Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Wawasan Al-Qur’an Tentang Sihir Dan Pengobatannya


Untuk Memenuhi Tugas Harian
Tafsir Maudhu’i
Dosen : Dr. KH. Muhaimin Zen

Oleh:
Agung Kisworo
Muhamad Syafrudin

PRODI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI KULLIYATUL QUR’AN AL HIKAM DEPOK.


Jl. H. Amat No.21, RT.6/RW.1, Kukusan, Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16425
2023 M / 1444 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan, baik materi maupun pikirannya. Terutama kami sampaikan banyak terima
kasih kepada bapak Dosen pengampu mata kuliah Tafsir Maudhu’i yakni Dr. KH.
Muhaimin Zen.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
sangat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Depok, 5 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Pengertian Sihir...........................................................................................................................2
B. Macam-macam Sihir.....................................................................................................................3
C. Ayat-ayat Tentang Sihir................................................................................................................4
D. Pandangan Para Mufassir..............................................................................................................5
E. Ayat-ayat Pengobatan Sihir...........................................................................................................7
BAB III.................................................................................................................................................9
PENUTUP............................................................................................................................................9
A. Kesimpulan................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur'an adalah kitabullah yang dijadikan pedoman oleh umat manusia
di kehidupannya. Al-Qur'an diturunkan dalam bentuk global dan umum yang
perlu penjelasan dan penjabaran. Oleh karena itu tafsir pedoman menduduki
tempat-tempat yang tinggi dalam upaya memahami Al-Qur'an sebagai hidup.
Al-Qur'an diturunkan Allah bukan hanya sekedar dokumen sejarah atau
pedoman hidup dan tuntunan spiritual bagi umat manusia tetapi juga mitra
dialog.
Dari ayat-ayatnya yang terkandung dialog langsung dengan pembacanya
agar membimbing, memperhatikan, memperhatikan, dan menekuni
kontennya, kemudian menarik sebagai pelajaran untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari yaitu: melaksanakan perintah dan laranganNya. Di
antara kandungan Al-Qur'an adalah perintah untuk mengimani kepada
makhluk yang ghaib yang tidak dapat dilihat oleh mata, tidak dapat dirasakan
oleh panca indra, yaitu jin, setan dan malaikat, Jin, setan dan malaikat
merupakan makhluk halus yang hidup di alam ghaib.
Sumber pengetahuan tentang makhluk-makhluk ghaib itu adalah petunjuk
dari Allah melalui para Rasul-Nya oleh karena itu dasar yang pertama bagi
usaha dalam mempelajari makhluk-makhluk ghaib itu adalah percaya Allah
dan Rasul-Nya. Keimanan kepada makhluk-makhluk ghaib akan
menimbulkan kewaspadaan dan kehati-hatian yang tinggi, walaupun tidak ada
manusia lain yang menyaksikan karena para petugas Allah yang setia
mencatat dan merekam setiap amal perbuatan manusia serta iblis dan setan
selalu berusaha menjerumuskan kepada manusia keinginannya dan
kekafiran .

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sihir
Menurut etimologi kata sihir itu diambil dari kata sahara, artinya gelap,
kelam, menipu diri sendiri, tipuan. Sedangkan makna terminologinya beragam
dan berbeda antara ulama satu dengan ulama yang lainnya. Al-Qurthuby
berkata, Sihir adalah suatu yang dibuat-buat, atau menciptakan imajinasi yang
berbeda dengan hakikatnya. Sesuatu yang dicapai dengan tajam.1
Dalam bukunya Syekh Mutawalli yang berjudul Bahaya Sihir, mengutip
dari kitab Al-Fath, Ibnu Hajar berkata: "ar-Raghib dan juga yang lainnya, sihir
mengandung beberapa pengertian, di antaranya:2
Pertama: sesuatu yang lembut dan samar-samar atau membelokkan
pemahaman. Oleh karena itu, ketika seseorang tukang sihir mengatakan,
“saya telah menyihir seorang anak," misalnya, itu berarti saya telah
mengecoh dan mewujudkannya. Dan semua orang yang telah
menciptakan sesuatu, berarti ia telah menyihirnya.
Kedua: suatu perbuatan yang diakukan dengan bantuan para setan
dengan tujuan mendekati mereka. Sebagaimana disinggung dalam firman
Allah SWT:
.… ‫س ْح َر‬ َ َّ‫ َو ٰل ِكنَّ الش َّٰي ِطيْنَ َكفَ ُر ْوا يُ َعلِّ ُم ْونَ الن‬.…
ِّ ‫اس ال‬
Artinya: "hanya syaitan-syaitan lah yang kafir". mengajarkan
mereka sihir kepada manusia" (al-Baqarah: 102).
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sihir
merupakan waktu malam yang paling akhir dan awal munculnya, saat gelap
bercampur dengan cahaya dan segala sesuatu menjadi tidak terlihat dengan
jelas. Seperti itulah hakikat sihir, sesuatu yang menurut khayal salah nyata
namun sebenarnya tidak nyata. Kemampuan tukang sihir adalah menguasai
mata orang yang disihir agar melihat apa yang sebenarnya tidak terjadi dan
tidak ada. Mata orang yang terkena sihir menjadi tunduk pada keinginan
keinginan. Oleh karena itu, sihir adalah sesuatu yang sebenarnya merupakan
ilusi, bukan suatu yang kenyataan.3

1 Khil bin Ibrahim Amin dan Jamal Al-Shawadi, Sihir dan Pengobatannya (Surabaya: Karya
Agung, 2004), h. 5
2 Syekh Mutawalli Sya’rawi, Bahaya Sihir Cara Mencegah dan Mengobatinya (Kairo: Maktabah
At-Turas Al-Islami, 2006), h. 3
3 Mutawalli Asy-Sya’rawi, Dosa-dosa Besar (Jakarta; Gema Insani Press, 2000), h. 133

2
B. Macam-macam Sihir

Para ulama' mengelompokkan sihir dalam beberapa macam. Fakhru razi


membagi sihir menjadi delapan jenis. Sedangkan al-raghib membaginya
dalam empat macam. Sejatinya ada banyak macam-macam sihir yang ada
satu jenis sihir yang hakiki, sihir ini dalam berbagai bentuk bahkan akan
muncul lagi, tetapi sihir yang menggunakan kekuatan jin dan setan. Secara
keseluruhan baik yang hakiki maupun tidak, sihir terbagi menjadi delapan
macam:4

1. Sihir para pendusta dan sihir bangsa kasydan. Orang-orang kildan


dan kasydan memuja tujuh bintang berjalan. keyakinan bahwa
bintang-bintang tersebut mengatur dan mengendalikan alam semesta
ini serta bisa membantu mereka dan membimbing.
2. Sihir yang menggunakan kekuatan roh bumi yang jahat. Sihir bisa
didapat dengan cara meminta bantuan makhluk gaib para jin, setan.
3. Hipnotis adalah jenis sihir yang menggunakan tenaga dalam dan
pengolahan batin. kadang-kadang, mata seseorang bisa melihat dan
sibuk berkonsentrasi pada sesuatu tanpa sempat memperhatikan yang
lain. Maka, dengan cara inilah sulap, hipnotis, dan khayalan dapat
dipraktikkan.
4. Sihir yang menggunakan kecepatan gerakan tangan dan permainan
mata. Sihir ini biasanya digunakan oleh para pesulap, jika
diperhatikan seorang pesulap yang mahir dan bisa memikirkan
sesuatu yang mencengangkan orang yang melihatnya. Dia berusaha
menarik perhatian para penonton, apabila mereka telah
berkonsentrasi pada suatu hal maka dengan cepat pesulap tersebut
melakukan hal yang lainnya. Sehingga, pada saat itu akan tampak
sesuatu yang lain dan tidak seperti yang mereka perkirakan. Pada
saat itu, para pemirsa pun terkagum-kagum kepadanya.

5. Sihir yang menggunakan keterampilan gerakan tubuh atau karya-


karya artistik atau teknologi. Misalnya seperti seorang prajurit
dengan trompet ditangannya, yang setiap melewati masa satu jam ia
akan meniup trompetnya tanpa ada seorang pun yang dapat
mencegahnya. Wahid bin abdussalam bali mengatakan bahwa hal-
hal seperti sekarang dapat dibuat setelah mengalami kemajuan dalam
bidang ilmu, kemajuan ini menjadi pangkal penyebab pemicu
berbagai cara.
6. Sihir dalam bentuk ramuan obat-obatan khusus yang memiliki
khasiat khusus. Sihir ini diperoleh dengan cara menggunakan
bantuan berbagai macam makanan dan minyak.
7. Sihir yang digunakan secara khusus untuk melawan lawan jenis. Sihir
pengikat hati atau bisa disebut sugesti ini sangat mudah bagi para
4 Wahid Abdussalam Bali, Ilmu Sihir dan Penangkalnya Tinjauan Al-Qur’an, Hadist dan Ulama
(Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1995), h. 56

3
untuk membuat orang tidak percaya. Para mengaku bahwa ia telah
mengetahui ismul a'zham (nama yang maha agung), dan para jin
telah taat dan tunduk kepadanya dalam berbagai perkara. Jika
pendengarnya adalah orang-orang yang berakal lemah dan tidak bisa
membedakan, maka ia akan percaya terhadap apa yang dikatakan
oleh itu. Hatinya akan terpesona, sehingga muncullah di dalam hati
perasaan khawatir dan takut. Jika perasaan khawatir dan takut telah
muncul dihatinya, maka akan menjadi lemahlah kekuatan indranya
yang lain. Saat itulah tukang sihir bisa melakukan apa saja yang ia
suka.
8. Fitnah dan namimah atau adu domba, jenis sihir ini menggunakan
kekuatan kata-kata memikat, intonasi, permainan gerakan tubuh,
yang semuanya dipadu untuk menciptakan daya fitnah dan adu
domba Ini adalah sihir yang banyak terjadi di masyarakat luas,
tujuannya untuk memecah belah umat manusia.

C. Ayat-ayat Tentang Sihir

1. QS. Al-Baqarah Ayat 102

‫اس‬ َ َّ‫ونَ الن‬E َّ َّ‫سلَيْمٰ نُ َو ٰل ِكن‬


ْ E‫ ُر ْوا يُ َعلِّ ُم‬Eَ‫ ٰي ِطيْنَ َكف‬E ‫الش‬ ُ ‫سلَيْمٰ نَ ۚ َو َما َكفَ َر‬ ُ ‫ش ٰي ِطيْنُ ع َٰلى ُم ْل ِك‬ َّ ‫َواتَّبَ ُع ْوا َما تَ ْتلُوا ال‬
ٰ
ٌ‫س ْح َر َو َمٓا اُ ْن ِز َل َعلَى ا ْل َملَ َك ْي ِن ِببَابِ َل هَا ُر ْوتَ َو َما ُر ْوتَ ۗ َو َما يُ َعلِّمٰ ِن ِمنْ اَ َح ٍد َحتّى َيقُ ْوٓاَل اِنَّ َما نَ ْحنُ ِف ْتنَة‬ ِّ ‫ال‬
‫ا ِ ْذ ِن‬Eِ‫ ٍد اِاَّل ب‬E‫ه ِمنْ اَ َح‬Eٖ E‫ ۤا ِّريْنَ ِب‬E‫ض‬ ْ ‫فَاَل تَ ْكفُ ْر ۗ فَيَتَ َعلَّ ُم ْونَ ِم ْن ُه َما َما يُفَ ِّرقُ ْونَ ِب ٖه بَيْنَ ا ْل َم ْر ِء َو‬
َ ِ‫زَو ِج ٖه ۗ َو َما ُه ْم ب‬
‫هّٰللا‬
َ ِ‫ق ۗ َولَب‬
‫ْئس‬ ٍ ‫ َر ِة ِمنْ َخاَل‬E‫ه فِى ااْل ٰ ِخ‬Eٗ Eَ‫شت َٰرىهُ َما ل‬ ْ ‫ض ُّر ُه ْم َواَل َي ْنفَ ُع ُه ْم ۗ َولَقَ ْد َعلِ ُم ْوا لَ َم ِن ا‬
ُ ‫ِ ۗ َويَتَ َعلَّ ُم ْونَ َما َي‬
١٠٢ َ‫س ُه ْم ۗ لَ ْو َكانُ ْوا َي ْعلَ ُم ْون‬ َ ُ‫ش َر ْوا ِب ٖ ٓه اَ ْنف‬
َ ‫َما‬
Artinya: Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-
syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa
Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak
mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan
sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang
diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan
Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang
pun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu),
sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua
malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara
seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak
memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun, kecuali dengan
izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi
mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya
mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab
Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat
jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka
mengetahui.
2. QS. Thaha Ayat 66

4
ْ َ‫س ْح ِر ِه ْم اَنَّ َها ت‬
٦٦ ‫س ٰعى‬ ِ ‫قَا َل بَ ْل اَ ْلقُ ْو ۚا فَا ِ َذا ِحبَالُ ُه ْم َو ِع‬
ِ ْ‫صيُّ ُه ْم يُ َخيَّ ُل اِلَ ْي ِه ِمن‬
Artinya: Berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian melemparkan".
Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada
Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka.
3. QS. Al-A’raf Ayat 116

ِ ِ‫ست َْر َهبُ ْو ُه ْم َو َج ۤا ُء ْو ب‬


١١٦ ‫س ْح ٍر َع ِظ ْي ٍم‬ َ ‫قَا َل اَ ْلقُ ْو ۚا فَلَ َّمٓا اَ ْلقَ ْوا‬
ِ ‫س َح ُر ْٓوا اَ ْعيُنَ النَّا‬
ْ ‫س َوا‬
Artinya: Musa menjawab:”Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka
tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan
menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir
yang besar (menakjubkan).
4. QS. Az-Zukhruf Ayat 49

٤٩ َ‫سا ِح ُر ا ْد ُع لَنَا َربَّ َك بِ َما َع ِه َد ِع ْن َد ۚ َك اِنَّنَا لَ ُم ْهتَد ُْون‬


َّ ‫َوقَالُ ْوا ٰيٓاَيُّهَ ال‬
Artinya: Dan mereka berkata: "Hai ahli sihir, berdoalah kepada
Tuhanmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah
dijanjikan-Nya kepadamu; sesungguhnya kami (jika doamu dikabulkan)
benar-benar akan menjadi orang yang mendapat petunjuk.
5. QS. Al-Isra Ayat 47
‫ستَ ِم ُع ْونَ اِلَ ْي َك َواِ ْذ ُه ْم نَ ْج ٰ ٓوى اِ ْذ يَقُ ْو ُل ال ٰظّلِ ُم ْونَ اِنْ تَتَّبِ ُع ْونَ اِاَّل َر ُجاًل‬
ْ َ‫ستَ ِم ُع ْونَ بِ ٖ ٓه اِ ْذ ي‬
ْ َ‫نَ ْحنُ اَ ْعلَ ُم بِ َما ي‬
٤٧ ‫س ُح ْو ًرا‬ ْ ‫َّم‬
Artinya: Kami lebih mengetahui dalam keadaan bagaimana
mereka mendengarkan sewaktu mereka mendengarkan kamu, dan
sewaktu mereka berbisik-bisik (yaitu) ketika orang-orang zalim itu
berkata: "Kamu tidak lain hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang
kena sihir".
D. Pandangan Para Mufassir

Wahbah al-Zuhaili menjelaskan dalam Tafsir al-Munir menyatakan


bahwa kedua orang tersebut adalah dua orang yang memiliki kewibawaan dan
keagungan di mana manusia memuliakan dan menghormatinya. Ia
memandang sihir sebagai sesuatu yang pengambilannya sangat lembut atau
halus dan sebab (akibat) yang ditimbulkannya adalah samar, sedangkan Babil
adalah kota di Irak, tepatnya daerah Kufah yang terkenal dengan sejarahnya.
Ia lebih cenderung pada pendapat Hasan al-Bashri bahwa kata malakain
dibaca malikaini (dengan huruf lam berharkat kasrah), yang memiliki
pemahaman bahwa kedua orang tersebut adalah dua manusia yang shaleh dan
taat. Mereka memiliki tugas untuk menjelaskan kepada manusia antara sihir
dengan mukjizat, dan menjelaskan bahwa orang-orang yang mengaku diri
mereka nabi secara dusta sebenarnya adalah ahli sihir, bukan nabi. Kedua
orang ini mempelajari sihir melalui ilham, tanpa guru, dan inilah yang

5
dimaksud dengan al-inzāl yang disebutkan pada ayat 102.5 Sehingga
kehadirannya menjadikan peringatan untukmeningkatkan kewaspadaan
terhadap sihir.

Sementara itu, M. Quraish Shihab berpendapat bahwa hakikat sihir


memang ada, tetapi ia ada dan dapat berpengaruh atas izin Allah demikian
juga sebaliknya. Sebab yang mempelajari atau mempraktikkannya itu
menduga apa yang telah dipelajarinya akan bermanfaat bagi dirinya.
Menurut M. Quraish Shihab dalam lanjutan surat Al-Baqarah ayat
102 bahwa tidak ada satu pun sisi pun dari sihir yang bermanfaat. Asal usul
sihir yang dimaksud dalam surat Al-Baqarah ayat 102, yakni sihir yang
diturunkan kepada dua malaikat yang merupakan hamba-hamba Allah yang
tercipta dari cahaya atau manusia yang saleh bagaikan malaikat yaitu Harut
dan Marut yang ketika itu mereka berada di Babil. Jadi, Härut dan Märut
yang memang diutus oleh Allah untuk mengajarkan sihir, tetapi akan berbeda
dengan setan dan dengan orang-orang Yahudi yang mengikuti setan. Allah
memerintahkan Härut dan Mārut semata-mata hanya cobaan kepada mereka
yang bertujuan untuk membedakan antara mana yang taat dan yang durhaka,
serta untuk membedakan dan sekaligus membuktikan bahwa hakikatnya sihir
itu berbeda dengan mukjizat. Menurutnya, sihir yang dia maksudkan sihir
berasal dari kata sihr/sihir terambil dari kata Arab sahar yaitu akhir waktu
malam dan awal terbitnya fajar. Saat itu bercampur antara gelap dan terang
sehingga segala sesuatu menjadi tidak jelas atau tidak sepenuhnya jelas. 6 M.
Quraish Shihab mengatakan ilmu sihir merupakan suatu pengetahuan yang
bisa dipelajari dengannya memiliki kemampuan kejiwaan yang dapat
melahirkan hal-hal aneh yang tersembunyi, juga dapat mengandung ucapan
pengagungan selain kepada Allah yang dapat dipercaya dapat menghasilkan
yang menakjubkan dengan kadar-kadarnya dan merupakan alat setan dalam
memperdaya manusia, khususnya apa yang disebut dengan Black Magic,
bahkan tak terduga setan daya manusia dengan apa yang disebut White
Magic. Dari uraian pembahasan di atas, M. Quraish Shihab mendefinisikan
sihir sebagai tipuan untuk mengelabuhi mata, terbayang sesuatu tapi tidak
demikian. Matanya seolah melihat sesuatu, tetapi hanya matanya yang
sepintas melihat demikian, kenyataan tidak demikian, karena yang tampak
nyatanya adalah tipuan mata atau trik sehingga berusaha menutupi
kebenaran.7
E. Ayat-ayat Pengobatan Sihir

Sebagai landasan atau pedoman hidup, Al-Qur’an mengandung banyak


fungsi di dalamnya salah satunya adalah asy-Syifa (sebagai obat). Selain obat
bagi penyakit ruhani maupun jasmani, Syekh Riyadh Muhammad Samahah

5 Wahbah al-Zuhaili, Tafsir Munir, Juz I, Dar al-Fikr, Beirut, h. 242-246


6 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 333
7 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 135 8 Syekh Riyadh
Muhammad Samahah, Dalailul Mu‟alijin bil Qur‟anil Karim Terj. Irawan Raihan, Cara
penyembuhan dengan al-Qur‟an, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2007), h. 26-28.

6
memberikan tambahan satu jenis penyakit lagi, yakni penyakit ruhani dan
fisik sekaligus. Beberapa penyakit ruhani di antaranya seperti gelisah, sering
mimpi buruk, mengigau, berada dalam kondisi sedih dan merasa sempit,
merasa lemah pada seluruh tubuh diiringi rasa malas yang luar biasa, dan
sebagainya. Sebagian umat muslim meyakini bahwa tak hanya
menyembuhkan penyakit hati (ruhani), Al-Qur’an mampu mengobati
penyakit fisik (jasmani).8

Al-Qur’an pun juga telah mengklaim dirinya sebagai syifa. Hal tersebut
dapat dilihat pada Qs. al-Isra‟ [17] : 82,
ّ ٰ ‫شفَ ۤا ٌء َّو َر ْح َمةٌ لِّ ْل ُمْؤ ِمنِي ْۙنَ َواَل يَ ِز ْي ُد ال‬
َ ‫ظلِ ِميْنَ اِاَّل َخ‬
٨٢ ‫سا ًرا‬ ِ ‫َونُنَ ِّز ُل ِمنَ ا ْلقُ ْر ٰا ِن َما ُه َو‬
Artinya: Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.

Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah mengartikan syifa sebagai


kesembuhan atau obat, keterbatasan dari kekurangan, ketiadaan aral dalam
memperoleh manfaat. Quraish shihab menjelaskan bahwa penyakit yang
dapat diobati dengan Al-Qur’an adalah penyakit ruhani/jiwa yang berdampak
pada jasmani. Dalam menafsirkan ayat ini Quraish Shihab mengutip pendapat
Thabathabai, yakni :“Memahami fungsi Al-Qur’an sebagai obat dalam arti
menghilangkan dengan bukti-bukti yang dipaparkannya aneka
keraguan/syubhat serta dalih yang boleh jadi hinggap di hati sementara
orang…penyakit-penyakit kejiwaan adalah keraguan dan kebimbangan batin
yang hinggap di hati orang-orang beriman…..”.8

Dilihat dari pendapat Thabathabai diatas, maka yang dimaksud syifa


adalah obat yang ditujukan untuk penyakit-penyakit kejiwaan. Penyakit
kejiwaan yang dimaksudkan oleh Thabathabai adalah ragu dan bimbang yang
menandakan rendahnya tingkat keimanan. Sementara menurut Ibnu Katsir
dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim menjelaskan bahwa Al-Qur’an yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad sama sekali tidak ada kebatilan
didalamnya. Al-Qur’an dapat menjadi penawar dan rahmat bagi orangorang
mukmin, maksudnya Al-Qur’an dapat melenyapkan penyakit hati seperti
keraguan, kemunafikan, kemusyrikan, dan menyimpang dari perkara yang
hak serta cenderung pada kebatilan.9
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud syifa dalam Al-Qur’an terkhusus yang terkandung dalam Qs. al-Isra
[17] : 82 adalah Al-Qur’an menjadi penyembuh bagi penyakit ruhani maupun
penyakit jasmani yang disebabkan oleh penyakit jiwa. Abd al-Aziz al-Khalidi
mengelompokkan syifa menjadi dua macam, yakni pertama, Syifa secara
indrawi (hissy) atau penyembuhan fisik dan bagian-bagiannya. Kedua, Syifa
8 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 53
9 Al-imam abul fida ismail ibnu katsir ad-dimasyqi, Tafsir al-Qur‟an al-adzim juz 9, (Kairo:
Maktabah Aulad As-Syaikh Li Turots, 744 H), h. 70.

7
psikologis (maknawi), yakni penyembuhan ruh, hati, dan psikosomatik.
Dalam lintasan sejarah Nabi Muhammad SAW telah mengamalkan fungsi Al-
Qur’an sebagai syifa. Menurut laporan riwayat, Nabi pernah menyembuhkan
penyakit dengan ruqyah lewat surat al-Fatihah atau menolak sihir dengan
surat mu‟awwiżatain. Pengobatan yang dikenal dengan sebutan thibbun
nabawi juga menggunakan surat mu‟awwiżatain sebagai bacaannya. Surat
yang dikenal sebagai mu‟awwiżatain ini adalah Qs. al-Falaq Qs. an-Naas.
Dalam suatu riwayat surat ini turun berkenaan dengan kejadian kaum
musyrikin yang berusaha mencederai Nabi SAW dengan sihir, kemudian
kedua surat ini turun sebagai pengajaran kepada Nabi SAW untuk menangkal
sihir tersebut.
Dalam riwayat lain, surat mu’awwiżatain ini turun pada peristiwa Nabi
SAW mengalami sakit keras setelah memakan makanan yang dihidangkan
oleh kaum Yahudi.10 Menurut Quraish Shihab, kedua surat ini adalah surat
yang menuntun pembacanya kepada tempat perlindungan atau
memasukkannya kedalam arena yang dilindungi. Quraish Shihab
menyebutkan sebuah riwayat : Sayyidatina Aisyah ra. Istri Rasulullah SAW
berkata “Rasul meniupkan untuk dirinya al-Mu‟awwiżatain saat menderita
sakit menjelang ajalnya, dan ketika keadaan beliau sudah amat parah aku
membaca untuknya dan mengusapkan dengan tangan beliau kiranya
memperoleh berkat surah ini” (HR. Bukhari dan Muslim).11

10 Asrifin an-Nakhrawie, Ringkasan Asbabun Nuzul : Sebab-Sebab Turunnya Ayat-Ayat alQur’an,


(Surabaya : Ikhtiar, 2011), h. 224.
11 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, h. 620.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sihir memang nyata ada didunia ini, sihir merupakan suatu perbuatan
syirik karena mempersekutukan Allah dengan memohon pertolongan syaitan
dan para jin, dosa besar bagi yang percaya dan melakukannya. Sihir itu
sesungguhnya mempunyai hakikat dan pengaruh terhadap diri manusia.
Timbulnya kebencian di antara suamiistri, perpecahan di antara manusia dan
keluarganya bahkan hubungannya dengan Allah. Masih banyak orang yang
awam dan kurangnya pengetahuan tentang hal- hal yang bersangkutan dengan
alam ghaib. sihir banyak digunakan orang untuk mencari jodoh. Melihat nasib,
dan lain sebagainya kadang sihir pun bisa digunakan untuk kejahatan seperti
menyantet seseorang dan lainnya.
Dalam Al-Qur'an Pada penafsiran surat al-A'raf ayat 11-120, surat Yunus
ayat 77.80 dan 81, surat Thaha ayat 67-69 peneliti menyimpulkan bahwa dalam
ayat ini terdapat sihir bayangan/khayalan/tipuan pandangan. Adapun tanda-
tanda dari sihir bayangan ini yaitu, orang yang sedang diam kelihatan bergerak
sementara yang bergerak kelihatannya diam, benda-benda yang kecil
kelihatannya besar sementara yang besar kelihatannya kecil, melihat segala
sesuatu dalam gambaran yang tidak sebenarnya, seperti halnya melihat tali dan
tongkat bagaikan ular yang merayap dan bergerak. untuk menangkal dari sihir
ini yaitu dengan membaca ayat kursi, memperbanyak dzikir, selalu membaca
basmallah dalam memulai sesuatu, ikhlas dalam beramal, Memegang teguh Al-
Qur'an dan asSunnah, bertaqwa kepada Allah, bersedekah, istiqomah dalam
kebaikan, berlindung kepada Allah dari 90 gangguan setan, senantiasa berdzikir
kepada Allah, tidak meletakkan gambar dan patung di rumah, senantiasa shalat
jama'ah, tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, membaca Al-Qur'an,
menjaga lisan, menjauhi tempattempat jin dan setan, dan menghindari waktu-
waktu yang banyak jin dan setannya.

9
DAFTAR PUSTAKA
Ad-dimasyqi, Al-imam abul fida ismail ibnu katsir, Tafsir al-Qur‟an, Kairo:
Maktabah Aulad As-Syaikh Li Turots, 744 H

An-Nakhrawie, Asrifin, Ringkasan Asbabun Nuzul : Sebab-Sebab Turunnya


Ayat-Ayat alQur‟an, Surabaya : Ikhtiar, 2011

Asy-Sya’rawi, Mutawalli, Dosa-dosa Besar, Jakarta; Gema Insani Press, 2000


Bali, Wahid Abdussalam, Ilmu Sihir dan Penangkalnya Tinjauan Al-
Qur’an, Hadist dan Ulama, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1995
Khil bin Ibrahim Amin dan Jamal Al-Shawadi, Sihir dan Pengobatannya,
Surabaya: Karya Agung, 2004

Muhammad Samahah, Syekh Riyadh, Dalailul Mu‟alijin bil Qur‟anil Karim Terj.
Irawan Raihan, Cara penyembuhan dengan al-Qur‟an, Yogyakarta :
Mitra Pustaka, 2007
Sya’rawi, Syekh Mutawalli, Bahaya Sihir Cara Mencegah dan Mengobatinya,
Kairo: Maktabah At-Turas Al-Islami, 2006
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002

10

Anda mungkin juga menyukai