Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERADABAN ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD

Untuk memenuhi tugas mata kuliah pemikiran dan perkembangan islam

Dosen : Abdullah Safik, M.Fil.I

Oleh :

Khusnul Khotimah

1230193147

Kelas : KPI-1D

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDIN AGAMA DAN DAKWAH

IAIN TULUNGAGUNG

2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

Sejarah merupakan pencerminan dari setiap kehidupan manusia. Sejarah


merupakan akar, tiang dari berbagai yang menunjang segala arah pengetahuan.
Sejarah disebut juga sebagai pelajaran manusia di masa depan. Islam memrintahkan
manusia untuk mempelajari sejarah, sebagaimana telah disebutkan dalam al-qur’an:

Terjemah Arti: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala
sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman (QS. Yusuf :
111).
Sebaik-baiknya sejarah hidup manusia adalah sejarah kehidupan Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena pada sejarah kehidupan beliau terdapat banyak
kearifan dan pengetahuan baik yang bisa kita contoh.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERADABAN ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD

Nabi Muhamad lahir di Mekkah pada hari senin pagi 12 Rabi’ul awal
bertepatan dengan tanggal 20 April tahun 571 M. Tahun kelahiran Nabi dikenal
dengan tahun Gajah, karena pada tahun itu pasukan Abrahah dengan menunggang
gajah menyerbu Mekkah ingin menghancurkan ka’bah. Beliau lahir dari keluarga
miskin secara materi namun berdarah ningrat dan terhormat. Ayahnya bernama
Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab.
Dikisahkan, bahwa anak-anak Hasyim ini adalah keluarga yang berkedudukan
sebagai penyedia dan pemberi air minum bagi para jamaah haji yang dikenal dengan
sebutan Siqayah al- Hajj. Sedangkan ibunda Nabi Muhammad adalah Aminah binti
Wahab, adalah keturunan Bani Zuhrah. Kemudian, nasab atau silsilah ayah dan
ibunda Nabi bertemu pada Kilab ibn Murrah.1

Saat lahir, Nabi Muhammad sudah dalam keadaan yatim karena ayahnya
meninggal ketika beliau masih dikandungan. Abdullah meninggal diusia
kandungan Aminah memasuki bulan kedua. Setelah Nabi Muhammad lahir, beliau
disusui oleh Tsuwaibah budak Abu Lahab bersama dengan penyusuan Hamzah bin
Abdul Muttalib dan Abu Salamah Abdullah bin Asad al-Makhzumi dengan air susu
anaknya yang bernama Masruh. Kemudian Nabi Muhammad disusui oleh Halimah
binti Abi Zu’aib.2 Diumur ke empat tahun, ibu Nabi Muhammad yaitu Siti Aminah
meninggal dunia.

Beliau yatim piatu bersama kakeknya Abdul Mutthalib. Allah memberikan


semua sifat kebaikan pada diri Nabi Muhammad. Beliau menjadi pribadi yang
mandiri dan cerdas. Dan diumur ke delapan tahun kakek Nabi Muhammad
meninggal dunia. Pada akhirnya beliau hanya diasuh oleh pamannya yaitu Abu

1
Khoiriyah, Reorintasi Wawasan Sejarah Islam dari Arab Sebelum Islam hingga Dinasti-Dinasti
Islam, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 31-32
2
Al-Hafiz Abdul Ghani bin Abdul Wahid Al-Maqdisy, Sejarah rasulullah, (Team Indonesia:
jakarta, 2011), hlm 5
Thalib. Beliau diajak mengembala dan berdagang oleh Abu Thalib. Diumur ke dua
belas Nabi Muhammad melakukan perjalanan untuk berdagang. Selama di wilayah
tinggalnya Nabi Muhammad diberi julukan Al-Amin yang artinya orang yang jujur.
Melalui pengembalaan ini Nabi Muhammad menemukan tempat untuk berpikir dan
merenung. Perenungan dan pemikiran ini membuat beliau jauh dari hawa nafsu.

Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad ikut berdagang ke Syam, menjual


barang milik Khadijah, seorang wanita terpandang dan kaya raya. Dia biasa
menyuruh orang untuk menjualkan barang dagangannya dengan membagi sebagian
hasilnya kepada mereka. Ketika Khadijah mendengar kabar tentang kejujuran
perkataan beliau, kredibilitas dan kemuliaan akhlak serta keuntungan dagangannya
melimpah, Khadijah tertarik untuk menikahinya. Yang ikut hadir dalam acara
pernikahan itu adalah Bani Hasyim dan para pemuka Bani Mudhar.3

A. Periode Makkah

Secara umum periode Makkah, kebijakan dakwah Nabi Muhammad adalah


lebih condong pada kepemimpinannya bukan kenabiannya. Prinsip kederajatan dan
keadilan yang bangun Nabi Muhammad mencakup semua aspek baik politik,
ekonomi, maupun hukum. Yang pertama dalam aspek politik, Nabi Muhammad
mengutamakan seluruh kepentingan. Semua rakyat mendapatkan haknya dalam
berpolitik. Walaupun penduduk Madinah berasal dari ras, agama, dan suku yang
berbeda mereka semua mendapatkan hak berpolitik yang sama. Yang kedua dalam
aspek ekonomi, Nabi Muhammad menerapkan ajaran egaliterianisme yaitu
pemerataan saham-saham ekonomi kepada semua rakyat. Semua rakyat
mendapatkan hak yang setara dalam berusaha dan berbisnis. Mereka bebas
berusaha dan berbisnis untuk memenuhi kehidupan masing-masing dalam artian
masih sesuai dengan syari’at islam.

Ajaran ini sangat penting bagi rakyat, karena mereka diajarkan untuk saling
toleransi bukan malah membunuh mereka yang tidak sepaham dan sepemikiran.

3
Didin Saepudin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: UIN Press, 2007), hlm.
19.
Yang ketiga dalam aspek hukum, Nabi Muhammad memahami tentang hukum
secara teliti dan mendalam karena ini berkaitan dengan stabilitas suatu bangsa.
Maka dari itu Nabi Muhammad menyamaratakan kasta hukum bagi rakyat. Tidak
ada yang namanya “orang atas” ataupun “orang bawah”. Jika mereka salah, maka
mereka wajib menerima hukuman yang sama, baik dari golongan bangsawan
maupun rakyat biasa.

Pada malam senin 17 Ramadhan tahun 13 sebelum Hijriyah bertepatan dengan


6 Agustus 610 M. ketika itu Nabi Muhammad berkhalwat di Gua Hira dan Allah
mengutus Jibril untuk menyampaikan wahyu pertama yaitu surat al-Alaq. Ketika
selesai menerima wahyu Nabi Muhammad pulang dengan kondisi menggigil
ketakutan. Beliau meminta agar istrinya menyelimuti beliau kemudian
menceritakan kejadian yang terjadi di Gua Hira.4 Sebagai istri yang berbakti kepada
suami, Siti Khadijah harus siap untuk menenangkan seorang suami jika keadaannya
sedang gelisah. Setelah menenangkan Rasulullah, Khadijah pergi untuk menemui
Waraqah ibn Naufal. Waraqah adalah paman Siti Khadijah, beliau adalah seorang
Nasrani yang banyak mengetahui naskah-naskah kuno.

Siti Khadijah menceritakan kejadian yang dialami oleh suaminya kemudian


Waraqah mengatakan bahwa yang datang itu adalah Namus (Jibril). Kemudian dia
menjelaskan disuatu saat nanti beliau akan diusir oleh kaumnya dari kampung
halamannya sendiri. Ia berharap masih hidup pada masa sulit Rasulullah dan akan
memberikan pertolongan yang sungguh-sungguh kepada beliau. Ketika beliau tidur
kemudian turun ayat Al-Muddatsir.5

Kemudian beliau menyampaikan kepada istrinya tentang perintah Jibril untuk


menyampaikan dakwahnya kepada umatnya. Kemudian beliau bertanya kembali

4
Ali Sodiqin, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: LESFI,
2009), hlm. 24.
5
Ibid., hlm. 25-26.
umatnya itu yang mana. Dengan demikian wahyu yang turun kedua ini merupakan
penobatan Rasulullah sebagai utusan Allah.6

Untuk mengawali dakwah, Nabi Muhammad menggunakan dua cara yaitu, :

1. Dakwah Secara Sembunyi-Sembunyi

Dengan turunnya perintah berdakwah Nabi Muhammad memulai berdawah


secara diam-diam. Beliau memulai dakwah pertamanya pada keluarganya dan
rekan-rekannya. Karena itulah orang pertama yang menerima dakwah sekaligus
orang pertama (assabiqunal awwalun) berasal dari keluarga dan sahabat- sahabat
Nabi. Orang-orang (assabiqunal awwalun) itu adalah Khadijah binti Khuawailid,
Zaid bin Haritash bin Syurahbil al-Khalby, Ali bin Abi Thalib, serta Abu Bakar as-
shidiq.

Dakwah secara sembunyi-sembunyi ini dilakukan sebagai upaya untuk


mengantisipasi terjadinya penganiayaan kaum quraisy dari berbagai cara mereka
untuk menghalangi manusia dari jalan Allah.

Pendekatan dakwah personal dan dakwah secara sembunti (sirriyah) dipilih


karena kondisi saat itu belum memungkinkan dakwah dilakukan secara terbuka dan
pengikut masih minoritas, di siniliah sebenarnya letak elastisitas pendekatan
dakwah yang digunakan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Menurut penulis hal
ini menunjukkan kecerdasan, kepiawaian dan kebijakan Muhammad sebagai
seorang rasul yang juga menguasai manajemen dakwah.7 Pada persiapan dakwah
yang berat maka dakwah pertama beliau mempersiapkan mental dan moral. Oleh
sebab itu beliau mengajak manusia atau umatnya untuk:

a. Mengesakan Allah

6
Dr. M. Yakub, MA dkk, Sejarah Peradaban Islam Pendekatan Periodesasi (Medan: Perdana
Publishing, 2015), hlm 14
7
Mubasyaroh, “Karakteristik dan Strategi Dakwah Rasulullah Muhammad SAW pada Periode
Makkah”, vol. 3, no. 2, 2015, hlm 399.
b. Mensucikan dan membersihkan jiwa dan hati

c. Menguatkan barisan

d. Meleburkan kepentingan diri di atas kepentingan jamaah.8

2. Dakwah Secara Terang-Terangan

Metode dakwah Nabi Muhammad kali ini adalah metode dakwah yang paling
berat. Pada awalnya Nabi Muhammad hanya berdakwah di kota Makkah dan
dilanjutkan pada penduduk diluar kota Makkah secara terang-terangan. Beliau
gencar mempubliksikan agar orang masuk islam, kemudian pada masa itu beliau
mengajak seluruh umat islam untuk melaksanakan ibadah haji. Pada suatu saat,
Nabi Muhammad mengadakan sebuah jamuan. Ketika Nabi berbicara semua orang
terlihat mendengarkan, tetapi tidak satupun dari mereka yang meresponnya secara
positif. Hal itu tidak membuat Nabi Muhammad putus asa, tetapi itulah yang
membangkitkan semangat beliau.

Dakwah secara terang-terangan ini memperoleh tantangan yang keras dari suku
Quraisy. Berikut cara suku Quraisy dalam menggagalkan dakwah Nabi
Muhammad:

a. Ejekan, penghinaan, olok-olok dan penertawaan. Hal ini dilakukan untuk


melecehkan umat Islam dan menggembosi kekuatan mental mereka.
b. Menjelak-jelekkan ajaran beliau, membangkitkan keragu-raguan,
menyebarkan anggapan-anggapan yang menyangsikan ajaran-ajaran beliau
dan diri beliau (rasulullah). Mereka tiada henti melakukannya serta tidak
memberi kesempatan setiap orang untuk menelaah dakwahnya.
c. Melawan al-Qur’an dengan dongeng orang-orang terdahulu serta
menyibukkan umat dengan dongengdongen agar mereka melupakan al-
Qur’an.
d. Menyodorkan beberapa bentuk penawaran, sehingga dengan penawaran itu
mereka berusaha mempertemukan al-Qur’an dengan jahiliyah di tengah

8
Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, (Bulan Bintang: Jakarta, 1997), hlm. 63.
jalan. Orang-orang musyrik siap meninggalkan beberapa tradisi dari
mereka, begitu juga dengan rasulullah diharapakan melakukan hal yang
sama. Seperti yang telah disebutkan pada surat al-kafirun. Mereka mengajak
Nabi Muhammad untuk saling bertukar agama.
B. PERIODE MADINAH

Ada beberapa pelajaran yang dapat kita ambil dari keadaan masyarakat
Madinah sebelum Islam datang, di antaranya adalah: Pertama, perbedaan yang
disebabkan karena alasan kesukuan, agama, dan golongan, ternyata seringkali
menimbulkan pertentangan dalam masyarakat. Demikian halnya dengan
masyarakat Madinah, sebelum kedatangan agama Islam, kehidupan mereka diliputi
oleh pertentangan antar suku dan golongan, yaitu antara suku Aus, Kharaj, dan
kaum Yahudi.

Pertentangan yang demikian antara lain disebabkan karena tidak adanya suatu
model pemerintahan yang dapat mengatur kehidupan masyarakatnya. Tidak adanya
pemerintahan ini menyebabkan mereka berebut pengaruh untuk saling menguasai.
Dalam masyarakat yang seperti ini, suku atau kelompok yang kuatlah yang akan
berkuasa. Oleh karena itu suatu pemerintahan yang disepakati untuk mengatur
kehidupan bersama sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Melalui
pemerintahan ini diharapkan akan tercipta kedamaian dan kesejahteraan, sekalipun
ada perbedaan di antara mereka, baik suku atau agamanya.

Berangkat dari kondisi seperti itu, kita dapat belajar banyak bahwa suatu
pemerintahan yang dibangun di atas kondisi yang diliputi perpecahan, permusuhan,
dan pertikaian antar golongan tidak akan pernah mencapai tujuan yang
direncanakan. Pemerintahan yang seperti itu tidak akan dapat bertahan lama,
sebaliknya dalam waktu yang singkat pasti akan hancur.

Masyarakat Madinah sebelum datangnya Islam belum memiliki pemerintahan


yang baik dan teratur sehingga cepat dan mudah diombang-ambingkan. Masuknya
Islam dengan mudah dapat merubah kondisi masyarakat Madinah dari kondisi yang
tidak teratur menjadi masyarakat yang teratur dan dibangun atas dasar kebersamaan
dan persatuan yang kuat sehingga terbentuk masyarakat yang berbudaya, atau yang
sekarang dikenal dengan sebutan masyarakat madani.

Inilah Madinah yang dibangun oleh Nabi Muhammad Saw. kelak. Kedua,
pertentangan yang terjadi di antara kaum Yahudi, suku Aus, dan Khazraj, tidaklah
disebabkan karena agama mereka yang berbeda. Pertentangan itu lebih dikarenakan
karena alasan politik dan ekonomi. Mereka antara lain berebut pengaruh dan
kekuasaan, karena hal ini sangat erat kaitannya dengan penguasaan kehidupan
perekonomian.

Oleh karena itu, adanya tuntutan pemerintahan yang adil merupakan suatu
keharusan. Keadilan, baik dalam kehidupan sosial, politik dan ekonomi haruslah
menjadi cita-cita bersama. Apabila telah tercipta keadilan yang demikian, maka
pertentangan-pertentangan atau konflik-konflik itu diharapkan akan semakin
berkurang, atau apabila mungkin tidak ada sama sekali.9

C. PIAGAM MADINAH

Piagam Madinah atau Shahîfat al-Madînah, juga dikenal dengan sebutan


Konstitusi Madinah, ialah sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi Muhammad
saw, yang merupakan suatu perjanjian formal antara dirinya dengan semua suku-
suku dan kaum-kaum penting di Yasrib (kemudian bernama Madinah) di tahun 622
M.12 Sejak hijrah dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 M, nabi Muhammad
saw telah mempraktikkan kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang demokratis
di tengah masyarakat yang plural dengan aliran ideologi dan politik yang heterogen.

Tipe kepemimpinan yang sangat demokratis dan toleran terhadap semua pihak,
menjadikan semua penduduk merasa aman dan tenteram, akhirnya kota Yasrib
berubah menjadi Madinah al-Munawarah, yang berarti kota yang bercahaya.10

9
Dr. Marzuki, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, (Mediatama : Surakarta, 2016) hlm 400.
10
Muchsin, Sebuah Ikhtisar Piagam Madinah, Filsafat Timur, Filosof Islam dan Pemikirannya,
(Jakarta: STIH IBLAM, t.t.), hlm. 1.
Shahîfat al-Madînah sebagai undang-undang dasar telah mendeklarasikan
Yastrib bertransformasi menjadi negara Madinah (City-State of Madinah),
membangun aturan-aturan pemerintahan, mengamanatkan isu-isu sosial yang
spesifik yang dapat mengubur perpecahan yang telah lama terjadi di kota itu,
mengamanatkan perlindungan terhadap hak dan kewajiban warga negara, dan
mengamanatkan penyediaan pelayanan hukum yang adil bagi semua pihak
sehingga tidak ada lagi penyelesaian masalah dengan aksi-aksi militer dari masing-
masing suku.11

Piagam madinah adalah pemikiran modern yang luar biasa yang dikeluarkan
oleh Rasulallah sebagai perwakilan dunia timur, juga merupakan tindakan yang riil
dalam melihat penduduk Yasrib yang dilanda kehidupan kegelapan yang
berkepanjangan. Bahkan yang terkandung di dalam piagam Madinah sebagai
naskah undang-undang tertulis pertama juga menyangkut dengan akomodasi hak-
hak asasi manusia (HAM) yang utamanya dalam kebebasan memeluk agama.
Tujuan utama disusunnya dokumen ini sudah jelas dan pasti ialah sebagai upaya
penghentian pertentangan sengit antara Bani ‘Aus dan Bani Khazraj di Madinah.
Untuk itu dalam dokumen tersebut menetapkan pembagian hak-hak dan kewajiban-
kewajiban kaum muslim, kaum Yahudi, dan komunitas-komunitas pagan Madinah.
Sehingga nantinya membuat mereka menjadi satu kesatuan komunitas yang dalam
bahasa Arab disebut dengan ummah.12

D. FATKHU MAKKAH

Salah satu isi perjanjia udaibiyah menyatakan bahwa sesama suku


diperbolehkan bersekutu baik dengan kaum muslimin maupun dengan kaum
quraisy. Berdasarkan hal itu kaum muslimin bersekutu dengan bani khuza’ah,

11
Zainal Abidin Ahmad, Piagam Nabi Muhammad SAW. Konstitusi Negara yang Pertama di
Dunia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 93.
12
Imam Amrusi Jailani, Piagam Madinah: Landasan Filosofis Konstitusi Negara Demokratis, vol.
6, no. 2, 2016, hlm. 282
sedangkan kaum quraisy bersekutu dengan kaum bakar. Karena suatu
permasalahan, bani bakar menyerah bani khuza’ah. Mereka membunuh beberapa
orang bani khuza’ah dan memporak-porandakan desa mereka. Keadaan lebih parah
lagi ketika kaum quraisy membantu bani bakar. Kejadian tersebut telah melanggar
perjanjian udaibiyah yang isinya "Dengan nama Tuhan. Ini perjanjian antara
Muhammad dan Suhail bin 'Amru, perwakilan Quraisy. Tidak ada peperangan
dalam jangka waktu sepuluh tahun. Siapapun yang ingin mengikuti
Muhammad, diperbolehkan secara bebas. Dan siapapun yang ingin mengikuti
Quraisy, diperbolehkan secara bebas. Seorang pemuda, yang masih berayah atau
berpenjaga, jika mengikuti Muhammad tanpa izin, maka akan dikembalikan lagi ke
ayahnya dan penjaganya. Bila seorang mengikuti Quraisy, maka ia tidak
akan dikembalikan. Tahun ini Muhammad akan kembali ke Madinah. Tapi tahun
depan, mereka dapat masuk ke Mekkah, untuk melakukan tawaf disana selama tiga
hari. Selama tiga hari itu, penduduk Quraisy akan mundur ke bukit-bukit. Mereka
haruslah tidak bersenjata saat memasuki Mekkah".

Tetapi mereka telah melanggarnya. Setelah kejadian itu bani khuza’ah masuk
dalam golongan Nabi Muhammad. Tidak lama setelah itu bani bakar dan suku
quraisy membuat berbagai macam kekacauan sampai akan merobohkan ka’bah.
Peristiwa demi peristiwa berlalu dan akhirnya mereka berdamai. Ketika Allah telah
menaklukkan Mekkah utnuk Rasulullah dan kaum muslimin, penduduk Mekkah
bisa membuka mata mereka untuk menerima kebenaran. Mereka akhirnya
menyadari bahwa tidak ada jalan kebenaran selain Islam.

Mereka pun masuk Islam dan berkumpul untuk menyatakan baiat. Rasulullah
duduk di Shafa untuk membaiat mereka. Sementara Umar bin Khatab berada di
bawah beliau, memegang tangan orang-orang yang berbaiat.

Di dalam kitab al-Madarik disebutkan bahwa seletah beliau selesai membaiat


kaum laki-laki, beliau juga membaiat kaum wanita.
Rasulullah berada di Mekkah selama sembilan belas hari. Selama itu Nabi
memperharui simbol-simbol Islam dan menyampaikan petunjuk kepada orang-
orang. Nabi juga memerintahkan Abu Usaid Al-Khuza’i untuk memperharui
beberapa bagian di Tanah Suci. Rasulullah mengirimkan beberapa kelompok orang
untuk mendakwahkan ajaran Islam serta merobohkan semua berhala di sekitar
Mekkah.

Anda mungkin juga menyukai