Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SEJARAH HIDUP NABI MUHAMMAD SAW


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Diah Mukminatul Hasimi, M. E. Sy

Kelompok 3 :

Ismi Nurul Aini 2351040210


Rifki Husaini 2351040262
Uria Salsabila 2351040286

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SYARIAH
UNIVERSTAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
2023
\
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt atas rahmat, taufiq dan hidayahNya, sehingga
makalah dengan judul “SEJARAH HIDUP NABI MUHAMMAD SAW” dapat
diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam tidak lupa dihaturkan kepada
Rasulullah Muhammad saw, beserta para keluarga, sahabat dan umat pengikutnya.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah SEJARAH
PERADABAN ISLAM pada Program Studi Manajemen Bisnis Syariah, UIN
Raden Intan Lampung. Kelompok kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam makalah ini sehingga diharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk kesempurnaan makalah ini. Kelompok kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak khususnya kepada dosen pengampu yang telah membimbing
dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.

Bandar Lampung, 4 Maret 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 3

BAB I .................................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4

Latar Belakang .............................................................................................................. 4

Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5

Tujuan ............................................................................................................................ 5

BAB II ................................................................................................................................ 6

PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6

Sejarah Perjalanan Nabi Muhammad saw pada Periode Mekkah .......................... 6

Sebelum Diangkat Menjadi Rasul............................................................................... 6

Diangkat Menjadi Rasul............................................................................................ 10

Tahap-tahap Dakwah................................................................................................. 11

Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW ............................. 12

Sejarah Perjalanan Nabi Muhammad saw pada Periode Madinah ....................... 13

Sejarah Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah ................................................ 13

Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah ............................................................. 14

Strategi Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah ................................................ 16

Substansi dan strategi dakwah Raslullah SAW. Periode Madinah ............................ 17

BAB III............................................................................................................................. 19

PENUTUP ........................................................................................................................ 19

Kesimpulan .................................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kewajiban dakwah merupakan suatu kewajiban yang telah Allah
perintahkan kepada kita semua sebagai umat islam untuk menyampaikan
risalah kebenaran islam. Pada hakikatnya, dakwah bukan hanya kewajiban
Nabi ataupun para Rasul yangmempunyai amanah khusus untuk
menyampaikan setiap kebenaran dan ketauhidan Allah, namun juga menjadi
kewajiban setiap umat islam yang mempercayai dan meyakini akan
kebenaran islam sebagai Rahmatan lil Alamin. Sehingga, Islam tidak hanya
dipandang dari satu sisi saja melainkan berbagai tinjauan yang akan
mengantarkan kita kepada pemahaman yang menyeluruh. Dan salah satu
media yang bisa kita gunakan untuk menyampaikan risalah kebenaran islam
ialah melalui dakwah.
Dakwah islamiyyah sudah dimulai saat pertama kali Nabi
Muhammad menerima washilah ataupun tanggung jawab untuk
mengeluarkan manusia dari kegelapan dan kejahiliyyahan hidup yang pada
saat itu telah mencapai klimaks kegelapan yang mencekam. Allah
memerintahkan Rasulullah supaya menyampaikan kebenaran risalah
tentang keesaan Allah. Bukan hanya itu, Rasulullah diperintahkan untuk
mengenalkan aturan hidup yang jelas bagi umat manusia. Dan aturan-aturan
hidup yang Allah maksudkan adalah islam sebagai dinnullah yang
termaktub dalam konsep wahyu berupa Al-qur’an.
Dan satu hal lagi, dakwah bukan saja kewajiban para ulama,
melainkan kewajiban bagi setiap kaum muslimin. Bukan hanya milik para
umara, melainkan harus adanya kerja sama dari berbagai kalangan untuk
mensukseskan dakwah islamiyyah ini. Sehingga, di akhir zaman kelak
kemenangan islam benar-benar bisa dirasakan.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perjalanan dakwah Nabi Muhammad saw pada
periode Mekkah?
2. Bagaimana sejarah perjalanan dakwah Nabi Muhammad saw pada
periode Madinah?

C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah perjalanan dakwah Nabi Muhammad saw pada
periode Mekkah.
2. Mengetahui sejarah perjalanan dakwah Nabi Muhammad saw pada
periode Madinah.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perjalanan Nabi Muhammad saw pada Periode Mekkah


1. Sebelum Diangkat Menjadi Rasul
Nabi Muhammad Saw. Lahir pada hari Senin tanggal 20 April 571
M tahun Gajah di suatu tempat yang tidak jauh dari Ka’bah, ia berasal
dari kalangan bangsawan Quraisy dari Bani Hasyim, sementara masih
ada bangsawan Quraisy yang lain yaitu Bani Umayyah. Tapi Bani
Hasyim lebih mulia dari Bani Umayyah. Ayahnya Abdullah bin Abdul
Muthalib dan ibunya Aminah binti Wahab. Garis nasab ayah dan ibunya
bertemu pada Kilab bin Murrah. Apabila ditarik ke atas, silsilah
keturunan Beliau baik dari ayah maupun ibunya sampai kepada Nabi
Ismail a.s. dan Nabi Ibrahim a.s. Tujuh hari dari kelahirannya, kakeknya
Abdul Muthalib mengundang semua orang Quraisy dalam suatu
selamatan jamuan makan, ketika itu Abdul Muthalib memberi nama
cucunya itu. Nama tersebut terasa aneh bagi mereka yang hadir dan
mempertanyakan kepada Abdul Muthalib dan mereka berkata; “Sungguh
di luar kebiasaan, kenapa diberi nama Muhammad, dijawab oleh
kakeknya, “Agar menjadi orang terpuji di langit dan terpuji di bumi.”
Sudah menjadi kebiasaan orang Arab, anak-anak yang baru lahir diasuh
dan disusui oleh orang kampung dengan maksud agar mendapatkan
udara desa yang masih bersih dan pergaulan masyarakat yang baik bagi
pertumbuhan anak-anak Ketika Muhammad lahir wanita- wanita dari
desa Sa’ad lebih, kurang 60 km dari Makkah, datang ke Makkah
menghubungi keluarga-keluarga yang akan menyusukan anak mereka
dengan mengharapkan upah.Karena kondisi ekonomi Aminah yang
lemah tidak ada di antara wanita-wanita tersebut yang mau mengasuh
Muhammad kecuali Halimah setelah minta izin sama suaminya Haris,
mau mengasuhnya sambil berharap mudah-mudahan Tuhan memberkati

6
kehidupan mereka. Aminah dan Abdul Muthalib pun melepaskannya
dengan penuh senang hati.
Diceritakan lebih lanjut bahwa kehadiran Muhammad dalam
keluarga miskin tersebut sungguh membawa berkah. Rumput yang
digunakan menggembala kambing tumbuh subur, kambing yang mereka
pelihara menjadi gemuk-gemuk, air susunya menjadi banyak sehingga
kehidupan mereka yang suram dan susah berubah menjadi penuh bahagia
dan kedamaian, mereka percaya anak yatim itulah yang membawa
berkah dalam kehidupan mereka, sengsara membawa nikmat.
Ketika ia masih tiga bulan dalam kandungan Ayahnya meninggal
dunia pada saat pergi berniaga ke Yatsrib, sementara ibunya Aminah
wafat di Abwa sewaktu pulang dari menziarahi makam Abdullah, ketika
itu ia berusia 6 tahun. Kakeknya Abdul Muthalib mengasuhnya selama
dua tahun, kemudian kakeknya itu pun meninggal dunia pula dalam
usianya 8 tahun, dan ia diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Dari kisah
Nabi tersebut dapat diketahui bahwa tanggung jawab hak asuh anak
apabila ayahnya meninggal berturut-turut dari ibu ke kakek, kemudian
ke paman.
Ada dua jenis pekerjaan yang dilakukannya sebelum menjadi Rasul.
Pertama,menggembala kambing ketika ia bersama ibu susuannya
Halimatus Sa’diyah tinggal di desa. Kedua, berdagang ketika ia tinggal
bersama pamannya, ia mengikuti pamannya berdagang ke negeri Syam,
sampai ia dewasa dan dapat berdiri sendiri.
Dalam perjalanan itu, di Bushra, sebelah selatan Syria (Syam) dia
bertemu dengan pendeta Kristen bernama Buhariah. Pendeta itu melihat
tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad sesuai dengan petunjuk
cerita-cerita Kristen. Pendeta itu menasihati Abu Thalib agar jangan
terlalu jauh memasuki Syiria, sebab dikhawatirkan orang-orang Yahudi
yang mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat jahat terhadapnya.
Sebagai seorang pemuda ia tidak mengikuti kebiasaan masyarakat
di kala itu, yaitu minum Khamar, berjudi, mengunjungi tempat-tempat

7
hiburan dan menyembah berhala. Secara populernya dikenal sebagai
seorang pemaaf, rendah hati, berani dan jujur, sehingga ia dijuluki Al-
Amin.
Sebagai seorang pedagang, selain ia berdagang dengan pamannya,
ia juga melakukan kerja sama dagang dengan Khadijah, seorang janda
kaya raya. Khadijah memberinya modal untuk berdagang ke negeri
Syam, dan Beliau memperoleh untung besar. Khadijah tertarik pada
kejujuran dan akhlaknya yang baik, dan ingin menjadi suaminya, setelah
sebelumnya ia berkali-kali menolak pinangan bangsawan Quraisy.
Dari dua pekerjaan yang dilakukan Nabi menjelang usianya 25
tahun memberi modal kepadanya untuk dapat hidup lebih mandiri kelak.
Menggembala kambing adalah pekerjaan yang memerlukan kesabaran
kuat, sementara berdagang melatih kejujuran di saat sulitnya mencari
orang yang jujur waktu itu.
Dalam usia 25 tahun, Abu Thalib menawarkan keponakannya itu
kepada Khadijah binti Khuwalid. Tawaran Abu Thalib diterima
Khadijah. Pernikahan Nabi dengan Khadijah binti Khuwalid berlangsung
ketika Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun dengan
mahar 20 ekor unta.
Dalam kehidupan rumah tangga, suami istri itu hidup bahagia dan
saling mencintai. Muhammad tidak pernah menyakiti hati istrinya dan
sebaliknya istrinya ikhlas menyerahkan segala-galanya untuk suaminya.
Harta kekayaan istrinya itu memberi kesempatan kepada Nabi
Muhammad membantu orang-orang miskin dan tertindas serta
memerdekakan budak-budak. Bahkan budak-budak yang dimiliki
Khadijah sebelum mereka menikah, semuanya dimerdekakan, di
antaranya Zaid ibn Tsabit yang kemudian menjadi anak angkat Nabi.
Dari pernikahan Nabi dengan Khadijah telah melahirkan, dua orang
anak laki-laki, masing-masing Qasim dan Abdullah keduanya meninggal
selagi masih kecil, karena sedihnya tidak mempunyai anak laki-laki
Beliau mengangkat Zaid ibn Haritsah sebagai anak angkat,pada awalnya

8
Beliau sempat memanggilnya Zaid ibn Muhammad, tetapi kemudian
ditegur agar kembali kepada nama semula, itu artinya anak angkat tidak
dapat disamakan dengan anak kandung.
Selain itu, ada empat orang anak perempuan, masing-masing
Zainab, Rukayah, Ummu Kalsum, dan Fatimah. Semua mereka
mencapai usia dewasa. Di antara anak perempuannya, hanya Fatimah
yang melahirkan dua anak laki-laki, yaitu Hasan dan Husein dari
perkawinannya dengan Ali bin Abi Thalib. Nabi Muhammad tidak
pernah menikah sampai Khadijah meninggal, saat Nabi Muhammad
berusia 50 tahun.
Setelah Khadijah binti Khuwailid meninggal Nabi Muhammad Saw.
Menikah lagi dengan sepuluh orang wanita. Kesebelas istri Nabi itu
disebut Ummul Mukminin (ibu orang-orang yang beriman) yaitu,
Khadijah binti Khuwailid, Saudah binti Sam’ah, Aisyah binti Abu Bakar,
Zainab binti Huzaimah, Juwairiyah binti Haris, Sofiyah binti Hay,
Hindun binti Abi Umayyah, Ramlah binti Abi Sofyan, Hafsah binti Umar
ibn Khatab, Zainab biti Jahsy, dan Maimunah binti Haris. Ditambah
seorang hamba sahaya hadiah dari raja Mesir, bernama Mariyah Al-
Qibthiyah. Dari Mariyah ini, Nabi memperoleh seorang anak laki-laki
lagi di Madinah yang diberi nama Ibrahim, tetapi anak Beliau ini pun
meninggal dunia dalam usia lebih kurang dua tahun, sama seperti dua
anak Nabi sebelumnya, Beliau sempat menangis karena kehilangan
putranya yang dicintainya itu.
Dalam usia 35 tahun, Muhammad telah memperlihatkan kualitasnya
sebagai seorang pemimpin. Ketika itu, Kaum Quraisy memperbaiki
dinding Ka’bah dan kemudian mereka bertengkar. Masing-masing
kabilah merasa lebih berhak meletakkan kembali Hajar Al-Aswad pada
tempatnya. Akhirnya mereka meminta Muhammad untuk menyelesaikan
persoalan itu. Muhammad meletakkan batu itu di atas sehelai kain dan
meminta para wakil kabilah memegang ujungnya dan kemudian
mengangkatnya bersama-sama. Batu itu kemudian diambilnya dan

9
diletakkannya pada tempatnya. Mereka menerima putusannya itu. Nama
Muhammad semakin populer di kalangan penduduk Makkah, setelah
berhasil mendamaikan para pemuka Quraisy tersebut.
Dari peristiwa di atas dapat diketahui bahwa Muhammad sebagai
seorang Al-amin telah mendapat kepercayaan penuh dari pemimpin
Quraisy untuk menyelesaikan persoalan perselisihan yang terjadi di
antara mereka. Modal kepercayaan inilah yang kelak menjadi kunci
sukses Muhammad di dalam mengemban misi kerasulannya.

2. Diangkat Menjadi Rasul


Menjelang usia 40 tahun, selama satu bulan dalam setiap tahun
Muhammad mengasingkan diri ke Gua Hira’ untuk merenungi alam
dengan ciptaannya. Istrinya Khadijah memberi dukungan penuh terhadap
keinginannya tersebut. Disediakannya makanan untuk dibawa suaminya
Muhammad sebagai bekal ke Gua Hira’ itu.
Demikianlah dilakukan Muhammad setiap tahun. Ketika usianya 40
tahun, pada tanggal 17 Ramadhan 611 M, malaikat Jibril mendatanginya
menyampaikan wahyu Allah yang pertama Surat Al-Alaq (ayat 1-5).
Berarti secara simbolis Muhammad telah dilantik sebagai Nabi akhir
zaman.
Nabi Muhammad Saw. Menceritakan peristiwa yang dialaminya itu
kepada istrinya Khadijah. Rasulullah dibawa Khadijah menghadap
seorang pendeta Nasrani yang berpengetahuan luas, bernama Waraqah
bin Naufal. Setelah Nabi menceritakan pengalamannya itu, Waraqah
berkata: “Inilah malaikat yang diturunkan Allah SWT, pada Nabi-nabi
sebelum mu...”
Setelah wahyu pertama itu datang, terputuslah wahyu selama lebih
kurang dua tahun, kemudian Jibril datang lagi untuk membawa wahyu
yang kedua, Surah Al-Mudatsir (ayat 1-7). Dengan turunnya wahyu
kedua itu, maka berarti Nabi sudah mulai wajib menyampaikan dakwah

10
3. Tahap-tahap Dakwah
Rasulullah berdakwah melalui beberapa tahap.
Pertama, secara diam-diam di lingkungan keluarga dan sahabat
dekatnya. Diterima oleh istrinya Khadijah, anak pamannya Ali, anak
angkatnya Zaid bin Haritsah, serta sahabat dekatnya Abu Bakar. Melalui
Abu Bakar, masuk Islam pula Utsman bin Affan, Zubeir bin Awwam,
Saad bin Abi Waqqas, Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Abu
Ubaidah bin Jarrah, dan beberapa budak dan fakir miskin. Dakwah ini
berlangsung selama tiga tahun.
Kedua, dakwah kepada keturunan Abdul Muthalib. Hal ini
dilakukan setelah turunnya wahyu ketiga, Surah Al-Syu’ara’ (ayat 214).
Nabi mengumpulkan dan mengajak mereka supaya beriman. Akan tetapi
Abu Lahab beserta istrinya mengutuk Nabi, sehingga turun Surah Al-
lahab (ayat 1-5).
Ketiga, dakwah kepada semua orang setelah wahyu Allah Surah Al-
Hijr (ayat 94). Pada tahap ini dakwah ditujukan kepada semua lapisan
masyarakat, tidak terbatas hanya kepada penduduk Makkah saja, tetapi
juga termasuk orang-orang yang mengunjungi kota itu. Dengan usahanya
yang gigih tanpa mengenal lelah, hasil yang diharapkan mulai terlihat.
Jumlah pengikut Nabi makin hari semakin bertambah. Mereka terutama
terdiri dari kaum wanita, budak, pekerja dan orang miskin. Meskipun
kebanyakan mereka orang-orang lemah, namun semangat mereka
sungguh membaja. Itu sebabnya, dakwah Nabi pada mulanya diterima
oleh kaum lemah dari rakyat jelata.
Setelah dakwah Nabi dilakukan secara terang-terangan itu, semakin
hari semakin bertambah jumlah pengikut Nabi dan pemimpin Quraisy
mulai pula berusaha menghalangi dakwah Rasul tersebut, bahkan
semakin keras tantangan yang dilancarkan mereka. Menurut Ahmad
Syalabi ada lima faktor yang mendorong orang Quraisy menantang
dakwah Islam yang disampaikan Nabi itu.

11
Pertama, Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran
tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat. Kedua, Mereka
tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka
mengira bahwa tunduk kepada seruan Nabi Muhammad Saw. Berarti
tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib. Ketiga, Takut
kehilangan mata pencaharian karena pemahat dan penjual patung
memandang Islam sebagai penghalang rezeki mereka. Keempat, Nabi
Muhammad Saw. Menyerukan persamaan hak antara hamba sahaya dan
bangsawan. Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy.
Kelima, Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat
berakar pada bangsa Arab.

4. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW


Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam,
telah menjelaskan sebab-sebab kaum Quraisy menentang dakwah
Rasulullah SAW, yakni:
a. Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan
dengan ajaran persamaan hak dan kedudukan antara semua orang.
Mereka mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam
masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan perbudakan,
sedangkan ajaran Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.
b. Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya
kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat,
karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.
c. Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa berat
meninggalkan agama dan tradisi hidupa bermasyarakat warisan
leluhur mereka.
d. Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha
menghentikan dakwah Rasulullah SAW karena Islam melarang
menyembah berhala.
Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan
dakwah Rasulullah SAW bermacam-macam antara lain:

12
• Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah,
Ummu Ubais an-Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-
Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir Quraisy) di luar
batas perikemanusiaan.
• Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar
permusuhan di antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum
kafir Quraisy menganut Islam dan melaksanakan ajarannya. Di saat
lain umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan melakukan
penyembahan terhadap berhala.
Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya
Nabi Muhammad SAW menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke
dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita untuk berhijrah ke
Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan
jaminan keamanan. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi
pada tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena
menduga keadaan di Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah
satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun, dugaan
mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi. Akhirnya,
Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua
kalinya. Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman
Rasulullah SAW dan pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu istri
Nabi Muhammad SAW juga telah wafat. Dalam sejarah Islam tahun
wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘amul huzni (tahun duka cita).

B. Sejarah Perjalanan Nabi Muhammad saw pada Periode Madinah


1. Sejarah Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh
umat Islam. Pertama hijrah berarti meninggalkan semua perbuatan yang

13
dilarang dan dimurkai Allah SWT untuk melakukan perbuatan-perbuatan
yang baik, yang disuruh Allah SWT dan diridai-Nya.
Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam),
karena di negeri itu umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman, dan
kekerasan, sehingga tidak memiliki kebebasan dalam berdakwah dan
beribadah. Kemudian umat Islam di negeri kafir itu, berpindah ke negeri
Islam agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah dan
beribadah.
Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW
dan umat Islam, yakni berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12
Rabiul Awal tahun pertama hijrah, bertepatan dengan tanggal 28 Juni 622
M.
Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah
(negeri kafir) ke Yastrib (negeri Islam) adalah:
• Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan
kekerasan kaum kafri Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah SAW
meninggalkan rumahnya di Mekah untuk berhijrah ke Yastrib
(Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kaum Quraisy dengan
maksud untuk membunuhnya.
• Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta
beribadah, sehingga dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam
berjihad di jalan Allah SWT, untuk menegakkan dan meninggikan
agama-Nya (Islam).

2. Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah


Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama
sepuluh tahun, yakni dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama
hijriah sampai dengan wafatnya Rasulullah SAW, tanggal 13 Rabiul Awal
tahun ke-11 hijriah.
Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode
Madinah, selain ajaran Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan

14
Hadis periode Mekah, juga ajaran Islam yang terkandung dalm 25 surat
Madaniyah dan hadis periode Madinah.
Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah
adalah orang-orang yang sudah masuk Islam dari kalangan kaum
Muhajirin dan Ansar. Juga orang-orang yang belum masuk Islam seperti
kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di luar kota Madinah
yang termasuk bangsa Arab dan tidak termasuk bangsa Arab.
Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang
yang sudah masuk Islam (umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui
seluruh ajaran Islam baik yang diturunkan di Mekah ataupun yang
diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa.
Selain itu, Rasulullah SAW dibantu oleh para sahabatnya melakukan
usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan sesama umat Islam dan
terbentuk masyarakat madani di Madinah.
Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang
belum masuk Islam bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam
sebagai agamanya, mempelajari ajaran-ajarannya dan mengamalkannya,
sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa beriman dan
beramal saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara
penyampaiannya yang terpuji, menyebabkan umat manusia yang belum
masuk Islam banyak yang masuk Islam dengan kemauan dan kesadarn
sendiri. namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak bersedia
masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain
masuk Islam dan juga berusaha melenyapkan agama Isla dan umatnya dari
muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy penduduk Mekah, kaum
Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka.
Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana
firman-Nya dalam surah Al-Hajj, 22:39 dan Al-Baqarah, 2:190, maka
kemudian Rasulullah SAW dan para sahabatnya menusun kekuatan untuk

15
menghadapi peperangan dengan orang kafir yang tidak dapat dihindarkan
lagi.
Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan
para pengikutnya itu tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau
meraih harta rampasan perang, tetapi bertujuan untuk:
• Membela diri, kehormatan, dan harta.
• Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka
yang hendak menganutnya.( Islam)
• Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara
Persia dan Romawi.

Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun


suatu negara yang merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah,
mereka berusaha menyiarkan dan memasyhurkan agama Islam, bukan saja
terhadap para penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga keluar Jazirah Arabia,
maka bangsa Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan
mereka akan tersaingi. Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia
bertekad untuk menumpas dan menghancurkan umat Islam dan agamanya.

Untuk menghadapi tekad bangsa Romawi Persia tersebut, Rasulullah


SAW dan para pengikutnya tidak tinggal diam sehingga terjadi peperangan
antara umat Islam dan bangsa Romawi, yaitu :
a. Perang Mut’ah
b. Perang Tabuk
c. Perang Badar
d. Perang Uhud
e. Perang Khandaq
f. Perang Hunain

3. Strategi Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah


Pokok-pokok pikiran yang dijadikan strategi dakwah Rasulullah
SAW periode Madinah adalah:

16
1. Berdakwah dimulai dari diri sendiri, maksudnya sebelum mengajak
orang lain meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya,
maka terlebih dahulu orang yang berdakwah itu harus meyakini
kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya.
2. Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah
SWT dalam Surah An-Nahl, 16: 12
3. Berdakwah itu hukumnya wajib bagi Rasulullah SAW dan umatnya
sesuai dengan $petunjuk Allah SWT dalam Surah Ali Imran, 3: 10\$\\
4. Berdakwah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah SWT semata,
bukan dengan untuk memperoleh popularitas dan keuntungan yang
bersifat materi.

4. Substansi dan strategi dakwah Raslullah SAW. Periode Madinah


Adapun substansi dan strategi dakah Rasulullah saw antara lain:
1. Membina masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan antara
kaum Muhajjirin dengan kaum Anshar. Kaum Muhajirin yang jauh dari
sanak keluarga dan kampung halaman mereka dipersaudarakan dengan
kaum Anshar secara ikhlas dan hanya mengharap keridaan Allah SWT.
Sebagai contoh, Abu Bakar dipersaudarakan dengan Harisah bin Zaid,
Jafar bin Abi Thalib dipersaudarakan dengan Mu’az bin Jabal, dan
Umar bin Khattab dipersaudarakan dengan Itbah bin Malik.
2. Memellihara dan mempertahankan masyarakat Islam Dalam upaya
menciptakan suasana tentram dan aman agar masyarakat muslim yang
dibina itu dapat terpelihara dan bertahan, Rasulullah SAW membuat
perjanjian persahabatan perdamaian dengan kaum Yahudi yang berdiam
di kota Madinah dan sekitarnya. Tindakan ini belum pernah dilakukan
oleh nabi dan rasul sebelumnya.
Isi perjanjiannya sebagai berikut :
a) Kebebasan beragama bagi semua golongan dan masing-masing
golongan mempunyai wewenang penuh terhadap anggits
golongannya.

17
b) Semua lapisan, baik muslim maupun Yahudi harus tolong menolong
dan saling mebantu untuk melawan siapa saja yang memerangi
mereka. Semua wajib mempertahankan kota bila ada serangan dari
luar
c) Kota Madinah adalah ota suci yang wajib dihormati oleh mereka
yang terikat dengan perjanjian itu. Apabila terjadi perselisihan antara
muslim dan Yahudi, maka urusan itu diserahkan kepada Allah SWT
dan rasul(Al Qur’an dan sunah).
d) Mengakui dan mentaati kesatuan pimpinan untuk kota Madinah
yang disetujui dipegang oleh Nabi Muhammad SAW.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dakwah adalah proses yang terus menerus akan dan harus
dilakukan, tidak hanya oleh Bani Umayah, melainkan semua umat
islam senantiasa melaksanakan dakwah sebagai sebuah kewajiban
dalam menyampaikan kebenaran islam yang sesungguhnya. Sampai
sekarang pun ghiroh perjuangan dakwah islamiyyah berada dalam
setiap jiwa kaum muslimin. Karena mereka yakin bahwasanya
kebenaran tak akan pernah bisa terkalahkan oleh kebatilan, jikalau
timbul kebutuhan akan kebenaran itu sendiri di kalangan umat islam.
Dan satu hal lagi, dakwah bukan saja kewajiban para ulama,
melainkan kewajiban bagi setiap kaum muslimin. Bukan hanya milik
para umaro, melainkan harus adanya kerja sama dari berbagai kalangan
untuk mensukseskan dakwah islamiyyah ini. Sehingga, di akhir zaman
kelak kemenangan islam benar-benar bisa dirasakan.

19
DAFTAR PUSTAKA

H. Syamruddin Nasution. 2018. Sejarah Peradaban Islam, Depok :


Rajawali Pers
Syalabi, Ahmad Prof. Dr.1983. sejarah dan kebudayaan islam jilid II,
Jakarta : Pustaka Alhusna.
Wahyu Ilaihi & Harjani Hefni. 2007. Pengantar sejarah Dakwah,
Jakarta : Kencana.
Enjang AS & Aliyudin. 2009. Dasar-dasari Ilmu Dakwah, Bandung
: Widya Padjadjaran.
Drs. Fadil SJ. M.Ag .2008 “ Pasang Surut Sejarah Peradaban Islam
dalam Lintasan Sejarah” UIN Malang..
Karen Armsrong. 2006” Muhammad Nabi Zaman Kita
.Yokyakarta.Beranda Publishing

20

Anda mungkin juga menyukai