Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MAQASHID ASSYARI’AH
Untuk memenuhi tugas harian mata kuliah Tafsir Tematik
Dosen : Ust. Hamzah, M.A.

Oleh :
Muhammad Izharuddin
Muhammad Idha Fadillah

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI KULLIYATUL QUR’AN AL-HIKAM DEPOK
Jl. H. Amat No.21, RT.6 / RW.1, Kukusan, Beji, Kota Depok, Jawa Barat
16425
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan terima kasih kepada kehadirat Allah
SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga terwujudnya makalah
berjudul “Maqashid Asyyari’ah”. Makalah ini dibuat untuk menambah
khazanah ilmu pengetahuan sekaligus memenuhi tugas mata kuliah
Tafsir Tematik dengan dosen pengajar Ust. Hamzah, M.A Kami ucapkan
terima kasih kepada dosen pengajar yang selalu membimbing dan
memberikan arahan serta ilmu yang telah beliau sampaikan
Makalah ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan berbagai hal
yang berkaitan dengan Maqashid Asy’syariah. Diharapkan kepada para
pembaca dapat lebih mengetahui kepada materi yang akan disampaikan
kali ini sehingga dapat bermanfaat dan diterapkan dalam kehidupan
nantinya.
Kami mengucapkan mohon maaf apabila masih banyak kekurangan
dalam pembuatan makalah ini, untuk itu penulis menerima segala bentuk
kritik membangun demi terciptanya kesempurnaan dalam pembuatan
makalah selanjutnya.

Depok, Maret 2021


Penyusun
Abstrak
Pembicaraan tentang Maqashid asy-syari’ah atau tujuan hukum
Islam merupakan pembahasan penting dalam hukum Islam yang tidak
luput dari perhatian ulama serta para pakar hukum Islam. Sebagian ulama
menempatkannya dalam ushul fiqh, sedangkan ulama lain membahasanya
sebagai materi tersendiri serta diperluas dalam filsafat hukum Islam. Bila
diteliti semua perintah dan larangan Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah
Nabi yang kemudian terumuskan dalam hukum fiqih mempunyai tujuan
tertentu dan hikmah yang mendalam yakni tercapainya kemaslahatan
untuk manusia. Sedangkan maslahat itu sendiri dapat diartikan sebagai
sesuatu yang baik dan dapat diterima oleh akal sehat dalam artian dapat
mengetahui dan memahami motif di balik penetapan suatu hukum, baik
yang dijelaskam oleh Allah atau dengan jalan rasionalisasi.
Kata kunci : Maqqshid asy-syariah, maslahat.

1. PENDAHULUAN
Tujuan dari penetapan hukum atau yang sering dikenal dengan
istilah maqashid al-syariah merupakan salah satu konsep penting dalam
kajian hukum Islam. Karena begitu pentingnya hal tersebut, para ahli
teori hukum menjadikan maqashid al-syariah sebagai sesuatu yang harus
dipahami oleh mujtahid yang melakukan ijtihad. Adapun inti dari teori ini
adalah untuk mewujudkan kebaikan sekaligus menghindarkan dari
keburukan, atau menarik manfaat dan menolak mudharat. Istilah yang
sepadan dengan hal tersebut adalah maslahat, karena penetapan hukum
dalam Islam harus bermuara kepada maslahat.
Allah sebagai syari’ (yang menetapkan syariat) pasti tidak
menetapkan hukum begitu saja, akan tetapi memiliki tujuan dan maksud
tertentu. Syariat semuanya adil, berisi rahmat dan hikmah. Setiap hal
yang menyimpang dari keadilan, rahmat, hikmah pasti bukan ketentuan
syari’at.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka pengetahuan tentang
teori maqashid al-syariah dalam kajian hukum Islam adalah suatu
keniscayaan. Tulisan singkat ini akan mencoba mengemukakan secara
sederhana teori maqashid al-syariah, baik berupa pengertian, kandungan
dan cara mengetahuinya.
2. PENGERTIAN MAQASHID AL-SYARIAH
Maqashid al-syariah terdiri dari dua kata, maqashid dan syariah.
Kata maqashid merupakan bentuk jamak dari maqsud yang berarti
maksud dan tujuan, sedangkan syariah mempunyai pengertian hukum-
hukum Allah yang ditetapkan untuk manusia agar dipedomani untuk
mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. Maka dengan
demikian, maqashid al-syariah berarti tujuan-tujuan yang hendak dicapai
dari suatu penetapan hukum.1 Izzuddin bin Abdi Al-Salam, mengatakan
bahwa maqashid al-syariah adalah segala taklif hukum selalu bertujuan
untuk kemaslahatan hamba (manusia) dalam kehidupan dunia dan
akhirat. Allah tidak membutuhkan ibadah seseorang, karena ketaatn dan
kemaksiatan tidak berpenaruh apa-apa terhadap kemuliaan Allah. Jadi,
sasaran manfaat hukum tidak lain adalah kepentingan manusia.
Ibnu Asyur, di dalam Maqashid Al-Syariah Al-Islamiyah,
mengatakan bahwa maqashid al-syariah adalah makna-makna dan
hikmah-hikmah yang diperlihatkan Allah dalam semua atau sebagian
besar syariat-Nya, juga masuk dalam wilayah ini sifat-sifat syariat atau
tujuan umumnya.2
Wahbah Az-Zuhaili mendefinisikan maqashid al-syariah dengan
makna-makna dan tujuan-tujuan yang dipelihara oleh syara’ dalam
seluruh hukumnya atau sebagian besar hukumnya, atau tujuan akhir dari
syariat dan rahasia-rahasia yang diletakkan oleh syara’ pada setiap
hukumnya.

3. Cikal Bakal Maqashid al-syariah


Maqashid al-syariah sebenarnya sudah tumbuh sejak dimulainya
proses penetapan hukum Islam itu sendiri, selanjutnya dikembangkan
dengan baikoleh ulam-ulama sesudah periode tabi’ tabi’in. Walaupun
proses perkembangannya tidak secepat dengan ushul fiqih, tetapi
keberadaanya sudah diamalkan oleh para ulama pada setiap penetapan
hukum yang mereka lahirkan.
Penyebutan Maqashid al-syariah memang dipopulerkan oleh
seorang ulama madzhab Maliki, yaitu Abu Ishaq al-Syatibi (w.790 H),
tetapi pembicaraan Maqashid al-syariah telah dibicarakan ketika ulama
ushul fiqih membahas tentang teori maslahah, seperti teori maslahah yang
dikemukakan oleh al-Juwaini Imam al-Haramain (w.478 H) dan juga al-

1
Ghofar Shidiq, “Teori Maqashid Al-Syari’ah Dalam Hukum Islam” Sultan Agung. Vol.
44 No. 118
2
Nispan Rahmi, “Maqasid Al-Syari’ah: Melacak Gagasan Awal” Jurnal Syariah: Jurnal
Ilmu Hukum dan Pemikiran Vol 17 No. 2
Ghazali (w.505 H). Pembahasan mereka pada dasarnya dalam rangka
men-
elaskan tujuan-tujuan Allah SWT dalam menetapkan hukum. Tidak
samapi situ, pembicaraan ini j1uga dilanjutkan oleh Fajhr al-Din al-Razi
(w.606 H), al-Amidi (w. 631 H), Izzuddin bin Abdissalam (w.660 H), al-
Qarafi (w. 684 H), Najm al-Din al-Thufi (w. 716 H), terus berlanjut
hingga al-Syatibi (w. 790 H). Menurut pendapat yang masyhur, di tangan
al-Syatibi inilah ilmu Maqashid al-syariah menemukan bentuknya yang
jelas dan sisitematis. Terlepas dari adanya perkembangan pemikiran
pasca al-Syatibi, namun tidak dapat dipungkiri bahwa al-Syatibi adalah
tokoh pertama yangtelah meletakkan pondasi yang kuat dalam mengkaji
dan selanjutnya dalam mengembangkan keilmuan ini.
Ilmu maqashid al-syariah pada dasarnya merupakan sebuah ilmu
yang telah memenuhi kriteria keillmuan dilihat dari tinjauan filsafat,
namun pada umumnya para ulama tidak sepakat untu menjadikannya
sebagai sebuah ilmu yang berdiri sendiri, tetapi teori maqasahid al-
syariah masih diposisikan untuk membantu ilmu ushul fiqih. Oleh karena
itu, aplikasi adillah al-syari’yah (dalil-dalil hukum Islam) yang dijadikan
dasar dalam penetapan hukum Islam yang diilhami oleh maqashid al-
syariah. Berbeda dengan ulama sebelumnya, Ibnu Asyur (w.1973 M)
adalah ulama kontemporer yang mengatakan bahwa maqashid al-syariah
adalah ilmu yang mustaqil (berdiri sendiri) dan dengan sendirinya dapat
menetapkan hukum Islam tanpa membutuhkan ilmu ushul fiqih yang
sudah baku dan dipraktekkan sebelumnya.

4. Term-term Maqashid al-Syariah dalam Al-Qur’an dan Sunnah


Penemuan teori maqashid al-syariah tentunya tidak begitu saja,
tetapi diilhami oleh dalil-dalil berupa yaitu Al-Qur’an dan hadits-hadits
Nabi. Terdapat kesulitan untuk menemukan ayat atau hadis mana yang
melandasi teori maqashid al-syariah ini secara langsung, karena tidak
satupun ayat atau hadis yang menyatakan secara jelas tentang itu. Namun,
menurut al-Khadimiy, bahawa indikasi dari dalil untuk mengatakan
maslahah merupakan tujuan dari maqashid al-syariah ini sangat banyak
dan tidak terbatas jumlahnya baik di dalam Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’
sahabat, pendapat para tabi’in dan seluruh mujtahid yang disinyalir
bahwa hukum-hukum tersebut untuk mewujudkan kemaslahatan bagi
perwujudan
maqashid al-syariah .
Adapun diantara ayat-ayat yang dimaksud :
Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dakam agama suatu
kesempitan. (QS. Al-Hajj [22]:78)
Allah hemdak memberika keringanan kepadamu dan manusia dijadikan
bersifat lemah. (QS.an-Nisaa’ [4]: 28)

Allah mengehdaki kemudahan bagimu dan tidak mengehndaki kesukaran


bagimu… (QS. Al-Baqarah [2]: 185)
3. Urgensi Teori Maqashid al-syariah
Kajjian teori maqashid asy-syarih dalam hukum Islam adalah
sangat penting. Hal iini didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut :
1. Hukum Islam adalah hukum yang bersumber kepada Al-
Qur’an sebagai wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia.
Oleh karena itu, ia akan selalu berhadapan dengan perubahan
sosial. Dalam posisi seperti itu, apakah hukum Islam yang
sumber utamanya Al-Qur’’an dan Sunnah turun pada beberapa
abad yang lampau dapat beradaptasi dengan perubahan sosial.
Jawabannya tentu bisa diberikan setelah diadakan kajian
terhadap berbagai elemen hukum Islam, dana salah satu elemen
yang terpenting adalah teori maqsashid assy-syariah.
2. Dilihat dari aspek historis, sesungguhnya perhatian terhadap teori
ini telah dilakukan oleh Rasulullah, para sahabat, dan generasi
mujtahid selajutnya.
3. Pengetahuan tentang maqashid al-syariah merupakan kunci
keberhasilan mujtahid dalam ijtihadnya, karena di atas landasan
tujuan hukum itulah setiap persoalan dalam bermua’malah antar
sesama manusia dapat dikembalikan

Anda mungkin juga menyukai