MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metode Penelitian Pendidikan
yang dibina Oleh Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc, Ph.D.
Oleh
Kelompok 4 / Offering A 2015
(1) Asma’ul Husna (150341602400)
(2) Aushofusy Syarifah Agustin (150341606815)
(3) Dita Perdana (150341607509)
(4) Koko Murdianto (150341605345)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Metode Penelitian Pendidikan.
Makalah ini berjudul “ETIKA DAN PENELITIAN ”. Dalam makalah ini di
jelaskan mengenai Etika dalam penelitian dan peraturan penelitian. Penyusun
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya
makalah ini, terutama kepada:
1. Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc, Ph.D. selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya
makalah ini.
2. Orang tua, kakak dan adik tercinta yang telah memberi dukungan moral dan
finansial sehingga menambah motivasi dan semangat.
3. Teman-teman dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan,
yang tidak dapat Penyusun sebutkan satu per satu.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari Pembaca untuk melengkapi
kekurangan makalah ini guna penyusunan makalah selanjutnya. Semoga penulisan
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis ucapkan
terimakasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul........................................................................................... i
Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................iii
BAB 1 Pendahuluan
1.1.Latar Belakang.........................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3. Tujuan.....................................................................................................2
BAB 2 Pembahasan
2.1 Etika dalam penelitian ............................................................................3
BAB 3 Penutup
3.1 Kesimpulan.............................................................................................24
3.2 Saran........................................................................................................24
Daftar Rujukan..............................................................................................25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial yang selalu berinteraksi secara terus menerus
terhadap diri sendiri, keluarga dan lingkungan masyarakat. Dalam berinteraksi
dengan manusia lain ada peraturan, norma-norma dan kaidah yang telah dibuat oleh
diri sendiri maupun norma yang telah disepakati bersama, baik itu peraturan tertulis
mau pun peraturan yang tidak tertulis. Salah satu bentuk peraturan adalah etika.
Ketidaktahuan seorang akan etika inilah yang sering lalai membuat benturan-
benturan. Atau, mereka tahu, namun masing-masing memakai etika yang berbeda.
Manusia adalah mahluk ciptaan tuhan yang paling agung dan sempurna, yang
dilengkapi dengan peralatan jasmaniah dan rohaniah. Salah satu yang membedakan
manusia dengan mahluk yang lainnya adalah manusia diberikan akal, budi, dan hati
nurani, selain seperangkat naluri.
Bila suatu ketika seorang peneliti dihadapkan pada suatu situasi dan ia harus
memutuskan sesuatu apa yang harus ia lakukan, seorang peneliti akan berpikir
mengenai baik dan buruknya, untung dan ruginya, serta boleh atau tidaknya
tindakan itu ia lakukan. Pada saat itulah mekanisme peralatan rohaniah seorang
peneliti berjalan. Seorang peneliti harus berfikir secara ilmiah, berpikir ilmiah
menurut Poedjawijatna sebagaimana yang dikutip oleh Vardiansyah (2005) ada
empat cara berfikir ilmiah diantaranya adalah objektif, metodis, sistematis dan
universal. Sementara itu menurut Jacob (2004), peneliti dalam melaksanakan
seluruh kegiatan penelitian harus memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude)
serta menggunakan prinsip-prinsip etika penelitian. Meskipun intervensi yang
dilakukan dalam penelitian tidak memiliki risiko yang dapat merugikan atau
membahayakan subjek penelitian, namun peneliti perlu mempertimbangkan aspek
sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah:
1.2.1 Bagaimana etika dalam penelitian?
1.2.2 Bagaimana peraturan penelitian?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.3.1 Mengetahui etika dalam penelitian
1.3.2 Mengetahui peraturan penelitian
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
informasi, baik masyarakat awam atau professional berbagai bidang, utamanya
professional bidang kesehatan.
2.1.2 Beberapa Contoh Praktik Tidak Etis
Istilah etika mengacu pada pertanyaan yang benar dan yang salah. Ketika
peneliti memikirkan tentang etika, mereka harus bertanya pada diri sendiri apakah
"benar" untuk melakukan studi tertentu atau melaksanakan prosedur tertentu.
Terdapat beberapa jenis penelitian yang sebaiknya tidak dilakukan, berikut adalah
beberapa contoh praktik yang tidak etis:
4
2.1.3 Pernyataan Prinsip Etis
Webster’s New World Dictionary mendefinisikan etika (perilaku) sebagai "sesuai
dengan standar perilaku profesi atau kelompok tertentu." Apa yang oleh para periset
dianggap etis, oleh karena itu, sebagian besar merupakan masalah kesepakatan di
antara mereka. Beberapa tahun yang lalu, Komite Etika Ilmiah dan Asosiasi Profesi
Psikologi Amerika menerbitkan daftar prinsip etika untuk melakukan penelitian
dengan subyek manusia. Beberapa prinsip diadaptasi sehingga berlaku untuk
penelitian pendidikan seperti dibawah ini (Fraenkel, 1996).
5
dalam kesepakatan tersebut. Peneliti menginformasikan peserta dari semua
aspek penelitian yang mungkin diharapkan dapat mempengaruhi kesediaan
mereka untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dan menjawab dengan jujur
setiap pertanyaan yang mungkin mereka miliki mengenai penelitian ini.
Kegagalan oleh peneliti untuk membuat pengungkapan penuh sebelum
mendapatkan Penjelasan dan persetujuan memerlukan pengamanan tambahan
untuk melindungi kesejahteraan dan martabat peserta penelitian. Selanjutnya,
penelitian dengan anak-anak atau dengan peserta yang memiliki gangguan yang
akan membatasi pemahaman dan atau komunikasi memerlukan prosedur
pengamanan khusus.
e) Terkadang disain sebuah studi membuat diperlukan penggunaan
penyembunyian atau penipuan. Bila ini masalahnya, peneliti memiliki tanggung
jawab khusus untuk menentukan apakah penggunaan teknik semacam itu
dibenarkan oleh nilai ilmiah atau pendidikan calon peneliti, menentukan apakah
prosedur alternatif tersedia yang tidak menggunakan penyembunyian atau
penipuan, dan memastikan bahwa peserta diberi penjelasan yang memadai
sesegera mungkin.
f) Peneliti menghargai hak setiap individu untuk menolak berpartisipasi dalam
penelitian atau menarik diri dari berpartisipasi setiap saat. Kewajiban peneliti
dalam hal ini sangat penting saat dia berada dalam posisi otoritas atau pengaruh
terhadap peserta dalam sebuah penelitian. Posisi wewenang semacam itu
mencakup, namun tidak terbatas pada situasi di mana partisipasi penelitian
dibutuhkan sebagai bagian pekerjaan atau dimana peserta adalah siswa, klien,
atau karyawan penyidik.
g) Peneliti melindungi semua peserta dari ketidaknyamanan fisik dan mental,
bahaya, dan bahaya yang mungkin timbul dari berpartisipasi dalam penelitian.
Jika risiko dari konsekuensi tersebut ada, penyidik menginformasikan kepada
peserta mengenai fakta tersebut. Jika risiko dari konsekuensi tersebut ada,
penyidik menginformasikan peserta dari fakta itu. Prosedur penelitian yang
cenderung menyebabkan kerugian serius atau kekal bagi peserta tidak digunakan
kecuali jika kegagalan untuk menggunakan prosedur ini dapat menyebabkan
peserta terkena risiko bahaya yang lebih besar, atau jika penelitian tersebut
6
memiliki potensi keuntungan yang besar dan Penjelasan dan persetujuan serta
sukarela diperoleh dari masing-masing peserta. Semua peserta harus diberi tahu
bagaimana mereka dapat menghubungi peneliti dalam jangka waktu yang wajar
setelah partisipasi mereka jika stres atau potensi bahaya muncul
h) Setelah data dikumpulkan, peneliti memberikan semua informasi kepada peserta
tentang sifat studi dan melakukan yang terbaik untuk menghilangkan
kesalahpahaman yang mungkin telah dikembangkan. Bila nilai ilmiah atau
kemanusiaan membenarkan menunda atau menahan informasi ini, peneliti
memiliki tanggung jawab khusus untuk melakukannya hati-hati mengawasi
penelitian dan untuk memastikan bahwa tidak ada konsekuensi yang merugikan
bagi peserta.
i) Apabila prosedur penelitian menghasilkan konsekuensi yang tidak diinginkan
bagi peserta, peneliti memiliki tanggung jawab untuk mendeteksi dan
menghapus atau memperbaiki konsekuensi ini, termasuk efek jangka panjang.
j) Informasi yang diperoleh tentang peserta penelitian selama penyelidikan bersifat
rahasia kecuali disepakati lain terlebih dahulu. Bila ada kemungkinan ada
kemungkinan orang lain memperoleh akses terhadap informasi semacam itu,
kemungkinan ini, bersamaan dengan rencana untuk melindungi kerahasiaan,
dijelaskan kepada peserta sebagai bagian dari prosedur untuk mendapatkan
penjelasan dan persetujuan.
1. Menghormati orang
2. Manfaat
3. Tidak membahayakan subbyek penelitian
4. Keadilan
7
Melindungi peserta penelitian dari bahaya adalah tanggung jawab mendasar
setiap peneliti untuk memastikan peserta dalam studi penelitian terlindungi dari
bahaya fisik atau psikologis, ketidaknyamanan, atau bahaya yang mungkin timbul
akibat prosedur penelitian. Hal tersebut mungkin keputusan etis yang paling
penting.
1. Risiko Fisik
Tujuan utama kode etik adalah untuk melindungi keselamatan dan
keamanan subyek penelitian. Keadaan ini akan dialami subyek :
a. Efektivitas yang belum diketahui yang diuji
b. Akibat penghentian pengobatan
c. ESO yang belum diketahui
2. Risiko Psikologis
Penilaian risiko ini adalah kualitatif, misalnya rasa cemas atau malu.
Penilaian diperoleh dari wawancara. Hal ini dapat diantisipasi dengan
penjelasan sebelumnya.
3. Risiko Sosial
Apabila data subyek tidak mendapat pengamanan dari segi kerahasiaan,
subyek dapat mengalami kehilangan pekerjaan, diisolasi oleh
masyarakat sekitarnya, berselisih dengan suami/mertua, dituntut
melanggar hukum. Risiko psikologis dan social juga dipengaruhi
perkembangan kebudayaan (Sujatno, 2008).
8
formal. Meski demikian, peneliti harus hati-hati mempertimbangkan apakah ada
kemungkinan risiko yang terlibat dan jika ada, berikan informasi yang lengkap
dengan persetujuan formal oleh peserta (atau wali mereka). Tiga pertanyaan etis
yang penting untuk ditanyakan tentang bahaya dalam studi apapun yaitu :
2. Jika iya, bisakah penelitian dilakukan dengan cara lain untuk mencari tahu apa
yang peneliti ingin ketahui?
3. Apakah informasi yang bisa didapat dari penelitian ini begitu penting sehingga
membenarkan untuk membahayakan para peserta?
Ini adalah pertanyaan sulit, dan layak berdiskusi dan dipertimbangkan oleh semua
peneliti (Fraenkel, 1996). Peneliti juga harus memeriksa keseimbangan untung dan
rugi dalam penelitian.
9
bagaimanapun, penting dalam sebuah penelitian untuk mengidentifikasi subyek
individu. Sistem keterkaitan harus dijaga dengan hati-hati (Fraenkel, 1996).
Semua subjek harus diyakinkan bahwa setiap data dikumpulkan dari atau
tentang mereka akan dijaga kerahasiaannya. Nama subyek individu tidak boleh
digunakan dalam publikasi apapun yang menggambarkan penelitian. Dan semua
peserta dalam sebuah penelitian sebaiknya selalu memiliki hak untuk menarik diri
dari penelitian atau untuk meminta agar data yang dikumpulkan dari mereka tidak
digunakan (Fraenkel, 1996).
1. Determinasi diri
Hak ini berdasarkan prinsip etis yang muncul karena manusia mampu
menentukan atau mengontrol tujuan hidup mereka. Subjek prospektif (subjek
yang menjadi target penelitian) diberlakukan sebagai agen otonom dengan
memberi tahu tentang tujuan penelitian dan mengizinkan mereka memilih
antara berpatisipasi dalam penelitian atau tidak. Sebagai tambahan, subjek
memiliki hak untuk memutuskan keluar dari penelitan kapanpun.
2. Privasi
Privasi adalah kebebasan individu untuk menentukan waktu, lama, dan hal-
hal disekelilingnya dalam lingkup informasi pribadi yang akan dibagi atau
dirahasiakan dari oranglain. Informasi privasi termasuk tingkah laku seseorang,
kepercayaan, opini dan dokumennya. Privasi subjek dilindungi jika subjek
berkenan untuk berpartisipsi dalam penelitian dan secara suka rela membagi
informasi pribadi dengan peneliti.
3. Pemakaian nama samaran dan kerahasiaan
Berdasarkan hak atas privasi, subjek penelitian memiliki hak untuk
memakai nama samaran dan hak untuk tahu bahwa data yang dikumpulkan
dijaga kerahasiaannya. Pemakaian nama samaran dikatakan sempurna jika
identitas subjek tidak bisa diketahui sekalipun oleh peneliti. Pada banyak kasus,
peneliti tahu identitas subjek mereka dan berjanji akan menjaga rahasia mereka.
10
Kerahasiaan adalah manajemen peneliti terhadap informasi pribadi yang
dikatakan subjek. Peneliti harus menahan diri untuk membagi data subjek tanpa
persetujuan subjek.
4. Perlakuan yang benar dan adil
Hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil didasarkan pada prinsip etik
keadilan. Prinsip ini menyatakan bahwa setiap orang harus diperlakukan secara
adil dengan menerima segala yang menjadi haknya. Dalam penelitian,
penyeleksian subjek dan tindakan yang dilakukan pada mereka harus adil.
11
sebagai individu yang menggambarkan apa yang mereka tentang, citra keseluruhan
ilmu mungkin menderita. Semakin sedikit orang akan bersedia untuk berpartisipasi
dalam penyelidikan penelitian. Akibatnya, pencarian pengetahuan yang dapat
diandalkan tentang dunia kita mungkin akan terhambat.
Berikut adalah penjelasan singkat dari tiga studi penelitian. Mari kita
perhatikan masing-masing dalam hal (1) penyajikan mungkin membahayakan
peserta, (2) memastikan kerahasiaan data penelitian, dan (3) sengaja berlatih
penipuan. (Gambar 4.2 menggambarkan beberapa contoh praktik penelitian yang
tidak etis.)
Penipuan. Meskipun tidak ada penipuan yang langsung terlibat, peneliti akan harus
memberikan alasan bagi guru mengapa ia sedang diamati.
12
di mana sinyal bahaya, penyebab bunuh diri, dan sumber daya masyarakat yang
memberikan konseling akan dibahas. Siswa akan sukarela, dan setengah akan
ditugaskan untuk kelompok pembanding yang tidak akan berpartisipasi dalam
lokakarya. Hasil akan dinilai dengan membandingkan informasi belajar dan sikap
mereka yang menghadiri pertemuan dengan mereka yang tidak hadir.
Kerahasiaan Data Penelitian. Tidak ada masalah yang diramalkan dalam hal ini,
meskipun kerahasiaan seperti apayang akan terjadi selama lokakarya tidak bisa,
tentu saja, dijamin.
13
Kerahasiaan Data Penelitian. Kerahasiaan tidak muncul menjadi masalah dalam
penelitian ini.
Penipuan. Penipuan peserta jelas merupakan masalah. Salah satu alternatif adalah
dengan umpan balik berbasis kinerja aktual. Kesulitan di sini adalah bahwa riwayat
masing-masing siswa yang luas akan mempengaruhi kinerja individu dan
interpretasi umpan balik, sehingga mengacaukan hasil. Beberapa, tetapi tidak
semua, ini variabel asing dapat dikontrol (mungkin dengan memeriksa catatan
sekolah untuk data pada sejarah masa lalu atau dengan pretesting siswa).
14
berhak menentukan ikut berpartisipasi dalam penelitian atau tidak setelah diberikan
penjelasan mengenai tujuan, manfaat, dan waktu penelitian.
4. Anonymity
Sebagian besar penelitian yang melibatkan manusia akan mengganggu
kehidupan pribadinya. Peneliti harus memastikan tidak mengganggu privasi
narasumber, diperlukan untuk menjaga privasi agar dipertahankan terus menerus.
Partisipan memiliki hak bahwa segala informasi dan data mereka akan disimpan
dalam kerahasiaan (anonymity) (Polit & Beck, 2012). Peneliti menjaga kerahasiaan
dengan memberikan kode peserta mengenai identitasnya.
5. Justice
Prinsip memberikan keadilan dan kesetaraan dalam penelitian, dengan
memberikan perlakuan yang sama kepada semua partisipan (Polit & Beck, 2012).
Setiap partisipan diberikan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, dan prosedur
penelitian. Peneliti menghormati dan menghargai partisipan apa adanya tanpa
membedakan latar belakang budaya. Peneliti berusaha menuliskan segala kejadian
secara jujur.
6. Informed Consent
Sebelum penelitian dilakukan, informasi dijelaskan secara lengkap tentang
penelitian yang akan dilakukan dan memberikan kebebasan untuk berpartisipasi
atau menolak menjadi partisipan. Setelah partisipan bersedia maka diminta untuk
menandatangani informed consent.
1. Informasi persetujuan orang tua atau orang yang ditunjuk secara hukum
sebagai pengasuh diperlukan untuk peserta yang didefinisikan sebagai anak
di bawah umur. Penandatangan harus diberikan semua informasi yang
diperlukan dalam bahasa yang sesuai dan harus memiliki kesempatan untuk
menolak.
15
2. Periset tidak menampilkan diri sebagai ahli diagnosa atau konselor dalam
melaporkan hasilnya kepada orang tua, juga tidak melaporkan informasi
yang diberikan oleh seorang anak secara percaya diri.
3. Anak-anak mungkin tidak pernah dipaksa berpartisipasi dalam sebuah
penelitian.
16
Adapun tantangan dalam pencarian kebenaran ilmiah adalah kejujuran untuk
terbuka diuji kehandalan karya penelitiannya yang mungkin membawa kemajuan
ilmu pengetahuan, menemukan teknologi, dan menghasilkan inovasi, dan
keterbukaan memberi semua informasi kepada orang lain untuk memberi penilaian
terhadap sumbangan dan/atau penemuan imiah tanpa membatasi pada informasi
yang membawa ke penilaian dalam 1 (satu) arah tertentu. Dalam menghasilkan
sumbangan dan/atau penemuan ilmiah yang bermanfaat bagi peningkatan
kesejahteraan manusia dan peradaban, Peneliti harus teguh hati untuk:
a. bebas dari persaingan kepentingan bagi keuntungan pribadi agar hasil pencarian
kebenaran dapat bermafaat bagi kepentingan umum
b. menolak penelitian yang berpotensi tidak bermanfaat dan merusak
peradaban, seperti penelitian bersifat fiktif, membahayakan kesehatan
masyarakat, berisiko penghancuran sumber daya bangsa, merusak keamanan
negara, dan mengancam kepentingan bangsa; dan
c. arif tanpa mengorbankan integritas ilmiah dalam berhadapan dengan kepekaan
komunitas agama, budaya, ekonomi, dan politik dalam melaksanakan kegiatan
penelitian
2. Kode kedua,
17
3. Kode ketiga,
a. hemat dan efisien dalam penggunaan dana dan sumber daya lain
b. menjaga peralatan ilmiah dan alat bantu lain, khususnya
peralatan yang mahal, tidak dapat diganti, dan butuh waktu
panjang untuk pengadaan kembali agar tetap bekerja baik; dan
c. menjaga jalannya percobaan dari kecelakaan bahan dan gangguan
lingkungan karena penyalahgunaan bahan yang berbahaya yang
dapat merugikan kepentingan umum dan lingkungan.
4. Kode keempat,
18
Peneliti yang jujur dengan hati nurani akan menampilkan keteladanan moral
dalam kehidupan dan pelaksanaan penelitian untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi bagi keselamatan manusia dan lingkungannya, sebagai
pengabdian dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keteladanan moral itu
seharusnya tampak dalam perilaku tidak melakukan perbuatan tercela yang
merendahkan martabat Peneliti sebagai manusia bermoral, yang dalam masyarakat
tidak dapat diterima keberadaannya, seperti budi pekerti rendah, tindak tanduk
membabi buta dan kebiasaan buruk, baik dalam pelaksanaan penelitian maupun
pergaulan ilmiah.
5. Kode kelima,
Peneliti menghormati objek penelitian manusia, sumber daya alam hayati dan
non-hayati secara bermoral, berbuat sesuai dengan perkenan kodrat dan karakter
objek penelitiannya, tanpa diskriminasi dan tanpa menimbulkan rasa merendahkan
martabat sesama ciptaan Tuhan. Objek manusia dalam suatu penelitian sosial dan
sumber daya alam dalam suatu percobaan in vivo dan in vitro merupakan sumber
daya umum dalam penelitian. Perlakuan tidak hormat pada manusia dan kejam
terhadap sumber daya hayati merupakan pelanggaran etika. Secara umum Peneliti
tidak untuk menyakiti baik secara fisik maupun secara psikis objek hidup baik
manusia maupun sumber daya hayati. Semua harus diperlakukan secara bermoral
dengan mengikuti baku klirens etika yang disahkan oleh komisi klirens etik bidang
ilmu yang relevan.
19
6. Kode keenam,
Peneliti membuka diri terhadap tanggapan, kritik, dan saran dari sesama
Peneliti terhadap proses dan hasil penelitian, yang diberinya kesempatan dan
perlakuan timbal balik yang setara dan setimpal, saling menghormati melalui
diskusi dan pertukaran pengalaman dan informasi ilmiah yang objektif. Dalam
penelitian ilmiah, diskusi secara terbuka dan secara jujur mutlak diperlukan untuk
memajukan ilmu pengetahuan. Diskusi harus bebas dari tekanan kekuasaan dan
netral dari kepentingan sepihak baik politik, sosial, dan budaya. Diskusi harus bebas
dari kecemburuan pribadi dan kecemburuan profesional, persaingan dan silang
pendapat tidak sehat, serta pertentangan kepentingan.
7. Kode ketujuh,
20
menerima tanggung jawab yang terikat pada kepengarangan bila Peneliti memberi
sumbangan ilmiah bermakna, yaitu:
8. Kode kedelapan,
21
karya tulis ilmiah hanya dapat dipublikasikan “pertama kali dan sekali itu saja“.
Selanjutnya, sebagai bagian dari upaya memajukan ilmu pengetahuan, karya tulis
ilmiah pertama ini dapat dijadikan rujukan untuk publikasi yang membangun lanjut
pemahaman yang awal itu (incremetal innovation).
9. Kode kesembilan,
a. jujur: menolak praktik merekayasa data ilmiah atau memalsukan data ilmiah,
bukan saja karena secara moral itu salah (tidak jujur), tetapi karena praktik ini
akan menghasilkan kesalahan-kesalahan, yang mendorong rusaknya iklim
kepercayaan yang menjadi dasar kemajuan ilmu pengetahuannya sendiri, seperti
mengabaikan hak milik intelektual atas pemikiran dalam usulan penelitian dan
menggunakan pemikiran tersebut dalam penelitian sendiri
b. amanah: dalam etika kepengarangan berlaku ungkapan “penghargaan
seharusnya disampaikan pada yang berhak memperolehnya” yang mencakup
seputar pengakuan, hormat sesama, gengsi, uang, dan hadiah. Ini semua
merupakan bentuk penghargaan yang harus sampai ke yang berhak. Prinsip
inilah yang menjadi sumber motivasi ilmuwan untuk berkarya berpedoman pada
wajib lapor, saling mengisi, mengumpan, dan berbagi informasi dalam
memelihara pemupukan khazanah ilmu pengetahuan, seperti Peneliti senior
tidak berhak menyajikan data atau hasil karya Peneliti yang mereka supervisi
tanpa sepengetahuan dan persetujuan Peneliti yang disupervisi serta tanpa
mencantumkan penghargaan
c. cermat: mengupayakan tidak terjadinya kesalahan dalam segala bentuk,
kesalahan percobaan, kesalahan secara metode, dan kesalahan manusiawi yang
tak disengaja apalagi yang disengaja, seperti juga kejujuran di atas, kecermatan
22
ini juga merupakan kunci tercapainya tujuan ilmu pengetahuan, misalnya alih
bahasa, saduran dan penerbitan ulang (republish ataupun reprint) suatu karangan
ilmiah yang berguna bagi penyebaran (dissemination) ilmu pengetahuan harus
atas seizin penerbit atau pengarangnya. Dengan sendirinya hal sebaliknya juga
berlaku. Tindakan korektif secara ilmiah terkait dengan layanan dan capaian
tujuan membangun ilmu pengetahuan, menemukan dan membahas siapa yang
bertanggung jawab terhadap kekeliruan ilmiah yang artinya bahwa tanggung
jawab dalam penegakan Kode Etika Peneliti adalah sisi lain dari amanah dan
sebaliknya.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Istilah etika mengacu pada pertanyaan yang benar dan yang salah. Ketika
peneliti memikirkan tentang etika, mereka harus bertanya pada diri sendiri
apakah "benar" untuk melakukan studi tertentu atau melaksanakan prosedur
tertentu. Webster’s New World Dictionary mendefinisikan etika (perilaku)
sebagai "sesuai dengan standar perilaku profesi atau kelompok tertentu
Etika penelitian yang harus diperhatikan yakni Nonmaleficience,
Beneficence, Autonomy, Anonymity Justice, dan Informed Consent.
2. Peraturan yang secara langsung mempengaruhi peneliti adalah National
Research Act 1974 untuk meninjau dan menyetujui proyek penelitian. Di
Indonesia sendiri segala peraturan tentang peneliti ataupun penelitian diatur
dalam undang undang nomor 18 tahun 2002 tentang sistem nasional
penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3.2 Saran
24
DAFTAR RUJUKAN
25