Oleh:
Agung Kisworo
Muhamad Syafrudin
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan, baik materi maupun pikirannya. Terutama kami sampaikan banyak terima
kasih kepada bapak Dosen pengampu mata kuliah Tafsir Maudhu’i yakni Dr. KH.
Muhaimin Zen.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
sangat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Pengertian Sihir...........................................................................................................................2
B. Macam-macam Sihir.....................................................................................................................3
C. Ayat-ayat Tentang Sihir................................................................................................................4
D. Pandangan Para Mufassir..............................................................................................................5
E. Ayat-ayat Pengobatan Sihir...........................................................................................................7
BAB III.................................................................................................................................................9
PENUTUP............................................................................................................................................9
A. Kesimpulan................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur'an adalah kitabullah yang dijadikan pedoman oleh umat manusia
di kehidupannya. Al-Qur'an diturunkan dalam bentuk global dan umum yang
perlu penjelasan dan penjabaran. Oleh karena itu tafsir pedoman menduduki
tempat-tempat yang tinggi dalam upaya memahami Al-Qur'an sebagai hidup.
Al-Qur'an diturunkan Allah bukan hanya sekedar dokumen sejarah atau
pedoman hidup dan tuntunan spiritual bagi umat manusia tetapi juga mitra
dialog.
Dari ayat-ayatnya yang terkandung dialog langsung dengan pembacanya
agar membimbing, memperhatikan, memperhatikan, dan menekuni
kontennya, kemudian menarik sebagai pelajaran untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari yaitu: melaksanakan perintah dan laranganNya. Di
antara kandungan Al-Qur'an adalah perintah untuk mengimani kepada
makhluk yang ghaib yang tidak dapat dilihat oleh mata, tidak dapat dirasakan
oleh panca indra, yaitu jin, setan dan malaikat, Jin, setan dan malaikat
merupakan makhluk halus yang hidup di alam ghaib.
Sumber pengetahuan tentang makhluk-makhluk ghaib itu adalah petunjuk
dari Allah melalui para Rasul-Nya oleh karena itu dasar yang pertama bagi
usaha dalam mempelajari makhluk-makhluk ghaib itu adalah percaya Allah
dan Rasul-Nya. Keimanan kepada makhluk-makhluk ghaib akan
menimbulkan kewaspadaan dan kehati-hatian yang tinggi, walaupun tidak ada
manusia lain yang menyaksikan karena para petugas Allah yang setia
mencatat dan merekam setiap amal perbuatan manusia serta iblis dan setan
selalu berusaha menjerumuskan kepada manusia keinginannya dan
kekafiran .
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sihir
Menurut etimologi kata sihir itu diambil dari kata sahara, artinya gelap,
kelam, menipu diri sendiri, tipuan. Sedangkan makna terminologinya beragam
dan berbeda antara ulama satu dengan ulama yang lainnya. Al-Qurthuby
berkata, Sihir adalah suatu yang dibuat-buat, atau menciptakan imajinasi yang
berbeda dengan hakikatnya. Sesuatu yang dicapai dengan tajam.1
Dalam bukunya Syekh Mutawalli yang berjudul Bahaya Sihir, mengutip
dari kitab Al-Fath, Ibnu Hajar berkata: "ar-Raghib dan juga yang lainnya, sihir
mengandung beberapa pengertian, di antaranya:2
Pertama: sesuatu yang lembut dan samar-samar atau membelokkan
pemahaman. Oleh karena itu, ketika seseorang tukang sihir mengatakan,
“saya telah menyihir seorang anak," misalnya, itu berarti saya telah
mengecoh dan mewujudkannya. Dan semua orang yang telah
menciptakan sesuatu, berarti ia telah menyihirnya.
Kedua: suatu perbuatan yang diakukan dengan bantuan para setan
dengan tujuan mendekati mereka. Sebagaimana disinggung dalam firman
Allah SWT:
.… س ْح َر َ َّ َو ٰل ِكنَّ الش َّٰي ِطيْنَ َكفَ ُر ْوا يُ َعلِّ ُم ْونَ الن.…
ِّ اس ال
Artinya: "hanya syaitan-syaitan lah yang kafir". mengajarkan
mereka sihir kepada manusia" (al-Baqarah: 102).
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sihir
merupakan waktu malam yang paling akhir dan awal munculnya, saat gelap
bercampur dengan cahaya dan segala sesuatu menjadi tidak terlihat dengan
jelas. Seperti itulah hakikat sihir, sesuatu yang menurut khayal salah nyata
namun sebenarnya tidak nyata. Kemampuan tukang sihir adalah menguasai
mata orang yang disihir agar melihat apa yang sebenarnya tidak terjadi dan
tidak ada. Mata orang yang terkena sihir menjadi tunduk pada keinginan
keinginan. Oleh karena itu, sihir adalah sesuatu yang sebenarnya merupakan
ilusi, bukan suatu yang kenyataan.3
1 Khil bin Ibrahim Amin dan Jamal Al-Shawadi, Sihir dan Pengobatannya (Surabaya: Karya
Agung, 2004), h. 5
2 Syekh Mutawalli Sya’rawi, Bahaya Sihir Cara Mencegah dan Mengobatinya (Kairo: Maktabah
At-Turas Al-Islami, 2006), h. 3
3 Mutawalli Asy-Sya’rawi, Dosa-dosa Besar (Jakarta; Gema Insani Press, 2000), h. 133
2
B. Macam-macam Sihir
3
untuk membuat orang tidak percaya. Para mengaku bahwa ia telah
mengetahui ismul a'zham (nama yang maha agung), dan para jin
telah taat dan tunduk kepadanya dalam berbagai perkara. Jika
pendengarnya adalah orang-orang yang berakal lemah dan tidak bisa
membedakan, maka ia akan percaya terhadap apa yang dikatakan
oleh itu. Hatinya akan terpesona, sehingga muncullah di dalam hati
perasaan khawatir dan takut. Jika perasaan khawatir dan takut telah
muncul dihatinya, maka akan menjadi lemahlah kekuatan indranya
yang lain. Saat itulah tukang sihir bisa melakukan apa saja yang ia
suka.
8. Fitnah dan namimah atau adu domba, jenis sihir ini menggunakan
kekuatan kata-kata memikat, intonasi, permainan gerakan tubuh,
yang semuanya dipadu untuk menciptakan daya fitnah dan adu
domba Ini adalah sihir yang banyak terjadi di masyarakat luas,
tujuannya untuk memecah belah umat manusia.
4
ْ َس ْح ِر ِه ْم اَنَّ َها ت
٦٦ س ٰعى ِ قَا َل بَ ْل اَ ْلقُ ْو ۚا فَا ِ َذا ِحبَالُ ُه ْم َو ِع
ِ ْصيُّ ُه ْم يُ َخيَّ ُل اِلَ ْي ِه ِمن
Artinya: Berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian melemparkan".
Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada
Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka.
3. QS. Al-A’raf Ayat 116
5
dimaksud dengan al-inzāl yang disebutkan pada ayat 102.5 Sehingga
kehadirannya menjadikan peringatan untukmeningkatkan kewaspadaan
terhadap sihir.
6
memberikan tambahan satu jenis penyakit lagi, yakni penyakit ruhani dan
fisik sekaligus. Beberapa penyakit ruhani di antaranya seperti gelisah, sering
mimpi buruk, mengigau, berada dalam kondisi sedih dan merasa sempit,
merasa lemah pada seluruh tubuh diiringi rasa malas yang luar biasa, dan
sebagainya. Sebagian umat muslim meyakini bahwa tak hanya
menyembuhkan penyakit hati (ruhani), Al-Qur’an mampu mengobati
penyakit fisik (jasmani).8
Al-Qur’an pun juga telah mengklaim dirinya sebagai syifa. Hal tersebut
dapat dilihat pada Qs. al-Isra‟ [17] : 82,
ّ ٰ شفَ ۤا ٌء َّو َر ْح َمةٌ لِّ ْل ُمْؤ ِمنِي ْۙنَ َواَل يَ ِز ْي ُد ال
َ ظلِ ِميْنَ اِاَّل َخ
٨٢ سا ًرا ِ َونُنَ ِّز ُل ِمنَ ا ْلقُ ْر ٰا ِن َما ُه َو
Artinya: Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
7
psikologis (maknawi), yakni penyembuhan ruh, hati, dan psikosomatik.
Dalam lintasan sejarah Nabi Muhammad SAW telah mengamalkan fungsi Al-
Qur’an sebagai syifa. Menurut laporan riwayat, Nabi pernah menyembuhkan
penyakit dengan ruqyah lewat surat al-Fatihah atau menolak sihir dengan
surat mu‟awwiżatain. Pengobatan yang dikenal dengan sebutan thibbun
nabawi juga menggunakan surat mu‟awwiżatain sebagai bacaannya. Surat
yang dikenal sebagai mu‟awwiżatain ini adalah Qs. al-Falaq Qs. an-Naas.
Dalam suatu riwayat surat ini turun berkenaan dengan kejadian kaum
musyrikin yang berusaha mencederai Nabi SAW dengan sihir, kemudian
kedua surat ini turun sebagai pengajaran kepada Nabi SAW untuk menangkal
sihir tersebut.
Dalam riwayat lain, surat mu’awwiżatain ini turun pada peristiwa Nabi
SAW mengalami sakit keras setelah memakan makanan yang dihidangkan
oleh kaum Yahudi.10 Menurut Quraish Shihab, kedua surat ini adalah surat
yang menuntun pembacanya kepada tempat perlindungan atau
memasukkannya kedalam arena yang dilindungi. Quraish Shihab
menyebutkan sebuah riwayat : Sayyidatina Aisyah ra. Istri Rasulullah SAW
berkata “Rasul meniupkan untuk dirinya al-Mu‟awwiżatain saat menderita
sakit menjelang ajalnya, dan ketika keadaan beliau sudah amat parah aku
membaca untuknya dan mengusapkan dengan tangan beliau kiranya
memperoleh berkat surah ini” (HR. Bukhari dan Muslim).11
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sihir memang nyata ada didunia ini, sihir merupakan suatu perbuatan
syirik karena mempersekutukan Allah dengan memohon pertolongan syaitan
dan para jin, dosa besar bagi yang percaya dan melakukannya. Sihir itu
sesungguhnya mempunyai hakikat dan pengaruh terhadap diri manusia.
Timbulnya kebencian di antara suamiistri, perpecahan di antara manusia dan
keluarganya bahkan hubungannya dengan Allah. Masih banyak orang yang
awam dan kurangnya pengetahuan tentang hal- hal yang bersangkutan dengan
alam ghaib. sihir banyak digunakan orang untuk mencari jodoh. Melihat nasib,
dan lain sebagainya kadang sihir pun bisa digunakan untuk kejahatan seperti
menyantet seseorang dan lainnya.
Dalam Al-Qur'an Pada penafsiran surat al-A'raf ayat 11-120, surat Yunus
ayat 77.80 dan 81, surat Thaha ayat 67-69 peneliti menyimpulkan bahwa dalam
ayat ini terdapat sihir bayangan/khayalan/tipuan pandangan. Adapun tanda-
tanda dari sihir bayangan ini yaitu, orang yang sedang diam kelihatan bergerak
sementara yang bergerak kelihatannya diam, benda-benda yang kecil
kelihatannya besar sementara yang besar kelihatannya kecil, melihat segala
sesuatu dalam gambaran yang tidak sebenarnya, seperti halnya melihat tali dan
tongkat bagaikan ular yang merayap dan bergerak. untuk menangkal dari sihir
ini yaitu dengan membaca ayat kursi, memperbanyak dzikir, selalu membaca
basmallah dalam memulai sesuatu, ikhlas dalam beramal, Memegang teguh Al-
Qur'an dan asSunnah, bertaqwa kepada Allah, bersedekah, istiqomah dalam
kebaikan, berlindung kepada Allah dari 90 gangguan setan, senantiasa berdzikir
kepada Allah, tidak meletakkan gambar dan patung di rumah, senantiasa shalat
jama'ah, tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, membaca Al-Qur'an,
menjaga lisan, menjauhi tempattempat jin dan setan, dan menghindari waktu-
waktu yang banyak jin dan setannya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ad-dimasyqi, Al-imam abul fida ismail ibnu katsir, Tafsir al-Qur‟an, Kairo:
Maktabah Aulad As-Syaikh Li Turots, 744 H
Muhammad Samahah, Syekh Riyadh, Dalailul Mu‟alijin bil Qur‟anil Karim Terj.
Irawan Raihan, Cara penyembuhan dengan al-Qur‟an, Yogyakarta :
Mitra Pustaka, 2007
Sya’rawi, Syekh Mutawalli, Bahaya Sihir Cara Mencegah dan Mengobatinya,
Kairo: Maktabah At-Turas Al-Islami, 2006
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002
10