Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGANTAR RISET KEPERAWATAN


ETIK PENELITIAN DAN CONTOH KASUS
PELANGGARAN ETIK PENELITIAN

Dosen Pengajar : Hj. Ruslinawati, Ns., M.Kep


Oleh :
Linda
Makiah
Muhammad Irwannor Saputra
Nikmatullah Ridha
Nopriyanti
Rara Wahdiana
Rosana Aprilia
Siti Rahmah
Syarifah Salmah
Jean Fransisca Aurora
Kelompok : I

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENIS
BANJARMASIN, 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan makalah etika penelitian tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak

terimakasih kepada semua teman yang telah membantu dalam menyelesaikan

makalah ini. Penulis hanya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

diri sendiri maupun kepada pembaca umumnya.

Penulis menyadari dengan keterbatasan yang kami miliki sebagai manusia biasa,

namun karena tugas ini adalah amanah, maka tersusunlah hasil pemikiran kami

yang mungkin masih jauh dari sutu kesempurnaan untuk itu kami mengharapkan

kritik dan pesan demi menyempurnakan makalah ini.

Banjarmasin, Oktober 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
LAMPIRAN ..................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika Penelitian ......................................................... 3
2.2 Fungsi Penelitian dan Etika ........................................................ 5
2.3 Prinsip-prinsip Etika Penelitian .................................................. 6
2.4 Prinsip Etika Dalam Penelitian Keperawatan Ethical ................. 9
2.5 Pelanggaran Etika Penelitian ...................................................... 10
BAB 3 KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1 Contoh Kasus Eksperimen Sterilisasi ........................................ 12
3.2 Pembahasan Kasus ..................................................................... 13
BAB 4 PENUTUP
4.1 Simpulan .................................................................................... 16
4.2 Saran .......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 17

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah mahluk sosial yang selalu berinteraksi secara terus menerus
terhadap diri sendiri, keluarga dan lingkungan masyarakat. Dalam berinteraksi
dengan manusia lain ada peraturan, norma-norma dan kaidah yang telah dibuat
oleh diri sendiri maupun norma yang telah disepakati bersama, baik itu
peraturan tertulis mau pun peraturan yang tidak tertulis. Salah satu bentuk
peraturan adalah etika. Ada etika bagaimana seorang anak berperilaku kepada
orang tuanya, Ada etika yang mengatur bagaimana seorang dosen mengajar
dengan baik dan benar kepada mahasiswanya, begitu pula mahasiswa
berperilaku kepada dosennya, dan ada etika bagaimana polisi harus
memperlakukan seorang pelaku kriminal kejahatan. Ketidaktahuan seorang
akan etika inilah yang sering lalai membuat benturan-benturan. Atau, mereka
tahu, namun masing-masing memakai etika yang berbeda. Manusia adalah
mahluk ciptaan tuhan yang paling agung dan sempurna, yang dilengkapi dengan
peralatan jasmaniah dan rohaniah. Salah satu yang membedakan manusia
dengan mahluk yang lainnya adalah manusia diberikan akal, budi, dan hati
nurani, selain seperangkat naluri.
Bila suatu ketika seorang peneliti dihadapkan pada suatu situasi dan ia harus
memutuskan sesuatu apa yang harus ia lakukan, seorang peneliti akan berpikir
mengenai baik dan buruknya, untung dan ruginya, serta boleh atau tidaknya
tindakan itu ia lakukan. Pada saat itulah mekanisme peralatan rohaniah seorang
peneliti berjalan. Seorang peneliti harus berfikir secara ilmiah, berpikir ilmiah
menurut Poedjawijatna sebagaimana yang dikutip oleh Vardiansyah (2005) ada
empat cara berfikir ilmiah diantaranya adalah objektif, metodis, sistematis dan
universal. Sementara itu menurut Jacob (2004), peneliti dalam melaksanakan
seluruh kegiatan penelitian harus memegang teguh sikap ilmiah (scientific
attitude) serta menggunakan prinsip-prinsip etika penelitian. Meskipun
intervensi yang dilakukan dalam penelitian tidak memiliki risiko yang dapat
merugikan atau membahayakan subjek penelitian, namun peneliti perlu

1
2

mempertimbangkan aspek sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan


martabat kemanusiaan.

1.2 Tujuan
1.2.1 untuk mengetahui apa itu etika penelitian
1.2.2 untuk mengetahui apa saja fungsi etika penelitian
1.2.3 untuk mengetahui apa saja prisip etika penelitian
1.2.4 untuk mengetahui apa saja prinsip etik dalam penelitian keperawatan
ethical
1.2.5 untuk mengetahui apa saja macam-macam pelanggaran etika penelitian
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Etika Penelitian


Etika berasal dari bahasa Yunani ethos. Istilah etika bila ditinjau dari aspek
etimologis memiliki makna kebiasaan dan peraturan perilaku yang berlaku
dalam masyarakat. Menurut pandangan Sastrapratedja (2004), etika dalam
konteks filsafat merupakan refleksi filsafati atas moralitas masyarakat sehingga
etika disebut pula sebagai filsafat moral. Etika mencakup norma untuk
berperilaku, memisahkan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang
seharusnya tidak boleh dilakukan. Etika membantu manusia untuk melihat
secara kritis moralitas yang dihayati masyarakat, etika juga membantu kita
untuk merumuskan pedoman etis yang lebih adekuat dan norma-norma baru
yang dibutuhkan karena adanya perubahan yang dinamis dalam tata kehidupan
masyarakat.
Etika penelitian berkaitan dengan beberapa norma, yaitu norma sopan santun
yang memperhatikan konvensi dan kebiasaan dalam tatanan masyarakat,
norma hukum mengenai pengenaan sanksi ketika terjadi pelanggaran dan ,
norma moral yang meliputi itikat dan kesadaran yang baik dan jujur dalam
penelitian.
Etika membantu manusia untuk melihat secara kritis moralitas yang dihayati
dalam suatu masyarakat, etika juga membantu kita dalam merumuskan
pedoman etis yang kuat dan norma-norma baru yang dibutuhkan karena adanya
perubahan yang dinamis dalam tata kehidupan dalam suatu masyarakat.
Sedangkan etika dalam ranah penelitian lebih merujuk pada prinsip-prinsip etis
yang diterapkan dalam kegiatan penelitian. Dari pengertian-pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa etika adalah ilmu atau pengetahuan yang membahas
manusia, terkait dengan perilakunya terhadap manusia lain atau sesama
manusia.
Kode etik peneliti adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap
kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (
subjek penelitian ) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil
penelitian tersebut. Etika peneliti ini mencakup juga perilaku peneliti atau

3
4

perilakuan peneliti terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan


oleh peneliti bagi masyarakat. Pengertian peneliti di sini adalah seseorang yang
karena pendidikan dan kewenangannya memiliki kemampuan untuk
melakukan investigasi ilmiah dalam suatu bidang keilmuan tertentu, dan atau
keilmuan yang bersifat lintas disiplin. Sedangkan subjek yang diteliti adalah
orang yang menjadi sumber informasi, baik masyarakat awam atau professional
berbagai bidang, utamanya professional bidang kesehatan.
Di dalam penelitian, etika adalah jaminan agar tidak ada seorang pun yang
dirugikan atau memperoleh dampak negatif kegiatan penelitian, misalnya
pelanggaran terhadap persetujuan publikasi hasil penelitian, kerahasiaan, salah
penyajian hasil temuan, besarnya biaya penelitian, dan sebagainya. Pada
penelitian survei, peneliti tidak boleh melupakan hak-hak responden yang harus
dilindungi saat pengumpulan data. Peneliti perlu mempersiapkan instrumen
penelitian yag dapat menghindarkan responden dari rasa takut, gelisah, malu,
menderita fisik, dan kehilangan kebebasan pribadi. Peneliti perlu pula
mendapatkan peretujuan resmi dari responden mengenai rancangan penelitian,
tujuan, dan alasan penelitian. Bagi penelitian bidang bisnis, persetujuan cukup
secara lisan, tetapi tidak demikian halnya dengan jenis penelitian medis,
psikologi, atau penelitian dengan responden anak-anak. Responden pun harus
diberi kebebasan pribadi dalam menjawab kuesioner untuk menjaga validitas
dalam penelitian, serta menjaga dan melindungi responden.
Perawat peneliti sebagai tenaga perawat professional wajib dan mempunyai
tanggung jawab moral untuk bekerja sesuai dengan standard kode etik profesi.
Kode etik memberikan panduan kepada peneliti untuk :
2.1.1 Memilih tujuan, desain, metode pengukuran, dan subjek penelitian
2.1.2 Mengumpulkan dan menganalisis data
2.1.3 Menginterpretasikan hasil
2.1.4 Mempublikasikan laporan penelitian
5

2.2 Fungsi Penelitian dan Etika


Seperti telah diuraikan dalam bagian lain dalam buku ini, bahwa penelitian di
samping sebagai proses pengembangan ilmu, tetapi juga sebagai produk ilmu
itu sendiri: oleh karena itu, sebuah penelitian mempunyai fungsi ganda, yakni:
2.2.1 Fungsi Akademik (Teoretis)
Sebuah penelitian seberapa kecil apapun harus mempunyai fungsi
akademik atau teoretis. Artinya, hasil atau temuan sebuah penelitian
jenis apapun dengan metode apapun pada hakikatnya adalah
merupakan temuan akdemik, yang beararti merupakan sumbangan
teoretis bagi pengembangan ilmu yang bersangkutan. Penelitian di
bidang kesehatan hasilnya jelas secara akademik merupakan
pencerahan ilmu kesehatan. Dengan perkataan lain, hasil atau temuan
sebuah penelitian apa pun merupakan tambahan khasanah ilmu
pengetahuan.
2.2.2 Fungsi Terapan (Aplikatif)
Bidang ilmu apapun, sebenarnya mempunyai aspek teori dan aspek
aplikatif atau penerapannya bagi kesejahteraan masyarakat. Demikian
pula kesehatan atau kesehatan masyarakat adalah ilmu (science) dan
seni (art). Oleh sebab itu, penelitian di bidang apapun bukan sekadar
membuktikan teori atau memperoleh teori baru, tetapi juga harus
mempunyai implikasinya terhadap program peningkatan kesejahteraan
masyarakat, termasuk program kesehatan masyarakat. Hal ini
dimaksudkan bahwa hasil atau temuan sebuah penelitian, di samping
menambah khasanah ilmu pengetahuan seperti disebutkan di atas, juga
dapat merupakan masukan bagi pengembangan program-program,
khususnya program kesehatan masyarakat. Inilah yang dimaksud
bahwa penelitian itu juga mempunyai fungsi terapan atau aplikatif, di
samping fungsi teoretis. Hasil sebuah penelitian, meskipun menemukan
teori yang muluk-muluk, tetapi tidak dapat digunakan untuk perbaikan
program, maka dapat dikatakan bahwa penelitian merupakan sarana
atau cara untuk memperoleh masukan atau input bagi perencanaan atau
6

pengembangan program atau alternatif pemecahan masalah, termasuk


masalah kesehatan.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian harus dapat
memenuhi dua fungsi atau peranan ini: pengembangan ilmu dan
pengembangan kesejahteraan masyarakat. Apabila penelitian tidak memenuhi
salah satu fungsi tersebut, apalagi kedua-duanya maka penelitian tersebut dapat
dikatakan penelitian yang tidak etis karena mengingkari hakikat penelitian itu
sendiri.

2.3 Prinsip – Prinsip Etika Penelitian


Prinsip bahwa etika adalah menghargai hak dan martabat manusia, tidak akan
pernah berubah.Prinsip ini juga diterapkan baik dalam bidang pendidikan
maupun pekerjaan. Juga dalam meperoleh pelayanan kesehatan. Ketika
mengambil keputusan klinis, perawat seringkali mengandalkan pertimbangan
mereka dengan mengunakan kedua konsekuensi dan prinsip dan kewajiban
moral yang universal. Hal yang paling funfamental dari prinsip ini adalah
penghargaan atas sesame. Empat prinsip dasar lainnya bermula dari prinsip
dasar ini yang menghargai otonomi kedermawanan maleficience dan keadilan.
Macam-Macam Prinsip Etika Keperawatan
Prinsip-Prinsip etika keperawatan terdiri dari :
2.3.1 Autonomy (Otonomi)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan memutuskan. Orang dewasa dianggap kompoten dan
memiliki kekuatan membuat keputusan sendiri, memilih dan memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang dihargai. Prinsip otonomi ini
adalah bentuk respect terhadap seseorang, juga dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek propesional merefleksikan otonomi saat
perawat menghargai hak-hak pasien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya.
7

Perawat wajib menyadari dan menghargai keunikan individu yaitu


menghargai hak orang tersebut untuk menjadi dirinya sendiri ,hak
untuk memutuskan tujuan bagi dirinya sendiri. Misalnya :
2.3.1.1 Meminta persetujuan setiap tindakan yang akan dilakukan
pada pasien.
2.3.1.2 Menghargai hak-hak pasien dalam mengambil keputusan.
2.3.1.3 Menerima keluhan-keluhan subyektif pasien.
2.3.1.4 Meminta informed consent bila akan melakukan atau
dilakukan suatu pemeriksaan dan tindakan-tindakan untuk
terapi.
2.3.2 Beneficence (Berbuat Baik)
Beneficence berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan
juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh
diri dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi pelayanan kesehatan
kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.
Perawat wajib berbuat kebaikan yang menutungkan pasien, dan disini
perawat sekaligus juga mempertimbangkan kerugian atau yang
membahayakan pasien. Misalnya : perawat menganjurkan pasien
dengan penyakit jantung untuk mengikuti program latihan fisik secara
intesif dengan maksud meningkatkan kesehatan secara umum. Tetapi
itu tidak perlu dilakukan, karena dengan latihan intensif tersebut ada
risiko bagi pasien terkena serangan jantung.
2.3.3 Justice (keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek
dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan.
Perawat wajib berlaku adil dalam membuat keputusan dan bertindak
untuk pasiennya. Misalnya
8

2.3.3.1 Perawat seorang diri bertugas di IGD, menerima pasien 2


orang mana pasien harus diberi pengobatan dulu ? apa
pertimbangannya ?
2.3.3.2 Misalnya menolong dulu yang lebih gawat atau kesakitan.
2.3.3.3 Bila peralatan atau tenaga terbatas, sedangkankebutuhan lebih,
bagaimana perawat membagiperalatan dan tenaga yang ada
tersebut dipertimbangkan dengan rasa keadilan sesuai dengan
kebutuhan objektif.
2.3.4 Non Malefience (tidak merugikan)
Prinsip ini berarti segala tindakan yang dilakukan pada klien tidak
menimbulkan bahaya/cedera secara fisik dan psikologik.
2.3.5 Veracity (kejujuran)
Prinsip Veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan
oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap pasien dan untuk menyakinkan bahwa pasien sangat mengerti.
Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran.
Perawat wajib mengatakan hal yang sebenarnya, dengan bijaksana
demi kebaikan pasien. Misalnya: perawat memberitahukan keadaan
penyakit pasien yang sebenarnya kepada pasien yang ingin
mengetahuinya, dengan tetap mempertimbangkan situasi dan kesiapan
pasien untuk menerimnya.
2.3.6 Fidelity (loyalty/ketaatan)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setiap pada komitmen dan
menepati janjinya serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetian
adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya. Kesetian itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap
kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat
adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit
memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
9

2.3.7 Confidentiality (kerahasiaan)


Aturan dalam prinsip kerahasian ini adalah bahwa informasi tentang
klien harus dijaga privasinya. Apa yang terdapat dalam dokumen
catatan kesehatan klien hanya boleh dibacadalam rangka pengobatan
klien. Taka da satu orang pun dapat meperoleh informasi tersebut
kecuali jika diizinkan dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang
klien diluar area pelayananan, menyampaikan pada teman atau keluarga
tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus di cegah.
2.3.8 Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa
tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk
menilai orang lain. Akuntabilitas meruapakan stadar pasti yang mana
tindakan seorang professional dapat nilai dalam situasi yang tidak jelas
atau tanpa terkecuali.
2.3.9 Rasa hormat pada subyek manusia (respect for person)
Diterapkan dalam 2 bentuk :
2.3.9.1 Menghormati otonomi subyek
Menghormati pilihan bebas subyek untuk mau atau tidak
dalam penelitian, serta keinginan subyek untuk mengundurkan
diri setiap waktu sementara penelitian masih berjalan (self
determination)
2.3.9.2 Memberikan perlindungan subyek yang otonominya kurang
Perlindungan kepada subyek yang bertergantungan/dependent
atau rentan/vulnerable agar tidak terjadi penyalah-gunaan
kondisi tersebut (harm and abuse)

2.4 Prinsip Etik dalam Penelitian Keperawatan Ethical


2.4.1 Menghormati otonomi partisipan, penjelasan kepada partisipan tentang
derajat dan lama keterlibatan tanpa konsekuensi negatif dari penelitian.
2.4.2 Mencegah, meminimalkan kerugian dan atau meningkatkan manfaat
bagi semua partisipan.
10

2.4.3 Menghormati kepribadian partisipan, keluarga dan nilai yang berarti


bagi partisipan.
2.4.4 Memastikan bahwa keuntungan dan akibat dari penelitian terdistribusi
secara seimbang.
Tujuan:
a. Menjaga privasi partisipan.
b. Memastikan integritas etik selama penelitian.
c. Melaporkan semua kemungkinan yang terjadi dalam penelitian.
d. Mempertahankan metodologi dan profesionalitas untuk peningkatan
pelayanan keperawatan.
e. Pada penelitian yang melibatkan binatang harus mendapatkan keuntungan
yang maksimum dengan sedikit menyebabkan kerugian dan penderitaan
bagi binatang.

2.5 Pelanggaran Etika Penelitian


Etika penelitian akademik diperlukan mencegah/mengatasi pelanggaran-
pelanggaran ilmiah (scientific misconduct). Seorang peneliti tidak boleh
melakukan penipuan dalam menjalankan proses penelitian. Semua sistem etika
melarang penipuan seperti ini. Pelanggaran ilmiah yang bisa terjadi pada
seorang peneliti adalah:
2.5.1 Fabrikasi (fabrication)
Fabrikasi didefinisikan sebagai rekaman atau presentasi (dalam format
apapun) yang menggunakan data fiksi (Sastrapratedja, 2009). Fabrikasi
merupakan bentuk pelanggaran yang paling mencolok dari pelanggaran
yang akan mempengaruhi kebenaran (Martono, 2015). Fabrikasi ini
bisa berupa pemalsuan data dan metode penelitian. Fabrikasi sering
terjadi dikarenakan adanya keinginan untuk memenuhi target,
keterbatasan waktu, keterbatasan biaya, atau adanya persaingan antar
peneliti.
11

2.5.2 Pemalsuan/Manipulasi data (falsification)


Ada beberapa penulis yang menyebut falsification sebagai research
fraud. Seorang peneliti dilarang memalsukan/memanipulasi data atau
prosedur untuk menghasilkan hasil sesuai dengan keinginan peneliti.
2.5.3 Plagiat (plagiarism)
Menurut Martono (2015) dan Sastrapratedja (2009), plagiarisme adalah
mengklaim karya lain untuk menjadi milik sendiri. Plagiarisme bisa
dilakukan secara keseluruhan (berupa salinan atau terjemahan dari
makalah orang lain yang telah diterbitkan), atau lebih terbatas
(mengambil dan memasukkan bagian tulisan orang lain ke dalam
tulisan tanpa referensi).
2.5.4 Kepenulisan (authorship)
Kepenulisan perlu diperhatikan dengan baik dengan memperhatikan
tata penulisan ilmiah.
2.5.5 Kemubaziran (redundant)
Kemubaziran di sini terjadi karena adanya publikasi yang berulang-
ulang. Seorang peneliti kembali mempublikasikan suatu bagian dari
tulisan yang sudah pernah dipublikasikan.
2.5.6 Publikasi duplikat (duplicate publication)
Publikasi duplikat diartikan sebagai publikasi sebuah artikel yang
identik atau tumpang tindih substansial dengan sebuah artikel yang
sudah diterbitkan. Publikasi duplikat ini dapat diklasifikasikan
sebagai plagiarisme diri.
BAB 3
KASUS & PEMBAHASAN

3.1 Kasus Eksperimen sterilisasi


Undang-Undang untuk Pencegahan Kelainan Genetik disahkan pada tanggal
14 Juli 1933, yang melegalkan sterilisasi paksa terhadap orang-orang dengan
penyakit keturunan seperti berpikiran lemah, skizofrenia, tunanetra, tunarungu,
sakit jiwa, pengguna alkohol, serta cacat fisik dan mental lainnya. Undang-
undang ini diberlakukan untuk mendorong pertumbuhan ras Arya melalui
sterilisasi orang-orang yang dianggap sebagai "bergenetik rendah". 1% dari
penduduk Jerman yang berusia antara 17 sampai 24 tahun telah disterilkan
dalam waktu 2 tahun. Dalam jangka 4 tahun, 300.000 pasien telah
disterilkan. Dari bulan Maret 1941 hingga Januari 1945, eksperimen sterilisasi
ini dilakukan di Auschwitz, Ravensbrück, dan kamp-kamp lainnya oleh Dr.
Carl Clauberg. Tujuan dari eksperimen ini adalah untuk mengembangkan
metode sterilisasi yang cocok untuk mensterilisasi jutaan orang dengan waktu
dan usaha seminimal mungkin. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan X-ray, melalui operasi, dan berbagai penggunaan obat-obatan.
Ribuan korban disterilkan. Selain eksperimentasi, pemerintah Nazi juga
mensterilkan sekitar 400.000 individu sebagai bagian dari program sterilisasi
wajibnya. Eksperimen penyuntikan intravena yang
mengandung yodium dan nitrat perak memang berhasil dilakukan terhadap
subjek, namun memiliki efek samping seperti pendarahan vagina, sakit perut
akut, dan kanker serviks. Oleh sebab itu, terapi radiasi menjadi eksperimen
favorit untuk melakukan sterilisasi ini. Sayangnya, jumlah tertentu dari paparan
radiasi menghambat atau menghilangkan kemampuan seseorang untuk
menghasilkan ovum atau sperma. Terapi radiasi ini dilakukan melalui
penipuan. Para tahanan dibawa ke sebuah ruangan dan diminta untuk mengisi
formulir. Kemudian, terapi radiasi dilakukan tanpa diketahui oleh para tahanan
tersebut. Banyak di antara mereka yang menderita luka bakar radiasi parah

12
13

3.2 Pembahasan Kasus


Berdasarkan kalimat di atas “Terapi radiasi ini dilakukan melalui penipuan.
Para tahanan dibawa ke sebuah ruangan dan diminta untuk mengisi formulir.
Kemudian, terapi radiasi dilakukan tanpa diketahui oleh para tahanan tersebut.
Banyak di antara mereka yang menderita luka bakar radiasi parah”
Berdasarkan teori Nasrullah, 2014 veracity atau kejujuran adalah
menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk menyakinkan bahwa
pasien sangat mengerti, mengatakan hal yang sebenarnya, dengan bijaksana
demi kebaikan pasien.
Menurut pendapat kami prinsip yang dilanggar oleh peneliti adalah veracity
atau kejujuran, seharusnya dalam melakukan sebuah penelitian. Peneliti harus
memiliki prinsip-prinsip etik yang harus dijalankan, salah satunya adalah
veracity atau kejujuran. Dimana sebagai peneliti wajib mengatakan hal
sebenarnya yang akan dilakukan, agar respoden maupun keluarganya dapat
mempertimbangkan berpartisipasi atau tidak dalam penelitian tersebut.

Berdasarkan kalimat di atas “Eksperimen penyuntikan intravena yang


mengandung yodium dan nitrat perak memang berhasil dilakukan terhadap
subjek, namun memiliki efek samping seperti pendarahan vagina, sakit perut
akut, dan kanker serviks”.
Berdasarka teori Nasrullah, 2014 non maleficience atau tidak merugikan orang
lain adalah segala tindakan yang dilakukan pada klien tidak menimbulkan
bahaya/cedera secara fisik dan psikologik.
Prinsip yang dilanggar oleh peneliti adalah prinsip non maleficience atau tidak
merugikan orang lain, dalam sebuah penelitian juga harus memperhatikan
prinsip etik non maleficience atau tidak merugikan orang lain dimana prisip ini
dilakukan agar tidak menimbulkan hal-hal yang tidak membahayakan baik
secara fisik dan psikologis bagi responden dan apabila memang terjadi
kerugian maka ada jaminan atau kompensasi dari peneliti.
14

Berdasarkan kalimat di atas “Para tahanan dibawa ke sebuah ruangan dan


diminta untuk mengisi formulir. Kemudian, terapi radiasi dilakukan tanpa
diketahui oleh para tahanan tersebut”.
Berdasarka teori Nasrullah, 2014 Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan
bahwa individu mampu berpikir logis dan memutuskan. Orang dewasa
dianggap kompoten dan memiliki kekuatan membuat keputusan sendiri,
memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang dihargai.
Prinsip yang dilanggar oleh peneliti adalah autonomy atau otonomi, salah satu
prinsip etik keperawatan yang harus dipatuhi adalah autonomy di mana prinsip
etik ini membebaskan responden untuk memilih dan memutuskan sendiri
keputusannya dan seharusnya respoden dapat memberikan persetujuan tanpa
paksaan dan bertindak secara rasional. Hak ini memberikan kebebasan kepada
individu untuk memutuskan tujuan bagi dirinya sendiri.

Berdasarkan kalimat di atas “Undang-Undang untuk Pencegahan Kelainan


Genetik disahkan pada tanggal 14 Juli 1933, yang melegalkan sterilisasi paksa
terhadap orang-orang dengan penyakit keturunan seperti berpikiran lemah,
skizofrenia, tunanetra, tunarungu, sakit jiwa, pengguna alkohol, serta cacat
fisik dan mental lainnya”.
Berdasarka teori Nasrullah, 2014 Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi
yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip
moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek
professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,
standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan.
Prinsip yang dilanggar oleh peneliti adalah prinsip justice atau keadilan dalam
sebuah penelitian dibutuhka adanya keadilan agar terciptanya persamaan
perlakuan antar individu dengan menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Serta keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehata yang optimal.
15

Pembahasan Diskusi Kelompok

Dari diskusi yang kami laksanakan ada beberapa hal yang dibahas, yaitu : Kerugian
dari penelitian yang dilakukan peneliti adalah efek samping yang diterima oleh
sampel yaitu seperti pendarahan pada vagina ,sakit perut akut, kanker serviks , dan
luka bakar radiasi parah, kelebihan peneltian yang dilakukan peneliti adalah
pemerintah melegalkan dengan mengeluarkan Undang- Undang untuk pencegahan
kelainan genetic pada tahun 1933, veracity yaitu dimana peneliti tidak menjelaskan
secara detail tentang eksperimen yang dilakukan maupun metode yang digunakan
saat eksperimen tersebut dilakukan penelitian, juga tidak memberitahukanpada
sampel tentang efek samping maupun metode yangyang digunakan saat eksperimen
dilakukan dan sanksi yang seharusnya peneliti terima ada, minimal hukuman
penjara karena mereka tidak berprikamanusian terhadap para sampel, namun
nyatanya kasus tersebut berakhir tanpa penyelesain yang adil, hubungan atara
formulir dan iform concent adalah dimana pada saat sebelum eksperemen dilakukan
para sampel ada diberkan semacam inform consent / formulir, namun tetap para
peneliti tidak menjelaskan secara detail tentang eksperimen yang dilakukan.
Sterilisasi dilakukan dengan 2 cara,yaitu diantaranya adalah : pertama, dengan obat
obatan melalui penyuntikan ke intravena (pembuluh darah) yang mengandung
yodium dan nitrat,kedua yaitu dengan melakukan x-ray dengan terapi radiasi
kepada para tahanan, sterilisasi dilakukan pada seseorang yang berfikiran rendah ,
skizofrenia, tunanetra,tunarungu,sakit jiwa, pengguna alkohol , serta cacat fisik dan
cacat mental karena pada seseorang yang berfikiran rendah , skizofrenia,
tunanetra,tunarungu,sakit jiwa, pengguna alkohol , serta cacat fisik dan cacat
mental, pemerintah menganggap mereka tersebut sebagai seseorang yang bergentik
rendah .Tujuan serilisasi itu sendiri yaitu untuk mendorong pertumbuhan ras arya /
ras unggul. Pemeirntah mengharapkan agar kedepannya tidak ada lagi yang seperti
itu.
Penelitian tetap dilanjutkan karena pada saat itu penelitian dibawah pemerintahan
hitler yaitu seorang pemimpin jerman diktator sehingga walaupun penelitian
tersebut lebih banyak kerugian, namun tetap dilanjutkan, karena menurut hilter ras
arya jerman al ras terbaik.
BAB 4
PENUTUP

4.1 Simpulan
Pada prinsipnya sebab-sebab orang melakukan kegiatan penelitian selain untuk
memenuhi rasa ingin tahu terhadap sebuah gejala atau peristiwa juga untuk
memecahkan masalah secara ilmiah dan dapat diterima dengan logika
kemanusiaan. Etika penelitian adalah suatu ukuran dari tingkah laku dan
perbuatan yang harus dilakukan oleh seorang peneliti dalam memperoleh data-
data penelitiannya yang disesuaikan dengan adat istiadat serta kebiasaan
masyarakat ditempat ia meneliti.Dalam penelitian kualitatif, salah satu ciri
utamanya adalah orang sebagai alat/instrument untuk mengumpulkan data. Ini
dapat dilakukan dalam pengamatan berperan serta, wawancara mendalam,
pengumpulan dokumen, foto, dan sebagainya.
Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak menghormati, tidak
mematuhi,dan tidak mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut.
Sementara si peneliti tetap berpegang teguh pada latar belakang, norma, adat,
kebiasaan, dan kebudayaannya sendiri dalam menghadapi sebuah situasi dan
konteks latar penelitiannya tersebut. Penting untuk menjaga hubungan antara
peneliti dan pihak yang diteliti yang merupakan kunci penting keberhasilan
penelitian, dan diperlukan kepekaan,keterampilan, dan juga seni untuk dapat
memasuki lingkungan budaya yang akan diteliti. Kemampuan untuk berempati
dan bergaul dengan orang lain jelas merupakan modal penting.

4.2 Saran
Setelah membaca tulisan ini diharapkan pembaca dapat memahami dan
mengaplikasikan etika penelitian terutama di bidang keperawatan.

16
17

DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Achir Yani S. (2008). Buku Ajar Riset Keperawatan, Konsep Etika dan
Instrumentasi. Jakarta: EGC.

Nasrullah, Dede. (2014). Etika dan Hukum Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info
Media

Notoadmojo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Pasolong Harbani. (2013). Metode Penelitian Administrasi Publik. Bandung :


Alfabeta.

Sukmadinata. .(2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja


Rosdakarya.

Sumarni, Murti. (2006). Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: CV Andi


OFFSET.

Swarjana Ketut. (2013). Metodologi Peelitian Kesehatan. CV Andi OFFSET :


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai