Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No.

2 September 2018

Sikap Masyarakat Terhadap Orang dengan


Gangguan Jiwa di Desa Kersamanah
Kabupaten Garut
Restu Islamiati1, Efri Widianti2, Iwan Suhendar3
1
Universitas Padjadjaran, restuislamiati06@gmail.com
2
Universitas Padjadjaran, efri.widianti@unpad.ac.id
3
Universitas Padjadjaran, iwan.suhendar@unpad.ac.id

ABSTRAK
Meningkatnya angka kekambuhan sebanyak 12% yang terjadi pada orang dengan
gangguan jiwa selama 3 bulan terakhir di desa kersamanah yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor salah satunya yaitu faktor dari masyarakat. Lingkungan masyarakat yang
tidak mendukung dapat meningkatkan frekuensi kekambuhan orang dengan gangguan
jiwa. Faktor dari masyarakat itu sendiri belum banyak diteliti dan belum ada yang
meneliti di Kecamatan Kersamanah itu sendiri.Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui sikap masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa di Desa Kersamanah
Kabupaten Garut. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Populasi dari
penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal disekitar orang dengan gangguan jiwa.
Sampel penelitian diambil menggunakan teknik purposive sampling sehingga didapatkan
jumlah sampel sebanyak 93 responden. Sikap masyarakat terhadap orang dengan
gangguan jiwa diukur menggunakan kuesioner Community Attitude Towards Mental ill
(CAMI). Data yang didapatkan dianalisis menggunakan mean, median dan standar
deviasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa sikap masyarakat terhadap orang dengan
gangguan jiwa pada aspek authoritarianism dan benevolence nilai skornya sama yaitu 30
± 4, berdasarkan aspek social restrictiveness dengan nilai 27 ± 3 dan berdasarkan aspek
community mental health ideology dengan nilai 32 ± 4. Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa sikap yang paling banyak digunakan oleh masyarakat adalah community
mental health ideology yang artinya bahwa masyarakat menerima pelayanan kesehatan
mental dan orang dengan gangguan jiwa di masyarakat akan tetapi tidak dilingkungan
mereka dan Hal ini perlu ditindak lanjuti pada setiap aspek-aspek yang ada. Saran untuk
penelitian ini yaitu dengan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang orang dengan
gangguan jiwa yang berada dilingkungan masyarakat.
Kata Kunci: Gangguan Jiwa, ODGJ, Sikap Masyarakat

ABSTRACT
There is an increase in relapse case with the rate of 12% on people with mental illness
during the last 3 months in Kersamanah village influenced by several factors and one of
the factors is community. An unsupported community environment can increase the
relapse frequency of people with mental illness. In Kersamanah, community factor has
not been studied and there are still none who studies it. The purpose of this research is to
find out the community's attitude towards people with mental illness in Kersamanah
Village, Garut. The method used on this research is quantitative descriptive. The
population is community who live around people with mental illness. The sample is taken
by purposive sampling technique and it is obtained 93 respondents. Community’s attitude
towards people with mental illness is measured by Community Attitude towards Mental ill
(CAMI) questionnaire. The data obtained, analyzed by using mean, median, and
deviation standard. The result of the research showed that the score of society attitude
towards people with mental illness based on authoritarianism and benevolence aspects
are the same; 30 ± 4, based on social restrictiveness aspect; 27 ± 3 and based on
community mental health ideology aspect; 32 ± 4. Based on the result of the research, it

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 195


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

was found out that the most common attitude used by the society was community mental
health ideology, which means that the society accepts both mental health treatment and
people with mental illness but not on their environment. This issue should be followed up
on other existed aspects. Suggestions for this study are by educating the public about
people mental illness who are in the community.
Keywords: Community attitude, Mental illness, ODGJ.

Diterima:17 Agustus 2018, Direvisi: 28 Agustus 2018, Diterbitkan: 15 September 2018

LATAR BELAKANG daerah Jawa Barat memiliki prevalensi


Gangguan jiwa menurut Undang- lebih tinggi di bandingkan dengan
Undang Nomor 18 Tahun 2014 Tentang daerah perkotaan. Di Kabupaten Garut
Kesehatan Jiwa dapat diartikan sebagai jumlah orang dengan gangguan jiwa
orang dengan gangguan jiwa yang menurut Dinas Kesehatan Kabupaten
selanjutnya disingkat ODGJ adalah Garut pada tahun 2017 yaitu 1146 dan
orang yang mengalami gangguan dalam jumlah gangguan jwa mengalami
pikiran, perilaku, dan perasaan yang peningkatan yaitu 479 orang pada bulan
termanifestasi dalam bentuk sekumpulan Februari 2017.
gejala dan/atau perubahan perilaku yang Masalah yang sering terjadi pada orang
bermakna, serta dapat menimbulkan dengan gangguan jiwa yaitu
penderitaan dan hambatan bagi orang kekambuhannya, ada beberapa hal yang
tersebut sehingga tidak dapat produktif dapat mempengaruhi kekambuhan orang
secara sosial dan ekonomi. Gangguan dengan gangguan jiwa yaitu tidak
jiwa dapat dibagi menjadi gangguan kontrol ke dokter, tidak minum obat
jiwa ringan dan gangguan jiwa berat secara teratur, menghentikan sendiri
(Riskesdas, 2013 dalam Kementrian obat tanpa mendapat persetujuan dari
Kesehatan, R. I, 2013). dokter, kurangnya dukungan keluarga
Menurut Word Health Organization dan masyarakat. (Nasir & Muhith,
(WHO, 2016 dalam Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan hasil survey yang
2016) di dunia terdapat 450 juta orang dilakukan oleh Aprilis (2017) bahwa
dengan gangguan jiwa prevalensi pada tahun 2016 dari bulan Mei sampai
gangguan jiwa menurut WHO pada bulan Juni di poliklinik dan IGD RSJ
tahun 2016 menunjukkan bahwa secara Tampan diketahui jumlah kunjungan
global diperkirakan 35 juta orang penderita gangguan jiwa adalah 2.805
mengalami depresi, 60 juta orang orang. Dari jumlah tersebut 259 orang
menderita gangguan afektif bipolar, 21 merupakan penderita gangguan jiwa
juta orang menderita gangguan yang sebelumnya pernah dirawat inap
skizofrenia dan 47,5 juta orang di dunia atau kambuh lagi. Hal ini diperkuat
mengalami demensia. berdasarkan survey yang dilakukan oleh
Berdasarkan data dari Riskesdas tahun Wahyuningrum, I (2013) bahwa pada
2013 dalam Kementrian Kesehatan, R. I tahun 2012 dari bulan Januari sampai
(2013) prevalensi mental emosional bulan Oktober di RSJD DR. Amino
yaitu dengan kecemasan, depresi Gondohutomo Semarang diketahui
dengan usia lebih dari 15 tahun ke atas angka kekambuhan pasien skizofrenia
yaitu 14 juta orang dengan persentase sebanyak 1871 orang.
6% dari jumlah penduduk Indonesia. Kekambuhan gangguan jiwa adalah
Sedangkan gangguan jiwa berat seperti keadaan timbulnya kembali gejala-
skizofrenia berdasarkan Riskedas tahun gejala yang sebelumnya sudah
(2013) diketahui terjadi pada 400.000 memperoleh kemajuan. Ciri-ciri dari
orang atau (1.7) per 1000 penduduk kekambuhan yaitu menjadi ragu-ragu
Indonesia. dan serba takut (nevous), sulit
Di Jawa Barat prevalensi gangguan jiwa berkonsentrasi, tidak ada nafsu makan ,
berat adalah 1.6 per mil atau 1-2 orang sukar tidur, depresi, tidak ada minat, dan
dari 1000 penduduk. Daerah pedesaan di menarik diri (Stuart & Laraia, 2001).

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 196


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu mengacu pada penerimaan layanan


kekambuhan gangguan yaitu individu itu kesehatan mental dan pasien gangguan
sendiri, penanggung jawab pasien, jiwa di masyarakat namun tidak
lingkungan dan keluarga (Sullinger, dilingkungan tempat mereka tinggal
1988 dalam Keliat, 2006). Penelitian (Taylor & Dear, 1981).
yang dilakukan oleh Aprilis (2017) Berdasarkan Data dari Puskesmas
menyatakan bahwa faktor yang Sukamerang pada tahun 2018 bahwa
mempengaruhi individu mengalami kekambuhan gangguan jiwa pada tahun
kekambuhan adalah kepatuhan minum 2016 sebanyak 11 orang dan mengalami
obat dan keyakinan pasien tersebut. peningkatan pada tahun 2017 dalam 3
Klien yang gagal meminum obat dengan bulan terakhir mencapai 14 orang, hal
teratur mempunyai kecenderungan ini menunjukan bahwa terdapat
untuk kambuh lagi. Pada klien peningkatan angka kekambuhan. Salah
skizofrenia khusunya jarang mengikuti satu faktor penyebab kekambuhan
aturan minum obat karena pasien gangguan jiwa adalah dari lingkungan
mengalami ketidakmampuan membuat masyarakat. Semakin besarnya sikap
keputusan dan gangguan realitas (Keliat, respon negatif dari masyarakat terhadap
2013).Masyarakat adalah sebagai suatu orang dengan gangguan jiwa yang telah
kesatuan hidup manusia, yang dinyatakan pulih maka orang dengan
menempati pada suatu wilayah yang gangguan jiwa tersebut akan kambuh
nyata dan berinteraksi menurut suatu kembali.
sistem adat istiadat serta terkait oleh
suatu rasa indentitas komunitas KAJIAN LITERATUR
(Koentjaraningrat, 1990 dalam 1. Orang Dengan Gangguan Jiwa
Mubarak, 2005). (ODGJ)
Menurut Keliat (2009) dalam faktor Pengertian ODGJ
yang mempengaruhi kekambuhan klien ODGJ atau Orang Dengan Gangguan
dengan gangguan jiwa menyatakan Jiwa adalah adanya gejala klinis yang
bahwa lingkungan masyarakat tempat bermakna, yang berupa sindrom atau
tinggal klien yang tidak mendukung pola perilaku dan psikologik yang dapat
dapat meningkatkan frekuensi menimbulkan penderitaan (distress)
kekambuhan. Misalnya masyarakat yaitu ; tidak nyaman, rasa nyeri, tidak
menganggap klien gangguan jiwa tentram, disfungsi organ tubuh,
sebagai individu yang tidak berguna, terganggu dan gejala tersebut dapat
mengejek klien, mengucilkan klien dan menimbulkan disabilitas (disability)
seterusnya. dalam menjalani kehidupan sehari-hari
Menurut Bloom dalam Notoatmodjo yang biasa di lakukan untuk perawatan
(2007), perilaku di pengaruhi oleh tiga diri dan kelangsungan hidup seperti
faktor yaitu pengetahuan (knowledge), (mandi, makan, kebersihan, berpakaian)
sikap (attitude) dan tindakan atau (PPDGJ-III & DSM-5 dalam Maslim,
praktik (practice). Sikap masyarakat 2013).
dapat berupa authoritarianism yaitu Gangguan jiwa dapat diartikan yaitu
mengacu pada pandangan seseorang Orang Dengan Gangguan Jiwa yang
pada gangguan jiwa sebagai seseorang selanjutnya disingkat ODGJ adalah
yang lemah dan membutuhkan orang yang mengalami gangguan dalam
penanganan yang kasar; benevolence pikiran, perilaku, dan perasaan yang
yaitu mengacu pada pandangan termanifestasi dalam bentuk sekumpulan
humanistik dan simpatik terhadap orang gejala dan/atau perubahan perilaku yang
dengan gangguan jiwa; social bermakna, serta dapat menimbulkan
restrictivenes yaitu sesuai dengan penderitaan dan hambatan bagi orang
keyakinan bahwa orang dengan tersebut sehinga tidak dapat produktif
gangguan jiwa merupakan ancaman bagi secara ekonomi maupun sosial
masyarakat dan harus dihindari dan (Undang-Undang Nomor 18 Tahun
Community Mental Health Ideology 2014).

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 197


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola atau menetap; mendemonstrasikan


psikologis atau pola prilaku yang penerimaan; respek; memahami klien;
penting secara klinis, yang terjadi pada mempromosikan ketertarikan klien dan
seseorang dan sindrom tersebut berpartisipasi dalam interaksi. Peran
dihubungkan dengan stress misalnya perawat lainnya yaitu bekerja sama
(gejala nyeri, menyakitkan) atau dengan layanan kesehatan mental,
disabilitas (ketidakmampuan pada salah konsultasi dengan yayasan
satu bagian atau beberapa fungsi penting kesejahteraan, memberikan pelayanan di
lainnya atau disertai adanya peningkatan luar klinik kepada klien, aktif
resiko secara bermakna untuk sakit, melakukan penelitian dan membantu
ketidakmampuan, kehilangan kebebasan pendidikan dimasyarakat (Yosep,2010).
bahkan kematian. (American Psychiatric 6. Sikap Masyarakat Terhadap
Association,1994 dalam Prabowo, Orang Dengan Gangguan Jiwa
2014). A. Definisi Sikap Masyarakat
2. Dampak Adanya Orang Dengan Sikap masyarakat adalah sikap yang
Gangguan Jiwa Di Masyarakat ditunjukan kepada orang dengan
Dampak yang ditimbulkan dengan ganggun jiwa dalam memainkan
keberadaannya gangguan jiwa di perannya yang sangat penting dalam
masyarakat yaitu masyarakat akan perawatan kesehatan jiwa. Anggota dari
terstigma terhadap orang dengan masyarakat dapat bertindak sebagai
gangguan jiwa, dari segi keamanan penguat untuk pencegahan, membantu
masyarakat akan merasa terancam dalam mencari pengobatan dan perilaku
apabila orang dengan gangguan jiwa kepatuhan obat. Masyarakat sendiri
tersebut kambuh dan masyarakat akan berperan dalam keberhasilan pengobatan
merasa tidak nyaman dan takut apabila dan rehabilitasi orang gangguan jiwa
keluar rumah (Covarrubias & Han, (Bedaso, Yeneabat, Yohannis, Bedasso,
2011). Feyera, 2016).
3. Peran Masyarakat Terhadap Orang B. Faktor –Faktor Yang
Dengan Gangguan Jiwa Mempengaruhi Sikap Masyarakat
Peran masyarakat yaitu sebagai penguat Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
bagi penderita gangguan jiwa, sebagai masyarakat adalah karakteristik
pencehagan kekambuhan, dalam demografi, sosial dan informasi tentang
mencari pengobatan, kepatuhan obat dan isu-isu yang berkaitan dengan paparan
rehabilitasi (Bedaso, Yeneabat, kesehatan jiwa, jenis kelamin, status
Yohannis, Bedasso, Feyera, 2016). pendidikan, pekerjaan, pendapatan
4. Perilaku Masyarakat Terhadap bulanan dalam rumah tangga, informasi
Orang Dengan Gangguan Jiwa kesehatan jiwa dan cara menghadapi
Perilaku masyarakat terhadap orang orang dengan gangguan jiwa tersebut
dengan gangguan jiwa yang tidak (Bedaso, Yeneabat, Yohannis, Bedasso,
menyenangkan dapat berupa perilaku Feyera, 2016).
diskriminasi, disolasikan, dikucilkan C. Jenis Sikap Masyarakat
bahkan dipasung. (Lubis, Krisnani & Jenis sikap masyararat terdapat empat
Fedryansyah, 2016). aspek antara lain: authoritarianism yaitu
5. Peran Perawat Terhadap Orang mengacu pada pandangan seseorang
Dengan Gangguan Jiwa dengan gangguan jiwa sebagai
Peran perawat dalam merawat klien seseorang yang lemah dan
dengan gangguan jiwa harus optimal membutuhkan penanganan yang kasar
dan maksimal. Menurut Weiss yang (koersif) salah satunya dari setiap aspek
dikutip oleh Stuart Sudden dalam authoritarianism yaitu kebutuhan untuk
Principles and Practice of Psychtiatric merawat orang dengan gangguan jiwa di
Nursing Care, peran perawat yaitu Rumah Sakit Jiwa yang salah satunya
sebagai Attitude Therapy, yaitu: terdapat pada pernyataan ketika
membantu dalam mengobservasi seseorang mengalami tanda-tanda
perubahan klien, baik perubahan kecil gangguan jiwa, dia seharusnya dibawa

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 198


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

ke Rumah Sakit, benevolence yaitu pengetahuan yang sangat minim


mengacu pada pandangan simpati pada terhadap orang dengan gangguan jiwa.
orang dengan gangguan jiwa salah Penelitian yang dilakukan oleh
satunya dari setiap aspek benevolence Sulistyorini, Widodo & Zulaicha (2013)
yaitu perlunya rasa simpati dan ramah mengungkapkan bahwa sikap
yang salah satunya terdapat dalam masyarakat dalam kategori mendukung
pernyataan orang dengan gangguan jiwa atau positif, mayoritas masyarakat
selalu menjadi bahan ejekan sejak dulu, berpendapat bahwa orang dengan
social restrictiveness yaitu sesuai gangguan jiwa sama seperti manusia
keyakinan bahwa orang dengan biasa yang berhak hidup normal seperti
gangguan jiwa merupakan ancaman bagi orang-orang yang sehat kejiwaannya,
masyarakat dan harus dihindari pada jadi kalau ada tetangga yang mengalami
aspek social restrictiveness yaitu orang gangguan jiwa masyarakat mengatakan
dengan gangguan jiwa membahayakan sebaiknya segera diobati atau dirawat di
yang salah satunya terdapat dalam Rumah Sakit Jiwa. Apabila keluarga
pernyataan orang dengan gangguan jiwa yang mempunyai orang dengan
tidak lebih berbahaya dari pada apa yang gangguan jiwa tidak mampu secara
dipersepsikan orang dan community ekonomi untuk mengobati masyarakat
mental health ideology yaitu mengacu berpendapat untuk menyarankan agar
pada penerimaan layanan kesehatan jiwa meminta bantuan kepada pemerintah
di masyarakat namun tidak dilingkungan desa setempat untuk pengobatannya.
tempat mereka tinggal yang salah Karena jika orang gangguan jiwa sudah
satunya pada aspek community mental parah maka akan membahayakan dan
health ideology yang ada pada dampak akan mengganggu kenyamanan warga
fasilitas kesehatan dilingkungan setempat. Apabila orang gangguan jiwa
masyarakat yaitu pada pernyataan berbahaya maka yang harus dilakukan
penduduk setempat mempunyai alasan adalah mengamankannya.
yang kuat untuk menolak lokasi Al Adawi, et al (2002) dalam
pelayanan kesehatan jiwa di lingkungan penelitiannya mengatakan bahwa sikap
mereka (Taylor & Dear, 1981). masyarakat menunjukan sikap negatif
D. Alat Ukur Sikap Masyarakat yaitu masyarakat menolak faktor
Terhadap Orang Dengan gangguan jiwa dan fasilitas untuk
Gangguan Jiwa perawatan orang dengan gangguan jiwa
Alat ukur yang digunakan untuk harus jauh dari lingkungan masyarakat
mengukur sikap masyarakat terhadap tersebut.
orang dengan gangguan jiwa yaitu sosio Penelitian yang dilakukan oleh Yuan, et
demografi dan variabel untuk mengukur al (2016) menunjukan bahwa faktor
sikap. Alat ukur pada penelitian ini risiko sikap negatif terhadap orang
menggunakan CAMI (community dengan gangguan jiwa yaitu usia yang
mental health ideology) dengan 4 aspek lebih tua, jenis kelamin laki-laki, etnis
yaitu Authoritarianism, benevolence, cina, pendidikan yang rendah, dan status
social restrictiveness, community mental sosial ekonomi yang rendah. Pada
health ideology. kelompok usia 50-65 tahun umumnya
E. Hasil-Hasil Penelitian Tentang memiliki sikap yang negatif terhadap
Sikap Masyarakat Terhadap orang dengan gangguan jiwa hal ini
Orang Dengan Gangguan Jiwa disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan masyarakat terhadap orang dengan
oleh Bedaso, Yeneabat, Yohannis, gangguan jiwa. Jenis kelamin
Bedasso, Feyera (2016) mengatakan perempuan lebih mempunyai sikap
bahwa penduduk kota Warabe yang positif dibandingkan dengan jenis
tingkat sosialnya tinggi tetapi kurang kelamin laki-laki.
otoriter, terdapat sikap yang negatif Penelitian yang dilakukan oleh Fendi
terhadap orang dengan gangguan jiwa Wiharjo (2014) menjunjukan bahwa
dan masyarakat Wanabe memiliki sikap masyarakat dalam kategori sedang

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 199


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

terhadap orang dengan gangguan jiwa pendekatan purposive sampling


yaitu semakin tinggi persepsi sehingga didaptkan jumlah sampel
masyarakat maka semakin tinggi sikap sebanyak 93 responden.
masyarakat terhadap penderita Instrument yang digunakan pada
skizofrenia, sebaliknya semakin rendah penelitian ini yaitu CAMI
persepsi masyarakat maka semakin (Community Attitudes toward the
rendah pula sikap masyarakat terhadap Mental Ill) dengan jumlah
penderita skizofrenia. pernyataan sebanyak 40. Instrument
Penelitian yang dilakukan oleh
telah diuji validitas dan
Adilamarta (2011) mengatakan bahwa
masyarakat menunjukan sikap negatif reliabilitasnya. Hasil uji validitas dari
terhadap orang dengan gangguan jiwa 40 pernyataan,semua pernyataan
dan terdapat hubungan antara tingkat dinyatakan valid dengan nilai r hasil
pengetahuan masyarakat dengan > r tabel (0,3783). Sedangkan hasil
penerimaan masyarakat terhdap individu uji reliabilitas menunjukan nilai
yang menderita gangguan jiwa. koefisien cronbach alpha 0,978
instrument penelitian ini dinyatakan
METODE PENELITIAN reliabel.
Jenis dan rancangan penelitian yang Analisis data yang digunakan pada
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ini yaitu analisis deskriptif
deskriptif kuantitatif, Penelitian
dengan menggunakan mean, median
dilakukan di Desa Kersamanah
Kabupaten Garut. Teknik pengambilan dan Standar Deviasi.
sampel dalam penelitian ini
menggunakan non probability dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden Kersamanah Kabupaten Garut yang
Berikut ini adalah karakteristik terdiri dari 93 kepala keluarga.
demografi masyarakat Desa

Tabel 1 Karakteristik Masyarakat Desa Kersamanah Kabupaten Garut (n=93)


Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Usia (Tahun)
Dewasa awal (21-40) 33 35.5
Dewasa pertengahan (41-65) 46 49.5
Dewasa akhir (>65) 14 15.1

Jenis Kelamin
Laki-laki 83 89,2
Perempuan 10 10,8
Agama
Islam 93 100.0
Suku
Sunda 93 100.0
Tingkat Pendidikan
SD 38 40.9
SMP 19 20.4
SMA 26 28.0
UNIVERSITAS 10 10.8

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 200


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)


Pekerjaan
Tidak bekerja 6 6.5
Petani 5 5.4
PNS 6 6.5
Wiraswasta 34 36.6
Lain-lain (pedagang, buruh, 42 45.2
ibu rumah tangga)

Berdasarkan tabel 1 dari 93 responden (100%), semua responden bersuku sunda


diperoleh bahwa usia responden yang yaitu sebanyak 93 (100%), tingkat
paling banyak adalah dewasa pendidikan paling banyak yaitu SD
pertengahan 41-65 sebanyak 46 sebanyak 38 (40.9%), pekerjaan
responden (49.5%) dengan jenis kelamin responden yang paling banyak yaitu lain-
paling banyak adalah laki-laki sebanyak lain seperti pedagang, buruh dan ibu
83 responden (89.2), semua responden rumah tangga sebanyak 42 (45.2%).
beragama islam yaitu sebanyak 93

Tabel 2 Hasil Sikap Masyarakat Terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa di Desa
Kersamanah Kabupaten Garut (n=93)
Kemungkinan
Variabel Mean Median SD Min Max
Skor
Sikap Masyarakat
terhadap odgj
Authoritarianism 10-50 30 30 4 21 46
Benevolence 10-50 30 31 4 17 39
Social restrictiveness 10-50 27 27 3 18 38
Community Mental 10-50 32 33 4 20 41
Health Ideology
Sikap Masyarakat 50-200 120 122 15 77 165

Berdasarkan tabel 2 diatas, didapatkan community mental health ideology.


bahwa hasil dari penelitian ini nilai Hasil penelitian diperoleh bahwa aspek
tertinggi yaitu pada aspek community authoritarianism dan benevolence
mental health ideology nilai mean mempunyai nilai yang sama yaitu mean
sebesar 32 dengan SD 4 dan yang paling 30 dengan SD 4, aspek social
rendah nilai mean untuk aspek sosial restrictiveness mempunyai nilai
restrictiveness sebesar 27 dengan SD 3. terendah mean 27 dengan SD 3 dan
Untuk nilai sikap masyarakat terhadap aspek community mental health ideology
orang dengan gangguan jiwa nilai mean mempunyai nilai tertinggi yaitu mean 32
120 dengan nilai SD sebesar 15. dengan SD 4.
Authoritarianism yang merupakan
PEMBAHASAN pandangan masyarakat terhadap orang
Sikap Masyarakat Terhadap Orang dengan gangguan jiwa sebagai
Dengan Gangguan Jiwa Di Desa seseorang yang lemah dan
Kersamanah Kabupaten Garut. membutuhkan penanganan yang kasar.
Sikap masyarakat dapar diketahui Aspek authoritarianism yang memiliki
dengan menggunakan kuesioner CAMI skor nilai tertinggi yaitu penyebab
(Community Attitude Towards The gangguan jiwa adalah kurangnya
Mental Ill) yang terbagi kedalam 4 disiplin dan kemauan diri yaitu sebesari
aspek yaitu authoritarianism, 3,76 ± 2,06 dalam penelitian ini bisa
benevolence, social restrictiveness dan dilihat bahwa masyarakat setuju akan

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 201


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

penyebab gangguan jiwa, akan tetapi yang dilakukan oleh Covarrubias & Han
penelitian yang dilakukan oleh pada (2011) menyatakan bahwa masyarakat
penelitian yang dilakukan oleh Purnama, sering melakukan penolakan dalam
Yani & Sutini (2016) menyatakan interaksi dengan orang gangguan jiwa
bahwa sikap masyarakat dalam aspek karena masyarakat takut bahwa orang
authoritarianism yaitu rumah sakit jiwa dengan gangguan jiwa akan mengamuk
merupakan upaya yang ketinggalan dan berusaha untuk menyakiti orang lain
jaman untuk merawat orang dengan (Mestdagh & Hansen, 2014).
gangguan jiwa. Nilai terendah dari aspek benevolence
Nilai rata-rata terendah dari aspek yaitu orang dengan gangguan jiwa selalu
authoritarianism adalah mengurangi menjadi bahan ejekan sejak dulu dengan
tekanan harusnya diterapkan untuk skor nilai 2,45 ± 1,17. Hal ini
melindungi masyarakat dari orang kemungkinan sebagian besar tidak
dengan gangguan jiwa yaitu sebesar 2,5 setuju dengan pernyataan tersebut
± 1,04. Hal ini dimungkinkan karena karena orang dengan gangguan jiwa
masyarakat tidak ingin apabila terjadi tidak boleh dihina dan harus dihargai.
kekambuhan pada orang dengan Berbeda dengan penelitian yang
gangguan jiwa, karena salah satu dilakukan oleh Punama, Yani dan Sutini
penyebab kekambuhan orang dengan (2016) menyatakan bahwa pada aspek
gangguan jiwa yaitu banyak tekanan benevolence skor nilai tertinggi yaitu
dari keluarga atau lingkungan. Hal ini orang dengan gangguan jiwa layak
sesuai dengan penelitian yang dilakukan mendapatkan simpati dari kita yang
oleh Mestdagh & Hansen (2014) yang artinya masyarakat sudah menerima dan
menyatakan bahwa masih banyak orang membantu orang dengan gangguan jiwa.
dengan gangguan jiwa yang Social Restrictiveness merupakan
mendapatkan diskriminasi walaupun keyakinan bahwa orang dengan
mereka sudah menjalani perawatan gangguan jiwa merupakan ancaman bagi
kesehatan mental berbasis pada masyarakat yang harus dihindari. Pada
komunitas. Hal tersebut tijunjang juga aspek Social Restrictiveness skor nilai
oleh penelitian yang dilakukan oleh tertinggi yaitu orang dengan masalah
Muhlisin & Pratiwi (2015) yang kejiwaan tidak boleh dilanggar hak-hak
menyatakan bahwa orang dengan individunya dengan skor nilai 3,29 ±
gangguan jiwa yang kembali 1,04. Dalam penelitian ini didapatkan
kemasyarakat setelah dinyatakan pulih bahwa masyarakat masih menghargai
tidak mendapatkan dukungan dari hak-hak orang dengan gangguan jiwa
lingkungan, keluarga dan teman- untuk mendapatkan apa yang menjadi
temannya, karena mereka beranggapan haknya. Berbeda dengan penelitian yang
takut sakitnya kambuh kembali. dilakukan Purnama, Yani, Sutini (2016)
Benevolence merupakan pandangan nilai tertinggi adalah kebanyakan wanita
yang mengacu pada simpati pada orang yang pernah menjadi pasien di Rumah
dengan gangguan jiwa dan memerlukan sakit jiwa bisa dipercaya sebagai
pendekatan yang lebih dekat. Aspek pengasuh bayi yang artinya masyarakat
benevolence yang memiliki nilai skor menyakini bahwa orang dengan riwayat
tertinggi adalah kita punya tanggung gangguan jiwa yang telah pulih masih
jawab untuk menyediakan sarana sarana bisa bekerja seperti biasanya.
perawatan yang terbaik untuk orang Nilai terendah dari aspek Social
dengan gangguan jiwa yaitu sebesar Restrictiveness yaitu winita akan tampak
3,51 ± 1,02. Dalam penelitian ini bodoh bila menikahi laki-laki yang
didapatkan bahwa sebagian besar menderita gangguan jiwa meskipun dia
masyarakat sudah menerima dan telah telah pulih kembali dengan nilai
membantu orang dengan gangguan jiwa skor 2,34 ± 0,99. Dalam penelitian ini
karena orang dengan gangguan jiwa masyarakat berpendapat bahwa orang
harus diterima dilingkungan mereka. orang dengan gangguan jiwa bisa hidup
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian normal dan bisa menikah. Berbeda

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 202


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

dengan penelitian yang dilakukan oleh dalam pekerjaan sehari-hari


Purnama, Yani dan Sutini (2016) nilai dimasyarakat seperti bersosialisasi
skor terendah pada aspek social ataupun dengan kerja bakti.
restricveness adalah orang dengan Nilai total skor sikap masyarakat
gangguan jiwa seharusnya tidak terhadap orang dengan gangguan jiwa
dilanggar hak-hak individunya yang nilai mean 120 dengan SD 15. Dapat
berarti masyarakat masih berfikiran dilihat bahwa sikap masyarakat terhadap
bahwa hak-hak orang dengan gangguan orang dengan gangguan jiwa cenderung
jiwa bisa dilanggar oleh orang lain, tinggi ini bisa dihubungkan dengan
seperti hak untuk berosialisasi dengan kebanyakan responden berpendidikan
lingkungan sekitar ataupun hak untuk terakhir sekolah dasar sehingga
mendapatkan pekerjaan. pengetahuan akan gangguan jiwa
Community Mental Health Ideology rendah. Saat seseorang memiliki
merupakan acuan penerimaan layanan pengetahuan yang baik tentang orang
kesehatan mental dan pasien gangguan dengan gangguan jiwa maka mereka
jiwa dimasyarakat. Pada aspek akan bersikap postif serta sikap negatif
Community Mental Health Ideology akan rendah. Aspek yang terdapat di
nilai skor tertinggi yaitu terapi yang setiap domain dapat menjadi gambaran
paling baik untuk orang-orang yang sikap masyarakat terhadap orang dengan
menderita gangguan jiwa adalah dengan gangguan jiwa.
menjadi bagian dari masyarakat umum
sekitarnya dengan skor nilai 3,47 ± PENUTUP
1,01. Dalam penelitian ini didapatkan Secara umum sikap masyarakat terhadap
bahwa masyarakat sudah menerima orang dengan gangguan jiwa di Desa
orang dengan gangguan jiwa dan Kersamanah Kabupaten Garut
menjadi bagian dari orang dengan cenderung meningkat ditandai dengan
gangguan jiwa. Berbeda dengan Hasil penelitian sikap masyarakat
penelitian yang dilakukan oleh terhadap orang dengan gangguan jiwa di
Adilamarta (2011) menyatakan bahwa Desa Kersamanah Kabupaten Garut
masyarakat tidak menerima atau bahkan adalah sebagai berikut: Nilai rerata skor
tidak membiarkan individu tersebut setiap domain sikap masyarakat
untuk melakukan aktivitas atau kegiatan terhadap orang dengan gangguan jiwa
seperti yang mereka lakukan misalnya, jika diurutkan dari nilai tertinggi ke nilai
masyarakat tidak menerima individu terendah adalah sikap community Mental
yang sudah pernah mengalami gangguan Health Ideology yang memiliki nilai 32
jiwa untuk ikut terlibat dalam organisasi ± 4, domain authoritarianism dan
yang ada di masyarakat. benevolence memiliki nilai yang sama
Nilai terendah dari aspek community yaitu sebesar 30 ± 4 dan domain social
mental health ideology yaitu fasilitas restrictiveness sebesar 27 ± 3.
kesehatan mental seharusnya dijauhkan
dari dari lokasi pemukiman dengan nilai REFERENSI
skor 2,74 ± 0,97. Dalam penelitian ini Adilamarta, K. M. (2011). Hubungan
didapatkan bahwa masyarakat sudah antara Dukungan Keluarga
menerima fasilitas kesehatan yang ada dengan Keberfungsian Sosial
di komunitas. Dalam penelitian ini pada Pasien Skizifrenia
didapatkan bahwa masyarakat Pasca Perawatan di Rumah
mempercayai bahwa fasilitas kesehatan Sakit. Fakultas Psikologi,
berbasis komunitas lebih efektif dalam Universitas Diponegoro,
mengobati klien dengan gangguan jiwa. Semarang. (Skripsi). Tidak di
Hal ini didukung juga dengan penelitian publikasikan
yang dilakukan oleh Mestdagh & Al Adawi, S., Dorvlo, A. S., Al-Ismaily,
Hansen (2014). menyatakan bahwa S. S., Al-Ghafry, D. A., Al-
orang dengan gangguan jiwa lebih bisa Noobi, B. Z., Al-Salmi,
beraktifitas secara normal jika dilibatkan A., ... & Chand, S. P. (2002).

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 203


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

Perception of and attitude keluarga-dukung-kesehatan-


towards mental illness in jiwa-masyarakat.html
Oman. International journal Kementrian Kesehatan, R. I. (2013).
of social psychiatry, 48(4), Riset kesehatan dasar
305-317. (Riskesdas) 2013. Jakarta:
Aprilis, N. (2017). Faktor-faktor yang Badan Penelitian dan
berhubungan dengan Pengembangan Kesehatan.
kekambuhan pasien Lubis, N., Krisnani, H., & Fedryansyah,
gangguan jiwa di rumah sakit M. (2016). Pemahaman
jiwa tampan provinsi riau masyarakat mengenai
TAHUN 2016. Menara gangguan jiwa dan
Ilmu, 11(77). keterbelakangan
Bedaso, A., Yeneabat, T., Yohannis, Z., mental. SHARE: Social Work
Bedasso, K., & Feyera, F. Journal, 4(2).
(2016). Community Attitude Maslim, R. (2013). Diagnosis gangguan
and Associated Factors jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-
towards People with Mental III dan DSM-5. Jakarta:
Illness among Residents of BagianIlmuKedokteranJiwaAt
Worabe Town, Silte Zone, maja, 64-67.
Southern Nation’s Mestdagh, A., & Hansen, B. (2014).
Nationalities and People’s Stigma in patients with
Region, Ethiopia. PloS schizophrenia receiving
one, 11(3), e0149429. community mental health care:
Covarrubias, I., & Han, M. (2011). a review of qualitative
Mental health stigma about studies. Social psychiatry and
serious mental illness among psychiatric
MSW students: Social contact epidemiology, 49(1), 79-87.
and attitude. Social Mubarak, Wahit Iqbal (2005).
work, 56(4), 317-325. Pengantar Keperawatan
Fendi Wiharjo, G. U. R. I. T. A. (2014). Komunitas. Jakarta : CV
Hubungan Persepsi dengan Sagung Seto
Sikap Masyarakat Terhadap Muhlisin, A., & Pratiwi, A. (2015).
Penderita Skizofrenia di Model Pelayanan Kesehatan
Surakarta (Doctoral Berbasis Partisipasi
dissertation, Universitas Masyarakat untuk
Muhammadiyah Surakarta). Meningkatkan Pelayanan
Keliat, B. A. (2006). Proses Kesehatan Jiwa pada
keperawatan kesehatan jiwa. Masyarakat Setempat.
Cetakan I, EGC, Jakarta. Nasir, A., & Muhith, A. (2011). Dasar-
Keliat, B. A. (2009). Model Praktik dasar keperawatan jiwa:
Keperawatan Profesional pengantar dan teori. Jakarta:
Jiwa. Jakarta: EGC. Salemba Medika.
Keliat, B. A. (2013). Kontribusi Notoatmodjo. (2007). Promosi
keperawatan kesehatan jiwa Kesehatan dan Ilmu
dalam meningkatkan Perilaku. Jakarta. Rineka
Cipta
pelayanan kesehatan jiwa di Prabowo. E. (2014). Konsep & Aplikasi
Indonesia. Jakarta: EGC. Asuhan Keperawatan Jiwa.
Kemenkes. (2016, Oktober 06). Peran Yogyakarta. Nuha Medika.
Keluarga Dukung Kesehatan Purnama, G., Yani, D. I., & Sutini, T.
Jiwa Masyarakat. Diakses dari (2016). Gambaran Stigma
http://www.depkes.go.id/articl Masyarakat Terhadap Klien
e/print/16100700005/peran- Gangguan Jiwa di RW 09
Desa Cileles

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 204


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

Sumedang. Jurnal
Pendidikan Keperawatan
Indonesia, 2(1), 29-37
Stuart, G. W., & Laraia, M. T. (2001).
Principles & Practice of
psychiatric nursing. St.
Louis: Mosby–Year Book.
Sulistyorini, N., Widodo, A., Ke, M.,
Zulaicha, E., & Kp, S.
(2013). Hubungan
Pengetahuan Tentang
Gangguan Jiwa Terhadap
Sikap Masyarakat Kepada
Penderita Gangguan Jiwa Di
Wilayah Kerja Puskesmas
Colomadu 1 (Doctoral
dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Taylor, S. M., & Dear, M. J. (1981).
Scaling community attitudes
toward the mentally
ill. Schizophrenia
bulletin, 7(2), 225.
Undang Undang No 18 Tahun 2014
Tentang Kesehatan Jiwa.
Wahyuningrum, I. (2013). Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan
Durasi Kekambuhan Pasien
Skizofrenia di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Dr. Amino
Gondohutomo Semarang.
Karya Ilmiah S. 1 Ilmu
Keperawatan.
Yosep. I. (2010). Ilmu Keperawatan
Jiwa. Bandung. Refika
Aditama.
Yuan, Q., Abdin, E., Picco, L.,
Vaingankar, J. A., Shahwan,
S., Jeyagurunathan, A., ... &
Subramaniam, M. (2016).
Attitudes to mental illness
and its demographic
correlates among general
population in
Singapore. PloS one, 11(11),
e0167297.

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 205


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk

Anda mungkin juga menyukai