Anda di halaman 1dari 12

AKSIOLOGI : NILAI KEGUNAAN ILMU

FILSAFAT ILMU

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat ilmu

Dosen Pengampu:

Muhammad Khadziqun Nuha, M.Pd.I

Kelompok 6:

1. Fajar Atmaja (12305193164)


2. Nur Laili H. M. (12305193156)
3. Khusnul Khotimah (12305193147)

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih yang
telah memberikan kami kemudahan dalam menyusun makalah ini. Sehingga kami bisa
merampungkan makalah ini dengan lancar dan tepat waktu. Shalawat serta salam tetap
tercurahkan kepada nabi agung Muhammad SAW, yang telah memberikan syafa’atnya untuk
kita semua.

Pada kesempatan ini, kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah filsafat ilmu yang telah mengajar dan memberikan ilmu pengetahuan
kepada kami dan teman-teman.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuan yang terbatas, maka makalah yang berjudul “Aksiologi Ilmu: Nilai Kegunaan
Ilmu”, masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Kami berharap makalah yang kami
susun dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.

Tulungagung, 04 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1
C. Tujuan Pembahasan........................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 2

A. Pengertian Aksiologi........................................................................
B. Aspek-Aspek dalam Aksiologi..............................................................
1. Etika..................................................................................................
2. Estetika ..........................................................................................
C. Fungsi Aksiologi dalam Ilmu Pengetahuan.............................................
D. Manfaat Ilmu........................................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................7

A. Kesimpulan.......................................................................................7
B. Saran.................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu terus berkembang seiring berkembagnya zaman. Ilmu telah membawa
manusia menuju kepada zaman yang lebih canggih dan modern. Juga memudahkan
manusia dalam melakukan beberapa hal. Namun, pada setiap perkembangan ilmu akan
timbul suatu masalah baru yang berkaitan dengan pemanfaatan dari ilmu pengetahuan
tersebut. Ilmu pada hakikatnya adalah netral. Ketidaknetralan ilmu tergantung pada
manusia. Secara logika, manusialah yang menentukan dan memberikan penilaian
tentang dan baik buruknya.
Ilmu mampu mengubah dan memberantas bahaya bencana bencana kelaparan,
kemiskina, mewabahnya berbagai penyakit, buta aksara dan lain-lain bencana yang
melanda wajah duka kehidupan manusia. Ilmu juga dapat digunakan untuk merusak
sendi-sendi kehidupan manusia dan bahkan membinasakan manusia.
Dalam hal ini, ilmu yang berkaitan dengan kegunaannya akan dibahas dalam
kajian filsafat yaitu aksiologi. Karena pada hakikatnya, suatu ilmu harus di gunakan
dan dimanfaatkan untuk kepentingan manusia sebagai sarana atau alat dalam
meningkatkan kualitas hidup dengan mempehatikan nilai atau etika, kodrat dari
martabat manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian aksiologi?
2. Apa saja aspek yang terdapat dalam aksiologi?
3. Apa saja fungsi aksiologi dalam ilmu pengetahuan?
4. Apa saja manfaat ilmu?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami arti dan maksud dari aksiologi
2. Untuk mengetahui aspek-aspek yang terdapat dalam aksiologi
3. Untuk mengetahui fungsi-fungsi aksiologi dalam ilmu pengetahuan
4. Untuk memahami manfaat ilmu

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aksiologi
Ilmu telah banyak memberikan manfaat dalam kehidupan dan kesejahteraan
umat manusia di dunia. Secara etimologis, aksiologi berasal dari bahasa Yunani
kuno yaitu “axsios”yang berarti nilai dan “logos” yang berarti teori. Aksiologi
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi
kehidupan manusia , kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Menurut Wibisono,
aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai
dasar normatif penelitian dan pengadilan, serta penerapan ilmu.
Definisi lain mengatakan bahwa aksiologi adalah suatu pendidikan yang
menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia dan
menjaganya, membinanya didalam kepribadianpeserta didik. Dengan demikian
aksiologi adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai-nilai
atau norma-norma terhadap suatu ilmu. Berbicara megenai nilai itu sendiri, dapat
kita jumpai dalam kehidupan seperti kata-kata adil dan tidak adil, jujur dan curang.
Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, pada
umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Di dunia ini terdapat banyak
cabang pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah-masalah nilai yang
khusus seperti epistimologis, etika dan estetika. Epistimologi bersangkutandengan
masalahkebenaran, etika bersangkutan dengan masalah kebaikan, dan estetika
bersangkutan dengan masalah keindahan. Menurut Bramel, aksiologi terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Moral Conduct. Yaitu tindakan moral. Tindakan ini melahirkan disipli
khusus yaitu etika.
b. Iestetic Expression. yaitu ekspresi keidahan.bidang ini melahirkan
keindahan.
c. Sosio-political Life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan
filsafat sosial politik.

Dari definisi-definisi yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa


permasalahan utama adalah nilai.nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki
manusia untuk melakukan berbagai macam pertimbangan tentang objek yang akan
dinilai. Teori tentang nilai dalam filsafat megacu kepada etika dan estetika. Etika
menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat jika dikatakan bahwa objek formal
etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa
etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan buruk didalam
suatu kondisi yang melibatkan norma-norma.

Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang


dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan
buruk, benar dan salah, serta tentang cara dan tujuan. Aksiologi mencoba
merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis.

B. Aspek-Aspek dalam Aksiologi


1. Etika
Etika disebut juga filsafat moral (moral philosophy). Kata etika berasal
dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak atau sifat. Sedangkan moral
berasal dari bahasa Latin, mos yang berarti kebiasaan, kelakuan, atau cara
hidup. Etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan dengan
tiga arti. Pertama, etika ialah ilmu tentang apa yang baik dan buruk. Kedua,
etika didefinisikan sebagai kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak. Ketiga, etika adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
masyarakat. Sedangkan Moral dalam KBBI diartikan sebagai ajaran tentang
baik dan buruk yang diterima umum mengenai akhlak dan budi pekerti,
kondisi mental yang mempengaruhi seseorang menjadi tetap bersemangat,
berani, disiplin, dan sebagainya. Suseno (1993) mengatakan bahwa moral
selalu mengacu pada baik dan buruknya manusia sebagai manusia.
Beberapa mendefinisikan etika dan moral sebagai teori tentang tingkah
laku manusia, mengenai baik dan buruk yang masih dapat dijangkau akal.
Moral merupakan suatu ide tentang tingkah laku manusia (baik serta buruk)
menurut situasi tertentu. Fungsi dari etika adalah untuk mencari ukuran tentang
nilai tingkah laku perbuatan manusia (baik serta buruk). Hal ini karena ukuran
nilai baik dan buruk tingkah laku manusia itu tidak sama. Sehingga, etika
digunakan untuk mencari ukuran etika yang dapat diterima secara umum.
Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia,
perbuatan yang dilakukan secara sadar dan bebas. Sedangkan, objek formal
etika adalah kebaikan atau keburukan, bermoral atau tidak bermoral dari
tingkah laku tersebut (Tim Dosen Filsafat UGM, 2007).
Sejak masyarakat manusia terbentuk, perilaku telah dipersoalkan
tentang mana yang sesuai dengan moralitas dan mana yang tidak. Dalam
filsafat barat, etika telah dibahas sejak zaman Socrates (470-399 SM). Dan
dalam pembahasannya, etika tidak mempersoalkan tentang apa atau siapa
manusia itu, tetapi bagaimana manusia seharusnya berbuat atau bertindak
(Rapar, 1996)
2. Estetika
Estetika berasal dari bahasa Yunani, aesthetika yang berarti hal-hal
yang dapat diserap oleh panca indera. Estetika merupakan cabang filsafat yang
membahas tentang keindahan, atau biasa dikenal dengan sebutan filsafat
keindahan (philosophy of beauty). Estetika sebagai salah satu bagian dari
aksiologi selalu membicarakan tentang keindahan, terkait isu tentang
keindahan, ruang lingkupnya, nilai, seni, serta persoalan estetika dan seni
dalam kehidupan manusia.
Plato berpendapat bahwa seni (art) adalah keterampilan untuk
memproduksi sesuatu. Hasil dari seni dianggap hanya sebuah tiruan (imitasi).
Lukisan merupakan sebuah contoh dari hasil seni yang berupa tiruan tentang
alam atau sesuatu. Seni bagi Plato tidak penting, karena tdak memiliki
pengaruh terhadap kehidupan manusia.Estetika pada abad pertengahan tidak
diperhatikan secara serius dari para filsuf. Hal ini diakibatkan perlawanan
gereja saat itu. Kelompok gereja menganggap bahwa seni itu bersifat duniawi
dan merupakan produk bangsa kafir Yunani dan Romawi.
Di abad 18 M, istilah estetika menjadi populer dipakai. Tokoh yang
memperkenalkan istilah ini ialah seorang filsuf Jerman yang bernama
Alexander Gottlieb Baumgarten (17 Juli 1714 – 26 Mei 1762). Istilah itu
diperkenalkan lewat karyanya yang dalam bahasa Inggris berjudul Reflection
on Poetry (1954). Gottlieb mengartikan filsafat estetika sebagai sebuah ilmu
tentang keindahan. (Rapar 1996). Pada awal abad 20, para filsuf berpendapat
bahwa konsep estetika berlandaskan pada cita rasa kemanusiaan dan
pertimbangan psikologis. Dalam estetika tidak terdapat hukum atau aturan
yang mensyaratkan adanya keindahan yang ideal. Keindahan itu bebas dan
alamiah, serta tidak diatur dan bersifat harmonis yang merujuk pada hal-hal
yang membuat senang.
C. Fungsi Aksiologi dalam Ilmu Pengetahuan
1. Aksiologi ilmu sebagai nilai kegunaan teoretis
a. Kegunaan bagi ilmu dan teknologi
Hasil ilmu pendidikan adalah konsep-konsep ilmiah tentang aspek dan
dimensi pendidikan sebagai salah satu gejala kehidupan manusia.
Pemahaman tersebut secara potensial dapat dipergunakan untuk lebih
mengembangkan konsep-konsep ilmiah pendidikan, baik dalam arti
meningkatkan mutu (validitas dan signifikan) konsep-konsep ilmiah
pendidikan yang telah ada, maupun melahirkan atau menciptakan konsep-
konsep baru yang secara langsung dan tidak langsung bersumber pada
konsep-konsep pendidikan yang telah ada. Dengan kata lain, pemahaman
terhadap konsep-konsep ilmiah pendidikan secara potensial mempunyai
nilai kegunaan untuk mengembangkan isi dan metode ilmu pendidikan,
mengembangkan mutu profesional teoritikus dan praktisi pendidikan.
Rowntree menyatakan: bahwa oleh karena tekhnologi pendidikan
adalah seluas pendidikan itu sendiri , maka teknologi pendidikan berkenaan
dengan deain dan evaluasi kurikulum dan pengalaman-pengalaman belajar,
serta masalah-masalah pelaksanaan dan perbaikannya. Pada dasarnya
teknologi endidikan adalah suatu pendekatan pemecahan masalah
pendidikan secara rasional, suatu cara berfikir skeptis dan sistematis
tentang beajar dan mengajar.
b. Kegunaan bagi filsafat
Konsep-konsep ilmiah yang dihasilkan oleh ilmu pendidikan, secara
potensial dapat mengundang berkembangnya kritik pendidikan, baik yang
datang dari kalangan para pengamat pendidikan pada umumnya, maupun
yang datang dari kalangan yang profesional pendidikan, yang termasuk
didalamnya para ilmuwan pendidikan. Maraknya kritik pendidikan
memberikan kondisi yang menunjang pada berkembangnya filsafat ilmu
pendidikan.
2. Aksiologi ilmu sebagai nilai kegunaan praktis
a. Kegunaan bagi praktek pendidikan
Pemahaman tenaga kependidikan secara komprehensif dan sistematis
turut serta dalam menumbuhkan rasa kepercayaan diri dalam melakukan
tugas-tgas profesionalnya. Hal ini terjadi karena konsep-konsep ilmiah
pendidikan menerangkan prinsip-prinsip bagaimana orang melakukan
pendidikan. Penguasaan yang mantap terhadap konsep-konsep ilmiah
pendidikan memberikan pencerahan tentang bagaimana melakukan tugas-
tugas profesional pendidikan. Apabila hal ini terjadi, maka seorang tenaga
pendidikan akan dapat bekerja konsisten dan efisien, karena dilandasi oleh
prinsip-prinsip pendidikan yang jelas terbaca dan kokoh. Tindakan-
tindakannya akan menunjukkan arah yang lebih jelas dan bentuknya pun
tidak asal-asalan, tetapi lebih terpola yang dipilih berdasarkan
pertimbangan prinsip-prinsip pendidikan yang diyakini dan dianutnya.
b. Kegunaan bagi seni pendidikan
Disamping memberi kemungkinan berkembangnya teknologi
pendidikan, penerapan konsep-konsep ilmiah tentang pendidikan dalam
praktek, dapat pula memberi peluang pada berkembangnya seni
pendidikan. Sebuah kegiatan pendidikan dikatakan sebuah seni apabila
egiatan tersebut tidak saja mencapai hasil yang diharapkan, tetapi proses
pelaksanaannya dapat memberi keasyikan dan kesenangan, baik bagi
peserta didik maupun pendidiknya.
Didalam kgiatan sebagai seni, berlangsungnya suatu proses hubungan
sosial, melibatkan emosi yang cukup mendalam dan nilai-nilai
kemanusiaan. Hal ini mengandung arti bahwa penerapan konsep-konsep
ilmiah pendidikan dalam praktek pendidikan perlu memperhitungkan
terpenuhinya kebutuhan emosional, berupa rasa puas, rasa senang ataupun
rasa sejenisya. Hal ini dapat dicapai hanya apabila dikemas dalam bentuk
prosedur dan teknik-teknik pendidikan yang manusiawi dalam arti
memperhitungkan aspek emosional.
D. Manfaat Ilmu
1. Dalam perspektif ilmu dakwah
a. Pada dasarnya, ilmu dikatakan bermanfaat apabila dapat memberikan,
mendatangkan kesejahteraan, kemaslahatan dan kemudahan bagi
kehidupan manusia. Yuyun Sumarti menjelaskan, terdapat kenyataan yang
tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang budi
pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Berkat kemajuan dalam bidang ini
maka pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan secara lebih cepat dan
lebih mudah disamping penciptaan sebagai kemudahan dalam berbagai
bidang, seperti kesehatan, pengangkutan, pemukiman pendidikan dan
komunikasi
b. Ilmu dapat bermanfaat apabila dapat memberikan informasi tentang
kebenaran, baik kebenaran indrawi, ilmiah maupun kebenaran agama.
Dengan demikian, ilmu dapat bermanfaat manakala ia mampu memberikan
informasi tentang kebenaran yang dibutuhkan manusia, bukan berita-berita
bohong (hoax) yang menyesatkan.
c. Ilmu dapat bermanfaat apabila ia dapat membimbing manusia menjadi
orang yang tawadhu’ dan memiliki pribadi yang mengenal keagungan
Allah serta menyadari eksistesinya yang sangat lemah dan terbatas
2. Manfaat ilmu dalam kehidupan sosial
Dalam perspektif sosiologi, manusia disebut sebagai makhluk sosial.. ia tidak
bisa hidup sempurna tanpa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Untuk
mempermudah mereka berinteraksi, maka diperlukan pengalaman dan
pengetahuan yang memadai. Disinilah peran ilmu menjadi penting bagi
kehidupan masyarakat, yaitu dapat memberikan manfaat bagi kehidupan
manusia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aksiologi merupakan istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu axios yang
artinya nilai dan logos yang artinta teori. Aksiologi dapat dipahami sebagai teori nilai.
Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat
mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Etika merupakan cabang filsafat yang
membicarakan perbuatan manusia. Sedangakn estetika adalah bagian filsafat tentang
nilai dan penilaian yang mengandung karya manusia dari sudut indah dan jelek.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Jujun S. Sumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan, 2005

Juhari, “Aksiologi Ilmu Pengetahuan”, Jurnal Manajemen dan Administrasi Islam. Banda
Aceh: Fakultas Dakwah IAIN Ar-raniry, 2019

Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan: Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Perdaban. Jakarta:
Rajawali Pers, 2014

Endang Saifuddin Anshary. Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu, 1987

Anda mungkin juga menyukai