Anda di halaman 1dari 15

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH SAW

HINGGA MASA ABBASIYAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemikiran Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Rusdi, S.Ag., M.SI

Disusun oleh :

Esty Wardah Qoni’ah 2111101026

Muhammad Naufal 2111101039

Syesar Kaysar 2111101085

Wahdiannur 2111101012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS


SAMARINDA

2022
A. PENDAHULUAN
Selanjutnya manusia sejak dilahirkan membutuhkan pendidikan, bayi yang
keluar dari rahim ibunya diajarkan nama Allah melalui adzan serta kasih sayang
sebagaimana perlakuan keluarga ataupun Ibunya sendiri. Dengan demikian pendidikan
merupakan suatu keharusan yang tidak dapat dipungkiri dan juga merupakan
kebutuhan. Dengan pendidikan tatanan hidup masyarakat dapat membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk, pendidikan dikenal dengan konsep guru, murid dan
media yang digunakan sehingga dengan ketiganya dapat dilaksanakan meskupun
dengan cara yang sederhana.
Kehadiran Islam mengajarkan pendidikan melalui ketauhidan, syari’ah, dan
akhlak melalui Nabi Muhammad SAW, sebelumnya Nabi Ibrahim pun sebagai simbol
bapak pendidikan dimana ajarannya lebih menekankan pada ketuhanan, Dalam
perspektif sejarah pendidikan diawali dengan cara tertutup di Mekkah dan secara
meluas di Madinah Rasulullah dihadapkan dengan masyarakat heterogen bahkan
adapula dalam bentuk penolakan secara terang-terangan.
Konsep pendidikan Islam kemudian menyebar kebeberapa kawasan di timur
tengah melalui konsep yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW, meskipun dalam
penerapannya banyak tantangan yang dihadapi serta kondisi geografis yang sangat
menantang, beliau membangun sistem madrasah melalui masjid nabawi meskipun
nama madrasah belum resmi seperti halnya sekolah masa kini, keberhasilan Rasulullah
juga terlihat saat menjadi pemimpin Islam yang dikagumi bahkan sampai saat ini
disebut sebagai teladan bagi seluruh umat manusia. Bukan hanya Islam mengakui tetapi
eropa yang mayoritas kristen memberikan pengakuan sebagai pemimpin yang perlu di
contoh.
Dengan diterapkan pendidikan Islam kehidupan masyarakat Arab yang awalnya
dikenal sebagai masyarakat jahiliah berubah menjadi masyarakat madani yang hidup
dalam kesejahteraan, roda pemerintahan berjalan dengan baik atas berkat konsep
pendidikan yang dijalankan Rasulullah. Sehingga menarik diangkat dalam penelitian
ini bagaimana pemikiran pendidikan Islam di masa Rasulullah hingga Dinasti
Abbasiyah, sebagai pembanding dengan pemikiran pendidikan Islam masa kini yaitu
pendidikan yang mengedepankan moralitas tanpa mengesampingkan ilmu-ilmu
lainnya, keberhasilan Rasulullah dalam menjalankan pendidikan Islam juga merupakan
pedoman bagi pemangku lembaga dalam membentuk kepribadian serta didiknya.

2
B. PEMBAHASAN
1. Pemikiran Islam Pada Masa Rasulullah
a. Pemikiran Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah di Mekkah
Perjalanan kerasulan Nabi Muhammad SAW pertama-tama menerima
wahyu melalui perantara malaikat jibril, saat itu pula permulaan pendidikan
Islam sebagai perintah langsung dari Allah SWT, bunyi pertama ayat yang
diturunkan malaikat jibril menyerukan kata Iqra yang artinya bacalah sebagai
amanah bahwa pahamilah.
Menurut Ibnu Hajar bahwa wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad
berupa mimpi sebagai fungsi persiapan awal menerima wahyu yang akan
diterima saat Beliau terjaga. 1 Dengan turunnya surah al-alaq Rasulullah
kemudian mengawali konsep pendidikan yang dikenal dengan dakwah secara
sembunyi-sembunyi, diawali dengan istrinya Khadijah Rasulullah
menyampaikan nasehat-nasehat sesuai dengan perintah Allah SWT, kemudian
dilanjutkan kepada sahabat terdekat dan sahabat lainnya. Pendidikan Islam di
Mekkah dibagi menjadi dua bagian yaitu konsep pengenalan Tuhan dan
pembinaan akhlak.
1. Pendidikan Tauhid
Nabi Ibrahim as. dikenal sebagai bapak tauhid hal ini Allah
SWT, telah mendesain pendidikan dengan cara-cara kejadian secara
sempurna pengalaman petualangan Nabi Ibrahim merupakan bukti
pengenalan Tuhan agar manusia belajar. Nabi Muhammad seolah-
olah bagaikan mutiara yang diutus oleh Allah untuk
menyempurnakan ketauhidan Nabi Ibrahim melalui wahyu dan
perintah langsung, Atho Mudzar menegaskan bahwa Islam
didefinisikan sebagai wahyu yang diturunkanAllah SWT, kepada
Nabi Muhammad SAW, sebagai pedoman untuk kebahagiaan dunia
dan akhirat. Dengan demikian bahwa Islam merupakan
kesempurnaan yang hakiki dalam persoalan ketauhidan.
Sebelum Nabi Muhammad SAW menjalankan sistem
pendidikan diceritakan dalam sejarah bahwa awalnya beliau sering
melakukan khalwat di gua hira hingga dibulan ramadhan turunlah

1
Ali Mustofa yqub, Sejarah dan metode Dakwah Nabi (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), hlm.7.

3
perintah Allah sebagai keharusan mendidik masyarakat pada masa
jahilnya orang-orang Arab di Mekkah. Pelajaran pertama beliau
kepada Khadijah adalah:
 Mengenalkan Tuhan (Allah) sebagai zat yang Maha Besar
pencipta alam semesta.
 Allah sebagai pemberi nikmat.
 Allah adalah raja dihari kemudian.
 Allah adalah zat yang berhak disembah.
 Allah adalah penolong sebenarnya.
 Allah sebagai pembimbing manusia.

Pelajaran ini ditujukan kepada orang-orang terdekat Beliau


dengan menggunakan pendekatan tertutup dan terbuka, model
pendekatan tertutup digunakan karena masyarakat pada awal
pendidikan Islam terjadi pertentangan akan kebenaran Ilmu,
mereka lebih banyak percaya ketuhanan dengan keyakinan
masing-masing. Kemudian pendekatan terbuka dilakukan saat
Rasulullah berkunjung di camp-camp haji, beliau
menyampaikan nasehat-nasehat berdasarkan wahyu meskipun
pada golongan tertentu saja.

2. Pendidikan Akhlak
Kaelany mengatakan bahwa orientasi dakwah Rasulullah pada
mulanya adalah untuk segenap manusia dengan memberi wawasan
ketuhanan yang berlaku sepanjang masa dengan ciri-ciri:
 Pembinaan aspek kejiwaan manusia sebagai insan yang akan
melaksanakan tugas kekhalifahan dimuka bumi.
 Pembinaan hajat hidup manusia dalam eksistensinya awal
dan akhir serta kemana manusia selanjutnya.
 Pembinaan kesemprnaan yang sering disebut risalah
Rasulullah yakni Al-Quran dan Hadis.

4
Olehnya itu pendidikan yang dibangun Rasulullah di
Mekkah selama 13 tahun mengedepankan ilmu ketuhanan dan
pembinaan akhlak. 2

b. Pemikiran Pendidikan Islam Rasulullah di Madinah


Mengawali misi dakwah/pendidikannya Beliau mengutus Mush’ab bin
Umair untuk menjadi wakil da’i untuk masyarakat Madinah beliau menyusun
segala rencana Sa’ad bin Zurarah. Disana Beliau menyusun konsep pendidikan
yang merupakan kelanjutan dari Mekkah konsep pendidikan yang dibangun
Nabi Muhammad di Madinah terdiri dari:
1. Pendidikan sosial
Pendidikan sosial dilakukan dengan cara memersatukan kaum
Anshor dan kaum Muhajirin serta bani Yahudi yang bermukim di
Madinah, dengan konsep pendidikan ini Rasulullah membangun
konsep multikultur sebagai lambang kehidupan yang berbeda dalam
satu-kesatuan tujuan, dalam penerapannya Beliau mengedepankan
pendidikan syari’at Islam yang berhubungan dengan hubungan
manusia dan manusia serta hukum-hukum yang berlaku.
2. Pendidikan Politik
Kesatuan masyarakat memudahkan pembangunan SDM,
imprastrukturdan kesehatan, konsep awal juga dituangkan dalam
pembangunan masjid, dalam pembangunannya Nabi Muhammad
turut serta yang diikuti oleh Masyarakat lainnya dimasjid tersebut
dibuat multifungsi pendidikan, kepemimpinan, dan ilmu ekonomi.
3. Pendidikan Ekonomi
Oleh bersatunya kaum Anshor dan Muhajirin dan lainnya
mulailah Rasulullah memotifasi pekerjaan yang dapat menjaga
kelangsungan hidupnya seperti berdagang, pertanian dan usaha-
usaha lainnya.
4. Pendidikan Kepemimpinan
Semua ilmu yang diajarkan Beliau dilandasi dengan Tauhid
dehingga menanamkan kepemimpinan melalui Al-Quran sehingga

2
Zuhairi, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm.18.

5
mengikis habis permusuhan-permusuhan dan menjalin persaudaraan
yang kuat. Membangun kerjasama yang kuat melalui kepemimpinan
yang dibangun Rasulullah serta pengembangan masyarakat baru di
Madinah.
5. Pendidikan Keteladanan
Nabi Muhammad dikenal seorang pemimpin yang bijaksana,
dengan perinsip kepemimpinan transformasional Beliau memulai
ajaran kesempurnaan Islam dengan wahyu, syari’at, dan akhlak
terpuji. 3

2. Pemikiran Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin

a. Pemikiran Pendidikan Islam Pada Masa Khalifah Abu Bakar As Shiddiq (11-
13 H/632-634 M)
Pada masa ke khalifahan Abu Bakar dimulai dengan berbagai macam
pergolakan didalam lingkungan Umat Islam berupa kerusakan-kerusakan oleh
orang-orang murtad, orang-orang yang mengaku sebagai nabi dan orang-orang
yang enggan membayar zakat. Berdasarkan kondisi tersebut, untuk
mewujudkan keimanan dan kehidupan umat Islam yang stabil, maka khalifah
Abu Bakar melakukan tindakan tegas dengan memerangi para pemberontak
dan perusak tersebut dan dikenal dengan perang Riddah (Yatim, 2017).
Penumpasan berhasil dilakukan dan kondisi internal umat kembali stabil,
namun tidak sedikit umat islam yang gugur, bahkan diantaranya terdapat
sahabat dekat Rasulullah yang hafal Al-Quran (Dalpen, 2016).
Pokok-pokok ajaran Islam yang diajarkan dapat dibagi dalam beberapa
kategori materi pendidikan, yaitu:
 Materi Pendidikan Tauhid, yang menurut Syaikh Utsaimin
didalam Syarhu Tsalatsatil Ushul, Tauhid adalah menjadikan
Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan
segala kekhususannya.
 Materi Pendidikan Akhlak misalnya adab sehari-hari, adab kasih
sayang, adab pergaulan, adab kehidupan bermasyarakat,

3
Khaelany, Islam & Aspek-aspek Kemasyarakatan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm.28-29.

6
berbangsa dan bernegara. Dalam Islam, pendidikan akhlak tidak
dapat dipisahkan dengan pendidikan tauhid, bahkan akhlak
merupakan buah dari tauhid.
 Materi Pendidikan Ibadah, seperti “ wudhu, shalat, doa, dzikir,
puasa, zakat dan haji.
 Materi Pendidikan Kesehatan yang terintegrasi pada bidang
tauhid, akhlak, ibadah, seperti tentang kebersihan tubuh dan
lingkungan, adab makan dan minum, adab membuang air, adab
mandi dan lain-lain (Dalpen, 2016).

Pusat pendidikan pada masa khalifah Abu Bakar adalah di Madinah dan
tenaga pendidiknya adalah para sahabat nabi.selain keberadaan masjid dan
Shuffah sebagai tempat pendidikan yang telah ada sejak masa nabi
Muhammad, umat Islam mendirikan Kuttab sebagai tempat belajar membaca
dan menulis, yang mendukung fungsi masjid yang semakin kompleks.
Masjid pada waktu itu berfungsi sebagai tempat shalat berjamaah, membaca
dan mempelajari Al-Quran, tempat mendiskusikan berbagai masalah
keumatan, tempat pertemuan dan lembaga pendidikan Islam.

b. Pemikiran Pendidikan Islam Periode Khalifah Umar bin Khattab (13-23


H/634-644 M)
Umar bin Khattab berperan secara langsung sebagai pendidik dalam
melakukan penyuluhan dan pembinaan umat Islam di kota Madinah (Badwi
dan Ar rasyidin, 2017). Penyelenggaraan kegiatan pendidikan diterapkan
dimasjid, tempat pendidikan (Kuttab) dan pasar-pasar. Beliau juga
memberikan instruksi kepada para panglima perang umat Islam untuk
mendirikan masjid-masjid di setiap wilayah atau kota yang dikuasainya, yang
berfungsi sebagai tempat ibadah dan juga sebagai tempat pendidikan. Pada
periode ini diterapkan metode pendidikan, dimana siswa duduk melingkari
gurunya dihalaman masjid. Walau pendidikan untuk anak pada zamn khalifah
Umar mulai tertera, beliau membangun tempat khusus untuk menuntut ilmu
bagi anak-anak di setiap sudut masjid (Nugraha, 2019). Penataan ini
menginspirasi terbentuknya pendidikan anak saat ini lebih dikenal dengan
berbagai istilah, seperti taman pendidikan Islam dan taman pendidikan

7
Raudhatul Athfal. Berdasarkan hal tersebut, khalifah Umar bin Khattab dapat
dikatakan sebagai, Bapak Ilmu Taman Kanak-kanak (Nugraha, 2019).
Untuk mendukung kegiatan pendidikan, Umar mengangkat dan
menunjuk guru-guru untuk tiap daerah yang ditaklukkan, yang bertugas
mengajarkan isi Al-Quran dan ajaran Islam kepada penduduk yang baru masuk
Islam karena negara Islam sudah menyebar luas keluar Jazirah Arabia, maka
pusat pendidikan Islam bukan di Madinah saja, tetapi tersebar juga di kota-
kota besar sebagai berikut:
 Kota Mekkah dan Madinah (Hijaz)
 Kota Basrah dan Kufah (Iraq)
 Kota Damsyik dan Palestina (Syria)
 Kota Fustat (Mesir)

Wilayah ke khalifahan yang semakin meluas mendorong pertumbuhan


kegiatan pendidikan Islam. Semangat umat Islam, baik yang baru maupun
yang sudah lebih dahulu menganut agama Islam, semakin besar untuk
memperoleh ilmu ke Islaman dari para sahabat nabi. Sehingga mobilitas para
penuntut ilmu ke Madinah semakin lama semakin meningkat (Saufi dan
Fadillah, 2015). Fenomena ini mulai melahirkan pembidangan disiplin ilmu
keagamaan yang bermanfaat dalam perkembangan pendidikan bagi umat
Islam yaitu pengajaran bahasa Arab (Nugraha, 2019). Bidang pengajaran ini
muncul karena orang yang baru masuk Islam dari daerah yang ditaklukkan
harus belajar bahasa Arab, jika ingin belajar dan memahami pengetahuan
Islam. Oleh karena itu, pola dan perkembangan pendidikan pada masa khalifah
Umar bin Khattab lebih maju dibandingkan dengan masa sebelumnya
(Nugraha, 2019; Saufi dan Fadillah, 2015). Mata pelajaran utama tetap sama
yaitu membaca Al-Quran, menghafal dan menghayati kendungannya, akidah
dan ibadah serta pokok-pokok agama Islam. Untuk materi lainnya,
berdasarkan arahan khalifah Umar, yaitu mengajarkan anak-anak berenang
memanah, seni mempertahankan diri, dan menunggang kuda.

c. Pemikiran Pendidikan Islam Periode khalifah Utsman bin Affan (23-35


H/644-656 M)
Pendidikan Islam pada masa khalifah Utsman bin Affan, tidak jauh
berbeda pada masa-masa sebelumnya. Pendidikan pada masa ini hanya

8
melanjutkan apa yang telah ada. Hanya sedikit perubahan yang mewarnai
pelaksanaan pendidikan dari apa yang telah ada. Para sahabat besar Rasulullah
SAW, yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah SAW, pada masa
khalifah Umar tidak di izinkan meningalkan Madinah, maka pada masa
khalifah Utsman diberikan sedikit kelonggaran untuk keluar Madinah dan
menetap di daerah-daerah yang mereka sukai. Di daerah-daerah baru tersebut
mereka mengajarkan ilmu-ilmu keislaman yang mereka miliki dan dapatkan
langsung dari Rasulullah SAW. Usaha yang konkrit dalam bidang pendidikan
Islam belum dikembangkan pada masa khalifah Utsman bin Affan. Khalifah
sudah merasa puas terhadap pendidikan islam yang telah berjalan pada masa-
masa sebelumnya. Namun, yang penting untuk di catat, suatu prestasi yang
gemilang telah dicapai pada masa pemerintahan khalifah ketiga ini adalah
usaha pembukuan kitab suci Al-Quran yang mempunyai pengaruh yang luar
biasa bagi pendidikan Islam. Khalifah Utsman melanjutkan usaha yang dulu
dirintis oleh khalifah Abu Bakar yaitu pengumpulan Al-Quran dari hafalan-
hafalan para sahabat penghafal Al-Quran. Bundelan itu disimpan oleh
khalifah Abu Bakar, kemudian diserahkan kepada khalifah kedua Umar bin
Khattab, setelah itu dititipkan khalifah Umar kepada putrinya Hafsah binti
Umar yang juga istri Rasulullah SAW.
Enam tahun pertama kekhalifahan Utsman bin Affan pendidikan Islam
mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat sedangkan pada enam
tahun terakhir masa pemerintahan Utsman bin Affan pendidikan Islam tidak
mengalami kemajuan yang berarti. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya
persoalan-persoalan sosial politik yang pada akhirnya pemerintahan khalifah
Utsman bin Affan mengalmi kekacauan baik dilingkungan keluarga maupun
dilingkungan masyarakat. Masalah tersebut memicu terjadinya
pemberontakan diberbagai kalangan masyarakat akibat dari pemberontakan
tersebut khalifah Utsman terbunuh.
d. Pemikiran Pendidikan Islam Periode Ali bin Abi Thalib (35-40 H/656-661 M)
Pada masa pemerintahan khalifah Ali terjadi banyak pergolakan,
sehingga dapat dikatakan, hampir tidak pernah mengalami kedamaian.
Pergolakan dan peperangan internal umat Islam terjadi secara bergantian, yang
merupakan imbas dari fitnah dan syubhat serta kesalah pahaman. Pada saat itu,
khalifah Ali memiliki waktu untuk memikirkan permasalahan dalam sektor
9
pendidikan, karena perhatiannnya berfokus penuh pada permasalahan
keamanan dan kedamaian umat Islam sehingga penyelanggaraan pendidikan
Islam yang berlangsung tidak mengalami perbedaan dengan masa sebelumnya
(Badwi dan Al Rasyidin, 2017). Materi pendidikannya mengalami sedikit
perkembangan secara parsial dan tidak merata, tergantung kemampuan para
gurunya dalam menjelaskan atau menangkal berbagai paham yang
menyimpang pada waktu itu, sehingga memberikan dampak pada
perkembangannya kajian-kajian Islam hukum Islam. (Rama, 2016).4

3. Pemikiran Pendidikan Islam Pada Masa Umayyah

a) Bersifat Arab
Ciri utama seorang pendidikan pada masa dinasti Umayyah adalah bersifat Arab
dan Islam Tulen. Artinya yang telibat dalam dunia pendidikan masih didominasi
oleh orang-orang Arab, karena pada saat itu pandangan hidup umat belum
bercampur dengan budaya dan peradaban yang baru datang saat perluasan wilayah.
Pada masa ini pendidikan berlangsung dengan membentuk halaqoh ilmiah di
masjid-masjid.
b) Berpegang Kepada Dasar Agama Islam
Pada masa dinasti Umayyah penyebaran agama Islam masih berlangsung
bersamaan dengan usaha-usaha perluasan wilayah Islam. Pada masa ini, Islam
adalah pandangan hidup sebagai agama dan Negara. Para khalifah mengutus ulama-
ulama terbaik mereka ke berbagai daerah untuk menyebarkan agama islam. Hal ini
sebagi bukti pada masa dinasti Umayyah penyebaran agama Islam adalah
merupakan prioritas utama.
c) Prioritas Kepada Ilmu Naqliah, Aqliyah, dan Bahasa
Dinasti Umayyah juga memberikan prioritas kepada ilmu naqliah yang meliputi
ilmu-ilmu yang mendalami Al-Quran, seperti membaca Al-Quran, Tafsir, Hadist,
Tauhid dan Fiqih. Belajar dan memahami Al-Quran juga tidak lepas dari ilmu
bahasa dalam Al-Quran, yaitu bahasa Arab, ilmu yang mendalami bahasa Arab
seperti nahwu dan sastra. Adapun aqliah meliputi filsafat, kedokteran, ilmu kimia

4
Badwi, A, & Al-Rasyidin, K. 2017. Pendidikan Islam Pada Masa Nabi dan Periodesasi Khulafaul
Al-Rasyidin. Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam 3 (2).

10
dan astronomi aspek pendidikan Islam ini sejalan dengan karakteristik pertama,
yang bertujuan untuk memperkuat dasar-dasar agama. Hal ini terbukti ketika pada
masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz pernah mengutus 10 orang ahli fiqih ke
Afrika Utara untuk mengajarkan anak-anak disana. 5
d) Memberikan Perhatian Kepada Tulisan Sebagai Media Komunikasi
Pada masa dinasti Umayyah tugas penulisan semakin banyak dan terbai
kedalam 5 point penting, yaitu: penulis surat-surat, penulis harta, penulis tentara,
penulis polisi, dan penulis hakim. Penulisan bahasa Arab menjadi penting ketika
setia wilayah perluasan mengalami arabisasi. Bahasa Arab dijadikan bahasa
komunikasi baik secara lisan maupun tulisan diseluruh wilayah Islam.
e) Memberikan Peluang Pada Bahasa Asing
Dengan meluasnya wilayah kekuasaan pemerintahan Islam, mempelajari
bahasa asing dianggap perlu sebagai akibat dari interaksi negara Islam dengan
negara lain. Perluasan wilayah yang dilakukan dinasti Umayyah menjadikan
pelajaran bahasa asing menjadi penting agar terwujud Islam yang rahmatan
lil’alamin. Pelajaran bahasa asing kemudian memudahkan para ulama dalam
menyampaikan ajaran dan nilai-nilai Islam. Hal ini terbukti dengan semakin
meluasnya kawasan Islam disemananjung Arab, sehubungan dengan hal ini nabi
Muhammad SAW juga pernah bersabda “barang siapa yang mempelajari bahasa
suatu kaum, niscaya ia akan selamat dari kejahatannya”. Keperluan ini semakin
diarasakan penting karena pada masa pemerintahan dinasti Umayyah kawasan
Islam semakin meluas sampai ke Afrika dan Cina serta negeri-negeri lainnya yang
berbeda dengan bahasa Arab. Dengan demikian pengajaran bahasa diperketat, hal
ini untuk menunjukkan bahwa Islam merupakan agama universal.
f) Menggunakan Masjid
Pada masa dinasti Umayyah, pendirian masjid banyak dilakukan pada wilayah
yang baru memeluk agama Islam. Fungsi masjid pada masa Umayyah masih sama
dengan fungsi masjid pada masa Rasulullah SAW dan khulafaurrasyidin. Masjid
selain berfungsi sebagi tempat beribadah, masjid juga berfungsi sebagai pusat
aktifitas ilmiah, ysyair, sejarah bangsa-bangsa terdahulu, perdebatan serta kegiatan
lainnya. Masjid merupakan tumpuan utama para khalifah dinasti Umayyah pada
masa itu. Dari karakteristik pendidikan yang ada pada masa dinasti Umayyah dapat

5
Anwar Saepul, “Pendidikan Islam Dinasti Umayyah”, Jurnal Tarbiya, Vol.1 no.1, 2015.

11
kita lihat bahwa pemerintahan dinasti Umayyah memberikan perhatian yang sangat
besar terhadap keotentikan pendidikan Islam. Pendidikan Islam pada masa
pemerintahan Umayyah sangat memperhatikan kemurnian ajaran dan nila-nilai
Islam yang murni diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW, tanpa adanya
pencampuran dengan budaya luar dan perbedaan-perbedaan pandangan dalam
masalah ibadah dan muamalat.6

4. Pemikiran Pendidikan Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah


Perkembangan pemikiran umat Islam mencapai puncak kejayaannya pada masa
dinasti Abbasiyah. Bahwa strategi dan aktivitas yang efektif dilakukan oleh para
Khalifah Dinasti Abbasiyah adalah: pertama, keterbukaan. Jika dibandingkan
dengan masa kekhalifahan Umayyah yang sangat membatasi diri dengan pihak luar,
keadaan peerintah dinasti Abbasiyah sebaliknya. Bentuk pemerintahan dinasti
Umayyah lebih menonjol kepada pemerintahan Arab, sedangkan politik dinasti
Abbasiyah merupakan pemerintahan campuran dari segala bangsa. Kedua, kecintaan
pada ilmu pengetahuan. Pada masa dinasti Abbasiyah, ilmu pengetahuan Islam
banyak digali oleh para ulama (intelektual) Islam. Sebab para khalifahnya sangat
senang dengan ilmu pengetahuan. Karena itu dinsati ini sangat besar jasanya dalam
memajukan peradaban Islam di mata dunia. Ketiga, toleran dan akomodatif. Corak
kehidupan orang-orang Abbasiyah lebih banyak maniru tata cara kehidupan bangsa
persia. Pada masa ini kebudayaan Persia berkembang sangat maju, sebab bangsa
Persia mempunyai kedudukan yang baik di kalangan keluarga istana. Banyak orang
Persia yang dipilih untuk mengendalikan pemerintahan Dinasti Abbasiyah.
Peralihan kekuasaan dari dinasti Umayyah ke dinasti Abbasiyah adlah sebuah
peralihan yang signikan, dimana pemerintahan Umayyah yang identik dengan
nepotismenya berubah kearah Monarki (Abbasiyah). Perubahan ini tentunya menuju
kearah yang lebih baik, yaitu dalam penguliran sejarah Islam, pada dinasti
Abbasiyah lah peradaban Islam terlihat sangat mengagumkan yaitu masa keemasan
(golden age), tepatnya pada masa Al Rasyid dan Al Makmun.
Keberhasilan itu tidak terlepas dari para pemikir-pemikir Islam yang ada di
lembaga pendidikan dan lembaga pemerintahan. Perkembangan ilmu pengetahuan

6
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta: Kencana,
2004), hlm.41-42.

12
yang sangat pesat ketika itu disebabkan terjadinya pergesekan budaya Timur dan
Barat. Dimasa pemerintahan Al Makmun, pemikir-pemikir Islam telah
membuktikannya dengan melahirkan beberapa keilmuan, termasuk ilmu
Matematika, Kedokteran Astronomi, dan Filasafat sebagai gudang inspirasi.
Pada tahun 198-813 H awal dan akhir pemerintahan Al Makmun, telah
membukakan mata Barat bahwa Islam ketika itu adalah sebuah peradaban yang
sangat diperhitungkan dalam dunia Internasional, beliau mendatangkan para ilmuan
baik dari Timur maupun Barat untuk berkarya di Bagdad. Hasilnya perkembangan
keilmuan bergulir dengan derasnya, Baitul Hikmah sebagai lembaga pendidikan
Islam berperan sebagai Institusi pendidikan dan membidani kelahiran ilmu-ilmu
agama dan dunia.7
Pesatnya perkembangan pendidikan dimasa Al Makmun yang diprakarsai oleh
pemikir-pemikir Islam dan non-Islam bukan hanya membidani kelahiran teori-teori
baru dalam keilmuan, disamping pendidikan non-formal yang berkembang.
Pendidikan formal juga digagas, bukti pemikir-pemikir turut menginstruksikan
kepada pemerintah agar mendirikan infra-struktur sebagai lembaga institusi
pendidikan, agar peserta didik dan peserta ajar dapat mengajar dan mengkaji ilu-
ilmu pada tempat-tempat yang menurut mereka lebih terkonsentrasi.
Perkembangan pemikiran Islam pada masa ini tidak hanya berdampak besar
pada kemajuan peradaban didunia Islam, bahkan sangat berpengaruh ke dunia luar,
utamanya Eropa dan sekitarnya. Gerakan pemikiran Islam ini banyak melahirkan
para tokoh pemikir muslim dan bukan muslim. Para ilmuan yang bukan muslim juga
memainkan peranan penting dalam menerjemahkan dan mengembangkan karya
Kesusasteraan Yunani dan Hindu, serta ilmu zaman pra-Islam kepada masyarakat
Kristen Eropa. Sumbangan mereka ini menyebabkan seorang ahli filsafat Yunani
yaitu Aristoteles terkenal di Eropa.8

7
Mudzirin Yusuf, “Khalifah Al-Mu’tashim: Kajian Awal Mundurnya Daulah Abbasiyah”, dalam
Jurnal Thaqafiyyat, Vol.13, no.1, Juni (2012), hlm.124
8
Zuhairi, et.all, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm.100.

13
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pembahasan tentang pemikiran pendidikan Islam masa Abbasiyah,
dapat disimpulkan sebagai berikut bahwasanya perkembangan dan
kemajuanynag dimiliki suatu bangsa pada zamannya tertentu adalah tergantung
dari pemimpinnya yang aif dan bijaksana serta cintaakan ilmu memimpin
negaranya dengan sebaik-baiknya berdasarkan tuntunan ajaran Islam dan
menjunjung tnggi nilai-nilai moral. Perkembangan dan kemajuan Daulah
Abbasiyah hingga mencapai puncak kejayaan, karena dukungan penuh
khalifahnya yang memberikan banyak fasilitas dan kebebasan untuk
perkembangan ilmu pengetahuan, agama, dan teknologi.
Hal inilah yang memotifasi rakyat untuk terus meningkatkan
kemampuan diri dan ilmunya. Lebih khusus lagi bahwasanya kemajuan sistem
pendidikan Islam masa Daulah Abbasiyah ini karena menerapkan konsep dasar
pendidikan Islam yang multikultural dengan tetap berpegang teguh pada ajaran
Islam, sehingga terjadi tukar-menukar pengetahuan dan budaya yang
menjadikan khasanah ilmu pengetahuan dan budayanya bertambah kaya,
namun tidak meninggalkan ajaran Islam hal ini karena pebentukan karakter
murid dari seorang guru begitu kuat dan berhasil.
Al Ma’mun pengganti Al Rasyid dikenal sebagai khalifah yang sangat
cinta kepada ilmu. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing
digalakan, untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia mengkaji penerjemah-
penerjemah dari golongan kristen dan penganut golongan lain yang ahli. Ia juga
banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah
bangunan bait Bait Al Hikmah, pusat penerjemah yang berfungsi sebagai
perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar dan menjadi perpustakaan
umum dan diberi nama “Darul Ilmi” yang berisi buku-buku yang tidak terdapat
diperpustakaan lainnya. Pada masa Al Ma’mun inilah Baghdad mulai menjadi
pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan, ke kota inilah para pencari datang
berduyun-duyun, dan pada masa ini pula kota Baghdad dapat memancarkan
sinar kebudayaan dan peradaban Islam ke berbagai penjuru dunia.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ali Mustofa yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008.

Zuhairi, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Khaelany, Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Badwi, A, & Al-Rasyidin, K. 207. “Pendidikan Islam Pada Masa Nabi dan Periodesasi

Khulafaul Al-Rasyidin”. Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam 3 (2).

Anwar, Saepul, “Pendidikan Islam Masa Dinasti Umayyah”, Jurnal Tarbiya, Vol.1, no.1, 2015.

Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Jakarta:

Kencana, 2004.

Yusuf Mudzirin, “Khalifah Al-Mu’tashim: Kajian Awal Mundurnya Daulah Abbasiyah”,


dalam Jurnal Thaqafiyyat, Vol.13, no.1, Juni 2012.

Zuhairi, et.all, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta Bumi Aksara, 2004.

15

Anda mungkin juga menyukai