Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENDIDIKAN ISLAM PADA ZAMAN NABI MUHAMMAD


SAW
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pendidikan
Islam
Dosen Pengampu: Atikah S.Ag, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Muhammad Raja Iqbal Suhdi Syafi 1911101028


Wafiq Azizah 2311101068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD
IDRIS (UINSI) SAMARINDA
2023

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Riwayat Hidup Nabi Muhammad Saw......................................................3
B. Pendidikan Islam Pada Masa Nabi Saw di Mekkah..................................5
C. Pendidikan Islam Pada Masa Nabi Saw di Madinah.................................9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia dan diakui
sebagai kekuatan yang dapat membantu masyarakat mencapai kemajuan
peradaban. Tidak ada suatu peradaban pun di dunia ini tanpa peranan
pendidikan. Kejayaan Islam di masa klasik telah meninggalkan jejak
kebesaran Islam di bidang ekonomi, politik, intelektualisme, tradisi-tradisi,
keagamaan, seni, dan sebagainya. Begitu pula dengan kemunduran
pendidikan Islam, telah berdampak pada kemunduran peradaban Islam.
Pendidikan Islam pada masa Rasulullah saw. sangatlah penting dikaji
ulang sebagai rujukan dan pijakan dalam melaksanakan pendidikan di masa
kini dan masa yang akan datang, agar norma-norma dan nilai-nilai ajaran
Islam tetap utuh selamanya. Profil Rasulullah saw. sebagai pendidik
merupakan potret untuk dijadikan motivasi dan panduan bagi umat Islam
dalam membangun pendidikan Islam. Proses transformasi ilmu pengetahuan,
internalisasi nilai-nilai spiritualisme dan bimbingan emosional yang
dilakukannya dapat dikatakan sebagai mukjizat luar biasa, yang manusia apa
pun dan di mana pun tidak dapat melakukan hal yang sama.
Gambaran dan pola pendidikan Islam di periode Rasulullah saw. pada
fase Mekkah dan Madinah merupakan sejarah masa lalu yang perlu
diungkapkan kembali, sebagai bahan pertimbangan, sumber gagasan, dan
gambaran strategi dalam pelaksanaan pendidikan Islam di masa kini dan masa
depan. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dibahas beberapa hal terkait
dengan perkembangan pendidikan Islam pada masa Rasulullah saw. baik itu
pada periode Mekkah maupun pada periode Madinah.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana riwayat hidup Nabi Muhammad Saw?
2. Bagaimana proses dan pola pendidikan pada periode Mekkah?
3. Bagaimana proses dan pola pendidikan pada periode Madinah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui seperti apa riwayat hidup Nabi Muhammad Saw.
2. Untuk mengetahui proses dan pola pendidikan pada periode Mekkah.
3. Untuk mengetahui proses dan pola pendidikan pada periode Madinah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Nabi Muhammad Saw.


1. Sebelum Masa Kenabian
Nabi Muhammad Saw dilahirkan pada tanggal 12 Rabiul Awal di tahun
Gajah, ditempat yang tidak jauh dari Ka’bah Makkah. Beliau berasal dari
keluarga bangsawan Quraisy dari Bani Hasyim. Ayahnya bernama Abdullah
bin Abdul Muththalib dan ibunya bernama Aminah binti Wahab. Garis nasab
ayah dan ibunya bertemu pada Kilab bin Murrah. Silsilah keturunannya baik
dari ayah maupun ibunya ada hubungannya dengan Ismail AS dan Ibrahim
AS.
Tepat dihari ketujuh setelah kelahiran Nabi Muhammad Saw, kakeknya
Abdul Muthalib mengundang semua suku Quraisy dalam jamuan makan atas
kelahiran Nabi Muhammad Saw, dan juga memberi nama Muhammad.1
Mengikuti tradisi yang di Mekkah, ketika kecil Nabi Muhammad Saw
mempunyai ibu susu yang bernama Halimahtussa’diyah, kehadiran nabi
Muhammad dikeluarga tersebut banyak membawa berkah, sehingga
kehidupan Halimah yang dulunya suram menjadi penuh bahagia.
Pada usia sekitar empat atau lima tahun, terjadi peristiwa pembelahan
dada Rasulullah SAW yang dilakukan oleh Malaikat Jibril. Saat itu Rasul
sedang bermain dengan temanteman sebayanya, tiba-tiba datang Malaikat
Jibril yang menyerupai seseorang dengan baju berwarna putih. Kemudian
Jibril membelah dada Nabi SAW dan mengeluarkan hatinya dari dada beliau,
kemudian Jibril berkata, “Ini adalah bagian setan yang terdapat pada dirimu.”

1
Al Luluu Al Maknun fi Shiroti An Nabi Al Mamuun, karya Musa Rasyid Al Azimi.
Cetakan ketiga, tahun 1436/2015. Penerbit Darus Sumai, Riyadh.

3
Lalu jibril mencucinya menggunakan air zamzam yang diletakkan di sebuah
baskom yang terbuat dari emas. Kemudian Jibril meletakkannya kembali ke
tempat semula. Hal ini yang menyebabkan Nabi Muhammad Saw. tumbuh
menjadi manusia yang tidak mempunyai sifat buruk sama sekali.
Disaat remaja, sebelum diutus menjadi Rasul. Nabi Muhammad Saw
pernah mengembala kambing bersama ibu susunya halimatussa'diyah ketika
tinggal didesa. Juga , ketika Rasulullah Saw berumur 12 tahun, Beliau mulai
berdagang dengan pamannya, ia mengikuti pamannya berdagang ke negeri
Syam,sampai ia dewasa dan bisa melakukannya sendiri.
Ditengah perjalanan menuju Syam, Rombongan mereka bertemu dengan
pendeta Kristen yang bernama Buhairah. Pendeta itu melihat tanda-tanda
kenabian pada diri Nabi Muhammad. Lalu pendeta itu berpesan kepada abu
Thalib agar jangan terlalu jauh memasuki Syam, sebab dikhawatirkan ketika
orang yahudi mengetahui tanda tanda kenabian di diri Muhammad dan
khawatir mereka akan mencelakakannya.
Selain sebagai pedagang dengan pamannya, ia juga bekerja sama dagang
dengan Khadijah binti Khuwailid, seorang janda kaya di Mekkah. Khadijah
memberinya modal untuk berdagang ke negeri Syam, hingga Khadijah
tertarik pada kejujuran dan akhlak nabi Muhammad yang bersifatt amanah
dan jujur hingga Beliau bergelar Al-Amin.
Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad Saw resmi menikah dengan
Khadijah Khuwailid yang berusia 40 tahun dengan mahar 20 ekor unta muda.
Dari pernikahannya dengan Khadijah melahirkan 2 orang anak laki – laki
yang bernama Qasim dan Abdullah tetapi mereka meninggal ketika masih
kecil, selain itu ada 4 anak perempuan yang bernama Zainab, Rukayah,
Ummu Kalsum, dan Fatimah.

2. Masa Kenabian
Ketika beliau menginjak usia 40 tahun, Nabi Muhammad Saw. Sering
mengasingkan diri ke gua Hira' untuk bertahannus tentang alam semesta ini.
Beliau memikirkan tentang perilaku masyarakat Arab yang menyembah

4
berhala, mungkar, dan sering melakukan kegiatan yang tidak manusiawi.
Hingga pada akhirnya Malaikat Jibril datang kepada Nabi Muhammad Saw.
Dengan membawa wahyu yang pertama, yaitu surah al alaq(1-5).
Setelah peristiwa itu Nabi Muhammad Saw diangkat menjadi rasul. Dan
beliau pun memulai dakwahnya. Menurut perhitungan, Rasulullah Saw.
berdakwah selama kurang lebih 23 tahun dan terbagi menjadi dua periode
yaitu periode Makkah dan periode Madinah.

a) Fase Mekkah : Perintisan dan Pengembangan Islam


Cikal bakal perkembangan islam di Mekkah dimulai dengan turunnya
wahyu Allah yang pertama kepada Nabi Muhammad Saw. Beliau mulai
berdakwah secara sirriyah atau sembunyi – sembunyi, karena sosial politik
pada saat itu sangat belum stabil, maka dari itu Nabi memulai dari dirinya dan
keluarga dekatnya. Mula-mula ia mengajarkan kepada istrinya Khadijah
untuk beriman kepada Allah, kemudian diikuti oleh anak pamannya Ali bin
Abi Thalib dan anak angkatnya Zaid bin Haritsah. Lalu ia mengajak sahabat
karibnya Abu Bakar Siddiq, serta Ummu Aiman. Secara berangsur angsur
dan akhirnya meluas. Akan tetapi masih terbatas diantara keluarga suku
Quraisy saja, seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awam, Sa'ad bin Abi
Waqas, Abdurrahman bin Auf, dan Thalhah bin Ubaidillah. Mereka inilah
yang disebut sebagai Assabiquna Al awwalun atau orang yang pertama
masuk Islam.

Kemudian turunlah wahyu yaitu surah Al-Hijr ayat 94


‫اْلُم ْش ِر ِكيَن َع ِن َو َأْع ِر ْض ُتْؤ َم ُر ِبَم ا َفاْص َد ُع‬
Artinya: "Maka sampaikanlah dengan terang-terangan segala apa yang
telah diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang
musyrik." (QS. Al-Hijr: 94)

Setelah itu, Rasulullah beserta pengikutnya menyerukan keesaan Allah


SWT secara terang-terangan yang tentunya mendapatkan perlawanan keras

5
dari masyarakat Makkah. tetapi tak ada satu pun sahabat Nabi yang gentar
karena siksaan dan penganiayaan yang dilakukan terhadap mereka. Bahkan
hal itu membuat keimanan mereka semakin kokoh kepada Allah SWT.
Dakwah Nabi Muhammad saw. mendapat tantangan sengit dari warga
kota Mekkah terutama dari kelompok penguasa kota tersebut. khawatir akan
struktur masyarakat mereka sendiri dan kepentingan dagang mereka, mereka
takut jika banyak masyarakat yang akan tergoyahkan langsung oleh ajaran
Nabi Muhammad saw. yang menekankan keadilan sosial. dan semakin lama
semakin menjurus dalam kutukannya terhadap riba, dan desakannya
mengenai zakat. Sementara itu, tugas nabi adalah menyiarkan risalah dan
memberi peringatan dengan tak kenal lelah, siapa tahu mereka akan sadar
kembali.2
Ketika gerakan beliau semakin meluas dan pengikutnya semakin
bertambah ia terang-terangan mengecam agama berhala dan mencela
kebodohan nenek moyang mereka yang menyembah dan memuja berhala
itu,orang Quraisy terkejut dan marah, mereka menentang dakwah Nabi
Muhammad dan dengan berbagai cara menghalangi nya terutama pamannya
sendiri Abu Lahab. kejahatan musyrikin Quraisy tidak menghentikan dakwah
Nabi Muhammad Saw. ia dilindungi oleh Bani Hasyim dan Bani Muthalib,
hingga akhirnya kedua keluarga besar ini diboikot oleh Quraisy. Belum reda
kesedihan yang dirasakannya saat mendengar berita pemboikotan itu,
pamannya Abu Thalib dan istri nya Khadijah wafat. Oleh karena itu tahun
tersebut dikenal sebagai Am Al-Huzn (tahun kesedihan).
Ketika menghadapi ujian berat tersebut. Nabi Muhammad Saw diutus
allah untuk melakukan perjalanan malam dari Masjid Al-Haram di Makkah
ke Bait al-Maqdis di Palestina, kemudian ke Sidrah Al Muntaha.disitulah nabi
menerima kewajiban melaksanakan sholat 5 waktu.peristiwa ini sering kita
kenal sebagai Isra' Mi'raj

2
Ali Masrur Abdul Ghaffar, http://sejarah.kompasianan.com/2012/07/04/perjuangan-nabi-
muhammad-saw-di-mekkah-dan-madinah

6
Setelah peristiwa Isra Mi'raj terjadi, perkembangan besar terjadi dalam
dakwah Islam, penduduk Yatsrib yang berhaji ke Makkah.mereka yang terdiri
dari suku Aus dan Khazraj masuk Islam. penduduk Yatsrib menyarankan
Nabi Muhammad untuk pindah ke Yatsrib.mereka berjanji memberikan
perlindungan kepada beliau dan akhirnya beliau menyetujui usulan tersebut.
Perjanjian tersebut disebut sebagai perjanjian "aqobah"

b) Fase Madinah : Dasar-Dasar Pembentukan Islam


Setelah berhari melakukan perjalan, pada akhirnya masyarakat Islam dari
Makkah sampai ke Madinah di tahun 622 M. 3 Dan disambut oleh masyarakat
Madinah dengan penuh suka cita, dan berharap dengan datangnya Rasululah
diharapkan dapat menjadi penengah dan pemersatu diantara masyarakat
Madinah yang beragam.
Dengan diprakarsai oleh Rasulullah dan di dukung oleh semua golongan
masyarakat, Rasulullah berkeinginan untuk menciptakan suatu tatanan
masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Cita-cita tersebut yang
kemudian mendorong Nabi Muhammad untuk menyusun sebuah dokumen
yang disebut sebagai Mitsaq al-Madinah, dari sinilah kemudian dikenal nama
Piagam Madinah. Piagam tersebut juga menjadi dasar hukum bagi kehidupan
bermasyarakat di Madinah yang, menekankan kerja sama, persamaan antara
hak dan kewajiban diantara semua golongan, baik dalam kehidupan sosial,
politik, maupun agama untuk mewujudkan pertahanan dan perdamaian di
kota Madinah.4
Dalam periode Madinah, pengembangan Islam lebih ditekankan pada
dasar-dasar pendidikan masyarakat Islam dan pendididkan sosial

3
Moh Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam, UMM Press, Malang, 2004, hal 26
4
Yakin, 2016, hal 10

7
kemasyarakatan. Oleh karena itu, Nabi Kemudian meletakkan dasar-dasar
Masyarakat Islam di Madinah yaitu.5 :
1) Membangun/Mendirikan Masjid, bernama Masjid Quba adalah masjid
pertama yang dibangun Nabi, yang merupakan simbol dari komitmen
untuk membangun ikatan dan komunikasi spiritual dengan Allah SWT. 6
bertujuan untuk mempersatukan umat Islam dalam satu majlis, sehingga di
majelis ini umat Islam bisa bersama-sama melaksanakan shalat jama’ah
secara teratur, mengadili perkara-perkara dan bermusyawarah sehingga
mempererat ukhuwah Islamiyah.7 Puncaknya, ibadah sholat yang
dilakukan setiap Muslim diniscayakan dapat membangun sikap tawakal
yaitu sikap yang dapat membangun kepercayaan yang semakin kuat dan
sempurna kepada Allah SWT.
2) Memepersatukan dan mempersaudarakan antara kaum Anshor dan kaum
Muhajirin. Anshar artinya adalah penolong, sehingga kaum anshar adalah
Bani Aus dan Khazraj yang bersumpah setia untuk menolong Nabi
Muhammad Saw. Dan Kaum Muhajirin adalah orang-orang yang hijrah
dari kota Mekkah ke Madinah. Dengan mempersaudarakan antar dua
golongan ini, Rasulullah telah menciptakan suatau talian yang berdasarkan
agama pengganti persaudaraan yang berdasar kesukuan seperti
sebelumnya.8
Sebagai contoh Nabi mempersaudarakan Sa’ad bin Mua’z (kepala
suku Aus) dengan Ibnu Mas’ud, agar kaum muhajirin mendapat
perlindungan yang kuat di Madinah.
3) Perjanjian saling membantu antara kaum Muslim dan Yahudi. Nabi
Muhammad menciptakan toleransi antar golongan yang ada di Madinah
untuk mewujudkan lingkungan yang nyaman, oleh karena itu Nabi
membuat perjanjian, seperti kebebasan beragama terjamin untuk semua

5
A. Salabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Alhusna 1987) 118-119
6
Zuhairi Mirawi, Madinah
7
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010) 68
8
Ibid, hal 69

8
umat, kewajiban penduduk Madinah, baik muslim maupun nonmuslim
harus bahu-membahu menangkis semua serangan terhadap kota mereka
(Madinah). 9

B. Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah Saw di Mekkah


Tidak banyak informasi mengenai sejarah pendidikan Islam di Mekkah,
tetapi sejarah menyebutkan ada dua tempat yang menjadi lembaga pendidikan
Islam pada periode Mekkah, yaitu;
Pertama, Rumah Al-Arqam bin Abil Arqam. Rumah Al-Arqam bin Abil
merupakan tempat pertama berkumpulnya kaum Muslimin beserta Rasulullah
saw. untuk belajar hukum-hukum dan dasar-dasar ajaran Islam. Rumah ini
merupakan lembaga pendidikan pertama atau madrasah yang pertama sekali
dalam Islam. Bahkan di rumah ini pula, Nabi Saw. menerima tamu dan orang
- orang yang hendak memeluk Agama Islam atau menanyakan hal - hal yang
berhubungan dengan Agama Islam, termasuk mengajarkan pada sahabatnya
beribadah atau shalat berjama'ah.10 Dan yang mengajar dalam lembaga
tersebut adalah Rasulullah sendiri.
Kedua, Kuttab. Sebelum datangnya agama Islam, kuttab telah ada
sebagai lembaga pendidikan yang paling tua. Pendidikan di kuttab pada
awalnya lebih terfokus pada materi baca tulis sastra, syair Arab, dan
pembelajaran berhitung. Namun setelah datangnya agama Islam materinya
ditambah dengan materi baca tulis Al-Qur'an dan memahami hukum-hukum
Islam. Adapun guru yang mengajar di Kuttab pada era awal Islam adalah
orang-orang non-Islam. Menurut Philip K. Hitti, di masa kedatangan agama
Islam di Mekkah, materi pelajaran di kuttab sangat berorientasi kepada Al-
Qur'an sebagai texbook.11 Kuttab dalam modernisasi sekarang bisa disamakan
9
Ibid, hal 69
10
Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
Klasik, (Bandung: Angkasa, 2005), hlm, 57.
11
Susari, "Lembaga lembaga Pendidikan Islam sebelum Madrasah Dalam Abuddin Nata
(ed.), Sejarah Pendidikan Islam, Periode Klasik hingga Modern. (Jakarta: PT RajaGrafindo,
2004), hlm. 33.

9
dengan Madrasah Ibtidaiyyah. Adapun waktu belajar di kuttab, waktu pagi
hingga dhuha mempelajari Al-Qur'an, dhuha hingga siang mempelajari cara
menulis dan mempelajari gramatikal
Dalam Pendidikan dan Pengajaran Islam, Nabi Muhammad Saw.
Mempunyai muatan pendidikan atau kurikulum yang beliau terapkan baik
ketika di Mekkah maupun di Madinah, Kurikulum tersebut adalah Al-Quran
yang Allah wahyukan sesuai dengan kondisi, situasi, kejadian serta peristiwa
yang dialami umat Islam pada saat itu, karena itu dalam praktiknya tidak saja
logis dan rasional, tetapi juga fitrah dan pragmatis. Hasil cara yang demikian
dapat dilihat dari sikap rohani dan mental para pengikutnya.

Adapun materi – materi yang Nabi Saw ajarkan di Mekkah adalah :


 Pertama, Pendidikan Tauhid, materi ini lebih difokuskan untuk
memurnikan ajaran agama tauhid yang dibawa Nabi Ibrahim As. yang
telah diselewengkan oleh masyarakat jahiliah.
 Kedua, materi pengajaran Al-qur’an. Dalam materi ini di perinci :
1. Materi baca tulis (dalam dunia sekarang dikenal imla' dan iqra')
2. Materi menghafal ayat-ayat Al-qur’an, dan
3. Materi pemahaman Al-qur'an (saat ini dikenal dengan fahmi
Al-qur’an atau tafsir Al-qur’an.
 Ketiga, Pendidikan Amal dan Ibadah, di mana berupa perintah shalat yang
awal mulanya, Nabi Muhammad Saw. Shalat bersama sahabat-sahabatnya
secara sembunyi-sembunyi. Namun setelah Umar Bin Khattab masuk
Islam beliau melakukannya secara terang-terangan. Pada mulanya shalat
itu belum dilakukan sebanyak lima kali sehari semalam, namun setelah
Nabi Isra' dan Mi'raj barulah diwajibkan untuk shalat lima waktu. Selain
itu, mengajarkan seputar zakat, yakni semasa di Makkah konsep zakat
diberikan kepada fakir miskin dan anak-anak yatim serta membelanjakan
harta untuk jalan kebaikan.

10
 Keempat, Pendidikan Akhlak, di mana Nabi Muhammad saw. semasa di
Mekkah sangat menekankan kepribadian yang baik (akhlak al-
mahmudah), di antaranya :
1. Adil yang mutlak, meskipun terhadap keluarga atau diri sendiri
2. Pemaaf.
3. Menepati janji, tepat pada waktunya.
4. Takut kepada Allah semata
5. Berbuat kebaikan kepada kedua orang tua, dan sebagainya.12
Dalam Proses pengajaran yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Beliau
juga menerapkan metode pendidikan dalam mendidik sahabat-sahabat serta
pengikutnya. Adapun metode yang digunakan oleh Nabi Muhammad Saw.
dalam proses pendidikan menurut Samsul Nizar adalah :
1. Metode Ceramah, Metode Ceramah yang diterapkan untuk
menyampaikan wahyu yang baru diterimanya dan memberikan
penjelasan-penjelasan serta keterangan-keterangannya.
2. Dialog, Metode ini, misalnya, dialog antara Rasulullah saw. dengan
Mu'az bin Jabal ketika Mu'az akan diutus sebagai kadi (hakim) ke negeri
Yaman, dialog antara Rasul dan para sahabat untuk mengatur strategi
perang.
3. Diskusi atau tanya jawab sering digunakan Rasulullah saw. mengenai
suatu hukum, kemudian Rasul menjawabnya.
4. Metode Perumpamaan, misalnya orang mukmin itu laksana satu tubuh,
bila sakit salah satu anggota tubuh maka anggota tubuh lainnya akan turut
merasakannya.
5. Metode Kisah, misalnya kisah Nabi Muhammad saw. dalam perjalanan
Isra' dan Mi'raj dan kisah tentang pertemuan Nabi Musa dengan Nabi
Khaidir.
6. Metode Pembiasaan, misalnya membiasakan kaum Muslimin shalat
berjamaah.

12
Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, hlm. 11-12

11
7. Metode Hafalan, misalnya para sahabat dianjurkan untuk menjaga dan
menghafal Al-Qur'an.13
Salah satu faktor penting keberhasilan metode Pendidikan Islam yang
dijalankan Rasulullah saw. Adalah karena beliau menjadikan dirinya sebagai
model dan teladan bagi umatnya. Rasulullah Saw. adalah Al-Qur’an yang
hidup (The living Qur’an). Dengan kata lain, pada diri Rasulullah saw.
Tercermin semua ajaran Al-Qur’an dalam bentuk nyata. Rasulullah saw.
adalah pelaksana pertama semua perintah Allah Ta ’ala dan meninggalkan
semua larangannya. Oleh karena itu, para sahabat di mudahkan dalam
mengamalkan ajaran Islam, yaitu dengan meniru perilaku Rasulullah Saw.
Dengan demikian, dapat ditegaskan secara lebih sederhana, Pendidikan
Islam yang dilakukan Rasulullah Saw. di Mekkah bertujuan untuk membina
pribadi Muslim agar menjadi kader yang berjiwa kuat dan dipersiapkan
menjadi masyarakat Islam, Mubalig, dan Pendidik yang baik. Sesuai
karakteristik perkembangan Pendidikan Islam, maka tahapan Pendidikan
Islam periode Mekkah terbagi menjadi 3 bagian, yakni :
1. Pertama, Tahap Sembunyi. Dengan diturunkannya wahyu pertama,
Rasulullah saw. mulai membimbing dan mendidik umatnya. Pada
awalnya beliau melakukan dengan cara diam-diam di lingkungan sendiri
di antara orang-orang terdekatnya. Rumah Al-Arqam bin Abil Arqam
menjadi Lembaga Pendidikan Islam pertama sebagai tempat pertemuan
Rasulullah saw. dengan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. Di
sanalah Rasulullah saw. mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok
Agama Islam dan membacakan Wahyu-wahyu (ayat-ayat) Al-Qur'an.
2. Kedua, Tahap Terang-Terangan, setelah sekitar tiga tahun kemudian turun
wahyu agar Rasulullah Saw berdakwah secara terang-terangan. Perintah
dakwah terang-terangan ini turun seiring dengan semakin bertambah
banyaknya sahabat Rasulullah Saw serta untuk meningkatkan jangkauan
seruan dakwah.

13
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group-
PrenadaMedia Group, 2008), hlm. 35.

12
3. Ketiga, Tahap Seruan Umum. Kemudian Rasulullah Saw mengubah
strategi dakwah dengan seruan umum kepada umat manusia secara
keseluruhan. Hal ini dilakukan pada saat musim-musim haji, ketika
banyak kaum atau masyarakat dari luar Mekkah yang berdatangan untuk
melaksanakan haji. Pada tahap ini berkat semangat yang tinggi dari para
sahabat dalam mendakwakan ajaran Islam, maka seluruh penduduk
Yatsrib masuk Islam kecuali orang-orang Yahudi.
Ketiga strategi Pendidikan Islam di Mekkah inilah yang telah
menyebabkan ajaran Islam tersebar luas, bukan hanya di kalangan penduduk
Mekkah. Tetapi juga telah tersebar ke wilayah di luar Mekkah. Sehingga
melahirkan generasi Baru muslim yang memiliki karakter yang kuat.
Nabi Muhammad saw. secara nyata telah mendidik para sahabat dari
belenggu jahiliah, kegelapan spiritual dan intelektual yang mencakup Culture
of Silence dan Structural Poverty. Bila dilihat dari perspektif politik, Nabi
Muhammad saw. mengajarkan kemerdekaan bagi umat yang tertindas. Nabi
Muhammad saw. mengingatkan hak-hak serta tanggung jawab mereka
menjadi umat yang melek politik, hingga mereka menjadi umat yang
senantiasa berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan bermasyarakat
dan bernegara, agar mereka menjadi umat yang kuat dan tidak dirampas hak-
haknya.14

C. Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah Saw di Madinah


Pendidikan Islam di Madinah dapat dikatakan sebagai Pendidikan Islam
pertama dan secara bertahap lebih maju dan berkembang dibandingkan
Pendidikan di Mekkah. Evaluasi dan pemberian ijazah sebagaimana yang
dikenal pada saat ini belum ada di Madinah pada saat itu. Namun kepada
sahabat yang dinyatakan sudah menguasai materi pelajaran diberikan oleh

14
Abdurahman Mas'ud, Menuju Paradigma Islam Humanis, (Yogyakarta: Gama Media,
2003), him. 188

13
Nabi Muhammad Saw hak untuk mengajar di berbagai wilayah kekuasaan
Islam.15
Dalam hal perkembangan pendidikan Islam, sebagaimana di Mekkah, di
kota Madinah juga tumbuh dan berkembang pula kuttab-kuttab. Tetapi, kuttab
yang mengambil sebagian ruangan di sudut-sudut rumah seorang guru,
ternyata sudah tidak memadai lagi untuk menampung anak-anak yang
jumlahnya semakin banyak.
Kondisi yang demikian ini mendorong para guru dan orang tua untuk
mencari tempat lain yang lebih lapang guna ketenteraman proses belajar
mengajar anak-anak. Karena langkah strategis pertama yang dilakukan Nabi
Muhammad saw. ketika tiba Madinah adalah membangun masjid, maka
dengan sendirinya tempat yang mereka pilih adalah sudut-sudut masjid atau
bilik-bilik yang berhubungan langsung dengan masjid, yang selanjutnya
disebut Suffah.16 Karena itu, menurut para pakar pendidikan Islam, Suffah
dianggap sebagai universitas Islam pertama, The First Islamic University.17
Suffah ini menawarkan pendidikan bukan hanya untuk para pemondok, tetapi
juga untuk para ulama dan pengunjung pada saat itu yang cukup banyak
jumlahnya. Dari waktu ke waktu jumlah penghuni Suffah ini berubah-ubah.18
Dari keterangan di atas, terlihat bahwa masjid pada masa awal sejarah
Islam mempunyai fungsi yang jauh lebih bervariasi dibandingkan fungsinya
sekarang. Karena selain fungsi utama sebagai tempat pembinaan ketakwaan
dan beribadah (shalat), pembangunan masjid di Madinah oleh Nabi
Muhammad saw. juga difungsikan sebagai tempat belajar. Di masjid pula
Nabi Muhammad saw. menyediakan ruang khusus bagi para sahabat,
sehingga kemudian terkenal dengan sebutan Ahl al-suffah/Ashab al-suffah
15
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Media Kencana Group, 2011), hlm.
89-101.
16
Suffah atau yang juga disebut al-Zilla adalah tempat duduk yang berada di pinggir masjid
dan seatap dengan masjid atau serambi masjid.
17
Lihat Moh. Untung Slamet, Muhammad Sang Pendidik, (Semarang: Pustaka Rizki Putra,
2005), him. 44.
18
Ibid., hlm. 44.

14
Ahl al-suffah ini terdiri atas para sahabat Nabi Muhammad saw. yang
tergolong fakir dan tidak memiliki keluarga. Mereka tinggal menetap di
emperan Masjid Nabawi yang difungsikan sebagai "sekolah atau madrasah"
untuk belajar membaca, menulis dan memahami ajaran Islam. Di sana mereka
juga mengkaji dan mempelajari Al-Qur'an serta melaku- kan rihlah
(perjalanan ilmiah), ke seluruh penjuru dunia untuk mengajar- kan Al-Qur'an
kepada umat manusia.19
Materi Pendidikan Islam pada periode Madinah hampir sama seperti di
Mekkah, akan tetapi memang cakupan materinya jauh lebih kompleks
dibandingkan dengan materi pada saat di Mekkah.
Rasulullah Saw melakukan pembinaan dan pengajaran Pendidikan Islam
di Madinah melalui beberapa cara :
1. Pertama, Pendidikan ukhuwah (persaudaraan) antara kaum muslimin.
Dalam melaksanakan pendidikan ukhuwah ini, Nabi Muhammad SAW.
bertitik tolak dari struktur kekeluargaan yang ada pada masa itu. Untuk
memper-satukan keluarga itu nabi Muhammad saw. berusaha untuk
mengikatnya menjadi satu kesatuan yang terpadu. Mereka
dipersaudarakan karena Allah bukan karena yang lain-lain. Sesuai dengan
isi konstitusi Madinah pula, bahwa antara orang yang beriman, tidak
boleh membiarkan saudaranya menanggung beban hidup dan utang yang
berat di antara sesama mereka. Antara orang yang beriman satu sama
lainnya haruslah saling bantu membantu dalam menghadapi segala
persoalan hidup. Mereka harus bekerja sama dalam mendatangkan
kebaikan, mengurus kepentingan bersama, dan menolak kemudaratan atau
kejahatan yang akan menimpa.
2. Kedua, Pendidikan kesejahteraan keluarga kaum kerabat. Yang dimaksud
dengan keluarga adalah suami, istri, dan anak-anaknya. Nabi Muhammad
Saw berusaha untuk memperbaiki keadaan itu dengan memperkenalkan
dan sekaligus menerapkan sistem kekeluargaan kekerabatan baru, yang
berdasarkan takwa kepada Allah. Diperkenalkannya sistem kekeluargaan

19
Ibid., hlm. 43.

15
dan kekerabatan yang berdasarkan pada pengakuan hak-hak individu,
hak-hak keluarga dan kemurnian keturunannya dalam kehidupan
kekerabatan dan kemasyarakatan yang adil dan seimbang, seperti yang
terlihat dalam surat al-hujarat Ayat 13.
3. Ketiga, Pendidikan hankam (pertahanan dan keamanan) dakwah Islam.
Masyarakat kaum muslimin merupakan satu state (negara) di bawah
bimbingan nabi Muhammad saw yang mempunyai kedaulatan. Ini
merupakan dasar bagi usaha dakwahnya untuk menyampaikan ajaran
Islam kepada seluruh umat manusia secara bertahap. Oleh karena itu,
setelah masyarakat kaum muslimin di Madinah berdiri dan berdaulat,
usaha nabi Muhammad Saw berikutnya adalah memperluas pengakuan
kedaulatan tersebut dengan jalan mengajak kabilah- kabilah sekitar
Madinah untuk mengakui konstitusi Madinah. Ajakan tersebut disampai-
kan dengan baik-baik dan bijaksana.
Sehingga bisa kita pahami bahwa seluruh materi Pendidikan Islam yang
diajarkan Rasulullah saw di Madinah semuanya sesuai dengan isi Al-Qur'an
dan Sunnah Nabi. Selain daripada yang sudah dijelaskan tadi, materi
pendidikan di Madinah juga mencakup Pendidikan Keimanan, Ubudiah
(pengabdian), akhlak dan kebersihan, kesehatan, sosial kemasyarakatan,
ekonomi dan politik, pendidikan kearah ilmu pengetahuan alam, pendidikan
kesadaran hukum dan lain- lain.
Jadi dapat kita simpulkan, bahwa terdapat perbedaan ciri pokok
Pendidikan Islam periode Mekkah dan Madinah. Pada Periode Mekkah
Pendidikan Islam dititikberatkan pada Pendidikan dan menanamkan nilai-
nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu Muslim yang tercermin dalam
perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Adapun ciri
Pendidikan Islam di Madinah tidak hanya ditekankan pada Pendidikan
Ketauhidan, tetapi juga Pendidikan Sosial dan Politik, yang merupakan
kelanjutan dari Pendidikan Tauhid di Mekkah. Memang di Masa Nabi
Muhammad Saw kurikulum Pendidikan Islam tidak dibatasi oleh dinding-
dinding kelas. Rasulullah saw memanfaatkan berbagai kesempatan yang

16
mengandung nilai-nilai pendidikan dan Rasulullah saw menyampaikan
ajarannya di mana saja seperti di rumah, di masjid, di jalan, dan di tempat-
tempat lainnya.
Hal ini dikarenakan sistem Pendidikan Islam lebih bertumpu kepada Nabi
Muhammad Saw. sebab selain Nabi Saw tidak ada lagi yang mempunyai
otoritas untuk menentukan Materi Pendidikan Islam. Pada periode Mekkah
materi yang diajarkan hanya berkisar pada ayat-ayat Makkiyah yg berjumlah
93 surah dan petunjuk-petunjuknya yang dikenal dengan sebutan Sunnah dan
Hadis yang menitikberatkan pada keimanan, ibadah, dan akhlak. Di Madinah
upaya Pendidikan yang dilakukan Nabi Muhammad Saw melalui lembaga
masjid. Melalui masjid ini Nabi Muhammad saw memberikan Pendidikan
Islam. Materi Pendidikan Islam yang diajarkan berkisar pada bidang
keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan jasmani, dan pengetahuan
kemasyrakatan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

17
Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah, yang dilahirkan pada 12
Rabiul Awal ditahun gajah, ibunya bernama Aminah dan ayahnya bernama
Abdullah, Nabi Muhammad disusui dan diasuh oleh Halimatussadiah hingga
berumur 6 tahun . Beranjak besar Nabi Muhammad tumbuh menjadi manusia
yang mempunyai akhlak yang mulia, dan diberi gelar Al-Amin. Banyak
kejadian-kejadian yang menandai bahwa Nabi Muhammad adalah seorang
Nabi, hingga beliau menikah dengan janda kaya yang bernama Khadijah. Dan
mendapat wahyu pertama kali pada umur 40 tahun di gua Hira.
Mengenai Pendidikan Islam masa Rasulullah SAW fase Mekkah-
Madinah memang belum semuanya bisa termuat dalam makalah. Paling tidak
dari pembahasan tersebut kita bisa mengaitkan benang merah bahwa pola
pendidikan fase Makkah dan Madinah memiliki persamaan dan perbedaan,
fase Makkah ada dua lembaga pendidikan yaitu rumah Al-Arqam bin Abil
Arqam dan Kuttab, sedangkan di Madinah lembaga pendidikan rumah para
sahabat dan masjid yang multifungsi.
Adapun Materi pendidikan di Madinah adalah sebagai berikut:1.
Pendidikan ukhuwah (persaudaraan) antara kaum muslimin 2. Pendidikan
kesejahteraan keluarga kaum kerabat 3. Pendidikan hankam (pertahanan dan
keamanan) dakwah Islam.
Kurikulum yang dipakai Makkah dan Madinah adalah sama, yaitu Al-
Qur’an yang dijelaskan dengan Hadis nabi Muhammad SAW yang
diturunkan secara berangsur-angsur, hanya kurikulum di Madinah lebih
komplit, seirama dengan bertambahnya wahyu yang diturunkan kepada
Rasulullah Saw.

B. Saran
Penulis tentunya menyadari jika makalah ini masih banyak kesalahan dan
jauh dari kata sempurna, untuk itu saya menerima segala kritik dan saran
yang membangun secara terbuka dari para pembaca
DAFTAR PUSTAKA

18
Al Azimi, Rasyid Musa, 1436/2015, Al Luluu Al Maknun fi Shiroti
An Nabi Al Mamuun, Riyadh: Darus Sumai
Munir, Samsul, 2010, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah,
Nurhakim, Moh, 2004, Sejarah dan Peradaban Islam, Malang:
UMM Press
Salabi, A, 1987, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Pustaka
Alhusna
Nata, Abuddin, 2011, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Media
Kencana Group
Pulungan, Suyuthi, Sejarah Pendidikan Islam, 2019, Jakarta:
Kencana
Arief, Armai, 2005, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan
Lembaga Islam Klasik, Bandung: Angkasa
Susari, 2004, Lembaga Lembaga Pendidikan Islam Sebelum
Madrasah, dalam Abuddin Nata(ed), Sejarah Pendidikan Islam
Jakarta: PT RajaGrafindo
Suwendi, 2004, Sejarah Pemikiran dan Pendidikan Islam, Jakarta:
PT RajaGrafindo
Nizar, Samsul, 2008, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Mas’ud, Abdurrahman, 2003, Menuju Paradigma Islam Humanis,
Yogyakarta: Gama Media
Slamet, Untung Moh, 2005, Muhammad Sang Pendidik, Semarang:
Pustaka Rizki Putra
Zuhairini, 1997, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Askara.

19

Anda mungkin juga menyukai