NIM : 1192090100
Kelas : 3C/PGMI
Sejarah Pendidikan Islam terdiri dari tiga kata, yang pertama adalah sejarah. W.J.S
Poerwadarminta mengemukakan, bahwa sejarah mengandung tiga pengertian, yaitu kesusastraan
lama: silsilah, asal usul; kejadian dan peristiwa yang benar-bernar terjadi pada masa lampau.
Ilmu sejarah dapat diartikan sebagai upaya merekontruksi peristiwa atau kejadian masa lalu
dengan menggunakan berbagai sumber, berupa data dan fakta yang dapat dipercaya dan disusun
secara sistematis dengan mengunakan metode tertentu. Yang kedua adalah Pendidikan. Dalam
Bahasa arab, kata Pendidikan merupakan terjemahan dari kata al-tarbiyah yang dapat diartikan
proses menumbuhkan dan mengembangkan potensi yang terdapat pada diri seseorang baik
secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual. Dan yang ketiga adalah Islam. Islam adalah agama
para rasul dan nabi seluruhnya. Dari sejak Adam dan Hawa hingga risalah Nabi Muhammad
SAW, yang menjadi pamungkas risalah Allah SWT.
Pendidikan Islam yaitu suatu proses bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan
jasmani, rohani, dan akal peserta didik kearah terbentuknya pribadi muslim yang baik. Dalam
khazanah pemikiran pendidikan Islam, terdapat banyak istilah yang digunakan oleh ulama dalam
memberikan pengertian tentang pendidikan Islam. Langgulung dalam Muhaimin menyebutkan
bahwa pendidikan Islam setidaknya tercakup dalam delapan pengertian, yaitu; altarbiyahal-
diniyah (pendidikan keagamaan), ta‟lim al-din (pengajaran agama), al-ta‟lim al-diny (pengajaran
keagamaan), al-ta‟lim al-Islamy (pengajarang keIslaman), tarbiyah al-muslimin (pendidikan
orang Islam), al-tarbiyah fi al-Islam (pendidikan dalam Islam), al-tarbiyah „inda almuslimin
(pendidikan dikalangan orang-orang Islam), dan al-tarbiyah alIslamiyah (pendidikan Islami).
Akan tetapi, para ahli pendidikan biasanya lebih menyoroti istilah tersebut dari aspek perbedaan
tarbiyah dan ta’lim.Sejarah pendidikan Islam adalah sejarah atau kejadian pada masa lampau
yang terjadi pada zaman Rasulullah yang muncul dan berkembang seiring dengan kemunculan
Islam itu sendiri, yang kemudian perkembangan selanjutnya pada masa Khulafaur Rasyidin,
Bani Ummayah dan Abbasyiah sampai jatuhnya kota bagdad dan lenyapnya khalifah Islam yang
terakhir di Istambul.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup sejarah pendidikan islam itu berawal dari sejarah pendidikan islam yang
bermula sejak zaman Nabi Muhamad SAW sampai saat ini yang telah berkembang diberbagai
negara di dunia khususnya di Indonesia. Seperti contoh sejarah pendidikan islam yang dibawa
oleh para wali songo ke Indonesia, tokoh-tokoh dan perjalanan serta perjuangan dari KH.Hasyim
Asy’ary, KH.AhmadDahlan, Buya Hamka, Mahmud Yunus dalam upaya pembangunan
pendidikan islam dan berbagai kendala yang dihadapi dalam menyebarkan pendidikan islam
serta keterlibatannya dengan pemerintah dalam mengembangkan pendidikan islam.
Menelusuri proses pendidikan Islam secara khusus dapat dilihat dari sejarah mulai diutusnya
Muhammad saw menjadi utusan Allah swt kepada bangsa Arab. Dan secara umum dimulai
ketika lahirnya Muhammad saw di sekitar abad ke 600 M atau tepatnya pada hari Senin 12
Rabi’ul Awwal, awal tahun Gajah bertepatan dengan 20 April 571 M. Keterangan yang lain
menyebutkan pada 17 Rabi’ul Awwal 570 M di Makkah (penulis lebih cenderung pada
keterangan terakhir karena lebih populer di kalangan ahli sejarah Islam).Sebelum menjadi
utusan, Muhammad saw telah melewati jalan-jalan, pengalaman, dan peristiwa konkrit yang dari
padanya merupakan persiapan-persiapan yang dirancang Allah swt untuk menjadikan
Muhammad saw sebagai seorang pendidik bagi pengikutnya di tanah Arab
Seperti yang diungkapkan Ibrahim Amini bahwa“para utusan Tuhan layaknya para guru
sekolah. Yang satu diutus sesudah yanglainnya untuk mengajak manusia berserah diri di hadapan
Allah swt”.Daritanah Arab, berkembanglah Islam ke seluruh penjuru dunia, tidak ada sudut
negeri di dunia ini yang tidak terjangkau oleh Islam. Dalam proses penyebaran dan
pengembangan Islam, tentunya tidak dapat dilepaskan dari pendidikan dan pengajaran Islam itu
sendiri. Dengan kata lain, Islam dan pengajaran serta pendidikan adalah dua hal yang menyatu.
Islam sebagai ajaran harus disampaikan kepada manusia sebagai penerima dan kemudian
diberikan pembinaan yang terus-menerus dilakukan oleh si-penyampai pesan kepada si-penerima
pesan. Dalam konteks pendidikan, penyampai pesan sekaligus pembina disebut guru atau
pendidik dan penerima pesan sekaligus yang dibina sebut sebagai murid atau siswa. Jadi, untuk
melihat proses perkembangan pendidikan Islam, maka harus ditinjau sejak berprosesnya
Muhammad saw dalam lingkungan belajarnya di masyarakat Arab saat itu yaitu sebelum menjadi
rasul. Dimana, disetiap aspek dari pengalaman, peristiwa yang dilalui oleh Muhammad saw
sebelum menjadi rasul mempunyai hikmah yang dalam. Jauh ke masa depan dapat di simpulkan
bahwa persiapan-persiapan itu adalah untuk menjadikan Muhammad saw sebagai seorang
pendidik untuk masyarakat Quraisy jahiliyah. Dari kesan itu dapat disebut bahwa seorang
pendidik harus lebih sempurna dan mulia atau dengan kata lain lebih bersih jiwanya dari unsur
kemaksiatan dan perilaku maksiat kepada manusia apalagi kepada Allah swt ketimbang orang
yang dibina atau dididik. Walaupun ada kehendak dari langit (Allah swt) bahwa Muhammad saw
akan menjadi seorang rasul, dalam diri Nabi Muhammad saw sendiri punya keinginan supaya
bisa memperbaiki kondisi masyarakat Quraisy di suatu saat nanti. Bentuk keinginan tersebut
menjadi kuat ketika Muhammad saw sering menyendiri ke gua Hira. Selain keinginan untuk
mendapatkan petunjuk dari Sang Mahakuasa, juga sebagai upaya meminimalisir kemungkinan
terkontaminasi dari pengaruh-pengaruh negatif kehidupan sosial masyarakat arab jahiliyah yang
bobrok itu.
Selain itu, sekaligus meminta petunjuk kepada Tuhan agar diberi petunjuk cara memperbaiki
kondisi masyarakatnya. Petunjuk yang dimaksud ialah menurunkan kurikulum (wahyu) yang
jelas, memuat langkah-langkah yang dilakukan terhadap kaumnya. Materi ini menanamkan
pentingnya selalu menjaga hubungan dan kedekatan dengan Tuhan yang Haqsetelah letih berfikir
dan bekerja untuk manusia. Supaya selalu ingat bahwa manusia makhluk lemah dan perlu
pertolongan dari Allah swt untuk menyelesaikan tugas-tugas besar mengajarkan manusia kepada
ketauhidan. Melihat semua pengalaman Muhammad saw dalam berbagai peristiwa yang
kompleks itu, merupakan proses membentuk kepribadian Muhammad saw menjadi seorang
pendidik. Karena yang berproses adalah calon seorang rasul, maka pendidikan yang disetting
sedemikian rupa sehingga sempurna outcomenya. Bisa dikatakan, bahwa guru/pendidik masa itu
hampir tidak ada, maksud pendidik di sini ialah minimal orang lurus fitrahnya kepada agama
Allah swt.
Namun semangat mereka tidak kuat dan secemerlang nabi Muhammad saw dan para sahabat
di kemudian hari. Selain semangat yang kurang kuat, kemurnian ajaran Ibrahim yang
merekayakini kurang jelas konsepnya. Disebabkan ketiadaan guru atau pendidik, maka Allah swt
langsung menjadi guru Muhammad saw, melalui peristiwa, pengalaman pahit atau senang.
Maka, sejarah pendidikan dalam Islam dapat ditemukan sejak berprosesnya Muhammad saw
sebagai manusia biasa di dalam hiruk-pikuk masyarakat Jahiliyah menjadi seorang nabi. Nabi
yang sekaligus rasul tersebut akan menjadi seorang guru atau pendidik manusia di belakang hari
adalah gambaran bahwa seorang pendidik harus mempunyai pendidikan yang lebih tinggi serta
mempunyai sifat-sifat khusus seperti; berempati tinggi, lemah-lembut, amanah, cerdas,
terpercaya, bertanggung jawab, bijaksana, berani, setia kawan, visioner, humanist, tegas, mulia
dan tinggi derajatnyadari yang dibina atau dididik. Boleh dikatakan periode sebelum menjadi
utusan adalah fase pembinaan “rasa”. Rasa merupakan bagian dari akal manusia selain budi dan
daya pikiryang harus dikembangkan oleh pendidikan Islam. Adapun prinsip pendidikan Islam
adalah pendidikan untuk mencerdaskan akal.
Dengan demikian pengertian yang dikandung oleh istilah akal adalah fikir dan rasa. Ia
terbagi dalam dua segi dan tiap segi berpotensi untuk bekerja sendirian. Tapi dalam bentuknya
yang penuh atau dalam wujudnya yang lengkap, akal adalah jalinan kerja budi dan kalbu,
kerjasama fikir dan rasa. Berdasarkan argumen yang disebutkan di atas menunjukan bahwa
pendidikan yang dilalui Muhammad saw periode pra kenabian adalah pendidikan rasa yang
merupakan bagian dari jalinan kesempurnaan akal manusia itu.Kalau dicermati sifat-sifat yang
muncul dari hasil belajar Muhammad saw, sebagian termasuk kelompok yang muncul oleh rasa
sepertiempatitinggi kepada orang lain, lemah-lembut, amanah, cerdas, terpercaya, bertanggung
jawab, bijaksana, berani,setia kawan, visioner, dan humanist.Ternyata, pembinaan dan
pendidikan rasa oleh Muhammad saw melalui waktu lebih panjang dari usianya.
Pola pendidikan Muhammad saw bila mengacu kepada ruang lingkup pendidikan
modern, yaitu ; sekolah, keluarga dan teman sebaya atau lingkungan masyarakat dimana ia
tinggal, maka Muhammad saw adalah produk satu ranah pendidikan saja yaitu lingkungan
masyarakat. Pendidikan masyarakat yang dilalui Muhammad saw lebih menekankan aspek rasa
atau afektive (dalam bahasa modernnya). Pada tahap pendidikan dasar Muhammadsaw
dikhususkan atau difokuskan pada pembinaan rasa atau emotional question (EQ).Dari keterangan
di atas, sudah semestinya kita lebih memberdayakan aspek rasa atau afektive untuk porsi yang
lebih banyak, mulai Taman Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA),
ketimbang hanya menekankan pada budi pikir atau kognitif.
Menurut pendapat Al-Qobis (wafat 936/1012M) mengutip pendapat Hasan Abd al-Ali
mengatakan sesuai pendapat Ikhwan al-Shafa pengetahuan hanya bisa diperoleh dari kepekaan
perasaan, belum berdasar kekuatan akal. Metode partisipatoris, demonstrasidan role playing
cocok digunakan dengan banyak belajar di luar kelas ketimbang dalam kelas formal seperti yang
biasa dilaksanakan selama ini. Bisa dikatakan pendidikan persiapan Muhammad saw sebelum
jadi guru (utusan Allah swt) untuk manusia dibutuhkan waktu 40 tahun untuk
mendidik/membina potensi rasa atau Emotional Quetion. Sehingga kepribadian beliau sangat
sempurna dan mem-punyai daya tarik yang hebat terhadap manusia hingga hari ini.Kalau dilihat
masa pendidikan Muhammad saw selama 40 tahun dengan usianya 63 tahun, maka, 23 tahun saja
Muhammad saw dididik oleh Allah swt pada aspek Intelectual Quetion (IQ). Kenapa
dikelompokkan kepada pendidikan aspek kognitif karena beliau belajartidak hanya dengan
pengalaman semata, akan tetapi telah ada materi (wahyu) sebagai panduan belajar lebih lanjut,
sedang masa sebelumnya pendidikan hanya berlangsung dari pengalaman hidup seperti diuraikan
di atas. Apabila ditinjau dari pengaruh pribadi yang ditinggalkan atau yang melekat kepada para
sahabat beliau sebagai murid-muridnya, maka pengaruh kepribadian beliau yang lembut,santun
dan mulia tersebut masih menggema kuat dalam relung-relung zaman hingga saat ini. Ini
membuktikan ternyata aspek pendidikan dengan menggunakan pendekatan “rasa” sangat efektif
sekali dalam membetuk pribadi-pribadi seperti sang pendidik utama, yakniMuhammad saw
Ada tiga jenis periodesasi yang paling umum dan digunakan didalam kajian Sejarah
Pendidikan Islam. Yang pertamaadalah periodesasidengan yangmengacu pada pergantian
kekuasaan. Dalam model ini periodisasi perkembangan islam dibagi;
Yang kedua adalah Model periodesasiini lebih mengacu pada satuan Waktu yang dilalui
sejarah peradaban Islam secara umum. Periodisasi ini juga sama dengan pendapat
Menurut Harun Nasution, secara garis besar membagi sejarah islam kedalam tiga periode,
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan islam sama tuanya dengan islam ke
Indonesia, dan tentu tidak lepas dari sejarah islam pada umumnya. Karena itulah periodisasi
sejarah pendidikan islam berada dalam periode-periode sejarah islam itu sendiri. sehingga
pendidikan islam dilaksanakan dalam rangka menyahuti kehendak islam pada masa itu dan masa
yang akan datang.Sementara itu kegiatanpendidikan islam di Indonesia yang lahir dan tumbuh
serta berkembang bersamaan dengan masuknya dan berkembangnya islam di Indonesia. Oleh
karena itu, periodisasi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia mengalami beberapa periode
diantaranya;
1.)Periode masuknya Islam ke Indonesia
6.)Periode kemerdekaan I
7.)Periode kemerdekaan II
masing peradaban ini memiliki karakter yang berbeda sehingga produk yang “dihasilkan” pun
saling memilik
Pada masa Bani Umayyah ilmu-ilmu yang dikembangkan yaaitu kedokteran, filsafat, astronomi,
ilmu pasti, sastra, dan seni.Pada masa ini juga telah ada tingkat pengajaran yaitu Kuttab, tempat
anak-anak belajar menulis dan membaca, menghafal al-quran, serta belajar pokok-pokok
agama.Setelah itu mereka meneruskan ke masjid.
Para ilmuan, para seniman, dan para ulama mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang
dikuasainya serta mampu melakukan kaderisasi ilmu. Di antara ilmu pengetahuan yang
berkembang pada masa ini adalah :
a. Ilmu agama, seperti: Al-Qur’an, Haist, dan Fiqh. Proses pembukuan Hadist terjadi pada
masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz sejak saat itulah hadis mengalami perkembangan
pesat.
b. Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup,
kisah, dan riwayat. Ubaid ibn Syariyah Al Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa
sejarah.
c. Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segla ilmu yang mempelajari bahasa, nahu, saraf,
dan lain-lain.
d. Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti
ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta
ilmu kedokteran.
Pola pendidikan pada Bani Umayyah telah berkembang jika dilihat dari segi pengajaraannya,
meskipun sistemnya masih sama seperti pada masa Rasulullah dan Khulaafaur Rasyiddin.
Zaman pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah dikenal sebagai zaman keemasan dan kejayaan
islam, di mana secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan cinta ilmu
pengetahuan, sekaligus merupakan pusat kekuasaan politik dan agama. Di sisi lain, kemakmuran
masyarakat pada saat ini mencapai tingkat tertinggi. Pada masa ini pula umat islam banyak
melakukan kajian kritis terhadap ilmu pengetahuan sehingga berhasil menyiapkan landasan bagi
perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Dinasti Bani Abbasiyah menyumbang pesan penting dalam soal alih bahasa atau terjemahan,
penerjemah karya-karya penting sebenarnya sudah dimulai sejak pertengahan Dinasti Bami
Umayyah.Sejak upaya penerjemahan meluas dan sekaligus sebagai hasil kebangkitan ilmu
pengetahuan. Banyak kaum muslimin mulai mempelajari ilmu-ilmu itu langsung dalam bahasa
Arab, sehingga muncul sarjana-sarjana muslim.
2) Periode pertumbuhan pendidikan Islam, yaitu pada masa Rasulullah Saw. sampai masa Bani
Umayyah.
3) Periode kejayaan pendidikan Islam, yaitu pada masa Abbasiyah sampai dengan jatuhnya
Baghdad diwarnai dengan timbulnya madrasah dan puncak budaya Islam.
4) Periode kemunduran pendidikan Islam, yaitu jatuhnya Baghdad sampai dengan jatuhnya
Mesir ke tangan Napoleon.
5) Periode pembaharuan pendidikan Islam, yaitu pada masa Mesir dipegang oleh Napoleon
sampai dengan kini.
Dari periodisasi di atas dapat diasumsikan bahwa pembahasan ini berada pada periode kedua,
yaitu pada masa Umayah sampai dengan jatuhnya Baghdad.
Pada zaman pemerintahan bani umayyah, ummat islam sudah mempunyai semacam lembaga
pendidikan Islam yang di sebut “kuttab “. Para guru yang mengajar di kuttab ini pada mulanya
adalah orang-orang nonmuslim, terutama orang-orang yahudi dan nasrani. Karena itulah, bagi
umat islam, pengajaran kuttab itu hanya sebagai tempat belajar keterampilan membaca dan ,
menulis saja, sedangkan pengajaran al-quran dan dasar agama islam di berikan dan di ajarkan di
masjid-masjid oleh para guru khusus. Selanjutnya, untuk kepentingan pengajaran menulis dan
membaca bagi anakanak, yang sekaligus memberikan pelajaran al-quran dan dasar-dasar
pengetahuan agama islam, di adakanlah kuttab-kuttab yang terpisah dari masjid
agar anak-anak tidak mengganggu.
Pada kesempatan selanjutnya, yaitu pada abad ke-5 Hijriah atau 11Masehi, adalah masa di
mana sejarah mencatat terjadinya konflik antara kelompok -kelompok keagamaan dalam Islam.
Ketetapan awal untuk membina lembaga pendidikan dalam hal ini madra sah ialah karena suatu
pertimbangan bahwa untuk melawan Syi’ah tidak cukup dengan kekuatan senjata, melainkan
juga harus dengan melalui penanaman ideologi yang dapat melawan ideologi Syi’ah. Ini pula
yang melatarbelakangi lahirnya madrasah dengan tujuan untuk melawan pengaruh Syi’ah dan
memperkuat posisi Sunni. Walaupun ada faktorfaktor lainnya yang melatarbelakangi lahirnya
madrasah.
Pada umumnya, pendirian sebuah madrasah oleh seseorang atau kelompok akan mengandung
konsekuensi independensi, sehingga pendiri madrasah dapat mengontrol aktivitas institusi yang
dibangunnya secara leluasa.
2. Fenomena madrasah
Madrasah berasal dari “darasa “ yang berarti “ tempat duduk untuk belajar”. Istilah madrasah ini
sekarang telah menyatu dengan istilah sekolah atau perguruan (terutama islam). Madrasah
(bahasa Arab) yang akan dibicarakan pada bagian ini berbeda dengan madrasah (bahasa
Indonesia) yang merupakan lembaga pendidikan dasar dan menengah. Di sini madrasah
didefinisikan sebagai lembaga pendidikan tinggi yang secara luas berkembang di Dunia Islam
pra modern sebelum era universitas (al-Jami’ah).
3) Ketika bangsa Turki mulai berpengaruh dalam pemerintahan Bani Abasiyah dan dalam rangka
mempertahankan status .Mereka berusaha menarik hati dengan berusaha memperhatikan
pendidikan dan pengajaran guru-guru digaji dan diberi fasilitas yang layak;
4) Sebagai kompensasi dari dosa yang mereka lakukan juga berharap ampunan dan pahala dari
Tuhan karena mereka sering melakukan maksiat;
5) Ketakutan akan tidak dapat mewariskan harta kepada anak- anaknya. Dengan demikian,
mereka membuat wakaf pribadi yang dikelola oleh keluarga;
6) Usaha mempertahankan dan mengembangkan aliran keagamaan dari para pembesar agama
Tampak tampak dalam berbagai bentukvyang bervariasi. Baik bersifat umum seperti masjid
maupun yang khusus. Pada abad ke-4 H dikenal beberapa sistem pendidikan.Hasan Abdul Al-’Al
mengemukakan lima sistem dengan klasifikasi sebagai berikut: sistem pendidikan Mu’tazilah,
sistem pendidikan Ikhwan Al-Shafa, sistem pendidikan bercorak filsafat,sistem pendidikan
bercorak tasawuf, dan sistem pendidikan bercorak fiqih.
5. Lahir dan berkembang nya madrasah di Indonesia
3) Adanya sikap mental pada sementara golongan ummat islam, khususnya santri yang terpukau
pada barat sebagai sistem pendidikan modren dari hasil akulturasi.
Ada juga faktor yang melatar belakangi lembaga pendidikan islam yang ada di indonesia, sekitar
permulaan abad ke-20, dan secara garis besar di kelompokkan kepada dua hal yaitu: keadaan
bangsa indonesia dan faktor kondisi luar negeri.
Islam masuk ke indonesia sekitar abad 7-8M. Kondisi ummat dan ajaran islam yang ada di
indonesia berbeda dengan negara-negara islam lainya. Sebelum islam datang, di indonesia sudah
terbentuk pola-pola kebudayaan non-muslim, terutama hindu dan budha, termasuk animisme dan
dinamisme
Tidak bisa di pungkiri bahwa sistem pendidikan dan pengajaran islam pada masa lalu, terutama
pesantren yang bersifat tradisional masih terdapat banyak kelemahan, terutama menyangkut
sistem yang terdapat
di dalam Namun demikian, peran pesantren dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
tidaklah di ragukan dan pesantren merupakan satusatunya lembaga pendidikan yang ada pada
waktu itu(sebelum abad ke-20).Pada awal ke-20, sistem pendidikan model madrasah
bermunculan, sebagaimana halnya pesantren
2. Faktor kondisi luar negeri
Keberadaan dunia islam terutama abad ke-19 sebagian besar berada di bawah kekuasaan
penjajahan barat, menghadapi keadaan demikian, tampaknya ummat islam terbagi dalam tiga
kelompok dengan sikap yang berbeda.
Perpaduan antara sistem pada pondok pesantren atau sistem yang berlaku pada sekolah-sekolah
modern merupakan sistem pendidikan dan pengajaran yang dipergunakan di madrasah. Proses
perpaduan tersebut berangsur-angsur dan mengikuti sistem klasikal. Sistem pengajian kitab yang
selama ini dilakukan, di ganti dengan bidang-bidang pelajaran tertentu, walaupun masih
menggunakan kitab-kitab yang lama.
Kurikulum madrasah dan sekolah–sekolah agama masih mempertahankan agama sebagai mata
pelajaran pokok, walaupun dengan persentase yang berbeda. Pada waktu pemerintah republik
indonesia, kementerian agama yang mengadakan pembinaan dan pengembangan terhadap sistem
pendidikan madrasah melalui kementrian agama, merasa perlu menentukan kriteria madsarah.
Kriteria yang di tetapkan oleh menteri agama untuk madrasah-madrasah yang berada dalam
wewenangnya adalah harus memberikan pelajaran agama sebagai mata pelajaran pokok, paling
sedikit 6 jam seminggu.
Pengetahuan umum yang di ajarkan dimadrasah adalah:
2) Berhitung.
3) Ilmu bumi.
Menurut peraturan menteri agama nomor I tahun 1946 dan peraturan menteri agama nomor 7
tahun 1950, madrasah mengandung makna.
a. Tempat pendidikan yang di atur sebagai sekolah dan membuat pendidikan dan ilmu
pengetahuan ilmu agama islam menjadi pokok pengajarannya.
b. pondok dan pesantren yang memberi pendidikan setingkat dengan madrasah.Sistem dan isi
madrasah di upayakan adanya penggabungan antara Sistem pesantren dengan sekolah umum.
Madrasah sebagai perpaduan antara pendidikan sistem pondok yang khusus mengajarkan agama
islam dengan sistem pendidikan yang mengajarkan ilmu umum.
1. Rumah
Pada masa ini Rasulullah rumah sebagai alat untuk menyampaikan ceramah pada berbagai
tempat. Pada masa ini pendidikan termasuk kedalam pendidikan yang informal. Maksudnya
pendidikan itu berlangsung dirumah-rumah. Dirumah juga rasulullah mengajarkan ilmu-ilmu
agama, mengajarkan Al-Qur’an dan yang lainnya.
2. Kuttab
Mekah telah mengenal adanya Lembaga pendidikan rendah yaitu Kuttab. Kuttab berarti tempat
menulis atau tempat dimana dilangsungkannya tulis menulis. Lembaga ini dipandang sebagai
media utama untuk mengajarkan membaca dan menulis Al-Qur’an kepada anak-anak sampai
pada masa Khulafa Al-Rasyidin.
1) Kuttab berfungsi sebagai tempat yang mengkhususkan pada membaca dan menulis
2) Kuttab sebagai tempat pendidikan yang mengajarkan Al_Qur’an dan dasar-dasar keagamaan.
3. Masjid
Masjid sebagai tempat pengetahuan adalah karena dimasjid tempat awal mempelajari ilmu
agama yang baru lahir dan mengenal dasar-dasar, hukumhukum, dan tujuan-tujuannya.
4. Shuffah
Shuffah adalah tempat yang biasa dipakai sebagai tempat pendidikan. Disini para siswa diajarkan
membaca dan menghafal Al-Qur’an secara benar dan hukum islam dibawah bimbingan dari Nabi
SAW. Rasulullah mengangkat Ubaid bin Al-Samit sebagai guru pada sekolah shuffah di
Madinah
b. Lembaga Pendidikan pada Masa Daulah Abbasiyyah (Harun Ar-Rasyid dan Al-
Ma’mun)
Daulah abbasiyyah didirikan oleh keturunan Abbas, paman Rasulullah yaitu Abdullah al-Saffah
bin Muhammad bin Ali bin Abdullah al-Abbas. Daulah abbasiyyah mencapai puncak keemasan
dan kejayaaan pada periode I, yaitu pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid dan Khalifah al-
Ma’mun, digunakan untuk kepentingan sosial seperti lembaga pendidikan.
Al-ma’mun merupakan khalifah yang cinta kepada ilmu dan banyak mendirikan sekolah.
Adapun lembaga-lembaga yang berkembang pada masa Bani Abbasiyyah di masa Harun Ar-
Rasyid dan Al-Ma’mun :
a. Kuttab atau Makrab
Pada masa daulah abbasiyyah kuttab mulai mengajarkan pengetahuan
umum disamping ilmu agama islam, bahkan kuttab dibedakan menjadi 2, yaitu kuttab yang
mengajarkan pengetahuan umum dan kuttab yang mengajarkan ilmu agama.
b. Masjid
Masjid adalah lembaga pendidikan islam yang dapat dikatakan sebagai madrasah yang
berkurikulum besar. Pada masa Bani Abbasiyyah dan masa perkembangan kebudayaan islam,
masjid-masjid yang didirikan oleh para penguasa pada umumnya dilengkapi dengan berbagai
sarana dan fasilitas pendidikan.
c. Toko-toko Buku
Selama masa kejayaan Bani Abbasiyyah, toko-toko buku berkembang dengan pesat seiring
dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan.
d. Majelis
Masjelis digunakan untuk kegiatan transfer keilmuan dari berbagai ilmu, sehingga majelis
memiliki banyak ragam, antara lain :
1) Majelis al-Hadist biasanya diselenggarakan oleh ulama/guru yang ahli dibidang hadist.
2) Majelis at-Tadris, biasanya menunjukan kepada majelis selain daripada hadist, seperti majelis
fiqih, majelis nahwu, atau majelis kalam.
5) Majelis al-Adab, adalah tempat untuk membahas masalah adab yang meliputi puisi, silsilah,
dan laporan sejarah bagi orang-orang terkenal.
6) Majelis al-Fatwa dan al-Nazar, merupakan sarana pertemuan untuk mencapai keputusan suatu
masalah dibidang hukum kemudian di fatwakan.
7) Saloon, suatu majelis khusus yang duadakan oleh khalifah untuk membahas berbagai macam
ilmu pengetahuan.
8) Rumah Sakit, berfungsi sebagai tempat merawat dan mengobati orang sakit, tetapi juga
berfungsi sebagai tempat untuk mendidik tenaga medis yang berhubungan dengan keperawatan
dan pengobatan.
bersifat umum diciptakan pemerintah maupun yang sifatnya khusus yang didirikan oleh ulama.
10) Rumah rumah para ulama, ulama yang tidak mengajar di pendidikan formal maka akan
mengajarkan muridnya dirumah-rumahnya.
11) Madrasah, madrasah sangat diperlukan keberadaannya sebagai tempat untuk menerima ilmu
pengetahuanagama secara teratur dan sistematis.
Pada masa ini masjid menjadi tempat berkumpunya ulama fiqih, khususnya ulama yang
menganut mazhab syiah islamiyah, juga para wazir dan hakim. Mereka berkumpul membuat
buku tentang mazhab syiah islamiyyah yang akan diajarkan kepada masyarakat.fungsinya untuk
memutuskan perkara yang timbul dalam proses pembelajaran mazhab syiah tersebut.
2) Perpustakaan
Perpustakaan memiliki peran yang tidak kecil dibandingkan masjid dalam penyebaran akidah
islamiah dimasyarakat. Untuk itu para khalifah memperbanyak pengadaan berbagai buku ilmu
pengetahuan.
3) Dar’al Ilm
Seperti akademi-akademi yang lain yang ada di Baghdad dan di belahan dunia lain. Lembaga ini
kemudian diberi nama Dar al-Ilm. disinilah berkumpulnya para ahli fiqih, astronom, dokter, ahli
nahwu dan bahasa untuk mengadakan penelitian.
Dalam sejarah islam muncul fenomena menarik dalam wacana gender, yaitu munculnya tokoh
perempuan sebagai faktor pendukung utama dalam proses risalah. Beliau adalah Siti Khadijah
istri Nabi SAW, kedudukannya teramat penting dalam sejarah Islam atas peran vitalnya dalam
keterlibatan terhadap proses kenabian Muhammad SAW. Kesaudagaran yang membuatnya
sangat mandiri memungkinkan mampu mengatur kehidupan kontemplatik suaminya selama
proses menjelang pewahyuan. Dalam perspektif ini Khadijah layak bahkan seharusnya menjadi
ikon dari seluruh isu kesetaraan gender dalam Islam.
Menurut Haiffa, pada masa awal Islam perempuan memperoleh kesempatan mempelajari
berbagai cabang ilmu pengetahuan, mereka mendatangi majlis belajar bersamaan dengan kaum
laki-laki-laki, dan berpartisipasi dalam seluruh aktifitas budaya bersandingan dengan kaum laki-
laki-laki bahkan berlomba untuk lebih ungul dalam memperoleh dorongan dan penghargaan.
Fakta sejarah masa awal Islam tentang hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya para wanita
yang berkiprah dan berprestasi dalam berbagai aktifitas.
Otonomisasi yang “diberikan” oleh Islam terhadap perempuan, tentu didadasarkan atas
kepercayaan terhadap kapabilitas dan kompetensi perempuan yang sama dengan kaum laki-laki
dalam segala bidang termasuk dalam persoalan yang berkaitan dengan agama. Otonomisasi dan
atau kemandirian ini menghantarkan kaum perempuan duduk seederajat dengan kaum laki-laki
dalam hal yang paling mendasar dalam periode pembinaan agama, yaitu keterlibatan dalam
menerima dan menyampaikan teks wahyu baik dalam bentuk kitab suci maupun sebagai Hadits.
Pada masa Islam para wanita memperoleh kebebasannya untuk mengekspresikan gagasan-
gagasannya dan terdorong untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Kehidupan publik
bagaikan panggung di mana antara wanita dan laki-laki terlibatkan. Bahkan para wanita
berdiskusi dan berdebat dengan Nabi. Haiffa mengingatkan bahwa Al-Qur'an mendorong para
wanita untuk berbicara mengutarakan pemikirannya dan tidak untuk diam. Hingga akhir periode
ini, antara kaum perempuan dengan laki-laki keduannya berperan sebagai subjek pendidikan.
Masing-masing sebagai pendidik dan peserta didik, kesempatan belajar yang sama karena
tanggungjawab yang sama.
4. Wanita dalam Sejarah Sosial Pendidikan Masa Klasik
A. Dinamika pendidikan
Institusi pendidikan tahap awal di sepanjang sejarah sosial pendidikan Islam adalah rumah,
dimana orang tua berperan sebagai guru. Periode pendidikan dalam keluarga (di rumah) ini
segera diikuti dengan pembelajaran Al Qur'an yang diselenggarakan di kuttab. Kuttab inilah
yang dipandang sebagai jenjang pendidikan formal dasar dalam sistem pendidikan Islam (diikuti
madrasah yang biasa dipertukarkan penggunaan istilahnya dengan jami’ah).
Pada akhir periode abad pertengahan para gadis memperoleh kesempatan mendatangi kuttab.
Kuttab adalah persekolahan yang dibangun berdampingan dengan masjid yang pada mulanya
hanya dihadiri oleh anak laki-laki-laki, dalam kuttab ini kurikulum pendidikan meliputi
membaca dan menghapal Al Qur'an.
B. Bidang pendidikan
Sebagian telah disebutkan sebelumnya, kaum perempuan muslim ternyata menguasai di berbagai
bidang dan disiplin keilmuan. Menurut Muhammad Shams ad Din al Sakhawi (dalam kitab Nisa’
volume 12) menyebutkan bahwa Hajar menjadi sarjana hadits termashur yang selalu dipenuhi
para pelajar. Terdapat juga perempuan muslim lain yang menguasai berbagai bidang seperti : Sitt
Al Qudhat (kepala para qadhi), seorang musnidah (ahli dalam hadits astau tradisi-tradisi
berkaitan dengan Nabi, hidup pada abad ke 14 mengajar di Damaskus dan menulis risalah-risalah
tentang fiqh, pengetahuan agama).
5. Tokoh Wanita Dalam Berbagai Bidang Keilmuan
Sudah umum diketahui besarnya peran istri nabi dan sahabat-sahabat perempuan Nabi dalam
berbagai kancah kehidupan, khususnya dalam mentransmisikan hadis Nabi SAW. Dapat
disebutkan sebagai contoh adalah ummul mu’minin, aisyah, istri Rasulullah, disamping
menguasai bidang hadis, ia juga menguasai bidang tafsir dan fiqih.
Beberapa bidang yang mendapat perhatian tokoh perempuan antara lain : fiqih, tafsir, hadis,
tasawuf, serta beberapa bidang lain seperti syair, ilmu al-thiib, keligrafi dan sebagainya.
a. Bidang fiqih
b. Bidang syair
c. Bidang hadits
d. Bidang tasawuf
Agama Islam pertama kali lahir di Mekkah ,Arab Saudi .Para pemeluknya menyebarkan
agama Islam lewat berbagai jalur.Salah satu teori menyebutkan bahwa agama Islam di
Indonesia masuk lewat jalur perdagangan.Ketika Islam menyebarkan agama dan
kebudayaannya ke Indonesia, prosesnya cenderung berjalan dengan damai. Karena itu,
raja hingga rakyat biasa menerimanya dengan hangat.Selain perdagangan, ada cara lain
yang menyebabkan agama Islam dapat masuk dan berkembang di Indonesia.Cara tersebut
diantaranya adalah perkawinan, pendidikan, dan seni budaya.
Pola pendidikan yang berlangsung pada awal datangnya Islam ke Indonesia adalah
informal. Hal ini terjadi karena pedagang muslim/mubaligh awal dating menyebarkan
Islam pada waktu tertentu saja, yaitu ketika dating ke Nusantara untuk melakukan
transaksi perdagangan. Akan tetapi ketika mubaligh tetap, yaitu ulama Arab melakukan
dakwah intensif kemudian menetap dan mendirikan rumah ibadah, pola pendidikan yang
terjadi adalah nonformal. Jalur intensif yang digunakan dalam perkembangan Islam di
Nusantara adalah pendidikan. Dari jalur ini baru ditemukan argument bahwa Islam
berasal dari Arab.Banyak guru-guru yang dating untuk mengajar ke Nusantara berasal
Dari jazirah Arab. Mereka dating dari Hadramawt, Yaman, tidak ada dari India. Selain
itu,perkawinan merupakan upaya mempercepat Islamisasi di Nusantara. Para mubaligh
yang dating dengan keturunan nya membentuk komunitas. Akan tetapi, jalur yang paling
intensif adalah lewat pendidikan dan dakwah.
Raja yang pertama adalah Sultan Alaudin abad 12M, Raja yang
keenam yang bernama Sultan Mahdum Alaudin Muhammad Amin
adalah seorang Ulama yang mendirikan perguruan tinggi Islam. Suatu
majlis taklim tingkat tinggi yang dipruntukkan khusus para murid yang
sudah alim. Kitab-Kitab yang dikaji cukup berbobot seperti Al-Um
Dalam rangka mencari simpati dan dukungan rakyat Indonsia, jepang memberi beberapa
kebaikan terhadap pendidikan Islam, antara lain sebagai berikut:
1. Pondok pesantren yang besar sering mendapat kunjungan dan bantuan dari pembesar-
pembesar Jepang
2. Sekolah negeri diberi pelajaran Budi Pekerti yang isinya Identik dengan ajaran Agama
3. Memberikan izin pendirian Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang dipimpin oleh KH.
Wahid Hasyim, Kahjar Muzakir, dan Bung Hatta.Awal fase Indonesia merdeka ditandai
dengan Proklamasi pada tanggal 17 Agustsus 1945.
Pada awal masa ini kondisi Indonesia masih belum stabil, akan tetapi perhatian
pemerintah terhadap pendidikan Islam cukup besar. Pendidikan agama saat itu secara
formil institusiomal dipercayakan kepada Departemen Agama dan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Pendidikan Agama Islam secara umum mulai diatur pada
bulan Desember 1946 melalalui suarat keputusan bersama dua Menteri, yaitu menteri
Agama dan menteri Pendidikandan Kebudayaan yang menetapkan bahwa pendidikan
agama diberikan mulai kelas IV sampai Kelas VI SR (Sekolah Rakya).
B. Sistem Pendidikan Islam di Indonesia.
1. Sekolah
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa/ murid di bawah
pengawasan guru. Saat ini, kata sekolah berubah arti menjadi bangunan atau lembaga
untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi
pelajaran.WJS.Poerwadarminto dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia menerangkan
bahwa sekolah adalah:
a. Bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi pelajaran.
b. Waktu atau pertemuan ketika murid-murid diberi pelajaran.
c. Usaha menuntut ilmu pengetahuan.
Sekolah menitikberatkan kepada pendidikan formal, di sekolah prosedur
pendidikan telah diatur sedemikian rupa, ada guru, ada siswa, ada jadwal pelajaran yang
berpedoman kepada kurikulum dan silabus, ada jam-jam tertentu waktu belajar serta
dilengkapi dengan sarana dan fasilitas pendidikan serta perlengkapan-perlengkapan dan
peraturan-peraturan lainnya.
3. Madrasah
Madrasah adalah suatu lembaga yang mengajarkan ilmu-ilmu keislaman.Ditinjau dari
segi tingkatannya madrasah dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Tingkat Ibtidaiyah (Tingkat Dasar)
b. Tingkat Tsanawiyah (Tingkat Menengah)
c. Tingkat Aliyah (Tingkat Menengah Atas)
Tugas lembaga madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam adalah :
a) Merealisasikan pendidikan Islam yang didasarkan atas prinsip pikir, akidah, dan tasyri’
yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Bentuk dan realisasi itu ialah agar
peserta didik beribadah, mentauhidkan Allah SWT, tunduk dan patuh atas perintah-Nya
serta syariat-Nya.
b) Memelihara fitrah anak didik sebagai insan mulia, agar tak menyimpang tujuan Allah
menciptakannya.
c) Membersihkan pikiran dan jiwa dari pengaruh subjektivitas (emosi), karena pengaruh
zaman dewasa ini lebih mengarah pada penyimpangan fitrah manusiawi.
d) Memberikan wawasan nilai dan moral, serta peradaban manusia yang membawa
khazanah pemikiran anak didik menjadi berkembang.e) Menciptakan suasana kesatuan
dan kesamaan antar anak didik.
3. Pondok Pesantren
Pondok Pesantren yaitu suatu lembaga pendidikan Islam, yang didalamnya terdapat
seorang kiai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (peserta didik) dengan
sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut, serta adanya
pemondokan atau asrama sebagai tempat tinggal para santri. Ciri-ciri khusus dalam
pondok pesantren adalah isi kurikulum yang dibuat terfokus pada ilmu-ilmu agama,
misalnya ilmu sintaksis Arab, morfologi Arab, hukum Islam, Hadits, tafsir Al-Qur’an,
teologi Islam, tasawuf, tarikh, dsb
C. Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia
Pesantren yang dulunya tradisional, dalam pola pembelajaran dan materi muatan
serta Kurikulumnya, kini telah mengalami perkembangan dengan mengadaptasi
beberapa teori-teori pendidikan yang bisa diterapkan di lingkungan pesantren.
Alhasil, kini semakin banyak bermunculan pesantren modern, yang dalam pola
pembelajarannya tidak konvensional, tetapi lebih modern dengan berbagai
sentuhan manajemen pendidikan yang dinamis.Mayoritas pesantren dewasa ini
juga memberikan materi dan muatan pendidikan umum. Tidak sedikit pesantren
yang sekaligus memiliki lembaga sekolah dan manajemennya mengacu pada
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sedangkan dinamika sistem pendidikan madrasah dapat. Dari beberapa
perubahan, seperti memasukkannya mata pelajaran umum dalam kurikulumnya,
meningkatkan kualitas guru dengan memperhatikan syarat kelayakan mengajar,
membenahi manajemen pendidikannya melalui akreditasi yang diselenggarakan
a. Tujuannya : Membentuk individu menjadi bercorak diri tertinggi menurut ukuran Allah.
b. Isi pendidikannya : ajaran Allah yang tercantum dengan lengkap di dalam Al Qur’an
yang pelaksanaannya dalam praktek hidup sehari-hari dicontohkan oleh Muhammad
Rasulullah SAW.
Pendidikan islam di indonesia telah berlangsung sejak agama islam masuk ke Indonesia
yaitu kira-kira pada abad ke 13. Islam pertama kali masuk di daerah Aceh Darussalam,dan
memiliki gelar serambi mekah. Pada tahap awal pendidikan islam di Indonesia berlangsung
secara informal, pendidikan informal yaitu pendidikan dengan ruang lingkup keluarga, dan
lingkungan sekitar contohnya itu orang tua wajib menanamkan pendidikan kepada anak
seperti pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan etika dan sopan santun serta
pendidikan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Pendidikan informal ini untuk membentuk watak, perilaku, dan kebiasaan seseorang,
yang biasa dilakukan disurau -- surau. Selain pendidikan informal ada yang dinamakan
pendidikan formal yaitu sebagai bukti bahwa pengaplikasian di Indonesia itu berkembang
mengikuti kebutuhan manusianya. Pendidikan formal yaitu pendidikan berjenjang yang
memiliki aturan tertentu, salah satu pendidikan formal yang digunakan hingga saat ini yaitu
pesantren, madrasah, dan sekolah umum seperti SD, SMP, SMA,dan perguruan Tinggi.
Di kalangan umat Islam perlu rumusan baru tentang bangunan ilmu pengetahuan yang
seharusnya dikembangkan, kurikulum, cara-cara menyadarkan umat Islam agar mau berubah
dan menyusun kekuatan untuk mengejar ketertinggalannya itu. Rumusan baru dan gerakan
dimaksud seharusnya dijadikan bagian dari upaya perbaikan pendidikkan. Semangat
masyarakat terhadap pengembangan pendidikan sudah luar biasa. Bermodalkan kekuatannya
sendiri, di luar pemerintah, mereka membangun lembaga pendidikan Islam. Namun
pendidikan yang dimaksudkan itu, baik menyangkut jenis kemampuan yang dihasilkan dan
bahkan kualitas yang dihasilkan, ternyata belum mampu menjawab persoalan umat Islam
sendiri.
Salah satu faktor secara historis yang juga menjadi penting dalam mem mempengaruhi corak
pendidikan agama Islam disekolah adalah adanya latar belakang ulama baik kecerdasan, kepemin
atan, kedalaman ilmu, ideologi, politik, ligkungan sosial dan lainya memiliki corak dan karakter
yang berbeda-beda, dan d di dalam al-Qur’an dan al-Sunnah juga terdapat ayat-ayat dan teks
hadis yang memungkinkan dilakukan penafsiran yang berbeda- beda, maka produk pemikiran
keaagamaan Islam yang dihasilkannya juga memiliki corak dan karakter yang berbeda.
Adanya berbagai organisasi social keagamaan yang beragam yang dalam memperjuangkan
visi, misi, dan tujuannya menggunakan pendidikan agama, sering kali memberikan corak,
warna dan karakter yang berbeda-beda terhadap corak pendidikan yang dikembangkannya.
Corak pendidikan Agama Islam tersebut di atas tentunya tidak terlepas denga subtansi dari prose
s sejarah perjuangan pra tokoh dan beberapa organisasi keislaman yang memang ikut serta dalam
membangun peradaban pendidikan yang mandiri dengan problematika yang kompleks.
Namun demikian, terdapat sikap akomodatif dan kompromi yang dilakukan kaum pembaharu di
luar pesantren yang selanjutnya dikenal dengan nama kaum modernis. Kaum modernis ini meng
ambil sikap yang akomodatif yang proporsional, yakni tidak antipati atau menolak tetapi juga tid
ak terlalu dekat dengan belanda. respons dan sikap maupun pendekatan yang demikian juga sang
at berpengaruh pada pola dan corak pendidikan agama Islam pada sekolah yang diterapkan khus
usnya pada pribumi.
A.PENDIDIKAN ISLAM