soal
uts sejarah peradaban islam.
1.Coba andajelaskan apa itusejarah peradaban islam,ada atau tidak manfaat mempelajari sejarah peradaban islam
Ditinjau daris ifat sejarah itu sendiri?
2.Coba anda jelaskan ruang lingkup sejarah dibawah ini:
-sejarah sebagai peristiwa
-sejarah sebagai kisah
-sejarahsebagai ilmu
-sejarah sebagai seni.
3.Bagaimana kondisi dunia arab menjelang kelahiran nabimuhammadSAW,dan bagaimana pula kondisi bangsa arab
Setelah fathul makkah(penakluk kan kota mekkah).
4.Silahkan anda kisahkan bagaimana sejarah awal nabi muhammad SAW,dimulai kelahirannya sampai nabi diberikan
Wahyu alquran.
5.Apa tujuan nabi muhammad SAW hijrah dari mekkah kemadinah,dan mengapa nabi kembali lagi ke kota mekkah?
JAWABAN.....
1. Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu syajaratun yang memiliki makna yaitu pohon. Dalam dunia barat di
sebut histoire (Perancis). Historie (Belanda), history (Inggris). Sejarah berasal dari bahasa yunani yakni istoria,
yang memiliki arti ilmu yaitu adanya penelitian, karena sejarah dapat di uji dengan penelitian agar menemukan
bukti. Dalam pengertian lain, sejarah adalah catatan berbagai peristiwa yang terjadi pada masa lampau (event in
the past ). Dalam pengertian lebih seksama, sejarah adalah kisah dan peristiwa masa lampau bagi umat
manusia.
Peradaban islam adalah terjemahan dari kata Arab, yaitu Al-Hadharah Al-Islamiyah. Kata Arab ini sering juga
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan pengertian kebudayaan Islam. Kebudayaan dalam bahasa
Arab adalah Al-Tsaqah. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan mengenai semangat mendalam suatu masyarakat.
Sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban.
Sedangkan, peradaban kebudayaan lebih direflesikan dalam seni, sastra religi dan moral. Maka peradaban
terefleksi dalam politik, ekonomi serta teknologi.
Ada.
Manfaat dari mempelajari peradaban islam, yakni sejarah memiliki nilai dan arti penting yang bermanfaat bagi
kehidupan umat manusia. Hal tersebut dikarenakan sejarah menyimpan atau mengandung kekuatan yang dapat
menimbulkan dinamisme dan melahirkan nilai-nilai baru bagi perkembangan kehidupan manusia. Serta dengan
mengkaji sejarah peradaban islam, kita dapat memperoleh informasi tentang aktifitas peradaban Islam dari
zaman Rasulullah sampai sekarang, contohnya mulai dari pertumbuhan, perkembangan, kemajuan, kemunduran
serta kebangkitan kembali agama Islam.
Selain itu dengan mempelajari sejarah peradaban Islam, kita juga diharapkan dapat memiliki keinginan untuk
melakukan pembangunan dan pengembangan peradaban Islam serta dapat pula menyelesaikan problematika
peradaban Islam pada masa kini dan dapat memunculkan sikap positif terhadap berbagai perubahan sistem
peradaban Islam yang akan mendatang.
2. Sejarah sebagai PERISTIWA maksudnya adalah bahwa sejarah dipandang sebagai kejadian atau peristiwa yang
faktual atau benar-benar nyata terjadi dan berlangsung di masa yang lampau.
Sejarah dikatakan sebagai kisah karena sejarah adalah kejadian-kejadian pada masa lalu yang kemudian
dibangun kembali. Kejadian-kejadian itu kemudian disusun secara ilmiah berdasarkan fakta-fakta pada masa
tersebut
Sejarah sebagai ilmu adalah penelitian dan pengembangan Sejarah dilakukan dengan pendekatan metode
ilmiah. Jawaban panjang: Kita bisa mendefinisikan Sejarah sebagai ilmu karena penyelidikan dan penelitian
Sejarah menggunakan metode ilmiah, dengan pengujian hipotesis empiris yang diverifikasi
Pengertian sejarah sebagai seni adalah penjelasan sejarah yang melibatkan imajinasi, keindahan, emosional,
dan gaya. Pembahasan dengan kata lain Sejarah berperan sebagai seni sangat terkait sekali dengan cara
penulisan sejarah itu sendiri.
4. Nabi Muhammad merupakan tokoh penting dalam sejarah agama Islam. Bahkan dapat dikatakan, seluruh umat
muslim pasti sudah mengenal sosok seorang nabi dengan segala kebaikan dan kerendahan hatinya ini.
Beliau pun disebut sebagai utusan Allah yang menjadi tauladan seluruh umat muslim di dunia. Baik dari zaman
kenabian hingga zaman modern saat ini.
Nabi Muhammad SAW sendiri merupakan nabi paling akhir yang diutus Allah untuk menuntun umat di dunia.
Di mana Allah menjadikan Nabi Muhammad sebagai nabi penutup dan tidak ada lagi nabi setelahnya yang
menjadi utusan Allah.
Hal inilah yang menyebabkan Nabi Muhammad mempunyai sebutan sebagai Khataman Nabiyyin, atau nabi
paling akhir. Sebagai utusan Allah paling akhir, Nabi Muhammad menyempurnakan ajaran Allah yang telah
disampaikan oleh nabi-nabi sebelumnya.
Seperti dilansir dalam situs Nu.or.id, sebagai nabi terakhir, perjalanan Nabi Muhammad tidak lepas dari upaya
menyeru seluruh umat manusia agar beribadah kepada Allah dan menunjukkan mereka jalan yang lurus dalam
urusan dunia maupun akhirat.
Sama seperti nabi-nabi sebelumnya, Nabi Muhammad pun mendapatkan wahyu yang luar biasa dari Allah SWT.
Namun kali ini, Allah memberikan wahyu berupa petunjuk bagi Nabi Muhammad untuk membaca kitab suci Al-
Quran agar terang dalam menjalani kehidupan.
Selain wahyu yang diberikan, kisah Nabi Muhammad yang lain juga tidak kalah menarik untuk disimak. Mulai
dari kelahiran Nabi Muhammad sendiri hingga kisah meninggalnya utusan Allah yang mulia ini.
Kisah Nabi Muhammad pertama datang dari riwayat kelahiran Nabi Muhammad sendiri. Seperti diketahui,
kelahiran Nabi Muhammad bertepatan dengan peristiwa pasukan gajah yang tengah berusaha merobohkan
Ka’bah.
Pada saat itu, Allah mengirimkan burung-burung ababil untuk menjatuhkan batu-batu pembawa wabah penyakit
kepada pasukan Gajah yang sedang berupaya menghancurkan tempat suci dan bersejarah umat Islam, Ka’bah.
Di tahun Gajah inilah, Nabi Muhammad lahir di Makkah, dan besar sebagai anak yatim karena Ayah Nabi
Muhammad, Abdullah telah wafat sebelum Nabi Muhammad lahir. Nabi Muhammad dididik dan dibesarkan
oleh seorang ibu yang mulia, yaitu Aminah.
Setelah beberapa waktu bersama sang ibu, kemudian Nabi Muhammad dibesarkan oleh kakeknya yang bernama
Abdul Muthalib. Namun tak berselang lama, setelah dua tahun bersama sang kakek tercinta, Nabi Muhammad
harus rela ditinggalkan kakek yang turut membesarkannya.
Pada usia delapan tahun setelah kepergian sang kakek, Nabi Muhammad kemudian diasuh oleh pamannya, Abu
Thalib. Meskipun hidup fakir atau kesulitan dalam mencukupi kebutuhan hidup, namun Abu Thalib adalah
seorang dermawan yang rajin berbagi dan bersedekah kepada sesama.
Meskipun dalam keadaan sulit, namun Nabi Muhammad dapat tumbuh dan berkembang dengan baik bersama
pamannya.
Apa pun alasannya, keputusan menerima gencatan senjata dan kembali lagi ke Mekkah pada tahun berikutnya
ternyata menjadi momen paling menentukan dalam permusuhan Mekkah versus Madinah. Saat penduduk Mekkah
melihat rasa hormat dan pengabdian yang dimiliki musuh mereka, tampaknya sudah sedikit keinginan mereka
untuk terus mendukung perang.
Faktanya, menurut Karen Armstrong dalam Muhammad: Prophet for Our Time (2006), setahun setelah musim
ziarah itu, pada 10 Ramadan, 8 Hijriah (630 M), dia kembali lagi bergerak menuju Mekkah. Kali ini dengan
sepuluh ribu orang di belakangnya, hanya untuk menemukan penduduk kota menyambutnya dengan tangan terbuka
(hlm. 184).
Setelah menerima penyerahan Mekkah, Muhammad menyatakan amnesti massal bagi sebagian besar musuh-
musuhnya, termasuk orang-orang yang telah melawannya dalam pertempuran. Dengan hukum kesukuan yang
berlaku, alih-alih kaum Quraisy menjadi budaknya, Nabi malah menyatakan bahwa semua penduduk Mekkah
(termasuk semua budak) dibebaskan. Hanya enam pria dan empat perempuan yang dihukum mati karena alasan
bermacam kejahatan yang pernah mereka lakukan, dan tak seorang pun dipaksa masuk agama Islam.
Semua orang Mekkah juga harus mengambil sumpah setia tidak akan berperang lagi melawan Nabi. Di antara
orang Quraisy terakhir yang mengambil sumpah itu ada Abu Sufyan dan istrinya, Hindun. Saat secara resmi masuk
Islam, mereka berdua bahkan tetap bangga dengan kepercayaannya terdahulu dan dengan terang-terangan
menabalkan rasa jijik terhadap Muhammad dan “kepercayaannya nan picik” (hlm. 185-186).
Ketika semuanya selesai, Muhammad pun berjalan menuju Kakbah. Menurut Lesley Hazleton dalam The First
Muslim: The Story of Muhammad (2013), dengan bantuan sepupu dan menantunya, Ali, Nabi Muhammad
mengangkat tabir berat yang menutupi pintu Kakbah dan memasuki bagian dalamnya. Satu persatu, dia bawa
berhala-berhala di dalam Kakbah ke hadapan kerumuman, mengangkatnya tinggi-tinggi ke atas kepala, lalu
membantingnya ke tanah.
Berbagai berhala dewa dan nabi, seperti Ibrahim yang memegang tongkat magis, dihanyutkan dengan air
Zamzam; semuanya, kecuali patung yang menggambarkan Isa dan ibunya, Maryam. Muhammad menaruh patung
itu di tangannya dengan rasa hormat, sambil berkata, “Buang semuanya, kecuali yang ada di tanganku ini” (hlm.
287).
Sesaat kemudian, Muhammad membawa keluar berhala yang mewakili dewa utama Hubal. Abu Sufyan
menyaksikannya. Nabi menghunus pedang dan menghancurkannya sampai berkeping-keping, mengakhiri
penyembahan dewa pagan Mekkah untuk selamanya.