Anda di halaman 1dari 27

PERJALANAN KEHIDUPAN NABI MUHAMMAD

SAW DARI LAHIR HINGGA WAFAT

Disusun Oleh :

Fabbian Raffi PJ (17)

X MIPA 3

NIS : 16579

SMA NEGERI 67 JAKARTA

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
karunia nikmat dan kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini, dan
terus dapat menimba ilmu di SMAN 67 Jakarta.
Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam, Pak Budi Safarianto,S.Pdi,MA. Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan pada mata pelajaran
yang sedang dipelajari, agar saya menjadi pelajar yang berguna bagi agama, bangsa
dan negara.
Makalah ini berisikan tentang kisah perjalanan hidup Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW. sedari lahir hingga wafat yang telah saya rangkai dengan
pemilihan kata yang jelas dan ringkas agar para pembaca tidak mengalami kesulitan
dalam membaca dan memahami isi dari makalah ini.
Saya menyadari bahwa penulisan dalam makalah ini masih sangat jauh dari
kata sempurna. Untuk itu, jika ada kritik atau pun saran serta masukan yang
membangun, akan saya terima dengan senang hati.
Dengan adanya makalah ini, saya akan menuliskan perjalanan hidup Baginda
Nabi Besar Muhammad SAW. Semoga, makalah ini dapat menjadi pedoman bagi
seluruh pembacanya.

Jakarta, 01 Juni 2022


Penulis

Fabbian Raffi Putra Junjunan

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
Pendahuluan...........................................................................................................................1
1. 1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1. 2 Rumusan Masalah..................................................................................................1
1. 3 Tujuan Makalah.....................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
Pembahasan............................................................................................................................3
2. 1 Lahirnya Nabi Muhammad SAW.........................................................................3
2. 2 Masa Remaja Nabi Muhammad SAW Hingga Menikah....................................4
2. 3 Proses Dakwah Nabi Muhammad SAW...............................................................6
2.3. 1 Dakwah di Mekkah........................................................................................6
2.3. 2 Dakwah di Maddinah...................................................................................12
2. 4 Wafatnya Nabi Muhammad SAW......................................................................19
BAB III.................................................................................................................................22
Penutup.................................................................................................................................22
3. 1 Kesimpulan...........................................................................................................22
3. 2 Saran.....................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................23

ii
BAB I
Pendahuluan

1. 1 Latar Belakang
Para tokoh yang berkontribusi besar bagi sejarah dunia pasti akan
menjadi biografi yang menarik untuk dipelajari. Tidak sedikit hal – hal positif
yang dapat diambil dan diterapkan pada kehidupan sehari – hari. Contohnya
pada kisah Nabi Muhammad SAW.
Bagi umat muslim, tentu tidak asing dengan Nabi Muhammad SAW.
Beliau adalah utusan dari Allah SWT untuk memerdekakan umat muslim dan
menyebarkan ajaran agama Islam di seluruh penjuru dunia. Ia berhasil
membimbing umat manusia ke peradaban yang lebih baik. Dengan itu, ia
berhasil meraih kesuksesan dengan mendapat gelar Agung karena
kontribusinya yang sangat besar bagi peradaban Islam.
Sebagai seorang muslim hendaknya kita harus mengetahui sejarah
nabi Muhammad SAW baik ketika beliau dalam berdakwah sampai hijrah ke
madinah dan diangkat sebagai Rasul. Oleh karena itu, saya mencoba untuk
mengingatkan kembali akan sejarah dan perjalanan nabi untuk selalu kita
contoh dan kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Telah kita ketahui
bersama bahwa umat islam pada saat sekarang ini lebih banyak mengenal
figur-figur yang sebenarnya tidak pantas untuk di contoh dan ironisnya
mereka sama sekali buta akan sejarah dan pri kehidupan Rasulullah SAW.
Oleh karena itu, saya mencoba untuk membuka, memaparkan tentang
kehidupan nabi Muhammad SAW, dan mudah-mudahan dengan adanya
makalah ini menambah rasa kecintaan kita pada nabi Muhammad SAW.

1. 2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana kisah lahirnya Nabi Muhammad SAW?
2. Bagaimana kisah Nabi Muhammad SAW sedari kecil hingga wafat?
3. Pesan moral apa saja yang dapat diambil dari perjalanan hidup Nabi
Muhammad SAW?

1
1. 3 Tujuan Makalah
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah :
1. Memenuhi penilaian tugas akhir mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
2. Memberikan informasi kepada para pembaca tentang kisah perjalanan
hidup Nabi Muhammad SAW.
3. Memberikan pesan moral kepada para pembaca dari kisah yang ditulis
dalam makalah ini.

2
BAB II
Pembahasan

2. 1 Lahirnya Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad lahir pada tanggal 20 April 570/ 571 atau 12 Rabbiul


Awal Tahun Gajah, yaitu tahun 570 M, yang merupakan tahun gagalnya Abrahah
menyerang Mekkah. Muhammad lahir di kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah
Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan daerah paling terbelakang di dunia,
jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun ilmu pengetahuan. Ibunya bernama
Aminah binti Wahab Bapa bayi tersebut bernama Abdullah bin Abdul Mutallib yang
telah wafat dalam perjalanan dagang di Madinah pada usianya 20 tahun, yang ketika
itu bernama Yastrib, sebelum Muhammad dilahirkan yaitu sewaktu Muhammad 7
bulan dalam kandungan ibu ketika Muhammad masih dalam kandungan. Ia
meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak
perempuan bernama UmmuAiman yang kemudian mengasuh Nabi.
Muhammad disusukan selama beberapa hari oleh Thuwaiba, budak suruhan Abu
Lahab sementara menunggu kedatangan wanita dari Banu Sa’ad. Adat menyusukan
bayi sudah menjadi kebiasaan bagi bangsawan-bangsawan Arab di Makkah. Akhir
tiba juga wanita dari Banu Sa’ad yang bernama Halimah bin Abi-Dhuaib yang pada
mulanya tidak mau menerima Muhammad kerana Muhammad seorang anak yatim.
Namun begitu, Halimah membawa pulang juga Muhammad ke pedalaman dengan
harapan Tuhan akan memberkati keluarganya. Sejak diambilnya Muhammad sebagai
anak susuan, kambing ternakan dan susu kambing-kambing tersebut semakin
bertambah. Muhammad telah tinggal selama 2 tahun di Sahara dan sesudah itu
Halimah membawa Muhammad kembali kepada Aminah dan membawa pulang
semula ke pedalaman.

3
Pada usia dua tahun, Muhammad didatangi oleh dua orang malaikat yang muncul
sebagai lelaki yang berpakaian putih. Mereka bertanggungjawab untuk membedah
Muhammad. Pada ketika itu, Halimah dan suaminya tidak menyedari akan kejadian
tersebut. Hanya anak mereka yang sebaya menyaksikan kedatangan kedua malaikat
tersebut lalu mengkabarkan kepada Halimah. Halimah lantas memeriksa keadaan
Muhammad, namun tiada kesan yang aneh ditemui.
Muhammad tinggal di pedalaman bersama keluarga Halimah selama lima tahun.
Selama itu Muhammad mendapat kasih sayang, kebebasan jiwa dan penjagaan yang
baik daripada Halimah dan keluarganya. Selepas itu Muhammad dibawa pulang
kepada kakeknya Abdul Mutallib di Makkah.
Kakek Muhammad, Abdul Mutallib amat menyayangi Muhammad. Pada saat
Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya
ke Yatsrib (sekarang Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi
makam ayahnya. mereka ditemani oleh UmmAiman, budak suruhan perempuan yang
ditinggalkan oleh bapa Muhammad. Muhammad ditunjukkan tempat wafatnya
Abdullah serta tempat dia dikuburkan.
Sesudah sebulan mereka berada di Madinah, Aminah pun bersiap sedia untuk
pulang semula ke Makkah. Dia dan rombongannya kembali ke Makkah menaiki dua
ekor unta yang memang dibawa dari Makkah semasa mereka datang dahulu. Namun
begitu, ketika mereka sampai di Abwa, ibunya pula jatuh sakit dan akhirnya
meninggal dunia lalu dikuburkan di situ juga.
Muhammad dibawa pulang ke Makkah oleh UmmAiman dengan perasaan yang
sangat sedih. Maka jadilah Muhammad sebagai seorang anak yatim piatu. Tinggallah
Muhammad dengan kakek yang dicintainya dan bapa-bapa saudaranya.
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan
Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung lalu Dia memberikan petunjuk”
(Surah Ad-Dhuha, 93: 6-7).

2. 2 Masa Remaja Nabi Muhammad SAW Hingga


Menikah
Kegembiraannya bersama kakek Muhammad tidak bertahan lama. Ketika
Muhammad berusia delapan tahun, kakek Muhammad pula meninggal dunia.
Kematian Abdul Mutallib menjadi satu kehilangan besar bagi Bani Hashim. Dia
mempunyai keteguhan hati, berwibawa, pandangan yang bernas, terhormat dan
berpengaruh dikalangan orang Arab. Dia selalu menyediakan makanan dan minuman

4
kepada para tetamu yang berziarah dan membantu penduduk Makkah yang dalam
kesusahan.
Selepas kewafatan kakek Muhammad, Abu Talib mengambil alih tugas bapanya
untuk menjaga anak saudaranya Muhammad. Walaupun Abu Talib kurang mampu
berbanding saudaranya yang lain, namun dia mempunyai perasaan yang paling halus
dan terhormat di kalangan orang-orang Quraisy. Abu Talib menyayangi Muhammad
seperti dia menyayangi anak-anaknya sendiri. Dia juga tertarik dengan budi pekerti
Muhammad yang mulia.
Pada suatu hari, ketika mereka berkunjung ke Syam untuk berdagang sewaktu
Muhammad berusia 12 tahun, mereka bertemu dengan seorang rahib Kristian yang
telah dapat melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad. Lalu rahib tersebut
menasihati Abu Talib supaya tidak pergi jauh ke daerah Syam karena dikhawatiri
orang-orang Yahudi akan menyakiti Muhammad sekiranya diketahui tanda-tanda
tersebut. Abu Talib mengikut nasihat rahib tersebut dan dia tidak banyak membawa
harta dari perjalanan tersebut. Dia pulang segera ke Makkah dan mengasuh anak-
anaknya yang ramai. Muhammad juga telah menjadi sebahagian dari keluarganya.
Muhammad mengikut mereka ke pekan-pekan yang berdekatan dan mendengar sajak-
sajak oleh penyair-penyair terkenal dan pidato-pidato oleh penduduk Yahudi yang
anti Arab.
Muhammad juga diberi tugas sebagai pengembala kambing. Muhammad
mengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Muhammad
selalu berpikir dan merenung tentang kejadian alam semasa menjalankan tugasnya.
Oleh sebab itu Muhammad jauh dari segala pemikiran manusia nafsu manusia
duniawi. Muhammad terhindar daripada perbuatan yang sia-sia, sesuai dengan
gelaran yang diberikan yaitu “Al-Amin”.
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang
yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitu pula dengan
ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal
yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil.
Muhammad sering menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan kabar tentang
kejujuran dan sifatnya yang dapat dipercaya menyebar luas dengan cepat,
membuatnya banyak dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan
penduduk Mekkah.
Salah seseorang yang mendengar tentang kabar adanya anak muda yang
bersifat jujur dan dapat dipercaya dalam berdagang dengan adalah seorang janda yang

5
bernama Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi di kalangan suku
Arab. Sebagai seorang pedagang, ia juga sering mengirim barang dagangan ke
berbagai pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad membuat Khadijah
memercayakannya untuk mengatur barang dagangan Khadijah, Muhammad
dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan ketika
sekembalinya Muhammad membawakan hasil berdagang yang lebih dari biasanya.
Seiring waktu akhirnya Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah, mereka
menikah pada saat Muhammad berusia 25 tahun. Saat itu Khadijah telah berusia
mendekati umur 40 tahun, namun ia masih memiliki kecantikan yang dapat menawan
Muhammad. Khadijah amat tertarik dengan perwatakan mulia Muhammad dan
keupayaan Muhammad sebagai seorang pedagang. Lalu dia menyatakan rasa hatinya
untuk menikah dengan Muhammad. Khadijah itu sangat gembira apabila Muhammad
menerima lamarannya lalu berlangsunglah pernikahan mereka berdua. Perbedaan
umur yang jauh dan status janda yang dimiliki oleh Khadijah tidak menjadi halangan
bagi mereka, walaupun pada saat itu suku Quraisy memiliki budaya yang lebih
menekankan kepada perkawinan dengan seorang gadis ketimbang janda. Meskipun
kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad tetap hidup sebagai orang yang
sederhana, ia lebih memilih untuk menggunakan hartanya untuk hal-hal yang lebih
penting. Bermulalah lembaran baru dalam hidup Muhammad dan Khadijah sebagai
suami isteri.
Mempunyai seorang istri yang begitu lengkap kemuliaannya, dari perkawinan ini
Khodijah melahirkan enam orang anak, dua putra, Qasim, dan Abdulah, yang
dipanggil At-Thayyib, dan At-Thahir. Tiga orang putrinya masing-masing Ruqayyah,
Zainab, UmmuKaltsum, dan Fatimah. Kedua anak laki-lakinya meninggal sebelum
Muhammad diutus menjadi Rosul.

2. 3 Proses Dakwah Nabi Muhammad SAW


2.3. 1 Dakwah di Mekkah
2.3.1 1 Substansi Dakwah Nabi Muhammad Di Mekkah
Substansi ajaran Islam periode Makkah, yang didakwahkan
Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah sebagai berikut :
a) Keesaan Allah SWT
Islam mengajarkan bahwa pencipta dan pemelihara alam
semesta adalah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Allah SWT
tempat bergantung segala apa saja dan makhluk-Nya, tidak beranak

6
dan tidak diperanakkan, serta tidak ada selain Allah SWT, yang
menyamai-Nya (baca dan pelajari QS. A1-Ikhlas, 112: 1-4).
Umat manusia harus beribadah atau menghambakan diri hanya
kepada Allah SWT. Beribadah atau menyembah kepada selain Allah
SWT, termasuk ke dalam perilaku syirik, yang hukumnya haram, dan
merupakan dosa yang paling besar (lihat Q.S An-Nisa’, 4: 48).

b) Hari Kiamat sebagai hari pembalasan


Islam mengajarkan bahwa mati yang dialami oleh setiap
manusia, bukanlah akhir kehidupan, tetapi merupakan awal dan
kehidupan yang panjang, yakni kehidupan di alam kubur dan di alam
akhirat.
Manusia yang ketika di dunianya taat beribadah, giat beramal
saleh, dan senantiasa berbudi pekerti yang terpuji, tentu akan
memperoleh balasan yang menyenangkan. Di alam kubur akan
memperoleh berbagai kenikmatan dan di alam akhirat akan
ditempatkan di surga yang penuh dengan hal-hal yang memuaskan.
Tetapi manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah SWT
dan banyak berbuat jahat, tentu setelah matinya akan mendapat siksa
kubur dan dicampakkan ke dalam neraka yang penuh dengan berbagai
macam siksaan. (Baca dan pelajari Q.S. Al-Qari’ah, 101: 1-11)

c) Kesucian jiwa
Islam menyerukan umat manusia agar senantiasa berusaha
menyucikan jiwanya dan melarang keras mengotorinya. Seseorang
dianggap suci jiwanya apabila selama hayat di kandung badan
senantiasa beriman dan bertakwa atau meninggalkan segala perbuatan
dosa, dan dianggap mengotori jiwanya apabila durhaka pada Allah
SWT dan banyak berbuat dosa.
Sungguh beruntung orang yang senantiasa memelihara
kesucian jiwanya, dan alangkah ruginva orang yang mengotori
jiwanya (baca Q.S. Asy-Syams, 91: 9-10).

d) Persaudaraan dan Persatuan

7
Persaudaraan mempunyai hubungan yang erat dengan
persatuan, bahkan persaudaraan landasan bagi terwujudnya
persatuan.Islam mengajarkan bahwa sesama orang beriman adalah
bersaudara. Mereka dituntut untuk saling mencintai dan sayang-
menyayangi, di bawah naungan rida Ilahi. Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak dianggap beriman seorang Muslim di antara kamu, sehingga ia
mencintai saudaranya, seperti rnencintai dirinya.” (H.R. Bukhari,
Muslim, Ahmad, dan Nasa’i).
Selain itu sesama umat Islam, hendaknya saling menolong
dalam kebaikan dan ketakwaan, jangan sekali-kali tolong-menolong
dalam dosa serta permusuhan. Jangan saling menganiaya dan jangan
pula membiarkan saudaranya yang teraniaya tanpa diberikan
pertolongan. Sedangkan umat Islam yang mampu disuruh untuk
memberikan pertolongan kepada saudaranya yang du’afa, yakni para
fakir miskin dan anak-anak yatim telantar (baca dan pelajari Q.S. Al-
Ma’un, 107: 1-7).

2.3.1 2 Strategi Dakwah


Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah
agar masyarakat Arab meninggalkan kejahiliahannya di bidang agama,
moral, dan hukum. Sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran
kerasulan Nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang
disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-
hari. Jika masyarakat Arab telah mengamalkan seluruh ajaran Islam
dengan niat ikhlas karena Allah SWT dan sesuai dengan petunjuk-
petunjuk Rasulullah SAW, tentu mereka akan memperoleh
keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Adapun strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai
tujuan yang luhur tersebut sebagai berikut:
a) Dakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3-4 tahun.
Cara ini ditempuh oleh Rasulullah SAW karena beliau begitu
yakin, bahwa masyarakat Arab jahiliah, masih sangat kuat
mempertahankan kepercayaan dan tradisi warisan leluhur mereka.
Sehingga mereka bersedia berperang dan rela mati dalam
mempertahankannya. Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi
ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang

8
berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta
sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan
dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah : Khadijah binti Khuwailid
(istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu
Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah
dengannya, waktu masuk Islam ia baru berusia 10 tahun), Zaid bin
Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW, wafat tahun 8 H = 625 M),
Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW, yang hidup
dan tahun 573 - 634 M), dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah
SAW pada waktu kecil).
Sesuai dengan ajaran Islam, bahwa berdakwah bukan hanya
kewajiban Rasulullah SAW, tetapi juga kewajiban para pengikutnya
(umat Islam), maka Abu Bakar Ash-Shiddiq, seorang saudagar kaya,
yang dihormati dan disegani banyak orang. Karena budi bahasanya
yang halus, ilmu pengetahuannya yang luas, dan pandai bergaul telah
meneladani Rasuliillah SAW, yakni berdakwah secara sembunyi-
sembunyi.
Usaha dak’wah Abu Bakar Ash-Shiddiq berhasil karena
ternyata beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk
Islam, mereka adalah :
i. Abdul Amar dari Bani Zuhrah, Abdul Amar berarti hamba milik
si Amar. Karena Islam melarang perbudakan, kemudian nama itu
diganti oleh Rasulullah SAW menjadi Abdurrahman bin Auf,
yang artinya hamba Allah SWT Yang Maha Pengasih.
ii. Abu Ubaidah bin Jarrah dan Bani Hari.
iii. Utsman bin Affan.
iv. Zubair bin Awam.
v. Sa’ad bin Ahu Waqqas.
vi. Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara
sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah disebutkan di atas disebut
Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).

b) Dakwah Secara terang-terangan

9
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4
dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah
Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan.
Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216 (coba kamu
cari dan pelajari).
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan
ini antara lain sebagai berikut :
1) Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk
menghadiri jamuan makan dan mengajak mereka agar masuk Islam.
Tetapi karena cahaya hidayah Allah SWT waktu itu belum menyinari
hati mereka, mereka belum menerima Islam sebagai agama mereka.
Namun ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang
sebenarnya sudah masuk Islam, tetapi merahasiakan keislamannya,
pada waktu itu dengan tegas menyatakan keislamannya. Mereka
adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin
Haritsah.
2) Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah,
terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk
berkumpul Bukit Shafa, yang letaknya tidak jauh dan Ka’bah.
Rasulullah SAW memberi peringatan kepada semua yang hadir agar
segera meninggalkan penyembahan terhadap berhala-berhala dan
hanya menyembah atau menghambakan diri kepada Allah SWT,
Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta dan Pemelihara alam semesta.
Rasulullah SAW juga menegaskan, jika peringatan yang
disampaikannya itu dilaksanakan tentu akan meraih rida Ilahi bahagia
di dunia dan di akhirat. Tetapi apabila peringatan itu diabaikan tentu
akan mendapat murka Allah SWT, sengsara di dunia dan di akhirat.
Menanggapi dakwah Rasulullah SAW tersebut di antara yang hadir
ada kelompok yang menolak disertai teriakan dan ejekan, ada
kelompok yang diam saja lalu pulang. Bahkan Abu Lahab, bukan
hanya mengejek tetapi berteriak-teriak bahwa Muhammad orang gila,
seraya ia berkata “Celakalah engkau Muhammad, untuk inikah engkau
mengumpulkan kami?” Sebagai balasan terhadap kutukan Abu Lahab
itu turunlah ayat Al- Qur’an yang berisi kutukan Allah SWT terhadap

10
Abu Lahab, yakni Surat Al-Lahab, 111: 1-5 (coba kamu cari dan
pelajari ayat Al-Qur’an tersebut).
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah
menyatakan diri masuk Islam dua orang kuat dari kalangan kaum kafir
Quraisy, yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan
Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada
tahun ke-6 dari kenabian sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M),
tidak lama setelah sebagian kaum Muslimin berhijrah ke Habasyah
atau Ethiopia pada tahun 615 M.
3) Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para
penduduk di luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di
luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain :
a. Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dan kaum Giffar, yang
bertempat tinggal di sebelah barat laut Mekah atau tidak jauh dari
laut Merah, menyatakan diri di hadapan Rasulullah SAW masuk
Islam. Keislamannya itu kemudian diikuti oleh kaumnya.
b. Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum
Daus yang bertempat tinggal di wilayah barat kota Mekah,
menyatakan diri masuk Islam di hadapan Rasulullah SAW.
Keislamannya itu diikuti oleh bapak, istri, keluarganya, serta
kaumnya.
c. Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yatsrib (Madinah),
yang datang ke Mekah untuk berziarah nampak berhasil. Berkat
cahaya hidayah Allah SWT, para penduduk Yatsrib, secara
bergelombang telah masuk Islam di hadapan Rasulullah SAW.
Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku
Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621
M, sebanyak 13 orang dan pada gelombang ketiga tahun
berikutnya lebih banyak lagi.
Pada gelombang ketiga ini telah datang ke Mekah untuk
berziarah dan menemui Rasulullah SAW, umat Islam penduduk
Yatsrib yang jumlahnya mencapai 73 orang di antaranya 2 orang
wanita. Waktu itu ikut pula berziarah ke Mekah, orang-orang Yatsrib
yang belum masuk Islam. Di antaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr,

11
pimpinan kaum Salamah, yang kemudian menyatakan diri masuk
Islam di hadapan Rasulullah SAW.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada
gelombang ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan
menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut
merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan
melindungi dan membela Rasulullah SAW. Walaupun untuk itu
mereka harus mengorbankan tenaga, harta, bahkan jiwa. Selain itu,
mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar
berhijrah ke Yatsrib.
Setelah terjadinya peristiwa Bai’atul Aqabah itu, kemudian
Rasulullah SAW menyuruh para sahabatnya yakni orang-orang Islam
yang bertempat tinggal di Mekah, untuk segera berhijrah ke Yatsrib.
Para sahabat Nabi SAW melaksanakan suruhan Rasulullah SAW
tersebut. Mereka berhijrah ke Yatsrib secara diam-diam dan sedikit
demi sedikit, sehingga dalam waktu dua bulan sebanyak 150 orang
umat Islam penduduk Mekah telah berhijrah ke Yatsrib.
Sedangkan Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar Ash-Shiddiq
r.a., dan Ali bin Abu Thalib masih tetap tinggal di Mekah, menunggu
perintah dari Allah SWT untuk berhijrah. Setelah datang perintah dari
Allah SWT, kemudian Rasulullah SAW berhijrah bersama Abu Bakar
Ash-Shiddiq r.a., meninggalkan kota Mekah tempat kelahirannya
menuju Yatsrib. Peristiwa hijrah Rasulullah SAW ini terjadi pada awal
bulan Rabiul Awal tahun pertama hijrh (622 M). Sedangkan Ali bin
Abu Thalib, tidak ikut berhijrah bersama Rasulullah SAW, karena
beliau disuruh Rasulullah SAW untuk mengembalikan barang-barang
orang lain yang dititipkan kepadanya. Setelah perintah Rasulullah
SAW itu dilaksanakan, kemudian Ali bin Abu Thalib menvusul
Rasulullah SAW berhijrah ke Yatsrib.

2.3. 2 Dakwah di Maddinah


2.3.2 1 Substansi Dakwah Nabi Muhammad di Maddinah
Adapun substansi dakwah Rasulullah SAW di Madinah dapat
dilihat dari perubahan yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW
meliputi segala segi dan bidang kehidupan antara lain :
1) At-Tauhid.

12
Bangsa Arab di zaman jahiliyah, mereka menyembah patung-
patung, batu-batu berhala dan mereka menyembelih hewan-hewan
qurban dihadapan patung-patung untuk memulyakannya. Mereka
tenggelam dalam kemusyrikan dan hidupnya saling berpecah belah,
saling membunuh dan bermusuhan. Kemudian datanglah Rasulullah
SAW membawa risalah Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa tak ada
Tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah SWT yang telah
menciptakan seluruh isi alam ini. Kitab Al-Qur’an benar-benar telah
menghidupkan jiwa dan merubah kepercayaan mereka, hingga mereka
hanya menyebah satu Tuhan yaitu Allah SWT.
2) Al-Ikha’ (persaudaraan).
Persaudaraan merupakan azas yang sangat penting dalam
masyarakat Islam yang diletakkan Rasulullah SAW. Bangsa Arab
yang sebelumnya lebih menonjolkan identitas kesukuannya, setelah
memilih Islam diganti dengan identitas baru yaitu ukhuwah islamiyah.
Atas dasar ini pula kaum muhajirin dan ansor dipersaudarakan
sebagaimana telah diceritakan di depan. Banyak sekali ayat-ayat dan
hadits yang menjelaskan tentang persaudaraan ini.
3) Al-Musyawwamah (persamaan).
Rasulullah SAW dengan tegas mengajarkan seluruh manusia
adalah keturunan Adam yang diciptakan dari tanah, seorang Arab
tidak lebih mulia dari seorang ajam (bukan Arab) demikian pula
sebaliknya, orang yang paling mulia adalah orang yang paling
bertaqwa kepada Allah SWT (Al-Hujurot :13). Atas dasar inilah setiap
warga masyarakat memiliki hak kemerdekaan, kebebasan (al-
hurriyah). Dengan dasar ini Rasulullah SAW menganjurkan kepada
para sahabatnya untuk memerdekaan hamba-hamba sahaya yang
dimilki oleh bangsawan-bangsawan Quraiys.
4) At-Tasamuh (toleransi).
Hal ini bisa kita lihat dalam piagam Madinah, dimana umat
islam siap berdampingan dengan kaum Yahudi atau bangsa apapun di
dunia atas dasar saling menghormati dengan pemeluk agama lain (Al-
Kafirun : 6) Karena terbukti orang Yahudi telah mengusik keyakinan
umat Islam dan berusaha mencelekai Rasulullah SAW, maka satu
persatu mereka di usir dari Madinah.

13
5) At-Tasyawur (musyawarah).
Kendatipun Rasulullah SAW mempunyai kedudukan yang
sangat tinggi dan terhormat dalam masyarakat, acap kali beliau
meminta pendapat para sahabat dalam menghadapi dan menyelesaikan
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan urusan-urusan dunia dan
sosial budaya. Manakala argumentasi para sahabat itu dianggap benar,
tidak jarang beliau mengikuti pendapat mereka. (lihar Ali Imron :159,
Asy-Syuro’ : 38).

6) At-Ta’awun (tolong menolong).


Tolong menolong sesama muslim, antara lain telah ditujukan
dalam bentuk persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Ansar, juga
saling membantu antara penduduk Madinah dengan fihak lain. (lihat
Al-Maidah : 21).
7) Al-‘Adalah (keadilan).
Hal ini berkaitan erat dengan hak dan kewajiban setiap individu
dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan posisinya masing-
masing. Di satu sisi seseorang memperoleh haknya, sementara disisi
lain ia berkewajiban memberikan hak orang lain kepada yang berhak
menerimanya. Prinsip ini berpedoman pada surat Al-Maidah : 8 dan
An-Nisa : 58.

2.3.2 2 Strategi Dakwah


Pekerjaan besar yang dilakukan Rasulullah SAW dalam
periode Madinah adalah pembinaan terhadap masyarakat Islam yang
baru terbentuk. Dasar-dasar kebudayaan yang diletakkan oleh
Rasulullah SAW itu pada umumnya merupakan sebuah nilai dan
norma yang mengatur manusia dan masyarakat dalam hal yang
berkaitan dengan peribadatan, social, ekonomi dan politik yang
bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah.
Dalam membina masyarakat Islam di Madinah strategi dakwah
yang dilakukan Rasulullah SAW antara lain :
1) Mendirikan Masjid.
Beliau dahulukan mendirikan masjid sebelum bangunan-
bangunan lainnya selain kediaman beliau sendiri, karena masjid

14
mempunyai potensi yang sangat vital dalam menyatukan umat dan
menyusun kekuatan mereka lahir dan batin untuk membina
masyarakat Islam atau daulah Islamiyah berlandaskan semangat
tauhid. Di masjid ini Rasulullah SAW mengobarkan semangat jihat di
jalan Allah SWT, sehingga kaum muslimin waktu itu belum begitu
banyak tetapi rela mengorbankan harta dan jiwa untuk kepentingan
Islam. Di masjid pula beliau senantiasa mengajarkan doktrin tauhid
dan mengajarkan pokok-pokok ajaran Islam kepada kaum muhajirin
dan ansor. Dan di dalam masjid pula kaum muslimin mengadakan
sholat berjamaah, mengadakan musyawarah untuk merundingkan
masalah-masalah yang di hadapi.
2) Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Ansor.
Kaum Muhajirin yang jauh dari sanak saudara dan kampung
halaman mereka, di pererat oleh beliau dengan mempersaudarakan
mereka dengan kaum Ansor karena kaum Ansor telah menolong
mereka dengan ikhlas dan tidak memperhitungkan keuntungan yang
bersifat materi, melainkan hanya karena mencari keridhaan Allah
SWT semata. Sebagai contoh Abu Bakar dipersaudarakn dengan
Harits bin Zaid, Ja’far bin Abi Thalib dengan Muadz bin Jabal, Umar
bin Khattab dengan Itbah bin Malik, begitu seterusnya tiap-tiap kaum
Ansor dipersaudaran dengan kaum Muhajirin. Dengan demikian kaum
muhajirin yang bertahun-tahun berpisah dengan keluarganya merasa
tentram dan aman melaksanakan syariat agamanya. Di tempat yang
baru tersebut sebagian ada yang hidup berniaga ada yang bertani
seperti (Abu Bakar, Utsman dan Ali) mengerjakan tanah kaum Ansor.
Dengan ikatan teguh ini Nabi Muhammad SAW dapat menyatukan
dengan ikatan persaudaraan Islam yang kuat yang terdiri dari berbagai
macam suku dan kabilah ke dalam satu ikatan masyaraka Islam yang
kuat dengan semangat bergotong royong, senasib sepenanggunan.
Segolongan orang arab yang menyatakan masuk Islam dalam keadaan
miskin disediakan tempat tinggal dibagian masjid yang kemudian
dikenal dengan nama Ashab Shuffa. Keperluan hidup mereka dipikul
bersama diantara Muhajirin dan Ansor.
3) Perjanjian Perdamaian dengan kaum Yahudi.

15
Guna menciptaka suasana tentram di kota baru bagi Islam
(Madinah), Nabi Muhammad SAW membuat perjanjian persahabatan
dan perdamaian dengan kaum Yahudi yang berdiam di dalam dan di
sekeliling kota Madinah. Inilah salah satu perjanjian yang
diperlihatkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai seorang ahli
politikus yang ulung yang belum pernah dilakukan oleh para nabi-nabi
terdahulu. Diantara isi perjanjian yang dibuat oleh Nabi SAW dengan
kaum Yahudi antara lain :
a. Bahwa kaum Yahudi hidup damai bersama-sama kaum muslimin;
kedua belah fihak bebas memeluk dan menjalankan agamanya
masing-masing.
b. Kaum muslimin dan kaum Yahudi wajib tolong menolong untuk
melawan siapa saja yamg memerangi mereka. Orang Yahudi
memikul belanja mereka sendiri begitu pula kaum muslimin juga
memikul belanja mereka sendiri.
c. Kaum muslimin dan kaum yahudi wajib nasehat menasehati,
tolong menolong, melaksanakan kebajikan dan keutamaan.
d. Bahwa kota Madianah adalah kota suci yang wajib dihormati oleh
mereka yang terikat dengan perjanjian itu. Kalau terjadi
perselisihan antara kaum Yahudi dengan kaum Muslimin, maka
urusannya hendaklah diserahkan kepada Allah dan Rasullullah
SAW.
e. Bahwa siapa saja yang tinggal di dalam atau di luar kota Madinah
wajib dilindungi keamanan dirinya, kecuali orang-orang yang
zalim dan bersalah, sebab Allah SWT menjadi pelindung orang-
orang yang baik dan berbakti.
Perjanjian politik yang dibuat oleh Nabi Muhammada SAW
tersebut telah menjamin kemerdekaan beragama dan menjamin
kehormatan jiwa dan harta dari golongan yang bukan Islam. Ini adalah
merupakan peristiwa yang baru dalam dunia politik dan peradaban
manusia. Sebab waktu itu diberbagai pelosok dunia masih terjadi
perkosaan dan perampasan hak-hak asasi manusia.
4) Meletakkkan dasar-dasar Politik,
Ekonomi dan Sosial untuk masyarakat Islam. Karena
masyarakat Islam telah terwujud, maka Rasulullah SAW menentukan

16
dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat Islam yang baru terwujud itu,
baik dalam bidang politik, ekonomi, social maupun yang lainnya. Hal
ini disebabkan karena dalam periode perkembangan agama Islam di
Madinah inilah telah turun wahyu Allah SWT yang mengandung
perintah berzakat, berpuasa, dan hukum-hukum yang bertalian dengan
pelanggaran atau larangan, jinayat (pidana) dan lain-lain. Dengan
ditetapkannya dasar-dasar politik, ekonomi, social dan lainnya, maka
semakin teguhlah bentuk-bentuk masyarakat Islam, sehingga semakin
hari pengaruh agama Islam di kota Madinah semakin bertambah besar.
5) Memelihara dan mempertahankan masyarakat Islam.
Jumlah orang-orang yang mengakui kerasulan Muhammad
SAW bertambah dengan amat cepat, sehingga dalam waktu yang
sangat singkat kekuatan Islam sudah mulai diperhitungkan oleh orang-
orang yang tidak menyukainya. Ada tiga kekuatan yang secara nyata
memusuhi agama baru ini yaitu : orang-orang Yahudi, orang-orang
munafik, dan orang-orang Quraiys dengan sekutunya.
a) Rongrongan Kaum Yahudi.
Orang Yahudi sejak sebelum masehi sudah hidup di Madinah,
mereka terdiri dari 3 suku yaitu Bani Qainuqa, Bani Quraidhah dan
Bani Nadzir. Mereka semua mempercayai akan kedatangan nabi akhir
zaman sebagaimana dijelaskan dalam kitab suci mereka. Akan tetapi
ketika nabi yang ditunggu-tunggu itu datang, mereka mengingkarinya
karena mereka menduga dan menghendaki bahwa nabi yang ditunggu-
tunggu itu berasal dari golongan mereka yaitu keturunan Israel.
Apalagi setelah bangsa Arab memeluk agama Islam mendahului
mereka. Kekecewaan mereka sudah tak bias disembunyikan lagi. Lihat
Q.S. Al-Baqoroh : 89. Mereka memang pernah mengikat perjanjian
dengan kaum muslimin, akan tetapi tidak dilandasi dengan ketulusan
hati yang jujur dan mereka mengira bahwa kaum muslimin adalah
kelompok yang lemah yang tidak akan mampu menghadapi kekuatan
kafir Quraiys. Mereka terkejut ketika Rasulullah SAW dan para
pengikutnya berhasil memporak-porandakan tentara Quraiys dalam
perang Badar 17 Ramadhan 2 H.
b) Rongrongan orang-orang Munafik.

17
Keberadaan orang-orang munafik tidak bisa di abaikan begitu
saja sebagai ancaman yang sangat membahayakan. Pengaruh mereka
memang tidak begitu besar, namun apabila dibiarkan bisa
menimbulkan malapetaka yang merugikan perjuangan umat Islam.
Sekalipun mereka mengaku beriman kepada Rasulullah SAW, namun
acap kali mereka menghalang-halangi orang lain masuk Islam. Ketika
Rasulullah SAW bersiap menghadapi perang Uhud, kaum munafik
keluar dari barisan yang dipersiapkan atas hasutan Abdullah bin Ubai,
pemimpin mereka. Mereka juga mengadakan hubungan baik dengan
kaum Yahudi dan pernah menjanjikan bantuan kepada Bani Quraidhah
sewaktu yang disebut terakhir ini menghianati kaum muslimin.
c) Rongrongan kafir Quraisy dan sekutunya.
Sikap permusuhan kafir Quraiys terhadap Islam tidak berhenti
dengan kepindahan Rasulullah SAW dan para sahabatnya ke Madinah.
Atas sikap mereka itu Allah SWT menurunkan ayat yang mengizinkan
umat Islam mengangkat senjata untuk membela diri, karena mereka
sungguh dianiaya (biannahum dzulimu), lihat Q.S. Al-Ahzab : 39-40.
Ini adalah ayat pertama yang diturunkan oleh Allah SWT mengenai
perang. Ayat ini menjadi alasan bagi Rasulullah SAW untuk
membentuk pasukan yang dipersiapkan untuk terjun ke medan
pertempuan. Pasukan yang pertama dibentuk adalah untuk berjaga-
jaga menghadapi serangan dari suku-suku Badui dan kafir Quraiys
serta sekutunya. Orang yang boleh diperangi adalah orang yang telah
merampas hak, baik harta maupun jiwa dan menghalangi untuk
beriman kepada Allah SWT dan melaksanakan ajarannya (Q.S. Al-
Baqoroh : 190-191).
Perang sebagai jawaban atas permusuhan kafir Qurisy terjadi
pertama kali dilembah Badar pada tanggal 17 Ramadhan 2 H. Dalam
Al-Qur’an peristiwa ini disebut dengan yaumul furqon, yakni hari
pemisah antara yang hak dan yang bathil. Kendatipun pasukan Islam
jauh lebih kecil (sekitar 300 orang) namun berhasil meraih
kemenangan dari pasukan kafir Quraiys yang jumlahnya sekitar 1000
orang. Hal ini membuat orang-orang Yahudi geram dan kecewa.
Mereka mulai menunjukkan sikap tidak bersahabat dengan orang
muslim dan berusaha menusuk dari belakang.

18
Sementara itu kafir Quraiys berusaha membalas kekalahan
dengan mempersiapkan 3000 pasukan dengan perbekalan dan
persenjataan yang lengkap berangkatlah menuju kota Madinah. Turut
ambil bagian dalam pasukan kafir ini adalah suku Arab Tihamah,
Kinanah, Bani Harist, Bani Haun dan Bani Musthaliq. Pada bulan
Sya’ban 3 H terjadilah perang Uhud, dalam peperangan ini kaum
muslimin menderita kekalahan akibat keluarnya sebagian pasukan
muslimin yang diprovokasi oleh orang munafik bernama Abdullah bin
Ubay sehingga kaum muslimin yang berjumlah 1000 orang tinggal
kurang lebih dua pertiganya. Dalam peperangan ini dari kaum
muslimin yang gugur sebagai syuhada 70 orang, termasuk paman Nabi
SAW yang bernama Hamzah bin Abdul Muthalib. Kesempatan ini
membuat kesempatan orang Yahudi bani Nadzir untuk
menghancurkan kaum muslimin. Mereka berusah membunuh
Rasulullah SAW, namun gagal sehingga mereka di usir dari Madinah.
Pada bulan syawal 5 H kurang lebih 14.000 tentara kafir
termasuk 4000 kafir Quraiys di bawah pimpinan Abu Sofyan
menyerbu Madinah. Menghadapi serbuan ini Rasulullah SAW
memilih bertahan di kota. Atas saran Salman Al-Farisi kaum muslimin
membuat parit-parit di setiap orong untuk masuk ke kota Madinah.
Tidak ada pilihan lain bagi kafir untuk mengepung kota Madinah.
Akan tetapi setelah 25 hari pengepungan, perasaan jenuh mulai
muncul terutama pada kelompok-kelompok yang tidak mempunyai
kepentingan karena yang jelas punya kepentingan adalah kaum kafir
dan orang Yahudi.
Pada saat yang sama seorang pemimpin Arab Nu’aim bin
Mas’ud menghadap Rasulullah SAW dan menyatakan masuk Islam.
Tepat pada saat yang menyulitkan kaum muslimin, datanglah badai
padang pasir yang mematikan disertai hujan lebat yang menyapu
bersih kemah dan perbekalan mereka (lihat Al-Ahzab : 9). Akhirnya
terpaksa mereka kembali dan menyelamatkan diri tanpa membawa
apa-apa (lihat Al-Ahzab : 25). Perang ini dikenal dengan nama perang
Khandaq, karena kaum muslimin menggunakan parit (khandaq) untuk
pertahanan mereka. Dikenal pula dengan sebutan perang Ahzab karena
musuh yang menyerang madinah terdiri dari berbagai golongan yang

19
bersekutu (Al-Ahzab). Dalam perang ini gugur 6 sahabat Rasululllah
SAW termasuk Sa’ad bin Muadz, mereka gugur sebagai syuhada.
Demikian kaum muslimin mempertahankan diri dan serangan yang
dilakukan tetap tidak keluar dari kerangka mempertahankan diri.

2. 4 Wafatnya Nabi Muhammad SAW


Pada tahun kesepuluh Hijriyah, Rasulullah SAW pergi berhaji
bersama lebih dari 100 ribu kaum Muslimin. Di Jabal ‘Arafat nabi
menyampaikan khutbah monumental di hadapan mereka yang dianggap
sebagai dasar dari ajaran Islam. Tidak mengherankan, karena dalam khutbah
ini nabi telah menjelaskan perihal undang-undang Islam. Melalui khutbah ini,
nabi menyerukan asas persamaan diantara sesama manusia yang tidak
mengenal perbedaan antara hamba yang berdarah Habsyi dengan yang
berdarah Quraisy. Dua bulan setelah kepulangannya dari ibadah Haji Wadha,
nabi mengeluhkan rasa sakit di kepalanya.
Pada masa-masa awal sakit, nabi memaksakan diri untuk tetap
mengimami sholat. Ketika sakitnya bertambah parah, nabi menyuruh Abu
Bakar menggantikan posisinya menjadi imam sholat. Sakit Nabi Muhammad
semakin parah hingga tiba hari terakhirnya di dunia, yaitu senin 12 Rabiul
Awal 11 Hijriah. Saat umat Islam mengerjakan shalat subuh dengan diimami
Abu Bakar, nabi membuka tabir atau kelambu kamar Aisyah. Nabi melihat
mereka tengah berbaris shalat, lalu tersenyum bahagia. Menyadari adanya
nabi, Abu Bakar segera mundur ke belakang mengira nabi akan keluar kamar
untuk sholat. Annas menceritakan, “Umat Islam sangat senang saat melihat
nabi. Akan tetapi, nabi memberi isyarat agar mereka melanjutkan sholat. Nabi
masuk kembali ke kamar dan menutup kembali tabir.
Setelah itu, nabi tidak keluar lagi pada waktu-waktu sholat
berikutnya.” Kemudian Abdurrahman Ibn Abu Bakar masuk dengan
membawa sebatang siwak. Aisyah mengisahkan, ”Kepala nabi sedang
dipangku waliku. Aku melihanya menatap siwak itu dan aku tahu nabi
menginginkannya. Aku pun melunakkan siwak dengan mengunyahnya
sedikit.” Di dekat Nabi ada bejana berisi air, kemudian nabi mencelupkan
kedua tangannya, lalu mengusap wajahnya sembari berkata, ‘Laa ilaaha illa
Allah, sesunggunya mati memiliki sekarat atau rasa sakit.’ Sambil bersiwak,
nabi mengangkat tangan atau jarinya, memusatkan pandangannya ke atap, dan

20
bibirnya bergerak-gerak mengatakan, ‘Bersama orang-orang yang telah
engkau beri kenikmatan, yaitu golongan para nabi, kaum syuhada, dan orang-
orang shaleh. Ya Allah, karuniakanlah ampunan dan rahmatmu kepadaku, dan
pertemukanlah aku dengan Rafiq al-a’la. Ya Allah, pertemukanlah aku dengan
Rafiq al-a’la.’ Nabi mengulangi perkataan itu sebanyak tiga kali. Tangannya
mulai lemas.
Kemudian akhirya nabi benar-benar menjumpai alRaiq al-A’la.
Innalilahi WaInnailaihi Rajiun (segala sesuatu hanya milik Allah dan hanya
kepadanya akan kembali). Ketika nabi Muhammad belum wafat, ketika itu
kaum Anshar melihat bahwa kondisi kesehatan Rasulullah cenderung
memburuk mereka berkumpul di masjid. Melihat kejadian ini lalu al-Fadhl
bin al-Abbas dan Ali bin Abi Thalib menyampaikannya kepada nabi.
Keluarlah nabi menuju mereka sambil di papah oleh Ali dan al-Abbas, sedang
al-Fadhl berjalan di hadapan mereka berdua. Ketika itu, Rasulullah datang
menghampiri mereka dengan kepala berbalut dan berjalan kaki. Sesampainya
di tengah mereka, duduklah di bawah tangga mimbar dan bersabda : “Wahai
orang-orang! Telah sampai kepadaku, bahwasanya kalian ketakutan atas
kematian nabi kalian. Adakah seorang nabi yang diutus Allah sebelum aku
yang abadi berada di tengah kalian? Ingatlah! Sesungguhnya aku akan
kembali kepada Tuhanku dan kalian juga akan menyusul da’iku. Maka oleh
karenya, aku pesankan kepada kalian hendaknya kalian besikap baik kepada
kaum Muhajirin gelombang pertama. Begitu juga aku pesankan kepada kaum
Muhajirin agar berbaikan di antara sesama mereka.”
Sebelum mengurus jasad Nabi, terjadi perbedaan pendapat tentang
pengganti nabi. Terjadi dialog dan debat serta sanggahan antara pihak
Muhajirin dan Anshor di Saqifah bani Sa’idah. Namun, akhirnya mereka
sepakat untuk mengangkat Abu Bakar sebaga khalifah hal ini terjadi sehingga
masuk waktu malam pada hari senin. Orang-orang sibuk mempersiapkan
untuk mengurus jasad nabi hingga akhir malam mendekati subuh atau malam
selasa. Sementara jasad nabi yang mulia masih tetap membujur di atas tempat
tidur dengan diselimuti kain hitam. Pintu rumah ditutup dan hanya boleh
dimasuki keluarga nabi.
Pada hari Selasa para sanak keluarga memandikan jasad nabi tanpa
melepaskan kain yang menyelubungi. Adapun yang memandikan adalah,
alAbbas, Ali, al-Fadhl, dan Qatsam (keduanya anak al-Abbas), Syaqran

21
(pembantu Rasulullah), Utsama bin Zaid dan Aus bin Khaili. Al-abbas,
alFadhl dan Qatsam bertugas membalik-balikkan jasad, Syaqran
mengguyurkan air, Ali membersihkannya dan Aus mendekap jasad nabi di
dadanya. Kemudian mereka mengafani jasad nabi dengan tiga lembar kain
putih dari bahan katun tanpamenyertakan pakaian ataupun tutup kepala.
Kemudian mereka saling berbeda pendapat, di mana nabi akan dikubur
maka Abu Bakar berkata, “sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah
bersabda, ‘Tidaklah seorang nabi meninggal dunia melainkan dia dikuburkan
di tempat dia meninggal dunia.’’ Abu Thalhah menyingkirkan tempat tidur di
mana nabi meninggal dunia, lalu menggali liang lahat persis di bawah tempat
tidur itu.

BAB III
Penutup

3. 1 Kesimpulan
Nabi Muhammad SAW lahir pada tahun gajah yaitu tepatnya pada tanggal 12
Rabiul Awwal 570 Masehi, tepatnya pada hari senin, di kota Mekkah. Pada saat Nabi
Muhammad lahir, terjadi banyak keajaiban nyata seperti padamnya api sesembahan
kaum Majusi di Persia yang selama ribuan tahun disembah, serta hancurnya pasukan
gajah pimpinan Raja Abrahah yang akan menyerang Ka'bah. Perjalanan Nabi
Muhammad pun dimulai. Banyaknya rintangan yang Beliau lewati dalam berdakwah
menyebarkan ajaran agama islam dan mukjizat yang diturunkan kepada Beliau dari
Allah SWT., serta keindahan kisah-kisah lainnya. Nabi Muhammad SAW kemudian
wafat pada hari senin pagi tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 11 Hijriah atau 633
Masehi. Di hari Beliau wafat, semua umat dan para sahabat sangat sedih serta
kehilangan Beliau.
Nabi meletakkan nilai-nilai Islam dengan penuh hikmah dan sangat bijak dalam
menyelesaikan masalah dikala ada persoalan. Baik itu persoalan kenegaraan,
kemasyarakatan atau pun keagamaan. Tidak ada yang merasa diskriminasi oleh sikap-
sikap Nabi. Keunggulan Nabi tidak hanya diakui oleh umat Islam, akan tetapi non-
muslim pun mengakui akan kecakapan  Nabi dalam berbagai hal.

22
Perjalanan dakwah Rasulullah SAW terbagi menjadi dua, yaitu periode Makkah
dan periode Madinah, dan metode dakwahnya juga terbagi menjadi dua, yaitu secara
sembunyi-sembunyi dan secara terang-terangan.

3. 2 Saran
Dalam kehidupan Rasulullah, banyak sekali manfaat-manfaat yang dapat kita
cerna dan amalkan dalam kehidupan kita. Maka dari itu, seorang muslim - terutama
generasi baru - harus dapat meningkatkan literasi mereka dengan banyak membaca
serta mencari tahu seputar kehidupan-kehidupan para nabi. Dengan cara ini, kita
dapat menghindari adanya persimpangan dari ajaran Islam serta mendapatkan nilai-
nilai yang dapat berguna bagi kehidupan seorang muslim.
Dengan pengenalan singkat tentang keislaman di masa Nabi, semoga menjadi
gerakan awal dalam  merevolusi diri kita masing-masing agar menjadi lebih baik.
Agar bisa sampai kepada cahaya Ilahi. Siapakah gerangan yang tidak ingin sampai di
hadapan yang Maha Kaya dan Maha Sempurna sembari mencicipi kenikmatan dari
Sang Pemberi Nikmat.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqalani, I. I. (t.thn.). Fathul Bari. Kairo: Al-Mathba’ah As-salafiyyah wa


Maktabatuha.

Al-humairi, A. M. (1955). Shirah An-nabawiyyah. Mesir: Syirkah Maktabah wa


Mathba’ah Mushtafa Al-Babi Al-Halabi wa Auladuhu.

Ali, K. (2003). Sejarah Islam. Jakarta: PT. Raja Grafido.

Bek, S. A.-K. (t.thn.). Muhadharat Tarikh Al-umam Al-islamiyyah. Mesir: Al-


Maktabah At-Tijariyyah Al-Kubra.

23
En’ha, I. S. (t.thn.). Sejarah Hidup Nabi Muhammad Mencintai dan Meneladani
Akhlak Rasulullah S.A.W. Idea Word Kidz.

Haekal, M. H. (t.thn.). Sejarah Hidup Muhammad. Penerbit Litera Antarnusa.

Katsir, I. (t.thn.). Sejarah Nabi Muhammad. Pustaka Imam Syafii.

Razwy, S. A. (2004). Muhammad Rasulullah SAW. Jakarta: PT. Hida Karya Agung.

24

Anda mungkin juga menyukai