Anda di halaman 1dari 11

A.

Dilema Etik
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan
mengenai perilaku yang layak harus di buat. Untuk itu diperlukan pengambilan
keputusan untuk menghadapi dilema etika tersebut. Dilema yaitu suatu keadaan
dimana dihadapkan pada dua alternatif pilihan, yang kelihatannya sama atau
hampir sama dan membutuhkan pemecahan masalah. Dilema muncul karena
terbentur pada konflik moral, pertentangan batin, atau pertentangan antara nilai-
nilai yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada. Enam pendekatan dapat
dilakukan orang yang sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu:
1. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan.
2. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta.
3. Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi
dilema.
4. Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilemma.
5. Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternative.
6. Menetapkan tindakan yang tepat.
Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi atau
menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi semua orang melakukannya,
jika legal maka disana terdapat keetisan dan kemungkinan ketahuan dan
konsekwensinya.
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat
menimbulkan stress pada karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak
rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai bidan,
klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan
dalam mengambil keputusan. Menurut Thompson & Thompson (1981 ) dilema
etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan
sebanding. Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan
pada dasarnya menggunakan pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain :
1. Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 )
Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik.
a. Mengkaji situasi.
b. Mendiagnosa masalah etik moral.
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan.
d. Melaksanakan rencana.
e. Mengevaluasi hasil.
2.   Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 2004 )
a.  Mengembangkan data dasar.
Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi
sebanyak mungkin meliputi :
1) Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana
keterlibatannya
2) Apa tindakan yang diusulkan
3) Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
4) Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan
yang diusulkan.
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut.
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi
tindakan tersebut.
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa
pengambil keputusan yang tepat.
e. Mengidentifikasi kewajiban bidan.
f. Membuat keputusan.
3.   Model Murphy dan Murphy
a.    Mengidentifikasi masalah kesehatan.
b.    Mengidentifikasi masalah etik.
c.    Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan.
d.    Mengidentifikasi peran bidan.
e.    Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin
dilaksanakan.
f.     Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif
keputusan.
g.    Memberi keputusan.
h.    Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan
falsafah umum untuk perawatan klien.
i.   Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
berikutnya.
4.   Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel ( 1981)
          Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik.
a. Mengumpulkan data yang relevan
b. Mengidentifikasi dilema
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan
d. Melengkapi tindakan
5.   Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)
a.    Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang
diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual.
b.    Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi.
c.    Mengidentifikasi Issue etik.
d.    Menentukan posisi moral pribadi dan professional.
e.    Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.
f.     Mengidentifikasi konflik nilai yang ada.

B. Konflik Moral
Konflik adalah suatu proses dimana dua pihak atau lebih berusaha memaksa
tujuannya dengan cara mengusahakan unutk menggagalkan tujuan ang ingin
dicapai pihak lainnya. Konflik intrapersonal terdiri dari 3 macam yaitu :
1. Approach-Approach conflict, dimana orang didorong untuk melakukan
pendekatan positif terhadap dua persoalan atau lebih, tetapi tujuan-tujuan
yang dicapai saling terpisah satu sama lain.
2. Approach-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk melakukan
pendekatan terhadap persoalan-persoalan tersebut dan tujuannya dapat
mengandung nilai positif dan negative bagi orang yang mengalami konflik
tersebut.
3. Avoidance-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk menghindari
dua atau lebih hal yang negative tetapi tujuan- tujuan yang dicapai saling
terpisah satu sama lain.
Konflik moral adalah pertentangan yang terjadi karena pengambilan
keputusan yang menyangkut dilema moral. Konflik moral atau dilema pada
dasarnya sama, kenyataannya konflik yang terjadi karena berada diantara prinsip
moral dan tugas yang mana sering menyebabkan dilema. Penanganan konflik etik
kebidanan terdiri atas :
1. Informed Concent
Pesetujuan yang diberikan pasien atau walinya yang berhak terhadap
bidan untuk melakukan suatu tindakan kebidanan kepada pasien setelah
memperoleh informasi lengkap dan dipahami mengenai tindakan yang akan
dilakukan.
2. Negosiasi
Proses yang di dalamnya dua pihak atau lebih bertukar barang / jasa
dan berupaya menyepakati tingkat kerjasama tersebut. Negosiasi terjadi ketika
suatu keadaan memenuhi syarat-syarat berikut ini:
a. Pertama, melibatkan dua pihak atau lebih. Kedua, terdapat suatu konflik
kepentingan antara pihak-pihak tersebut.
b. Keduanya menginginkan sesuatu yang menguntungkan untuk dirinya
masing-masing. Price versus profit, keuntungan bagi satu pihak
merupakan harga yang harus dibayar oleh pihak lain.
c. Ketiga, pihak-pihak yang terlibat sama-sama berusaha untuk mencapai
kesepakatan bukannya berkonflik. Kesepakatan dapat dicapai melalui
kompromi antara memberi dan menerima sesuatu antar pihak tersebut

3. Persuasi
Persuasi bisa diartikan sebagai usaha untuk mengubah sikap dan
kepercayaan melalui informasi dan argument. Ketika target menerima pesan
(message) yang berbeda dari pendiriannya maka munculah respon yang
bermacam-macam seperti :
a. reject the message  (menolak pesan atau informasi).
b. derogate the source (mencela the sumber).
c. suspend judgment (mencari informasi tambahan untuk menentukan
keputusan, menolak atau menerima).
d. distort the message (tidak menanggapi informasi dan menyimpannya dalam
“skema” yang mungkin suatu saat akan mengubah sikapnya).
e. attempt counter persuasion (melancarkan argumentasi balik).
C. Langkah-Langkah Penyelesaian Pada Kasus Emergency
1. Contoh Kasus
Ny A bersama suaminya Tn B datang ke PMB bidan Z untuk
melakukan pemeriksaan ANC. NyA berusia 24 tahun G2P1000 usia
kehamilan 37 minggu. Ny A merupakan guru SD dengan background
pendidikan S1, sedangka Tn B bekerja sebagai karyawan bank swasta. Pada
riwayatkehamilan sebeblumnya 1,5 tahun yang lalu Ny A melahirkan anak
stillbirth dengan berat 3,2 kg berjenis kelamin laki-laki secara sectio caesaria
dengan indikasi ruptur uteri hal ini disebabkansaat proses persalinan Ny A
mengkonsumsi air rendaman rumput fatimah yang dibawa olehkeluarganya.
Pada kehamilan kali ini Ny A berkeinginan untuk melahirkan secara VBAC
(vaginal birth after caesarian), karena menurutnya jika belum melahirkan
secara normal berarti belum menjadi ibu seutuhnya.Ny A telah mengikuti
berbagai macam persiapan seperti mengikutikelas prenatal yoga. Namun
ketika melakukan pemeriksaan USG di dokter spesialis obstetri
dangynecology, hasil USG menyatakan semuanya normal, namun beliau
menyatakan bahwa Ny Atidak dapat melakukan persalinan normal karena
memiliki riwayat SC kurang dari dua tahun,dikhawatirkan akan menyebabkan
ruptur uteri lagi. Ny A tidak bisa menerima hal tersbut, olehkarena itu dia
mendatangi bidan Z untuk membantunya melakukan persalinan secara VBAC
(vaginal birth after caesarian) jika sudah waktunya nanti. Bidan Z
menjelaskan bahwa ibudengan riwayat persalinan SC bukan merupakan
kewenangannya dan harus melakukan persalinan di rumah sakit. Mendengar
penjelasan tersebut Ny A merasa marah dan memaki bidanZ bahwa dia tidak
kompeten di bidangnya dan tidak mendukung keinginannya utuk melakukan
persalinan secara VBAC (vaginal birth after caesarian).
2. Penyelesaian Kasus
Kasus diatas menjadi dilema etik bagi bidan, dimana kasus dilema etik
meupakan suatumasalah yang melibatkan dua atau lebih landasan moral tetapi
tidak dapat dilakukan keduanya.Menurut Thomson & Thomson (1981) dilema
etik merupakan suatu masalah yang sulit dimanatidak ada alternatif yang
memuaskan dengan memuaskan yang sebanding. Untuk membuatkepuusan
yang etis bidan harus bisa berikir secara rasional dan bukan emosional. Bidan
dalammemberikan asuhan kebidanan diharapkan sesuai dengan etika dan legal
yaitu denganmenghargai keputusan pasien, selain itu juga memiliki tanggung
jawab untuk memberikan pelayanan yang terabik bagi keselamatan jiwa dan
kesehatan pasien. Ketika keputusan pasien berlawanan dengan tujuan
penyelamatan jiwa pasien maka bidanharus memiliki alternatif solusi untuk
megatasi permasalahan tersebut dengan tetapmemperhatikan konsekuensinya.
Oleh karea itu diperlukan strategi dan langkah-langkah untummenyelesaikan
kasus dilema etik tersebut. Pada kasus diatas berikut adalah langkah-
langkahyang digunakan untuk penyelesaian kasus.
a. Pengkajian
Ny A berusia 24 tahun tahun G2P1000 usia kehamilan 37 minggu,
datang bersama suaminyaTn B ke PMB bidan Z untuk melakukan
pemeriksaan ANC. Riwayat persalinan pada 1,5tahun yang lalu
melahirkan anak laki-laki dengan berat badan 3,2 kg stillbirth dengan
operasiSC dikarenakan telah terjadi ruptur uteri. Hasil USG dari dokter
Obgyn adalah normal, namun beliau menyatakan bahwa Ny A dianjrkan
melahirkan secara SC di rumah sakit. Ny A tidak menerima hal tersebut,
dan datang ke bidan Z untuk membantunya melakukan persalinansecara
VBAC (vaginal birth after caesarian) jika waktunya bersalin nanti.
b. Indentifiksi Masalah
Masalah yang muncul adalah Ny A meminta untuk melakukan VBAC
(vaginal birth after caesarian). Dimana bidan Z mengetahui bahwa VBAC
(vaginal birth after caesarian) bukan merupakan wewenangnya, jika
dilakukan makan bidan Z akan melanggar kode etik danmerupakan
tindakan yang ilegal.
c. Identifikasi Masalah Etik
1) Autonomy
Sebagai seorang bidan kita berhak menghormati keinginan dan
keputusan dari Ny A untuk melakukan persalinan secara VBAC
(vaginal birth after caesarian). Akan tetapi disisi lainsebagai sorang
bidan memiliki kode etik yang harus dipatuhi, yang mana jika
dilanggar dapat berakibat pada jatuhnya sanksi.
2) Beneficience
Ketika bidan Z menyarankan Ny A untuk melakukan
persalinan dirumah sakit, hal inidilakukan supaya ketika terjadi
kegawatdaruratan dapat segera ditangani. Akan tetapi halini
bertentangan dengan prinsip autonomy.
3) Non – maleficence
Rekomendasi dari dokter obgyn dan bidan terhadap Ny A
untuk melakukan persalinan dirumah sakit secara operasi SC bertujuan
untuk keselamatan jiwa dan kesehatan Ny A dan bayinya.
4) Varacity
Sebagai seorang bidan, seharusnya memberikan informasi
mengenai kelebihan dankekurangan dari VBAC (vaginal birth after
caesarian) karena Ny A berhak untuk mengetahui informasi tersebut
sebelum membuat keputusan.
5) Justice
Sebagai seorang bidan tidak boleh membedakan jenis
pelayanan yang diberikan, namuntetap berpegang pada kode etik
profesi yang ada.
d. Identifikasi Pihak Yang Terlibat.
1) Bidan.
2) Ny A.
3) Suami Ny A.
4) Dokter Obgyn.
e. Tindakan Yang Diusulkan.
1) Mengusulkan untuk dilakukan persalinan di rumah sakit, tetapi Ny A
memiliki autonomyuntuk menentukan tempat persalinan, petugas
kesehatan dan metode persalinan yangnanantinya akan dilakukan saat
persalinan. Maksud dari tindakan yaitu memberikan pendidikan
konselor dan advokasi agar Ny Adan suami dapat memebrikan
keputusan yang tepat dalam kasus ini dan mau untuk bersalin di
rumah sakit. Tujuannya jika terjadi kegawat daruratan pada Ny A
dapat segera teratasi. Konsekuensi dari tindakan yang dilakukan akan
memerlukan biaya yang banyak jika persalinan di rumah sakit-Tidak
sesuai dengan keinginan Ny A.
2) Mengusulkan untuk bersalin secara operasi SC, yang mana tidak
sesuai dengan autonomy Ny A namun tindakan ini mengandung
prinsip etik beneficience dan non- maleficence. Maksud dari tindakan
yaitu: memberikan pendidikan konselor dan advokasi agar Ny A dapat
mengikuti saran untuk melakukan persalinan secara sc. Tujuannya
menghindari ruptur uteri, dan menyelamatkan keselamatan jiwa dan
kesehatan Ny A serta janin yang dikandung. Konsekuensinya yaitu
tidak sesuai dengan keinginan pasien.

f. Mengidentifikasi Konflik Yang Terjadi Berdasarkan Situasi Tersebut.


Untuk menentukan apakah Ny A melakukan persalinan secara VBAC
(vaginal birth after caesarian) sebagai tenaga kesehatan bidan dihadapkan
prinsip etik yaitu menghormatikeputusan pasien (Autonomy). Namun jika
bidan menyetujui untuk melakukan tindakantersebut maka akan bertentangan
dengan kode etik dan merupakan tindakan ilegal. Bidan memberikan
informasi kepada Ny A sebelum membuat keputusan , namun
dapatmengakibatkan Ny A menjadi khawatir dan berdampak pada kondisi
psikologis dimana Ny A beranggapan bahwa untuk menjadi ibu seutuhnya
salah satunya dengan melahirkan secaranormal serta bidan juga melangkahi
wewenang dari dokter obgyn yang seharusnyamemberikan informasi tersebut
namun jika tidak disampaikan maka bidan tidak bekerja sesuaidengan standar
profesi.
g. Membuatkan Tindakan Alternatif Tentang Rangkaian Tindakan Yang
Direncanakan Dan Mempertimbangkan Konsekuensi Tindakan Tersebut.
1) Menjelaskan tentang VBAC (vaginal birth after caesarian) dari
keuntungan dankerugiannya. Konsekuensinya Ny A dan suaminya Tn B
memperoleh informasi yang nantinya dapat berdampak pada pengambilan
keputusan.
2) Mengadvokasi Ny A dan Tn B untuk mengikuti anjuran dari dokter
obgyn. Konsekuensinya tidak sesuai dengan keinginan Ny A dan Ny B,
berdampak pada kondisi psikologi Ny A.
3) Menjelaskan misspersepsi tentang menjadi seorang ibu tidak dilihat dari
proses persalinannya. Konsekuensinya Ny A menjadi paham tentang
figure menjadi seorang ibu.
h. Menentukan Siapa Pengambil Keputusan.
Pengambil keputusan yang tepat pada kasus ini pengambil keputusan
yang tepat adalah dokter obgyn yang mana VBAC (vaginal birth after
caesarian) merupakan kewenangannya.

i. Mendefinisikan Kewajiban Bidan Dalam Kasus Ini


1) Memberikan informasi yang lengkap pada Ny A dan Tn B secara jujur,
tidak bias dapatd ipahami, menggunakan alternatif media dan paling baik
dilakukan secara tatap muka.
2) Membantu Ny A dan Tn B dalam menggunakan hak autonominya dalam
memutuskan apayang diinginkan dalam asuhan kebidanan yang
diinginkan oleh klien. Bidan harus dapatmenjamin bahwa sebelum klien
membuat keputusan semua informasi yang diperlukan telah disampaikan
secara jelas dan lengkap.
3) Menjaga fokus asuhan berdasarkan bukti ilmiah atau evidence based
dengan mekan konflik serendah mungkin.-Melakukan asuhan kebidanan
sesuai dengan kewenangan yang telah tercantum dalam kodeetik
kebidanan.
j. Membuat Keputusan.
Dalam kasus ini pembuat keputusan tetap berada ditangan klien akan
tetapi tugas bidan dandokter obgyn saling bermitra untuk memberikan
pendekatan yang paling menguntungkan atau paling tepat untuk klien. Dengan
memerhatikan prinsip etik seperti autonomy, beneficience,non malefecience.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, E,.W. 2016. Konsep Kebidana Dan Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan.
Pusdik Sumber Daya Manusia Kesehatan. Jakarta Selatan

Nisa, A. 2019. Kasus Dilema Etik Kebidanan. Academia.edu. Diakses pada 25


Agustus 2020,
<https://www.academia.edu/42126153/Kasus_dilema_etik_kebidanan>

Anda mungkin juga menyukai