Anda di halaman 1dari 14

MAQAMAT DAN AHWAL

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu


Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf

Disusun oleh:
Kelompok 7/ Kelas MPI C
Choiriah Fitri Fatimah 206190083
Iqbal Husaini alladuni 206190092
Mila Hidayatun Nisak 206190099
Dosen pengampu:
Ahmad Sulthon, M.pd.I

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Maqomat dan ahwal adalah dua hal yang senantiasa dialami oleh
orang yang senantiasa dialami oleh orang yang menjalani tasawuf sebelum
sampai pada tujuan yang dikehendaki.Yang pertama berupa keadaan,
sedangkan yang kedua berupa tahapan perjalanan.Keduanya dapat dibedakan
namun sering pula disamakan, bahkan dipertukarkan.
Pernyataan para sufi tentang kedua tema tersebut sangat beragam.
Keragaman itu terdapat dalam pengertian yang dirumuskan, jumlahnya,
pembagian urutannya, dan isyarat isyarat yang diberikan tentang
keduanya.Dibalik keragaman ini, tentu terdapat jumlah segi segi yang
mempertemukannya. Keragaman pernyataan para sufi tentang maqomat dan
ahwal dapat dimengerti. Mereka memperkatakan dengan keduanya menurut
kata hati mereka, dengan berdasarkan pengalaman yang bersifat individual.
B. Rumusan masalah
Makalah ini dibentuk atas beberapa permasalahan yang ingin kami
ketahui dari beberapa pertanyaan dibawah ini.
1. Apakah pengertian maqamat dan ahwal ?
2. Apa saja persamaan maqomat dan ahwal ?
3. Apakah perbedaan maqomat dan ahwal ?
4. Apa yang dimaksud dengan zuhud, wara’,tawakkal,sabar dan Ridho?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian maqamat dan ahwal
2. Mengetahui persamaan dari maqomat dan ahwal
3. Dapat mengetahui apa saja perbedaan maqamat dan ahwal
4. Memahami apa saja pengertian zuhud, wara’, tawakkal,sabar dan ridho.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Maqomat dan Ahwal.


1. Maqomat.
Secara harfiyahmaqomat berasal dari bahasa arab yang artiya berarti
tempat orang berdiri atau pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya di gunakan
untuk arti sebagai jalan yang panjang yang harus di tempuh oleh seorang
sufi untuk berada di dekat allah.1Maqomat merupakan bentuk jamak dari
maqam.Secara etimologi maqom mengandung arti kedudukan atau tempat
berpijak dua telapak kaki.secara terminology mengandung pengertian
kedudukan, posisi, tingkatan, atau kedudukan tahapan hamba dalam
mendekatkan diri kepada allah. Sedangkan dalam ilmu tasawuf, maqomat
berarti kedudukan hamba dalam pandangan allah berdasarkan apa yang
telah mereka usahakan baik melalui ibadah maupun mujahadah.
Disamping itu maqomat berarti jalan panjang yang harus di tempuh oleh
seorang sufi untuk berada sedekat mungkin dengan allah.
Beberapa sikap yang termasuk dalam maqomat itu sebenarnya merupakan
akhlak yang mulia. Semua itu dilakukan oleh seorang sufi setelah lebih
dahulu membersihkan dirinya dengan bertaubat dan menghiasinya dengan
akhlak yang mulia. Hal yang demikian identic dengan proses takhalli
yaitu membersihkan diri dari sifat buruk dengan taubat dan menghiasi diri
dengan sifat yang baik.
Tentang berapa jumlah tangga atau maqamat yang harus ditempuh
oleh seorang sufi tidak sama pendapatnya. Muhammad al Kalabasyidalam
kitabnya al- Taaruf li Mazhab ahl al-Tasawuf sebagai dikutib oleh Harun
Nasution misalnya mengatakan bahwa maqamat itu jumlahnya ada

1
Abuddin Nata,Akhlak Tasawuf(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2009),hal193
sepuluh, yaitu al taubah, al zuhud, al shabr, al faqr, al tawadhu’, al
taqwa, al tawakkal, al ridla, al habbah, dan al ma’rifah.Sementara itu
Abu Nasr al- Sarraj al thusi dalam kitab lama menyebutkan jumlah
maqamat ada tujuh yaitu al taubah, al zuhud, al faqr, al tawakkal, dan al
ridla.2
Kutipan tersebut memperlihatkan bahwavkeadaan variasi penyebutan
maqamat yang berbeda beda, namun ada yang maqamat yang telah mereka
sepakati bersama, yaitu al taubah, al zuhud, al wara’,al faqr, al shabar, al
tawakkal, dan al ridla. Sedangkanal tawadlu, al mahabbah, dan al
ma’rifaholeh mereka tidak disepakati sebagai maqamat. Terhadap istilah
yang disebut terahkir itu terkadang para ahli menybutkan
sebagaihaldanittihad (tercapainya kesatuan wujud rohaniah dengan tuhan)
2. Ahwal.
Menurut Harun Nasution hal arau ahwal merupakan keadaan mental,
seperti perasaan senang, perasaan sedih, perasaan takut, dan
sebagainya.Hal atau ahwal yang biasa disebut sebagai hal takut, rendah
hati, patuh, ikhlas, rasa berteman, gembira hati, berterima kasih.Hal
berlainan dengan maqam, bukan diperoleh atas usaha manusia, tetapi
diperdapat sebagai anugrah dan rahmat dari Allah.
Selain melaksanakan berbagai kegiatan dan usaha, seorang sufi juga
harus melakukkan serangkaiain kegiatan mental yang berat. Kegiatan
mental tersebut meliputi, riyadah, mujahadah, khalwat, uzlah, muraqabah
dan lain lain. Berdasarkan usaha usaha yang dilakukan oleh seorang sufi
tersebut tampak jelas bahwa jalan yang harus di tempuh oleh seorang sufi
untuk mencapai tujuan memperoleh hubungan batin dan secara rohaniah
dengan tuhan bukanlah jalan yang mudah yang dilalui seorang sufi

2
Abuddin Nata,Loc.cit
tidaklah mulus dan dapat ditempuh dengan mudah, tetapi banyak lika liku
yang harus ditempuh oleh seorang sufi.
B. Perbedaan dan Persamaan Maqamat Dan Ahwal
Adapun perbedaan dan persamaan antara maqamat dan ahwal dalam
table berikut:

Kajian Macam-macam Perbedaan Persamaan


Maqamat Taubat, Zuhud,Sabar, Wara’ Pelaksanaan Merupakan
, Faqr,Tawakal, Ridha (Rela senantiasa inti kajian
), Mahabah, Ma’rifat, berurutan, dan ajaran
dan Istiqamah. dirumuskan oleh tasawuf,
seorang sufi itu dapat dialami
sendiri, jumlah oleh setiap
maqamat antara sufi.
sufi satu dengan
lainnya berbeda,
dapat dipelajari
oleh setiap salik
(pelaku tasawuf),
harus
dilaksanakan
secara sungguh-
sungguh, dan
membutuhkan
usaha.
Ahwal Muhasabah (mawas diri) Hidayah dan
dan Muraqabah (waspada), anugerah dari
Raja’ (berharap) Allah sesuai
dan Khauf (takut), Hubb (ci dengan kehendak-
nta), Syauq (rindu) Nya, sifatnya
dan Uns (intim), Thuma’nin temporer, mudah
ah, dan Musyahadah datang dan
pergi/tidak
selamanya ada,
dan tidak
membutuhkan
usaha.

C. Zuhud, Wira’i, Tawakkal, Sabar, dan Ridha


a) Zuhud
Secara harfiyah al-zuhud berarti tidak ingin kepada sesuatu
yang bersifat keduniawi.3Zuhud dalam tradisi tasawuf merupakan
maqam yang paling dominan, karena pada umumnya pola hidup
seorang suficenderung meninggalkan dunia dan mementingkan
akhiratnya. Lebih dari itu tasawuf lebih identic dengan kezuhudannya.
Dunia beserta segala isinya merupakan sumber kemaksiatan
dan keburukan yang dapat menjauhkan kita dari Allah, sebab
keinginan, hasrat, dan nafsu seseorang berpotensi menjadikan
kemewahan dan kenikmatan duniawi sebagai tujuan dalam hidupnya,
sehingga dirinya akan memalingkan dari Allah. Oleh sebab itu seorang
sufi diharuskan untuk terlebih dahulu memalingkan segala aktivitas
lahir dan batinnya dari segala hal yang bersifat duniawi. Oleh
karenanya segala apa yang dikerjakan dalam kehidupan hanyalah
dalam rangka mendekatkan diri kepada allah.

3
Abuddin Nata,Akhlak Tasawuf(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2009),hal194
Awal munculnya sejarah aliran tasawuf dalam dunia islam,
zuhud sudah muncul sejak awal abad kedua Hijriyah. Sesungguhnya
zuhud dalam tasawuf merupakan suatu tingkatan yang memiliki arti
memalingkan diri dari kehidupan dunia guna melakukan ibadah
dengan tekun dan memerangi keinginan hawa nafsu, berpuasa,
menyedikitkan makan dan memperbanyak dzikir.
Tujuan zuhud adalah ketauhidan, artinya bahwa menjauhkan
diri dari segala hal yang bersifat dunia sama halnya dengan
menjauhkan diri dari segala sesuatu dari allah. Sebaliknya seorang
zahid akan menerima dengan iklas segala sesuatu yang telah menjadi
ketentuan Allah. Berkaitan dengan konsep zuhud dalam al quran
terdapat ayat yang menjelaskan tentang zuhud diantaranya:

Artinya: katakanlah:’’ kesenangan di dunia hanyalah sementara dan


diakhirat itu lebih baik untuk orang orang yang bertakwa, dan kamu
tidak akan dianiaya sedikitpun. ( An-Nisa’:77 ).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kehidupan dunia yang kita
rasakan hanyalah sesaat dan suatu saat akan lenyap dan musnah dalam
seketika, dibandingkan dengan kehidupan diakhirat yang kekal abadi
dan merupakan kehidupan yang lebih baik dari klehidupan didunia.
b) Wara’i

Wara’i secara harfiyah, berarti saleh, menjauhkan diri dari


perbuatan dosa atau maksiat.Kata ini selanjutnya mengandung arti
menjauhi hal hal yang tidak baik..pandangan sufi tentang Wara’ adalah
meninggalkan sesuatu yang didalamnya terdapat keraguan antara halal
dan haram4. Menurut Qamar Kailani yang dikutip oleh Rivay A.
Sireger wara’ dibagi menjadi dua yaitu: wara’ lahiriyah dan batiniyah.
Wara’ lahiriyah adalah tidak mempergunakan segala yang masih
diragukan dan meninggalkan kemewahan, Sedangkan wara’ batiniyah
yaitu tidak menempatkan atau mengisi hati kecuali dengan mengingat
allah. Wara’ dibagi menjadi tiga tingkatan, pertama, wara’ yang
menjauhkan diri dari syubhat.Kedua, wara’ orang yang menjauhkan
diri dari sesuatu yang menjadi keraguan hati dan ganjalan di
dada.Ketiga, wara’ orang arif yang sanggup menghayati dengan hati
nurani.

Adapun yang dilakukan oleh seorang Sufi dengan wara’i


adalah bahwa seorang Sufi tidak memandang wujud benda atau
perilaku sesorang dari bentuk kasarnya atau keindahannya saja. Tetapi
seorang sufi menilai segala bentuk baik benda, sikap maupun ide atau
gagasan dari nilai yang terkandung didalamnya tanpa melihat fisiknya.
Sikap menjauhi diri dari syubhat ini sejalan dengan yang dihadiskan
nabi dan diriwayatkan oleh Iman Bukhori yang berbunyi “barang
siapa yang dirinya terbebas dari syubhat, maka sesungguhnya ia telah
terbebas dari yangharam’’ (H.R Bukhori).

c) Tawakkal
Tawakkal menurut bahasa adalah berserah diri, sedangkan
menurut istilahtawakkal adalah meninggalkan hawa nafsu dan
berpaling dari potensi dan kemampuan agar seseorang tidak
memandang memiliki kekuatan kecil karena kekuatan dari Allah.
Seorang Sufi yang terlah menyerahkan diri kepada Allah tidak
akanada keraguan dengan apapun yang menjadi keputusan Allah.

4
Ibid hal199
Tawakkal bukan berararti bahwa seorang manusia hanya diam
dan menerima semua tanpa ada usaha dan bekerja sebab Allah telah
memberikan bekal kesempurnaan bagi setiap manusia, baik fisik
maupun psikis.
Al-Junaid menyatakan bahwa hakikat tawakkal adalah merasa
bahwa ada dan tidak adanya sesuatu itu semata mata merupakan
kehendak dan kekuasaan Allah Swt, dan karena Allah Swt sesuatu itu
menjadi ada.5
Setiap keadaan mempunyai sisi depan dan sisi belakang
kecuali tawakkal, karena sesungguhnya tawakkal itu hanya
mempunyai sisi depannya saja tidak mempunyai sisi belakang.
Maksudnya adalah seseorang hendaknya bertawakkal hanya karena
Allah Swt bukan yang lainnya.Lebih lanjut lagi bahwa tawakkal
adalah meninggalkan segala sesuatu karena Allah bukan meninggalkan
Allah karena sesuatu.

d) Sabar
Sabar berasal dari bahasa arab yang “shobaro” yang
membentuk masdar “shobron” yang artinya menahan dan mencegah.
Sedangkan menurut istilah sabar adalah menahan segala sesuatu dari
sifat kegundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh
kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.
Ataupun dapat di artikan meenjauhkan diri dari hal hal yang
bertentangan dengan kehendak Allah tetapi tenang ketika mendapat
cobaan.

5
Jurnal, Ibnu Farhan, Konsep Maqamat Dan Ahwal Dalam Perspektif Para Sufi, Yaqzhan vol.2 no 2,
Desember 2016,(hal167-168)
Selanjutnya Ibnu ‘Athaillahmengatakan sabar artinya tetap
tabah dalam menghadapi cobaan dengan sikap yang baik. 6Allah
memberikan perintah sabar dalam firmannya dalam Q.S Al-
baqoroh:45

Artinya :”jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan


sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang orang yang khuyuk.”( QS Al baqoroh:45)
Menurut banyak pendapat para ahli, hukum sabar adalah wajib
dan merupakan separuh iman.Sebab iman terdiri dari dua bagian yakni
sabar dan syukur.Sabar merupakan jalan untuk mencapai
kebahagiaan.Kesabaran memerlukan suatu usaha yang keras dan
pantang menyerah, memerlukan waktu yang panjang dan sikap yang
hati hati.
Menurut Ibnu ‘Athaillah, dalam maqam sabar, seorang sufi
akan selalu berusaha menjauhi dari sesuatu yang tidak disukai oleh
Allah, yang didalamnya adalah sikap mengatur sesuatu yang telah
diatur oleh Allah Swt.7
e) Ridho
Ridho berasal dari kata “radhiyah” yang memiliki arti rela dan
“ menerima dengan suci hati”. Sedangkan menurut definisi lainridho
tidaklah bermakna menentang takdir Allah. Lebih lanjut pengertian
ridho adalah suatu tingkatan maqam dimana seorang sufimampu
mengubah semua bentuk penderitaan, kesusahan, dan kesengsaraan,
menjadi kegembiran dan kenikmatan. Sebagian ulama berpendapat

6
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf(Jakarta,PT. RajaGrafindo Persada,2009)hal200
7
Jurnal Ibnu Farhan,Konsep Maqamat Dan Ahwal Dalam Presepektif Para Sufi,
Yaqzan,vol2,no2,Desember2016(hal165-166)
bahwa ridho bisa dikatakan maqam maupun ahwal.Hal ini
dikarenakan ridho bersifat khasbi (diupayakan), tetapi ridho
merupakan karunia yang diberikan oleh Allah sebagai buah dari
tawakkal.
Syekh Zannun al Misri berkata bahwa ridho adalah keadaan
hati seseorang yang telah ditetapkan oleh Allah Swt atas
dirinya.Sedangkan bagi Ibnu ‘Athaillah, ridho adalah sikap seseorang
dalam menampik sikap ikut campur terhadap kehendak Allah
swt.8pasalnya orang yang ridho telah merasa cukup dengan pengaturan
Allah untuknya. Ridho merupakan puncak daripada kecintaan yang
diperoleh seorang sufi selepas menjalankan proses yang panjang
kepada allah. Ridha merupakan anugrah kebaikan yang diberikan
tuhan atas hambanya dariapa yang telah hambanyanya usakan .
Syekh Abu ‘ Ali al Daqqaq menyatakan bahwa seorang sufi
tidak merasa terbebani dengan hukum dan qadar Allah karena suatu
kewajiban bagi seorang sufi untuk rela diatas ketentuan dan qadar ilahi
sesuai yang ditetapkan oleh Allah. Ridha pada prinsipnya adalah
tenangnya hati dengan ketetapan Allah dan keserasian hati dengan
sesuatu yang dijadikan Allah Ta’alla.

8
Ibid, hal169
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas yang berkaitan dengan maqamat dan ahwal dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengertian Maqamat dan Macam-macamnya


a. Pengertian Maqamat
Maqamat adalah hasil kesungguhan dan perjuangan terus-menerus,
dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang lebih baik.
b. Macam-macam maqamat
1) Taubat
2) Zuhud
3) Sabar
4) Wara’
5) Faqr
6) Tawakal
7) Ridha (Rela)
8) Mahabah
9) Ma’rifat
10) Istiqamah
2. Pengertian Ahwal dan Macam-macamnya
a. Pengertian ahwal
Ahwal adalah kedudukan atau situasi kejiwaan yang dianugerahkan Allah
kepada seseorang hamba pada suatu waktu, baik sebagai buah dari amal shaleh
yang mensucikan jiwa.
b. Macam-macam ahwal
1) Muhasabah (mawas diri) dan Muraqabah (waspada)
2) Raja’ (berharap) dan Khauf (takut)
3) Hubb (cinta)
4) Syauq (rindu) dan Uns (intim)
5) Thuma’ninah
6) Musyahadah
3. Perbedaan dan Persamaan Maqamat dan Ahwal
Dilihat dari segi Pelaksanaan, Hidayah dan anugerah dari Allah sesuai
dengan kehendak-Nya, serta sifatnya temporer, mudah datang dan
pergi/tidakselamanya ada, dan tidak membutuhkan usaha, sedangkan
persamaannya merupakan inti kajian dan ajaran tasawuf.
DAFTAR PUSTAKA

Asnawiyah,Jurnal, Maqam Dan Ahwal:Makna Dan Hakikatnya Dalam Pendakian


Menuju Tuhan,Vol 16,No 1,April 2014.

Ibnu,Farhan,Jurnal, Konsep Maqamat Dan Ahwal Dalam Perspektif Para Sufi, vol.2
no2, Desember 2016, Kitab zaqyan

Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf,(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2009)

Anda mungkin juga menyukai