara jujur.
6. Informed Consent
Sebelum penelitian dilakukan, informasi dijelaskan secara lengkap tentang
penelitian yang akan dilakukan dan memberikan kebebasan untuk berpartisipasi
atau menolak menjadi partisipan. Setelah partisipan bersedia maka diminta untuk
menandatangani informed consent.

2.1.8 Penelitian dengan anak-anak

Studi menggunakan anak-anak sebagai peserta menghadirkan beberapa


masalah khusus bagi peneliti. Kaum muda lebih rentan dalam beberapa hal,
memiliki lebih sedikit hak legal. Oleh karena itu, pedoman spesifik berikut perlu
dipertimbangkan.

1. Informasi persetujuan orang tua atau orang yang ditunjuk secara hukum
sebagai pengasuh diperlukan untuk peserta yang didefinisikan sebagai anak
di bawah umur. Penandatangan harus diberikan semua informasi yang
diperlukan dalam bahasa yang sesuai dan harus memiliki kesempatan untuk
menolak.

15
2. Periset tidak menampilkan diri sebagai ahli diagnosa atau konselor dalam
melaporkan hasilnya kepada orang tua, juga tidak melaporkan informasi
yang diberikan oleh seorang anak secara percaya diri.
3. Anak-anak mungkin tidak pernah dipaksa berpartisipasi dalam sebuah
penelitian.

2.2 Peraturan penelitian


Menurut Fraenkel (1996), Peraturan yang secara langsung mempengaruhi
peneliti adalah National Research Act 1974. Badan ini mengharuskan semua
lembaga penelitian yang menerima dana federal menetapkan apa yang dikenal
sebagai Institutional Review Boards untuk meninjau dan menyetujui proyek
penelitian. Tinjauan semacam itu harus dilakukan apakah penelitian dilakukan oleh
peneliti tunggal atau sekelompok peneliti. Jika investigasi yang didanai oleh
pemerintah federal, kegagalan untuk mematuhi dapat berarti bahwa seluruh institusi
akan kehilangan semua dukungan federalnya (misalnya, keuntungan veteran, uang
beasiswa). Badan federal yang memiliki tanggung jawab utama untuk menetapkan
pedoman penelitian yang melibatkan subyek manusia adalah Departemen
Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan.
Di Indonesia sendiri segala peraturan tentang peneliti ataupun penelitian
diatur dalam undang undang nomor 18 tahun 2002 tentang sistem nasional
penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dimana
didalamnya diatur mengenai ketentuan umum, asas dan tujuan, fungsi,
kelembagaan, sumber daya dan jaringan dan sebagainya. Selain itu untuk kode
etik sendiri diatur dalam peraturan kepala lembaga ilmu pengetahuan Indonesia
(LIPI) yang memuat berbagai jenis kode etika dalam penelitian seperti :
1. Kode pertama
Peneliti membaktikan diri pada pencarian kebenaran ilmiah untuk
memajukan ilmu pengetahuan, menemukan teknologi, dan menghasilkan inovasi
bagi peningkatan peradaban dan kesejahteraan manusia. Dalam pencarian
kebenaran ilmiah Peneliti harus menjunjung sikap ilmiah, yaitu:
a. kritis yaitu pencarian kebenaran yang terbuka untuk diuji;
b. logis yaitu memiliki landasan berpikir yang masuk akal dan betul;dan
c. empiris yaitu memiliki bukti nyata dan absah.

16
Adapun tantangan dalam pencarian kebenaran ilmiah adalah kejujuran untuk
terbuka diuji kehandalan karya penelitiannya yang mungkin membawa kemajuan
ilmu pengetahuan, menemukan teknologi, dan menghasilkan inovasi, dan
keterbukaan memberi semua informasi kepada orang lain untuk memberi penilaian
terhadap sumbangan dan/atau penemuan imiah tanpa membatasi pada informasi
yang membawa ke penilaian dalam 1 (satu) arah tertentu. Dalam menghasilkan
sumbangan dan/atau penemuan ilmiah yang bermanfaat bagi peningkatan
kesejahteraan manusia dan peradaban, Peneliti harus teguh hati untuk:
a. bebas dari persaingan kepentingan bagi keuntungan pribadi agar hasil pencarian
kebenaran dapat bermafaat bagi kepentingan umum
b. menolak penelitian yang berpotensi tidak bermanfaat dan merusak
peradaban, seperti penelitian bersifat fiktif, membahayakan kesehatan
masyarakat, berisiko penghancuran sumber daya bangsa, merusak keamanan
negara, dan mengancam kepentingan bangsa; dan
c. arif tanpa mengorbankan integritas ilmiah dalam berhadapan dengan kepekaan
komunitas agama, budaya, ekonomi, dan politik dalam melaksanakan kegiatan
penelitian

2. Kode kedua,

Peneliti melakukan kegiatannya dalam cakupan dan batasan yang


diperkenankan oleh hukum yang berlaku, bertindak dengan mendahulukan
kepentingan dan keselamatan semua pihak yang terkait dengan penelitiannya,
berlandaskan tujuan mulia berupa penegakan hak-hak asasi manusia dengan
kebebasan-kebebasan mendasarnya. Muatan nilai dalam suatu penelitian dapat
dikembalikan pada tindakan yang mengikuti aturan keemasan atau asas timbal-
balik, yaitu “berlakulah ke orang lain hanya sepanjang Anda setuju diperlakukan
serupa dalam situasi yang sama. Aturannya adalah:

a. Peneliti bertanggung jawab untuk tidak menyimpang dari metodologi penelitian


yang ada; dan
b. pelaksanan penelitian mengikuti metode ilmiah yang kurang lebih baku, dengan
semua perangkat pembenaran metode dan pembuktian hasil yang diperoleh.

17
3. Kode ketiga,

Peneliti mengelola sumber daya keilmuan dengan penuh rasa tanggung


jawab, terutama dalam pemanfaatannya, dan mensyukuri nikmat anugerah
tersedianya sumber daya keilmuan baginya. Peneliti berbuat untuk melaksanaan
penelitian dengan asas manfaat baik itu berarti:

a. hemat dan efisien dalam penggunaan dana dan sumber daya lain
b. menjaga peralatan ilmiah dan alat bantu lain, khususnya
peralatan yang mahal, tidak dapat diganti, dan butuh waktu
panjang untuk pengadaan kembali agar tetap bekerja baik; dan
c. menjaga jalannya percobaan dari kecelakaan bahan dan gangguan
lingkungan karena penyalahgunaan bahan yang berbahaya yang
dapat merugikan kepentingan umum dan lingkungan.

Peneliti bertanggung jawab atas penyajian hasil penelitiannya dengan


membuka akses bagi Peneliti lain untuk mereproduksinya agar merekadapat
memperbandingkan kehandalannya. Untuk itu, Peneliti harus mencatat dan
menyimpan data penelitian dalam bentuk rekaman tahan lama dengan
memperhatikan segi moral dalam perolehan dan penggunaan data yang seharusnya
disimpan Peneliti. Peneliti boleh jadi harus menyimpan data mentah selama jangka
waktu yang cukup panjang setelah dipublikasikan, yang memungkinkan Peneliti
lain untuk menilai keabsahannya.

4. Kode keempat,

Peneliti mengelola jalannya penelitian secara jujur, bernurani, dan berkeadilan


terhadap lingkungan penelitiannya. Jujur, bernurani, dan berkeadilan adalah nilai
yang inheren dalam diri Peneliti. Peneliti mewujudkan nilai semacam ini dengan:

a. perilaku kebaikan, misalnya sesama Peneliti memberi kemungkinan pihak lain


mendapat akses terhadap sumber daya penelitian baik untuk melakukan
verifikasi maupun untukpenelitian lanjutan; dan
b. perilaku hormat pada martabat, misalnya sesama Peneliti harus saling
menghormati hak-hak Peneliti untuk menolak ikut serta ataupun menarik diri
dalam suatu penelitian tanpa prasangka.

18
Peneliti yang jujur dengan hati nurani akan menampilkan keteladanan moral
dalam kehidupan dan pelaksanaan penelitian untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi bagi keselamatan manusia dan lingkungannya, sebagai
pengabdian dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keteladanan moral itu
seharusnya tampak dalam perilaku tidak melakukan perbuatan tercela yang
merendahkan martabat Peneliti sebagai manusia bermoral, yang dalam masyarakat
tidak dapat diterima keberadaannya, seperti budi pekerti rendah, tindak tanduk
membabi buta dan kebiasaan buruk, baik dalam pelaksanaan penelitian maupun
pergaulan ilmiah.

5. Kode kelima,

Peneliti menghormati objek penelitian manusia, sumber daya alam hayati dan
non-hayati secara bermoral, berbuat sesuai dengan perkenan kodrat dan karakter
objek penelitiannya, tanpa diskriminasi dan tanpa menimbulkan rasa merendahkan
martabat sesama ciptaan Tuhan. Objek manusia dalam suatu penelitian sosial dan
sumber daya alam dalam suatu percobaan in vivo dan in vitro merupakan sumber
daya umum dalam penelitian. Perlakuan tidak hormat pada manusia dan kejam
terhadap sumber daya hayati merupakan pelanggaran etika. Secara umum Peneliti
tidak untuk menyakiti baik secara fisik maupun secara psikis objek hidup baik
manusia maupun sumber daya hayati. Semua harus diperlakukan secara bermoral
dengan mengikuti baku klirens etika yang disahkan oleh komisi klirens etik bidang
ilmu yang relevan.

Kebebasan Peneliti dalam menentukan arah penelitiannya dijamin sebagai


bagian dari kedudukan Peneliti dalam masyarakat. Walaupun begitu, kebebasan ini
tidak dapat dikompromikan dengan sikap dan tata cara mendiskriminasi,
menstigmatisasi objek atau lingkungan penelitiannya. Bahkan alasan untuk
kebaikan sasaran penelitian tidak dapat digunakan untuk memanipulasi jalannya
penelitian atau data penelitian yang tidak jujur, yang menyimpang dari tradisi
cermat dan teliti.

19
6. Kode keenam,

Peneliti membuka diri terhadap tanggapan, kritik, dan saran dari sesama
Peneliti terhadap proses dan hasil penelitian, yang diberinya kesempatan dan
perlakuan timbal balik yang setara dan setimpal, saling menghormati melalui
diskusi dan pertukaran pengalaman dan informasi ilmiah yang objektif. Dalam
penelitian ilmiah, diskusi secara terbuka dan secara jujur mutlak diperlukan untuk
memajukan ilmu pengetahuan. Diskusi harus bebas dari tekanan kekuasaan dan
netral dari kepentingan sepihak baik politik, sosial, dan budaya. Diskusi harus bebas
dari kecemburuan pribadi dan kecemburuan profesional, persaingan dan silang
pendapat tidak sehat, serta pertentangan kepentingan.

Peneliti dituntut untuk menampilkan kerjasama membangun yang


menyumbang dengan berbagi keahlian dan pengetahuan dalam penelitian bersama
atau kerja tim. Adalah perilaku yang melanggar prinsip etika penelitian, bila dan
jika Peneliti mementingkan diri sendiri dalam penelitian bersama tanpa kesediaan
untuk berbagi pengetahuan dalam melaksanakan suatu penelitian bersama. Sesama
Peneliti bersikap saling menghormati melalui diskusi ilmiah objektif dalam batas
sopan santun Peneliti yang bermartabat, menghindari diskusi yang dapat mengarah
pada nalar keilmuan semu, yang bermuatan ancaman psikis dan kekerasan fisik.
Peneliti senior selaku mentor juga menjadi teladan disiplin, tanggung jawab, dan
perilaku sopan dalam ikut menumbuhkan kreativitas Peneliti junior dan Peneliti
junior harus berperilaku santun menghormati bimbingan keilmuan Peneliti
seniornya.

7. Kode ketujuh,

Peneliti mengelola, melaksanakan, dan melaporkan hasil penelitian


ilmiahnya secara bertanggung jawab, cermat, dan seksama. Pengetahuan ilmiah
bersifat kumulatif dan dibangun atas sumbangan sejumlah besar Peneliti dan
akademisi sepanjang masa. Pengakuan sumbangan berbentuk pujian, kutipan atau
sebagai kepengarangan bersama harus disebutkan jika gagasan-gagasan
penyumbang telah mempengaruhi secara berarti isi karangan seorang Peneliti.
Tanggung jawab kepengarangan adalah untuk memastikan hak
kepengarangan beserta keuntungan-keuntungan yang melekat padanya. Peneliti

20
menerima tanggung jawab yang terikat pada kepengarangan bila Peneliti memberi
sumbangan ilmiah bermakna, yaitu:

a. konsep, rancangan, analisis, dan penafsiran data;


b. menulis naskah atau merevisi secara kritis substansi penting; dan
c. mengarang “pendahuluan/prolog“ (sebagai penyunting) karena otoritas
keilmuannya yang diakui oleh komunitas ilmiah.

Dalam dunia ilmiah tidak dikenal istilah “kepengarangan kehormatan“ untuk


penghormatan ketokohan seseorang yang berperan sebagai penyandang dana,
pemberi sambutan, pemimpin unit kerja, pengelola program/proyek. Dalam dunia
keilmuan juga tidak dikenal “kepengarangan patron“ yaitu, menjadi pengarang
tunggal atau pengarang utama dari karya para Peneliti junior yang dibimbing oleh
Peneliti senior. Untuk pengakuan sumbangan ketokohan dan kesenioran seseorang
yang tidak memberikan sumbangan intelektual bermakna dapat berupa ucapan
terimakasih, tetapi bukan memperoleh hak kepengarangan.

8. Kode kedelapan,

Peneliti menyebarkan informasi tertulis dari hasil penelitiannya, informasi


pendalaman pemahaman ilmiah dan/atau pengetahuan baru yang terungkap dan
diperolehnya, disampaikan ke dunia ilmu pengetahuan pertama kali dan sekali,
tanpa mengenal publikasi duplikasi atau berganda atau diulang-ulang. Plagiat
sebagai bentuk pencurian hasil pemikiran, data atau temuantemuan, termasuk yang
belum dipublikasikan, perlu ditangkal secara lugas. Plagiarisme secara singkat
didefinisikan sebagai “mengambil alih gagasan atau kata-kata tertulis dari
seseorang, tanpa pengakuan pengambilalihan dan dengan niat menjadikannya
sebagai bagian dari karya keilmuan yang mengambil“. Dari rumusan ini plagiat
dapat juga terjadi dengan pengutipan dari tulisan Peneliti sendiri (tulisan
terdahulunya) tanpa mengikuti format merujuk yang baku, sehingga dapat saja
terjadi auto-plagiarism.

Informasi atau pengetahuan keilmuan baru, yang diperoleh dari suatu


penelitian, menambah khazanah ilmu pengetahuan melalui publikasi ilmiahnya.
Karenanya bila tanpa tambahan informasi atau pengetahuan ilmiah baru, suatu

21
karya tulis ilmiah hanya dapat dipublikasikan “pertama kali dan sekali itu saja“.
Selanjutnya, sebagai bagian dari upaya memajukan ilmu pengetahuan, karya tulis
ilmiah pertama ini dapat dijadikan rujukan untuk publikasi yang membangun lanjut
pemahaman yang awal itu (incremetal innovation).

9. Kode kesembilan,

Peneliti memberikan pengakuan melalui: penyertaan sebagai penulis


pendamping; pengutipan pernyataan atau pemikiran orang lain; dan/atau dalam
bentuk ucapan terima kasih yang tulus kepada Peneliti yang memberikan
sumbangan berarti dalam penelitiannya, yang secara nyata mengikuti tahapan
rancangan penelitian dimaksud, dan mengikuti dari dekat jalannya penelitian itu.
Nilai penting yang melekat pada aspek memberi pengakuan bagi
seorang Peneliti meliputi:

a. jujur: menolak praktik merekayasa data ilmiah atau memalsukan data ilmiah,
bukan saja karena secara moral itu salah (tidak jujur), tetapi karena praktik ini
akan menghasilkan kesalahan-kesalahan, yang mendorong rusaknya iklim
kepercayaan yang menjadi dasar kemajuan ilmu pengetahuannya sendiri, seperti
mengabaikan hak milik intelektual atas pemikiran dalam usulan penelitian dan
menggunakan pemikiran tersebut dalam penelitian sendiri
b. amanah: dalam etika kepengarangan berlaku ungkapan “penghargaan
seharusnya disampaikan pada yang berhak memperolehnya” yang mencakup
seputar pengakuan, hormat sesama, gengsi, uang, dan hadiah. Ini semua
merupakan bentuk penghargaan yang harus sampai ke yang berhak. Prinsip
inilah yang menjadi sumber motivasi ilmuwan untuk berkarya berpedoman pada
wajib lapor, saling mengisi, mengumpan, dan berbagi informasi dalam
memelihara pemupukan khazanah ilmu pengetahuan, seperti Peneliti senior
tidak berhak menyajikan data atau hasil karya Peneliti yang mereka supervisi
tanpa sepengetahuan dan persetujuan Peneliti yang disupervisi serta tanpa
mencantumkan penghargaan
c. cermat: mengupayakan tidak terjadinya kesalahan dalam segala bentuk,
kesalahan percobaan, kesalahan secara metode, dan kesalahan manusiawi yang
tak disengaja apalagi yang disengaja, seperti juga kejujuran di atas, kecermatan

22
ini juga merupakan kunci tercapainya tujuan ilmu pengetahuan, misalnya alih
bahasa, saduran dan penerbitan ulang (republish ataupun reprint) suatu karangan
ilmiah yang berguna bagi penyebaran (dissemination) ilmu pengetahuan harus
atas seizin penerbit atau pengarangnya. Dengan sendirinya hal sebaliknya juga
berlaku. Tindakan korektif secara ilmiah terkait dengan layanan dan capaian
tujuan membangun ilmu pengetahuan, menemukan dan membahas siapa yang
bertanggung jawab terhadap kekeliruan ilmiah yang artinya bahwa tanggung
jawab dalam penegakan Kode Etika Peneliti adalah sisi lain dari amanah dan
sebaliknya.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Istilah etika mengacu pada pertanyaan yang benar dan yang salah. Ketika
peneliti memikirkan tentang etika, mereka harus bertanya pada diri sendiri
apakah "benar" untuk melakukan studi tertentu atau melaksanakan prosedur
tertentu. Webster’s New World Dictionary mendefinisikan etika (perilaku)
sebagai "sesuai dengan standar perilaku profesi atau kelompok tertentu
Etika penelitian yang harus diperhatikan yakni Nonmaleficience,
Beneficence, Autonomy, Anonymity Justice, dan Informed Consent.
2. Peraturan yang secara langsung mempengaruhi peneliti adalah National
Research Act 1974 untuk meninjau dan menyetujui proyek penelitian. Di
Indonesia sendiri segala peraturan tentang peneliti ataupun penelitian diatur
dalam undang undang nomor 18 tahun 2002 tentang sistem nasional
penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3.2 Saran

Penting dalam melaksanakan suatu kegiatan penelitian, agar peneliti berusaha


untuk selalu memperhatikan hak partisipan dengan cara memperhatikan prinsip-
prinsip etika penelitian, agar tidak terjadi kerugian fisik atau psikologis yang akan
dialami seseorang sebagai hasil dari sebuah penelitian.

24
DAFTAR RUJUKAN

Afiyanti, Y., Rachmawati, I. N. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam. Riset


Keperawatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Fraenkel, J. R. dan Wallen, N. E. 1996. How to Design and Evaluate Research in
Education Third Edition. New York: McGraw- Hill. Inc.
Jacob, Brian A.2004. Accountability, incentives and behavior: the impact of high-
stakes testing in the Chicago Public Schools. Journal of Public Economics.
89, 761–796
Polit, D. F., Beck, C.T. 2012. Nursing Research Generating and Assessing Evidence
for Nursing Practice: 9th Edition. Wilkins: Philadelphia.
Sujatno, Muchtan. 2008. Bab II Etika Penelitian, In Metodologi Penelitian
Biomedis, Edisi II. Bandung : Danamartha Sejahtera Utama.
Susanti, Nova, dkk. 2007. Tugas Riset Keperawatan (Etik dan Penelitian). Padang
: Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
Vardiansyah, Dani. 2005. Filsafat Ilmu Komunikasi (Suatu Pengantar). Jakarta :
PT Indeks Kelompok Gramedia.

25

Anda mungkin juga menyukai