Anda di halaman 1dari 21

PENELITIAN AGAMA

Makalah Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Metodologi Studi Islam”

Dosen Pengampu: Dra, sahliah M,ag

Disusun Oleh kelompok 2;

Muhammad Ilham Nasution 0204212053

Iza Azzahra Putri 0204212118

Ayu Tiara Dewi 0204212120

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

TA2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadiran Allah Yang Maha Esa atas selesainya
penulisan makalah yang berjudul “Penelitian Agama”. Makalah ini kami buat
berdasarkan buku-buku penunjang yang kami miliki dan dari situs-situs yang
berhubungan dengan mata kuliah ini serta dari berbagai sumber lainnya,

Kami juga berterima kasih kepada Bapak mata kuliah Islam Metodologi Studi
Islam khususnya yang membimbing kami yaitu Ibu Dra, sahliah M,ag pada mata
kuliah umum ini. Kami berharap semoga makalah singkat ini nantinya bermanfaat
bagi kita semua terutama para pembacanya.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan lebih dan kurang kami mohon maaf
dan demi perbaikan hasil makalah singkat ini, kami perlukan kritik dan beserta
saran dari pembaca sekalian agar kelak mendapat masukan yang lebih baik untuk
kedepannya, akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Medan, 28 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI .................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................4

A...Latar belakang masalah ...................................................................... 4

B...Rumusan Masalah ................................................................................

C...Tujuan Masalah ....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................5

A...Kedududkan Penelitian Agama diantara Penelitian Lainnya.............. 5

B...Pendekatan-Pendekatan Terhadap Islam dan Studi Islam.................. 10

1.....Objek Studi Islam .....................................................................10

2.....Pendekatan Historis dalam Studi Islam ....................................11

3.....Pendekaran Penerapan Studi Historis .......................................13

C...Kontruksi Teori Penelitian Agama .................................................... 13

D...Tujuan Penelitian Agama ...................................................................17

BAB III PENUTUP ......................................................................................20

A...Kseimpulan ........................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................21

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kehidupan manusia merupakan suatu peradaban yang bersifat dinamis.
Dimulai dari zaman dahulu yang sifatnya masih tradisional dan sederhana sampai
zaman yang modern sampai saat ini. Permasalahan yang mungkin timbul pada masa
dahulu belumlah sekompleks permasalahan pada masa kini. Oleh karena itu
peradaban manusia bersifat dinamis, bukanlah statis.Terlepas dari itu, Islam adalah
suatu sistem kepercayaan (agama) yang datang dengan sejuta rahmat guna
memberikan pedoman, petunjuk, arahan, hingga problem solving terhadap
poermasalahan yang dihadapi oleh umat manusia.
Sebagaimana yang disinggung sebelumnya bahwa peradaban manusia
merupakan suatu peradaban yang bersifat dinamis dan permasalahan pada saat ini
juga mungkin sekali lebih kompleks daripada masa dahulu. Maka pada masa dewasa
ini muncullah berbagai macam kajian teori yang menawarkan berbagai solusi-solusi
empiris dari segi produk keilmuan yang memiliki latar belakang yang saling
berbeda. Ilmu kajian tersebut muncul jauh setelah agama RahmatanLil ‘Alamin ini
muncul. Sehingga dalam kajian teoritis yang ada pada masa kekinian, maka teori
atau kajain inilah yang dianggap paling tepat dalam menjawab persoalan-persoalan
yang selalu datang simpang-siur dalam kehidupan umat manusia.
Maka dalam hal ini, Islam sebagai agama yang memiliki sumber AlQur’an
dan as-Sunnah dianggap oleh para pemikir modern sebagai sesuatu yang tidak
sesuai. Apabila Islam dijadikan sebagai pokok landasan pemecahan masalah yang
ada. Walaupun tidak semua pihak menentangnya, tetapi hal ini akan semakin
memberikan semacam rambu peringatan kepada Islam, bahwa agama ini tidak dapat
bergkembang dan disesuaikan dengan perkembangan zaman dari sisi pemecahan
problem yang muncul. Maka sebenarnya sudah saatnya umat Islam berusaha untuk
bangkit dan memposisikan Islam ini sebagi agama yang layak untuk dijadikan
pokok pembahasan dalam pemecahan masalah masyarakat dengan cara
danpemilihan pendekatan yang tepat. Agar Islam ini dapat dipahami secara
komprehensif, integral, dan tidak parsial.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja varian pemahaman pendekatan-pendekatan agama ?

2. Apa saja metode dan kedudukan studi Islam ?

3. Apa pengertian konstruksi ?-

C. Tujuan masalah

1. Untuk mengetahui apa saja varian pemahaman pendekatan–pendekatan


agama.

2. Untuk mengetahui apa saja metode dan kedudukan studi Islam

3. Untuk mengetahui pengertian konstruksi

5
BAB II PEMBAHASAN

A. Kedudukan Penelitian Agama di Antara Penelitian Lainnya


Terdapat beberapa pandangan yang bervariasi tentang penelitianAgama dari
para cendekiawan muslim di Indonesia, diantaranya ialah sebagai berikut.
Jalaluddin Rakhmat mengemukakan bahwa dalamPenelitian agama terdapat
prosedur penelitian irfaniah, yang didalamnya terdapat tiga langkah, yaitu takhliyah
(pengosongan perhatian dari makhluk), tahliyah (menghias diri dengan perbuatan
amal shaleh), dan Tajliyah (ditemukannya jawaban-jawaban batiniah terhadap
persoalan yang dihadapi). Melalui prosedur penelitian ini, dapat diketahui mengenai
keberagamaan yang merupakan perilaku manusia yang bersumber langsung atau
tidak langsung dari nash.1

Dimana keberagamaan muncul dalam limaDimensi, yaitu: ideologis,


intelektual (aspek kognitif keberagamaan),Eksperiensial, ritualistik (aspek
behavioral keberagamaan), danKonsekuensional (aspek afektif keberagamaan).
Dimensi ideologis berkenaan dengan seperangkat kepercayaan yangMemberikan
“premis eksistensial” untuk menjelaskan Tuhan, alam, Manusia, dan hubungan
diantara mereka. Dimensi intelektual mengacu pada pengetahuan agama, apa yang
tengah atau harus diketahui orang tentang ajaran-ajaran agamanya.

Dimensi eksperiensial adalah bagian keagamaanYang bersifat afektif, yakni


keterlibatan emosional dan sentimental padaPelaksanaan ajaran agama. Dimensi
ritualistik merujuk pada ritus-ritusKeagamaan yang dianjurkan oleh agama dan atau
dilaksanakan oleh para Pengikutnya. Dimensi konsekuensional, meliputi segala
implikasi sosial dari pelaksanaan ajaran agama.Berbeda dengan Jalaluddin
Rakhmat, Hasan Muarif Ambary melihatAdanya kegunaan yang dapat
dimanfaatkan dari pendekatan arkeologi dalam penelitian agama.

1Abdullah, Taufik & M. Rusli Karim. 1990. Metologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar.
(Yogyakarta: Bumi Aksara, 1988), h. 33

6
Permasalahan yang dapat dijangkau dalam pendekatannyaIalah dengan
membuat deskripsi terhadap benda-benda yang berupa artefakDan non-artefak
dalam tiga dimensi. Ketiga dimensi tersebut ialah dimensiRuang (space), dimensi
waktu (time), dan dimensi bentuk (form). AnalisaTerhadap tiga dimensi tersebut
dapat menempatkannya ke dalam analisaKonteks, yakni fungsi (functional), pola
atau susunan (structural), dan tingkah laku (behavioral). Dengan kata lain,
pendekatan ini hanya dapat digunakan untuk menjelaskan tentang aspek-aspek dari
penelitian agama tersebut. Perlu diketahui bahwa kekurangan dari penelitian agama
terdahulu ialah dikarenakan beberapa sebab sebagai berikut:

1) Kebanyakan pemikir ahli agama di Indonesia memiliki ciri pemikiran


spekulasi teoritis, sehingga tidak mampu untuk memecahkan masalah,

2) Tidak adanya penggunaan metode empiris serta penguasaan tentang


pengetahuan sosial dalam melakukan suatu penelitian agama, sehingga para
ahli agama tersebut tidak mampu memahami kondisi masyarakat yang
religius

3) Pemakaian metode deduktif yang menimbulkan kekecewaan bagi


masyarakat terhadap perilakunya dalam kehidupan yang tidak sesuai dengan
agama yang ia yakini. Ketiga kekurangan di atas menunjukkan bahwa
diperlukan adanya kerjasama antara penelitian agama dengan penelitian
lain, diantaranya ialah penelitian sosial.

Namun perlu diperhatikan dalam penelitian sosial bahwa fakta-fakta sosial


biasanya mengandung interpretasi, yang tergantung dari hipotesis dari peneliti. Para
ahli memahami bahwa pada umumnya di bidang ilmu-ilmu sosial, tidak perlu
seseorang lebih dahulu berpengalaman sebagai ahli dalam suatu bidang untuk
kemudian menyelidikinya. Misalnya saja, tidak perlu berpengalaman lebih dahulu
dalam bidang kejahatan untuk kemudian menyelidiki persoalan kriminalitas. Dalam
penelitian sosiologi agama pun demikian, tidak perlu seorang sosiolog terlibat
dalam salah satuagama ketika ia meneliti suatu agama tertentu. Kalaupun ia
beragama, dia akan berusaha untuk menjauhkan diri dari latar belakang agamanya,

7
agar terjamin sisi keobyektifan dari penelitiannya. Berbeda dengan penelitian-
penelitian di atas, dalam penelitian agama perlu ditekankan adanya suatu unsur yang
mampu memaksimalkan pendekatan empiris, unsur tersebut ialah sikap agamis.
Agama dari seseorang merupakan suatu hal yang bersifat pribadi dan dalam,
sehingga hanya dapat diamati dengan berhati-hati. Seorang peneliti yang secara
teknis sangat baik dalam melakukan penelitian, belum pasti ia dapat menemukan
persoalan-persoalan agama pada seseorang yang sedang ditelitinya kecuali kalau
peneliti tersebut juga beriman serta berefleksi, baik dalam situasi sementara
penelitian yang sedang dilakukan, maupun juga dalam kehidupan sehari-hari.

Apabila peneliti tersebut bukan seorang yang beragama, maka ia hanya


sanggup mengambil kesimpulan melalui ungkapan-ungkapan kepercayaan dan
gejala-gejala agamiah yang sedang diteliti, bukan iman atau agama yang diteliti.
Dalam penelitian sosiologi atau psikologi, hasil yang ditemukan melalui
pemahaman gejala-gejala tersebut, sudah merupakan hasil penelitian yang cukup
memuaskan. Namun dalam penelitian agama, ungkapan-ungkapan dan gejalagejala
tersebut tidak dapat diterima dengan begitu saja. Dalam penelitian agama, refleksi
dari seorang peneliti perlu dipraktekkan. Penelitian agama tidak mungkin dilakukan
apabila peneliti itu tidak tahu seluk-beluk persoalan pokok agama yang sedang
ditelitinya. Oleh karena itu, seorang peneliti dalam bidang agama harus mampu
beragama dan berefleksi atas agamanya.

Di sinilah perbedaan antara penelitian agama dengan penelitian lainnya.


Dengan kata lain, dalam melakukan penelitiannya, seorang peneliti agama
menghadapi kenyataan yang ada dalam lapangan itu dengan perspektif agamis dan
sikap agamais, yang menunjukkan bahwa peneliti tersebut merupakan subyek yang
terlibat dalam penelitian imannya sendiri. Metode lain yang digunakan dalam
penelitian agama ialah dengan memanfaatkan metode ilmu-ilmu sosial. Terdapat
tiga corak utama dalam penelitian sosial, yakni: penelitian deskripsi, eksplorasi, dan
verifikasi. Adapun yang membedakan antara ketiga corak penelitian tersebut ialah
peranan hipotesis dalam pelaksanaan penelitian.

8
Penelitian deskriptif tidak memiliki hipotesis; penelitian eksploratis baru
membentuk hipotesis pada akhir penelitian; sedangkan dalam penelitian verifikatif,
hipotesis merupakan titik tolak untuk diuji. Dari ketiga corak penelitian sosial di
atas, metode penelitian deskripsi merupakan metode yang cocok untuk diterapkan
dalam penelitian agama. Hal ini dikarenakan, seperti yang telah dijelaskan di atas
bahwa penelitian agama tidak bermaksud untuk mengembangkan teori-teori baru
tentang agama, umat dan sebagainya,namun bertujuan untuk melukiskan salah satu
kelompok sosial dan gejala-gejala dalam masyarakat dan gejala-gejala dalam
masyarakat agama.

Metode tipologi yang banyak digunakan oleh ahli sosiologi juga dapat
diterapkan dalam penelitian agama. Maksud dari metode ini ialah berisi klasifikasi
topik dan tema sesuai dengan tipenya, lalu dibandingkan dengan topik dan tematema
yang mempunyai tipe yang sama. Dalam penelitian agama, dapat digunakan untuk
mengidentifikasi lima aspek atau ciri agama, lalu dibandingkan dengan aspek dan
ciri yang sama dari agama lain. Sehingga dengan demikian akan muncul
pemahaman dari seorang peneliti yang lebih rinci. Aspek dan ciri agama yang dapat
diambil ialah ;

1) Tuhan dari tiap-tiap agama, yakni sesuatu yang disembah oleh pengikut
agama tersebut.

2) Nabi dari setiap agama, yaitu orang yang membawa ajaran agama

3) Kitab dari setiap agama, yakni dasar peraturan yang diterangkan oleh agama
yang ditawarkan kepada manusia untuk dipercaya dan diikuti,

4) keadaan sekitar waktu munculnya Nabi dari tiap agama dan orang-orang
yang didakwahinya, karena tentunya setiap Nabi memiliki cara
penyampaian yang berbeda-beda dalam mendakwahkan ajarannya, dan

5) Orang-orang yang dihasilkan oleh suatu agama tertentu, sebagai hasil nyata
dari prosesdakwah yang dilakukan dari seorang Nabi.

9
Kelima aspek dan ciri agama tersebut setidaknya mampu memberikan
wawasan yang luas bagi para peneliti dalam melaksanakan penelitian agama di
Indonesia.2

B. Pendekatan-Pendekatan Terhadap Islam Dan Studi Agama

Kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif di dalam
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agama tidak boleh
hanya sekedar menjadi identitas normatif atau hanya berhenti pada tataran teoritis,
melainkan secara konsepsional harus dapat menunjukkan cara- cara yang paling
efektif dalam memecahkan masalah. Tuntutan terhadap agama yang demikian itu
dapat dijawab apabila pengkajian agama yang selama ini banyak menggunakan
pendekatan teologis normatif harus dilengkapi dengan pengkajian agama yang
menggunakan pendekatan lain yang secara operasional konseptual dapat
memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul. Setidaknya ada dua
pendekatan yang dapat dilakukan dalam studi Islam, yaitu pendekatan doktriner dan
pendekatan ilmiah. Pendekatan doktriner dalam

1. Objek studi islam

Studi Islam adalah pendekatan dengan melihat Islam sebagai sebuah doktrin
agama yang harus dipraktikkan secara ideal. Pendekatan ini dikenal pula dengan
pendekatan normatif. Sedangkan pendekatan ilmiah adalah pendekatan dengan
melihat Islam sebagai sebuah ilmu. Munculnya istilah Studi Islam, yang di dunia
Barat dikenal dengan istilah Islamic Studies dan Dirasah Islamiyah di dunia Islam.
Walaupun secara realitas studi ilmu Islam keberadaannya tak terbantahkan, namun
di kalangan ahli masih terdapat perdebatan sekitar permasalahan Studi Islam dapat
dimasukkan ke dalam bidang ilmu pengetahuan, mengingat sifat dan karakteristik
antara ilmu pengetahuan dan agama berbeda.

2 Hasan Langgulung. Falsafah At-Tarbiyah Al-Islamiyah. Jakarta: Bulan Bintang, 2010), h.


56

10
Studi Islam, pada masa awal, terutama masa Nabi SAW. dan sahabat
dilakukan di Masjid. Pusat-pusat studi Islam seperti yang diungkapkan Ahmad
Amin,berada di Hijaz berpusat Makkah dan Madinah; Irak berpusat di Basrah dan
Kufah serta Damaskus. Pada masa pemerintahan Abbasiyah, studi Islam berpusat di
Baghdad, Bait al-Hikmah, sedangkan pada pemerintahan Islam di Spanyol
dipusatkan di Universitas Cordova. Di Mesir berpusat di Universitas al-Azhar yang
didirikan oleh Dinasti Fathimiyah dari kalangan Syi’ah, dan sekarang ini Studi Islam
berkembang hampir di seluruh negara, baik Islam maupun yang bukan Islam. 4Islam
memang menarik untuk dijadikan sebagai objek kajian, dalam mengkaji Islam, tentu
saja harus berpedoman pada dua sumber otentiknya yakni Al-Quran dan hadis. Studi
Islam sebagai sebuah disiplin ilmu tersendiri sangat terkait erat dengan persoalan
metode dan pendekatan yang akan dipakai dalam melakukan pengkajian
terhadapnya. Pendekatan adalah usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk
mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti atau metode-metode untuk
mencapai pengertian tentang masalah penelitian. Beberapa pendekatan dalam studi
islam diantaranya;

a) Pendekatan Teologis Normatif

b) Antropologis

c) Sosiologis

d) Filosofis

e) Psikologis

f) Ideologis Komprehensif

g) Historis

2. Pendekatan Historis dalam Studi Islam

Istilah sejarah berasal dari bahasa Arab syajarah yang artinya pohon, istilah
berkaitan dengan kenyataan, bahwa sejarah menyangkut tentang, syajarat al- nasab,
pohon genealogis yang dalam masa disebut sejarah keluarga (family history), atau

11
kata kerja syajara juga punya arti to happen, to occurred dan to develop. Dalam
perkembanganya sejarah dipahami mempunyai makna yang sama dengan tarikh
(Arab), istora (Yunani), history atau geschichte (jerman), yang secara sederhana
berarti kejadian-kejadian menyangkut manusia pada masa silam. Dalam memaknai
kata historis para sejarawan memiliki pendapat yang beragam, Edward Freeman,
misalnya menyatakan historis adalah politik masa lampau (history is past politics).
Sementara Ernst Bernheim, menyebut historis sebagai ilmu tentang perkembangan
manusia dalam upaya-upaya mereka sebagai makhluk sosial. Dan menurut Hasan,
historis atau tarikh adalah suatu seni yang membahas tentang kejadian-kejadian
waktu dari segi spesifikasi dan penentuan waktunya, tema-nya manusia dan waktu,
permasalahaannya adalah keadaan yang menguraikan bagian-bagian ruang lingkup
situasi yang terjadi pada manusia dalam suatu waktu.

Sejarawan Indonesia, seperti Sartono Kartodirdjo (1993: 14-15)


dalamPendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, membagi pengertian
sejarahpada pengertian subjektif dan objektif. Pertama, Sejarah dalam artisubjektif
adalah suatu konstruk, yakni bangunan yang disusun penulis sebagai suatu uraian
atau cerita Pendekatan historis merupakan penelaahan serta sumber-sumber lain
yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis,
maka dapat dikatan bahwa pendekatan historis dalam kajian islam adalah usaha
sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara
mendalam tentang seluk-beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam,
baik berhubungan dengan ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya
secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya. Pendekatan
kesejarahan sangat dibutuhkan dalam studi Islam, karena Islam datang kepada
seluruh manusia dalam situasi yang berkaitan dengan kondisi sosial
kemasyarakatannya masing-masing. Yaitu bagaimana melakukan pengkajian
terhadap berbagai studi keislaman dengan menggunakan pendekatan histories
sebagai salah satu alat (metodologi) untuk menyatakan kebenaran dari objek kajian
itu. Pentingnya pendekatan ini, mengingat karena rata-rata disiplin keilmuan dalam

12
Islam tidak terlepas dari berbagai peristiwa atau sejarah. Baik yang berhubungan
dengan waktu, lokasi dan format peristiwa yang terjadi.

3. Penerapan pendekatan historis dapat dilakukan pada studi sumber


Islam atau studi Al-Quran maupun Sunnah
Fenomena orang mabuk shalat. Terdapat landasan normatif dalam AlQuran
“janganlah kamu mendekati shalat, sedang kamu mabuk”. Melalui teks tersebut
terdapat makna bahwa jika sesorang sedang mabuk janganlah ia shalat hingga ia
sadar. Namun juga berkesan bahwa di luar shalat boleh mabuk. Jelas keliru.
Ayattersebut mesti dipahamai melalui pendekatan historis asbabun nuzulnya. Ayat
itu merupakan rangkaian pengharaman khamr. Awalnya khamrhanya disebutkan
banyak madharatnya saja disbanding denganmanfaatnya. Lalu dipertegas oleh ayat
di atas bahwa janganlah shalatketika mabuk dan diakhiri dengan pengharaman
khamr di ayat lain. Maka, dengan pendekatan historis ayat, tidak akan ada
misinterpretasimakna dalam memahami sebuah ayat.Sebagai objek studi, Islam
harus didekati dari berbagai aspeknya denganmenggunakan multidisiplin ilmu
pengetahuan, salah satunya adalah melaluipendekatan sejarah agar dapat memahami
tentang Islam dengan benar. Pendekatan sejarah mengutamakan orientasi
pemahaman atau penafsiranterhadap fakta sejarah yang berperan sebagai metode
analisis, atau pisau analisis,karena sejarah dapat menyajikan gambaran tentang
unsur-unsur yangmendukung timbulnya suatu kejadian, maka agama sebagai
sasaran penelitianharuslah dijelaskan faktafaktanya yang berhubungan dengan
waktu.

C. Konstruksi teori penelitian agama

a. Agama dan penelitian agama

Haji Zainal Arifin Abbas dalam bukunya Perkembangan Pikiran Terhadap


Agama, mengatakan bahwa arti agama adalah “tidak kacau”: a berarti tidak dan
gama berarti kacau. Di pihak lain, menurut “Kamus Jawa Kuno - Indonesia”

13
(susunan L. Mardiwarsito) arti agama itu ialah “ilmu”, “pengetahuan”; (pelajaran
agama). Kedua penulis itu mengatakan agama berasal dari Bahasa sansekerta.
Dalam pada itu Kamus Umum Bahasa Indonesia” susunan W.J.S. Poerwadarminta,
cetakan V (1976), - dan sudah diolah kembali oleh Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa-, memberikan rumusan sebagai berikut: Agama ialah
segenap kepercayaan kepada Tuhan, Dewa dan sebagainya serta ajaran kebaktian
dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Dan masih
banyak lagi pendapat para ahli mengenai definisi dan asal dari kata agama.

Agama.

Ketika masyarakat kontemporer dibingungkan tentang masalah moral, etika


dalam kekacauan sosial, politik dan pendidikan, penting bagi kita untuk merespon
kesempatan khusus dari revolusi global. Kita membutuhkan pembaruan dan
kearifan fundamental untuk meresponnya dengan sikap yang sesuai dan tepat. Hal
ini membutuhkan kemauan bertindak, kehendak politik yang sebenarnya, namun
tetap bersumber dari kearifan dan ketajaman yang dilahirkan dari sintesa pemikiran
masa lalu dengan masa yang akan datang. Teori Dasar dalam pengkajian Islam
(Pembacaan atas Pemikiran Charles J. Adam dan Richard C. Martin).

Dalam bukunya Islamic Religion Tradition Charles J. Adam menggunakan


pendekatan normatif, pendekatan filologi dan historis, pendekatan ilmu sosial, dan
pendekatan fenomenologi dalam memetakan antara Islam dan tradisi
keagamaan.Adams membagi bidang kajian dalam studi Islam terdiri dari delapan
bidang, yaitu Arab pra-Islam, studi tentang Nabi Muhammad, studi alQuran, studi
Hadis, kalam, tasawuf, aliran Islam khususnya Syi’ah, serta popular religion.Adam
tidak menyebutkan metode yang digunakan dalam penelitiannya terhadap
Islam.5Perspektif Insider-Outsider dalam Studi Agama; Membaca Gagasan Kim
Knott Oleh Sujiat Zubaidi Saleh. Dalam bukunya The Location of Religion: a
Spatial Analysis Knott menggunakan pendekatan teoretis dan induktif berdasarkan
budaya lokal dalam studi agama. Pada bagian berikutnya, ia merujuk ke pelbagai
sumber dalam studi agama. Adapun metodologi yang digunakan adalah metode

14
spatial. Knott membagi konsepsi peran pemberdayaan interkoneksi sosial
keagamaan dalam empat elemen; partisipan, peneliti sebagai partisipan, partisipan
sebagai peneliti dan peneliti murni. Konstruksi teori adalah suatu upaya memeriksa,
memplajari, meramalkan dan memahami secara seksama susunan atau bangunan
dasar atau hukum dan ketentuan lainnya yang diperlukan untuk melakukan
penelitian terhadap bentuk pelaksanaan ajaran agama sebagai dasr pertimbangan
untuk mengembangkan pemahaman ajaran agama sesuai dengan tuntutan zaman.
Ada beberapampendekatan yang dapat digunakan dalam kajian studi Islam, yakni
sebagai berikut :

1. Pendekatan Teologis-Normatif

Pendekatan ini merupakan suatu model pendekatan yang menekan pada


bentuk formal atau simbol-simbol keagamaan yang masing-masing bentuk formal
atau simbol keagamaan tersebut mengklaim dirinya sebagai yang paling benar,
sedangkan pemahaman yang lain itu salah.
2. Pendekatan Sosiologis
Mengkaji permasalahan dan bagaimana cara pemecahannya, maka berarti
kita akan mempelajari pula tindak-tanduk sikap manusia didalamnya yang terjadi
pula pola interaksi antara manusia satu dengan yang lainnya.
3. Pendekatan Antropologi
Pendekatan yang mampu mengetahui karakter dari masyarakat yang akan
kita coba kaji tentang pemecahan dari masalah yang ada.
4. Pendekatan Historis
Sebuah studi atau penelitian sejarah, baik yang lalu maupun yang
kontemporer atau melakukan penyelidikan atas suatu masalah dengan
mengaplikasikan jalan pemecahannya dari perspektif historis.
5. Pendekatan Filosofis
Pendekatan ini akan berusaha memahami permasalahan yang ada secara
radikal dan integral serta sistematis.

Beberapa metode dalam studi Islam, diantaranya :

15
1. Metode Deskripstif
Metode ini memiliki arti uraian apa adanya yang berasal dari suatu tempat
atau tokoh sebuah peristiwa. Bisa juga berasal dari seorang tokoh yang menyangkut
pemikirannya.
2. Metode Komparatif
Metode ini merupakan metode yang didalamnya adalah perbandingan antar
yang satu dengan yang lain.
3. Metode Hermeneutika
Hermeneutika berasal dari bahsa Yunani yang memiliki arti menafsirkan.
Pada dasarnya metode ini digunakan sebagai proses mengubah sesuatu atau situasi
ketidaktahuan menjadi mengerti. Atau dengan kata lain, metode ini digunakan untuk
memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap objek kajian yang hendak diperdalam.
4. Metode Fenomenologi
Metode ini digunakan untuk mencari hubungan-hubungan pemikiran dengn
kondisi-kondisi sosial yang ada sebelum dan sesudah pemikiran itu muncul. 5.
Metode Mistik
Aspek mistik didalam Islam juga dikaji dan dipahami, selain aspek realitas
logis empiris. Dalam mengkaji aspek mistik/supranatural ini metode yang
digunakan adalah metode mistik yang berbeda dengan metode sains ilmiah, yakni
bukan kaidah-kaidah logis, empiris, dan rasional.
6. Metode Holistik
Metode holistik adalah gambaran dari beberapa metode yang dimaksudkan
untuk melihat semua aspek yang terdapat dalam suatu pemikiran. Cara berpikir
deduktif digunakan untuk membuat tipologi, perbandingan digunakan untuk melihat
pengaru-pengaruh, dan hermeneutika digunakan untuk menemukan hubungan
pemikiran dengan gejala-gejala sosial yang ada. Sehingga pemahaman tentang islam
akan semakin integral dan komprehensif.

16
D. Tujuan Penelitian Agama
1. Tujuan penelitian agama-agama dalam rangka ilmu Agama secara umum
terbagi menjadi dua bagian.Pertama adalah hal-hal yang positif, dan kedua
mencakup hal-hal yang dirumuskan secara negatif. Yang positif terdiri dari:

2. Membina hubungan yang akrab secara pribadi; terbinanya hubungan pribadi


yang akrab antara penganut berbagai agama. Sebelum penganut dari
berbagai agama itu dapat berdialog, terlebih dahulu mereka harus sudah
dapat berhubungan baik secara akrab.

3. Memperdalam pengetahuan tentang anutan umat beragama lain; agar


hubungan yang akrab tersebut dapat berjalan lebih mantab, dibutuhkan
penertian yang lebih mendalam mengenai agama atau agama-agama yang
lain. Sumber-sumber (kitab suci, tradisi), dasar-dasar pemikiran, ketentua-
ketentuan, praktek-praktek dan tata kebaktian agama tersebut didalam dan
melalui umatnya perlu diketahui untuk memperdalam pengetahuan ini.

4. Membina etika religious dikalangan umat beragama agar saling menaruh


respek; bila hubungan pribadi telah akrab dan pengertian atas dasar
pengetahuan yang mendalam tentan anutan pemeluk agama-agama lain.3

Telah terbina dan berkembang, maka hasil logis yang timbul dari keadaan
demikian ialah sikap mental yang matang, sehingga menimbulkan disposisi yang
membuat kita gemar menaruh respek terhadap yang lain. Merangsang kerja sama
antar umat beragama secara praktis; buah yang logis dari ketiga yang dikemukakan
di atas ialah timbulnya kemungkinan untuk mengadakan kerja sama antara umat
beragama dalam hal-hal yang praktis, misalnya dalam penanggulangan kemelaratan,
penggemblengan mental pembangunan (di mana kebiasaan berkarya diutamakan,
penghematan dibiasakan, waktu dihargai, ketulusan dikembangkan dan
sebagainya), menggalakan pendidikan bagi seluruh rakyat dan untuk diri sendiri,

3 3Arifin, Abbas Zainal. 1957. Perkembangan Fikiran Terhadap Agama. Cet. Ke-2.
Medan: Firman Islamiah. h, 123

17
meningkatkan kesadaran bertangung jawab dalam negara dan sebagainya. Dengan
demikian penelitian Agama tidaklah bertujuan untuk:

a. Dominasi politis, ekonomis, sosio-kultural dan militer; bukan rahasia lagi


bahwa dimasa lampau hasil dari penelitian ilmu Agama sering digunakan
bukan untuk tujuan ilmiah, tetapi untuk tujuan-tujuan sampingan. Penelitan
ilmiah memang dilakukan seilmiah mungkin, memenuhi syarat akademis
ilmiah, namun hasil penelitian ilmiah itu sering dipergunakan dalam rangka
kegiatan-kegiatan mengadakan dominasi atas penduduk yang diteliti
agamanya.

b. Tidak pula untuk dominasi satu agama atas yang lain; pada masa lampau,
dewasa ini juga, ada orang mengadakan penelitian agama dari kalangan
zendeling atau misionaris. Motivasi terdalam dalam penelitian mereka
ialahuntuk memahami agama-agama yang dihadapinya sebaik dan seteliti
mungkin agar dapat berkomunikasi dalam rangka menyampaikan amanat
agama yang diyakininya.

c. Pun juga tidaklah untuk mencari-cari kelemahan ajaran agama atau


agamaagama lain; orientasi penelitian ilmu Agama yang perlu
dikembangkan, bukan lah yang cenderung hanya mencari kelemahan-
kelemahan ajaran agama atau praktek-praktek agama lain. Karena metode
yang demikian itu adalah metode polemis apologetic yang hanya cenderung
memperbesar kekurangan di pihak lain, tetapi enggan melihat atau mengakui
kelemahan.

BAB III PENUTUP

18
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa cakupan ilmu agama itu sangat
luas tergantung bagaimana peneliti mengartikan kata agama itu sendiri. Agamadapat
dipahami melalui berbagai pendekatan. Dengan pendekatan itu semua orang akan
sampai pada agama. Seorang teolog, sosiolog, antropolog, sejarahwan, ahli ilmu
jiwa dan budaya akan sampai pada pemahaman agama yang benar. Di sini kita
melihat bahwa agama bukan hanya monopoli kalangan teolog dan normatif belaka,
melainkan agama dapat dipahami semua orang sesuai dengan pendekatan dan
kesanggupan yang dimilikinya. Dari keadaan demikian seseorang akan memiliki
kepuasan dari agama, karena seluruh persoalan hidupnya mendapat bimbingan dari
agama.

19
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik & M. Rusli Karim. 1990. Metologi Penelitian Agama Sebuah
Pengantar. Yogyakarta:

Tiara Wacana. 1987. Sejarah dan Masyarakat. Jakarta: Pustaka

Firdaus.Adam, Charles J. tt. Islamic Religiuos Tradition, dalam Leonard


Binder (ed.), The Studi of the Middle-East. New York: Wiely & Sons.

Al Syaibany, Omar Muhammad At-Toumy. 1979. Falsafah Pendidikan Islam.


(terj.)

Hasan Langgulung. Falsafah At-Tarbiyah Al-ISlamiyah. Jakarta: Bulan Bintang.

Ali, Mukti Dkk. 1998. Agama dalam Pergumulan Masyarakat Kontemporer.


Yogyakarta:

Tiara Wacana.Alisjhabana, Sutan Takdir. 1986. Antropologi Baru. Jakarta: Dian


Rakyat.

Arifin, Abbas Zainal. 1957. Perkembangan Fikiran Terhadap Agama. Cet. Ke2.
Medan: Firman Islamiah.

Bakker, Anton & Achmad Charris Zubair. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat.
Yogyakarta: Kanisius.

Daradjat, Zakiah. 1987. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang. Gibb, H.A.R.
& J.H Kraemers. 1953. Shorter Ensyclopaedia of Islam. Leiden: E.J.

Brill.Klinkert, H.C. 1926. Nieuw Nederlandsch-Maleisch Woorderboek. Leiden:


E.J. Brill.

Mardiwarsito, L. 1978. Kamus Jawa Kuno-Indonesia. Flores: Nusa Indah.

Nata, Abuddin. 2013. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

20
Poerwadarminta, W.J.S. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Shadily, Hasan. 1983. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.

Sidjabat, W.B. 1979. Peranan Agama dalam Negara Pencasila. Jakarta: STT.

Sumardi, Mulyanto. 1982. Penelitian Agama Masalah dan Pemikirannya. Jakarta:


Sinar harapan

21

Anda mungkin juga menyukai