Abstrak
Proses komunikasi konseling bisa terjadi pada siapapun. Misalnya, ketika beberapa individu
berkumpul, ada kisah yang dibagi, saling bercerita, bercengkrama, bahkan diskusi untuk
menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi. Kajian komunikasi konseling dalam
peneliitian ini difokuskan pada interaksi remaja perempuan. Hal ini menarik karena usia
remaja menjadi usia pencarian jati diri, di mana para remaja mulai beranjak dewasa, baik dari
segi pemikiran, perilaku, bahkan sikap dalam menyelesaikan masalah yang dialaminya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses komunikasi konseling yang dilakukan
remaja perempuan. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa proses komunikasi
konseling bagi remaja perempuan diawali dengan pencarian konselor sebagai komunikator
yang kredibel dan dapat dipercaya untuk dijadikan sebagai “tempat curhat”, para informan
menyebutnya “sahabat”; pesan yang disampaikan bersifat personal, masalah keluarga,
masalah percintaan, dan rencana masa depan. Akhirnya, penulis pun menemukan bahwa
sahabat sebagai konselor sebaya dalam komunikasi konseling bagi remaja perempuan.
Abstract
The process of counseling communication can happen to anyone. For example, when several
individuals gather, there are stories that are shared, tell stories, chat, even discuss to solve
various problems faced. The study of counseling communication in this research focused on
the interaction of young women. This is interesting because the age of adolescence is the age
of self-discovery, where teenagers begin to grow up, both in terms of thinking, behavior, and
even attitudes in solving the problems they experience. The purpose of this study was to
determine the process of counseling communication conducted by young women. The results
of the research show that the process of counseling communication for adolescent girls begins
with the search for a counselor as a credible and trustworthy communicator to serve as a
"vent", the informants call it "best friend"; the message delivered is personal, family matters,
love issues, and future plans. Finally, the author also found that friends as peer counselors in
counseling communication for young women.
www.journal.uniga.ac.id 1
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 4; No. 2; Tahun 2018
Halaman 1-10
www.journal.uniga.ac.id 2
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 4; No. 2; Tahun 2018
Halaman 1-10
www.journal.uniga.ac.id 3
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 4; No. 2; Tahun 2018
Halaman 1-10
www.journal.uniga.ac.id 4
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 4; No. 2; Tahun 2018
Halaman 1-10
konseling bagi remaja perempuan. Berikut yang tinggi antara desa dan kota inilah
ini adalah penjelasan rinci dari hasil tentu yang mempengaruhi juga mengenai
penelitian tersebut. perilaku remaja perempuan yang berada di
Remaja perempuan urban menjadi pedesaan dan remaja perempuan yang
fokus objek penelitian penulis dalam tinggal di perkotaan, atau lebih dikenal
artikel ini. Permasalahan tentang kategori dengan kata “urban”. Oleh karena itu,
remaja perempuan urban pun banyak penulis mengangkat proses komunikasi
diangkat dalam berbagai studi. Misalnya, konseling yang dilakukan remaja
dalam literatur yang diambil dari hasil perempuan urban di era digital ini.
penelitian yang dilakukan Hastuti, Agung, Data lainnya yang menguatkan
& Alfiasari (2013) tentang “Kajian penulis mengangkat objek penelitian
Karakteristik Remaja Desa-Kota, Sekolah perempuan urban adalah fenomena yang
Serta Keluarga Untuk Mengatasi Perilaku diungkapkan oleh Lan (2015). Fenomena
Anti-Sosial Remaja SMK Di Kota Dan yang dimaksud adalah gambaran tentang
Kabupaten Bogor” menunjukkan tentang perempuan Indonesia di pedesaan dan
gambaran perilaku asosial remaja urban perkotaan serta perubahan yang dialaminya
dan rural yang berada di Kota dan di atas memperlihatkan bahwa ide
Kabupaten Bogor memiliki prevalensi modernisasi yang terkandung dalam
cukup tinggi dalam akses pornografi yaitu program pembangunan telah terserap oleh
(25,9% di kota dan 30,5% di desa), tawuran masyarakat Indonesia, sehingga
(43,3% di kota dan 25,1% di desa), game perempuan urban dan rural pun bisa
on line (37,1% di kota dan 28,6% di desa), mengidentifikasi consumer society, yang
minuman beralkohol (23,6% di kota dan disebutkan Rostow pada tahap akhir model
31,1% di desa), narkoba dan zat adiktif modernisasi atau pertumbuhan
(43,8% di kota dan 22,9% di desa), ekonominya, terutama dari ciri-ciri wanita
merokok (24,7%) di kota dan 30,2% di urban yang dipaparkan Universal
desa) dan bullying (43,3% di kota dan Networks International di atas (Lan, 2015).
34,6% di desa), dengan prevalensi yang Hasil studi psikografi Universal
secara rata-rata lebih tinggi di perkotaan Networks International yang bekerja sama
dibandingkan di perdesaan (Hastuti, dengan Synovate menghasilkan potret
Agung, & Alfiasari, 2013). perempuan urban modern yang unik yang
Dalam angka di atas, penulis disebut High Heeled Warriors (Fazriyati:
melihat adanya data yang menonjol tentang 2011). Perempuan urban modern Indonesia
perbedaan remaja urban dan remaja rural, dikatakan memiliki 10 sifat unik, tetapi ada
prevalensi remaja urban lebih tinggi 3 yang terdapat dalam hasil penelitian yang
dibandingkan remaja rural, yaitu remaja dilakukan penulis, meliputi; percaya bahwa
yang tinggal di pedesaan. Inilah salah satu memiliki karier adalah cara untuk
yang menarik bahwa ada perbedaan berkontribusi kepada keluarga, dan
perilaku antara remaja urban dan remaja prioritasnya dalam memberi produk juga
rural. Dengan melihat rujukan data di atas, untuk memberikan yang terbaik bagi
penulis semakin tertarik untuk menjadikan keluarganya; sahabat adalah bagian
remaja urban menjadi objek penelitian terpenting dalam hidupnya; serta terpelajar
dalam topik ini. Ketimpangan prevalensi dan selalu mencari informasi terbaru agar
www.journal.uniga.ac.id 5
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 4; No. 2; Tahun 2018
Halaman 1-10
www.journal.uniga.ac.id 6
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 4; No. 2; Tahun 2018
Halaman 1-10
www.journal.uniga.ac.id 7
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 4; No. 2; Tahun 2018
Halaman 1-10
masalah keluarga, percintaan, dan rencana gitu, mungkin karena ngerasa ada
masa depan. Hal ini terlihat dalam jarak ya…”
pernyataannya di bawah ini. Lan (2015) juga mengungkapkan bahwa
“Hehe…ya sama sih kalo aku suka perubahan yang dialami perempuan
curhat masalah keluarga, sampe Indonesia di perdesaan barangkali tidak
gak ada habis-habisnya mungkin sekompleks perubahan yang dialami oleh
ya, kalo enggak masalah asmara, perempuan di perkotaan. Misalnya,
hehe…ini juga sama penting. Tapi kebutuhan hidup yang semakin mahal di
kita juga suka saling bertukar Jakarta, mendorong semakin banyak
pikiran soal rencana ke depan, perempuan yang ‘keluar rumah’ untuk
misalnya kalo udah nikah, kerja, bekerja (Lan, 2015). Ini salah satu fakta
atau apa yang berhubungan sama yag menunjukkan perbedaan antara
rencana ke depan.” perempuan urban dan rural. Tetapi pada
Dalam uraian wawancara di atas, kenyataannya, penulis melihat bahwa hasil
penulis melihat adanya kesamaan jawaban penelitian ini mengungkapkan para
para informan, khususnya tentang pesan informan, yaitu remaja perempuan urban,
yang biasa disampaikan kepada konselor melakukan proses pencarian komunikator
sebayanya. Para informan sepakat bahwa yang dapat dipercaya sebagai konselor.
masalah keluarga, percintaan, dan rencana Dalam kutipan wawancara di atas,
masa depan menjadi topik prioritas utama NN menyebutkan bahwa sahabat adalah
yang biasa disampaikan terlebih dahulu konselor sebaya yang dipercaya dan dipilih
kepada para sahabatnya. Bahkan mereka oleh para informan sebagai “tempat
juga bisa meminta saran kepada para curhat”. Rasa nyaman yang ditimbulkan
sahabatnya, begitupun sebaliknya. Pada antar sahabat tersebut menjadi pemicu
akhirnya, penulis menemukan bahwa untuk memilih sahabat sebagai konselor
semua masalah yang dihadapi pun akan sebaya. Jika dikaitkan dengan penelitian
diceritakan kepada konselor sebayanya, yang dilakukan penulis ini, ada data yang
yaitu sahabat. menguatkan tentang kontribusi teman
Berdasarkan hasil penelitian yang sebaya kepada perilaku seksual remaja.
telah diungkapkan dalam bagian Sementara komunikasi dengan orang tua,
sebelumnya, penulis menemukan bahwa media, dan pendidikan menjadi faktor
remaja perempuan urban memilih konselor protektif bagi remaja perempuan tersebut.
sebaya yaitu sahabatnya, untuk Bedanya, hasil penelitian yang ditemukan
mengungkapkan berbagai permasalahan penulis berfokus pada proses komunikasi
yang dihadapinya. Ini sebagai bentuk nyata konseling yang dilakukan remaja
dari proses komunikasi konseling perempuan urban. Penulis pun melihat
dilakukannya. Hal ini juga diakui oleh NN, bahwa konselor sebaya memegang peranan
berikut pernyataannya. penting bagi remaja perempuan urban.
“Aku memang lebih suka curhat Konselor sebaya yang dipilih sebagai
sama sahabat, daripada guru BP “wadah atau tempat curhat” dalam proses
atau BK di sekolah, karena lebih komunikasi konseling disini adalah
nyaman sama sahabat. Kalo sama sahabat.
guru BK, kayak jadi gak leluasa
www.journal.uniga.ac.id 8
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 4; No. 2; Tahun 2018
Halaman 1-10
www.journal.uniga.ac.id 9
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 4; No. 2; Tahun 2018
Halaman 1-10
www.journal.uniga.ac.id 10