Anda di halaman 1dari 51

Nama : Silvia Widiawati

NIM : 1192090100

Kelas : 3C/PGMI

1. CAKUPAN SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM


Pengertian Sejarah pendidikan islam

Sejarah Pendidikan Islam terdiri dari tiga kata, yang pertama adalah sejarah. W.J.S
Poerwadarminta mengemukakan, bahwa sejarah mengandung tiga pengertian, yaitu kesusastraan
lama: silsilah, asal usul; kejadian dan peristiwa yang benar-bernar terjadi pada masa lampau.
Ilmu sejarah dapat diartikan sebagai upaya merekontruksi peristiwa atau kejadian masa lalu
dengan menggunakan berbagai sumber, berupa data dan fakta yang dapat dipercaya dan disusun
secara sistematis dengan mengunakan metode tertentu. Yang kedua adalah Pendidikan. Dalam
Bahasa arab, kata Pendidikan merupakan terjemahan dari kata al-tarbiyah yang dapat diartikan
proses menumbuhkan dan mengembangkan potensi yang terdapat pada diri seseorang baik
secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual. Dan yang ketiga adalah Islam. Islam adalah agama
para rasul dan nabi seluruhnya. Dari sejak Adam dan Hawa hingga risalah Nabi Muhammad
SAW, yang menjadi pamungkas risalah Allah SWT.

Pendidikan Islam yaitu suatu proses bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan
jasmani, rohani, dan akal peserta didik kearah terbentuknya pribadi muslim yang baik. Dalam
khazanah pemikiran pendidikan Islam, terdapat banyak istilah yang digunakan oleh ulama dalam
memberikan pengertian tentang pendidikan Islam. Langgulung dalam Muhaimin menyebutkan
bahwa pendidikan Islam setidaknya tercakup dalam delapan pengertian, yaitu; altarbiyahal-
diniyah (pendidikan keagamaan), ta‟lim al-din (pengajaran agama), al-ta‟lim al-diny (pengajaran
keagamaan), al-ta‟lim al-Islamy (pengajarang keIslaman), tarbiyah al-muslimin (pendidikan
orang Islam), al-tarbiyah fi al-Islam (pendidikan dalam Islam), al-tarbiyah „inda almuslimin
(pendidikan dikalangan orang-orang Islam), dan al-tarbiyah alIslamiyah (pendidikan Islami).
Akan tetapi, para ahli pendidikan biasanya lebih menyoroti istilah tersebut dari aspek perbedaan
tarbiyah dan ta’lim.Sejarah pendidikan Islam adalah sejarah atau kejadian pada masa lampau
yang terjadi pada zaman Rasulullah yang muncul dan berkembang seiring dengan kemunculan
Islam itu sendiri, yang kemudian perkembangan selanjutnya pada masa Khulafaur Rasyidin,
Bani Ummayah dan Abbasyiah sampai jatuhnya kota bagdad dan lenyapnya khalifah Islam yang
terakhir di Istambul.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup sejarah pendidikan islam itu berawal dari sejarah pendidikan islam yang
bermula sejak zaman Nabi Muhamad SAW sampai saat ini yang telah berkembang diberbagai
negara di dunia khususnya di Indonesia. Seperti contoh sejarah pendidikan islam yang dibawa
oleh para wali songo ke Indonesia, tokoh-tokoh dan perjalanan serta perjuangan dari KH.Hasyim
Asy’ary, KH.AhmadDahlan, Buya Hamka, Mahmud Yunus dalam upaya pembangunan
pendidikan islam dan berbagai kendala yang dihadapi dalam menyebarkan pendidikan islam
serta keterlibatannya dengan pemerintah dalam mengembangkan pendidikan islam.

Keterkaitan Pendidikan Islam dan Sejarah

Menelusuri proses pendidikan Islam secara khusus dapat dilihat dari sejarah mulai diutusnya
Muhammad saw menjadi utusan Allah swt kepada bangsa Arab. Dan secara umum dimulai
ketika lahirnya Muhammad saw di sekitar abad ke 600 M atau tepatnya pada hari Senin 12
Rabi’ul Awwal, awal tahun Gajah bertepatan dengan 20 April 571 M. Keterangan yang lain
menyebutkan pada 17 Rabi’ul Awwal 570 M di Makkah (penulis lebih cenderung pada
keterangan terakhir karena lebih populer di kalangan ahli sejarah Islam).Sebelum menjadi
utusan, Muhammad saw telah melewati jalan-jalan, pengalaman, dan peristiwa konkrit yang dari
padanya merupakan persiapan-persiapan yang dirancang Allah swt untuk menjadikan
Muhammad saw sebagai seorang pendidik bagi pengikutnya di tanah Arab

Seperti yang diungkapkan Ibrahim Amini bahwa“para utusan Tuhan layaknya para guru
sekolah. Yang satu diutus sesudah yanglainnya untuk mengajak manusia berserah diri di hadapan
Allah swt”.Daritanah Arab, berkembanglah Islam ke seluruh penjuru dunia, tidak ada sudut
negeri di dunia ini yang tidak terjangkau oleh Islam. Dalam proses penyebaran dan
pengembangan Islam, tentunya tidak dapat dilepaskan dari pendidikan dan pengajaran Islam itu
sendiri. Dengan kata lain, Islam dan pengajaran serta pendidikan adalah dua hal yang menyatu.
Islam sebagai ajaran harus disampaikan kepada manusia sebagai penerima dan kemudian
diberikan pembinaan yang terus-menerus dilakukan oleh si-penyampai pesan kepada si-penerima
pesan. Dalam konteks pendidikan, penyampai pesan sekaligus pembina disebut guru atau
pendidik dan penerima pesan sekaligus yang dibina sebut sebagai murid atau siswa. Jadi, untuk
melihat proses perkembangan pendidikan Islam, maka harus ditinjau sejak berprosesnya
Muhammad saw dalam lingkungan belajarnya di masyarakat Arab saat itu yaitu sebelum menjadi
rasul. Dimana, disetiap aspek dari pengalaman, peristiwa yang dilalui oleh Muhammad saw
sebelum menjadi rasul mempunyai hikmah yang dalam. Jauh ke masa depan dapat di simpulkan
bahwa persiapan-persiapan itu adalah untuk menjadikan Muhammad saw sebagai seorang
pendidik untuk masyarakat Quraisy jahiliyah. Dari kesan itu dapat disebut bahwa seorang
pendidik harus lebih sempurna dan mulia atau dengan kata lain lebih bersih jiwanya dari unsur
kemaksiatan dan perilaku maksiat kepada manusia apalagi kepada Allah swt ketimbang orang
yang dibina atau dididik. Walaupun ada kehendak dari langit (Allah swt) bahwa Muhammad saw
akan menjadi seorang rasul, dalam diri Nabi Muhammad saw sendiri punya keinginan supaya
bisa memperbaiki kondisi masyarakat Quraisy di suatu saat nanti. Bentuk keinginan tersebut
menjadi kuat ketika Muhammad saw sering menyendiri ke gua Hira. Selain keinginan untuk
mendapatkan petunjuk dari Sang Mahakuasa, juga sebagai upaya meminimalisir kemungkinan
terkontaminasi dari pengaruh-pengaruh negatif kehidupan sosial masyarakat arab jahiliyah yang
bobrok itu.

Saat itu Muhammad saw langsung menyaksikan sekaligus mempelajari bagaimana


berdiplomasidan bermusyawah dengan penuh toleran diberbagai majelis yang diikutinya.
Pengalaman-pengalaman bersama Abd al-Muthalib adalah laboratorium bagi Muhammad saw
yang mendapatkan materi kebijaksanaan sesungguhnya. Sejarah juga telah mencatat bahwa ‘Abd
al-Muthalib adalah salah seorang yang bijaksana di masa itu. Kemudian kehidupan Muhammad
saw bersama pamannya, Abu Thalib yang miskin tapi sangat dihormati adalah sebuah materi lain
yang mengajarkan hidup berpandai-pandai dan kemudian mengajarkan bahwa kemuliaan
sebenarnya bukan terletak pada harta benda, tetapi kemuliaan terletak ketika selalu terbuka untuk
membantu orang lain. Sebagai contoh, Muhammad saw yang yatim piatu dengan senang hati
dibawa untuk hidup bersama dengan Abu Thalib, yang secara ekonominya lemah dan
mempunyai anggota keluarga yang banyak. Di keluarga inilah Muhammad saw belajar berempati
kepada orang miskin dan yatim piatu di kemudian hari. Karena ia dapat merasakan sendiri,
betapa gembiranya saat orang lain mau menerimanya sebagai anggota baru di keluarga itu,
apalagi keluarga lemah segi finansial, namun mulia dari segi akhlak. Muhammad saw dapat
memperhatikan dengan baik, walaupun miskin, keluarga tersebut tidak otomatis menjadi hina,
namun tetap dihormati karena mampu menjaga muru’ah (wibawa), dengan tidak menjadi
pengemis di tengah masyarakat.

Selain itu, sekaligus meminta petunjuk kepada Tuhan agar diberi petunjuk cara memperbaiki
kondisi masyarakatnya. Petunjuk yang dimaksud ialah menurunkan kurikulum (wahyu) yang
jelas, memuat langkah-langkah yang dilakukan terhadap kaumnya. Materi ini menanamkan
pentingnya selalu menjaga hubungan dan kedekatan dengan Tuhan yang Haqsetelah letih berfikir
dan bekerja untuk manusia. Supaya selalu ingat bahwa manusia makhluk lemah dan perlu
pertolongan dari Allah swt untuk menyelesaikan tugas-tugas besar mengajarkan manusia kepada
ketauhidan. Melihat semua pengalaman Muhammad saw dalam berbagai peristiwa yang
kompleks itu, merupakan proses membentuk kepribadian Muhammad saw menjadi seorang
pendidik. Karena yang berproses adalah calon seorang rasul, maka pendidikan yang disetting
sedemikian rupa sehingga sempurna outcomenya. Bisa dikatakan, bahwa guru/pendidik masa itu
hampir tidak ada, maksud pendidik di sini ialah minimal orang lurus fitrahnya kepada agama
Allah swt.

Namun semangat mereka tidak kuat dan secemerlang nabi Muhammad saw dan para sahabat
di kemudian hari. Selain semangat yang kurang kuat, kemurnian ajaran Ibrahim yang
merekayakini kurang jelas konsepnya. Disebabkan ketiadaan guru atau pendidik, maka Allah swt
langsung menjadi guru Muhammad saw, melalui peristiwa, pengalaman pahit atau senang.
Maka, sejarah pendidikan dalam Islam dapat ditemukan sejak berprosesnya Muhammad saw
sebagai manusia biasa di dalam hiruk-pikuk masyarakat Jahiliyah menjadi seorang nabi. Nabi
yang sekaligus rasul tersebut akan menjadi seorang guru atau pendidik manusia di belakang hari
adalah gambaran bahwa seorang pendidik harus mempunyai pendidikan yang lebih tinggi serta
mempunyai sifat-sifat khusus seperti; berempati tinggi, lemah-lembut, amanah, cerdas,
terpercaya, bertanggung jawab, bijaksana, berani, setia kawan, visioner, humanist, tegas, mulia
dan tinggi derajatnyadari yang dibina atau dididik. Boleh dikatakan periode sebelum menjadi
utusan adalah fase pembinaan “rasa”. Rasa merupakan bagian dari akal manusia selain budi dan
daya pikiryang harus dikembangkan oleh pendidikan Islam. Adapun prinsip pendidikan Islam
adalah pendidikan untuk mencerdaskan akal.
Dengan demikian pengertian yang dikandung oleh istilah akal adalah fikir dan rasa. Ia
terbagi dalam dua segi dan tiap segi berpotensi untuk bekerja sendirian. Tapi dalam bentuknya
yang penuh atau dalam wujudnya yang lengkap, akal adalah jalinan kerja budi dan kalbu,
kerjasama fikir dan rasa. Berdasarkan argumen yang disebutkan di atas menunjukan bahwa
pendidikan yang dilalui Muhammad saw periode pra kenabian adalah pendidikan rasa yang
merupakan bagian dari jalinan kesempurnaan akal manusia itu.Kalau dicermati sifat-sifat yang
muncul dari hasil belajar Muhammad saw, sebagian termasuk kelompok yang muncul oleh rasa
sepertiempatitinggi kepada orang lain, lemah-lembut, amanah, cerdas, terpercaya, bertanggung
jawab, bijaksana, berani,setia kawan, visioner, dan humanist.Ternyata, pembinaan dan
pendidikan rasa oleh Muhammad saw melalui waktu lebih panjang dari usianya.

Pola pendidikan Muhammad saw bila mengacu kepada ruang lingkup pendidikan
modern, yaitu ; sekolah, keluarga dan teman sebaya atau lingkungan masyarakat dimana ia
tinggal, maka Muhammad saw adalah produk satu ranah pendidikan saja yaitu lingkungan
masyarakat. Pendidikan masyarakat yang dilalui Muhammad saw lebih menekankan aspek rasa
atau afektive (dalam bahasa modernnya). Pada tahap pendidikan dasar Muhammadsaw
dikhususkan atau difokuskan pada pembinaan rasa atau emotional question (EQ).Dari keterangan
di atas, sudah semestinya kita lebih memberdayakan aspek rasa atau afektive untuk porsi yang
lebih banyak, mulai Taman Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA),
ketimbang hanya menekankan pada budi pikir atau kognitif.

Menurut pendapat Al-Qobis (wafat 936/1012M) mengutip pendapat Hasan Abd al-Ali
mengatakan sesuai pendapat Ikhwan al-Shafa pengetahuan hanya bisa diperoleh dari kepekaan
perasaan, belum berdasar kekuatan akal. Metode partisipatoris, demonstrasidan role playing
cocok digunakan dengan banyak belajar di luar kelas ketimbang dalam kelas formal seperti yang
biasa dilaksanakan selama ini. Bisa dikatakan pendidikan persiapan Muhammad saw sebelum
jadi guru (utusan Allah swt) untuk manusia dibutuhkan waktu 40 tahun untuk
mendidik/membina potensi rasa atau Emotional Quetion. Sehingga kepribadian beliau sangat
sempurna dan mem-punyai daya tarik yang hebat terhadap manusia hingga hari ini.Kalau dilihat
masa pendidikan Muhammad saw selama 40 tahun dengan usianya 63 tahun, maka, 23 tahun saja
Muhammad saw dididik oleh Allah swt pada aspek Intelectual Quetion (IQ). Kenapa
dikelompokkan kepada pendidikan aspek kognitif karena beliau belajartidak hanya dengan
pengalaman semata, akan tetapi telah ada materi (wahyu) sebagai panduan belajar lebih lanjut,
sedang masa sebelumnya pendidikan hanya berlangsung dari pengalaman hidup seperti diuraikan
di atas. Apabila ditinjau dari pengaruh pribadi yang ditinggalkan atau yang melekat kepada para
sahabat beliau sebagai murid-muridnya, maka pengaruh kepribadian beliau yang lembut,santun
dan mulia tersebut masih menggema kuat dalam relung-relung zaman hingga saat ini. Ini
membuktikan ternyata aspek pendidikan dengan menggunakan pendekatan “rasa” sangat efektif
sekali dalam membetuk pribadi-pribadi seperti sang pendidik utama, yakniMuhammad saw

2. Periodesasi Sejarah Pendidikan Islam Dan Karakteristiknya

A.PERIODESASI SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM (UMUM)

Ada tiga jenis periodesasi yang paling umum dan digunakan didalam kajian Sejarah
Pendidikan Islam. Yang pertamaadalah periodesasidengan yangmengacu pada pergantian
kekuasaan. Dalam model ini periodisasi perkembangan islam dibagi;

1.Pendidikan Islam pada masa Rasulullah Saw.

2.Pendidikan Islam pada masa Al-Khulafah Al-Rasyidin

3.Pendidikan Islam pada masa Dinasti Umayyah

4.Pendidikan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah

5.Pendidikan Islam pada masa Tiga Kerajaan Besar

6.Pendidikan Islam pada masa penjajahan Barat

7.Periodesasi Islam pada masa Negara bangsa dan seterusnya.

Yang kedua adalah Model periodesasiini lebih mengacu pada satuan Waktu yang dilalui

sejarah peradaban Islam secara umum. Periodisasi ini juga sama dengan pendapat

Menurut Harun Nasution, secara garis besar membagi sejarah islam kedalam tiga periode,

yaitu periode klasik, pertengahan dan modern.


KARAKTERISTIKNYA ;
Dari ketiga model periodisasi Sejarah Pendidikan Islam diatas, ketiganya sama-sama digunakan
untuk pemetaan dalam perkembangan pendidikan Islam. Masing-masil model diatas memiliki
kekhasan dan keistimewaan tersendiri yakni;
1.) Modelperiodisasi yang Pertamarelative mudah digunakan karena sevara struktur sudah
mengacu pada tradisi penulisan sejarah peradaban Islam sejak zaman awal. Hanya saja
perkembangan dunia pendidkan islam tidak selalu mengikuti secara parallel bangun dan jatuhnya
kekuasaan politik. Seringkali, suatu perkembangan penting di pendidikan Islam berproses dalam
satu rentangan waktu yang justru melampaui titik pergantian kekuasaan politik. Jadi pergantian
kekuasaan politik tidak dapat dipergunakan sepenuhnya sebagai indicator perkembangan dunia
pendidikan islam
2.) Pada model periodisasi yang Keduamemiliki karakteristik lebih mudah mewadahi sejarah
pendidikan Islam karena memang tidak menentukan satu kriteriaperekembangan tertentu sebagai
indicator. Hanya saja, pembabakan yang terlalu umum sedemikian itu tampak kurang praktis
untuk digunakan.
3.) Pada model Periodisasi yang Ketigamemiliki karakteristik bahwa model ini mewakili satu
upaya membangun informasi sejarah yang khusus membahas pendidikan islam. Model ini tidak
mengikat dirinya pada perkembangan politik. Dengan meletakan sejarah pendidikan Islam
sebagai satu bidang kajian tersendiri. Periodisasi ini mengacu pada dinamika subtansif
pendidikan islam secaramandiri. Ini bukan berarti pengingkaran terhadap adanya pengaruh
berbagai aspek kehidupan lainnya terhadap perkembangan Sejarah Pendidikan islam.

B.PERIODISASI SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA(KHUSUS)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan islam sama tuanya dengan islam ke
Indonesia, dan tentu tidak lepas dari sejarah islam pada umumnya. Karena itulah periodisasi
sejarah pendidikan islam berada dalam periode-periode sejarah islam itu sendiri. sehingga
pendidikan islam dilaksanakan dalam rangka menyahuti kehendak islam pada masa itu dan masa
yang akan datang.Sementara itu kegiatanpendidikan islam di Indonesia yang lahir dan tumbuh
serta berkembang bersamaan dengan masuknya dan berkembangnya islam di Indonesia. Oleh
karena itu, periodisasi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia mengalami beberapa periode
diantaranya;
1.)Periode masuknya Islam ke Indonesia

2.)Periode perkembangan melalui proses adaptasi

3.)Periode pengembangan kerajaan-kerajaan Islam

4.)Periode penjajahan Belanda

5.)Periode penjajahan Jepang

6.)Periode kemerdekaan I

7.)Periode kemerdekaan II

C.KARAKTERISTIK SEJARAH PERADABAN ISLAM.

Sedangkan Pendidikan Islam menurut M. Yusuf Al-Qardhawi adalah pendidikan manusia


seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya. Karena itu,
pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaandamai maupun perang,
dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis
dan pahitnya.Karakeristik Pendidikan Islam adalah sifat yang khas dan berbeda dari yang lain
tentang proses bimbingan jasmani, rohani yang berdasarkan pada ajaran-ajaran Islam dan
memindahkan pengetahuan serta nilai-nilai Islam untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya
di akhirat.Karakteristik pendidikan Islam menurut Azyumardi Azra
a.Penguasaan Ilmu Pengetahuan. Ajaran dasar Islam mewajibkan mencari ilmu pengetahuan bagi
setiap Muslim dan muslimat. Setiap Rasul yang diutus Allah lebih dahulu dibekali ilmu
pengetahuan, dan mereka diperintahkan untuk mengembangkan llmu pengetahuan itu.
b.Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Ilmu yang telah dikuasai harus diberikan dan dikembangkan
kepada orang lain. Nabi Muhammad saw sangat membenci orang yang memiliki ilmu
pengethauan, tetapi tidak mau memberi dan mengembangkan kepada orang lain
c.Penekanan pada nilai-nilai akhlak dalam penguasaan dan pengembangan ilmu penetahuan.
Ilmu pengetahuan yang didapat dari pendidikan Islam terikat oleh nilai-nilai akhlak
d.Penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, hanyalah untuk pengabdian kepada Allah
dan kemaslahatan umum
e.Penyesuaian terhadap perkembangan anak.Sejak awal perkembangan Islam, pendidikan Islam
diberikan kepada anak sesuai umur, kemampuan, perkembangan jiwa, dan bakat anak. Setiap
usaha dan proses pendidikan haruslah memperhatikan faktor pertumbuhan anak.
f.Pengembangan kepribadian.Bakat alami dan keampuan pribadi tiap-tiap anak didik diberikan
kesempatan berkembang sehingga bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Setiap murid
dipandang sebagai amanah Tuhan, dan seluruh kemampuan fisik dan mental adalah anugerah
Tuhan. Perkembangan kepribadian itu berkaitan dengan seluruh nilai sistem Islam, sehingga
setiap anak dapat diarahan untuk mencapai tujuan Islam.
g.Penekaanan pada amal saleh dan tanggung jawab. Setiap anak didik diberi semangat dan
dorongan untuk mengamalkan ilmu pengetahuan sehingga benar-benar bermanfaat bagi diri,
keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Amal shaleh dan tanggung jawab itulah yang
menghantarkannya kelak kepada kebahagiaan di hari kemudian.
Sejarah pendidikan Islam hakikatnya tidak terlepas dari sejarah Islam, oleh karna itu sejarah
pendidikan Islam dapat di katakan ada dalam periode-periode sejarah Islam itu sendiri secara
umum sejarah memiliki kegunaan yang sangat besar dalam kehidupan umat manusia. Salah satu
unsur pembangun peradaban bangsa adalah melalui pendidikan. Sedangkan hasil akhir sebuah
pendidikan tergantung pada tujuan awal pendidikan itu sendiri. Islam dan Barat memiliki
pandangan berbeda mengenai hal tersebut. Paham rasionalisme yang berkembang di Barat
dijadikan dasar pijakan bagi konsep-konsep pendidikan Barat.Ini jauh berbeda dengan Islam
yang memiliki al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad para ulama sebagai konsep pendidikannya. Hal
inilah yang membedakan ciri pendidikan yang ada di Barat dengan pendidikan Islam. Masing-

masing peradaban ini memiliki karakter yang berbeda sehingga produk yang “dihasilkan” pun
saling memilik

3. Institusi Pendidikan Islam

A. Pengertian Institusi Pendidikan Islam


Institusi merupakan suatu organisasi yang ada dan pendiriannya atas dasar tujuan
yang nantinya akan berhubungan dengan masyarakat. Institusi atau Lembaga pendidikan
secara umum dapat diartikan sebagai usaha yang bergerak dan bertanggung jawab atas
terselenggaranya pendidikan terhadap peserta didik.
B. Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
1. Rumah
Ketika wahyu diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad, maka untuk
menjelaskan dan mengajarkan kepada para sahabat, Nabi mwngambil rumah Al-
Arqam bin Abi Arqam sebagai tempatnya. Pada masa awal Islam, proses pendidikan
Islam dilaksanakan secara informal, yaitu yang dilaksanakan di rumah-rumah. Di
rumah itulah Nabi Muhammad Saw.menyampaikan dan menanamkan dasar-dasar
agama serta mengajarkan Al-Quran kepada mereka.
Dengan dijadikannya rumah Al-Arqam bin Abi Arqam sebagai tempat
pendidikan oleh Rasulullah, maka hal ini membuktikan bahwa rumah adalah lembaga
pendidikan pertama dalam Islam.
2. Kuttab dan Maktab
Kuttab atau Maktab adalah lembaga pendidikan Islam tingkat dasar.Mata pelajaran
yang diajarkan di Kuttab/Maktab adalah khat, kaligrafi, Al-Quran, akidah dan
syair.Pada Daulah Abbasiyyah kuttab mengajarkan pengetahuan umum, bahkan
dalam masa berikutnya Kuttab dibedakan menjadi 2, yaitu kuttab yang mengajarkan
pengetahuan umum dan yang mengajarkan ilmu agama.
3. Lembaga kesufian
Dengan menggolongkan lembaga pendidikan Islam praMadrasah, yaitu :
a. Ribath = tempat yang berada dibagian pinggir masjid yang digunakan untuk
melakukan bimbingan wirid, dan dzikir untuk mendapatkan kupasan spiritual
b. Khanaqah = Khanaqah merupakan suatu lembaga pengajaran berasrama bagi
kaum sufi yang muncul pertama kali di Iran (Persia) pada akhir abad ke-10
bersamaan dengan adanya formalisasi aktivitas sufistik.
c. Masjid = lembaga pendidikan Islam dapat dikatakan sebagai madrasah yang
berkurikulum besar yang pada permulaan sejarah Islam.
d. Toko-toko buku = Selama masa kejayaan Bani Abbsiyyah, took-toko buku
berkembang dengan pesat seiring dengan ilmu pengetahuan, dimana menjadi
pusat studi didalamnya.
e. Perpustakaan = ara khalifah memperbanyak pengadaan nberbagai buku ilmu
pengetahuan sehingga perpustakaan istana menjadi perpustakaan terbesar yang
dimiliki Bani Fathimiyyah.
f. Majelis = sesi dimana aktivitas pengajaran atau diskusi berlangsung seiring
dengan perkembangan pengetahuan dalam Islam. Majelis banyak ragamnya, yaitu
1) Majelis Al-Hadits, majelis ini diselenggarakan oleh ulama/guru yang ahli
dalam bidang hadits.
2) Majelis At-Tadris, majelis ini ditunjukan kepada majelis selain hadits, seperti
majelis fiqih, nahwu, atau kalam.
3) Majelis Al-Munazharoh, digunakan untuk sarana membahas perbedaan
mengenai suatu masalah oleh para ulama.
4) Majelis Al-Muzakarah, merupakan inovasi dari murid-murid yang belajar
hadits, digunakan sebagai sarana untuk berkumpul dan saling mengigat dan
mengulangi pelajaran yang sudah diberikan sambil menunggu kehadiran guru.
5) Majelis Al-Adab, tempat untuk membahas masalah adab.
6) Majelis Al-Fatwa dan Al-Nazar, sarana pertemuan untuk mencari keputusan
suatu masalah di bidang hokum kemudian difatwakan. Al-Nazar, karena
perdebatan diantara ulama fiqih/hokum Islam.

C. Macam-macam Lembga Pendidikan Islam di Indonesia


Dilihat dari jenisnya pendidikan islam di Indonesia, dibagi kedalam 3 kelompok yaitu
sebagai berikut:
1. Lembaga pendidikan informal (keluarga)
Didalam Islam, keluarga dikenal dengan istilah Usrah dan Nasb. Orang tua
merupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak-anaknya. Hal-hal yang
seharusnya dilakukan orang tua kepada anaknya:
a. Memberikan kebebasan yang terbatas dalam arti, memberikan tuntunan,
bimbingan, nasehat, dan pengenndalian.
b. Mengadakan komunikasi secara timbal balik.
c. Memberikan kesempaatan mereka untuk berpendapat.
d. Memberikan kepercayaan dan tanggung jawab dala penyelesaian dalam suatu
pekerjaan.
e. Jangan terlalu memanjakan atau mengekang mereka
2. Lembaga Pendidikan Formal
Menurut Abu Ahmadi Nur Uhbiyati, lembaga pendidikan formal adalah pendidikan
yang diadakan ditempat tertentu, teratur, sistematis, dan mempunyai perpanjangan
dalam kurun waktu tertentu. Lemaga pendidikan islam di Indonesia adalah :
a. Raudathul Atfal.
b. Madrasah Ibtidaiyah (MI)
c. Madrasah Tsanhawiyah (MTS)
d. Sekolah Menengah pertama Islam (SMPI) atau yang sederajat
e. Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI) atau yanhg
sederajat
f. Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) antara lain, Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAI), Institut Agama Islam Negri (IAIN), Universitas Islam Negri (UIN), dan
lembaga sejenis milik yayasan atau organisasi keislaman.
3. Lembaga Pendidikan Nonformal
Lembaga Pendidikan Nonformal adalah lembaga pendidikan yang teratur namun
tidak mengikuti peraturan yang ketat dan tetap. Lembaga pendidikan islam yang
tergolong dalam segala jenis ini adalah:
a. Mesjid, mushallah, langgar,surau dan rangkang.
b. Madrasah Diniyah yang tidak mengikuti ketetapan resmi,
c. Majelis Ta’lim,
d. Taman Pendidikan Al qur’an,
e. Wirid Remaja atau Dewasa,
f. Kursus-kursus keislaman,
g. Badan pembinaan rohani,
h. Badan konsultasi keagamaan,
i. Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ)
4. Pendidikan Islam Masa Nabi dan Khulafa
A. Gambaran Pendidikan Islam Pada Masa Nabi dan Khulafaur Rasyiddin
Pada masa Rasulullah saw., pendidikan Islam dilaksanakan pada dua periode, yaitu
periode Makkah dan periode Madinah. Periode Makkah sebagai fase awal pembinaan
pendidikan Islam dan berpusat di Makkah, sedangkan periode Madinah sebagai fase
lanjutan pembinaan pendidikan Islam sekaligus sebagai pusat kegiatannya.
1. Pelaksanaan Pendidikan Islam di Makkah
Rasulullah saw., melaksanakan pendidikan Islam pada periode makkah secara
bertahap, sesuai dengan tahapan dakwah yang disampaikan oleh beliau.
a. Melakukan pendidikan ke perorangan secara rahasia, dengan mrmulai tugasnya
sembunyi-sembunyi dan ditujukan kepada keluarganya dan sahabatnya. Dan yang
pertama menerima seruan itu adalah keluarga di dalam rumahnya sendiri yang
terdiri dari istri beliau St. Khadijah, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid Ibnu Tsabit.
Usaha berikutnya adalah ditujukan kepada sahabatnya.
b. Menyeru dan mengajak Bani Abdul Muttalib ke dalam Islam, hal ini merupakan
tahap permulaan seruan dan ajakan secara terang-terangan kepada ajaran agama
baru ini. Seruan ini ditujukan kepada keluarga bani Abdul Muttalib, yang mana
ada yang menyambutnya dengan baik da nada pula yang tidak menerimanya.
c. Seruan dan ajakan umum, setelah perintah Allah sampai kepada Rasulullah unutk
mengajak masyarakat masuk Islam. Pada setiap musim haji Rasulullah
mengunjungi kemah-kemah jamaah haji membicarakan masalah agama dan
menyampaikan seruan Islam kepada mereka.
2. Pelaksanaan Pendidikan Islam di Madinah
Pada periode ini merupakan kelanjutan dari periode Makkah, yang mana dengan
merupakan penyempurnaan dari terdahulu.Selama proses pendidikan di Madinah,
banyak hal yang dilakukan oleh Rasulullah diantaranya :
a. Karya pertama Nabi Muhammad di Madinah ialah membuat landasan yang kuat
bagi kehidupan Islam. Masjid didirikan sebagai pusat kegiatan ibadah dimana
pendidikan Islam diajarkan.
b. Nab mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar.
c. emmbuat piagam persaudaraan dengan golongan-golongan penduduk Madinah
nonmuslim yaitu kaum Yahudi dan kaum Nasrani supaya tidak saling
mengganggu.Inilah yang disebut perjanjian piagam Madinah.

B. Karakteristik Pendidikan Pada Masa Nabi dan Khulafaur Rasyiddin


Pada periode Makkah, Nabi Muhammad lebih menitikberatkan pembinaan moral dan
akhlak serta tauhid kepada masyarakat Arab yang bermukim di Makkah dan pada peroide
di Madinah Nabi Muhammad SAW melakukan pembinaan di bidang sosial.Di sinilah
pendidikan Islam mulai berkembang pesat. Dengan karakteristik :
a. Dalam bidang keimanan: melalui penghayatan yang mendalam dan di dukung oleh
bukti-bukti yang rational dan ilmiah.
b. Materi ibadah: disampaikan dengan metode demonstrasi dan peneladanan sehingga
mudah didikuti masyarakat.
c. Bidang akhlak: Nabi menitikberatkan pada metode peneladanan.
Karakter pada masa Khulafaur Rasyiddin, sudah tumbuh minat ilmu dalam
mempelajari ilmu bahasa. Pada masa-masa Khulafa al-Rasyidin sebenarnya telah ada
tingkat pengajaran, hampir seperti masa sekarang, tingkat pertama ialah kuttab, tempat
anak-anak belajar menulis dan membaca/menghafal al-Qur’an serta belajar pokok-pokok
Agama Islam.Setelah tamat al-Qur’an mereka meneruskan pelajaran ke masjid.Pelajaran
di masjid ini terdiri dari tingkat menengah dan tingkat tinggi.Pada tingkat menengah
gurunya belumlah ulama besar, sedangkan pada tingkat tinggi gurunya ulama yang dalam
ilmunya dan masyhur kealiman dan kesalehannya.

C. Produk yang dihasilkan dari pendidikan masa Nabi dan Khulaf


Dengan bertambahnya lembaga-lembaga pendidikan Islam, seperti :
1. Kuttab sebagai pendidikan dasar.
2. Pendidikan rendah di istana
3. Toko-toko kitab
4. Rumah para ulama
5. Majelis atau saloon kesusastraan
6. Ba’diah
7. Rumah sakit
8. Perpustakaan dan observatorium
9. Madrasah

5. Pendidikan Islam Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah


A. Pendidikan Islam pada Masa Bani Umayyah
Pendidikan pada masa pemerintah Umayyah bersifat desentrasi yang berarti pendidikan
tidak hanya berpusat di ibukota Negara saja tapi juga dikembangkan secara otonom di
daerah yang telah dikuasai dengan ekspansi teritorial.Sistem pendidikan ketika itu belum
memiliki tingkatan dan standar umum.
1. Lembaga Pendidikan Islam pada Masa Bani Umayyah
a. Shuffah, Pada masa ini setidaknya telah ada sembilah Shuffah yang tersebar di
kota Madinah.
b. Kuttab/Makttab, lembaga pendidikan islam tingkat dasar yang mengajarkan
membaca dan menulis kemudian meningkat pada pengajaran Al-Quran dan
pengetahuan agama tingkat dasar.
c. Masjid, sebagai tempat kegiatan pengajaran dan pendidikan.
d. Majelis, tempat-tempat pelaksanaan belajar mengajar.
e. Pendidikan istana, dengan pengajaran anak-anak khalifah dan para pejabat
pemerintah.
2. Ciri-Ciri Umum Pendidikan Islam pada Masa Bani Umayyah
Berikut ini beberapa ciri khas corak pendidikan Isalm pada masa Umayyah adalah
a. Bersifat Arab.
b. Berusaha meneguhkan dasar-dasar Agama Islam yang baru muncul.
c. Prioritas pada ilmu-ilmu naqliyah dan bahasa.
d. Menunjukkan perhatian pada bahan tertulis sebagai media komunikasi.
e. Membuka jalan pengajaran bahasa-bahasa asing.
f. Menggunakan surau (kuttab) dan masjid.
3. Pusat Pendidikan Islam pada Masa Bani Umayyah
a. Madrasah Makkah, Sahabat yang pertama kali mengajar disini adalah Mu’ad bin
Jabal. Beliau mengajarkan al-Quran dan fiqih.
b. Madrasah Madinah, madinah ini termasyur dari madrasah-madrasah lainnya,
dikarenakan disinilah pusat berkumpulnya para pembesar sahabat Nabi.
c. Madrasah Basrah, ulama yang terkenal di Basrah ini adalah Abu Musa al-Asy’ari
seorang ahli Fiqih, Hadits dan Al-Quran dan Anas bin Malik yang termasyur
dalam bidang hadits.
d. Madrasah Kuffah, ulama sahabat yang tinggal di Kufah ialah Ali bin Abi Thalib
dan Abdullah bin Mas’ud. Ali bin Abi Thalib mengurus masalah politik dan
urusan pemerintahan sedangkan Abdullah bin Mas’ud sebagai guru agama.
4. Kurikulum Pendidikan Islam pada Masa Bani Umayyah
1. Kurikulum Pendidikan Rendah
Pada lembaga kuttab pada umumnya diajar membaca dan menulis disamping al-
quran, diajarkan juga bahasa, nahwu, dan arudh.Dengan memberikan materi
kepada murid-muridnya satu persatu.
2. Kurikulum Pendidikan Tinggi
Para kurikulum tingkat ini bervariasi sesuai dengan syekh yang
mengajarkannya.Mahasiswa dan guru bebas tidak terikat dalam memberikan
pelajaraan atau mempelajari. Jadi, seorang murid bebas untuk mempelajari mata
pelajaran apa saja begitupun dengan seorang guru tidak mewajibkan muridnya
untuk mengikuti kurikulum tertentu.
5. Metode Pendidikan Islam pada Masa Bani Umayyah
Dalam proses mengajar, metode pengajaran merupakan salah satu aspek
pengajaran yang penting untuk mentrasfer pengetahuan atau kebudayaan dari seorang
guru kepada muridnya (Kodir, 2015:86). Pada masa ini, metode itu duganakan dalam
pembelajaran al-quran berbentuk hafalan, dimana paara murid menghafal surat-surat
pendek, hal ini diulang berkali-kali sampai mereka hafal. Metode lain dengan
menanamkan dalam jiwa untuk meningkatkan keshalehan dirinya masing-masing.
6. Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam pada Masa Bani Umayyah
Pada masa ini banyak para ulama yang menguasai bidangnya masing-masing.
Misalnya Adapun ulama-ulama tabi’in ahli tafsir, yaitu : Mujahid, Athak bin Abu
Rabah, ‘Ikrimah, Sa’id bin Ubair, Masruq bin Al-Ajda; Qatadah.
Ulama-ulama para sahabat yang banyak meriwayatkan hadits, seperti : Abu
HUrairah (5374 hadits), Aisyah (2210 hadits), Abdullah bin Umar (kurang lebih 2210
hadits), Abdullah bin Abbas (kurang lebih 1500 hadits), Jabir bin Abdullah (kurang
lebih 1500 hadits), Anas bin Malik (kurang lebih 2210 hadits).
Ulama-ulama ahli fiqih dari kalangan tabi’in diantaranya adalah : Syuriah bin Al-
Harits, kemudian diikuti oleh murid-murid mereka, yaitu : Ibrahim An-Nakhi;I dan
‘Amir bin Syurahbil As-Sya’by.

B. Pendidikan islam pada Masa Bani Abbassiyyah


Dari perjalanan sejarah, hingga sampai kepada masa Abbasiyyah yang pada masa ini
banyak menorehkan perkembangan mulai dari perkembangan ilmu pengetahuan yang
menjadi iklim pengembangan wawasan dan disiplin keilmuan.
1. Lembaga Pendidikan Islam pada Masa Bani Abbasiyyah
Pada masa Bani Abbasiyyah pengajaran dan pendidian sangat berkembang pesat,
sehingga anak-anak sampai orang dewasa berlomba-lomba dalam menuntut ilmu
pengetahuan.
a. Kuttab sebagai lembaga pendidikan dasar, tempat belajar menulis dan membaca,
terutama bagi anak-anak berkembang dengan pesat. Menulis dan membaca sudah
ada di antara para sahabat sewaktu islam diturunkan.
b. Pendidikan rendah di istana, mulai muncul berdasarkan pemikiran bahwa
pendidikan itu harus bersifat menyiapkan anak didik agar mampu melaksanakan
tugas-tugasnya kelak. Atas pemikiran tersebut, khalifah dan keluarganya serta
para pembesar berusaha menyiapkan pendidikan rendah ini,
c. Toko-toko kitab, yang mulanya berfungsi sebagai tempat jual-beli kitab-kitab
yang ditulis dalam berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu.
d. Rumah-rumah para ulama, terjadi pada awal Islam, yaitu pernah menggunakan
rumah al-Arqam sebagai tempat belajar dan mengajar.
e. Majelis atau saloon kesusastraan, yaitu majelis khusus yang diadakan oleh
khalifah untuk membahas berbagai ilmu pengetahuan.
2. Ciri-ciri Pendidikan Islam pada Masa Bani Abbasiyyah
a. Dinasti Abasiyyah merupakan zaman keemasan dan kejayaan Islam di mana para
khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan cinta ilmu pengetahuan, sekaligus
merupakan pusat kekuasaan politik dan agama.
b. Berkembang dalam bidang bahasa atau terjemahan (penerjemah ke dalam bahasa
Arab)
c. Banyaknya para ilmuwan dan cendekiawan bermunculan yang membuat ilmu
pengetahuan begitu pesat
d. Metode hafalaan yang dipakai pada masa lalu juga sangat khas dan merupakan
ciri umum pendidikan masa ini.
3. Kurikulum Pendidikan Islam pada Masa Bani Abbasiyyah
a. Kurikulum Pendidikan Dasar (Kuttab)
Dengan membaca al-quran dan menghafalkannya, pokok-pokok Islam (berwudhu,
shalat, puasa, dst), menulis kisah orang-orang besar Islam, sampai belajar nahwu
dan sharaf ala kadarnya.
b. Kurikulum Pendidikan Menengah
Meliputi mata pelajaran yang bersifat umum, yakni; (a) Al-Qur’an, (b) Bahasa
Arab dan Kesusastraan, (c) Fiqih, (d) Tafsir, (e) Hadits, (f) Nahwu/ Shorof
Balagah, (g) Ilmu-ilmu pasti, (h) Mantiq, (i) Ilmu Falak, (j) Tarikh, (k) Ilmu alam,
(l) Kedokteran, (m) Musik.
c. .kurikulum Pendidikan Tinggi
Dengan jurusan ilmu naqliyah (ilmu-ilmu agama dan bahasa sastra Arab) dan
jurusan ilmu-ilmu umum atau ilmu akliah., pada perguruan tinggi.
4. Metode Pendidikan Islam pada Masa Bani Abbasiyyah
Ada tiga metode yang digunakan dalam pengajaran pada masa Bani Abbasiyyah,
yaitu :
a. Metode lisan, yaitu dikte (imla), ceramah (al-sama), qiroat dan diskusi
b. Metode menghafal, yang mana merupakan ciri khas pendidikan masa ini, dengan
murid-murid membaca berulang-ulang kemudian menghafalnya. Sebagaimana
menurut Imam Hanafi bahwa seseorang murid harus membaca suatu pelajaran
berulang kali sampai dia menghafalnya
c. Metode menulis, yang merupakan pengkopian karya karya ulama, sehingga
terjadi proses intelektualisasi hingga tingkat penguasaan ilmu murid semakin
meningkat
5. Tokoh-tokoh Pendidikan Islam pada Masa bani Abbasiyyah
1. Bidang astronomi: Al Fazari , Al farghani ( al-faragnus), Jabir batany, Musa bin
Syakir, dan Abu Jafar Muhammad
2. Bidang kedokteran: Ibnu Sina (Avicena), Ibnu masyisy, Ibnu syahal, Ali bin
Abbas, al Razi, Ibnu Rusyd, dan Al zahawi
3. Bidang kalam: Al Asy Ari, Imam Ghozali, dan washil bin Atha
4. Bidang geografi: Syarif Idrisy dan Al mas udi
5. Bidang tasawuf: Shabuddi sahwardi, al-qusyairi, dan Al Ghazali (karya
terpentingnya adalah ihya’ Ulum al-din)
6. Bidang sejarah: Al mas udi dan Ibnu Sa ad
7. Bidang filsafat: al-farabi Ibnu Sina Ibnu Rusyd dan Musa bin Syakir
8. Bidang tafsir : Ibnu jarir ath-tabary, ibnu athiyah al andlusy, Abu Bakar asam, dan
Ibnu jaru al-asady

C. Kemajuan Pendidikan Islam pada Masa Bani Umayyah dan Abbasiyyah \


1. Kemajuan Pendidikan Islam pada Masa Bani Umayyah
a. Bidang Administrasi Pemerintahan
Pada masa Umayyah membentuk beberapa departemen, seperti Diwan al Rasail,
semacam sekretaris jendral yang berfungsi untuk mengurus surat-surat negara
yang ditujukan kepada para gubernur atau menerima surat-surat dari mereka
b. Bidang Seni dan Sastra
Ketika Walid ibn Abdul Malik berkuasa terjadi penyeragaman bahasa, yaitu
semua administrasi negara harus memakai bahasa Arab.
c. Bidang Seni Rupa
Seni ukir dan pahat yang sangat berkembang pada masa itu dan kaligerafi sebagai
motifnya.
d. Bidang Arsitektur
Dengan dibangunnya Kubah al-Sakhrah di Baitul Maqdia yang dibangun oleh
Abdul Malik Ibn Marwan.
2. Kemajuan Pendidikan Islam pada Masa Bani Abbasiyyah
a. Bidang Geometri
Dengan perhatian para cendekiawan muslim dibuktikan dengan karya-karya
matematika. Seperti Muhammad bin Musa al-Khawarizmi telah menciptakan ilmu
Aljabar
b. Bidang Trigonometri
Pengantar kepada risalah astronomi dari Jabir ibnu Aflah dari Seville, ditulis oleh
Islah al-Majisti pada pertengahan abad, berisi tentang teori-teori trigonometrikal.
Dalam bidang astronomi terkenal nama al-Fazari sebagai astronom Islam yang
pertama kali menyusun astrolabe.
c. Bidang Geografi
Al-Mas’udi merupakan ahli dalam ilmu geografi. Di antara karyanya adalah
Muuruj al-Zahab wa Ma’adzin al-Jawahir
d. Bidang Kedokteran
Pada masa ini dokter pertama yang terkenal adalah ibnu Rabban AlTabari.Tokoh
lainnya adalah Al-Razi, Al-Farabi, dan Ibnu Sina.

6. Keberhasilan Pendidikan Islam Masa Nabi SAW : Analisa Kritis


1. Pola Pendidikan Pada Masa Rasulullah SAW
A. Strategi Pendidikan Rasulullah saw
Pada masa Rasulullah saw, pendidikan Islam dibedakan dalam dua periode, yaitu
a. Fase di Makkah
Sebelum Rasulullah melaksanakan tugasnya sebagai rasul, Allah telah mendidik
dan mempersiapkan untuk melaksanakan tugas tersebut secara sempurna.Dengan
melalui pengalaman, pengenalan, serta peranannya dalam kehidupam masyarakat
dan lingkungannya.Dengan potensi fitrahnya pula beliau mampu
mempertahankan keseimbangan dirinya di tenagh budaya masyarakat.
Pada fase Makkah ini Rasulullah melakukan strategi dengan 3 tahapan, yaitu :
1) Tahap sembunyi-sembunyi berlangsung selama 3 tahun : pada awal turunnya
wahyu pertama al-quran surat 96 ayat 1-5, pola yang dilakukan Rasulullah
dengan sembunti-sembunyi kepada orang-orang terdekat terlebih dahulu.
2) 2) tahap terang-terangan dengan mengajak dan menyeru Bani Abdul Muthalib
pada awal beloiau menyeru secara terang-terangan. Dengan berdakwah seiring
dengan jumlah sahabat yang semakin banyak, sehingga banyak kaum quraisy
yang masuk Islam.
3) 3) tahap untuk umum, secara terang-terangan yang berfokus kepada keluarga
dekat, tetapi kurang maksimal yang pada akhirnya mengubahstrategi menjadi
secara umum atau keseluruhan. Dengan pada musim haji, beliau mendatangi
satu persatu jamaah haji dengan konsekuensi ada yang menerima da nada pula
yang menolaknya.
b. Fase di Madinah
Pada fase ini, Rasulullah memfokuskan kepada penyempurnaan pengajaran
terlebih dahulu dengan tujuan pendidikan kader Islam yang diarahkan kepada
aspek kemanusiaan dalam mengelola dan menjaga kesejahteraan alam semesta.
Rasulullah melakukan hal-hal berikut :
1) Membuat landasan yang kuat bagi kehidupan Islam, dengan menjadikan
masjid sebagai pusat kegiatan ibadah dan pengajaran pendidikan Islam
2) Nabi mempersaudarakan kaun Muhajirin dan Kaum Anshar
3) Membuat piagam persaudaraan "Piagam Madinah" dengan golongan-
golongan penduduk Madinah non Muslim.

B. Metode Pendidikan Islam Masa Rasulullah saw


a. Dalam bidang keimanan, dengan metode tanya jawab
b. Materi ibadah, dengan metode demonstrasi dan peneladanan
c. Bidang akhlak, dengan metode peneladanan sehingga mudah diikuti oleh
masyarakat

C. Materi Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah


Dengan mengajarkan al-quran karena al-quran merupakan intisari dari sumber pokok
ajaraan Islam.Disamping itu beliau Nabi juga mengajarkan tauhid.
a. Pendidikan keagamaan, yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata
jangan dipersekutukan dengan nama selain-Nya
b. Pendidikan aqliyah dan Ilmiah, yaitu mempelajari kejadian manusia dari
segumpal darah dan kejadian alam semesta
c. Pendidikan akhlak dan budi pekerti, yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan
kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid. d. Pendidikan
jasmani atau kesehatan, yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan
tempat kediaman.
D. Kurikulum Pendidikan Islam Masa Rasulullah saw
Kurikulum pada masa Rasulullah yaitu al-quran yang Allah wahyukan sesuai dengan
situasi dan kondisi.Rasulullah juga menyuruh para sahabatnya untuk mempelajari
bahasa asing.Kurikulum yang digunakan Rasulullah ini bertujuan untuk melahirkan
insan yang sempurna dari segi fisik dan spiritual agar memperoleh kebahagiian di
dunia dan akhirat. Kurikulum yang digunakan oleh Rasulullah kemudian diwariskan
kepada para sahabat termasuk pengumpulan dan pembukaan al-quran dan hadits yang
membawa kepada pengenalan ilmu tafsir, ushuludin, fiqih, dan ilmu-ilmu lain.

2. Keberhasilan Penidikan Islam Masa Rasulullah


Keberhasilan pendidikan Islam masa Rasulullah dapat dilihat dari berubahnya jiwa
dan pikiran manusia pada saat itu, sehingga melahirkan zaman kegemilangan tamaddun
(peradaban) manusia Rasulullah saw, yang telah berhasil mengubah manusia-manusia
yang kasar, terbelakang dan kurang peradaban, menjadi manusia yang agung yang
mampu menguasai dan menanungi dunia sehingga dunia menjadi aman, damai, dan
sejahtera di bawah pimpinan mereka. Keberhasilan-keberhasilan penddidikan Islam masa
Rasulullah adalah sebagai berikut :
1. Segi Keagamaan
Masyarakat Arab sebelum Islam menyembah patung-patung dan berhala sebagai
tuhan mereka dan tenggelam dalam kemusyrikan.Setelah Islam dating yang
membawa pedoman dalam kehidupan (al-quran) yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah, dengan manusia, dan dengan alam dan hewan mencapai mereka
kepada kebudayaan dan peradaban yang tinggi.
2. Pendidikan Sosial dan Politik Kewarganegaraan
Dengan adanya Islam terbentuklah persaudaraan yang kuat antar sesama muslim.
Juga mampu menerapkan pokok-pokok pikiran yang ada pada konstitusi Madinah
yang terperinci dengan adanya ayat-ayat yang turun selama periode Madinah.
3. Pendidikan Anak dalam Islam
Mampu mendidikan anak dengan memupuk pendidikan tauhid, salat, bermasyarakat,
adab dan sopan santun dalam keluarga, pendidikan kepribadian, kesehatan, dan
akhlak yang mulia.
4. Program Pemberian Ilmu dan Keterampilan
Yang mana pada hal ini mampu menggali minat dan bakat serta profesi para sahabat
dalam bidangnya masing-masing.
5. Pendidikan Perempuan
Kaum perempuan juga mendapat pendidikan dan pengajaran sebagaimana kaum laki-
laki.Serta banyak yang ikut perang untuk merawat orang-orang sakit, mengobati luka,
dan memberi minum bagi yang haus.

7. Kejayaan Pendidikan Islam pada Masa Umayyah dan Abbasiyyah

Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Bani Umayyah

Pada masa Bani Umayyah ilmu-ilmu yang dikembangkan yaaitu kedokteran, filsafat, astronomi,
ilmu pasti, sastra, dan seni.Pada masa ini juga telah ada tingkat pengajaran yaitu Kuttab, tempat
anak-anak belajar menulis dan membaca, menghafal al-quran, serta belajar pokok-pokok
agama.Setelah itu mereka meneruskan ke masjid.

Para ilmuan, para seniman, dan para ulama mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang
dikuasainya serta mampu melakukan kaderisasi ilmu. Di antara ilmu pengetahuan yang
berkembang pada masa ini adalah :
a. Ilmu agama, seperti: Al-Qur’an, Haist, dan Fiqh. Proses pembukuan Hadist terjadi pada
masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz sejak saat itulah hadis mengalami perkembangan
pesat.
b. Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup,
kisah, dan riwayat. Ubaid ibn Syariyah Al Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa
sejarah.
c. Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segla ilmu yang mempelajari bahasa, nahu, saraf,
dan lain-lain.
d. Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti
ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta
ilmu kedokteran.

Pola pendidikan pada Bani Umayyah telah berkembang jika dilihat dari segi pengajaraannya,
meskipun sistemnya masih sama seperti pada masa Rasulullah dan Khulaafaur Rasyiddin.

A. Madrasah dan Universitas pada Masa Bani Umayyah


Madrasah-madrasah yang ada pada masa Bani Umayyah yaitu sebagai berikut :
1) Madrasah Mekkah, guru pertama yang mengajar di Makkah, sesudah penduduk
Mekkah takluk, ialah Mu’az bin Jabal. Ialah yang mengajarkan Al Qur’an dan mana
yang halal dan haram dalam Islam.
2) Madrasah Madinah, madrasah Madinah lebih termasyur dan lebih dalam ilmunya,
karena di sanalah tempat tinggal sahabat-sahabat nabi. Berarti disana banyak terdapat
ulama-ulama terkemuka.
3) Madrasah Kuffah, ulama sahabat yang tinggal di Kufah ialah Ali bin Abi Thalib dan
Abdullah bin Mas’ud. Ali bin Abi Thalib mengurus masalah politik dan urusan
pemerintahan sedangkan Abdullah bin Mas’ud sebagai guru agama.
4) Madrasah Basrah, ulama yang terkenal di Basrah ini adalah Abu Musa al-Asy’ari
seorang ahli Fiqih, Hadits dan Al-Quran dan Anas bin Malik yang termasyur dalam
bidang hadits.
5) Madrasah Fistat (Mesir): Setelah Mesir menjadi negara Islam ia menjadi pusat ilmu-
ilmu agama. Ulama yang mula-mula madrasah madrasah di Mesir ialah Abdullah bin
‘Amr bin Al-‘As, yaitu di Fisfat (Mesir lama).
B. Tokoh-tokoh Pendidikan pada Masa Bani Umayyah
Tokoh-tokoh pendidikan pada masa Bani Umayyah terdiri dari ulama-ulama yang
menguasai bidangnya masing-masing seperti dalam bidang tafsir, hadist, dan Fiqh.Selain
para ulama juga ada ahli bahasa/sastra.
Ulama-ulama para sahabat yang banyak meriwayatkan hadits, seperti : Abu HUrairah
(5374 hadits), Aisyah (2210 hadits), Abdullah bin Umar (kurang lebih 2210 hadits),
Abdullah bin Abbas (kurang lebih 1500 hadits), Jabir bin Abdullah (kurang lebih 1500
hadits), Anas bin Malik (kurang lebih 2210 hadits).
Ulama-ulama ahli fiqih dari kalangan tabi’in diantaranya adalah : Syuriah bin Al-
Harits, kemudian diikuti oleh murid-murid mereka, yaitu : Ibrahim An-Nakhi;I dan ‘Amir
bin Syurahbil As-Sya’by.
Ahli bahasa/sastra: Seorang ahli bahasa seperti Sibawaih yang karya tulisnya
AlKitab. Di zaman ini muncul penyair-penyair seperti Umar bin Abu Rabiah (w.719),
Jamil al-uzri (w.701), Qys bin Mulawwah (w.699) yang dikenal dengan nama Laila
Majnun, Al-Farazdaq (w.732), Jarir (w.792), dan Al akhtal (w.710).

Pendidikan Islam pada Masa Bani Abbasiyyah

Zaman pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah dikenal sebagai zaman keemasan dan kejayaan
islam, di mana secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan cinta ilmu
pengetahuan, sekaligus merupakan pusat kekuasaan politik dan agama. Di sisi lain, kemakmuran
masyarakat pada saat ini mencapai tingkat tertinggi. Pada masa ini pula umat islam banyak
melakukan kajian kritis terhadap ilmu pengetahuan sehingga berhasil menyiapkan landasan bagi
perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.

Dinasti Bani Abbasiyah menyumbang pesan penting dalam soal alih bahasa atau terjemahan,
penerjemah karya-karya penting sebenarnya sudah dimulai sejak pertengahan Dinasti Bami
Umayyah.Sejak upaya penerjemahan meluas dan sekaligus sebagai hasil kebangkitan ilmu
pengetahuan. Banyak kaum muslimin mulai mempelajari ilmu-ilmu itu langsung dalam bahasa
Arab, sehingga muncul sarjana-sarjana muslim.

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyyah


Dinasti Abbasiyah berdiri pada tahun 132 H dan runtuh pada tahun 656 H, yaitu ketika
orang-orang Mongol menyerbu walayah kekhalifahan di bawah pinpinan Hulagu
Khan.Periode Para Khalifah yang Kuat. Periode ini dimulai duduknya Abdullah bin
Muhammad bin Ali (Abu Abbas asSaffah) diatas kursi kekuasaan pada tahun 132 H.
Periode ini kemudian berakhir dengan terbunuhnya sang Khalifah pada tahun 247 H,
yaitu ditandai dengan masuknya pada Penglima Turki dalam sistem pemeritahan dan
intervensi mereka dalam kebijakan Khalifah.
Periode Kebangkitan Orang-orang Turki. Periode ini dimulai dari tahun 247 H sampai
tahun 334 H. Pada periode inilah banyak terjadi gejok di tubuh pemerintahan Dinasti
Abbasyiah sehingga banyak wilayah yang melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad.
Periode Kebangkitan Bani Buwaih. Periode ini dimulai dari tahun 334 H sampai tahun
447 H. Bani Buwaih adalah orang-orang Persia yang sengaja didatangkan oleh Khalifah
untuk membebaskan mereka dari pengaruh orang-orang Turki. Merekalah yang
mendorong terjadinya gerakan kebangkitan sastra dan Ilmu Pengetahuan
Periode Kebangkitan Dinasti Saljuk. Periode ini dimulai dari tahun 447 H sampai
tahun 656 H. Orang- orang Saljuk memang sengaja didatangkan oleh Khalifah untuk
membebaskan mereka dari pengaruh Dinasti Saljuk. Nama Saljuk sendiri sebenarnya
berasal dari “Salijuq”.Yaitu seorang pemimpin bansa Saljuk yang berasal dari
Turkistan.Pada periode ini, dunia Islam harus menghadapi dua serangan sekaligus
serangan kaum salib dan serangan bangsa Mongol.

B. Pendidikan Islam pada Masa Bani Abbasiyyah


Pada masa Bani Abbasiyyah pendidikan Islam berkembang pesat, sehingga pada masa ini
disebut sebagai masa keemasan “The golden age”.Pada masa itulah ummat Islam
mengalamai kemajuan yang sangat baik dalam bidang ekonomi, peradaban, ditambah lagi
dengan banyaknya penerjemaham buku-buku dari bahasa asing kedalam bahasa Arab.

C. Masa Keemasan Bani Abbasiyyah dan Perkembangan Keilmuan


Pada dinasti Abbasiyyah mengalami keemasan pada pemerintahan Harun ar-
Rasyid.Dengan munculnya gerakan penerjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa
Arab.Sehingga lahirlah beberapa tokoh besar Islam sesuai dengan bidang keahliannya.
Misalnya dalam bidang Ilmu Umum seperti Ilmu Filsafat, antara lain: al-Kindi, al-
Farabi,l Ibnu Sina, Ibnu Maskawaih, al-Ghazali Ibnu Rusd. Dibidang Kedokteran seperti:
Ali bin Robban at-Torabi, Ali bin Abbas alMajusi, Ibnu Sina, ar-Razi, Umar al-Furqan,
al-Khawarizmi. Di bidang astronomi seperti: al-Razi, al-Ghattani, Abul Wafat, al-
Farghani. Dari berbagai cendikiawan tersebut diatas, maka jelaslah bahwa Dinasti
Abbasyiah mengalami kemajuan dalam bidang keilmuan yang sangat pesat pada saat
kekhalifahan dipimpin oleh Harun alRasyid.

D. Sistem Pendidikan Islam pada Masa Kejayaan Bani Abbasiyyah


1. Metode Kurikulum. Kurikulum yang terdapat di dalam lembaga pendidikan Islam
pada umumnya berkisar pada bidang studi tertentu, hal ini dimaksudkan untuk
membuat kajian keilmuan lebih terfokus kepada bidang-bidang yang dipelajarinya,
sehingga -para siswa diharapkan mampu menguasainya dengan baik.
2. Metode Pembelajaran. Metode ini dikhususkan dalam praktek pembelajaran, karena
metode ini merupakan aspek pengajaran yang paling penting untuk mentrasfer ilmu
dari seorang guru ke peserta didik.
3. Rihlah Ilmiah. Metode ini menjadi sangat menarik dan terkesan mampu memberikan
kontribusi keilmuan yang signifikan. Salah satu metode yang paling menarik dalam
pendidikan Islam di masa Dinasti Abbasyiah adalah metode Rihlah Ilmiah, yaitu
pengembangan dengan cara meneliti lebih jauh untuk mencari suatu ilmu.
E. Kemajuan Bidang Pengetahuan dan Teknologi
1. Geometri
Dengan perhatian para cendekiawan muslim dibuktikan dengan karya-karya
matematika. Seperti Muhammad bin Musa al-Khawarizmi telah menciptakan ilmu
Aljabar
2. Trigonometri
Al-fargani yang dikenal di eropa dengan nama al-Faragnus menulis ringkasan ilmu
astronomi yang telah di terjemahkan ke dalam Bahasa Latin oleh Gerard Cremona
dan Johannes Hispalensis
3. Musik
Safiuddin adalah salah seorang penemu skala paling sistematis yang disebut paling
sempurna dari yang pernah di temukan.(Mehdi Nakasteen, 1995:45).
4. Geografi
Al-Mas’udi merupakan ahli dalam ilmu geografi. Di antara karyanya adalah Muuruj
al-Zahab wa Ma’aadzin al-jawahir.
5. Antidote (penawar racun)
Ibnu Sarabi yang menulis sebuah risalah tentang penangkal racun dalam versi
Hebrew dan Latin. Dengan nama Jabir bin Hayyan, yang berpendapat bahwa timah,
besi, dan tembaga dapat diubah menajdi emas atau perak dengan mencampurkan
sesuatu zat tertentu.
6. Ilmu Kedokteran
Dikenal nama Al-Razi dan Ibnu Sina. Al- Razi adalah tokoh pertama yang
membedakan antara penyakit cacar dengan measles.
7. Filsafat
Tokoh yang terkenal adalah al-Farabi yang banyak menulis buku tentang filsafat,
logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles.Ibnu Sina
dan Ibnu Rusyd.

8. KEMUNCULAN MADRASAH DAN KONTRIBUSINYA DALAM


PENDIDIKAN ISLAM

1. Kronologi Lahirnya Madrasah

Zuhairini membaginya kepada lima periode:

1) Periode pembinaan pendidikan Islam, yaitu pada masa Rasulullah Saw.

2) Periode pertumbuhan pendidikan Islam, yaitu pada masa Rasulullah Saw. sampai masa Bani
Umayyah.

3) Periode kejayaan pendidikan Islam, yaitu pada masa Abbasiyah sampai dengan jatuhnya
Baghdad diwarnai dengan timbulnya madrasah dan puncak budaya Islam.
4) Periode kemunduran pendidikan Islam, yaitu jatuhnya Baghdad sampai dengan jatuhnya
Mesir ke tangan Napoleon.

5) Periode pembaharuan pendidikan Islam, yaitu pada masa Mesir dipegang oleh Napoleon
sampai dengan kini.

Dari periodisasi di atas dapat diasumsikan bahwa pembahasan ini berada pada periode kedua,
yaitu pada masa Umayah sampai dengan jatuhnya Baghdad.

Pada zaman pemerintahan bani umayyah, ummat islam sudah mempunyai semacam lembaga
pendidikan Islam yang di sebut “kuttab “. Para guru yang mengajar di kuttab ini pada mulanya
adalah orang-orang nonmuslim, terutama orang-orang yahudi dan nasrani. Karena itulah, bagi
umat islam, pengajaran kuttab itu hanya sebagai tempat belajar keterampilan membaca dan ,
menulis saja, sedangkan pengajaran al-quran dan dasar agama islam di berikan dan di ajarkan di
masjid-masjid oleh para guru khusus. Selanjutnya, untuk kepentingan pengajaran menulis dan
membaca bagi anakanak, yang sekaligus memberikan pelajaran al-quran dan dasar-dasar
pengetahuan agama islam, di adakanlah kuttab-kuttab yang terpisah dari masjid
agar anak-anak tidak mengganggu.

Pada kesempatan selanjutnya, yaitu pada abad ke-5 Hijriah atau 11Masehi, adalah masa di
mana sejarah mencatat terjadinya konflik antara kelompok -kelompok keagamaan dalam Islam.
Ketetapan awal untuk membina lembaga pendidikan dalam hal ini madra sah ialah karena suatu
pertimbangan bahwa untuk melawan Syi’ah tidak cukup dengan kekuatan senjata, melainkan
juga harus dengan melalui penanaman ideologi yang dapat melawan ideologi Syi’ah. Ini pula
yang melatarbelakangi lahirnya madrasah dengan tujuan untuk melawan pengaruh Syi’ah dan
memperkuat posisi Sunni. Walaupun ada faktorfaktor lainnya yang melatarbelakangi lahirnya
madrasah.

Pada umumnya, pendirian sebuah madrasah oleh seseorang atau kelompok akan mengandung
konsekuensi independensi, sehingga pendiri madrasah dapat mengontrol aktivitas institusi yang
dibangunnya secara leluasa.

2. Fenomena madrasah
Madrasah berasal dari “darasa “ yang berarti “ tempat duduk untuk belajar”. Istilah madrasah ini
sekarang telah menyatu dengan istilah sekolah atau perguruan (terutama islam). Madrasah
(bahasa Arab) yang akan dibicarakan pada bagian ini berbeda dengan madrasah (bahasa
Indonesia) yang merupakan lembaga pendidikan dasar dan menengah. Di sini madrasah
didefinisikan sebagai lembaga pendidikan tinggi yang secara luas berkembang di Dunia Islam
pra modern sebelum era universitas (al-Jami’ah).

3. Motivasi di dirikannya madrasah

Zuhairini mengemukakan alasan-alasan berdirinya madrasah di luar masjid:

1) Halaqah-halaqah (kelompok studi) yang diselenggarakan di masjid sering mengganggu


terutama terhadap orang- orang yang akan beribadah;

2) Berkembangnya ilmu pengetahuan melahirkan halaqah- halaqah banyak yang tidak


tertampung di Masjid;

3) Ketika bangsa Turki mulai berpengaruh dalam pemerintahan Bani Abasiyah dan dalam rangka
mempertahankan status .Mereka berusaha menarik hati dengan berusaha memperhatikan
pendidikan dan pengajaran guru-guru digaji dan diberi fasilitas yang layak;

4) Sebagai kompensasi dari dosa yang mereka lakukan juga berharap ampunan dan pahala dari
Tuhan karena mereka sering melakukan maksiat;

5) Ketakutan akan tidak dapat mewariskan harta kepada anak- anaknya. Dengan demikian,
mereka membuat wakaf pribadi yang dikelola oleh keluarga;

6) Usaha mempertahankan dan mengembangkan aliran keagamaan dari para pembesar agama

4. Madrasah sebagai institusi pendidikan

Tampak tampak dalam berbagai bentukvyang bervariasi. Baik bersifat umum seperti masjid
maupun yang khusus. Pada abad ke-4 H dikenal beberapa sistem pendidikan.Hasan Abdul Al-’Al
mengemukakan lima sistem dengan klasifikasi sebagai berikut: sistem pendidikan Mu’tazilah,
sistem pendidikan Ikhwan Al-Shafa, sistem pendidikan bercorak filsafat,sistem pendidikan
bercorak tasawuf, dan sistem pendidikan bercorak fiqih.
5. Lahir dan berkembang nya madrasah di Indonesia

Kehadiran madrasah sebagai lembaga pendidikan islam setidak-tidaknya mempunyai beberapa


latar belakang, di antaranya:

1) Sebagai manifestasi dan realisasi pembaharuan sistem pendidikan islam.

2) Usaha penyempurnaan terhadap sistem pendidikan yang lebih memungkinkan lulusannya


memperoleh kesempatam yang sama dengan sekolah umum, misalnya masalah kesamaan
kesempatan kerja dan perolehan ijazah.

3) Adanya sikap mental pada sementara golongan ummat islam, khususnya santri yang terpukau
pada barat sebagai sistem pendidikan modren dari hasil akulturasi.

Ada juga faktor yang melatar belakangi lembaga pendidikan islam yang ada di indonesia, sekitar
permulaan abad ke-20, dan secara garis besar di kelompokkan kepada dua hal yaitu: keadaan
bangsa indonesia dan faktor kondisi luar negeri.

1. Keadaan bangsa indonesia

a. Segi ajaran islam

Islam masuk ke indonesia sekitar abad 7-8M. Kondisi ummat dan ajaran islam yang ada di
indonesia berbeda dengan negara-negara islam lainya. Sebelum islam datang, di indonesia sudah
terbentuk pola-pola kebudayaan non-muslim, terutama hindu dan budha, termasuk animisme dan
dinamisme

b. Aktifitas lembaga pendidikan islam

Tidak bisa di pungkiri bahwa sistem pendidikan dan pengajaran islam pada masa lalu, terutama
pesantren yang bersifat tradisional masih terdapat banyak kelemahan, terutama menyangkut
sistem yang terdapat

di dalam Namun demikian, peran pesantren dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
tidaklah di ragukan dan pesantren merupakan satusatunya lembaga pendidikan yang ada pada
waktu itu(sebelum abad ke-20).Pada awal ke-20, sistem pendidikan model madrasah
bermunculan, sebagaimana halnya pesantren
2. Faktor kondisi luar negeri

Keberadaan dunia islam terutama abad ke-19 sebagian besar berada di bawah kekuasaan
penjajahan barat, menghadapi keadaan demikian, tampaknya ummat islam terbagi dalam tiga
kelompok dengan sikap yang berbeda.

a. Mereka yang menutup diri dan pengaruh modernisasi barat.

b. Mereka yang membuka diri terhadap modernisasi barat.

c. Mereka yang membuka modernisasi barat dengan penuh selektif.

Sistem pendidikan dan pengajaran di Indonesia

Perpaduan antara sistem pada pondok pesantren atau sistem yang berlaku pada sekolah-sekolah
modern merupakan sistem pendidikan dan pengajaran yang dipergunakan di madrasah. Proses
perpaduan tersebut berangsur-angsur dan mengikuti sistem klasikal. Sistem pengajian kitab yang
selama ini dilakukan, di ganti dengan bidang-bidang pelajaran tertentu, walaupun masih
menggunakan kitab-kitab yang lama.

Kurikulum madrasah dan sekolah–sekolah agama masih mempertahankan agama sebagai mata
pelajaran pokok, walaupun dengan persentase yang berbeda. Pada waktu pemerintah republik
indonesia, kementerian agama yang mengadakan pembinaan dan pengembangan terhadap sistem
pendidikan madrasah melalui kementrian agama, merasa perlu menentukan kriteria madsarah.
Kriteria yang di tetapkan oleh menteri agama untuk madrasah-madrasah yang berada dalam
wewenangnya adalah harus memberikan pelajaran agama sebagai mata pelajaran pokok, paling
sedikit 6 jam seminggu.
Pengetahuan umum yang di ajarkan dimadrasah adalah:

1) Membaca dan menulis(huruf latin) bahasa Indonesia.

2) Berhitung.

3) Ilmu bumi.

4) Sejarah indonesia dan dunia.


5) Olah raga dan kesehatan.

6. Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam

Menurut peraturan menteri agama nomor I tahun 1946 dan peraturan menteri agama nomor 7
tahun 1950, madrasah mengandung makna.

a. Tempat pendidikan yang di atur sebagai sekolah dan membuat pendidikan dan ilmu
pengetahuan ilmu agama islam menjadi pokok pengajarannya.

b. pondok dan pesantren yang memberi pendidikan setingkat dengan madrasah.Sistem dan isi
madrasah di upayakan adanya penggabungan antara Sistem pesantren dengan sekolah umum.
Madrasah sebagai perpaduan antara pendidikan sistem pondok yang khusus mengajarkan agama
islam dengan sistem pendidikan yang mengajarkan ilmu umum.

7. Lembaga Pendidikan Islam Klasik

a. Lembaga pendidikan islam pada masa Rasulullah sampai Daulah Umayyah

1. Rumah

Pada masa ini Rasulullah rumah sebagai alat untuk menyampaikan ceramah pada berbagai
tempat. Pada masa ini pendidikan termasuk kedalam pendidikan yang informal. Maksudnya
pendidikan itu berlangsung dirumah-rumah. Dirumah juga rasulullah mengajarkan ilmu-ilmu
agama, mengajarkan Al-Qur’an dan yang lainnya.

2. Kuttab

Mekah telah mengenal adanya Lembaga pendidikan rendah yaitu Kuttab. Kuttab berarti tempat
menulis atau tempat dimana dilangsungkannya tulis menulis. Lembaga ini dipandang sebagai
media utama untuk mengajarkan membaca dan menulis Al-Qur’an kepada anak-anak sampai
pada masa Khulafa Al-Rasyidin.

Pada akhir abad pertama hijrah muncul 2 kuttab, diantaranya:

1) Kuttab berfungsi sebagai tempat yang mengkhususkan pada membaca dan menulis
2) Kuttab sebagai tempat pendidikan yang mengajarkan Al_Qur’an dan dasar-dasar keagamaan.

3. Masjid

Masjid sebagai tempat pengetahuan adalah karena dimasjid tempat awal mempelajari ilmu
agama yang baru lahir dan mengenal dasar-dasar, hukumhukum, dan tujuan-tujuannya.

4. Shuffah
Shuffah adalah tempat yang biasa dipakai sebagai tempat pendidikan. Disini para siswa diajarkan
membaca dan menghafal Al-Qur’an secara benar dan hukum islam dibawah bimbingan dari Nabi
SAW. Rasulullah mengangkat Ubaid bin Al-Samit sebagai guru pada sekolah shuffah di
Madinah

b. Lembaga Pendidikan pada Masa Daulah Abbasiyyah (Harun Ar-Rasyid dan Al-
Ma’mun)

Daulah abbasiyyah didirikan oleh keturunan Abbas, paman Rasulullah yaitu Abdullah al-Saffah
bin Muhammad bin Ali bin Abdullah al-Abbas. Daulah abbasiyyah mencapai puncak keemasan
dan kejayaaan pada periode I, yaitu pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid dan Khalifah al-
Ma’mun, digunakan untuk kepentingan sosial seperti lembaga pendidikan.

Al-ma’mun merupakan khalifah yang cinta kepada ilmu dan banyak mendirikan sekolah.
Adapun lembaga-lembaga yang berkembang pada masa Bani Abbasiyyah di masa Harun Ar-
Rasyid dan Al-Ma’mun :
a. Kuttab atau Makrab
Pada masa daulah abbasiyyah kuttab mulai mengajarkan pengetahuan
umum disamping ilmu agama islam, bahkan kuttab dibedakan menjadi 2, yaitu kuttab yang
mengajarkan pengetahuan umum dan kuttab yang mengajarkan ilmu agama.

b. Masjid
Masjid adalah lembaga pendidikan islam yang dapat dikatakan sebagai madrasah yang
berkurikulum besar. Pada masa Bani Abbasiyyah dan masa perkembangan kebudayaan islam,
masjid-masjid yang didirikan oleh para penguasa pada umumnya dilengkapi dengan berbagai
sarana dan fasilitas pendidikan.
c. Toko-toko Buku

Selama masa kejayaan Bani Abbasiyyah, toko-toko buku berkembang dengan pesat seiring
dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan.

d. Majelis
Masjelis digunakan untuk kegiatan transfer keilmuan dari berbagai ilmu, sehingga majelis
memiliki banyak ragam, antara lain :

1) Majelis al-Hadist biasanya diselenggarakan oleh ulama/guru yang ahli dibidang hadist.

2) Majelis at-Tadris, biasanya menunjukan kepada majelis selain daripada hadist, seperti majelis
fiqih, majelis nahwu, atau majelis kalam.

3) Majelis al-Munazharoh, dipergunakan sebagai sarana untuk membahas perbedaan mengenai


suatu masalah oleh para ulama.

4) Majelis al-Muzakarah, merupakan inovasi dari murid-murid yang belajar hadist

5) Majelis al-Adab, adalah tempat untuk membahas masalah adab yang meliputi puisi, silsilah,
dan laporan sejarah bagi orang-orang terkenal.

6) Majelis al-Fatwa dan al-Nazar, merupakan sarana pertemuan untuk mencapai keputusan suatu
masalah dibidang hukum kemudian di fatwakan.
7) Saloon, suatu majelis khusus yang duadakan oleh khalifah untuk membahas berbagai macam
ilmu pengetahuan.

8) Rumah Sakit, berfungsi sebagai tempat merawat dan mengobati orang sakit, tetapi juga
berfungsi sebagai tempat untuk mendidik tenaga medis yang berhubungan dengan keperawatan
dan pengobatan.

9) Perpustakaan, pada masa ini perpustakaan berkembang pesat baik yang

bersifat umum diciptakan pemerintah maupun yang sifatnya khusus yang didirikan oleh ulama.

10) Rumah rumah para ulama, ulama yang tidak mengajar di pendidikan formal maka akan
mengajarkan muridnya dirumah-rumahnya.
11) Madrasah, madrasah sangat diperlukan keberadaannya sebagai tempat untuk menerima ilmu
pengetahuanagama secara teratur dan sistematis.

c. Lembaga Pendidikan Islam pada Masa Bani Fathimiyyah


1) Masjid dan Istana

Pada masa ini masjid menjadi tempat berkumpunya ulama fiqih, khususnya ulama yang
menganut mazhab syiah islamiyah, juga para wazir dan hakim. Mereka berkumpul membuat
buku tentang mazhab syiah islamiyyah yang akan diajarkan kepada masyarakat.fungsinya untuk
memutuskan perkara yang timbul dalam proses pembelajaran mazhab syiah tersebut.

2) Perpustakaan

Perpustakaan memiliki peran yang tidak kecil dibandingkan masjid dalam penyebaran akidah
islamiah dimasyarakat. Untuk itu para khalifah memperbanyak pengadaan berbagai buku ilmu
pengetahuan.

3) Dar’al Ilm

Seperti akademi-akademi yang lain yang ada di Baghdad dan di belahan dunia lain. Lembaga ini
kemudian diberi nama Dar al-Ilm. disinilah berkumpulnya para ahli fiqih, astronom, dokter, ahli
nahwu dan bahasa untuk mengadakan penelitian.

9. PENDIDIKAN PEREMPUAN ; PERSPEKTIF HISTORIS


1. Pendidikan Perempuan dalam Islam
Nabi Muhammad Saw, hadir di tengah bangsa Arab pada abad ke 6 M yang
menganut system relasi kuasa Patriarkhis, sebagaimana bangsa-bangsa dibagian dunia
lain pada saat itu. Sistem patriarkhisme telah lama ada dalam masyarakat ini. Ia adalah
sebuah sistem di mana laki-laki diposisikan sebagai pengambil keputusan atas kehidupan
masyarakat. Dalam system ini pula terbentuk pola pembagian kerja berdasarkan jenis
kelamin. Laki-laki bekerja dan beraktualisasi pada ruang publik dan perempuan pada
ruang domestic. Posisi dan peran perempuan seperti ini meniscayakan rendahnya
pengalaman, pengetahuan dan keterampilan perempuan. Perempuan juga tidak menjadi
makhluk dengan kemandirian penuh,sebagaimana laki-laki. Perempuan sangat tergantung
kepada laki-laki. Umar bin Khattab menginformasikan situasi ini. Ia mengatakan: “Kami
semula, pada periode pra Islam (jahiliyah), sama sekali tidak menganggap (terhormat,
penting) kaum perempuan. Ketika Islam datang dan Tuhan menyebut mereka, kami baru
menyadari bahwa ternyata mereka juga memiliki hak-hak mereka atas kami”. Bahkan
status perempuan pada zaman pra Islam ini oleh sebagian masyarakat dianggap bukan
manusia yang baik.
pendidikan merupakan basis atau fondasi peradaban. Pada kesempatan lain, Nabi juga
menyampaikan misi profetik utamanya. Al-Qur’an menyatakan : “Alif, laam raa. (Ini
adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari
gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju
jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”. Q.S. Ibrahim, [14]: 1
Studi tentang pendidikan bagi wanita dalam umat Islam memperlihatkan dua pendapat
yang berbeda yaitu yang menerima dan bahkan yang menolak.
a) Pendapat yang menolak pendidikan wanita
Para ulama yang menolak pendidikan wanita , yaitu tidak boleh mengajar wanita selain
agama dan Al Quran, dan dilarang mengajarkan menulis. Wanita yang diberi pelajaran
menulis diserupakan dengan ular yang menghirup racun. Pendukung pendapat ini
mengambil dasar dari Ali bin Abi Thalib yang menjumpai seorang pria yang sedang
mengajarkan menulis kepada seorang wanita, lalu beliau menegur, “jangan kamu
menambah kejahatan dengan kejahatan.” Selanjutnya pendukung pendapat ini
meriwayatkan bahwa ‘Umar bin Khattab melarang wanita belajar menulis. Disamping itu
mereka menisbahkan para wanita dengan kekurangan dari segi akal dan agama, dan
kekurangan ini merupakan faktor yang menyebabkan tidak boleh mengajarkan
pengetahuan kepada para wanita.
b) Pendapat yang memperbolehkan pendidikan wanita
Para pendukung yang memberi pengajaran kepada wanita dengan menggunakan dalil-
dalil dari hadits Nabi yang menganjurkan untuk memberi pengajaran kepada wanita,
sebagian dari hadits tersebut ialah, “menuntut ilmu diperlukan atas setiap muslim dan
muslimah”. “setiap orang yang memilki walidah (hamba) dan mengajarkannya serta
mendidiknya, kemudian ia memerdekakannya dan mengawininya, maka ia akan
mendapat dua buah pahala.”
2. Perempuan Islam dalam panggung sejarah Islam awal.
Pusat-pusat pendidikan dan kebudayaan Islam, paling tidak di tiga tempat : Damaskus
Baghdad dan Andalusia, memerlihatkan aktifitas, peran dan posisi kaum perempuan. Fakta-fakta
sejarah dalam peradaban awal Islam ini menunjukkan dengan pasti betapa banyak perempuan
yang menjadi ulama, cendikia dan intelektual, dengan beragam keahlian dan dengan kapasitas
intelektual yang relatif sama dengan bahkan sebagian mengungguli ulama laki-laki. Para ulama
perempuan tersebut telah mengambil peran-perannya sebagai tokoh agama, tokoh ilmu
pengetahuan, tokoh politik dan tokoh dengan moralitas yang terpuji. Aktifitas mereka tidak
hanya dari dan dalam ruang domestik (rumah) melainkan juga dalam ruang publik politik dalam
arti yang lebih luas. Mereka bekerjasama dengan ulama laki-laki membangun peradaban Islam.
Adalah menarik bahwa kehadiran tubuh mereka di ruang publik bersama kaum laki-laki tidak
pernah dipersoalkan Sukainah bint al-Husain (w. 735 M), cicit Nabi adalah tokoh perempuan
ulama terkemuka pada zamannya. Pemikirannya cemerlang, budi pekertinya indah, penyair
besar, guru penyair Arab tekemuka laki-laki dan perempuan, termasuk para ulama, di masjid
Umawi. Ia dikenal juga sebagai tokoh kebudayaan. Rumahnya dijadikan sebagai pusat aktifitas
para budayawan dan para penyair.
Tahun 1928 merupakan moment paling penting dalam sejarah perempuan di Indonesia. Sebuah
Kongres perempuan diselenggarakan. Beberapa butir rekomendasinya adalah menuntut kepada
pemerintah kolonial untuk menambah sekolah bagi anak perempuan; memberikan beasiswa bagi
siswa perempuan yang memiliki kemampuan belajar tetapi tidak memiliki biaya pendidikan,
lembaga itu disebut stuidie fonds dan mendirikan suatu lembaga dan mendirikan kursus
pemberantasan buta huruf, kursus kesehatan serta mengaktifkan usaha
pemberantasan perkawinan kanak-kanak Indonesia dan Peran Perempuan Indonesia
adalah Negara dengan jumlah penduk muslim terbesar di dunia. Separoh lebih di antaranya
adalah perempuan. Konstitusi NRI telah memberikan ruang yang sama dan setara bagi laki-laki
dan perempuan untuk memasuki dunia pendidikan pada seluruh jenjangnya.Jumlah nominal
kaum perempuan yang besar tersebut adalah potensial bagi kemajuan dan kesejahteraan sebuah
bangsa. Akan tetapi kemajuan ini hanya bisa diwujudkan manakala bisa didorong dan
dikembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi-potensi kemanusiaan tersebut meliputi
aspek nalar/intelektual, moral dan spiritual. Pendidikan pada hakikatnya adalah sebuah proses
mengembangkan potensi-potensi tersebut untuk menjadi manusia utuh atau manusia utama.
3.Wanita dalam Sejarah Sosial Pendidikan Masa Awal Islam (Subjek Pendikan)

Dalam sejarah islam muncul fenomena menarik dalam wacana gender, yaitu munculnya tokoh
perempuan sebagai faktor pendukung utama dalam proses risalah. Beliau adalah Siti Khadijah
istri Nabi SAW, kedudukannya teramat penting dalam sejarah Islam atas peran vitalnya dalam
keterlibatan terhadap proses kenabian Muhammad SAW. Kesaudagaran yang membuatnya
sangat mandiri memungkinkan mampu mengatur kehidupan kontemplatik suaminya selama
proses menjelang pewahyuan. Dalam perspektif ini Khadijah layak bahkan seharusnya menjadi
ikon dari seluruh isu kesetaraan gender dalam Islam.

Menurut Haiffa, pada masa awal Islam perempuan memperoleh kesempatan mempelajari
berbagai cabang ilmu pengetahuan, mereka mendatangi majlis belajar bersamaan dengan kaum
laki-laki-laki, dan berpartisipasi dalam seluruh aktifitas budaya bersandingan dengan kaum laki-
laki-laki bahkan berlomba untuk lebih ungul dalam memperoleh dorongan dan penghargaan.
Fakta sejarah masa awal Islam tentang hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya para wanita
yang berkiprah dan berprestasi dalam berbagai aktifitas.

Otonomisasi yang “diberikan” oleh Islam terhadap perempuan, tentu didadasarkan atas
kepercayaan terhadap kapabilitas dan kompetensi perempuan yang sama dengan kaum laki-laki
dalam segala bidang termasuk dalam persoalan yang berkaitan dengan agama. Otonomisasi dan
atau kemandirian ini menghantarkan kaum perempuan duduk seederajat dengan kaum laki-laki
dalam hal yang paling mendasar dalam periode pembinaan agama, yaitu keterlibatan dalam
menerima dan menyampaikan teks wahyu baik dalam bentuk kitab suci maupun sebagai Hadits.

Pada masa Islam para wanita memperoleh kebebasannya untuk mengekspresikan gagasan-
gagasannya dan terdorong untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Kehidupan publik
bagaikan panggung di mana antara wanita dan laki-laki terlibatkan. Bahkan para wanita
berdiskusi dan berdebat dengan Nabi. Haiffa mengingatkan bahwa Al-Qur'an mendorong para
wanita untuk berbicara mengutarakan pemikirannya dan tidak untuk diam. Hingga akhir periode
ini, antara kaum perempuan dengan laki-laki keduannya berperan sebagai subjek pendidikan.
Masing-masing sebagai pendidik dan peserta didik, kesempatan belajar yang sama karena
tanggungjawab yang sama.
4. Wanita dalam Sejarah Sosial Pendidikan Masa Klasik
A. Dinamika pendidikan

Institusi pendidikan tahap awal di sepanjang sejarah sosial pendidikan Islam adalah rumah,
dimana orang tua berperan sebagai guru. Periode pendidikan dalam keluarga (di rumah) ini
segera diikuti dengan pembelajaran Al Qur'an yang diselenggarakan di kuttab. Kuttab inilah
yang dipandang sebagai jenjang pendidikan formal dasar dalam sistem pendidikan Islam (diikuti
madrasah yang biasa dipertukarkan penggunaan istilahnya dengan jami’ah).

Pada akhir periode abad pertengahan para gadis memperoleh kesempatan mendatangi kuttab.
Kuttab adalah persekolahan yang dibangun berdampingan dengan masjid yang pada mulanya
hanya dihadiri oleh anak laki-laki-laki, dalam kuttab ini kurikulum pendidikan meliputi
membaca dan menghapal Al Qur'an.

B. Bidang pendidikan

Sebagian telah disebutkan sebelumnya, kaum perempuan muslim ternyata menguasai di berbagai
bidang dan disiplin keilmuan. Menurut Muhammad Shams ad Din al Sakhawi (dalam kitab Nisa’
volume 12) menyebutkan bahwa Hajar menjadi sarjana hadits termashur yang selalu dipenuhi
para pelajar. Terdapat juga perempuan muslim lain yang menguasai berbagai bidang seperti : Sitt
Al Qudhat (kepala para qadhi), seorang musnidah (ahli dalam hadits astau tradisi-tradisi
berkaitan dengan Nabi, hidup pada abad ke 14 mengajar di Damaskus dan menulis risalah-risalah
tentang fiqh, pengetahuan agama).
5. Tokoh Wanita Dalam Berbagai Bidang Keilmuan

Sudah umum diketahui besarnya peran istri nabi dan sahabat-sahabat perempuan Nabi dalam
berbagai kancah kehidupan, khususnya dalam mentransmisikan hadis Nabi SAW. Dapat
disebutkan sebagai contoh adalah ummul mu’minin, aisyah, istri Rasulullah, disamping
menguasai bidang hadis, ia juga menguasai bidang tafsir dan fiqih.

Beberapa bidang yang mendapat perhatian tokoh perempuan antara lain : fiqih, tafsir, hadis,
tasawuf, serta beberapa bidang lain seperti syair, ilmu al-thiib, keligrafi dan sebagainya.

a. Bidang fiqih
b. Bidang syair
c. Bidang hadits
d. Bidang tasawuf

10. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM: KASUSINDONESIA


A. Masuk dan Berkembangnya Pendidikan Islam di Indonesia

Agama Islam pertama kali lahir di Mekkah ,Arab Saudi .Para pemeluknya menyebarkan
agama Islam lewat berbagai jalur.Salah satu teori menyebutkan bahwa agama Islam di
Indonesia masuk lewat jalur perdagangan.Ketika Islam menyebarkan agama dan
kebudayaannya ke Indonesia, prosesnya cenderung berjalan dengan damai. Karena itu,
raja hingga rakyat biasa menerimanya dengan hangat.Selain perdagangan, ada cara lain
yang menyebabkan agama Islam dapat masuk dan berkembang di Indonesia.Cara tersebut
diantaranya adalah perkawinan, pendidikan, dan seni budaya.

Sejak awal perkembangan islam, pendidikan mendapat prioritas utama masyarakat


muslim Indonesia, disamping karena besarnya arti pendidikan, kepentigan islamisasi
mendorong umat islam melaksanakan pengajaran Islam walaupun dalam system yang
masih sangat sederhana, dimana pengajaran diberikan dengan system halaqoh (nonklasik)
yang dilakukan ditempat-tempat ibadah semacam masjid, mushola, bahkan juga dirumah-
rumah ulama. Semenjak Islam masuk ke Indonesia tentunya interaksi orang Timur-
Tengah dengan orang Indonesia, khususnya yang beragama Islam, bertambah baik.

Pola pendidikan yang berlangsung pada awal datangnya Islam ke Indonesia adalah
informal. Hal ini terjadi karena pedagang muslim/mubaligh awal dating menyebarkan
Islam pada waktu tertentu saja, yaitu ketika dating ke Nusantara untuk melakukan
transaksi perdagangan. Akan tetapi ketika mubaligh tetap, yaitu ulama Arab melakukan
dakwah intensif kemudian menetap dan mendirikan rumah ibadah, pola pendidikan yang
terjadi adalah nonformal. Jalur intensif yang digunakan dalam perkembangan Islam di
Nusantara adalah pendidikan. Dari jalur ini baru ditemukan argument bahwa Islam
berasal dari Arab.Banyak guru-guru yang dating untuk mengajar ke Nusantara berasal

Dari jazirah Arab. Mereka dating dari Hadramawt, Yaman, tidak ada dari India. Selain
itu,perkawinan merupakan upaya mempercepat Islamisasi di Nusantara. Para mubaligh
yang dating dengan keturunan nya membentuk komunitas. Akan tetapi, jalur yang paling
intensif adalah lewat pendidikan dan dakwah.

B. Pendidikan Islam di Indonesia pada masa kolonialisme(Penjajahan Belanda)


Ada dua ciri pendidikan Islam yang paling menonjol pada masa Belanda, yaitu:
1. Dikotomis
Yaitu adanya pertentangan anatara pendidikan Belanda dan pendidikan pesantren.
Pertentangan ini dapat dilihat dari sudut ilmu yang dikembangkan. Disekolah-sekolah
Belanda dikembangkan ilmu ilmu umum,dan tidak mengajarkan ilmu agama sama sekali.
Sementara pada pendidikan pesantren, pendidikan yang diberikan adalah pendidikan
keagamaan yang bersumber dari kitab-kitab klasik .
2. Diskriminatif Pemerintah Belanda memberikan perlakuan diskriminatif terhadap
pendidikan Islam di Indonesia. Diantara pelaksanaan diskriminatif adalah di
berlakukannya ordonansi guru pada tahun 1905. Ordonansi itu adalah mewajibkan setiap
guru agama Islam untuk meminta dan memperoleh izin terlebih dahulu sebelum
melaksanakan tugas sebagai guru agama.
Analisis Aspek-aspek Pendidikan Dikotomis
1. Filsafat ilmu
2. Kurikulum
3. Kelembagaan
4. Pendanaan
5. Kelulusan

C. Pendidikan islam di indonesia pada masa kemerdekan


Sejarah pendidikan islam pada masa orde lama (zaman kemedekaan) dalam salah satu
nota islamic indonesia yang disusun oleh departemen agama pada tanggal 1
september 1956, ada tiga tugas bagian pendidikan agama yaitu:
a. Memberi pengajaran agama di sekolah dan pertikulir
b. Memberi pengetahuan umum dimadrasah
c. Mengadakan pendidikan guru agama serta pendidikan hakim islam negeri.
11. Sejarah Pendidikan Islam : Kasus Indonesia
A. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia
Studi tentang perkembangan pendidikan Islam di Indonesia tidak terlepas
dari kajian sejarah masuknya Islam di Indonesia. Ini karena awal munculnya
pendidika Islam di Indonesia terwujud dengan adanya praktek penyebaran agam
Islam itu sendiri. Masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia
disebabakan dua faktor yang cukup Dominan..
Merujuk pada periodeisasi sejarahpendidikan Islam di Indonesia yang
dibuat oleh Zuhairini, ada 7 fase datangnya Islam ke Indonesia; fase
pengembangan dengan melalui proses adaptasi; fase berdirinya kerajaan-kerajaan
Islam (proses politik); fase kedatangan orang barat (zaman penjajahan); fase
penjajahan Jepang; Fase Penjajahan Jepang; Fase Indonesia Merdeka; Fase
Pembangunan.
Pada fase kedua, yakni masa pengembangan dengan proses adaptasi,
pendidikan Islam tersus berkembang. Mahmud Yunus menggambarkan
pendidikan Islam padafase ini ditandai dengan terbentuknya sistem langgar atau
surau sebagai pusat studi keIslaman. Dengan dipandu oleh juru dakwah yang
biasanya dikenal dengan sebutan modin atau lebai, pengajian al-Qur’an dibedakan
menjadi dua tingkatan. Pertama, tingkat rendah atau pemula dengan materi
pembelajaran pengenalan huruf dan bacaan al-Qur’an pada malam dan pagi hari
sesudah shalat subuh. Kedua, tingkat atas, yaitu dengan penambahan beberapa
pembelajaran seperti pelajaran lagu, qasidah, barzanji, dan tajwid. Metodeyang
digunakan ialah dengan cara sorogan dan halaqah.
Pada fase ketiga (munculnya kerajaan Islam) potret pendidikan di
Indonesia mulai mengalami kemajuan karena pada fase ini pendidikan Islam
mendapat dukungan yang penuh dari kerajaan, kerajaan Islam yang pertama
adalah fase atau kerajaan Samudera di Aceh yang beridiri pada abad 10 M dengan
rajanya yang pertama Al Malik Ibrahim bin Mahdum, yang kedua bernama Al
Malik Al Shaleh dan yang terakhir Al Malik Sabar Syah. Sistem pendidikan Islam
pada masa ini, sebagaimana keterangan Ibnu Batutah, sebagai berikut:
1. Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang Syariat ialah Fiqh
Madzhab Syafi’i
2. Sistem pendidikannya secara informal berupa majlis taklim dan
halaqah.
3. Tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh ulama.
4. .Biaya pendidikan agama bersumber dari NegaraKerajaan Islam
yang kedua di Indonesia dan yang juga mewariskan pendidikan
Islam adalah Perlak di Aceh.

Raja yang pertama adalah Sultan Alaudin abad 12M, Raja yang
keenam yang bernama Sultan Mahdum Alaudin Muhammad Amin
adalah seorang Ulama yang mendirikan perguruan tinggi Islam. Suatu
majlis taklim tingkat tinggi yang dipruntukkan khusus para murid yang
sudah alim. Kitab-Kitab yang dikaji cukup berbobot seperti Al-Um

karya Imam Syafi’i dan beberapakitab lainnya.

Wajah pendidikan Islam pada fase penjajahan Jepang mengalami


sedikit kebaikan dibading pada zaman belanda walaupun secara umum
terbengkalai karena murid-murid sekolah hanya disuruh gerak badan,
baris berbaris, bekrja bakti, bernyanyi dan lain sebagainya. Yang
masih agak beruntung adalah mdrsah-mdrsah yang berada di pondok
pesantren yuang bebas dari pengawasan langsung pemerintah jepang.

Dalam rangka mencari simpati dan dukungan rakyat Indonsia, jepang memberi beberapa
kebaikan terhadap pendidikan Islam, antara lain sebagai berikut:

1. Pondok pesantren yang besar sering mendapat kunjungan dan bantuan dari pembesar-
pembesar Jepang
2. Sekolah negeri diberi pelajaran Budi Pekerti yang isinya Identik dengan ajaran Agama
3. Memberikan izin pendirian Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang dipimpin oleh KH.
Wahid Hasyim, Kahjar Muzakir, dan Bung Hatta.Awal fase Indonesia merdeka ditandai
dengan Proklamasi pada tanggal 17 Agustsus 1945.
Pada awal masa ini kondisi Indonesia masih belum stabil, akan tetapi perhatian
pemerintah terhadap pendidikan Islam cukup besar. Pendidikan agama saat itu secara
formil institusiomal dipercayakan kepada Departemen Agama dan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Pendidikan Agama Islam secara umum mulai diatur pada
bulan Desember 1946 melalalui suarat keputusan bersama dua Menteri, yaitu menteri
Agama dan menteri Pendidikandan Kebudayaan yang menetapkan bahwa pendidikan
agama diberikan mulai kelas IV sampai Kelas VI SR (Sekolah Rakya).
B. Sistem Pendidikan Islam di Indonesia.
1. Sekolah
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa/ murid di bawah
pengawasan guru. Saat ini, kata sekolah berubah arti menjadi bangunan atau lembaga
untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi
pelajaran.WJS.Poerwadarminto dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia menerangkan
bahwa sekolah adalah:
a. Bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi pelajaran.
b. Waktu atau pertemuan ketika murid-murid diberi pelajaran.
c. Usaha menuntut ilmu pengetahuan.
Sekolah menitikberatkan kepada pendidikan formal, di sekolah prosedur
pendidikan telah diatur sedemikian rupa, ada guru, ada siswa, ada jadwal pelajaran yang
berpedoman kepada kurikulum dan silabus, ada jam-jam tertentu waktu belajar serta
dilengkapi dengan sarana dan fasilitas pendidikan serta perlengkapan-perlengkapan dan
peraturan-peraturan lainnya.
3. Madrasah
Madrasah adalah suatu lembaga yang mengajarkan ilmu-ilmu keislaman.Ditinjau dari
segi tingkatannya madrasah dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Tingkat Ibtidaiyah (Tingkat Dasar)
b. Tingkat Tsanawiyah (Tingkat Menengah)
c. Tingkat Aliyah (Tingkat Menengah Atas)
Tugas lembaga madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam adalah :
a) Merealisasikan pendidikan Islam yang didasarkan atas prinsip pikir, akidah, dan tasyri’
yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Bentuk dan realisasi itu ialah agar
peserta didik beribadah, mentauhidkan Allah SWT, tunduk dan patuh atas perintah-Nya
serta syariat-Nya.
b) Memelihara fitrah anak didik sebagai insan mulia, agar tak menyimpang tujuan Allah
menciptakannya.
c) Membersihkan pikiran dan jiwa dari pengaruh subjektivitas (emosi), karena pengaruh
zaman dewasa ini lebih mengarah pada penyimpangan fitrah manusiawi.
d) Memberikan wawasan nilai dan moral, serta peradaban manusia yang membawa
khazanah pemikiran anak didik menjadi berkembang.e) Menciptakan suasana kesatuan
dan kesamaan antar anak didik.
3. Pondok Pesantren
Pondok Pesantren yaitu suatu lembaga pendidikan Islam, yang didalamnya terdapat
seorang kiai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (peserta didik) dengan
sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut, serta adanya
pemondokan atau asrama sebagai tempat tinggal para santri. Ciri-ciri khusus dalam
pondok pesantren adalah isi kurikulum yang dibuat terfokus pada ilmu-ilmu agama,
misalnya ilmu sintaksis Arab, morfologi Arab, hukum Islam, Hadits, tafsir Al-Qur’an,
teologi Islam, tasawuf, tarikh, dsb
C. Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia
Pesantren yang dulunya tradisional, dalam pola pembelajaran dan materi muatan
serta Kurikulumnya, kini telah mengalami perkembangan dengan mengadaptasi
beberapa teori-teori pendidikan yang bisa diterapkan di lingkungan pesantren.
Alhasil, kini semakin banyak bermunculan pesantren modern, yang dalam pola
pembelajarannya tidak konvensional, tetapi lebih modern dengan berbagai
sentuhan manajemen pendidikan yang dinamis.Mayoritas pesantren dewasa ini
juga memberikan materi dan muatan pendidikan umum. Tidak sedikit pesantren
yang sekaligus memiliki lembaga sekolah dan manajemennya mengacu pada
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sedangkan dinamika sistem pendidikan madrasah dapat. Dari beberapa
perubahan, seperti memasukkannya mata pelajaran umum dalam kurikulumnya,
meningkatkan kualitas guru dengan memperhatikan syarat kelayakan mengajar,
membenahi manajemen pendidikannya melalui akreditasi yang diselenggarakan

pemerintah, mengikuti ujian negara menurut jenjangnya.


D. Mengatasi Ketertinggalan Pendidikan di Indonesia
Berawal dari ketertinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka diikuti oleh ketertinggalan di bidang ekonomi, politik, sosial, dan juga
pertahanan. Negara-negara Islam yang sekarang ini sedang terpuruk dan tidak
menentu nasibnya, adalah oleh karena mereka tidak memiliki ketangguhan di
berbagai bidang itu. Akibatnya, mereka dipermainkan oleh negara-negara
maju.Umat Islam seharusnya memimpin dan berada di depan di antara umat
lainnya, dan bukan sebaliknya.
Namun realitasnya, mereka justru berada di belakang. Keadaan yang tidak
menguntungkan itu seharusnya cepat disadari dan segera bangkit. Terlalu
menyalahkan orang lain adalah suatu kekeliruan. Jika umat Islam selama ini
merasa diperlakukan secara tidak adil, maka sebenarnya hal itu hanya sebagai
konsekuensi dari keadaannya yang lemah itu. Umpama umat Islam kuat, maka
tidak akan ada pihak manapun yang berani mempermainkannya.
Kebangkitan itu harus dimulai dari pendidikan. Tidak mungkin umat Islam
akan maju jika tidak melakukan pembenahan pendidikan secara mendasar dan
menyeluruh. Jika selama ini, umat Islam tertinggal di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi maka sebagai sebabnya adalah terletak pada pendidikkan yang
kurang tepat dan juga kurang berkualitas. Jika selama ini umat Islam tertinggal di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, maka hal itu disebabkan oleh karena
pendidikan yang dibangun belum berhasil melahirkan keunggulan itu.

12. SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM


A. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam menurut Zarkowi Soejoeti sebagaimana yang dituturkan oleh
M.Ali Hasan dan Mukti Ali, terbagi dalam tiga pengertian. Pertama “Pendidikan Islam”
adalah jenis pendidikan yang pendirian dan penyelenggaraannya didorong oleh hasrat
dan semangat cita-cita untuk mengejawantahkan nilai-nilai Islam, baik yang tercermin
dalam nama lembaganya, maupun dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan.

Ciri khas pendidikan Islam itu ada dua macam :

a. Tujuannya : Membentuk individu menjadi bercorak diri tertinggi menurut ukuran Allah.
b. Isi pendidikannya : ajaran Allah yang tercantum dengan lengkap di dalam Al Qur’an
yang pelaksanaannya dalam praktek hidup sehari-hari dicontohkan oleh Muhammad
Rasulullah SAW.

Teori-teori pendidikan Islam yang berkembang di Indonesia secara umum


mendefinisikan pendidikan Islam dalam dua tataran : idealis dan pragmatis. Pada tataran
idealis, pendidikan Islam diandaikan sebagai suatu sistem yang independen (eksklusif)
dengan sejumlah kriterianya yang serba Islam. Definisi ini secara kuat dipengaruhi oleh
literatur Arab yang masuk ke Indonesia baik dalam bentuk teks asli, terjemahan, maupun
sadurannya. Sedangkan pada tataran pragmatis, pendidikan Islam ditempatkan sebagai
identitas (ciri khusus) yang tetap berada dalam konteks pendidikan nasional

B. .Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia

Pendidikan islam di indonesia telah berlangsung sejak agama islam masuk ke Indonesia
yaitu kira-kira pada abad ke 13. Islam pertama kali masuk di daerah Aceh Darussalam,dan
memiliki gelar serambi mekah. Pada tahap awal pendidikan islam di Indonesia berlangsung
secara informal, pendidikan informal yaitu pendidikan dengan ruang lingkup keluarga, dan
lingkungan sekitar contohnya itu orang tua wajib menanamkan pendidikan kepada anak
seperti pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan etika dan sopan santun serta
pendidikan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

Pendidikan informal ini untuk membentuk watak, perilaku, dan kebiasaan seseorang,
yang biasa dilakukan disurau -- surau. Selain pendidikan informal ada yang dinamakan
pendidikan formal yaitu sebagai bukti bahwa pengaplikasian di Indonesia itu berkembang
mengikuti kebutuhan manusianya. Pendidikan formal yaitu pendidikan berjenjang yang
memiliki aturan tertentu, salah satu pendidikan formal yang digunakan hingga saat ini yaitu
pesantren, madrasah, dan sekolah umum seperti SD, SMP, SMA,dan perguruan Tinggi.
Di kalangan umat Islam perlu rumusan baru tentang bangunan ilmu pengetahuan yang
seharusnya dikembangkan, kurikulum, cara-cara menyadarkan umat Islam agar mau berubah
dan menyusun kekuatan untuk mengejar ketertinggalannya itu. Rumusan baru dan gerakan
dimaksud seharusnya dijadikan bagian dari upaya perbaikan pendidikkan. Semangat
masyarakat terhadap pengembangan pendidikan sudah luar biasa. Bermodalkan kekuatannya
sendiri, di luar pemerintah, mereka membangun lembaga pendidikan Islam. Namun
pendidikan yang dimaksudkan itu, baik menyangkut jenis kemampuan yang dihasilkan dan
bahkan kualitas yang dihasilkan, ternyata belum mampu menjawab persoalan umat Islam
sendiri.

C. Corak pendidikan islam indonesia sudut pandang institusional

Salah satu faktor secara historis yang juga menjadi penting dalam mem mempengaruhi corak
pendidikan agama Islam disekolah adalah adanya latar belakang ulama baik kecerdasan, kepemin
atan, kedalaman ilmu, ideologi, politik, ligkungan sosial dan lainya memiliki corak dan karakter
yang berbeda-beda, dan d di dalam al-Qur’an dan al-Sunnah juga terdapat ayat-ayat dan teks
hadis yang memungkinkan dilakukan penafsiran yang berbeda- beda, maka produk pemikiran
keaagamaan Islam yang dihasilkannya juga memiliki corak dan karakter yang berbeda.
Adanya berbagai organisasi social keagamaan yang beragam yang dalam memperjuangkan
visi, misi, dan tujuannya menggunakan pendidikan agama, sering kali memberikan corak,
warna dan karakter yang berbeda-beda terhadap corak pendidikan yang dikembangkannya.
Corak pendidikan Agama Islam tersebut di atas tentunya tidak terlepas denga subtansi dari prose
s sejarah perjuangan pra tokoh dan beberapa organisasi keislaman yang memang ikut serta dalam
membangun peradaban pendidikan yang mandiri dengan problematika yang kompleks.

Namun demikian, terdapat sikap akomodatif dan kompromi yang dilakukan kaum pembaharu di
luar pesantren yang selanjutnya dikenal dengan nama kaum modernis. Kaum modernis ini meng
ambil sikap yang akomodatif yang proporsional, yakni tidak antipati atau menolak tetapi juga tid
ak terlalu dekat dengan belanda. respons dan sikap maupun pendekatan yang demikian juga sang
at berpengaruh pada pola dan corak pendidikan agama Islam pada sekolah yang diterapkan khus
usnya pada pribumi.

13. PENDIDIKAN ISLAM DAN BANGSA BARAT KASUS NDONESIA

A.PENDIDIKAN ISLAM

Pendidikan agama bertujuan antara lain adalah untuk mengusahakan agar


masyarakat berkembang kearah yang lebih baik sesuai dengan ajaran agama yang
diawali dengan akhlak yang baik dan perbuatan yang baik. (Achmad Fahmy, 77)
Dalam Undang-undang tentang pendidikan, pendidikan ada dua istilah yakni
pendidikan agama dan pendidikan keagamaan. (Daunuri,2018: 1) Sedangkan dalam
istilah konteks Islam pada umumnya pendidikan mengacu kepada term al-tarbiyah,
al-ta’lim dan al-ta’dib (Djumrasyah, 2016:117). Adapun tujuan dari pendidikan Islam
yakni :Tujuan pendidikan memberikan arah pada proses yang bersifat edukatif.Tujuan
pendidikan tidak selalu memberikan arah pada pendidikan,tetapiharus mendorong
atau memberikan motivasi sebaik mungkin. Jika dinilai,dihargai, dan diinginkan,
maka tujuan adalah nilai. Oleh karena itu, tujuanpendidikan bukanlah menunjuk
kepada sesuatu yang nyata, dan tujuanpendidikan merupakan garis finish dalam satu
perlombaan yang hendakdicapai oleh para pesertanya pada proses pendidikan.Tujuan
pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan pedoman ataumenyediakan
kriteria-kriteria dalam menilai proses pendidikan. (H.M Said, 1989:13-17)
B.DASAR PENDIDIKAN ISLAM
Dasar merupakan landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar ialah
memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai sekaligus sebagai landasan untuk
berdirinya sesuatu.1Dasar pendidikan Islamdidasarkanpada falsafah hidup umat Islam
dan tidak didasarkan kepada falsafah hidup suatu negara, sistem pendidikan Islam
tersebut dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan saja tanpa dibatasi oleh ruang dan
waktu.Ajaran itu bersumber dari Al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah SAW, (sebagai
landasan ideal), sertaijtihād. Tiga sumber ini harus digunakan secara hirarkis. Al-
Qur‟an harus didahulukan. Apabila suatu ajaran atau penjelasan tidak ditemukan di
dalam al-Qur‟an,maka harus dicari di dalam Sunnah, apabila tidakditemukan juga
dalam Sunnah, barulah digunakan ijtihād. Sunnah tidak bertentangan dengan al-
Qur‟an,dan ijtihādtidak boleh bertentangan dengan al-Qur‟an dan Sunnah.
D. SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA
KOLONILISME (BELANDA, JEPANG, SEKUTU)
Kondisi Pendidikan Pada Masa Penjajahan belanda. Awal mula bangsa Belanda
datang ke Nusantara hanya untuk tujuan berdagang, tetapi karena kekayaan alam
Nusantara yang sangat banyak maka tujuan utama tadi berubah untuk menguasai wilayah
Nusantara dan menanamkan pengaruh di Nusantara sekaligus dengan mengembangkan
pahamnya yang terkenal dengan semboyan 3G, yaitu Glory (kemenangan dan
kekuasaan), Gold (emas atau kekayaan bangsa Indonesia), dan Gospel (upaya salibisasi
terhadap umat Islam di Indonesia). (Mansurdan Mahfud Junaedi, Rekonstruksi Sejarah
Pendidikan Islam, h. 99. )Dalam menyebarkan misi-misinya, Belanda mendirikan
sekolah-sekolah Kristen. Misalnya di Ambon yang jumlah sekolahnya mencapai 16
sekolah dan 18 sekolah di sekitar pulau-pulau Ambon, di Batavia sekitar 20 sekolah,
padahal sebelumnya sudah ada sekitar 30 sekolah. Di samping itu, sekolah-sekolah ini
pada perkembangannya dibukasecara luas untuk rakyat umum dengan biaya yang
murah.Dengan demikian, melalui sekolah-sekolah inilah Belanda menanamkan
pengaruhnya di daerah jajahannya
Setelah penjajahan yang dilakukan Belanda selama 350 Tahun, datanglah penjajahan
Asia, yaitu Jepang. Jepang menguasai Indonesia tepatnya pada tahun 1942 melalui
Tarakan dan Minahasa berturut-turut kemudian wilayah lain. Untuk medekati umat islam
Indonesia, Jepang mengeluarkan beberapa kebijakan antara lain :
a. KUA pada zaman Belanda disebut Voor Islamistische Saken yang dipimpin oleh
Orientalis Belanda diubah menjadi Sumubi yang dipimpin ulama islam yaitu, K.H.
Hasyim Asy’ari dari jombang
b. Pondok perantren yang besar-besar mendapat kunjungan dan bantuan dari pembesar
Jepang
c. Sekolah-sekolah negeri diberipelajaran budi pekerti yang isinya identic dengan ajaran
agama
d. Membentuk barisan Hisbullah yng memberi latihan dasar dan kemiliteran pemuda Islam
(santri-santri) dipimpin oleh K.H Zainul Arifine.Mengizinkan beridirinya sekolah tinggi
islam yang dipimpin oleh K.H Wahid Hasyim, Kahar Mudzakkir, dan Bung Hatta.
e. Ulama islam bekerja sama dengan pimpinan basionalis membentuk Barisan Pembela
Tanah Air (PETA). Organisasi pembela tanah air inilah yang menjadi inti dari TNI
f. Umat islam mendirikan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), yaitu merupakan
komponen penting yang turut membentuk dan mewarnai corak kehidupan masyarakat
Indonesia (Hasbullah, 1995:1)

Anda mungkin juga menyukai