Anda di halaman 1dari 13

Metode Pendidikan Rasulullah SAW

Salah satu sisi terpenting pendidikan tahap awal dalam Islam adalah penjagaan identitas
(huwiyyah). Penjagaan identitas yang dimaksud adalah penjagaan moralitas (akhlak) umat. Sebab,
menurut Dr. Yusuf Qardlawi bahwa salah satu kegagalan umat manusia di dunia pada abad 20 adalah
kegagalan dalam mendidik moralitas umat. Maraknya penyimpangan moral baik itu tindak kriminal
(pembunuhan, perjudian, penipuan dll) maupun perzinahan dan pelanggaran HAM yang menimpa
penduduk dunia
Adalah bukti gagalnya pendidikan moralitas khususnya generasi muda

Penyebab dari kegagalan ini bukan tidak adanya kesadaran para pendidik,dalam hal ini orang
tua-akan pentingnya pendidikan generasi mendatang, akan tetapi lebih karena kesalahan atau kekeliruan
konsep/metodologi yang diterapkan. Metode yang diterapkan hanya menyangkut satu aspek saja tidak
menyeluruh dan paripurna. Jika diibaratkan, sebuah metode ibarat permulaan, permulaan yang baik
akan melahirkan hasil
Yang baik

Dalam melaksanakan pendidikan terhadap para sahabat, selain kapasitas pribadi beliau sendiri
menjadi tauladan, terdapat metode tertentu yang dilaksanakan oleh Rasulullah Saw. sehingga
pendidikannya membuahkan hasil dengan menjadikan para sahabat sebagai anak didik Rasulullah.
Rasulullah Saw. sendiri merupakan guru pertama dalam islam
Metode pendidikan Islam merupakan unsur dari sistem pendidikan Islam, keberadaannya
penting dan memang harus diperhatikan oleh setiap orang yang terlibat dalam kegiatan pendidikan, baik
itu guru maupun murid sebagai peserta didik. Secara sederhana kata metode dipahami sebagai suatu
cara yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan. Dengan demikian dapat disebutkan bahwa metode
pendidikan Islam adalah segala cara dan usaha yang sistematis dan pragmatis untuk mencapai tujuan
pendidikan Islam, dengan melalui berbagai aktivitas yang melibatkan guru sebagai pendidik dan murid
sebagai anak didik.
Dalam perjalanan sejarah pendidikan Islam, metode pendidikaan yang diterapkan telah
mengalami berbagai perubahan dan pengembangan. Di antara perkembangan yang terjadi pada metode
pendidikan Islam zaman Rasulullah,. Ahli sejarah mencatat, setidaknya ada beberapa bentuk metode
pendidikan yang diterapkan yaitu :

1. Halaqah

Bentuk yang paling sederhana pendidikan muslim pada masa awal adalah duduk melingkar. Ini
merupakan pengalaman pendidikan yang khas dalam Islam dikenal dengan nama Halaqah, yang arti
harfiahnya sebuah perkumpulan yang melingkar (pengkajian yang dilakukan dengan duduk melingkar).
Dinamakan demikian, karena Nabi SAW duduk di tengah-tengah dan para sahabat duduk dengan
membentuk setengah lingkaran di depan Nabi SAW.

2. Tanya Jawab

Kaidah ini terjadi ketika Rasulullah terlibat tanya-jawab dengan Malaikat Jibril tentang Rukun
Iman, Rukun Islam, Ikhsan dan Kiamat dihadapan para Sahabat-sahabatnya. Tanya-jawab tersebut tiada
lain adalah metode pengajaran Rasulullah kepada para sahabatnya. pada masa Nabi SAW. masing-
masing sahabat mengajukan pertanyaan tentang masalah apapun, para sahabat mengajukan pertanyaan
tentang apa-apa yang dirasanya sukar dan belum dipahami.

3. Hapalan

Teknik ini adalah salah satu teknik yang terdapat dalam pribadi Rasulullah, terbukti ketika
Rasulullah menerima wahyu Allah yang pertama, beliau bersungguh-sungguh dan terus menerus
menghafalnya agar tidak lupa sehingga turun jaminan Allah akan kekuatan hafalan dan daya ingat
Rasulullah terhadap wahyu itu. Menghafal sangat penting dalam hal pembelajaran, seseorang dapat
menghafal apabila ada pemahaman terhadap konteks yang dihafal. Pada zaman Rasulullah, para sahabat
di tuntut untuk mampu menghapal apa-apa yang di sabdakan oleh Rasulullah.

4. Cerita

Dalam menyampaikan ajaran Islam, Rasulullah banyak menggunakan metode bercerita. Hal ini
terlihat karena di dalam Al-Quran banyak sekali terdapat cerita-cerita masa lampau seperti tentang nabi-
nabi, juga umat-umat yang terdahulu.

5. Statistik

Pada zaman sekarang, statistik dianggap sebagai metode ilmiah yang paling efektif dalam
menyelesaikan beberapa permasalahan. Rasulullah telah menggunakan metode statistik ini ketika beliau
mendirikan negara Islam di Madinah. Sebagaimana bunyi hadist yang diriwayatkan Al-Bukhari dan
Muslim yang diterima dari Huzaifah bin Al-Yaman R.A: "Kami pernah bersama-sama Rasulullah dan
Baginda bersabda; 'Buatkan data untukku siapa-siapa yang sudah memeluk Islam "

6. Lukisan

Rasulullah dalam mengajar kaum muslimin pernah menggunakan ranting kayu untuk
menggaris di atas tanah dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran, seperti yang diisyarakatkan firman-
Nya : "Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah dia; dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, kerana jalan yang lain itu mencerai-beraikan kamu
dari jalan-Nya, Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa."(Qs. Al-
An'am ;153)

7. Bahasa Isyarat

Rasulullah bukan saja mengajar dengan lisan kepada kaumnya, akan tetapi gerak-gerik
(demonstrasi) beliau menunjukkan satu metode pengajaran beliau kepada umatnya. Hal ini karena
peranan Rasulullah adalah sebagai qudwah dan uswah bagi umat manusia sebagaimana yang dijelaskan
di dalam Al-Quran : "Sesungguhnya bagi kamu pada (diri) Rasulullah itu contoh yang baik bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari akhirat dan dia banyak menyebut Allah."(Qs.
Al-Ahjab;
Dalam menyampaikan pengajaran, Rasulullah juga sering menggunakan gaya atau isyarat
dengan anggota badan Rasulullah. Contohnya ketika beliau menjawab pertanyaan tentang orang yang
memelihara anak yatim, seperti yang digambarkan dalam sabdanya : "Aku dan orang yang memelihara
anak yatim seperti dua ini (diisyaratkan ibu jari dan jari tengah)"

Kesimpulan

Pada masa Nabi SAW, pendidikan Islam telah memiliki sistem dan metode yang baik dan
relevan untuk diterapkan pada masa sekarang, dngan terlebih dahulu melakukian perbaikan pada hal-
hal yang tidak sesuai dengan dunia pendidikan. Perbedaan yang nampak ialah pendidikan Islam pada
masa Rasulullah SAW dikenal dan diterapkan sistem Halaqah, dan juga berbagai metode yang telah
dijelaskan di atas.
Sistem pendidikan Islam pada periode Rasulullah SAW yang merupakan sistem pendidikan
muslim yang membentuk kepribadian, baik jasmani maupun rohani dalam rangka membentuk manusia
yang mampu mendalami ilmu naqliyah dan aqliyah. Penyampaian pendidikan ini cukup menarik mulai
dari tujuan, gurunya, muridnya, metode pembelajarannya, serta banyak lagi hal lainnya
Penggunaan berbagai macam metode dalam pengembangan ilmu pengetahuan untuk mencapai
tujuan pendidikan Islam yang sesuai dengan al- Qur’an dan al-Sunnah, sehingga nilai-nilai pendidikan
tercapai dengan baik.
Segala macam bentuk sistem dan metode di atas menunjukkan kepada kita ternyata banyak hal
yang perlu digali lebih lanjut serta dipertahankan dan juga wajib untuk dikembangkan sesuai dengan
harapan dari pendidikan Islam itu sendiri.

Abstrak : Nabi Muhammad saw adalah sosok pribadi yang agung dan mulia, dalam mendidik dan
mengajar peserta didik, beliau lebih mengedepankan rasa kasih sayang, dan mempermudah setiap
pembahasan yang ada. Dan Nabi Muhammad saw adalah seoarang teladan bagi peserta didiknya.
Metode-metode belajar yang beliau terapkan disesuaikan dengan kondisi dan situasi, serta keadaan jiwa
peserta didik, sehingga materi-materi yang beliau sampaikan dapat diterima dengan baik oleh peserta
didik. Nabi Muhammad saw tidak memisahkan antara ilmu pengetahuan dengan ilmu agama, tetapi
beliau mengolaborasikannya, sehingga tercipta generasi yang berilmu dan berakhlak mulia yang
menjadi tujuan pendidikan Islam.

Pendahuluan

Perubahan keadaan manusia dan dunia yang telah diwujudkan oleh Nabi Muhammad saw menjadi
objek studi dan penelitian dari para cendekiawan dan para pakar yang memiliki perhatian khusus dalam
membangun peradaban dan sejarah bangsa-bangsa sepanjang masa. Mereka bukan hanya dari orang-
orang Islam yang memang sedari awal telah menyadari pentingnya mengkaji pribadi sukses dan mulia
sang Nabinya, tetapi juga berasal dari para pemeluk agama lain dari semua jenis aliran pemikiran dan
kewarganegaraan di muka bumi. Mereka mengakui bahwa capain dari pendidikan dan pengajaran Nabi
Muhammad saw merupakan fakta perubahan terbesar yang dicapai dalam sejarah peradaban manusia.

Dengan melihat keberhasilan Nabi Muhammad saw sebagai seorang pendidik dan pengajar yang
sukses, seharusnya umat Muslim khususnya umat Muslim di Indonesia dapat menjadikan Nabi
Muhammad saw sebagai guru besar dalam membangun kualitas pendidikan. Sehingga dengan
berpedoman pada ajaran Nabi Muhammad saw yang telah terbukti hasil gemilangnya dalam kancah
pendidikan, diharapkan dapat melahirkan sebuah generasi yang berilmu, berintelektual dan berakhlak,
dan bermoral Islami.

Dengan melihat kenyataan pada kondisi pendidikan di Indonesia baik dari segi sistem pendidikan,
kualitas para pendidik, proses belajar mengajar, dan hasil dari proses pendidikan itu sendiri masih
banyak menimbulkan masalah. Misalnya masih banyak guru yang kurang profesional dalam mendidik
dan mengajar, tidak meratanya pendidikan, tujuan pendidikan yang lebih mementingkan kecerdasan
rasio, dan lain sebagainya. Sehingga perlu dikaji ulang tentang proses pelaksanaan pendidikan tersebut
agar tercapai tujuan pendidikan itu.

Dengan sarana dan prasarana yang seadanya, dibandingkan dengan keadaan sekarang ini, dan kondisi
lingkungan yang kurang mendukung, Nabi Muhammad saw dapat menciptakan generasi yang berilmu
dan berakhlak, yang mampu membangun peradaban yang gemilang. Lalu, bagaimanakah Nabi
Muhammad saw dapat menjadi pembuka gerbang menuju cahaya kejayaan dan meninggalkan masa-
masa Jahiliyah (kebodohan)?

Sekali lagi, marilah kita menengok keberhasilan Nabi Muhammad saw dalam menciptakan generasi-
generasi yang berkualitas baik dari segi keilmuan dan kualitas akhlak, dimana hal tersebut adalah yang
menjadi tujuan utama pendidikan.

A. Kepribadian Nabi Muhammad saw


Nabi Muhammad saw, dalam melaksanakan tugasnya selaku utusan Allah dan sebagai pimpinan
bangsa, beliau tidak hanya berada di depan untuk memberikan contoh, namun juga di tengah untuk
memberikan semangat dan dari belakang untuk memberikan dorongan. Itu semua merupakan
keteladanan Rasulullah untuk kita ikuti dan kita aplikasikan dalam setiap segi kehidupan.

Dalam Surat Al-Anbiya’ ayat 107 Allah SWT menegaskan bahwa kedatangan Nabi Muhammad saw
sebagai Rasulullah adalah rahmat bagi seluruh alam. “Dan tiadalah Kami mengutus engkau, melainkan
untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”(Q.S. Al-Anbiya’ 21:107). Kedatangan Nabi adalah rahmat
bagi umat manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan makhluk-makhluk lainnya. Rasulullah membawa
ajaran tentang persamaan, persatuan dan kemuliaan umat manusia, bagaimana tatacara hubungan
manusia sesama manusia, hubungan sesama pemeluk agama, dan hubungan antar agama. Rasulullah
mengajarkan tentang persaudaraan, perdamaian, keadilan, tolong-menolong, tata hidup berkeluarga,
bertetangga, dan bermasyarakat, dan lain sebagainya. Rasulullah melarang manusia berbuat sewenang-
wenang, sekalipun terhadap binatang. Rasulullah juga mengajarkan kepada umat manusia untuk
memanfaatkan lingkungan hidup dan menjaga kelestariannya. Dalam peperangan sekalipun, tentatara
Islam dilarang merusak tanaman-tanaman dan tumbuh-tumbuhan.

Akhlak Rasulullah dapat sertifikat langsung dari Allah SWT. “Sesungguhnya engkau benar-benar
memiliki akhlak yang agung.” (Q.S.Al-Qalam 68:4). Tatkala ‘Aisyah ra, isteri Nabi, ditanya bagaimana
akhlak Nabi, beliau menjawab:”Akhlak Nabi adalah Al Qur’an”. Rasulullahpun menjelaskan bahwa
kedatangannya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.(H.R. Baihaqi). Dalam hadits lain
Rasulullah menyatakan: “Seorang mukmin menjadi mulia karena agamanya, mempunyai kepribadian
karena akalnya, dan menjadi terhormat karena akhlaknya.” (HR.Hakim). Malah Rasulullah
mengatakan: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya.”(HR.Tirmidzi). Akhlak utama dan mulia itu adalah akhlak Rasulullah saw. Ahmad
Muhammad Al-Hufi telah menulis sebuah buku tentang bagaimana akhlak Nabi. Karena tidak
semuanya bisa diungkap, Al-Hufi menamai bukunya dengan Min Akhlaq an-,abi (Sebagian dari Akhlak
Nabi). Di antara akhlak Nabi yang diuraikan oleh Al-Hufi adalah berani, pemurah, adil, iffah, benar,
amanah, sabar, lapang hati, pemaaf, kasih sayang, mengutamakan perdamaian, zuhud, malu, rendah
hati, musyawarah, lemah lembut, jujur, tidak suka mencari-cari cacat orang lain, sabar, tidak angkuh,
santun, tidak mudah mabuk pujian, kebaikan pergaulan, dan cinta bekerja. Dan beliau selalu berusaha
melupakan hal-hal yang tidak berkenan di hatinya dan tidak pernah berputus asa dalam berusaha. Salah
satu karekter Rasulullah yang paling menonjol adalah kemenangan atau keberhasilan tidak menjadikan
beliau bangga. Tentu, semua akhlak Rasulullah tersebut menjadi tauladan bagi kehidupan kita.

B. Metode pendidikan dan pengajaran Nabi Muhammad saw dalam proses belajar mengajar

Salah satu faktor penting dalam sistem pendidikan adalah metode pendidikan yang dipergunakan oleh
seorang pendidik dalam menyampaikan (mentransfer) ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Perlu
ditekankan dalam hal ini, bahwa tidak ada satu pun metode yang paling tepat untuk diterapkan dalam
sebuah proses belajar mengajar karena sebuah metode pendidikan dan pengajaran bergantung pada
situasi dan kondisi dari proses belajar mengajar tersebut. Sehingga terkadang seorang pendidik harus
menerapkan sebuah metode pendidikan dan pengajaran tertentu pada situasi dan kondisi tertentu, dan
menggunakan sebuah metode yang lain dalam situasi dan kondisi yang lain pula. Namun, tak jarang
pula terjadi atau sangat dibutuhkan kolaborasi (gabungan) dari beberapa metode untuk diterapkan
bersama dalam proses belajar mengajar.

Sebaik apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh metode yang tepat, tujuan tersebut sangat
sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu
informasi secara lengkap atau tidak. Bahkan sering disebutkan cara atau metode kadang lebih penting
daripada materi itu sendiri. Oleh sebab itu pemilihan metode pendidikan harus dilakukan secara cermat,
disesuaikan dengan berbagai faktor terkait, sehingga hasil pendidikan dapat memuaskan. (Anwar, 2003:
42)
Beberapa hal yang harus ada dalam metode pendidikan, yaitu:

1. Melaksanakan aktivitas pembelajaran dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab

2. Aktivitas tersebut memiliki cara yang baik dan tujuan tertentu

3. Tujuan harus dicapai secara efektif

Agar proses pembelajaran tidak menyimpang dari tujuan pendidikan Islam, seorang pendidik dalam
meggunakan metodenya harus berpegang kepada prinsip-prinsip yang mampu mengarahkan dan kepada
tujuan tersebut. Dengan berpegang kepada prinsip-prinsip tersebut, seorang pendidik diharapkan
mampu menerapkan metode yang tepat dan cocok sesuai dengan kebutuhannya.

Dengan berlandaskan kepada ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Hadits, M. Arifin menetapkan sembilan
prinsip yang harus dipedomani dalam menggunakan metode pendidikan Islam, kesembilan prinsip
tersebut adalah prinsip memberikan suasana kegembiraan, prinsip memberikan layanan dengan lemah
lembut, prinsip kebermaknaan, prinsip prasyarat, prinsip komunikasi terbuka, prinsip pemberian
pengetahuan baru, prinsip memberikan model prilaku yang baik, prinsip pengamalan secara aktif, dan
prinsip kasih saying.

Dalam pindidikan dan pengajaran Nabi Muhammad saw, sehingga menghasilkan generasi yang
memiliki kecerdasan rasio, kecerdasan fisik, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual, tak lepas dari
metode-metode yang diterapkan beliau pada proses belajar mengajar. Berikut adalah tujuh metode yang
merupakan rangkuman dari berbagai macam metode pendidikan dan pembelajaran yang diterapakan
oleh Nabi Muhammad sawvdalam proses belajar mengajar.

1. Metode Keteladanan

Menurut Harun, salah satu tokoh pendidikan Islam Indonesia, kualitas para pendidik Islam setidaknya
memiliki empat kriteria sebagai seorang pendidik, diantaranya:

a. Sanggup member contoh keteladanan yang baik

b. Menguasai ilmu-ilmu pengetahuan

c. Menguasai pengetahuan tentang agama

d. Menguasai pengetahuan umum

Sebagai seorang guru (pendidik dan pengajar) harus dapat memberikan keteladanan yang baik kepada
peserta didiknya. Dalam tercapainya kualitas yang baik dalam pengajaran harus didasarkan pada akhlak
dan tingkah laku dari seorang guru. Dasar kaedah ini adalah bahwa pengajaran yang dilakukan melalui
keteladanan yang didapatkan oleh peserta didik dari gurunya lebih baik dari pada sekadar
menyampaikan pemikiran melalui lisan kepada peserta didiknya. Begitu pula bila seorang guru yang
hanya memberikan nasehat-nasehat berupa akhlak yang mulia, tetapi tingkah laku guru tersebut sangat
berlawan dengan yang disampaikannya, dapat menimbulkan kegagalan dalam memberikan keteladanan
terhadap peserta didik. Sehingga untuk dapat dijadikan sebagai sebuah keteladan, seorang guru harus
dapat memberikan pemikiran-pemikiran berupa nasehat-nasehat akhlak serta mampu untuk
mengaplikasikannya pada kepribadiannya.

Melirik pada kata-kata berikut, “Nabi Muhammad saw sebagai seorang pribadi adalah contoh terbaik
bagaimana Al-Qur’an berjalan, bagaimana Al-Qur’an hidup dan dihidupkan dalam kehidupan
keseharian” diharapkan seorang pendidik dan pengajar mencontoh dari pribadi agung, Nabi Muhammad
saw, yang merupakan cerminan akhlak dari Al-Qur’an yang mulia. Sehingga setiap peserta didik
memeiliki sosok teladan yang baik dan pantas untuk ditiru, yaitu gurunya sendiri, yang akan lebih
terkesan (menyentuh jiwa) pada jiwa peserta didik.

Dalam setiap penyampain materi-materi ilmu pengetahuan perlu dihiasi dengan nilai-nilai akhlak.
Dengan seorang guru yang menjadi teladan bagi peserta didiknya dan perhatian seorang guru dalam
mendidik ahklak peserta didiknya maka generasi yang terbentuk yaitu selain menguasai bidang-bidang
tertentu dalam ilmu pengetahuan, memiliki nilai-nilai akhlak (moralitas yang baik) pula.

Perlu untuk ditekankan bahwa belajar dan mengajar dalam kaca mata Rasulullah adalah mengubah
prilaku dan mendidik jiwa dan kepribadian manusia. Sehingga peserta didik memilki tingkat kecerdasan
emosi yang tinggi.

Sebagai seorang guru (pendidik dan pengajar) untuk menstransfer ilmu-ilmu pengetahuan, sepatutnya
memiliki modal dasar yaitu berupa ilmu pengetahuan yang akan diajarkan kepada peserta didik. Hal ini
adalah sebuah poin yang amat penting dalam kelancaran sebuah proses belajar mengajar dan merupakan
salah satu faktor yang menentukan tercapainya tujuan pendidikan itu. Bila seorang guru tidak
menguasai bahan yang akan diajarkan, tidak mempunyai pemahaman tentang sebuah ilmu pengetahuan,
maka dikawatirkan akan terjadi pembodohan (kesalahan pentransferan ilmu pengetahuan) kepada
peserta didik. Efeknya, peserta didik mendapat ilmu pengetahuan yang salah (tidak sesuai dengan fakta
atau kebenaran).

Bahwasnya Nabi Muhammad saw mengecam pada seseorang yang memberikan atau memberitakan
sesuatau yang tidak benar, yang tidak secara pasti ia ketahui tentang kebenarannya. Oleh karena
pentingnya faktor ini, maka diaharapkan, bahkan diharuskan setiap guru untuk mempelajari (belajar)
ilmu-ilmu pengetahuan yang kelak akan ditransfer (diajarkan) kepada peserta didik. Sehingga
terciptalah generasi yang berilmu yang akan tetap mewariskan dan terus mengembangkan ilmu
pengetahuan pada setiap generasi. Sehingga terbentuk generasi yang memiliki tingkat kecerdasan rasio
yang tinggi.

Ilmu agama adalah sebuah kebutuhan bagi setiap individu. Agama Islam ditujukan pada setiap insan,
mengenalkan kepadanya siapa Tuhan mereka, apa hakekat hidup mereka, apa dosa dan pahala itu, dan
lain sebagainya. Dengan dimilikinya (memahami) ilmu agama maka akan terciptalah ketenangan batin
pada diri seorang pribadi tersebut. Sehingga ilmu agama tidak dapat dipisahkan dari setiap penyampaian
ilmu pengetahuan. Jadi seorang guru harus paham terhadap ilmu agama Islam. Sehingga diharapkan
akan dapat memberikan efek positif terhadap peserta didik yang berupa pengetahuan ilmu agama yang
dapat diaplikasikan dengan amal berbuatan yang baik dan benar. Dalam hal ini, maka diharapkan
tercipta generasi yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi.

Pada zaman sekarang, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, sangat cepat dalam
pencarian dan penyebaran informasi, sehingga sebuah informasi itu dapat diakses oleh siapaun dengan
cepat dan mudah. Oleh sebab itu, maka seorang guru harus senantiasa menambah wawasannya dengan
senantiasa menguasai dan menambah wawasan tentang ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

Jadi, menjadi seorang guru adalah seseorang yang menjadi keteladanan bagi setiap peserta didiknya,
baik dari segi akhlaknya dan keilmuannya.

2. Metode Pentahapan dan Pengulangan

Dalam menyampaikan ilmu-ilmu pengetahuan kepada peserta didik, Nabi Muhammad saw tidak serta
merta langsung memberikan semua bahan materi yang ada. Namun, beliau memberikan (menstransfer)
ilmu tersebut melalui sistem pentahapan. Sehingga peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam
memahami ilmu yang diberikan. Melalui metode pentahapan ini, peserta didik lebih dapat memahami
materi yang disampaikan secara maksimal daripada langsung tanpa sebuah pentahapan. Beliau
menyampaikan secara bertahap (sedikit demi sedikit) hingga semua materi yang beliau ajarkan dapat
diterima dan dipahami dengan mudah dan lebih kuat dalam ingatan peserta didik.

Rasulullah sangat memperhatikan urut-urutan pentahapan dalam penyampaian bahan materi. Pada
materi dasar, beliau ajarkan pada penyampaian pada tahap awal. Setelah tersampaikan, beliau
menyampaikan materi yang berikutnya, yang sesuai dengan urutan-urutan materi yang akan diberikan
oleh beliau. Bila peserta didik belum paham akan sebuah materi maka Rasulullah tidak melanjutkan ke
materi berikutnya sebelum materi itu sudah peserta kuasai.

Diantara ilmu-ilmu pengetahuan yang disampaikan pada setiap tahapan, beliau memerhatikan
kesinambungan antar materi pada tahap sebelumnya ke tahap berikutnya. Sehingga ada hubungannya
antara materi yang sebelumnya dengan materi yang sesudahnya. Hal tersebut menjadi tidak
membingungkan peserta didik dalam memahami materi yang sangat banyak dari Rasulullah.

Agar materi-materi yang telah diberikan tidak cepat hilang dari ingatan para peserta didik, Nabi
Muhammad saw sering kali mengulang-ulang materi-materi yang sudah beliau sampaikan. Hal tersebut
sangat berguna untuk membantu agar tetap dapat mengingat dan mengulang kembali apa-apa yang telah
diberikan. Karena pentingnya materi-materi yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw tersebut, maka
beliau sering mengulang-ulang materi yang telah disampaikan agar peserta didik beliau tidak lupa dan
senantiasa dapat memahami materi-materi yang diberikan oleh beliau.

3. Metode Tanya-Jawab dan Diskusi

Metode ini diterapkan oleh Nabi Muhammad saw dalam rangka memberikan kesan perhatian kepada
peserta didik, memberikan motivasi, dan mengetahui potensi akal peserta didik untuk dapat
menjelaskan lagi apa yang telah peserta didik ketahui. Dan metode ini dapat dijadikan sebagai tolok
ukur akan pemahaman yang dikuasai peserta didik terhadap materi-materi yang telah diberikan oleh
Rasulullah (menyelami sejauh mana tingkat kecerdasan dan pemahaman peserta didik).

Nabi Muhammad saw selalu membuka lebar atas pengajuan pertanyaan dari peserta didik beliau dan
Rasulullah senantiasa memberikan jawaban kepada peserta didik beliau secara proposional (ringkas)
atas pertanyaan-pertnyaan yang peserta didik ajukan. Terkadang pula Rasulullah memberikan jawaban
kepada peserta didik secara panjang lebar. Hal ini beliau lakukan bila hal tersebut dianggap penting,
agar peserta didik beliau dapat mengetahui beberapa penjelasan tambahan atas jawaban dari pertanyaan
peserta didik, dimana jawaban tambahan tersebut sangat berhubungan dengan jawaban yang ditanyakan
dan sangat bermanfaat bagi peserta didik beliau.

Metode tanya jawab berusaha menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain, serta
mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya, melalui dialog, perasaan dan emosi pembaca akan
terbangkitkan, jika topik pembicaraan disajikan bersifat realistik dan manusiawi. (an-Nahlawi, t.t.: 205)

Dalam beberapa kesempatan, Nabi Muhammad saw tak jarang melontarkan kepada peserta didik beliau
yang lain untuk menjawab pertanyaan atas pertanyaan salah seorang peserta didik beliau. Hal ini beliau
lakukan untuk melatih peserta didik beliau dalam menjawab beberapa masalah keilmuan. Dan yang
diharapkan oleh beliau adalah peserta didik ikut mengungkapkan pandangan dan argumennya untuk
menyelesaikan masalah-masalah ilmu pengetahuan. Setelah itu, barulah beliau menjelaskannya secara
lebih detail dan sensitive, supaya penjelasan tersebut lebih kuat tertanam pada pemahaman dan ingatan
peserta didik beliau.

4. Metode Alat Peraga dan Eksperimen

Metode pengajaran Rasulullah ini adalah dengan cara mendemonstrasikan sesuatu (alat peraga) oleh
beliau ketika hendak mengajarkan sesuatu. Dalam metode ini, cara yang beliau terapkan adalah dengan
menunjukkan atau mendemonstrasikan sesuatu yang menjadi objek pembahasan ke hadapan peserta
didik beliau. Dengan metode ini, dapat menarik perhatian peserta didik untuk lebih tergugah dalam
memperhatikan apa yang sedang beliau ajarkan. Dan metode ini dapat lebih mempermudah peserta
didik untuk memahami materi-materi yang sedang diajarkan oleh beliau.

Metode demonstrasi dimaksudkan sebagai suatu kegiatan memperlihatkan suatu gerakan atau proses
kerja sesuatu. Pekerjaannya dapat saja dilakukan oleh pendidik atau peserta didik yang diminta
mempraktekkan sesuatu pekerjaan. Metode demonstrasi bertujuan agar pesan yang disampaikan dapat
dikerjakan dengan baik dan benar. Metode demonstrasi dapat dipergunakan dalam organisasi pelajaran
yang bertujuan memudahkan informasi dari model (model hidup, model simbolik, deskripsi verbal)
kepada peserta didik sebagai pengamat.

Dalam penerapan metode ini, Rasulullah terkadang menggunakan alat-alat atau benda-benda yang ada
di lingkungan sekitar, dan terkadang pula beliau memanfaatkan anggota-anggota tubuh beliau.

Nabi Muhammad saw mengajarkan kepada peserta didik beliau tentang suatu kaedah yang besar yaitu
tentang ilmu pengetahuan, dan menanamkan metode umum dalam penelitian ilmiah dalam bidang ilmu
pengetahuan. Hal tersebut merupakan hasil perubahan dan pengalaman, pengamatan dan penelitian.
Oleh karena itu, diperlukan metode eksperimen untuk mendapatkan hakekat ilmu pengetahuan.

Untuk menguatkan kaedah ini dan mengajarkannya serta agar senantiasa terekam kuat dalam ingatan
peserta didik, Nabi Muhammad saw membimbing peserta didik beliau untuk melakukan suatu
percobaan dan pengamatan, bukan hanya sekedar menyampaikan teori.

5. Metode Situasional dan Kondisional

Ketika memberikan pengajaran kepada peserta didik, Rasulullah senantiasa memperhatikan waktu dan
kondisi yang tepat, disesuaikan dengan waktu dan kondisi yang tepat bagi peserta didik beliau. Hal ini
bermanfaat agar peserta didik tidak merasakan sebuah rasa kejenuhan. Bila timbul rasa kejenuhan maka
kelangsungan proses belajar mengajar menjadi tidak maksimal, bahkan menjadi sia-sia. Oleh karena
itu, perlu diantisipasi akan munculnya rasa kejenuhan tersebut.

Rasulullah senantiasa memanfaatkan kesempatan (momentum) yang sesuai atas hal yang hendak beliau
ajarkan. Beliau berusaha memadukan antara kesesuaian momentum dan ilmu pengetahuan yang hendak
diajarkan secara kondusif, dengan harapan agar lebih jelas dalam memberikan sebuah kepahaman
keilmuan.

Dalam sudut pandang keseragaman kemampuan peserta didik dalam memahami suatu transfer ilmu
pengetahuan, Nabi Muhammad saw sangat memperhatikan kondisi kompetensi yang dimiliki oleh
masing-masing peserta didik dalam setiap aktivitas pengajaran. Beliau senantiasa memberikan
pengajaran kepada peserta didik beliau sesuai dengan kadar pemahaman peserta didik. Beliau tidak
mengajarkan kepada peserta didik pemula sesuatu hal yang beliau ajarkan kepada peserta didik senior.
Beliau juga tidak mengucilkan peserta didik yang masih junior terhadap peserta didik yang sudah senior.

6. Metode Membangkitkan Perhatian, Pujian dan Hukuman, dan Nasehat dan Motivasi, serta Hadiah

Dalam membangkitkan perhatian peserta didik, Rasulullah menggunakan beberapa cara yaitu dengann
cara mengulangi penjelasan dan menunda jawaban, memanggil peserta didik, memegang tangan atau
bahu peserta ddidik, dan merubah posisi. Hal ini dimaksudkan agar perhatian peserta didik menjadi
bertambah, serta demi mengarahkan pendengaran penglihatan, dan hati peserta didik agar secara fisik
dan psikologis lebih siap dan lebih memperhatikan apa yang beliau ajarkan.

Ketika didapati ada peserta didik beliau yang menampilkan sikap atau berbuatan yang tak semestinya
ia lakukan, maka dengan segera Rasulullah memperingatkannya. Namun bila sikap dan berbuatan
tersebut sudah terlampau batas kewajaran (keterlaluan) maka Rasulullah pun mulai menampakkan
kemarahannya. Kemarahan disini bukanlah luapan emosi yang tak terkendali, namun adalah sebuah
sikap yang berupa jalan untuk mendidik atau mengarahkan ke jalan yang benar.

Mendidik dengan Targhib dan Tarhib, kata targhib berasal dari kata kerja ragghaba yang berarti;
menyenangi, menyukai dan mencintai, kemudian kata itu diubah menjadi kata benda targhib yang
mengandung makna “:suatu harapan untuk memperoleh kesenangan, kecintaan, dan kebahagiaan.
Semua itu dimunculkan dalam bentuk janji-janji berupa keindahan dan kebahagiaan yang dapat
merangsang atau mendorong seseorang sehingga timbul harapan dan semangat untuk memperolehnya.
Metode pengajaran ini memberikan dorongan (motivasi) kepada peserta didik melakukan sesuatu
kebajikan. Dalam memberikan motivasi, beliau senantiasa mengupayakan secara optimal dan totalitas
agar motivasi tersebut dapat terealisasi secara maksimal. Secara psikologi, cara itu akan menimbulkan
daya tarik yang kuat untuk menggapainya. Sedangkan istilah tarhib berasal dari kata rahhaba yang
berarti; menakut nakuti atau mengancam. Lalu kata itu diubah menjadi kata benda tarhib yang berarti;
ancaman hukuman. Dalam memberikan ancaman, beliu senantiasa mengupayakan agar peingatan atau
ancaman terebut senantiasa diindahkan dan menjadikan peserta didik terhindar dari perbuatan yang tak
berguna.

Dengan berdalil pada Al-Qur’an dan Al-hadits, bahwa setiap insan yang mencari ilmu (belajar) akan
mendapatkan balasan yang berlipat-lipat dari Allah swt dan mendapatkan kedudukan yang mulia. Hal
ini dapat menjadi motivasi bagi pesrta didik untuk senantiasa giat dalam menuntut ilmu (belajar).

Penutup

Islam memandang bahwa segala fenomena alam ini adalah hasil ciptaan Allah dan sekaligus tunduk
kepada hukum-hukum-Nya, oleh karena itu manusia harus dididik agar mampu menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai dalam hukum Allah tersebut. Tanpa nilai-nilai moral agama, kehidupannya
akan menyimpang dari fitrah Allah yang mengandung nilai Islam yaitu doktrin Islam itu sendiri yang
harus dijadikan dasar dari proses pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat. Jadi dengan demikian
pola dasar yang membentuk dan mewarnai sistem pendidikan Islam adalah pemikiran konseptual yang
berorientasi kepada nilai-nilai keimanan, nilai-nilai kemanusiaan, serta nilai-nilai moral (akhlak) yang
secara terpadu membentuk dan mewarnai tujuan pendidikan Islam.

Dengan kepribadian yang pantas untuk dijadikan teladan dan penerapan metode belajar yang memadai,
Rasulullah mampu menciptakan generasi dan lingkungan yang bernuansa penuh keilmuan, akhlak yang
mulia, dan ber-Islami. Sehingga tercipta tujuan pendidikan yang dapat berpengaruh positif pada
lingkungan sekitar.

Metode Pendidikan Tauhid Nabi Ibrahim dalam al-Qur`an


1. Sekilas tentang Nabi Ibrahim as
Ibrahim (1997-1822 SM) merupakan Nabi dan Rasul dalam agama samawi. Ia mendapat gelar sebagai
khalil Allah (sahabat Allah). Selain itu ia bersama anaknya, Ismail terkenal sebagai pengasa Ka`bah. Ia
diangkat sebagai Nabi sekitar 1900 SM, diutus untuk kaum Kaldan yang terletak di kota Ur, negeri yang
disebut kini Iraq. Ibrahim dikenal sebagai salah satu Nabi ulul azmi.6 Ibrahim ibn Azzar ibn Tahur ibn
Sarush, dilahirkan di sebuah tempat bernama Faddam, A`ram yang terletak dikawsan kerajaan
Babilonia. Ia memiliki dua orang putra yang dikemudian hari menjadi Nabi pula, yaitu Ismail dan
Ishaq.7
Pada 2295 SM. Kerajaan Babilonia waktu itu diperintah oleh seorang raja yang bengis dan salim, ia
bernama Namrud ibn Kan`an. Ia mendapat pertanda bahwa seorang bayi akan dilahirkan dan bayi
tersebut akan tumbuh dan menhancurkan tahtanya. Anak tersebut akan membawa agama yang
mempercayai satu tuhan dan juga akan menhancurkan berhala. Dia juga akan menyebabkan kematian
raja dengan cara yang unik. Olehna itu, Namrud memerintahkan supaya semua bayi laki-laki yang lahir
dibunuh semua dan antara perempuan dengan laki-laki supaya dipisah selama satu tahun.8
5Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, Jilid 1, loc.cit.
6Lihat Omar Hashem, Muhammad saw, Bab I (Beirut: Dar al-Kutub, T.th.), h. 9
7Lihat Hasan Ali, Kissah Kasirah Bani Israil, (Kairo: dar al-Hikmah, t.th.), h. 107
8Lihat Ibnu Katsir, Kisasul Ambiya (Beirut: Darr al_kutub, T.th.) h, 209
Namun kehendak Allah tetap terjadi. Isteri Azzar tetap mengandung namun tidak menunjukkan tanda-
tanda kehamilan. Ketika dia mersakan saat melahirkan maka dia bersembunyi dan melahirkan di dalam
goa. Setelah melahirkan, anaknya ditinggal sendiriran sambil disumbat mulutnya supaya tidak
menangis. Seminggu kemudian, dia bersama suaminya kembali ke gua tersebut dan terkejut melihat
Ibrahim as masih hidup. Selama seminggu bayi itu menghisap celah jarinya yang mengadung susu.
Semasa berusia 15 bulan tubuh Ibrahim telah tumbuh dengan sangat cepat seperti anak yang berusia
dua tahun lebih.9
Pada masa Nabi Ibrahim, kebanyakan rakyat di Mesopotamia beragama politeisme. Dewa Sin (dewa
bulan) merupakan salah satu berhala yang palin penting. Bintang, bulan dan matahari menjadi obyek
utama penyembahan. Ibraim menyaksikan dan mengalami kesesatan kaumnya tersebut sehingga dia
berusaha lebih dulu memertebal keimanan dn keyakinannya dengan pencariannya terhadap tuhan yang
sebanarnya. Hal ini dapat dilihat dalam QS al-An`am: 74-7910. Ada beberapa metode yang diajarkan
Nabi Ibnrahim as dalam mendidik tauhid umat yang dapat dikaji sebagaimana berikut:
2. Metode Optimalisasi daya logika
Terjemahannya:
Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, "Pantaskah kamu menjadikan
berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan
yang nyata." Dan Demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (kami yang
terdapat) di langit dan bumi dan (kami memperlihatkannya) agar Dia Termasuk orang yang yakin.
ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi
tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." kemudian tatkala
Dia melihat bulan terbit Dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia berkata:
"Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaKu, pastilah aku Termasuk orang yang
sesat." kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih
besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas
diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang
menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah
Termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan.
Melalui ayat di atas dipahami bahwa Nabi Ibrahim as mengalami proses pencarian Tuhan dengan
memaksimalkan logika. Dia merenungkan dan memikirkan tentang keadaan, peristiwa serta obyek
benda yang dia lihat, sehingga dia berkesimpulan bahwa semua yang dilihatnya itu adalah ciptaan yang
diciptakan dan ada Pencipta Yang Maha Hebat yang mengadakan semua itu. Dialah Tuhan yang
menciptakan manusia dan alam raya ini secara keseluruhan, dan Dia adalah Tuhan yang tidak ada
samanya, tidak terjangkau dan tersembunyi tapi dirasakan kehadiran dan kasih sayang pada diri setiap
makhluk.
Metode yang dilakukan Ibrahim as dalam menemukan dan menyakini Tuhan yang sebenarnya menjadi
pesan kepada generasi yang sesudahnya untuk menoptimalkan penggunaan akal dalam menemukan
Tuhan. Melalui pembacaan terhadap alam raya secara seksama dan mendalam akan ditemukan betapa
hebat dan mengagumkannya Allah SWT sebagai sebab dari semua yang ada. Hal ini pula dapat menjadi
contoh terhadap pendidik untuk mengarahkan pengoptimalan potensi akal
peserta didik. Mereka perlu diarahkan untuk senantiasa merenungkan dan memikirkan seluruh dogma
agama yang diterimanya tidak hanya menerimanya dengan mentah-mentah tanpa olah pikir
sebelumnya. Menemukan Tuhan dengan olah pikir sebelumnya akan menimbulkan kesan yang luar
biasa pada diri orang tersebut mengenai Tuhannya karena penemuannya melaui proses dan dia
mengalami sendiri.
Selanjutnya, dalam Al-Qur`an Surah Maryam/19, ayat 42, Allah SWT berfirman:
Terjemhan:
“Ingatlah ketika ia berkata kepada ayahnya; "Wahai ayahku, mengapa engkau menyembah sesuatu
yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong engkau sedikit pun?."
Selanjutnya dapat juga dilihat pada QS. Maryam/19: 43-45
Terjemahannya:
“Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak
datang kepadamu, maka ikutilah Aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.
Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan
yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab
dari Tuhan yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan”.
Pada ayat ini, Ibrahim dengan sangat tegas mengajak kepada bapaknya untuk merenung dengan
memikirkan dan melihat sendiri sembahannya itu yang tidak dapat memberi manfaat dan mudharat
sedikitpun. Terlihat dengan jelas betapa Ibrahim berupaya dengan kuat supaya ayahnya menfungsikan
akalnya dengan baik sehingga dia mampu menyadari bahwa apa yang dilakukannya itu hanya
merupakan tradisi moyangnya yang menyesatkan. Selain itu, Ibrahim as dalam mengarahkan akidah
ayahnya dan kaumnya tidak langsung mengajaknya mendengar dan membaca tes ajaran yang
diterimanya tapi mengajak untuk mencerna sendiri dan memikirkan sendiri perbuatan yang
dilakukannya yang tidak sejalan dengan ajaran yang dibawanya, seperti pembicaraannya pada ayahnya:
"Wahai ayahku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak
dapat menolong engkau sedikit pun?."11
Ibrahim as dengan sangat jelas mengarahkan ayahnya untuk merenungkan pada obyek yang
disembahnya tanpa menyampaikan mengenai dosa yang diterimanya kalau dia tidak mengikuti
seruannya untuk tidak menyembah berhala. Ini jelas bahwa Ibrahim mengajak ayahnya untuk
menfungsikan akalnya terhadap sesembahannya. Kalau metode di atas diterapkan pada pendidikan
jaman sekarang maka dengan mudahnya peserta didik atau umat untuk menemukan sendiri Tuhan yang
sebenarnya, tanpa harus meyerahkan hidupnya kepada tuhan-tuhan yang tidak logis. Metode ini juga
akan memberikan kesan yang sangat mendalam pada peserta didik tentang Tuhan bukan dengan jalan
taklid.
3. Metode Debat
Hal ini dapat dijumpai pada QS. al-Anbiya‟/21: 62-66:
11Lihat QS. Maryam, ayat: 42
Terjemahannya:
“Mereka bertanya: "Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai
Ibrahim?" (63) Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka
tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara". (64) Maka mereka telah kembali kepada
kesadaran dan lalu berkata: "Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri
sendiri)", (65) kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): "Sesungguhnya kamu (hai
Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara." (66) Ibrahim berkata:
maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat
sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?"
Ayat-ayat di atas adalah gambaran kehebatan Ibrahim as dalam berdebat atau mengemukakan
kebenaran Tuhannya sehingga secara otomatis lawan debat Ibrahim tidak bisa membantah ucapan-
ucapan Ibrahim karena disertai dengan bukti yang nyata dan disaksikannya sendiri bahwa memang
benar berhala-berhala sembahannya itu tidak bisa melakukan apa-apa. Selain itu Ibrahim dalam
melakukan debat untuk mendidik umatnya pada nilai-nilai tauhid adalah dengan mengarahkan mereka
untuk berpikir, seperti ucapan Ibrahim kepada kaumnya ketika menjawab pertanyaan mereka:
“Mereka bertanya: "Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai
Ibrahim?". Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka
tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara".12
Jawaban cerdas Ibrahim tersebut mengunci mati mulut mereka sehingga membuat kesan yang luar biasa
jauh kedalam lubuk hati mereka yyang paling dalam dan mengakui bahwa ucpan Ibrahim itu benar.
Setelah mereka terdiam dan terpukau
12 Lihat QS al-Ambiya: 62-63
atas jawaban brilian Ibrahim itu, maka Ibrahim kembali berkata dan memasukkan inti debat itu ke dalam
hati mereka sebagaimana terlihat pada ucapan Ibrahim berikut ini:
Ibrahim berkata: maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi
manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?"13
Inilah inti debat yang diinginkan Ibrahim yang dijadikan sebagai kata kunci baginya untuk meyakinkan
kaumnya tentang keesaan Tuhannya. Jadi kalau dilihat cara yang dilakukan Ibrahim dalam mendidik
tauhid ayah dan kaumnya tergambar akan pentingnya peranan akal dan logika berpikir dalam
menangkap keesaan Allah SWT. Dan betapa metode ini sangat meninspirasi dalam mengedapankan
debat bijak dan tegas yang disertai dengan bukti yang nyata dalam mencerna dan menemukan keesaan
Allah SWT.
Debat Ibrahim yang lain dapat kita cerna pada QS. al-Baqarah/2: 258.
Terjemahnya:
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena
Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan) ketika Ibrahim mengatakan:
"Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan
dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka
terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim.
13Lihat QS al-ambiya: 66
Dalam Surah lain, seperti dalam QS. al-Anbiya: 52-56
Terjemahnya:
“(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Patung-patung apakah ini yang
kamu tekun menyembahnya. Mereka menjawab: “Kami mendapati bapak-bapak kami
menyembahnya”. Ibrahim berkata: “Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan
yang nyata”. Mereka menjawab: “Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh
ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?” Ibrahim berkata: “Sebenarnya Tuhan
kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya: dan aku termasuk orang-orang yang
dapat memberikan bukti atas yang demikian itu”. (QS. al-Anbiya‟/21: 52-56)
Ayat-ayat di atas menambahkan keyakinan dan kekaguman akan kehebatan metode debat atau dialog
yang dibangun Ibrahim dalam rangka mendidik umatnya dalam meyakini keesaan Allah SWT. Namun
yang menarik dari debat di atas adalah keberanian dan konsistensi Ibrahim untuk menyampaikan
kebenaran itu walau kepada raja yang berkuasa penuh dan salim. Ibrahim tidak membedakan sama
sekali lawan debatnya walau diyakini resiko dari debat yang terkadang dianggap sebagai sebuah
perlawanan dari penguasa dihadapinya dengan kesabaran. Dan resiko dari konsekuensi kebenaran abadi
itu adalah pembakaran Ibrahim dengan hidup-hidup.
Debat dalam hal mengemukakan kebenaran khususnya kepada penguasa memerlukan kecerdasan dalam
berbagai hal sehingga kebenaran itu dapat diterima atau minimal menyentuh hati mereka. Bahkan lebih
dari itu harus menyampaikan dengan berani kepada mereka bahwa ini baik dan ini tidak baik.
4. Metode Keteladanan
Metode pemberian contoh dalam mengajarkan ketauhidan dapat dilihat dalam QS. al-Mumtahanah/60:
4 dan 6
Terjemahannya:
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama
dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada
kamu dan daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata
antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada
Allah saja, kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: “Sesungguhnya aku akan memohonkan
ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim
berkata): “Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah
kami kembali.” Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu;
(yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. Dan
barangsiapa yang berpaling, Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji”
Suri tauladan yang ditunjukkan Ibrahim yang terkait dengan metode pendidikan tauhid sebagaimana
yang tergambar pada ayat di atas adalah ketegasannya menyampaikan kebenaran khususnya yang
terkait dengan penyembahan berhala. Ketegasan tersebut terlihat pada ucapan Ibrahim:
“Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dan daripada apa yang kamu sembah selain Allah,
kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat
selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja...”14

Sikap ketegasan itu dibutuhkan untuk mengirimkan simbol bahwa apa yang disampaikan dan dibawa
lbrahim adalah kebenaran yang akan membawa ketenangan dan ketentraman pada kaumnya itu sendiri.
Selain itu, Ibrahim juga tetap mendoakan kaumnya supaya mereka diberikan petunjuk. Dibalik
upayanya yang keras dan ucapannya yang tegas dari lubuk hati yang dalam Ibrahim mendoakan dan
bermohon kepada Allah supaya apa yang disampaikannya itu diterima oleh kaumnya khususnya.

Di bagian kedua Khairunnas merumuskan 21 strategi mengajar yang pernah diterapkan oleh
Rosululloh berdasarkan hadits-hadits yang bisa kita kaji sampai hari ini. Ke 21 strategi
tersebut adalah
1. mendorong murid menjadi pembelajar. Rosululloh menekankan bahwa menuntut ilmu itu
adalah ibadah dan harus dilakukan sepanjang hayat.
2. menciptakan suasana belajar yang nyaman. Sebelum memberikan pelajaran seringkali
Nabi meminta para sahabat untuk tenang dan fokus dengan menarik perhatian mereka. Nabi
juga memotivasi para sahabat agar memperhatikan apa yang beliau ajarkan.
3. menciptakan pembelajaran yang aktif interaktif.
4. metode belajar praktik. Para sahabat tidak begitu kesulitan untuk melaksanakan apa yang
Rosululloh ajarkan karena sebelum mengajarkan, Roasululloh sudah mempraktikkannya
dulu.
5. mengajar sesuai kemampuan siswa. Dalam beberapa kesempatan, Rosululloh
memberikan jawaban yang berbeda-beda untuk pertanyaan yang sama karena penanyanya
yang berbeda.
6. metode diskusi.
7. mengajar dengan cerita. Seringkali Nabi bercerita akan keadaan suatu kaum atau
seseorang.
8. mengajar dengan perumpamaan. Misalnya ketika menjelaskan derajat dunia di hadapan
Alloh ta’ala, Nabi mengumpamakan bahwa dunia lebih hina dari pada bangkai kambing yang
jelek; kecil dan cacat.
9. mengajar dengan menggunakan bahasa tubuh.
10. mengajar dengan menggunakan gambar dan multi media. Contoh: Rosuslulloh pernah
menggambar bujur sangkar dan menarik garis lurus dari dalam persegi tersebut hingga
keluar. Kemudian membuat garis-garis kecil di sekitar garis lurus itu.
11. memberikan penjelasan yang rasional dan argumentatif. Misalnya. Kenapa ketika ada
alat yang masuk ke dalam minuman Nabi malah mengajurkan untuk menenggelamkannya
kemudian baru membuangnya? Kenapa tidak langsung dibuang? Karena di salah satu sayap
lalat itu ada penyakit dan di sayap yang lain ada obat.
12. memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan self-reflection.
13. menghafal dengan cara menyenangkan.
14. mengajar secara pointer.
15. metode tanya jawab.
16. memberikan pertanyaan.
17. memberikan pertanyaan yang menantang kepada murid.
18. memberikan reward kepada murid.
19. pertukaran pelajar.
20. surat sebagai media pembelajaran. Nabi pernah berkirim surat yang isinya adalah ajakan
untuk memeluk agama Islam kepada para raja yang berkuasa di zaman itu.
21. mengajar dengan aktiva dimensi ketiga.

Anda mungkin juga menyukai