Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

METODOLOGI PENELITIAN II
“PRINSIP-PRINSIP ETIKA DALAM PENELITIAN KUALITATIF”

Dosen Pengampu :
Ns. YULIA IRVANI DEWI, M.KEP, SP.MAT

Disusun Oleh :
Kelompok 1 (A 2018 2)

Aldi Arsenta (1811110191) Nurgrianing Putri (1811110471)


Annisa Devia Islamy (1811110493) Nurul Asikin (1811110446)
Dessika Larassati (1811110762) Nurul Hafiza (1811110447)
Elmi Wahyuni (1811110605) Prithania Dwiza Renanda (1811110822)
Fadhilah Putri Fertycia(1811110426) Rikhlatul Khoeriyah (1811110547)
Fajri Disfa Madhani (1811110273) Selvi Gustina (1811110451)
Irianda Dinda Rinanti (1811110607) Seri (1811110592)
Khoiriah Nst. (1811110593) Siti Nurjannah (1811110255)
Nabawiyah (1811110556) Yossy Ramadhani (1811110734)
Paula Natallia (1811110500)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat dan Karunia-Nya, kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “Prinsip-Prinsip Etika Dalam Penelitian Kualitatif”
untuk memenuhi tugas pleno yang diberikan oleh dosen pengampu mata
kuliah Metodologi Penelitian II. Selain itu juga, makalah ini diharapkan mampu
menjadi sumber pembelajaran bagi kita semua untuk mengerti lebih jauh tentang
Prinsip-Prinsip Etika Dalam Penelitian Kualitatif.
Makalah ini dibuat dengan meninjau beberapa sumber dan menghimpunnya
menjadi kesatuan yang sistematis. Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak
yang menjadi sumber referensi bagi kami. Terimakasih juga kepada dosen pengampu
dan semua pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. kami sebagai
penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Pekanbaru, 04 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
BAB I .......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
A. Konsep Dasar Prinsip-prinsip Etika Dalam Penelitian Kualitatif............................................3
B. Latar Belakang Etika Dalam Penelitian Kualitatif..................................................................6
C. Prinsip-prinsip Etik Dalam Penelitian Kualitatif.....................................................................7
D. Ethical Clearance Dalam Riset Kualitatif..............................................................................11
E. Informed Consent Riset Kualitatif.........................................................................................14
BAB III...................................................................................................................................17
A. Kesimpulan............................................................................................................................17
B. Saran......................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Etika dalam ranah penelitian lebih menunjuk pada prinsip-prinsip etis
yang diterap-kan dalam kegiatan penelitian. Etika menurut Johanesen (2001)
merupakan kajian umum dan sistematik tentang apa yang seharusnya menjadi
prinsip benar dan salah yang praktis, spesifik, disepakati bersama, dan
dialihkan secara kultural. Mengapa perlu etis? Para peneliti menghadapi
berbagai masalah dalam membina karir mempublikasikan hasil penelitian,
meningkatkan pengetahuan membangun kewibawaan. Adanya masalah dan
tekanan tersebut, ditambah dengan kurangnya kesadaran mereka, bisa
menyebabkan peneliti mengambil jalan pintas yang tidak etis. Pada umumnya,
perilaku tidak etis disebabkan oleh kurangnya kesadaran dan keinginan yang
kuat dari peneliti untuk tidak mengambil jalan pintas. Dengan demikian, jelas
bahwa kegunaan etika penelitian memang diperlukan untuk melindungi
kepentingan semua pihak yang terlibat dalam penelitian, dan mereka yang
menggunakan hasil-hasil penelitian.
Etika penelitian berkaitan dengan beberapa norma, yaitu norma sopan-
santun yang memperhatikan konvensi dan kebiasaan dalam tatanan di
masyarakat, norma hukum mengenai pengenaan sanksi ketika terjadi
pelanggaran, dan norma moral yang meliputi itikad dan kesadaran yang baik
dan jujur dalam penelitian. Dengan demikian meskipun intervensi yang
dilakukan dalam penelitian tidak memiliki resiko yang dapat merugikan atau
membahayakan responden, namun peneliti perlu mempertimbangkan aspek
sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan. Sehingga
semua penelitian memiliki etika penelitian
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja konsep dasar prinsip-prinsip etika dalam penelitian kualitatif?
2. Bagaimana latar belakang prinsip-prinsip etika dalam penelitian kualitatif?

1
3. Apa saja prinsip-prinsip etika dalam penelitian kualitatif?
4. Bagaimana ethical clearance dalam riset kualitatif?
5. Bagaimana Informed Consent Riset Kualitatif?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar prinsip-prinsip etika dalam penelitian
kualitatif
2. Untuk mengetahui latar belakang prinsip-prinsip etika dalam penelitian
kualitatif
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip etika dalam penelitian kualitatif
4. Untuk mengetahui ethical clearance dalam riset kualitatif
5. Untuk mengetahui Informed Consent Riset Kualitatif

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Prinsip-Prinsip Etika Dalam Penelitian Kualitatif


1. Pengertian
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos, adat kebiasaan. Dari
kata ini terbentuklah istilah etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk
menunjukkan filsafat moral. Kata “moral” berasal dari bahasa latin: mos
(jamak:mores), yang berati kebiasaan, adat. Jadi etimologis kata “etika”
sama dengan kata “moral”. Keduanya berarti adat kebiasaan.
(Vardiansyah, 2005). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999)
etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban. Menurut pandangan Sastrapratedja (2004), etika
dalam konteks filsafat merupakan refleksi filsafati atas moralitas
masyarakat sehingga etika disebut pula sebagai filsafat moral. Etika
membantu manusia untuk melihat secara kritis moralitas yang dihayati
masyarakat.
Kode Etik Peneliti adalah acuan moral bagi peneliti dalam
melaksanakan penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi bagi kemanusiaan. Ini menjadi suatu bentuk pengabdian dan
tanggung jawab sosial dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Prinsip etika penelitian
a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human
dignity). Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk
mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya
penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas
dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian
b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for
privacy and confidentiality). Setiap manusia memiliki hak-hak dasar
individu termasuk privasi dan kebebasan individu.

3
c. Keadilan . Semua subjek penelitian harus diperlakukan dengan baik,
sehingga terdapat keseimbahan antara manfaat dan risiko yang
dihadapi oleh subjek penelitian. Jadi harus diperhatikan risiko fisik,
mental dan risiko sosial.
d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan. Peneliti
melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna
mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek
penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi
(beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi
subyek. Apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan
cedera atau stres tambahan maka subyek dikeluarkan dari kegiatan
penelitian untuk mencegah terjadinya cedera.
3. Kode etik dalam penelitian
a. Kode pertama, Peneliti membaktikan diri pada pencarian kebenaran
ilmiah untuk memajukan ilmu pengetahuan, menemukan teknologi,
dan menghasilkan inovasi bagi peningkatan peradaban dan
kesejahteraan manusia.Dengan demikian peneliti harus menjunjung
sikap ilmiah, yaitu:
1) kritis yaitu pencarian kebenaran yang terbuka untuk diuji;
2) logis yaitu memiliki landasan berpikir yang masuk akal dan betul;
dan
3) empiris yaitu memiliki bukti nyata dan absah.
Tantangan dalam pencarian kebenaran ilmiah adalah:
1) Kejujuran untuk terbuka diuji kehandalan karya penelitiannya yang
mungkin membawa kemajuan ilmu pengetahuan, menemukan
teknologi, dan menghasilkan inovasi; dan
2) Keterbukaan memberi semua informasi kepada orang lain untuk
memberi penilaian terhadap sumbangan dan/atau penemuan imiah
tanpa membatasi pada informasi yang membawa ke penilaian
dalam 1 (satu) arah tertentu.

4
b. Kode kedua, Peneliti melakukan kegiatannya dalam cakupan dan
batasan yang diperkenankan oleh hukum yang berlaku, bertindak
dengan mendahulukan kepentingan dan keselamatan semua pihak
yang terkait dengan penelitiannya, berlandaskan tujuan mulia berupa
penegakan hak-hak asasi manusia dengan kebebasan-kebebasan
mendasarnya.
Harus dipastikan bahwa kita tidak berkeberatan jika kita berada pada
posisi sebagai responden.Dengan demikian perlu dibuat aturan seperti:
1) Peneliti bertanggung jawab untuk tidak menyimpang dari
metodologi penelitian yang ada; dan
2) pelaksanan penelitian mengikuti metode ilmiah yang kurang lebih
baku, dengan semua perangkat pembenaran metode dan
pembuktian hasil yang diperoleh.
c. Kode ketiga, Peneliti mengelola sumber daya keilmuan dengan penuh
rasa tanggung jawab, terutama dalam pemanfaatannya, dan
mensyukuri nikmat anugerah tersedianya sumber daya keilmuan
baginya.
Peneliti berbuat untuk melaksanaan penelitian dengan asas manfaat
baik itu berarti:
1) hemat dan efisien dalam penggunaan dana dan sumber daya lain;
2) menjaga peralatan ilmiah dan alat bantu lain, khususnya peralatan
yang mahal, tidak dapat diganti, dan butuh waktu panjang untuk
pengadaan kembali agar tetap bekerja baik; dan
3) menjaga jalannya percobaan dari kecelakaan bahan dan gangguan
lingkungan karena penyalahgunaan bahan yang berbahaya yang
dapat merugikan kepentingan umum dan lingkungan.

5
B. Latar Belakang Etika Dalam Penelitian Kualitatif
Etika dalam ranah penelitian lebih menunjuk pada prinsip-prinsip
etis yang diterap-kan dalam kegiatan penelitian. Etika menurut Johanesen
(2001) merupakan kajian umum dan sistematik tentang apa yang seharusnya
menjadi prinsip benar dan salah yang praktis, spesifik, disepakati bersama,
dan dialihkan secara kultural. Sementara itu etika penelitian menurut Cooper
& Pamela (2003) sebagaimana yang dikutip oleh Sangun (2005): “ethics are
norms or standards of behavior that guide moral choices about our behavior
and our relationship with others. The goal is to ensure that no one is harmed
or suffers adverse consequences from research activities”. Jadi, etika adalah
sebuah cabang ilmu filsafat yang membahas mengenai nilai dan norma moral
yang menentukan perilaku si peneliti terhadap penelitiannya. Mengapa perlu
etis? Para peneliti menghadapi berbagai masalah dalam membina karir
mempublikasikan hasil penelitian, meningkatkan pengetahuan membangun
kewibawaan. Adanya masalah dan tekanan tersebut, ditambah dengan
kurangnya kesadaran mereka, bisa menyebabkan peneliti mengambil jalan
pintas yang tidak etis. Pada umumnya, perilaku tidak etis disebabkan oleh
kurangnya kesadaran dan keinginan yang kuat dari peneliti untuk tidak
mengambil jalan pintas. Dengan demikian, jelas bahwa kegunaan etika
penelitian memang diperlukan untuk melindungi kepentingan semua pihak
yang terlibat dalam penelitian, dan mereka yang menggunakan hasil-hasil
penelitian. Bagaimanakah menumbuh kembangkan peneliti yang beretika?
Perilaku etis dapat dikembangkan dan terus dikembangkan oleh peneliti
melalui ber-bagai kegiatan. Di antaranya adalah:
1. Mengikuti pelatihan yang profersional
2. Peranan profesional peneliti
3. Dari adanya kontak/hubungan personal dengan peneliti yang lain.
Siapakah peneliti yang berperilaku etis ? mereka adalah peneliti yang:
1. berorientasi kepada peran profesional mereka
2. Melaksanakan etos saintifik

6
3. Berinteraksi secara reguler dengan peneliti yang lain. (Sangun: 2005).

C. Prinsip-Prinsip Etik Dalam Penelitian Kualitatif


Dalam penelitiaan kualitatif, etika penelitian berkaitan dengan
cara peneliti merumuskan topik penelitian, merencanakan penelitian,
mengakses data, mengumpulkan data, menyimpan data, menganalisis data dan
melaporkan secara bertanggung jawab dan bermoral (Saunders, Lewis dan
Thornhill 2007 dalam Sarosa, 2012). Golden rule adalah prinsip utama dalam
prinsip etika adalah jangan melakukan kepada orang lain apa yang tidak akan
anda lakukan kepada diri anda sendiri (Myers, 2009 dalam Sarosa, 2012).
Setiap penelitian kesehatan yang mengikut sertakan relawan
manusia sebagai subjek penelitian wajib didasarkan pada prinsip etik (kaidah
dasar moral), yaitu :
1. Respect for persons (other) : secara mendasar bertujuan menghormati
otonomi untuk mengambil keputusan mandiri (self determination) dan
melindungi kelompok-kelompok dependent (tergantung) atau rentan
(vulnerable), dari penyalahgunaan (harm dan abuse).
Prinsip ini menegaskan bahwa manusia adalah pribadi yang
memiliki kehendak bebas dan kemampuan untuk bertanggungjawab atas
keputusan‐keputusannya. Proses informed consent dalam penelitian harus
dirancang untuk memberdayakan seseorang untuk memutuskan apakah
berpartisipasi atau tidak. Berdasarkan prinsip ini, seorang peneliti wajib:
a. menghormati manusia sebagai makhluk yang memiliki otonomi, yang
memiliki kemampuan dalam bernalar dan mengambil keputusan
b. menghormati martabat dan harkat setiap individu dan hak‐haknya atas
privacy dan konfidensialitas
c. menghargai hak masyarakat atas kekayaan kulturalnya sebagai bukti
penghormatan atas martabat manusia

7
d. melindungi hak dan kesejahteraan pribadi dan komunitas yang tidak
memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang otonom
karena alasan usia, gender, ras, etnisitas, bahasa, orientasi seksual, dan
status ekonomi, serta berusaha meniadakan prasangka yang timbul
karena perbedaan‐ perbedaan tersebut.
e. memberikan perlindungan kepada partisipan penelitian terhadap
kemungkinan timbulnya kerugian dan penyalahgunaan dalam
penelitian.
2. Beneficence & Non Maleficence, prinsip berbuat baik, memberikan
manfaat yang maksimal dan risiko yang minimal, sebagai contoh kalau
ada risiko harus yang wajar (reasonalble), dengan desain penelitian yang
ilmiah, peneliti ada kemampuan melaksanakan dengan baik, diikuti
prinsip do no harm (tidak merugikan, non maleficence). Beneficence Yang
pada dasarnya adalah diatas segalanya tidak boleh membahayakan. Prinsip
ini mengandung 4 dimensi:
a. Bebas dari bahaya
Yaitu peneliti harus berusaha melindungi subjek yang diteliti,
terhindar dari bahaya atau ketidaknyamanan fisik atau mental.
b. Bebas dari eksploitasi
Keterlibatan peserta dalam penelitian tidak seharusnya merugikan
mereka atau memaparkan mereka pada situasi yang mereka tidak
disiapkan.
c. Manfaat dari penelitian
Manfaat penelitian yang paling penting adalah meningkatnya
pengetahuan atau penghalusan pengetahuan yang akan berdampak
pada subjek individu, namun lebih penting lagi apabila pengetahuan
tersebut dapat mempengaruhi suatu disiplin dan anggota masyarakat.
d. Rasio antara resiko dan manfaat Peneliti dan penilai (reviewer) harus
menelaah keseimbangan antara manfaat dan resiko dalam penelitian.

8
3. Prinsip etika keadilan (Justice) , prinsip ini menekankan setiap orang
layak mendapatkan sesuatu sesuai dengan haknya menyangkut keadilan
destributif dan pembagian yang seimbang (equitable). Jangan sampai
terjadi kelompokkelompok yang rentan mendapatkan problem yang tidak
adil. Sponsor dan peneliti umumnya tidak bertanggung jawab atas
perlakuan yang kurang adil ini. Tidak dibiarkan mengambil
keuntungan/kesempatan dari ketidak mampuan, terutama pada negara-
negara, atau daerah-daerah dengan penghasilan rendah.Keadilan
mensyaratkan bahwa penelitian harus peka terhadap keadaan kesehatan
dan kebutuhan subjek yang rentan.
a. Hak mendapatkan perlakuan yang adil berarti subjek mempunyai hak
yang sama, sebelum, selama, dan setelah partisipasi mereka dalam
penelitian. Perlakuan yang adil mencakup aspek-aspek sebagai
berikut:
1) Seleksi subjek yang adil dan tidak diskriminatif.
2) Perlakuan yang tidak menghukum bagi mereka yang menolak
atau mengundurkan diri dari kesertaannya dalam penelitian,
walaupun dia pernah menyetujui untuk berpartisipasi.
3) Penghargaan terhadap semua persetujuan yang telah dibuat antara
peneliti atau subjek, termasuk prosedur dan pembayaran atau
tunjangan yang telah dijanjikan.
4) Subjek dapat mengakses penelitian setiap saat diperlukan untuk
mengklarifikasi informasi.
5) Subjek dapat mengakses bantuan professional yang sesuai apabila
terjadi gangguan fisik atau psikologis.
6) Mendapatkan penjelasan, jika diperlukan yang tidak diberikan
sebelum penelitian dilakukan atau mengklarifikasi isu yang timbul
selama penelitian.
7) Perlakuan yang penuh rasa hormat selama penelitian

9
b. Hak untuk mendapatkan keleluasaan pribadi (privacy) Peneliti perlu
memastikan bahwa penelitian yang dilakukan tidak menginvasi
melebihi batas yang diperlukan dan privasi subjek tetap dijaga
selama penelitian. Invasi terhadap privasi dapat terjadi bila informasi
yang bersifat pribadi dibagikan kepada orang lain tanpa sepengetahuan
subjek atau bertentangan dengan keinginannya. Informasi tersebut
meliputi sikap, keyakinan, prilaku, pendapat, dan catatan. Dalam
aplikasinya, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai
identitas baik nama maupun alamat asal subyek dalam kuesioner dan
alat ukuran apapun untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan
identitas subyek. Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau
identification number) sebagai pengganti identitas responden.
4. Prinsip integritas keilmuan
Prinsip ini menegaskan bahwa setiap peneliti memiliki kewajiban
etis untuk menjaga integritas keilmuan dengan menghargai kejujuran,
kecermatan, ketelitian, dan keterbukaan dalam penelitian, publikasi dan
penerapannya. Peneliti wajib berpegang pada komitmennya untuk
menjunjung tinggi obyektivitas dan kebenaran. Pelanggaran atas hak
kekayaan intelektual (haki), pencurian data dan karya orang lain selain
merupakan pelanggaran atas prinsip ini, juga merupakan pelanggaran
hukum.
5. Prinsip kepercayaan dan tanggungjawab
Prinsip ini menegaskan bahwa peneliti wajib membangun
kepercayaan dengan mitra peneliti, partisipan penelitian dan semua yang
terlibat dalam penelitian. Prinsip ini juga menegaskan bahwa peneliti perlu
menyadari tanggung jawab profesional dan keilmuannya terhadap
masyarakat dan terhadap komunitas tempat ia bekerja. Dalam rangka
menjunjung tinggi dan menegakkan standar profesionalitasnya, setiap
peneliti harus peka terhadap perkembangan IPTEKS, situasi
sosial, budaya dan dampak penelitian terhadap masyarakat.

10
6. Prinsip keterbukaan
Yang dimaksud dengan keterbukaan adalah bahwa peneliti harus
terbuka terhadap partisipan penelitian perihal deskripsi dan tujuan
penelitian serta rincian keterlibatan partisipan. Peneliti tidak boleh
menyembunyikan tujuan penelitian dari partisipan penelitian.

D. Ethical Clearance Dalam Riset Kualitatif


Ethical Clearance (EC) adalah bukti lulus kaji etik suatu protokol
penelitian yang merupakan syarat khusus dalam melakukan penelitian bidang
kesehatan yang menggunakan subyek manusia dan hewan coba. Sebelum
melakukan penelitian, peneliti harus mendapatkan Ethical Clearance terlebih
dahulu.
Ethical Clearance (EC) atau kelayakan etik merupakan keterangan
tertulis yang diberikan oleh komisi etik penelitian untuk riset yang melibatkan
mahluk hidup yang menyatakan bahwa suatu proposal riset layak
dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan tertentu. Dilain pihak persetujuan
dari Komisi Etik Penelitian dalam suatu riset sangat diperlukan dalam
publikasi jurnal Ilmiah nasional ataupun internasional.
Ethical clearance ini diperlukan untuk memastikan bahwa penelitian
telah memenuhi prinsip menghormati harkat dan martabat manusia (respect
for person), prinsip berbuat baik yang bermanfaat (benefience) dan tidak
merugikan (nonmal benefience) serta prinsip keadilan (justice).
Ethical clearance atau kelayakan etik merupakan keterangan dari
komisi etik bahwa suatu penelitian yang melibatkan makhluk hidup layak
untuk dilaksanakan setelah memenuhi kriteria tertentu. (Peraturan Kepala
LIPI No 06/E/2013). Etika penelitian mulai ditegakkan sejak November 1946
ketika Pengadilan Militer Amerika memproses persidangan terhadap
23 dokter Jerman yang telah melakukan ribuan eksperimen medis terhadap
tahanan tanpa meminta persetujuan mereka. Dilanjutkan dengan Deklarasi
Helsinki yang menyempurnakan Nuremberg Code yang menyatakan bahwa:

11
1. Penelitian pada manusia sebaiknya didasari hasil penelitian laboratorium
dan penelitian pada hewan coba
2. Protokol penelitian sebaiknya telah direview oleh komisi etik independen
3. Informed consent atau persetujuan dari partisipan diperlukan dalam
penelitian
4. Penitian dilaksanakan oleh orang yang secara medis atau sains
berkompeten
5. Risiko dari penelitian tidak melebihi manfaat yang didapatkan

Sehingga dapat dikatakan partisipan manusia yang diminta dan bersedia


menjadi subjek penelitian tentu wajib dihargai kesediaannya (willingness),
kehidupannya (life), kesehatannya (health), keleluasaan pribadinya (privacy),
dan martabatnya (dignity).  Hal ini dikuatkan dengan Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 66 tahun 2013 yang diantaranya menjelaskan kepada kita
bahwa pengajuan ethical clearance merupakan hal yang nyata disarankan bagi
peneliti yang akan melakukan penelitian terhadap manusia.

1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup permohonan Ethical Clearance ini meliputi:
a. Persyaratan yang diperlukan pada permohonan Ethical Clearance;
b. Tahap kegiatan dalam prosedur permohonan Ethical Clearance;
c. Pihak-pihak yang terlibat dalam permohonan Ethical Clearance;

Peneliti :P

Sekretariat KEPK : Sek

Ketua/ Sekretaris KEPK : K/Sek

Reviewer :R

d. Waktu yang dibutuhkan dalam proses penerbitan Ethical Clearance;


e. Dokumen yang diperlukan atau dihasilkan dalam proses penerbitan
Ethical Clearance.

12
2. Syarat mengajukanethical clearance:
a. ProposalPenelitian (dijilid)
b. MengisiFormulirIsianolehPeneliti (ditandatanganika.dep. &stempel)
c. LembarPenjelasanKepadaCalonSubjekpenelitian(denganbahasa
AWAM)
d. LembarPersetujuanSubjek (Informed Consent)
e. Curriculum Vitae
f. SuratPengantardariDepartemen
g. RicianBiayaPenelitian
h. Tandatanganpengesahan di proposal penelitian
3. Prosedur
a. Sekretariat KEPK mengecek kelengkapan berkas dan menyiapkan
berkas untuk dibagikan ke Reviewer oleh Ketua/Sekretaris KEPK.

b. Ketua/Sekretaris KEPK memilih Reviewer untuk mereview proposal


sesuai dengan bidang dan jenis protokol.

c. Sekretariat KEPK melakukan pendataan nama-nama Reviewer yang


telah dipilih oleh Ketua/Sekretaris KEPK.

d. Sekretariat KEPK menyiapkan berkas telaah kaji etik untuk diserahkan


kepada Reviewer.

e. Reviewer mereview protokol penelitian, maksimal kembali dalam 2


minggu.

f. Reviewer mengembalikan berkas penelitian ke KEPK.

g. Sekretariat KEPK mencatat tanggal ketika berkas kembali dari


Reviewer.

h. Sekretariat KEPK menginformasikan kepada peneliti ada revisi atau


tidak dari reviewer.

i. Peneliti merevisi protokol penelitian sesuai komentar reviewer.

13
j. Sekretariat KEPK menerima kembali protokol penelitian yang sudah
direvisi dan disetujui oleh reviewer.

k. Sekretariat KEPK menyerahkan berkas yang sudah disetujui Reviewer


kepada Ketua/Sekretaris KEPK untuk kaji ulang (finalisasi).

l. Ketua KEPK mengkaji ulang (finalisasi) protokol penelitian.

m. Peneliti merevisi protokol penelitian sesuai saran Ketua/Sekretaris


KEPK.

n. Ketua KEPK menyetujui protokol penelitian untuk dibuat EC.

o. Sekretariat KEPK membuat dan mencetak surat EC.

p. Ketua /Sekretaris KEPK menandatangani surat EC.

E. Informed Consent Riset Kualitatif


1. Pengertian
Informed consent atau kesediaan berpartipasi (dalam sebuah
kegiatan ilmiah-profesional) sesudah memperoleh informasi” merupakan
dokumen yang ditandatangani oleh para partisipan dalam kegiatan
professional, meliputi kegiatan ilmiah berupa riset atau penelitian maupun
kegiatan layanan professional, meliputi asesmen, terapi, konseling atau
konsultasi yang melibatkan manusia sebagai subjek dan yang
dilaksanakan, baik secara tatap muka maupun melalui transmisi elektronik
atau bentuk lain komunikasi. (Supratiknya, 2019)
Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) atau Inform Consent Dalam
PNEPK ditegaskan bahwa penelitian kesehatan yang mengikut-sertakan
relawan manusia sebagai subjek penelitian wajib didasarkan pada tiga
prinsip etik umum, yaitu menghormati harkat martabat manusia (respect
for persons), berbuat baik (beneficence) dan keadilan (justice).
Untuk menghormati prinsip etik umum pertama tersebut, peneliti
diwajibkan untuk setelah memberi penjelasan yang memadai, meminta

14
persetujuan dari setiap relawan manusia yang akan diikut sertakan sebagai
subjek penelitian. Persetujuan tersebut dikenal sebagai Persetujuan Setelah
Penjelasan (PSP, Informed Consent). Penjelasan diberikan supaya subjek
penelitian mengerti tujuan penelitian serta resiko dan keuntungan yang
mungkin akan dialaminya serta hak dan kewajibannya. PSP bertujuan
untuk melindungi kebebasan pribadi dan otonomi subjek penelitian.
Masalah PSP telah dibahas secara rinci dalam PNEPK, namun demikian
perlu lagi ditekankan bahwa PSP adalah pernyataan persetujuan ikut serta
dalam penelitian dari seorang awam. Karena itu PSP sewajarnya ditulis
dengan menggunakan bahasa orang awam tanpa peristilahan kedokteran.
Lebih penting lagi perlu dijaga, seperti sekarang makin sering terjadi,
bahwa PSP tidak berubah menjadi dokumen hokum guna melindungi
peneliti, lembaga penelitian, sponsor atau donor. Jika dokumen hukum
dipersyaratkan oleh sponsor atau donor maka dokumen hukum, jika
dianggap wajar, dibuat terpisah dari PSP. Calon subjek penelitian hanya
boleh dihubungi dan dimintakan PSP jika penelitian telah mendapat
persetujuan ilmiah dan etik dari komisi yang berwenang.
Persetujuan keikutsertaan dalam riset, selain ditandatangani oleh
subjek riset harus pula ditandatangani oleh saksi yang sehat dan periset.
Syarat seorang saksi adalah:
a. Telah dewasa
b. Sehat rohani
c. Mengetahui informasi telah disampaikan periset
d. Mengetahui subjek riset menandatangani
(Suprajitno, 2016)
2. Unsur-unsur pokok dokumen informed consent
Menurut Grady (dalam Supratiknya, 2019) secara umum informed
consent perlu mencakup empat komponen isi, yaitu:
a. Disclosure atau pengungkapan, yaitu bagian berisi penyampaian
informasi tentang penelitian oleh peneliti kepada calon subjek

15
b. Understanding atau pemahaman, yaitu bagian berisi pemberian
kesempatan kepada calon partisipan untuk memahami informasi
tentang penelitian yang diberikan kesempatan bagi peneliti untuk
memastikan bahwa partisipan sungguh-sungguh memahami informasi
yang diberikan
c. Voluntariness atau kesukarelaan, yaitu bagian berisi pemberian
kesempatan kepada calon partisipan untuk memutuskan bersedia atau
menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian secara sukarela
d. Authorization atau pengesahan kesediaan untuk berpartisipasi sebagai
subjek dalam penelitian
3. Isi naskah penjelasan sebagai peserta riset
Keikutsertaan subyek riset menjadi bagian penting agar data yang
diperlukan selama riset diperoleh melalui kesukarelaan subyek.
Permohonan kesukarelaan dituliskan secara jelas dalam penjelasan yang
disusun periset. Penjelasan sebagai peserta riset harus dilakukan oleh
periset sendiri atau anggota riset dan saat penjelasan calon peserta
(subyek) riset harus didampingi oleh orang dewasa yang cakap secara
hukum. Syarat calon subyek riset adalah orang dewasa atau yang cakap
secara hukum. Jika calon subyek riset kategori usia anak atau tidak cakap
secara hukum penjelasan diberikan oleh periset kepada orang tua atau wali
calon subyek riset. Syarat memberikan penjelasan, yaitu:
a. Harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami,
b. Harus ada kesempatan diskusi (tanya jawab),
c. Harus tertulis (sebagai naskah),
d. Calon subyek riset berada dalam tempat yang nyaman,
e. Calon subyek riset bebas dari paksaan atau tekanan.
4. Isi naskah persetujuan sebagai peserta riset
Calon subyek riset yang telah penjelasan dan secara sukarela
menyatakan diri terlibat dalam riset wajib menandatangani Persetujuan
Sebagai Peserta Riset yang dituangkan dalam bentuk naskah. Naskah

16
seperti ini sering disebut Informed Consent (Persetujuan Setelah
Penjelasan / PSP) yang berarti persetujuan yang diberikan oleh orang yang
telah mendapat penjelasan. Penandatangan Naskah PSP adalah orang
dewasa atau yang cakap secara hukum. Selanjutnya Naskah PSP disimpan
oleh periset sebagai bukti dan akan diperlukan di kemudian hari.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika penelitian berkaitan dengan beberapa norma, yaitu norma sopan-
santun yang memperhatikan konvensi dan kebiasaan dalam tatanan di
masyarakat, norma hukum mengenai pengenaan sanksi ketika terjadi
pelanggaran, dan norma moral yang meliputi itikad dan kesadaran yang baik
dan jujur dalam penelitian. etika sesungguhnya membantu peneliti untuk
menentukan tindakan apa yang harus diambil, demikian hanya dengan etika
penelitian. Etika dalam ranah penelitian lebih menunjuk pada prinsip-prinsip
etis yang diterap-kan dalam kegiatan penelitian. Setiap penelitian kesehatan
yang mengikut sertakan relawan manusia sebagai subjek penelitian wajib
didasarkan pada prinsip etik (kaidah dasar moral). Ethical clearance ini
diperlukan untuk memastikan bahwa penelitian telah memenuhi prinsip
menghormati harkat dan martabat manusia (respect for person), prinsip
berbuat baik yang bermanfaat (benefience) dan tidak merugikan
(nonmalbenefience) serta prinsip keadilan (justice). Peneliti diwajibkan untuk
setelah memberi penjelasan yang memadai, meminta persetujuan dari setiap
relawan manusia yang akan diikut sertakan sebagai subjek penelitian.
Persetujuan tersebut dikenal sebagai Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP,
Informed Consent).

B. Saran

17
Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan, jauh dari kata kesempurnaan. Maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun mengenai
makalah yang telah disusun sangat kami harapkan. Semoga makalah dapat
bermanfaat bagi pembaca.
C.

18
DAFTAR PUSTAKA

Bungin, M. B. (2009).PenelitianKualitatif. Jakarta: Kencana.

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.(2018).Manual Prosedur Proses


Penerbitan Ethical Clearance. SPMI-UNDIP/MP/04.10/02.
Hamid, AchirYani S. 2008.Buku Ajar RisetKeperawatan, Konsep Etika dan
Instrumentasi.Jakarta: EGC

Heryana, Ade. 2020. Etika Penelitian. Research gate.


[https://www.researchgate.net/deref/http%3A%2F
%2Fdx.doi.org2F10.13140%2FRG.2.2.13880.16649 diakses pada 25 Februari
2021].
Hidayat, A. (2009). MetodePenelitianKeperawatandanTekhnik.Analisis Data.
Jakarta: SalembaMedika.
Komisi Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional. (2017). Pedoman
dan Standar Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Peraturan Kepala LIPI No 08/E/2013.


Pedoman Klierens Etik.

Mappaware, N, A,. 2016. EtikadalamPenelitianKedokteran–Kesehatan. Jurnal FK


UMI( jurnal.fk.umi.ac.iddiaksespada 25 februari 2021)

Menkes RI. 2008. PeraturanMenteriKesehatan RI


Nomor.269/MENKES/PER/III/2008 tentangRekamMedis. Jakarta: Kemenkes
RI.
Muslim. 2007. ETIKA DAN PENDEKATAN PENELITIAN DALAM FILSAFAT
ILMU KOMUNIKASI (SEBUAH TINJAUAN KONSEPTUAL DAN
PRAKTIKAL). Jurnal Komunikologi. 4(2) : 82-91
Notoadmodjo Soekidjo. 2010. Methodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta
:Rineka.
Puspitawati. (2019). Rancang Bangun Sistem Pengajuan Ethical Clearance pada
Komisi Etik Penelitian. Berita Kedokteran Masyarakat. 35(4). Doi :
[https://doi.org/10.22146/bkm.44340]
Rinaldi, Sony Faisal & Bagya Mujianto.2017. Metodologi Penelitian dan
Statistik.Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

19
Sugiyono. (2011). MetodePenelitianKuantitatifKualitatif R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata.2008.Metode PenelitianPendidikan.Bandung:RemajaRosdakarya.

Suprajitno. (2016). Pengantar Riset Keperawatan. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan

Supratiknya, A. (2019). Serba-serbi Metode & Penulisan Ilmiah Dalam Psikologi


Sleman: PT Kanisius
Tim Komisi Etika Penelitian Unika Atmajaya. (2017). Pedoman Etika Penelitian
Unika Atmajaya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

20

Anda mungkin juga menyukai