Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPERAWATAN METODELOGI PENELITIAN II


“TERAPI SINAR INFRAMERAH”

Dosen Pengampu :
Rismadefi Woferst., S.Si., M. Biomed

Disusun Oleh :
Kelompok 1 (A 2018 2)

Aldi Arsenta 1811110191 Nurgrianing Putri 1811110471

Annisa Devia Islamy 1811110493 Nurul Asikin 1811110446

Dessika Larassati 1811110762 Nurul Hafiza 1811110447

Elmi Wahyuni 1811110605 Prithania Dwiza Renanda 1811110822

Fadhilah Putri Fertycia 1811110426 Rikhlatul Khoeriyah 1811110547

Fajri Disfa Madhani 1811110273 Selvi Gustina 1811110451

Irianda Dinda Rinanti 1811110607 Seri 1811110592

Khoiriah Nst. 1811110593 Siti Nurjannah 1811110255

Nabawiyah 1811110556 Yossy Ramadhani 1811110734

Paula Natallia 1811110500

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat dan Karunia-Nya, kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “Terapi Sinar Inframerah” untuk memenuhi tugas
diskusi kelompok yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Metodelogi
Penelitian II. Selain itu juga, makalah ini diharapkan mampu menjadi sumber
pembelajaran bagi kita semua untuk mengerti lebih jauh tentang Terapi Pemanasan
Inframerah.
Makalah ini dibuat dengan meninjau beberapa sumber dan menghimpunnya
menjadi kesatuan yang sistematis. Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak
yang menjadi sumber referensi bagi kami. Terimakasih juga kepada dosen pengampu
dan semua pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. kami sebagai
penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Pekanbaru, Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

BAB I ........................................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................................ 1

C. Tujuan ............................................................................................................... 1

BAB II .......................................................................................................................... 3

A. Konsep Dasar Terapi Sinar Inframerah ........................................................ 3

B. Tujuan Terapi Sinar Inframerah ................................................................... 5

C. Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Terapi Sinar Inframerah ............ 6

D. Jenis – Jenis Terapi Sinar Inframerah........................................................... 7

E. Penilaian Efektifitas dari Terapi Terapi Sinar Inframerah ........................ 8

F. Evidance Based Practice ................................................................................. 10

BAB III ....................................................................................................................... 14

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 14

B. Saran. .............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam beberapa waktu terakhir, tenaga medis menemukan banyak cara untuk
membantu pasien dalam penyembuhan penyakit tanpa penggunaan obat
penghilang rasa sakit, yaitu dengan menggunakan terapi. Jenis terapi yang paling
sering digunakan sebagai penghilang rasa sakit, seperti Transcutaneous electrical
nerve stimulation (TENS), percutaneous electrical nerve stimulation (PENS) dan
terapi sinar inframerah.
Semakin berkembangnya teknologi sinar inframerah banyak digunakan di
berbagai peralatan salah satu nya sebagai alat terapi. Pada umumnya alat terapi ini
banyak digunakan dibidang ilmu kedokteran fisik dan rehabilitatif. Terapi sinar
inframerah merupakan salah satu modalitas fisioterapi yang biasa dipakai untuk
mengatasi masalah kesehatan, terutama nyeri. Inframerah yang dipancarkan
memberikan efek panas pada tubuh terutama pada permukaan kulit yang terpapar
secara langsung. Oleh karena itu, kami berniat untuk mencari lebih dalam
mengenai terapi sinar inframerah sebagai terapi modalitas didalam kesehatan

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Konsep dasar dari terapi sinar inframerah?
2. Apa saja yang termasuk dari tujuan terapi sinar inframerah?
3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pemberian terapi sinar inframerah?
4. Apa saja jenis-jenis terapi sinar inframerah?
5. Bagaimana penilaian efektifitas dari terapi yang diberikan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar terapi sinar inframerah
2. Untuk mengetahui tujuan dari terapi sinar inframerah
3. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi terapi sinar inframerah

1
4. Untuk mengetahui jenis-jenis terapi sinar inframerah
5. Untuk mengetahui penilaian efektifitas dari terapi sinar inframerah

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Terapi Sinar Inframerah


1. Pengertian
Infrared merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki
frekuensi antara 1011 – 1014 Hz dan memiliki panjang gelombang yang
diklasifikasikan menjadi infrared dekat, infrared pertengahan, dan infrared
jauh. Pada panjang gelombang pendek, infrared digunakan sebagai terapi
kesehatan.
Terapi Inframerah adalah salah satu jenis terapi dalam bidang Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi yang menggunakan gelombang
elektromagnetik inframerah dengan karakteristik panjang gelombang 770
nm - 106 nm, berada di antara spectrum gelombang cahaya yang dapat
dilihat dengan gelombang microwave, dengan tujuan untuk pemanasan
struktur muskuloskeletal yang terletak superfisial dengan daya penetrasi
0,8 - 1 mm. (Widowati, 2017)
2. Prinsip dasar
Terapi infra merah berarti tindakan remediasi/perbaikan masalah
kesehatan, setelah dilakukan diagnosis. Terapi Infra merah adalah jenis
terapi rendah energi yang menggunakan cahaya dalam spektrum infra
merah jauh untuk pengobatan masalah kesehatan. Cahaya infra merah
berbeda dengan sinar ultraviolet yang menyebabkan kulit terbakar dan
kerusakan pada kulit pasien. Inframerah tidak menyebabkan kulit terbakar
atau kerusakan kulit, sehingga merupakan alat untuk mengatasi nyeri yang
efektif seperti, nyeri artritis, fenomena Raynaud dan tendinitis atau radang
tendon.
Penggunaan terapi inframerah ini diyakini akan meningkatkan
temperatur kulit, memperbaiki aliran darah dan meningkatkan suhu inti
tubuh. Suhu darah yang meningkat akan merangsang neuron-neuron

3
hangat dari pusat pengatur panas di hipotalamus dan menghambat neuron
dingin. Selain itu, neuron yang hangat ini akan diproyeksikan ke neuron
pusat simpatis/parasimpatis di hipotalamus, yang mempengaruhi sistem
syaraf otonom.
Terapi inframerah memanfaatkan sifat panas alami dari sinar matahari.
Terapi panas inframerah dapat digunakan dengan aman oleh mereka yang
menderita rasa sakit, cedera dan kekakuan otot pada segala usia. Meskipun
panjang gelombangnya terlalu panjang untuk dilihat dengan mata
telanjang tetapi kita dapat merasakan energinya sebagai panas yang
lembut dan panas yang memancar, yang dapat menembus sampai 3,5 inci
di bawah kulit.
Jadi, Terapi infra merah juga merupakan semacam terapi cahaya dan
terapi panas yang bekerja meningkatkan kesehatan. Melalui beberapa
mekanisme di atas, terapi infra merah menyediakan perawatan pada tubuh
anda sepanjang hari sesuai keinginan. Dengan dosis rendah energinya
tidak ada resiko pembakaran pada sel tubuh. Terapi ini terbukti memiliki
efek yang baik dalam mengobati beberapa gejala berikut:
a. Pegal pada otot
b. Nyeri otot dan kejang
c. Kekakuan bahu atau sendi
3. Kegunaan Terapi Inframerah
Adapun kegunaan Infra merah dalam kesehatan :
a. Mengaktifkan molekul air dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena
inframerah mempunyai getaran yang sama dengan molekul air.
Sehingga, ketika molekul tersebut pecah maka akan terbentuk
molekul tunggal yang dapat meningkatkan cairan tubuh.
b. Meningkatkan sirkulasi mikro. Bergetarnya molekul air dan
pengaruh inframerah akan menghasilkan panas yang menyebabkan
pembuluh kapiler membesar, dan meningkatkan suhu kulit,
memperbaiki sirkulasi darah dan mengurangi tekanan jantung.

4
c. Meningkatkan metabolisme tubuh. jika sirkulasi mikro dalam
tubuh meningkat, racun dapat dibuang dari tubuh kita melalui
metabolisme. Hal ini dapat mengurangi beban liver dan ginjal.
4. Efek samping
Secara umum terapi infra merah (IR) sangat jarang menimbulkan efek
samping, bila terjadi efek samping pun bersifat reversibel atau dapat
kembali sempurna setelah terapi dihentikan atau dalam waktu 2-3 hari.
Efek samping yang dapat terjadi :
a. Luka bakar derajat ringan
b. Bertambahnya peradangan
c. Nyeri yang bertambah
d. Alergi kulit, terutama pada penderita yang mempunyai riwayat
alergi terhadap suhu panas
e. Perdarahan yang bertambah pada luka terbuka
f. Pingsan

B. Tujuan Terapi Sinar Inframerah


Radiasi Infrared (IR) dapat meningkatkan aliran darah dan melemaskan
jaringan sehingga dapat mengurangi nyeri dan memaksimalkan aktivitas
fungsional. Pemberian infrared dapat meningkatkan nilai ambang nyeri karena
efek panas yang dihasilkan dapat mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah
sehingga aliran darah ke area terapi meningkat dan substansi dapat
dikeluarkan dari jaringan. Stimulus panas yang dihasilkan juga dapat
menstimulus ujung-ujung saraf perifer dan stimulasi yang terus menerus salah
satunya akan mengaktifkan nosiseptor serat besar (serabut saraf A-β).
Efek panas yang diharapkan dapat berupa:
1. Memperbaiki sirkulasi/suplai darah di daerah nyeri, dengan perhatian
akan lamanya terapi karena pemberian yang terlalu lama akan
menyebabkan kongesti dan perubahan jaringan.

5
2. Meningkatkan metabolisme daerah terapi, dengan perhatian bila ada
gangguan sirkulasi maka metabolit tidak dapat dibuang sehingga akan
terakumulasi,
3. Meningkatkan produksi keringat yang dapat membantu eliminasi
metabolit.
4. Meningkatkan ambang rangsang ujung saraf sensoris hingga dapat
mengurangi rasa nyeri.
5. Efek psikis yang memberi rasa nyaman dan relaksasi psikis yang
dapat mempengaruhi relaksasi fisik.

C. Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Terapi Sinar Inframerah


1. Indikasi
Indikasi dari Infra red antara lain:
a. Atritis: Osteoatritis, rheumatoid atritis, myalgia, lumbago,
neuralgia, neuritis.
b. Radang sub-acut: trauma, muscle sprain/strain, kontusio.
c. Penyakit kulit: folliculitis, wound, furuncolosi.
d. Gangguan sirkulasi darah: thrombo angitis obliterans,
thromboplebitis.
e. Persiapan untuk melakukan terapi latihan massage.
2. Kontraindikasi
Beberapa kontraindikasi untuk mendapatkan terapi ini dan sebaiknya
seseorang yang mempunyai kontraindikasi di bawah ini memberitahu
terlebih dahulu kepada dokter atau fisioterapis sebelum mendapatkan
terapi ini. Kontra indikasi absolut (yang mutlak tidak boleh) meliputi:
a. Kelainan perdarahan.
b. Kelainan pembuluh darah vena atau peradangan pembuluh darah,
seperti thrombophlebitis.
c. Gangguan sensoris berupa rasa raba maupun terhadap suhu.
d. Gangguan mental.

6
e. Tumor ganas atau kanker.
f. Penggunaan Infra Merah pada mata.

Kontra indikasi relatif (boleh diberikan tetapi dengan pengawasan


ketat dari dokter ataupun terapis yang memberikan) meliputi:
a. Trauma atau peradangan akut.
b. Kehamilan
c. Gangguan sirkulasi darah.
d. Gangguan regulasi suhu tubuh.
e. Bengkak atau edema.
f. Kelainan jantung.
g. Adanya metal di dalam tubuh.
h. Luka terbuka
i. Pada kulit yang sudah diolesi obat-obat topikal atau obat gosok.
j. Kerusakan saraf

D. Jenis – Jenis Terapi Sinar Inframerah


1. Berdasarkan panjang gelombang
a. Gelombang panjang (non penetrating)
Panjang gelombang diatas 12.000 A - 150.000 A. Daya penetrasi
sinar ini hanya sampai pada lapisan superficial epidermis, yaitu
sekitar 0,5 mm.
b. Gelombang pendek (penetrating)
Panjang gelombang antara 7.700 A - 12.000 A. Daya penetrasi
lebih dalam dari yang gelombang panjang, yaitu sampai jaringan
sub cutan kira-kira dapat mempengaruhi secara langsung terhadap
pembuluh darah kapiler, pembuluh limphe, ujung-ujung saraf dan
jaringan lain dibawah kulit.
2. Berdasarkan tipe
a. Tipe A: Panjang gelombang 780 - 1500, penetrasi dalam.

7
b. Tipe B: Panjang gelombang 1.500 - 3.000, penetrasi dangkal.
c. Tipe C: Panjang gelombang 3.000 - 10.000, penetrasi dangkal.

E. Penilaian Efektifitas dari Terapi Terapi Sinar Inframerah


Terapi infrared akan memberikan pemanasan superfisial pada daerah kulit
yang diterapi sehingga menimbulkan beberapa efek fisiologis yang diperlukan
untuk penyembuhan. Efek-efek fisiologis tersebut berupa mengaktifasi
reseptor panas superfisial di kulit yang akan merubah transmisi atau konduksi
saraf sensoris dalam menghantarkan nyeri sehingga nyeri akan dirasakan
berkurang, pemanasan ini juga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah
(vasodilatasi) dan meningkatkan aliran darah pada daerah tersebut sehingga
akan memberikan oksigen yang cukup pada daerah yang diterapi,
meningkatkan aktivitas enzim-enzim tertentu yang digunakan untuk
metabolisme jaringan dan membuang sisa-sisa metabolisme yang tidak
terpakai sehingga pada akhirnya akan membantu mempercepat proses
penyembuhan jaringan.
Terapi pemanasan dengan infrared ini juga dapat memberikan perasaan
nyaman dan rileks sehingga dapat mengurangi nyeri karena ketegangan otot-
otot terutama otot-otot yang terletak superfisial, meningkatkan daya regang
atau ekstensibilitas jaringan lunak sekitar sendi seperti ligamen dan kapsul
sendi sehingga dapat meningkatkan luas pergerakan sendi terutama sendi-
sendi yang terletak superfisial seperti sendi tangan dan kaki.
Terapi infrared juga aman diberikan kepada pasien penderita paru
obstruktif kronis (PPOK). Pemberian terapi infrared pada pasien PPOK dapat
membantu mempercepat proses penyembuhan pasien, Peningkatan ukuran
thorak disebabkan oleh hambatan pada saluran nafas mengalami penurunan
disebabkan meningkatnya sirkulasi mikro pada pasien. Terapi infrared
mampu mengaktifkan molekul air di dalam tubuh ketika frekuensi getar yang
dihasilkan oleh infrared sama dengan frekuensi molekul air di dalam tubuh
pasien, sehingga ketka molekul pecah akan terbentuk molekul tunggal yang

8
akan meningkatkan cairan tubuh. Terapi infrared akan menghasilkan panas
yang menyebabkan pembuluh kapiler mengalami pembesaran, serta
meningkatkan suhu kulit dan memperbaiki sirkulasi darah di dalam tubuh.
Apabila sirkulasi darah di dalam tuuh menjadi lancar, maka tekanan jantung
akan semakin menurun. Selain itu racun dapat dibuang dari tubuh melalui
metabolise dan mengurangi beban kerja liver dan ginjal.
Pemberian terapi infrared pada pasien PPOK bertujuan untuk
mengembangkan pH darah di dalam tubuh. Meningkatnya pH di dalam tubuh
akan memersihkan darah dan memperlancar proses metabolisme di dalam
tubuh. Metabolisme tubuh yang baik akan meningkatkan proses pembuangan
racun di dalam tubuh, seperti penyumbatan pada jalan nafas yang diakibatkan
oleh gas beracun dan berbahaya yang dihasilkan dari rokok. pemberian terapi
infrared dapat menurunkan angka sesak nafas, hal ini disebabkan karena
sumbatan yang berasal dari gas beracun dan berbahaya yang ada di jalan nafas
mengalami penurunan. Efek panas yang dihasikan oleh infrared diabsorbsi
oleh tubuh, sehingga pembuluh kapiler yang membawa oksigen membesar
sehingga sirkulasi udara di dalam paru-paru berjalan dengan baik dan pH
darah menjadi seimbang.
Frekuensi pemberian terapi infrared bergantung pada tujuan terapi dan
respon dari penderita dan analisis dokter atau terapis yang memeriksanya.
Jumlah terapi yang diberikan dan dosis yang digunakan tergantung
pengalaman klinis dokter atau terapis di pusat terapi tersebut, setiap dokter
ataupun terapis memiliki pengalaman yang berbeda-beda dengan dokter atau
terapis di pusat terapi yang lain, sehingga dosis yang diberikan dan jumlah
terapi nya pun tidak sama meskipun alatnya sama. Untuk mendapatkan hasil
yang optimal dengan tujuan untuk meningkatkan elastisitas jaringan lunak
diperlukan 6 kali terapi dengan frekuensi 2-3 kali per minggu dengan waktu
pemberian 30 menit setiap kali terapi.
Hasil penelitian Rayegani, dkk (2012) bahwa teknik pemanasan dapat
menurunkan nilai VAS pada penderita osteoarthritis. Penurunan nilai VAS ini

9
disebabkan oleh inframerah dapat memberikan efek menurunkan ketegangan
otot, menurunkan kekakuan sendi, meningkatkan aliran darah dan merileksasi
sistem saraf. Penurunan nyeri menggunakan inframerah juga dipengaruhi oleh
efek keluarnya endorphin, peningkatan serotonin dan efek antiinflamasi.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Haryanto (2003) menunjukkan bahwa
pemberian inframerah selama 15 menit dapat meningkatkan ambang nyeri
pada subjek sehat. Kesimpulannya adalah pemberian inframerah pada
penelitian ini yang hanya dilakukan selama 10 menit belum memberikan efek
analgetik secara maksimal.
Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan adanya pengaruh terapi sinar
inframerah terhadap proses penyembuhan luka. Penelitian yang dilakukan
oleh (Hakim, Moghadam, Shariati, & Haghighizadeh, 2016) tentang the effect
of local heat with tungsten generator of infrared treatment and accelerating
the process of treatment of ulcers against environmental heat in chronic
diabetic ulcers diindikasikan bermanfaat dan menjadi perawatan yang berarti.
Penelitian lain yang dilakukan oleh (Kajagar & Godhi, 2012) tentang Low-
level laser therapy (LLLT) juga disebut lowintensity laser therapy (LILT)
atau terapi sinar inframerah ini telah menerima izin dari United States Food
and Drug Administration. Efikasi klinis LLLT pada penyembuhan luka telah
dilaporkan dan ditemukan secara signifikan mengurangi waktu penyembuhan
luka. Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa Terapi Sinar Inframerah
memiliki pengaruh terhadap proses penyembuhan luka.

F. Evidance Based Practice


1. Widowati, dkk (2017) di Posyandu Lansia Klodran, Karanganyar,
Jawa Tengah. Sebanyak 60 orang lansia dipilih untuk penelitian ini
dengan menggunakan random sampling teknik. Sampel ini diacak
menjadi 4 kelompok yang masing-masing terdiri dari 15 subjek
penelitian: (1) akupresur; (2) akupunktur; (3) inframerah; (4)
akupunktur dan inframerah. Dalam penelitian ini menunjukkan

10
perbedaan rata-rata dalam pengurangan nyeri muskulosceletal antara
empat kelompok, yang signifikan sebagai berikut: akupresur (mean =
1,3; SD = 0,5), akupunktur (rata-rata = 2,3; SD = 0,5), inframerah
(rata-rata = 1,6; SD = 0,6), dan akupunktur dan inframerah (rata-rata =
3,9; SD = 0,4). Tes Mann-Whitney menunjukkan pengobatan yang
paling efektif untuk mengurangi nyeri muskuloskeletal adalah
akupunture dan terapi kombinasi infra merah (mean selisih = 2,53; p
<0,001). Dan kombinasi akupuntur dan infra merah merupakan
pengobatan yang paling efektif untuk mereduksi nyeri muskuloskeletal
pada orang tua.
2. Prodyodyanatasari, Arshy. (2017) dengan judul penelitian
Optimalisasi Energi Gelombang Elektromagnetik Melalui Terapi
Infrared Pada Penderita Penyakit Paru Obsruktif Kronik. Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit paru kronik yang
ditandai dengan hambatan aliran udara pada saluran nafas, yang
bersifat progresif dan berhubungan dengan respon inflamasi paru-paru
terhadap partikel atau gas beracun dan berbahaya. Penelitian ini
menggunakan studi kasus, Tujuan penelitian ini adalah, untuk
menganalisis pengaruh pemanfaatan gelombang elektromagnetik
melalui terapi infrared pada penderita PPOK. Penelitian studi kasus
dilakukan di Rumah Sakit Paru Dungus Madiun pada seorang pasien
penderita PPOK. Penelitian menunjukkan hasil Pasien dengan kondisi
Penyakit Paru Obstruksi Kronik setelah dilakukan terapi sebanyak
enam belas kali dalam waktu 8 hari diperoleh hasil, yaitu:
a. Terjadi penurunan derajat
b. Sesak napas dan otot pernafasan menjadi rileks, (2) terjadi
peningkatan mobilitas sangkar thorak,
c. Terjadi peningkatan aktifitas fungsional, dan
d. Terjadi pembersihan jalan nafas dan pengurangan batuk berdahak.
Dapat disimpulkan bahwa Gelombang elektromagnetik pada terapi

11
infrared dapat memperbaiki ventilasi dan memperbaiki kapasitas
fungsional pernapasan.
3. Wulan, astini (2017) dengan judul Penatalaksanaan Fisioterapi Pada
Anak Kondisi Tortikolis Sinistra e.c Brachial Palsy Dengan
Menggunakan Modalitas Infrared, Massage dan Terapi Latihan di
RSUD bendan Kota Pekalongan. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif analitik yang bertujuan untuk mengetahui assesment dan
perubahan yang dapat diketahui dalam penelitian tersebut. Kasus
penelitian ini diambil di Rumah Sakit Umum Daerah Bendan Kota
Pekalongan dilakukan pada tanggal 03 sampai 27 Februari 2017.
Subjek penelitian ini adalah pasien pada anak kondisi tortikolis sinistra
e.c brachial palsy yang akan diberikan intervensi fisioterapi dengan
infrared, massage dan terapi latihan. Tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui pemberian infrared dapat mengurangi
spasme pada otot servikal. Penurunan spasme otot pada kasus
Tortikolis Sinistra e.c Brachial Palsy sesuai dengan pernyataan
Sujadno (2002), bahwa pemberian Infrared dapat meningkatkan
proses metabolisme yang terjadi pada lapisan superfiscial kulit akan
meningkat sehingga pemberian oksigen dan nutrisi kepada jaringan
lebih diperbaiki. Vasodilatasi pembuluh darah kapiler dan arteriole
akan terjadi segera setelah penyinaran, sehingga kulit akan segera
tampak kemerah-merahan tetapi tidak merata, berkelompok- kelompok
atau seperti bergaris-garis. Mempengaruhi jaringan otot dimana
kenaikan temperatur disamping membantu proses rileksasi juga akan
meningkatkan kemampuan otot untuk berkontraksi sehingga spasme
akibat penumpukan asam laktat dan sisa metabolism juga dapat
dihilangkan dengan pemanasan. Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan simpulan, Adanya penurunan spasme pada otot scalene dan
levator scapula dimana pada T1=1 ada spasme dan T6=0 tidak ada
spasme.

12
4. Giyarto (2018) dengan judul “Pengaruh Infra Red dengan Massage
Fisioterapi terhadap Tingkat Stres Mahasiswa yang Sedang
Mengerjakan Tugas Akhir” menyimpulkan bahwa mahasiswa tingkat
akhir mengalami kesulitan dalam mengerjakan skripsi, stres yang
dialami mahasiswa tingkat akhir dalam mengerjakan skripsi termasuk
stres yang negatif sebab stres tersebut memberikan dampak negatif
yang buruk pada diri mahasiswa tersebut. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain pre experiment
yaitu melakukan perlakuan pada satu kelompok tanpa menggunakan
kelompok kontrol Sugiyono (2015). Tujuan penelitian adalah
memberikan massage fisioterapi dengan infrared kepada mahasiswa
yang sedang mengerjakan tugas akhir untuk mengurangi tingkat stres.
Jumlah sampel 36 mahasiswa dengan kriteria inklusi: 1) Mahasiswa
yang masih aktif tercatat sebagai mahasiswa Universitas Widya
Dharma Klaten; 2) Sedang mengerjakan tugas akhir dan telah
melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing. Metode
pengumpulan data menggunakan wawancara sebagai pstudi
pendahuluan, dan kuesoner untuk mngukur tingkat stres. Kuesioner
menggunakan skal Likert 1-5. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat (Wilcoxon Test).
Berdasarkan hasil uji dengan Wilcoxon test diperoleh nilai Z sebesar -
5,253 dengan signifikansi 0,000 < 0,05. Dengan demikian, ada
perbedaan tingkat stres sebelum dan sesudah pemberian tindakan
infraed non liminous dengan massage fisioterapi pada mahasiswa yang
sedang mengerjakan tugas akhir. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat stres sebelum dan sesudah
pemberian tindakan infra Red dengan massage fisioterapi pada
mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi sinar infra merah atau infrared adalah salah satu terapi sinar yang
digunakan dalam dunia kesehatan. Pemberian terapi sinar inframerah dapat
meningkatkan kesehatan, seperti memperbaiki sirkulasi/suplai darah,
meningkatkan metabolisme, meningkatkan produksi keringat, mengurangi rasa
nyeri, memberi rasa nyaman dan relaksasi. Pemberian terapi inframerah harus
berdasarkan dosis dan anjuran dari dokter/ tenaga kesehatan. Sehingga, tidak
semua dapat diberikan terapi inframerah sebagai terapi kesehatan.

B. Saran.
Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan, jauh dari kata kesempurnaan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun mengenai makalah yang telah
disusun sangat kami harapkan. Semoga makalah dapat bermanfaat bagi pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA
Giyarto. (2018). Stres Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta Dalam Mengerjakan Skripsi. Publikasi Skripsi.
Surakarta: Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Hakim, A., Moghadam, A. S., Shariati, A., & Haghighizadeh, H. (2016). Effect of
Infrared Radiation on the Healing of Diabetic Foot Ulcer, 14(3).
https://doi.org/10.5812/ijem.32444.Res earch

Juniarto, Fajron.2019. PENGARUH TERAPI AJUVAN MODERN WOUND


HEALING DENGAN SINAR INFRAMERAH TERHADAP PROSES
PENYEMBUHAN PASIEN LUKA DIABETES DI KLINIK NATURE
CARE INDONESIA CENTRE SAMARINDA. Dalam
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/id/eprint/184 diakses pada 19 Februari
2021

Kurniawan, Fajar. (2013). Manajemen Perawatan Industri : Teknik dan Aplikasi


Implementasi Total Productive Maintenance (TPM), Preventive Maintenance
dan Reability Centered Maintenance (RCM). Yogyakarta : Graha Ilmu

Kajagar, B. M., & Godhi, A. S. (2012). Efficacy of Low Level Laser Therapy on
Wound Healing in Patients with Chronic Diabetic Foot Ulcers — A
Randomised Control Trial, 74(October), 359–363.
https://doi.org/10.1007/s12262-011- 0393-4

Prasetyo, Eko Budi. 2018. Perbedaan Pengaruh Terapi Sinar Merah dan Back
Exercise Terhadap Nyeri Punggung Bawah. Jurnal Fisioterapi dan
Rehabilitasi (JFR), 2 (2) : 71-78

15
Prodyanatasari, Arshy. (2017). Optimalisasi Energi Gelombang Elektromagnetik
Melalui Terapi Infrared Pada Penderita Penyakit Paru Obsruktif Kronik.
Jurnal Wiyata. 2(1), 59-66.

Prodyanatasari, A. (2015). Optimalisasi Energi Gelombang Elektromagnetik Melalui


Terapi Infrared Pada Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Jurnal Wiyata
Penelitian Sains Dan Kesehatan, 2(1), 59–66.
http://ojs.iik.ac.id/index.php/wiyata/article/view/38

Samudra, H.B. 2013. Penatalaksanaan Fisioterapi dengan Terapi latihan dan Infra
Red (IR) pada Kondisi Post Dislokasi Sendi Acromioclavicular Dextra. Naskah
Publikasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sri Wahyuni, Ni Putu Dewi. 2014. Fisioterapi Umum. Yogyakarta: Graha Ilmu

Wulan, A & Susanti, N. (2017). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Anak Kondisi


Tortikolis Sinistra e.c Brachial Palsy Dengan Menggunakan Modalitas
Infrared, Massage dan Terapi Latihan di RSUD Bendan Pekalongan.
Jurnal unikal. 21(7), 48-54.

Wahydha, D. (2016). Rancang Bangun Terapi Infra Merah Berbasis Atmega. Tugas
Akhir. Yogyakarta: Politeknik Muhammadiyah Yogyakarta

16

Anda mungkin juga menyukai