Anda di halaman 1dari 14

PERTUMBUHAN PENDIDIKAN ISLAM

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Sejarah Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Dr. Abdul Rosyid Teguhdin Hamid, M.Pd

Disusun Oleh :

Wastoni

Maulana Latif

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL HIKMAH

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-MAHBUBIYAH

JAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmaanirrahiim

Segala puji bagi Allah SWT, pencipta alam semesta ini. Dan karena-Nya lah kita
masih bisa merasakan betapa indah dan bahagianya hidup ini dan diberikan karuan agar terus
bisa belajar dan menuntut ilmu. Nikmat yang Allah berikan tidak pernah ada habisnya,
nikmat iman, nikmat Islam, nikmat sehat, bahkan masih banyak lagi nikmat yang tak
terhitungkan.

Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. semoga
kita selalu dalam pandangannya dan mendapat syafa’atnya di yaumil kiamat kelak, aamiin.
Makalah yang berjudul “Sejarah Pendidikan Islam” disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kepemimpinan dan Peilaku Organisasi Pendidikan. Tak lupa kepada Dr. Abdul
Rosyid Teguhdin Hamid.M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Pendidikan
Islam untuk dapat memberikan saran dan bimbingan kepada saya agar penyususnan makalah
ini dapat lebih baik.Alhamdulillah tersusunnya makalah ini juga tidak lepas dari beberapa
faktor, terutama dukungan dari orangtua. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dan kesalahan dari karya saya ini. Untuk itu, saya mohon maaf dan saya sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca. Atas kritik dan sarannya kami ucapkan
terima kasih.

Jakarta, 03 Maret 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Masalah 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Masa Pembinaan Pendidikan Islam 5
B. Karakteristik Masyarakat Mekah 5
C. Preode Mekah 6
D. Karakteristik Masyarakat Madinah 10
E. Preode Madih 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan 14
DAFTAR PUSTAKA 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan dalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat
penting. Pendidikan dapat membentuk kepribadian seseorang yang diakui sebagai
kekuatan yang dapat menentukan prestasi dan produktifitas seseorang. Dengan
bantuan pendidikan, seseorang dapat memahami dan menginterpretasikan lingkungan
yang dihadapinya.
Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah dan
berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia di bumi. Begitu
pula dengan pendidikan Islam yang pertama kali diajarkan oleh Nabi Muhammad
SAW dengan berbagai hambatan dan pertentangan dari orang-orang yang tidak
mempercayai dan menentang ajaran Islam. Pelaksanaan pendidikan di zaman
Rasulullah dapat dibagi ke dalam dua tahap, baik dari segi waktu, tempat, maupun isi
dan materi pendidikannya. Yaitu tahap pendidikan yang dilaksanakan di Makkah, dan
tahap pendidikan yang dilaksanakan di Madinah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Masa Pembinaan Pendidikan Islam?
2. Bagaimana Pembinaan Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah?

C. Tujuan Masalah
1. Dapat memahami Definisi Pembinaan Pendidikan Islam.
2. Dapat memahami Pembinaan Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masa Pembinaan Pendidikan Islam

Pendidikan Islam terjadi sejak Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul Allah
di Makkah dan beliau sendiri yang menjadi gurunya. Pendidikan masa ini merupakan
proto type yang terus menerus dikembangkan oleh umat Islam untuk kepentingan
pendidikan pada zamannya.1

Yang dimaksud masa pembinaan Islam adalah masa dimana proses penurunan
ajaran Islam kepada Nabi Muhammad SAW dan proses pembudayaannya (masuknya
ke dalam kebudayaan manusiawi, sehingga diterima dan menjadi unsur yang menyatu
dalam kebudayaan manusia) berlangsung. Masa tersebut berlangsung sejak Nabi
Muhammad SAW menerima wahyu dan menerima pengangkatannya sebagai Rasul,
sampai dengan lengkap dan sempurnanya ajaran Islam menjadi warisan budaya umat
Islam, sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Masa tersebut berlangsung selama 22
atau 23 tahun sejak beliau menerima wahyu pertama kali, yaitu 17 Ramadhan 13
tahun sebelum Hijrah (6 Agustus 610 M) sampai dengan wafatnya pada tanggal 12
Rabi’ul Awwal 11 H (8 Juni 632 M).

Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW berfungsi untuk
meluruskan perkembangan budaya umat manusia yang ada pada zaman itu dan
meletakkan unsur-unsur baru yang akan menjadi dasar memacu perkembangan
budaya selanjutnya.2

B. Karakteristik masyarakat Makkah

Pada waktu munculnya Rasulullah, bangsa Makkah sedang melewati masa


kebodohan. Seluruh kehidupan sosial terjerumus ke dalam kenistaan dan pelanggaran-
pelanggaran sosial. Penyembahan berhala dan politeisme merupakan tatanan-tatanan
pada waktu itu. Mabuk, judi, dan zina merupakan perbuatan yang umum dari bangsa
itu. Pembunuhan bayi perempuan merupakan mode yang digemari oleh bangsa

1
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta: Logos, 1999), hlm. 12
2
Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 14

5
Makkah, dan kaum wanita adalah kaum yang paling rendah derajadnya di dalam
masyarakat Makkah. Mereka tidak mempunyai hak sosial atau hak hukum.

Persaingan antara keturunan atau kaum yang ada pada saat itu sangat
berpengaruh, terutama pada kaum Quraisy dimana saat itu mereka sangat berpengaruh
dan mempunyai kekusaan. Sehingga kaum Quraisy sangat enggan tunduk kepada nabi
Muhammad SAW yang secara garis keturunan berasal dari kaum Abdul Muthalib,
karena takut akan kehilangan kekuasaan dan kedudukan.

Orang-orang di Makkah sangat kuat memegang teguh kepercayaan nenek


moyang mereka. Tradisi tersebut dianggap hal yang mutlak serta membawa
keberuntungan dan sangat sulit untuk ditinggalkan. Membuat ataupun memahat
patung adalah salah satu sumber ekonomi masyarakat Makkah saat itu disamping
berdagang.3

C. Pendidikan masa pembinaan Islam periode Makkah

Makkah adalah kota suci umat Islam, tempat berdirinya Ka’bah, tempat umat
Islam melaksanakan ibadah haji yang merupakan rukun Islam kelima dan tempat
kelahiran Nabi Muhammad SAW.4Sebelum Nabi Muhammad memulai tugasnya
sebagai Rasul, yaitu melaksanakan pendidikan Islam terhadap umatnya, Allah telah
mendidik dan mempersiapkannya untuk melaksanakan tugas tersebut secara sempurna
melalui pengalaman, pengenalan, serta peran sertanya dalam kehidupan masyarakat
dan lingkungan budayanya.

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama dari Allah SWT di
Gua Hira’ pada tahun 610 M sewaktu beliau telah mencapai umur 40 tahun, sebagai
petunjuk dan intruksi untuk melaksanakan tugasnya, yaitu QS. Al Alaq ayat 1–5:

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Kemudian disusul dengan wahyu yang berikutnya, yaitu QS. Al Muddatsir


ayat 1–7:

3
Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 102
4
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 77 – 78

6
1. Hai orang yang berkemul (berselimut), 2. bangunlah, lalu berilah peringatan! 3.
dan Tuhanmu agungkanlah! 4. dan pakaianmu bersihkanlah, 5. dan perbuatan dosa
tinggalkanlah, 6. dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh
(balasan) yang lebih banyak. 7. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu,
bersabarlah.

Perintah dan petunjuk tersebut pertama-tama ditujukan kepada Nabi


Muhammad SAW tentang apa yang harus beliau lakukan, baik terhadap dirinya
sendiri maupun umatnya. Kemudian bahan materi pendidikan tersebut diturunkan
secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit. Setiap kali menerima wahyu, segera
disampaikan kepada umatnya diiringi penjelasan dan contoh-contoh bagaimana
pelaksanaannya.5

Pendidikan masa pembinaan Islam periode Makkah, yakni sejak Nabi diutus
sebagai Rasul hingga hijrah ke Madinah, kurang lebih sejak 610–622 M atau selama
12 tahun 5 bulan 21 hari.6 Mula-mula pola pendidikan dilaksanakan secara sembunyi-
sembunyi, mengingat kondisi sosial-politik yang belum stabil. Dimulai dari
keluarganya sendiri dan keluarga dekatnya, pertama beliau mendidik istrinya,
Khadijah untuk beriman kepada dan menerima petunjuk dari Allah, kemudian diikuti
oleh Ali Ibn Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid Ibn Haritsah (pembantu rumah
tangga yang kemudian diangkat sebagai anak angkatnya). Kemudian sahabat karibnya
Abu Bakar ash Shidiq. Secara berangsur-angsur ajakan tersebut disampaikan secara
meluas, seperti Usman Ibn Affan, Zubair Ibn Awwan, Sa’ad Ibn Abi Waqas,
Abdurrahman Ibn ‘Auf, Thalhah Ibn Ubaidillah, Abu Ubaidillah Ibn Jahrah, Arqam
Ibn Abi Arqam, Fathimah binti Khattab, Said Ibn Zaid, dan beberapa orang lainnya.
Mereka semua disebut “assabuiqunal awwalun”, artinya orang-orang yang mula-mula
masuk Islam. Sebagai lembaga pendidikan dan pusat kegiatan pendidikan Islam yang
pertama pada era awal ini adalah rumah Arqam Ibn Abi Arqam.7

5
Zuhairini, dkk., Op Cit., hlm. 18 – 21
6
Suwendi, Sejarah & Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 7
7
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 32

7
Setelah selama lebih dari 3 tahun berdakwah secara sembunyi-sembunyi,
turunlah perintah agar Nabi menjalankan dakwah secara terbuka, yakni QS. Al Hijr
ayat 94:

Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan


(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.

Mula-mula Nabi mengundang dan menyeru kepada kerabat karibnya dari bani
Abdul Muthalib, “saya tidak melihat seorangpun di kalangan Arab yang dapat
membawa sesuatu ketengah-tengah mereka lebih baik dari apa yang saya bawa
kepada kalian. Kubawakan kepadamu dunia dan akhirat terbaik. Tuhan
memerintahkan saya untuk mengajak kalian semua. Siapakah di antara kalian yang
mau mendukung saya dalam hal ini? Mereka semua menolak, kecuali Ali.8

Strategi dakwah selanjutnya yang diambil Rasulullah adalah menyeru kepada


masyarakat umum, segenap lapisan masyarakat Islam dengan terang-terangan baik
golongan bangsawan maupun hamba sahaya, dan umat manusia secara keseluruhan.
Pada musim haji Rasulullah mendatangi kemah-kemah jamaah untuk menyampaikan
seruan Islam, tidak semua jamaah yang menerimanya, kecuali satu kelompok yang
berasal dari Yatsrib dari kabilah Khajraj.9 Penerimaan masyarakat Yatsrib terhadap
ajaran Islam dikarenakan beberapa faktor, yaitu:

1. Adanya kabar dari kaum Yahudi akan lahirnya seorang Rasul.


2. Suku Khajraj dan Aus mendapat tekanan dan ancaman dari kelompok Yahudi.
3. Konflik antara suku Khajraj dan Aus yang berlangsung lama, mereka
mengharapkan pemimpin yang mampu melindungi dan mendamaikan
mereka.10

Pada musim haji ke 12 kenabian, datang dua belas orang laki-laki dan seorang
perempuan penduduk Yatsrib menemui Rasulullah di Aqabah untuk menyatakan
ba’iah kepada Rasulullah yang dikenal dengan “Ba’iah Aqabah I”.

Setelah musim haji selesai, mereka kembali ke Yatsrib dengan membawa


bekal ilmu pengetahuan yang diperoleh dan semangat Islam yang berkobar, mereka
diminta Rasulullah untuk menyampaikan Islam kepada penduduk Yatsrib lainnya.

8
Fatah Syukur NC, Sejarah Pendidikan Islam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012), hlm. 19 – 20
9
Hanun Asrohah, Op. Cit., hlm. 13 – 14
10
Samsul Nizar, Op. Cit., hlm. 33 – 34

8
Musim haji berikutnya, 73 orang jamaah haji dari Yatsib mendatangi Rasulullah dan
menetapkan keimanan kepada Allah di Aqabah, yang kemudian dikenal dengan
“Bai’ah Aqabah II”.11

Dalam memberikan pembinaan umat Islam di Makkah, ada dua bidang pokok
yang digarap oleh Rasulullah, yaitu:

1. Pendidikan tauhid, dalam teori dan praktek

Intisari pendidikan Islam di Makkah adalah ajaran tauhid yang menjadi


perhatian utama Rasulullah. Pada saat itu masyarakat Jahiliyah sudah banyak
menyimpang dari ajaran tauhid yang telah dibawa oleh Nabi Ibrahim. Karena
tauhid merupakan pondasi paling dasar, maka harus ditata terlebih dahulu.
Pokok-pokok ajaran tauhid tercermin dalam QS. Al Fatihah, sebagai berikut:

a. Bahwa Allah adalah pencipta alam semesta yang sebenarnya. Itulah


sebabnya, maka Dialah yang berhak mendapatkan segala pujian.
b. Bahwa Allah telah memberikan nikmat, segala keperluan bagi
makhlukNya, dan khusus manusia ditambah petunjuk dan bimbngan
agar mendapatkan kebahagiaan dunia ahirat.
c. Bahwa Allah adalah raja di hari kemudian yang akan
memperhitungkan segala amal perbuatan manusia di dunia ini.
d. Bahwa Allah adalah sesembahan yang sebenarnya dan yang satu-
satunya. Hanya kepada Allah segala bentuk pengabdian ditujukan.
e. Bahwa Allah adalah penolong yang sebenarnya, dan oleh karena itu
hanya kepadaNya lah manusia meminta pertolongan.
f. Bahwa Allah sebenarnya yang membimbing dan memberi petunjuk
kepada manusia dalam mengarungi kehidupan dunia yang penuh
rintangan, tantangan dan godaan.

2. Pengajaran Al Qur’an

Al Qur’an merupakan intisari dan sumber pokok dari ajaran Islam yang
disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada umat agar secara utuh dan
sempurna menjadi milik umatnya yang selanjutnya akan menjadi warisan

11
Hanun Asrohah, Op. Cit., hlm. 14

9
turun temurun, dan menjadi pegangan pedoman hidup bagi kaum Muslimin
sepanjang zaman.12

Selain itu, dalam kedua wahyu yang mula-mula turun (QS. Al Alaq: 1–
5 dan QS. Al Muddatsir: 1–7), pendidikan dalam Islam di Makkah terdiri dari
4 macam, yaitu:

a. Pendidikan keagamaan, yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah


semata-mata, jangan mempersekutukannya dengan nama berhala,
karena Tuhan itu Maha Besar dan Maha Pemurah, sebab itu hendaklah
dienyahkan berhala itu sejauh-jauhnya.
b. Pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah, yaitu mempelajari kejadian manusia
dari segumpal darah dan kejadian alam semesta.
c. Pendidikan akhlak dan budi pekerti, yaitu Nabi Muhammad SAW
mengajar sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
d. Pendidikan jasmani (kesehatan), yaitu mementingkan kebersihan
pakaian, badan dan tempat kediaman.13

Pengajaran dan pendidikan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW


menggunakan berbagai metode yang sesuai dengan fitrah manusia, yakni sebagai
makhluk yang memiliki berbagai kecenderungan, kekurangan, dan kelebihan. Untuk
itu, terkadang beliau menggunakan metode ceramah, diskusi, musyawarah, tanya
jawab, bimbingan, teladan, demonstrasi, bercerita, hafalan, penugasan, dan bermain
peran. Adapun pendekatan yang digunakan Nabi Muhammad SAW adalah
pendekatan fitrah, yakni memberikan ajaran sesuai intelektual, kecerdasan peserta
didik, latar belakang, dan situasi kondisi yang menyertainya.14

D. Karakteristik masyarakat Madinah

Keadaan masyarakat Madinah sebelum datangnya Nabi Muhammad disana


sama halnya dengan keadaan masyarakat Makkah. Pelanggaran hukum merupakan
keadaan sehari-hari. Suku-suku yang tinggal disana berperang satu sama lain, yaitu
terbagi menjadi dua suku, suku Aus dan suku Khajraj.

12
Fatah Syukur NC, Op. Cit., hlm. 20 – 22
13
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992), hlm. 5 – 6
14
Abuddin Nata, Op. Cit., hlm. 86

10
Tidak ada pemerintahan yang memaksakan hukum dan ketertiban. Nabi
Muhammad, setelah datang disana, menghapuskan semua perbedaan suku dan
mengelompokkan penduduk dengan satu nama umum yaitu Anshor. Dia
melaksanakan hukum dan ketertiban, membuat perdamaian, dan dengan begitu
mengukuhkan itikad baik orang-orang Madinah.15

E. Pendidikan masa pembinaan Islam periode Madinah

Karena di Makkah selalu mendapatkan tantangan dari kaum Quraisy yang


selalu mengganggu dakwah Islam, Rasulullah akhirnya hijrah ke Madinah (Yatsrib). 16
Kedatangan Rasulullah bersama kaum muslimin Makkah (Muhajirin) disambut oleh
penduduk Madinah (Ansor) dengan gembira dan penuh rasa persaudaraan, karena
sudah banyak penduduk Madinah yang memeluk agama Islam. Maka Islam mendapat
lingkungan baru yang memungkinkan Rasulullah untuk meneruskan da’wah
menyampaikan ajaran Islam.17

Pada periode ini, tahun 622–632 M atau tahun 1–11 H. Usaha pendidikan yang
pertama adalah membangun masjid. Masjid Quba merupkan masjid pertama yang
dijadikan Rasulullah sebagai institusi pendidikan. Melalui pendidikan masjid ini,
Rasulullah memberikan pengajaran dan pendidikan Islam. Ayat-ayat Al Qur’an yang
diterima 18di Madinah sebanyak 22 surat, sepertiga dari isi Al Qur’an.

Di masjid itulah pusat kegiatan pendidikan Rasulullah SAW bersama kaum


muslimin membina masyarakat baru, masyarakat yang disinari oleh tauhid, dan
mencerminkan persatuan kesatuan umat. Di masjid itu juga digunakan untuk
bermusyawarah mengenai berbagai urusan, mendirikan shalat berjamaah,
membacakan Al Qur’an, maupun membacakan ayat-ayat yang baru diturunkan.19

Tujuan dan materi pendidikan Islam di Madinah semakin luas dibandingkan


pendidikan Islam di Makkah, seiring dengan perkembangan masyarakat Islam dan
petunjuk-petunjuk Allah. Pendidikan Islam tidak hanya diarahkan untuk membentuk
pribadi kader Islam, tetapi umat Islam juga dibekali dengan pendidikan tauhid,

15
Syed Mahmudunnasir, Op. Cit., hlm. 110 – 111
16
Hanun Asrohah, Loc. Cit.
17
Zuhairini, dkk., Op Cit., hlm. 32
18
Suwendi, Op. Cit., hlm. 10
19
Samsul Nizar, Op. Cit., hlm. 37

11
akhlak, amal ibadah, kehidupan sosial kemasyarakatan dan keagamaan, ekonomi,
kesehatan, bahkan kehidupan bernegara.20

Adapun titik tekan pendidikan Islam pada periode Madinah adalah:

1. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial


dan politik. Dalam hal ini Rasulullah melaksanakan pendidikan sebagai
berikut:
a. Rasulullah SAW mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan
pertengkaran antar suku (Khajraj dan Aus), dengan jalan mengikat tali
persaudaraan di antara mereka.
b. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Rasulullah menganjurkan
kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan
kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
c. Menjalin kerjasama dan tolong menolong dalam membentuk tata
kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syari’at zakat
dan puasa yang merupakan pendidikan bagi warga masyarakat dalam
tanggung jawab sosial.
d. Disyariatkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat
jumat yang dilaksanakan secara berjamaah dan adzan. Dengan shalat
jumat tersebut hampir seluruh warga masyarakat berkumpul langsung
mendengar khotbah Rasulullah SAW dan shalat jumat berjamaah.
2. Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan, dilaksanakan melalui:
a. Pendidikan ukhuwah (persudaraan) antar kaum muslimin.
b. Pendidikan kesejahteraan sosial dan tolong menolong.
c. Pendidikan kesejahteraan keluarga kaum kerabat.21
3. Pendidikan anak dalam Islam. Rasulullah selalu mengingatkan kepada
umatnya, antara lain:
a. Agar kita selalu menjaga diri anggota keluarga dari api neraka.
b. Agar jangan meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah
dan tidak berdaya menghadapi tantangan hidup.
c. Orang yang dimuliakan Allah adalah orang yang berdoa agar
dikaruniai keluarga dan keturunan yang menyenangkan hati.

20
Hanun Asrohah, Op. Cit., hlm. 15
21
Zuhairini, dkk., Op. Cit., hlm. 34 – 37

12
Bentuk-bentuk pendidikan anak dalam Islam sebagaimana digambarkan dalam
QS. Luqman ayat 13–19 adalah:

a. Pendidikan tauhid.
b. Pendidikan shalat.
c. Pendidikan sopan dan santun dalam keluarga.
d. Pendidikan sopan dan santun dalam mayarakat.
e. Pendidikan kepribadian.
4. Pendidikan hankam (pertahanan dan keamanan) dakwah Islam. Rasulullah
meletakkan dasar-dasar kehidupan masyarakat, yaitu:
a. Pembangunan masjid, selain digunakan untuk tempat shalat, sarana
mempersatukan umat Islam, bermusyawarah, masjid juga berfungsi
sebagai pusat pemerintahan.
b. Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama muslim), Rasulullah
mempersaudarakan antara golongan Muhajirin dan Ansor. Dengan
demikian persaudaraan berdasarkan agama, bukan hanya berdasarkan
darah.
c. Hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama
Islam.22

BAB III

22
Fatah Syukur NC, Op. Cit., hlm. 37 – 38

13
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Masa pembinaan Islam adalah masa dimana proses penurunan ajaran Islam
kepada Nabi Muhammad SAW dan proses pembudayaannya (masuknya ke
dalam kebudayaan manusiawi, sehingga diterima dan menjadi unsur yang
menyatu dalam kebudayaan manusia) berlangsung.
 Pembinaan pendidikan islam masa Rasulullah ada dua preode :
a. Periode kota Makkah: Pokok pembinaan pendidikan islam di kota
Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan
nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa
mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan
tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
b. Periode kota Madinah:Pokok pembinaan pendidikan islam di kota
Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang
merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu
pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh
ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.

14

Anda mungkin juga menyukai