Anda di halaman 1dari 10

Pendidikan Islam pada masa pembaharuan dalam Islam

Feri Julhamdani
Program Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung
ferijulhamdani05@guru.smk.belajar.id

Heris Hermawan
Dosen Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam
Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Abstrak
Islamic education is education that is based on Islamic ethics, formation morals, and
training of the soul. So, then the ultimate goal in Islamic education is to form people who
believe and are devout so that they can survive in life and avoid the slander of the world. In
terms of the period of Islamic renewal at that time, Islam actually began to show weakness
and backwardness because of the arrival of western nations after Islam in a period of
progress. Therefore, through this article the author wants to see to what extent Islamic
education continues to exist and progress amidst the backwardness and progress of western
nations in leading the world's treasures. The author tries to research from various sources how
Islamic education was during the period of Islamic renewal using qualitative philosophical
methods from books and journal articles which are closely related to the discussion that the
author has compiled in this journal. Meanwhile, Islamic education during the period of
Islamic renewal was at one point in the return approach, namely in the first way, education as
potential development. Second, cultural inheritance. Third, the interaction between potential
and culture. Based on the description above, it can be understood that the task of Islamic
education is to help develop students in piety and morals.
Abstrak
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkan pada etika Islam, pembentukan
moral, dan latihan jiwa. Sehingga, kemuadian tujuan akhir dalam pendidikan Islam tersebut
adalah supaya membentuk manusia yang beriman dan bertakwa supaya selamat dalam
kehidupannya terhindar dari fitnah dunia. Dalam hal masa pembaharuan Islam pada
zamannya bagaimana sebenarnya Islam mulai menunjukkan kelemahan dan keterbalakangan
karena dating nya bangsa-bangsa barat setelah Islam dalam masa kemajuan. Maka dari itu
melalui artikel ini penulis ingin melihat sejauh mana Pendidikan Islam tetap ada dan maju di
tengah keterbalakangan dan kemajuan bangsa-bangsa barat dalam memimpin khasanah
dunia. Penulis berusaha meneliti dari berbagai sumber bagaimana masa Pendidikan Islam
pada masa pembaharuan Islam dengan cara kualitatif filosofis dari buku dan artikel jurnal
yang berhubungan erat dengan pembahasan yang penulis susun dalam jurnal ini. Adapun
Pendidikan Islam pada masa pembaharuan Islam ada dalam satu titik pendekatan Kembali
yaitu dengan cara Pertama pendidikan sebagai pengembangan potensi. Kedua pewarisan
budaya. Ketiga, interaksi antara potensi dan budaya. Berdasarkan uraian di atas dapat
dipahami bahwa tugas pendidikan Islam adalah membantu pembinaan anak didik pada
ketakwaan dan berakhlak.

Kata Kunci : Sejarah Pendidikan Islam, Pendidkan Islam Pada Masa Pembaharuan
Islam, Pembaharuan Islam

Pendahuluan
Pendidikan Islam tidak dapat disamakan dengan makna pendidikan secara
keseluruhan. Penganut agama Islam menganggap pendidikan Islam sebagai suatu proses
pendidikan yang bersumber dari pokok ajaran Islam (al-Quran) dan al-Hadits sebagai
penjelasannya. Pendidikan Islam telah berkembang sejak turunnya wahyu pertama kepada
Nabi Muhammad SAW dan terus berkembang hingga saat ini..
Hal ini tergantung pada bagaimana para pelaku sejarah melakukan pendidikan. Ketika
lembaga-lembaga pendidikan Islam dan madrasah-madrasah formal muncul di berbagai pusat
kebudayaan Islam, pendidikan Islam mencapai puncaknya. Hal ini disebabkan oleh jiwa dan
semangat kaum muslimin saat itu, yang sangat kuat dalam penghayatan dan pengamalan
ajaran Islam. Oleh karena itu, lembaga pendidikan pasti mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Ini sama dengan pendidikan Islam selama masa pembaharuan Islam, ketika
pendidikan Islam terus berkembang meskipun dominasi negara-negara barat.
Karenanya Setelah warisan filsafat dan ilmu pengetahuan Islam diterima oleh bangsa
Eropa dan umat Islam sudah tidak memperhatikannya lagi maka secara berangsur-angsur
telah membangkitkan kekuatan di Eropa dan menimbulkan kelemahan di kalangan umat
Islam. Secara berangsur-angsur tetapi pasti, kekuasaan umat Islam ditundukkan oleh
kekuasaan bangsa Eropa.
Sebenarnya, mulai abad ke-11 H/17 M, kekalahan kerajaan Turki Usamani dalam
peperangan dengan negara-negara Eropa menunjukkan kelemahan dan ketertinggalan kaum
muslimin dari bangsa-bangsa Eropa dalam berbagai bidang kehidupan ini. Raja-raja dan
pemuka kerajaan dipaksa untuk mencari tahu apa yang menyebabkan mereka kalah dan apa
yang membuat lawan mereka lebih unggul. Mereka mulai menyadari kemajuan budaya
Eropa, terutama Perancis, yang menjadi pusat kemajuan tersebut. Mereka mengirim duta-duta
untuk mempelajari kemajuan tersebut, terutama dalam hal militer dan ilmu pengetahuan.
Adapun Dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan modern dari Barat, untuk
pertama kali dalam dunia Islam dibuka suatu percetakan di Istambul pada tahun 1727 M.
Guna mencetak berbagai macam buku ilmu pengetahuan yang diterjemahkan dari buku-buku
ilmu pengetahuan barat, Al-Qu’ran dan ilmu-ilmu pengetahuan agama lainnya.
Penduduk Mesir oleh Napoleon Bonaparte tahun 1798 M, adalah merupakan tonggak
sejarah bagi umat Islam untuk mendapatkan kembali kesadaran akan kelemahan dan
keterbelakangan mereka. Ekspedisi Napoleon tersebut bukan hanya menunjukkan akan
kelemahan umat Islam, tetapi juga sekaligus menunjukkan kebodohan mereka. Ekspedisi
Napoleon tersebut disamping membawa pasukan tentara yang kuat, juga membawa pasukan
ilmuwan dengan seperangkat peralatan ilmiah, untuk mengadakan penelitian di Mesir.
Ini menunjukkan kelemahan dan keterbelakangan kaum muslimin, sehingga muncul
berbagai macam upaya pembaharuan di berbagai bidang kehidupan untuk mengejar
ketertinggalan dan keterbelakangan mereka, termasuk upaya di bidang pendidikan. Afiful
Ikhwan berpendapat bahwa ada tiga cara untuk melihat tanggung jawab pendidikan islam:
pertama, pendidikan sebagai pengembangan potensi; kedua, pewarisan budaya; dan ketiga,
interaksi antara potensi dan budaya. Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa tujuan
pendidikan Islam adalah membantu anak-anak belajar menjadi orang yang baik dan
berakhlak mulia.

Temuan Dan Pembahasan

1. Pengertian Pembaharuan
Pembaharuan secara etimologi berarti proses, memperbaharui, menciptakan cara
hidup baru, membangun kembali, menyusun kembali, dan memulihkan seperti semula.
Secara terminologi, pembaharuan memiliki banyak arti.
A. Mukti Ali menggambarkannya sebagai upaya untuk mengganti yang buruk dengan
yang baik dan meningkatkan yang sudah baik. Harun Nasution menyatakan bahwa
modernisasi adalah istilah yang lebih umum untuk membaharuan. "Modernisasi" adalah
istilah yang berasal dari Barat dan mengacu pada proses, gerakan, dan upaya untuk
mengubah ide-ide, tradisi, institusi lama, dan sebagainya untuk menyesuaikannya dengan ide-
ide dan situasi baru yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan modern.
Jadi pembaharuan itu adalah sesuatu yang dilakukan secara efektif, efisien, dan
produktif menuju kepada kemajuan. Pembaharuan yang dimaksud dalam catatan Jurnal
Risaalah, Vol . 1 , No. 1, Desember 2015 pengantar ini adalah pembaharuan di dalam
pendidikan, yaitu suatu perubahan yang baru dan sengaja diusahakan untuk mencapai tujuan
tertentu dalam pendidikan.
Berkaitan dengan pembaharuan di bidang pendidikan, maka pendidikan dalam
masyarakat modern pada dasarnya berfungsi untuk memberikan kaitan antara peserta didik
dan lingkungan sosio-kulturalnya yang terus berubah. Untuk mengetahui suatu pembaharuan
yang terjadi perlu ditetapkan lebih awal indikator yang melekat pada pembaharuan itu. Suatu
pembaharuan selalu mengikuti dinamika kehidupan masyarakat. Hal ini berarti pembaharuan
merupakan hal yang tak terhindarkan.

2. Pengertian Pendidikan Islam


M. Yusuf al-Qardhawi mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan
seluruh manusia, termasuk akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan
keterampilannya. Pendidikan Islam, di sisi lain, didefinisikan oleh Hasan Langgulung sebagai
proses mempersiapkan generasi muda untuk memikul tanggung jawab, memberikan
pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang sesuai dengan fungsi manusia, sehingga mereka dapat
melakukan amal di dunia dan menikmati hasil akhirat.Dengan demikian, Muhammad Atiyah
Al-Ibrasyi menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan yang didasarkan pada
etika Islam, pembentukan moral, dan latihan jiwa. Oleh karena itu, tujuan akhir dari
pendidikan Islam adalah untuk menghasilkan individu yang bertakwa sehingga mereka dapat
selamat dalam hidupnya., sebagaimana tertera dalam Surat Ali Imran [3] ayat 102;

‚Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa


kepadaNya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama
Islam." (QS.
Ali Imran [3]: 102).
Pendidikan Islam juga dapat didefinisikan sebagai pengembangan pikiran dan tingkah
laku manusia berdasarkan agama Islam dengan tujuan merealisasikan tujuan Islam dalam
kehidupan individu dan masyarakat, yaitu dalam segala aspek kehidupan.Secara lebih teknis,
Endang Saifuddin Anshari menggambarkan pendidikan Islam sebagai proses bimbingan
(pimpinan, tuntutan, usulan) oleh guru kepada perkembangan jiwa (pikiran, perasaan,
kemauan, intuisi, dan sebagainya) dan raga siswa dengan bahan-bahan tertentu, dalam jangka
waktu tertentu, dengan metode tertentu, dan dengan alat-alat tertentu yang tersedia untuk
menghasilkan individu tertentu, disertai dengan evaluasi sesuai dengan ajaran Islam..
Sedangkan yang dimaksud pendidikan Islam di sini adalah upaya mempersiapkan anak didik
atau individu dan menumbuhkan baik jasmani maupun rohaninya agar dapat memahami dan
menghayati hakekat kehidupan dan tujuan hidupnya mengapa ia diciptakan, dan dapat
menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi dirinya dan umatnya.

3. Pola-Pola Pembaharuan Pendidikan Islam


Dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang menyebabkan kelemahan dan
kemunduran umat Islam di masa lalu, serta faktor-faktor yang menyebabkan kemajuan dan
kekuatan negara-negara Eropa, terbentuk tiga pola pemikiran pembaharuan pendidikan Islam
yang berbeda. Yang pertama adalah pola yang berfokus pada pendidikan modern di Eropa,
dan yang kedua adalah pola yang berfokus pada pemurnian kembali ajakan pendidikan :
a. Golongan yang Berorientasi Pada Pola Pendidikan Modern di Barat.
Mereka pada dasarnya berpendapat bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern adalah sumber kekuatan dan kesejahteraan hidup Barat. Mereka juga berpendapat
bahwa kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia Islam adalah sumber
dari kemajuan Barat saat ini. Akibatnya, karena mereka bertekad untuk mengembalikan
kekuatan dan kejayaan umat Islam, mereka harus mengambil kembali sumber kekuatan dan
kemakmuran ini.
Pembaharuan pendidikan dengan pola Barat ini, mulanya timbul di Turki Usmani
pada akhir abad ke 11 H / 17 M setelah mengalami kalah perang dengan berbagai negara
Eropa Timur pada masa itu, yang merupakan benih bagi timbulnya usaha sekularisasi Turki
yag berkembang kemudian dan membentuk Turki Modern. Sultan Mahmud II (yang
memerintah di Turki Usmani 1807-1839), adalah pelopor pembaharuan pendidikan di Turki.
Usaha-usaha yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II diantaranya :
a) Mengadakan perubahan dalam kurikulum madrasah dengan menambahkan pengetahuan-
pengetahuan umum kedalamnya yang semula hanya mengajarkan pengetahuan agama.
b) Mengeluarkan perintah supaya anak sampai umur dewasa jangan dihalangi masuk
madrasah
c) Mendirikan sekolah militer, sekolah teknik, sekolah kedokteran dan sekolah pembedahan
d) Mengirim siswa-siswi ke Eropa, untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi
langsung dari sumber pengembangan.
Muhammad Ali Pasya, yang berkuasa di Mesir dari tahun 1805 hingga 1848, juga
menunjukkan pola pembaharuan pendidikan yang berorientasi ke Barat. Dia melakukan
pembaharuan dengan mendirikan sekolah yang meniru metode pendidikan dan pengajaran
Barat, mendatangkan guru dari Barat (terutama dari Perancis), mengirimkan siswa ke Barat
untuk belajar, dan menterjemahkan buku-buku Barat ke dalam bahasa Arab..
b. Gerakan Pembaharuan Pendidikan Islam yang Berorientasi pada Sumber Islam
yang Murni
Metode ini berpendapat bahwa Islam adalah sumber ilmu pengetahuan modern dan
kemajuan peradaban. Mereka menemukan bahwa salah satu penyebab kelemahan umat Islam
adalah karena mereka tidak melaksanakan ajaran agama Islam secara penuh. Ajaran Islam
yang menjadi sumber kekuatannya dan kemajuan telah ditinggalkan dan digantikan oleh
ajaran yang tidak murni dari Islam.
Muhammad bin Abd al Wahab memulai pola pembaharuan ini, yang dilanjutkan oleh
Muhammad Abduh dan Jamaluddin AlAfgani pada akhir abad ke-19. Jamamluddin Al-
Afgani menyatakan bahwa tidak mungkin untuk memmurnikan ajaran Islam dengan kembali
kepada Al-Qur'an dan Al-Hadits dalam arti yang sebenarnya. Dia percaya bahwa Islam sesuai
dengan perkembangan zaman, negara, dan semua kondisi..

c. Usaha Pembaharuan Pendidikan yang Berorientasi pada Nasionalisme


Rasa nasionalisme muncul bersamaan dengan perkembangan gaya hidup modern, dan
itu berasal dari Barat. Bangsa-bangsa Barat mengembangkan rasa nasionalisme, yang
kemudian menghasilkan kekuatan politik yang kuat. Akibatnya, bangsa-bangsa lain, termasuk
bangsa-bangsa yang pernah dijajah, mengembangkan rasa nasionalisme mereka sendiri.
Disamping itu, adanya keyakinan dikalangan pemikir-pemikir pembaharuan di
kalangan umat Islam, bahwa pada hakikatnya ajaran Islam bisa diterapkan dan sesuai dengan
segala zaman dan tempat. Oleh karena itu, ide pembaharuan yang berorientasi pada
nasionalisme ini pun bersesuaian dengan ajaran Islam.

4. Tokoh dan Sasaran Pembaharuan Pendidikan Islam


Tokoh pembaharuan Pendidikan Islam bercorak modernis. Sejalan dengan
pembaharuan pendidikan Islam penuh dilakukan pada 3 wilayah kerajaan besar yaitu
kerajaan ustmani, Mesir, dan India.
a. Wilayah Turki
Pembaharuan pendidikan dunia Islam dimulai dikerajaan Turki Ustmani. Faktor yang
melatar belakangi gerakan pembaharuan bermula dari kekalahan-kekalahan kerajaan Usmani
dalam peperangan dengan Eropa. Adapun tokoh yang mencoba melakukan upaya tersebut
ialah :
1. Sultan Ahmad III
Adanya kekalahan yang dialami kerajaan Turki Ustmani menyebabkan sultan Ahmad
III prihatin dan melakukan intropeksi, dengan melakukan pengiriman duta ke Eropa untuk
mengamati perkembangan barat. Dengan mendirikan sekolah teknik militer, mendirikan
percetakan untuk mempermudah akses buku pengetahuan. Upaya ini dilakukan sampai beliau
wafat dan kemudian digantikan oleh Sultan Mahmud II
2. Sultan Mahmud II
Sultan Mahmud II merupakan kelanjutan dari Sultan Ahmad III. Pembaharuan yang
dilakukan dengan memperbaiki system pendidikan madrasah dengan memasukkan ilmu
pengetahuan umum, kemudian mendirikan model disekolah barat.
b. Wilayah Mesir
Tokoh yang melakukan upaya pembaharuan khususnya pendidikan adalah Muhammad Ali
Pasya dan Muhammad Abduh

1. M. Ali Pasya
Ia mendirikan kementerian pendidikan dan lembaga pendidikan, membuka sekolah
teknik, kedokteran, pertambangan, mengirim siswa untuk belajar kenegeri barat, gerakan
pembaharuan memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi barat kepada umat Islam.
2. M. Abduh
Melakukan pembaharuan pendidikan di Al Azhar dengan memasukkan ilmu modern.
Mendirikan komite perbaikan administrasi Al Azhar dengan memasukkan ilmu modern,
mendirikan komite perbaikan administrasi AlAzhar tahun 1895, melaksanakan pembaharuan
administrative yang bermanfaat.
c. Wilayah India
Pembaharuan pendidikan Islam di India bertujuan menghilangkan diskriminasi
pendidikan Islam tradisionalis dengan pendidikan sekuler. Adapun tokoh pembaharuan di
India adalah sebagai berikut :
1. Sayyid Akhmad Khan (1817-1898 M)
Ia percaya bahwa bekerja sama dengan Inggris dapat membantu umat Islam di India
menjadi lebih baik. Kemudian, pada tahun 1864, mereka mendirikan sekolah Inggris
Mudarrabah. Selain itu, dia mendirikan Society of Scientific Research, sebuah lembaga
pendidikan yang fokus pada ilmu pengetahuan umum. Mereka adalah beberapa tokoh
pembaharuan yang banyak mengadopsi pengetahuan dan praktik barat.

5. Dualisme Sistem Pendidikan Islam


Sistem pendidikan modern, yang biasanya dikendalikan oleh pemerintah, pada
awalnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja ahli untuk kepentingan
pemerintah, dengan mengguanakan kurikulum dan mengembangkan ilmu pengetahuan
kontemporer. Sistem pendidikan tradisional biasanya mempertahankan kurikulum yang
hanya memberikan pendidikan dan pengajaran keagamaan dan berasal dari pengembangan
sistem zawiyah, ribat, pondok pesantren, dan madrasah yang telah ada di masyarakat. Sistem
dan pola pendidikan yang berbeda ini kemudian membentuk pendidikan Islam di semua
negara dan masyarakat Islam.
Dalam pendidikan, sebagian besar telah dilakukan upaya untuk memadukan kedua
sistem. Ini dilakukan dengan memasukkan kurikulum ilmu pengetahuan modern ke dalam
sistem pendidikan tradisional dan memasukkan pendidikan agama ke dalam kurikulum
sekolah modern. Akibatnya, diharapkan sistem pendidikan tradisional akan berkembang
secara bertahap menuju sistem pendidikan modern. Selain itu, inilah yang sebenarnya
diinginkan oleh para pemerhati pembaharuan pendidikan Islam, yang berfokus pada ajaran
Islam secara keseluruhan.

Simpulan
Pembaruan adalah langkah menuju kemajuan yang dilakukan secara efektif, efisien,
dan produktif. Pembaharuan di dalam pendidikan adalah perubahan baru yang dibuat untuk
mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan. Pembaharuan ini mencakup empat komponen:
pembaharuan tujuan pendidikan, pembaharuan kurikulum, pembaharuan pendidik, dan
pembaharuan peserta didik. Tujuan dari pembaharuan ini adalah untuk menghasilkan siswa
yang ideal, berkualitas,
Fase pembaharuan adalah ketika pendidikan Islam mengalami kebangkitan kembali.
Kebangkitan kembali umat Islam dalam upaya memulihkan ajaran Islam, terutama di bidang
pendidikan.. Terjadinya tiga pola dalam pembaharuan pendidikan Islam
a. Golongan yang berorientasi pada pola pendidikan modern di Barat.
b. Gerakan pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada sumber Islam yang
murni
c. Usaha Pembaharuan Pendidikan yang Berorientasi pada Nasionalisme
Adapun Tokoh dalam pembaharuan pendidikan islam :
a. Wilayah turki : Sultan Ahmad III dan Sultan Mahmud II
b. Wilayah Mesir : M. Ali Pasya dan M. Abduh
c. Wilayah India : Sayyid Akhmad Khan
Pemikiran pembaharuan Islam terjadi sekitar pada abad ke 17 M. Pemikiran
pembaharuan di dalam tubuh Islam sendiri didasari atas kesadaran kaum muslimin akan
ketertinggalan mereka dalam berbagai bidang terutama dalam bidang pendidikan
dibandingkan dengan orang-orang Barat
Demikian hasil Penelitian untuk pembuatan Jurnal Sejarah Pendidikan Islam ini,
walaupun saya menyadari akan kekurangan dan kelemahan jurnal ini tak meyurutkan harapan
kami, mudah-mudahan jurnal ini bermanfaat untuk kepentingan perbaikan dan
pengembangan Pendidikan Islam minimal menjadi pertimbangan.
Hanya kepada-Mu Yaa Allah seluruh kerja keras dan usaha saya kembalikan.
Aamiin….

Daftar Pustaka
A. Mukti Ali, Beberapa Masalah Pendidikan di Indonesia (Yogyakarta: Yayasan Nida, 1971),
h. 17.
Acmad Warid, 2020. Pembaruan Pendidikan Islam. Studi Analis dan Sejarah. Penelitian

Azyumardi Azra, 1999 Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru
(Jakarta: Logos) Wacana Ilmu,), h. 15.
Daulay, Putra, Haidar., dan Pasa, Nurgaya. 2014. Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah.
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Harun Nasution, 1992 Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, cet. IX
(Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 9.
Ikhwan, Afiful. Integrasi Pendidikan Islam (Nilai-Nilai Islami dalam Pembelajaran).
Ta’allum Jurnal. Volume. 2. Nomer. 2. November 2014: 179-194,

Suwito. 2008. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Zuharini, dkk. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Engku, Iskandar., dan Zubaidah, Siti. 2014. Sejarah Pendidikan Islami. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya

Zaenudin, 2015, Pembaharuan Sistem Pendidikan Islam Jurnal Risaalah, Vol . 1 , No. 1,

Anda mungkin juga menyukai