Anda di halaman 1dari 3

KARAKTERISTIK POLA PENDIDIKAN ISLAM

PADA MASA RASULULLAH

Kedatangan Nabi Muhammad saw. membawa ajaran Islam yang telah


diturunkan oleh Allah Swt. bertujuan untuk meluruskan dan memacu
perkembangan budaya umat manusia. Sebelum Muhammad saw. memulai
tugasnya sebagai rasul, yaitu menjalankan pendidikan Islam kepada umatnya,
Allah Swt. telah mendidik dan mempersiapakannya untuk melaksanakan tugas
tersebut secara sempurna melalui pengalaman, pengenalan serta peran sertanya
dalam masyarakat dan lingkungan budaya. Dengan potensi fitrahnya beliau
mampu secara sadar menyesuaikan diri dengan masyarakat lingkungannya, tetapi
tidak larut sama sekali didalamnya.1
Pendidikan Islam pada zaman Rasulullah dapat dibedakan menjadi 2
tahap, baik dari segi waktu dan tempat penyelenggaraan, maupun dari segi isi dan
materi pendidikannya, yaitu : (1) tahap/fase Makkah, sebagai awal pembinaan
pendidikan Islam, dengan Makkah sebagai pusat kegiatannya, (2) tahap/fase
Madinah, sebagai fase lanjutan pembinaan/pendidikan Islam dengan Madinah
sebagai pusat kegiatannya.2
1. Karakteristik dan Pola Pendidikan Islam Pada Fase Mekkah
Pola pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah sejalan dengan
tahapan-tahapan dakwah yang disampaikan kepada kaum Quraisy. Dalam hal
ini dapat dibedakan dalam tiga tahap:
a. Tahapan Pendidikan Islam Secara Rahasia dan Perorangan
Pada awal turunnya wahyu pertama, pola pendidikan yang dilakukan
adalah secara sembunyi sembunyi mengingat kondisi sosial politik yang
belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-
mula Rasulullah mendidik istrinya Khadijah untuk beriman kepada Allah
danmenerima petunjuk dari Allah, kemudian diikuti oleh Ali ibn Thalib

1
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Nabi Muhammad, Jakarta: Tintamas.
1972. hlm. 30-31.
2
Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, cet.9, 2008). hlm.
14-18
(anak pamannya) dan Zaid ibn Haritsah (seorang pembantu rumah
tangganya yang kemudian diangkat menjadi anak angkatnya). Kemudian
sahabat karibnya Abu Bakar Siddiq, dan beberapa sahabat lainnya yang
disebut dengan Assabiquna Al-Awwalun (orang-orang yang mula-mula
masuk Islam).
b. Tahap Pendidikan Islam Secara Terang-terangan
Pendidikan Islam secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama
tiga tahun, sampai turun wahyu yang memerintahkan dakwah secara
terbuka dan terang-terangan, yaitu (QS. Al-Hijr : 94) yang artinya “Maka
sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang
musyrik”.3
Perintah dakwah secara terang- terangan dilakukan oleh Rasulullah,
seiring dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk
meningkatkan jaungkauan seruan dakwah, karena diyakini dengan dakwah
tersebut banyak kaum Quraisy yang akan masuk agama Islam. Di samping
itu, keberadaan rumah Arqam Ibn Arqam sebagi pusat dan lembaga
pendidikan Islam sudah diketahui oleh kuffar Quraisy.
c. Tahap pendidikan Islam untuk umum
Hasil seruan dakwah secara terang-terangan yang terfokus kepada
keluarga dekat kelihatannya belum maksimal sesuai dengan apa yang
diharapkan. Maka, Rasulullah mengubah strategi dakwahnya dari seruan
yang terfokus kepada keluarga beralih kepada seruan umum, umat manusia
secara keseluruhan. Seruan dalam skala “internasional” tersebut didasarkan
kepada perintah Allah, surat al- Hijr ayat 94- 95 sebagai tindak lanjut dari
pemerintah tersebut, pada musim haji Rasulullah mendatangi kemah-
kemah para jamaah haji. Pada awalnya tidak banyak yang menerima
kecuali sekelompok jamaah haji dari Yastrib, kabilah Khazraj yang
menerima dakwah secara antusias.

3
Abdurrahman Al-Asy’ari, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Yayasan Al-Asy’ariyah, 2014
hlm. 267.
2. Karakteristik dan Pola Pendidikan Islam Pada Fase Madinah
Periode Madinah merupakan awal dibangunnya pondasi kekuatan
politik Islam. Seruan ajaran Islam yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat banyak turun di kota Madinah. Posisi Nabi saw. tidak hanya
berperan sebagai tokoh agama saja tetapi juga sebagai kepala pemerintahan.
Nabi Muhammad saw. sangat dihormati dan dihargai oleh sesama muslim
bahkan mereka yang non-muslim. Untuk melaksanakan fungsi utamanya
sebagai pendidik, Rasulullah saw. telah melakukan serangkaian kebijakan
yang amat strategis dalam memajukan sistem pendidikan Islam di Madinah.
Pada periode Makkah, pola pembinaan pendidikan Islam lebih
mengarah pada pendidikan tauhid (dalam arti yang luas) dan dilakukan di
rumah-rumah. Sedangkan di Madinah lebih menekankan kepada pola
pendidikan sosial-politik serta menjadikan Masjid sebagai pusat kegiatan.
Tetapi kedua ciri tersebut bukanlah dua hal yang bisa dipisahkan satu sama
lain. Kalau pendidikan Islam di Makkah lebih menitikberatkan pada
penanaman nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu Muslim.
Sedangkan pembinaan pendidikan Islam di Madinah pada hakikatnya
merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan
bidang pendidikan sosial-politik agar dijiwai ajaran tauhid, sehingga akhirnya
tingkah laku sosial politiknya merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid
tersebut.
Bangunan masjid terletak di tengah-tengah permukiman penduduk,
salah satu sudut masjid tersebut dijadikan sebagai tempat kediaman beliau,
dengan dua kamar untuk masing-masing kedua istrinya. Masjid begitu efektif
sebagai tempat pertemuan bagi anggota masyarakat. Sebelum Islam masuk ke
Madinah tempat ini dijadikan sebagai tempat pertemuan namun fungsinya
sebagai kedai malam tempat hiburan saja. Setiap waktu, kaum muslimin terus
bertemu minimal lima kali sehari semalam untuk kepentingan ibadah, belajar
agama, bermusyawarah dan sebagainya.4

4
Thohir, Ajid. 2014. Sirah Nabawiyah: Nabi Muhammad dalam Kajian Sosial
Humianiora, Bandung: Penerbit Marja.2014. hlm. 276

Anda mungkin juga menyukai