Mahmuji, M. Pd
Disusun oleh :
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PENDIDIKAN ISLAM
PADA MASAORDEBARU SAMPAI ERA REFORMASI” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam, selain
itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan sejarah pendidikan islam diorde baru
sampai era reformasi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mahmuji, M.Pd selaku dosen mata
kuliah Sejarah Pendidikan Islam. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karenanya,
diharapkan saran dan kritik yang membangun agar penulis menjadi lebih baik di masa
mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
a) Latar Belakang...................................................................................................................1
b) Rumusan Masalah..............................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
1) Pendidikan Islam Pada Masa Orde Baru.........................................................................2
2) Pendidikan Islam Pada Era Reformasi............................................................................3
3) Dikotomi Pendidikan Islam Era Orde Baru dan Reformasi............................................5
BAB III......................................................................................................................................7
PENUTUP.................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
a) Latar Belakang
Islam memandang ilmu pengetahuan sebagai salah satu aspek yang penting. Dengan
ilmu pengetahuan, masyarakat menjadi tercerdaskan dan salah satu cara untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan adalah dengan pendidikan. Sejak permulaan
perkembangan Islam, aspek pendidikan menjadi prioritas masyarakat muslim di seluruh
dunia, bahkan pendidikan menjadi aspek prioritas yang senantiasa diupayakan oleh
masyarakat Indonesia hingga sekarang.
Tulisan ini berupaya mencermati kebijakan pendidikan Islam era Soeharto sampai
reformasi, di mana aspek pendidikan menjadi salah satu domain yang intens diperbincangkan
di sana. Dalam konteks itu, secara umum di awal Orde Baru berkuasa sebenarnya hanya
melanjutkan dan memperkuat kebijakan Orde Lama.
b) Rumusan Masalah
a. Bagaimana pendidikan pada masa Orde Baru?
b. Bagaimana pendidikan pada era reformasi?
c. Bagaimana perkembangan pendidikan pada masa Orde Baru sampai era reformasi?
BAB II
PEMBAHASAN
Tahap ini madrasah belum dilihat sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional,
melainkan hanya lembaga pendidikan otonom di bawah pengawasan Menteri Agama. Sistem
pendidikan madrasah lebih banyak didominasi oleh muatan-muatan agama, belum
menggunakan standarisasi kurikulum yang baik dan tidak didapatkan manajemen sekolah
yang baku, akibatnya Pemerintah juga tidak dapat mengkontrol penuh model pendidikan
semacam itu.
Langkah kongkrit tersebut hanya memperkuat struktur madrasah saja, baik jenjang
maupun kurikulumnya, sehingga lulusan yang dihasilkan hanya dapat memperoleh
pengakuan yang sama dengan lulusan sekolah negeri dan dapat melanjutkan ke jenjang
pendidikan lebih tinggi ke sekolah-sekolah yang dikelola Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Untuk lebih memperkuat kebijakan itu, pemerintah mengeluarkan SKB (Surat
Keputusan Bersama) tiga menteri tahun 1975 tentang peningkatan mutu pendidikan
madrasah.
Selanjutnya memasuki era 90-an, kebijakan Orde Baru mengenai madrasah ditujukan
secara penuh untuk membangun satu Sistem Pendidikan Nasional yang utuh. Dengan
demikian, Pemerintah tidak hanya bergantung pada pendidikan jalur sekolah, melainkan juga
memanfaatkan jalur di luar sekolah, yang karenanya Pemerintah membuat kebijakan-
kebijakan operasional dalam Sistem Pendidikan Nasional tanpa menghilangkan identitas
keagamaan. Realisasinya pemerintah segera mengganti UU No. 4 tahun 1950 dan No. 12
tahun 1954 dengan menyusun UU No. 2 Tahun 1989. Diharapkan dengan upaya ini madrasah
akan berkembang dan dapat berpadu dalam Sistem Pendidikan Nasional.
Sejalan dengan penerapan otonomi daerah, dalam dunia pendidikan diterapkan juga
otonomi pendidikan, terutama kebijakan yang diberlakukan bagi madrasah. Dalam
menjembatani hal tersebut maka terbitlah Undang-Undang No. 20 Sisdiknas tahun 2003 ,
sehingga undang-undang tersebut tidak disebutkan istilah perbedaan (dikotomi) antara
sekolah agama dan sekolah umum. Dalam Undang-Undang tersebut dikemukakan bahwa
antara sekolah dasar dengan Madrasah Ibtidaiyah (MI), antara Sekolah Menengah Pertama
dengan Madarasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lainnya memiliki kedudukan yang sama.
Pendidikan era reformasi telah melahirkan sejumlah kebijakan strategis dalam bidang
pendidikan yang pengaruhnya langsung dapat dirasakan oleh masyaraket secara luas dan
menyeluruh, bukan hanya bagi sekolah umum yang bernaung dibawah Kementerian
Pendidikan Nasional saja, melainkan juga berlaku bagi madrasah dan Perguruan Tinggi yang
bernaung dibawah Kementerian Agama.
Keadaan pendidikan islam era reformasi keadaannya jauh lebih baik dari keadaan
pemerintah era Orde Baru. Karena dibentuknya kebijakan-kebijakan pendidikan islam era
reformasi, kebijakan itu antara lain:
1) Pertama, kebijakan tentang pemantapan pendidikan islam sebagai bagian dari System
pendidikan nasional. Upaya ini dilakukan melalui penyempurnaan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1989 menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
system pendidikan nasional. Jika pada Undang-Undang No 2 Tahun 1989 hanya
menyebutkan madrasah saja yang masuk dalam system pendidikan nasional, maka
pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 manyebutkan pesantren, ma’had Ali,
Roudhotul Athfal (Taman Kanak-Kanak) dan Majlis Ta’lim termasuk dalam system
pendidikan nasional. Dengan masuknya pesantren, ma’had Ali, Roudhotul Athfal
(Taman Kank-Kanak) dan Majlis Ta’lim ke dalam system pendidikan nasional ini,
maka selain eksistensi dan fungsi pendidikan islam semakin diakui, juga
menghilangkan kesan dikotomi dan diskriminasi.
3) Ketiga, program wajib belajar 9 tahun, yaitu setiap anak Indonesia wajib memilki
pendidikan minimal sampai 9 tahun. Program wajib belajar ini bukan hanya berlaku
bagi anak-anak yang berlaku bagi anak-anak yang belajar di lembaga pendidikan
yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan Nasional, melainkan juga
bagi anak-anak yang belajar di lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan
Kementerian Pendidikan Agama.
5) Kelima, kebijakan sertifikasi bagi semua Guru dan Dosen baik Negeri maupun
Swasta, baik umum maupun Guru agama, baik Guru yang berada di bawah naungan
Kementerian Pendidikan Nasional maupun Guru yang berada di bawah Kementerian
Pendidikan Agama. Program ini terkait erat dengan peningkatan mutu tenaga Guru
dan Dosen sebagai tenaga pengajar yang profesional. Pemerintah sangat mendukung
adanya program sertifikasi tersebut dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 74 tahun 2005 tentang sertifikasi Guru dan Dosen, juga mengalokasikan
anggaran biayanya sebesar 20% dari APBN. Melalui program sertifikasi tersebut,
maka kompetensi akademik, kompetensi pedagogik (teaching skill), kompetensi
kepribadian dan kompetensi sosial para Guru dan Dosen ditingkatkan.
9) Kesembilan, kebijakan mengubah sifat madrasah menjadi sekolah umum yang berciri
khas keagamaan. Dengan ciri ini, maka madrasah menjadi sekolah umum plus.
Karena di madrasah (Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah) selain para siswa
memperoleh pelajaran umum yang terdapat pada sekolah umum seperti SD, SMP,
dan SMU siswa juga mendapatkan pembekalan agama. Dengan adanya kebijakan
tersebut, maka tidaklah mustahil jika suatu saat madrasah akan menjadi pilihan utama
masyarakat.
pengetahuan atau ilmu umum. Dualisme dan dikotomi ini, bukan hanya pada tataran
pemilahan tetapi masuk pada wilayah pemisahan.
Salah satu permasalahan yang mengemuka dalam dunia pendidikan, khususnya di era
Orde Baru dan mungkin berlangsung hingga sekarang, permasalahan itu adalah dualisme
pendidikan. Diakui atau tidak, dampak sosial dualisme pendidikan dapat menjadikan tingkat
pengetahuan masyarakat terbelah dan tidak utuh, yang pada gilirannya terjadi penilaian yang
berbeda terhadap pendidikan yang ideal sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka
tempuh.
Dengan adanya reaksi tersebut, maka kemudian muncul SKB 3 Menteri Tahun 1975
yaitu Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri yang
masing-masing tertuang dalam: No 6 Tahun 1975, No. 037/U/1975 dan No. 36 Tahun 1975
tertanggal 24 Maret 1975. SKB ini berisi upaya tentang peningkatan mutu pendidikan agama
di madrasah yang kemudian menjadi pijakan dalam penyusunan kurikulum madrasah Tahun
1976.
Selanjutnya, kebijakan-kebijakan pemerintahpun mulai diterapkan dengan
proporsional terkait dengan kedua lembaga tersebut. Atas kebijakan di atas, Azyumardi Azra
memaparkan, pengakuan tersebut menunjukkan bahwa secara perlahan namun pasti,
dikotomi antar madrasah dan sekolah umum mulai pudar.
BAB III
PENUTUP
Pendidikan di era reformasi lahir sebagai koreksi, perbaikan, dan penyempurnaan atas
berbagai kelemahan kebijakan pemerintah Orde Baru yang dilakukan secara menyeluruh.
Berbagai kebijakan tersebut diarahkan pada sifat yang lebih demokratis, adil, transparan,
akuntabel, bertanggung jawab dan fairness dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil,
makmur, tertib, aman, dan sejahterah.
https://masarevormasi.blogspot.com/2012/07/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html