TA2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadiran Allah Yang Maha Esa atas selesainya
penulisan makalah yang berjudul “Penelitian Agama”. Makalah ini kami buat
berdasarkan buku-buku penunjang yang kami miliki dan dari situs-situs yang
berhubungan dengan mata kuliah ini serta dari berbagai sumber lainnya,
Kami juga berterima kasih kepada Bapak mata kuliah Islam Metodologi Studi
Islam khususnya yang membimbing kami yaitu Ibu Dra, sahliah M,ag pada mata
kuliah umum ini. Kami berharap semoga makalah singkat ini nantinya bermanfaat
bagi kita semua terutama para pembacanya.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan lebih dan kurang kami mohon maaf
dan demi perbaikan hasil makalah singkat ini, kami perlukan kritik dan beserta
saran dari pembaca sekalian agar kelak mendapat masukan yang lebih baik untuk
kedepannya, akhir kata kami ucapkan terimakasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A...Kseimpulan ........................................................................................ 20
iii
BAB I PENDAHULUAN
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja varian pemahaman pendekatan-pendekatan agama ?
C. Tujuan masalah
5
BAB II PEMBAHASAN
1Abdullah, Taufik & M. Rusli Karim. 1990. Metologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar.
(Yogyakarta: Bumi Aksara, 1988), h. 33
6
Permasalahan yang dapat dijangkau dalam pendekatannyaIalah dengan
membuat deskripsi terhadap benda-benda yang berupa artefakDan non-artefak
dalam tiga dimensi. Ketiga dimensi tersebut ialah dimensiRuang (space), dimensi
waktu (time), dan dimensi bentuk (form). AnalisaTerhadap tiga dimensi tersebut
dapat menempatkannya ke dalam analisaKonteks, yakni fungsi (functional), pola
atau susunan (structural), dan tingkah laku (behavioral). Dengan kata lain,
pendekatan ini hanya dapat digunakan untuk menjelaskan tentang aspek-aspek dari
penelitian agama tersebut. Perlu diketahui bahwa kekurangan dari penelitian agama
terdahulu ialah dikarenakan beberapa sebab sebagai berikut:
7
agar terjamin sisi keobyektifan dari penelitiannya. Berbeda dengan penelitian-
penelitian di atas, dalam penelitian agama perlu ditekankan adanya suatu unsur yang
mampu memaksimalkan pendekatan empiris, unsur tersebut ialah sikap agamis.
Agama dari seseorang merupakan suatu hal yang bersifat pribadi dan dalam,
sehingga hanya dapat diamati dengan berhati-hati. Seorang peneliti yang secara
teknis sangat baik dalam melakukan penelitian, belum pasti ia dapat menemukan
persoalan-persoalan agama pada seseorang yang sedang ditelitinya kecuali kalau
peneliti tersebut juga beriman serta berefleksi, baik dalam situasi sementara
penelitian yang sedang dilakukan, maupun juga dalam kehidupan sehari-hari.
8
Penelitian deskriptif tidak memiliki hipotesis; penelitian eksploratis baru
membentuk hipotesis pada akhir penelitian; sedangkan dalam penelitian verifikatif,
hipotesis merupakan titik tolak untuk diuji. Dari ketiga corak penelitian sosial di
atas, metode penelitian deskripsi merupakan metode yang cocok untuk diterapkan
dalam penelitian agama. Hal ini dikarenakan, seperti yang telah dijelaskan di atas
bahwa penelitian agama tidak bermaksud untuk mengembangkan teori-teori baru
tentang agama, umat dan sebagainya,namun bertujuan untuk melukiskan salah satu
kelompok sosial dan gejala-gejala dalam masyarakat dan gejala-gejala dalam
masyarakat agama.
Metode tipologi yang banyak digunakan oleh ahli sosiologi juga dapat
diterapkan dalam penelitian agama. Maksud dari metode ini ialah berisi klasifikasi
topik dan tema sesuai dengan tipenya, lalu dibandingkan dengan topik dan tematema
yang mempunyai tipe yang sama. Dalam penelitian agama, dapat digunakan untuk
mengidentifikasi lima aspek atau ciri agama, lalu dibandingkan dengan aspek dan
ciri yang sama dari agama lain. Sehingga dengan demikian akan muncul
pemahaman dari seorang peneliti yang lebih rinci. Aspek dan ciri agama yang dapat
diambil ialah ;
1) Tuhan dari tiap-tiap agama, yakni sesuatu yang disembah oleh pengikut
agama tersebut.
2) Nabi dari setiap agama, yaitu orang yang membawa ajaran agama
3) Kitab dari setiap agama, yakni dasar peraturan yang diterangkan oleh agama
yang ditawarkan kepada manusia untuk dipercaya dan diikuti,
4) keadaan sekitar waktu munculnya Nabi dari tiap agama dan orang-orang
yang didakwahinya, karena tentunya setiap Nabi memiliki cara
penyampaian yang berbeda-beda dalam mendakwahkan ajarannya, dan
5) Orang-orang yang dihasilkan oleh suatu agama tertentu, sebagai hasil nyata
dari prosesdakwah yang dilakukan dari seorang Nabi.
9
Kelima aspek dan ciri agama tersebut setidaknya mampu memberikan
wawasan yang luas bagi para peneliti dalam melaksanakan penelitian agama di
Indonesia.2
Kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif di dalam
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agama tidak boleh
hanya sekedar menjadi identitas normatif atau hanya berhenti pada tataran teoritis,
melainkan secara konsepsional harus dapat menunjukkan cara- cara yang paling
efektif dalam memecahkan masalah. Tuntutan terhadap agama yang demikian itu
dapat dijawab apabila pengkajian agama yang selama ini banyak menggunakan
pendekatan teologis normatif harus dilengkapi dengan pengkajian agama yang
menggunakan pendekatan lain yang secara operasional konseptual dapat
memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul. Setidaknya ada dua
pendekatan yang dapat dilakukan dalam studi Islam, yaitu pendekatan doktriner dan
pendekatan ilmiah. Pendekatan doktriner dalam
Studi Islam adalah pendekatan dengan melihat Islam sebagai sebuah doktrin
agama yang harus dipraktikkan secara ideal. Pendekatan ini dikenal pula dengan
pendekatan normatif. Sedangkan pendekatan ilmiah adalah pendekatan dengan
melihat Islam sebagai sebuah ilmu. Munculnya istilah Studi Islam, yang di dunia
Barat dikenal dengan istilah Islamic Studies dan Dirasah Islamiyah di dunia Islam.
Walaupun secara realitas studi ilmu Islam keberadaannya tak terbantahkan, namun
di kalangan ahli masih terdapat perdebatan sekitar permasalahan Studi Islam dapat
dimasukkan ke dalam bidang ilmu pengetahuan, mengingat sifat dan karakteristik
antara ilmu pengetahuan dan agama berbeda.
10
Studi Islam, pada masa awal, terutama masa Nabi SAW. dan sahabat
dilakukan di Masjid. Pusat-pusat studi Islam seperti yang diungkapkan Ahmad
Amin,berada di Hijaz berpusat Makkah dan Madinah; Irak berpusat di Basrah dan
Kufah serta Damaskus. Pada masa pemerintahan Abbasiyah, studi Islam berpusat di
Baghdad, Bait al-Hikmah, sedangkan pada pemerintahan Islam di Spanyol
dipusatkan di Universitas Cordova. Di Mesir berpusat di Universitas al-Azhar yang
didirikan oleh Dinasti Fathimiyah dari kalangan Syi’ah, dan sekarang ini Studi Islam
berkembang hampir di seluruh negara, baik Islam maupun yang bukan Islam. 4Islam
memang menarik untuk dijadikan sebagai objek kajian, dalam mengkaji Islam, tentu
saja harus berpedoman pada dua sumber otentiknya yakni Al-Quran dan hadis. Studi
Islam sebagai sebuah disiplin ilmu tersendiri sangat terkait erat dengan persoalan
metode dan pendekatan yang akan dipakai dalam melakukan pengkajian
terhadapnya. Pendekatan adalah usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk
mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti atau metode-metode untuk
mencapai pengertian tentang masalah penelitian. Beberapa pendekatan dalam studi
islam diantaranya;
b) Antropologis
c) Sosiologis
d) Filosofis
e) Psikologis
f) Ideologis Komprehensif
g) Historis
Istilah sejarah berasal dari bahasa Arab syajarah yang artinya pohon, istilah
berkaitan dengan kenyataan, bahwa sejarah menyangkut tentang, syajarat al- nasab,
pohon genealogis yang dalam masa disebut sejarah keluarga (family history), atau
11
kata kerja syajara juga punya arti to happen, to occurred dan to develop. Dalam
perkembanganya sejarah dipahami mempunyai makna yang sama dengan tarikh
(Arab), istora (Yunani), history atau geschichte (jerman), yang secara sederhana
berarti kejadian-kejadian menyangkut manusia pada masa silam. Dalam memaknai
kata historis para sejarawan memiliki pendapat yang beragam, Edward Freeman,
misalnya menyatakan historis adalah politik masa lampau (history is past politics).
Sementara Ernst Bernheim, menyebut historis sebagai ilmu tentang perkembangan
manusia dalam upaya-upaya mereka sebagai makhluk sosial. Dan menurut Hasan,
historis atau tarikh adalah suatu seni yang membahas tentang kejadian-kejadian
waktu dari segi spesifikasi dan penentuan waktunya, tema-nya manusia dan waktu,
permasalahaannya adalah keadaan yang menguraikan bagian-bagian ruang lingkup
situasi yang terjadi pada manusia dalam suatu waktu.
12
Islam tidak terlepas dari berbagai peristiwa atau sejarah. Baik yang berhubungan
dengan waktu, lokasi dan format peristiwa yang terjadi.
13
(susunan L. Mardiwarsito) arti agama itu ialah “ilmu”, “pengetahuan”; (pelajaran
agama). Kedua penulis itu mengatakan agama berasal dari Bahasa sansekerta.
Dalam pada itu Kamus Umum Bahasa Indonesia” susunan W.J.S. Poerwadarminta,
cetakan V (1976), - dan sudah diolah kembali oleh Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa-, memberikan rumusan sebagai berikut: Agama ialah
segenap kepercayaan kepada Tuhan, Dewa dan sebagainya serta ajaran kebaktian
dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Dan masih
banyak lagi pendapat para ahli mengenai definisi dan asal dari kata agama.
Agama.
14
spatial. Knott membagi konsepsi peran pemberdayaan interkoneksi sosial
keagamaan dalam empat elemen; partisipan, peneliti sebagai partisipan, partisipan
sebagai peneliti dan peneliti murni. Konstruksi teori adalah suatu upaya memeriksa,
memplajari, meramalkan dan memahami secara seksama susunan atau bangunan
dasar atau hukum dan ketentuan lainnya yang diperlukan untuk melakukan
penelitian terhadap bentuk pelaksanaan ajaran agama sebagai dasr pertimbangan
untuk mengembangkan pemahaman ajaran agama sesuai dengan tuntutan zaman.
Ada beberapampendekatan yang dapat digunakan dalam kajian studi Islam, yakni
sebagai berikut :
1. Pendekatan Teologis-Normatif
15
1. Metode Deskripstif
Metode ini memiliki arti uraian apa adanya yang berasal dari suatu tempat
atau tokoh sebuah peristiwa. Bisa juga berasal dari seorang tokoh yang menyangkut
pemikirannya.
2. Metode Komparatif
Metode ini merupakan metode yang didalamnya adalah perbandingan antar
yang satu dengan yang lain.
3. Metode Hermeneutika
Hermeneutika berasal dari bahsa Yunani yang memiliki arti menafsirkan.
Pada dasarnya metode ini digunakan sebagai proses mengubah sesuatu atau situasi
ketidaktahuan menjadi mengerti. Atau dengan kata lain, metode ini digunakan untuk
memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap objek kajian yang hendak diperdalam.
4. Metode Fenomenologi
Metode ini digunakan untuk mencari hubungan-hubungan pemikiran dengn
kondisi-kondisi sosial yang ada sebelum dan sesudah pemikiran itu muncul. 5.
Metode Mistik
Aspek mistik didalam Islam juga dikaji dan dipahami, selain aspek realitas
logis empiris. Dalam mengkaji aspek mistik/supranatural ini metode yang
digunakan adalah metode mistik yang berbeda dengan metode sains ilmiah, yakni
bukan kaidah-kaidah logis, empiris, dan rasional.
6. Metode Holistik
Metode holistik adalah gambaran dari beberapa metode yang dimaksudkan
untuk melihat semua aspek yang terdapat dalam suatu pemikiran. Cara berpikir
deduktif digunakan untuk membuat tipologi, perbandingan digunakan untuk melihat
pengaru-pengaruh, dan hermeneutika digunakan untuk menemukan hubungan
pemikiran dengan gejala-gejala sosial yang ada. Sehingga pemahaman tentang islam
akan semakin integral dan komprehensif.
16
D. Tujuan Penelitian Agama
1. Tujuan penelitian agama-agama dalam rangka ilmu Agama secara umum
terbagi menjadi dua bagian.Pertama adalah hal-hal yang positif, dan kedua
mencakup hal-hal yang dirumuskan secara negatif. Yang positif terdiri dari:
Telah terbina dan berkembang, maka hasil logis yang timbul dari keadaan
demikian ialah sikap mental yang matang, sehingga menimbulkan disposisi yang
membuat kita gemar menaruh respek terhadap yang lain. Merangsang kerja sama
antar umat beragama secara praktis; buah yang logis dari ketiga yang dikemukakan
di atas ialah timbulnya kemungkinan untuk mengadakan kerja sama antara umat
beragama dalam hal-hal yang praktis, misalnya dalam penanggulangan kemelaratan,
penggemblengan mental pembangunan (di mana kebiasaan berkarya diutamakan,
penghematan dibiasakan, waktu dihargai, ketulusan dikembangkan dan
sebagainya), menggalakan pendidikan bagi seluruh rakyat dan untuk diri sendiri,
3 3Arifin, Abbas Zainal. 1957. Perkembangan Fikiran Terhadap Agama. Cet. Ke-2.
Medan: Firman Islamiah. h, 123
17
meningkatkan kesadaran bertangung jawab dalam negara dan sebagainya. Dengan
demikian penelitian Agama tidaklah bertujuan untuk:
b. Tidak pula untuk dominasi satu agama atas yang lain; pada masa lampau,
dewasa ini juga, ada orang mengadakan penelitian agama dari kalangan
zendeling atau misionaris. Motivasi terdalam dalam penelitian mereka
ialahuntuk memahami agama-agama yang dihadapinya sebaik dan seteliti
mungkin agar dapat berkomunikasi dalam rangka menyampaikan amanat
agama yang diyakininya.
18
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa cakupan ilmu agama itu sangat
luas tergantung bagaimana peneliti mengartikan kata agama itu sendiri. Agamadapat
dipahami melalui berbagai pendekatan. Dengan pendekatan itu semua orang akan
sampai pada agama. Seorang teolog, sosiolog, antropolog, sejarahwan, ahli ilmu
jiwa dan budaya akan sampai pada pemahaman agama yang benar. Di sini kita
melihat bahwa agama bukan hanya monopoli kalangan teolog dan normatif belaka,
melainkan agama dapat dipahami semua orang sesuai dengan pendekatan dan
kesanggupan yang dimilikinya. Dari keadaan demikian seseorang akan memiliki
kepuasan dari agama, karena seluruh persoalan hidupnya mendapat bimbingan dari
agama.
19
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik & M. Rusli Karim. 1990. Metologi Penelitian Agama Sebuah
Pengantar. Yogyakarta:
Arifin, Abbas Zainal. 1957. Perkembangan Fikiran Terhadap Agama. Cet. Ke2.
Medan: Firman Islamiah.
Bakker, Anton & Achmad Charris Zubair. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat.
Yogyakarta: Kanisius.
Daradjat, Zakiah. 1987. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang. Gibb, H.A.R.
& J.H Kraemers. 1953. Shorter Ensyclopaedia of Islam. Leiden: E.J.
Nata, Abuddin. 2013. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
20
Poerwadarminta, W.J.S. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Shadily, Hasan. 1983. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.
Sidjabat, W.B. 1979. Peranan Agama dalam Negara Pencasila. Jakarta: STT.
21