Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MEMFOKUSKAN MASALAH PENELITIAN AGAMA

Untuk Memenuhi Tugas Harian Mata Kuliah

Seminar Proposal

Dosen: Dr. Subur Wijaya, M.Pd.I

Oleh:

Arnawan Dwi Nugraha

Saipul Bahri

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI KULLIYATUL QUR’AN AL HIKAM DEPOK

2023 M / 1444 H

Depok, Jawa Barat


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Memfokuskan
Masalah Penelitian Agama.

Terima kasih saya ucapkan kepada dosen pengampu matakuliah Seminar Proposal, yakni
Dr. Subur Wijaya, M.Pd.I yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung
kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Depok, 21 Maret 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................ 2
C. Tujuan Pembahasan ........................................................................................................................ 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 3
A. Pendekatan Ilmiah Yang Relevan .................................................................................................. 3
B. Penelitian Agama Dengan Pendekatan Antropologis ................................................................... 3
C. Penelitian Agama Dengan Pendekatan Sosiologis......................................................................... 5
D. Penelitian Agama Dengan Pendekatan Teologis ........................................................................... 6
E. Penelitian Agama Dengan Pendekatan Psikologi .......................................................................... 9
BAB III................................................................................................................................................. 11
PENUTUP............................................................................................................................................ 11
A. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 11
B. Saran................................................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu sifat dasar manusia adalah adanya hasrat selalu ingin tahu. Ketika ia ingin
memperoleh pengetahuan tentang sesuatu, maka muncul lagi kecenderungan untuk lebih
tahu, demikian seterusnya. Terlebih lagi apabila diperhadapkan kepada sesuatu yang
sifatnya dinamis.

Agama sebagai salah satu obyek penelitian, keberadaannya dalam kehidupan manusia
tidaklah statis dan konstan, terutama dalam pandangan para pemeluknya. Agama dianggap
atau diyakini sebagai way of life, sehingga manusia dalam berbuat bertindak selalu
menjadikan agama sebagai patron yang membingkai pola piker dan perilaku mereka.
Agama hadir sebagai tali penghubung antara Pencipta (the Creator) dengan manusia, juga
sebagai jalan keselamatan menuju kehidupan akhir. Karena agama mengajarkan keyakinan
eskatologi dan doktrin kehidupan yang berfungsi sangat vital bagi orientasi sosial
keagamaan seseorang sehingga respon manusia beragam terhadap keberadaan agama yang
selanjutnya berkembang menjadi sebuah kekuatan, ideologi yang mewarnai prilaku politik,
ekonomi serta bidang-bidang lainnya dalam kehidupan.1

Agama sebagai ajaran yang memberi tuntunan hidup banyak dijadikan pilihan karena
ada indikasi dalam agama terdapat banyak nilai yang bisa dimanfaatkan manusia ketimbang
ideologi. Orang lebih leluasa memeluk agama dan merasakan nilai positifnya tanpa harus
capek-capek menggunakan potensi akalnya. Agama memberi tempat bagi semua. Di
kalangan kaum akademisi dan aktivis sosial khususnya, agama saat ini tidak hanya
dipandang sebagai seperangkat ajaran (nilai), dogma atau sesuatu yang bersifat normatif
lainnya, tetapi juga dilihat sebagai suatu case study, studi kasus yang menarik bagaimana
agama dilihat sebagai obyek kajian untuk diteliti.

Dalam perspektif budaya, agama dilihat bagaimana sesuatu yang ilahi itu menghistoris
(menyejarah) di dalam praktek tafsir dan tindakan sosial, sehingga dengan demikian agama
bukannya sesuatu yang tak tersentuh (untouchable), namun sesuatu yang dapat diobservasi

1
Kamaruddin Hidayat, Tragedi Raja Mides Moralitas Agama dan Krisis Modernisme, (Cet. I; Jakarta:
Paramadina, 1999), hlm. 67.

1
dan dianalisis karena perilaku keberagamaan itu dapat dilihat dan dirasakan. Terlebih di
dalam masyarakat yang agamis seperti Indonesia, yang menempatkan agama sebagai
bagian dari identitas ke-Indonesia-an tentu ada banyak problem keagamaan yang menarik
untuk diungkap. Kita tidak akan pernah tahu rahasia agama dan keberagamaan masyarakat
bila kita tidak mampu melakukan penelitian atau kajian, seperti mengapa seseorang itu
menjadi sangat militan atau mengapa antar komunitas agama saling berkonflik dan
seterusnya.

Penelitian agama perlu dilakukan untuk mengetahui fenomena keberagamaan agar


umat beragama bisa menentukan sikap yang seharusnya diambil. Itulah mengapa maka
agama sangat perlu diteliti. Oleh karena itu, masalah pokok yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah memfokuskan masalah penelitian agama.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pendekatan ilmiah yang relevan?
b. Bagaimana penelitian agama dengan pendekatan antropologis?
c. Bagaimana penelitian agama dengan pendekatan sosiologis?
d. Bagaimana penelitian agama dengan pendekatan teologis?
e. Bagaimana penelitian agama dengan pendekatan psikologi?

C. Tujuan Pembahasan
a. Mengetahui pendekatan ilmiah yang relevan

b. Mengetahui penelitian agama dengan pendekatan teologis

c. Mengetahui penelitian agama dengan pendekatan sosiologis

d. Mengetahui penelitian agama dengan pendekatan antropologis

e. Mengetahui penelitian agama dengan pendekatan ilmiah yang relevan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendekatan Ilmiah Yang Relevan


Mengenai perbedaan penggunaan istilah penelitian agama dan penelitian keagamaan,
menurut Atho' Mudzhar sampai sekarang masih belum diberi batas yang tegas. Penggunaan
istilah penelitian agama sering juga dimaksudkan mencakup pengertian istilah penelitian
keagamaan dan juga sebaliknya. Salah satu contoh yang dikatakan Atho' Mudzhar bahwa
pernyataan Mukti Ali (Menteri Agama) ketika membuka Program Latihan Penelitian Agama
(PLPA), menggunakan kedua istilah tersebut dengan pengertian yang sama.2

Sebagian peneliti berpendapat bahwa penelitian agama dan penelitian keagamaan


adalah dua hal yang berbeda. Penelitian agama (research on religion) adalah penelitian yang
obyeknya adalah sumber agama sebagai doktrin, yang dalam hal ini yaitu al-Qur'an dan
hadis. Dalam hal ini, obyek penelitianlah yang menjadi penentu metode suatu penelitian,
bukan sebaliknya. Sedangkan penelitian keagamaan (religious research) adalah penelitian
yang obyeknya tidak langsung mengenai doktrin agama, tapi menitik beratkan pada agama
sebagai sistem keagamaan dan nilai-nilai yang dilingkupinya dan gejala-gejala yang terjadi
seperti nilai kemanusiaan, kerukunan, interaksi sosial dan seterusnya.

Penelitian agama adalah penelitian tentang agama dalam arti ajaran, belief (sistem
kepercayaan) atau sebagai fenomena budaya; dan agama dalam arti keberagamaan
(Religiousity), perilaku beragama atau sebagai fenomena sosial. Oleh karena itu, diperlukan
teori ilmiah yang relevan untuk penelitian agama.

B. Penelitian Agama Dengan Pendekatan Antropologis


Jika agama dianggap sebagai suatu keyakinan maka agama tidak akan dapat diteliti
karena keyakinan sifatnya abstrak (tidak nyata). Namun kita dapat meneliti aktualitas agama
yang berbentuk sosial dan kebudayaan. Contoh kecil, pada suatu desa yang apabila hendak
melaksanakan ibadah shalat jum'at selalu menggunakan songkok dan apabila mereka tidak
menggunakan songkok pada saat melaksanakan salat Jumat seolah-olah bagi mereka itu
kurang afdhal. Kita dapat melihat dari budaya yang mereka amalkan tersebut menjadi

2
Atho’ Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm.
35.

3
sebuah aktualisasi agama. Jadi, jelaslah bahwa penelitian memang harus ada, karena hal ini
merupakan tuntutan zaman sudah berbeda dengan zaman dahulu.

Sebenarnya penelitian agama sudah dilakukan beberapa abad yang lalu namun hasil
penelitiannya masih dalam bentuk aktual atau perbuatan saja belum dijadikan sebagai ilmu.
Setelah bertambahnya gejala-gejala agama yang berbentuk sosial dan budaya, ternyata
penelitian dapat dijadikan sebagai ilmu yang khusus dalam rangka menyelidiki gejala-gejala
agama tersebut.

Perkembangan penelitian agama pada saat ini sangatlah pesat karena tuntutan-tuntutan
kehidupan sosial yang selalu mengalami perubahan. Kajian-kajian agama memerlukan
relevansi dari kehidupan sosial berlangsung, permasalahan-permasalahan seperti inilah yang
mendasari perkembangan penelitian-penelitian agama guna mencari relevansi kehidupan
sosial dan agama.

Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu
upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik dan sistem keagamaan yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sebagai suatu sistem ide, wujud ataupun nilai
dan norma yang dimiliki oleh anggota masyarakat yang mengikat seluruh anggota
masyarakat.3 Sistem budaya agama itu memberikan pola kepada seluruh tingkah laku
anggota masyarakat, dan melahirkan hasil karya keagamaan yang berupa karya fisik, dari
bangunan tempat ibadah seperti masjid, gereja, pura, klenteng, sampai pada upacara yang
sangat sederhana seperti tasbih. Melalui pendekatan ini agama tampak akrab dan dekat
dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan
memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin
ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan pula untuk memahami agama.

Melalui pendekatan antropologis di atas, maka melihat bahwa agama ternyata


berkorelasi dengan etos kerja dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dalam
hubungan ini, jika ingin mengubah pandangan dan sikap etos kerja seseorang maka dapat
dilakukan dengan cara mengubah pandangan keagamaannya.4

Melalui pendekatan antropologis, sebagaimana tersebut di atas, terlihat dengan jelas


hubungan agama dengan berbagai masalah kehidupan manusia, dan dengan itu pula, agama
terlihat akrab dan fungsional dengan berbagai fenomena kehidupan manusia. Dengan

3
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 28.
4
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, …, hlm. 35-36.

4
demikian, pendekatan antropologis sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama,
karena dalam ajaran agama tersebut terdapat uraian dan informasi yang dapat dijelaskan
melalui bantuan ilmu antropologi dengan cabang-cabangnya. "Pendekatan antropologis dan
studi agama membuahkan antropologi agama yang dapat dikatakan sebagian dari
antropologi budaya, bukan antropologi sosial. Metode antropologi pada umumnya adalah
objek sekelompok manusia sederhana dalam kebudayaan hidupnya. Jadi, studi antropologis
terhadap agama saat ini tidak didasarkan pada data penentuan laporan, melainkan hanya
berdasarkan dari tulisan dan laporan kisah perjalanan ahli antropolog.5

Dalam berbagai penelitian antropologi, agama dapat ditemukan adanya hubungan


positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik golongan masyarakat
yang kurang mampu. Pada umumnya mereka lebih tertarik kepada gerakan-gerakan
keagamaan. yang menjanjikan perubahan tatanan sosial masyarakat. Sedangkan golongan
orang yang kaya lebih cenderung untuk mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah
mapan secara ekonomi lantaran tatanan itu menguntungkan pihaknya.

C. Penelitian Agama Dengan Pendekatan Sosiologis


Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu socius yang berarti kawan, teman sedangkan
logos berarti ilmu pengetahuan. Walaupun banyak definisi tentang sosiologi, namun
umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Sosiologi
mempelajari masyarakat meliputi gejala-gejala sosial, struktur sosial, perubahan sosial dan
jaringan hubungan atau interaksi manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.6

Dalam penelitian agama melalui pendekatan sosiologis, minimal ada tiga teori yang
bisa digunakan:

Pertama, Teori fungsional adalah teori yang mengasumsikan masyarakat sebagai


organisme ekologi mengalami pertumbuhan. Semakin besar pertumbuhan terjadi semakin
kompleks pula masalah-masalah yang akan dihadapi, yang pada gilirannya akan membentuk
kelompok-kelompok atau bagian-bagian tertentu yang mempunyai fungsi sendiri. Bagian
yang satu dengan bagian yang lain memiliki fungsi yang berbeda. Karena perbedaan pada
bagian-bagian tadi maka perubahan fungsi pada bagian tertentu bisa juga mempengaruhi
fungsi kelompok lain. Meskipun demikian masing-masing kelompok dapat dipelajari

5
Mujadid Abdul Munif, Ilmu Perbandingan Agama (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm 75-76.
6
Ida Zahara Adibah, Pendekatan Sosiologis Dalam Studi Islam, Jurnal Inspirasi – Vol. 1, No. 1, Januari – Juni
2017, hlm. 4-5.

5
sendiri-sendiri. Maka yang menjadi kajian penelitian agama dengan pendekatan sosiologi
dengan teori fungsional adalah dengan melihat atau meneliti fenomena masyarakat.

Kedua, Teori Interaksional adalah mengasumsikan bahwa dalam masyarakat pasti ada
hubungan antara masyarakat dengan individu, individu dengan individu lain. Prinsip dasar
yang dikembangkan oleh teori ini adalah bagaimana individu menyikapi sesuatu atau apa
saja yang ada di lingkungan sekitarnya, memberikan makna pada fenomena tersebut
berdasarkan interaksi sosial yang dijalankan dengan individu yang lain, makna tersebut
difahami dan dimodifikasi oleh individu melalui proses interpretasi atau penafsiran yang
berhubungan dengan hal-hal yang dijumpainya.

Ketiga, Teori Konflik adalah teori yang percaya bahwa manusia memilki kepentingan
(interest) dan kekuasaan (power) yang merupakan pusat dari segala hubungan manusia.
Menurut pemegang teori ini, nilai dan gagasan-gagasan selalu digunakan untuk
melegitimasi kekuasaan. Perubahan sosial dalam Islam dapat dikaji menggunakan
pendekatan sosiologi. Dengan menggunakan teori ini Islam dapat diketahui perkembangan
dan kemajuannya dari masa ke masa, sehingga nantinya dapat digunakan untuk
mengembangkan masyarakat Islam.7

D. Penelitian Agama Dengan Pendekatan Teologis


Teologi secara leksikal terdiri dari dua kata, yaitu “theos” yang berarti Tuhan dan
“Logos” yang berarti Ilmu. Jadi teologi adalah ilmu tentang Tuhan atau ketuhanan. Secara
terminologi, teologi adalah ilmu yang membahas tentang Tuhan dan segala sesuatu yang
terkait dengannya, juga membahas hubungan Tuhan dengan manusia dan hubungan manusia
dengan Tuhan.8

Teologi atau agama, menurut Atang Abd Hakim dan Jaih Mubarak, mengandung dua
kelompok ajaran. Pertama, ajaran dasar yang diwahyukan Tuhan melalui Rasul-Rasul-Nya
kepada manusia. Kedua, penjelasan-penjelasan para pemuka atau pakar agama yang
membentuk ajaran agama. Ajaran dasar agama bersifat absolut, mutlak benar, tidak berubah
dan tak tidak bisa diubah, sedangkan penjelasan ahli agama bersifat relatif, nisbi berubah
dan dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman. Agama sebagai objek penelitian
mempunyai dua aspek, yaitu aspek historisitas dan aspek normatif. Aspek historis menjadi

7
C. Martin Richard, Pendekatan kajian Islam dalam Studi Agama, (Surakarta: Muhammadiyah University
Press, 2001), hlm. 8-9.
8
Muhtadin Dg. Mustafa, Reorientasi Teologi Islam Dalam Konteks Pluralisme Beragama, Jurnal Hunafa Vol. 3
No. 2, Juni 2006:129-140, hlm. 131.

6
objek penelitian sejarah agama dan fenomenologi historis. Sedangkan aspek normatif
muncul sebagai kekuatan batin yang memberikan pengakuan akan kebenaran untuk
mengatur kehidupan individu dan kehidupan sosial.9

Pendekatan yang dimaksud disini adalah cara pandang atau paradigma 10 yang terdapat
dalam satu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. pendekatan
teologi bisa digolongkan dalam 3 macam, yaitu bersifat normatif, bersifat dialogis, dan
bersifat konvergensi. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan disini adalah cara pandang
atau paradigma yang terdapat dalam atau bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam
memahami agama.

a. Penedekatan teologi normatif

Pendekatan teologi normatif dalam memahami agama secara harfiah dapat


diartikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan ilmu ketuhanan
yang bertolak dari suatu keyakinan dalam wujud empirik dari suatu agama yang
dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.11

Pendekatan teologis normatif merupakan studi terhadap ajaran Islam dari sudut
normativitasnya menggunakan disiplin ilmu Teologi sebagai pendekatan studinya.
Pendekatan ini juga merupakan pendekatan keagamaan yang klasik dan cenderung
tekstual dan harfiah. Pendekatan ini cenderung mengklaim bahwa agamanya yang
paling benar. Pendekatan teologis normatif dalam Islam dapat menguatkan identitas
dan pemahaman keagamaan yang dimiliki seseorang. Pendekatan ini akan
membentuk karakter muslim yang kuat dengan jiwa militansi yang tinggi terhadap
agama.12

b. Pendekatan Teologi Dialogis

Dalam Kamus besar bahasa Indonesia, dialogis berasal dari kata dialog, yang
berarti percakapan, dan cerita. Sedangkan dalam Kamus Inggris-Indonesia, kata
dialogis atau dialogue berarti perbincangan atau percakapan. Dari beberapa
pengertian dialogis ini maka dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan

9
Muhtadin Dg. Mustafa ,…,hlm. 132-133.
10
Paradigma dalam KBBI berarti model dalam teori ilmu pengetahuan atau kerangka berpikir,
https://kbbi.web.id/paradigma.
11
Muhtadin Dg. Mustafa ,…,hlm. 133.
12
Muhammad Aldair Ananda, Sitti Masitha Masykur, Pendekatan Teologis-Normatif Dalam Studi Islam,
(Samarinda: Tanpa Penerbit), hlm. 4-6.

7
pendekatan dialogis dalam pembahasan ini adalah metode pendekatan terhadap
agama melalui dialog nilainilai normatif masing-masing aliran atau agama. Oleh
karena itu, perlu adanya keterbukaan antara satu agama dengan agama lainnya. 13

Pendekatan teologis dialogis juga digunakan oleh W. Montgomery Watt.


Hakekat dialog menurut Watt sebagai upaya untuk saling mengubah pandangan
antara penganut agama yang saling terbuka dalam belajar satu sama lain. Dalam hal
ini, Watt bermaksud menghilangkan sikap merendahkan agama seseorang oleh
penganut agama lain, serta menghilangkan ajaran yang bersifat apologi dari agama
masing-masing. Upaya ini dapat dilakukan melalui kerjasama antar pemeluk
agama. menurut Alwi Shihab, langkah untuk terciptanya kerjasama tersebut adalah
kedua belah pihak dituntut bersama-sama mengoreksi citra dan kesan keliru yang
selama ini tergambar dalam benak masing-masing pemeluk agama, bahwa terdapat
perbedaan fundamental antar ajaran agama adalah hal yang tak dipungkiri. Oleh
karena itu, perlu adanya dialog, namun hendaknya dialog antar pemeluk agama
tersebut tidak diarahkan kepada perdebatan teologi doktrinal yang selalu berakhir
dengan jalan buntu.14

Pendekatan teologi dialogis ini akan memperkaya pemahaman antara pemeluk


agama. Islam misalnya dapat mengambil manfaat dan mencontoh kegiatan Kristen
dalam pekerjaan-pekerjaan sosial. Demikian pula antar satu agama dengan agama
lain dapat meneladani hal-hal yang positif selama tidak mencampuradukkan
prinsip-prinsip aqidah dari masing-masing agama tersebut.15

c. Pendekatan Teologi Konvergensi

Kata “konvergensi” berasal dari kata “converge” yang berarti bertemu,


berkumpul atau berjumpa. Selanjutnya kata ini menjadi “convergence” yang berarti
tindakan bertemu, bersatu di satu tempat, pemusatan pandangan mata ke suatu
tempat yang amat dekat, atau menuju ke suatu titik pertemuan atau memusat.
Dengan demikian yang dimaksud pendekatan teologi konvergensi di sini adalah
upaya untuk memahami agama dengan melihat intisari persamaan atau titik temu
dari masing-masing agama untuk dapat diintegrasikan.16

13
Muhtadin Dg. Mustafa,…,hlm. 136.
14
Alwi Shihab, Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 140.
15
Abd Manaf Mujtahid, Ilmu Perbandingan Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 167.
16
Muhtadin Dg. Mustafa,….,hlm. 138.

8
Melalui pendekatan konvergensi, kita ingin menyatukan unsur esensial dalam
agama-agama sehingga tidak tampak lagi perbedaan yang prinsipil. Dalam kondisi
demikian, agama dan penganutnya dapat dipersatukan dalam konsep teologi
universal dan umatnya dapat dipersatukan dalam satu umat beragama.17 Dengan
menggunakan pendekatan konvergensi dalam melakukan penelitian terhadap
agama-agama, maka dengan sendirinya akan tercakup nilai-nilai normatif dan
dialogis.

E. Penelitian Agama Dengan Pendekatan Psikologi


Secara bahasa, psikologi berasal dari bahasa Inggris Psychology yang berasal dari
bahasa Yunani Psyche yang artinya jiwa, dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Merujuk
pada pengertian tersebut maka psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
tentang jiwa, baik mengenai macammacam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya,
dan secara singkat disebut sebagai ilmu jiwa. Namun psikologi dalam bahasa arab sampai
sekarang masih disebut sebagai ilmu nafs yang berarti ilmu jiwa. Menurut Plato dan
Aristoteles bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat
jiwa serta prosesnya sampai akhir.18

Berhubungan dengan kajian studi Islam, teori-teori psikologi digunakan untuk


menjelaskan gejala-gejala lahiriah orang beragama. Yang termasuk gejala-gejala kejiwaan
yang berkaitan dengan agama seperti sikap orang beriman dan bertakwa, orang yang berbuat
baik, orang yang jujur dan sebagainya. Melalui teori-teori psikologi akan mudah diketahui
tingkat keagamaan yang dihayati, dipahami dan diamalkan seseorang. Selain itu psikologi
juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukan agama ke dalam jiwa seseorang sesuai
dengan tingkat usianya. Dengan demikian pendekatan psikologi dalam studi agama
digunakan sebagai alat untuk menjelaskan gejala atau sikap keagamaan seseorang.19

Pendekatan psikologis terhadap agama dikembangkan secara praktis dan strategis dan
ilmiah dalam rangka menelusuri gejala psikologis yang terjadi pada proses manusia mencari
dan menuju keyakinan atau agamanya. Terdapat beberapa pendekatan agama dalam aspek
psikologis, antara lain:

17
Abd Manaf Mujtahid ,…hlm.170.
18
M. Abbas Fauzan, PENDEKATAN STUDI ISLAM DITINJAU SECARA PSIKOLOGIS, hlm.156.
19
M. Arif Khoiruddin, PENDEKATAN PSIKOLOGI DALAM STUDI ISLAM, Journal An-nafs: Vol. 2 No. 1
Juni 2017, hlm. 7.

9
Pendekatan Struktural, yaitu pendekatan yang bertujuan untuk mempelajari
pengalaman seseorang berdasarkan tingkatan atau kategori tertentu. Struktur pengalaman
tersebut dilakukan dengan menggunakan metode pengalaman dan introspeksi. Pendekatan
Fungsional, yaitu pendekatan yang dilakukan untuk mempelajari bagaimana agama dapat
berfungsi atau berpengaruh terhadap tingkah laku hidup individu dalam kehidupannya.
Pendekatan Psiko-analisis, yaitu suatu pendekatan yang dilakukan untuk menjelaskan
tentang pengaruh agama dalam kepribadian seseorang dan hubungannya dengan penyakit-
penyakit jiwa.20

Pendekatan psikologis memiliki tugas untuk menginterpretasi bagaimana manusia itu


beragama dan mendalami agama Islam itu, tidak hanya berkutat dalam masalah pribadi atau
individu-individu saja, namun sentimen-sentimen individu dan kelompok dengan berbagai
dinamikanya, harus dikaji pula. Interpretasi agama melalui pendekatan psikologis memang
berkembang dan dijadikan sebagai cabang dari psikologi dengan nama psikologi agama.
Objek kajian dalam ilmu ini adalah manusia dan gejala-gejala empiris dari keagamaannya.21

20
Fuad Nashori, Potensi-Potensi Manusia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 167.
21
M. Abbas Fauzan,…hlm. 170.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Agama saat ini tidak hanya dipandang sebagai seperangkat ajaran (nilai), dogma atau
sesuatu yang bersifat normatif lainnya, tetapi juga dilihat sebagai suatu case study, studi
kasus yang menarik bagaimana agama dilihat sebagai obyek kajian untuk diteliti. Agama
bukan lagi sesuatu yang tak tersentuh (untouchable), namun sesuatu yang dapat diobservasi
dan dianalisis karena perilaku keberagamaan itu dapat dilihat dan dirasakan. Obyek
penelitian agama adalah fakta agama dan pengungkapannya, yaitu berupa kitab suci (teks),
pemikiran (hasil pemahaman terhadap teks), interaksi sosial, institusi-institusi sebagai
bentuk dari pemikiran-pemikiran yang menjadi sebuah organisasi, dan simbol-simbol
keagamaan.

B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwasanya makalah yang telah kami buat masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karenanya, masukan dari pembaca sekalian sangat kami butuhkan
supaya pada kesempatan selanjutnya kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi dan
dapat memberikan manfaat sebanyak-banyaknya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adibah, Ida Zahara. (2017). Pendekatan Sosiologis Dalam Studi Islam. Jurnal Inspirasi, 1(1),
4-5.
Ananda, Muhammad Aldair dan Sitti Masitha Masykur. Tanpa Tahun. Pendekatan Teologis-
Normatif Dalam Studi Islam. Samarinda: Tanpa Penerbit.
Hidayat, Kamaruddin. 1999. Tragedi Raja Mides Moralitas Agama dan Krisis Modernisme.
Jakarta: Paramadina.
Khoiruddin, M. Arif. (2017). PENDEKATAN PSIKOLOGI DALAM STUDI ISLAM. Jurnal
An-Nafs, 2(1), 7.
Mudzhar, Atho’. 1998. Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Mujtahid, Abd Manaf. 1994. Ilmu Perbandingan Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Munif, Mujadid Abdul. 2004. Ilmu Perbandingan Agama. Jakarta: Bumi Aksara.
Mustafa, Muhtadin Dg. (2006). Reorientasi Teologi Islam Dalam Konteks Pluralisme
Beragama. Jurnal Hunafa, 3(2), 129-140.
Nashori, Fuad. 2005. Potensi-Potensi Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nata, Abuddin. 2004. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Richard, C. Martin. 2001. Pendekatan Kajian Islam Dalam Studi Agama. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Shihab, Alwi. 1998. Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka Dalam Beragama. Bandung: Mizan.

12

Anda mungkin juga menyukai