Disusun oleh :
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan oleh dosen. Tak lupa penyusun ucapkan terimakasih kepada dosen
pengajar. Atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada
rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya
makalah ini . Penulis harap ,dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat
bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai
“PENDIDIKAN INTELEKTUAL DALAM AL-QUR’AN” khususnya bagi
penulis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini memang masih jauh dari
kata sempurna , untuk itu dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
dimaksudkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan Masalah........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecerdasan merupakan sebuah kekuatan yang bersifat non materi
yang sangat diperlukan oleh oleh setiap makhluk untuk menjalani kahidupan
yang nyata, kecerdasan merupakan potensi yang tersembunyi dalam jiwa.
Sebenarnya dalam al quran memiliki kekuatan untuk mendorong, memicu dan
mengembangkan potensi kecerdasan yang ada pada diri manusia.
Al-qur’an turun di muka bum ini dalam kondisi dan waktu yang
sangat istimewa bagaimana ketika proses penurunanya lebih baik dari seribu
bulan Malaikat turun dalam proses penurunan itu namun banyak yang lalai
akan kejadian istimewa tersebut. Kita akan sulit membayangkan andaikan di
dunia ini tidak ada al quran pasti manusia akan bebas dari aturan tidak ada
rasa takut dan melakukan apa yang disukai, kenapa memahaminya al quran
menglami kesulitan karena Allah SWT menyiapkan sistim bagaimana
memahami al quran itu sendiri.
Dalam menuntut ilmu, kita harus selalu belajar diiringi dengan nilai-
nilai agama, yang mana bersumber utama dari Al-Quran dan As-sunnah.
Untuk itu dalam kaitannya dengan pendidikan Islam, kita perlu menelaah apa
saja yang terkandung dalam Al-Qur’an. Dalam makalah ini akan dikaji ayat-
ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan pendidikan intelektual (Qs. Yunus: 35-
36, QS. Yusuf : 22 dan Qs. Al-Isra’: 36).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian intelektual?
2. Bagaimana pendidikan intelektual dalam QS. Al – Isra’ : 36, QS. Yunus
35 – 36 dan QS. Yusuf : 22?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian intelektual
2. Untuk mengetahui pendidikan intelektual dalam QS. Al – Isra’ : 36, QS.
Yunus 35 – 36 dan QS. Yusuf : 22
1
BAB II
PENDIDIKAN INTELEKTUAL
1
Marsuki, Iq-Gpm Kualitas Kecerdasan intelektual generasi pembaharuan masa depan, UB
Press,Malang, 2014. H. 14
2
B. QS. Al – Isra’ : 36
Artinya: ”dan janganlah kamu ikuti sesuatu yang kamu tidak ketahui. Karena
pendengaran,penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta
pertanggungjawabany”.2
Tafsir Ibnu Katsir
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengata-
kan bahwa makna la taqfu ialah la taqfu (janganlah kamu mengatakan).
Menurut Al-Aufi, janganlah kamu menuduh seseorang dengan sesuatu yang tidak
ada pengetahuan bagimu tentangnya.
Muhammad ibnul Hanafiyah mengatakan, makna yang dimaksud ialah
kesaksian palsu. Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah
janganlah kamu mengatakan bahwa kamu melihatnya, padahal kamu tidak
melihatnya; atau kamu katakan bahwa kamu mendengarnya, padahal kamu tidak
mendengarnya; atau kamu katakan bahwa kamu mengetahuinya, padahal kamu
tidak mengetahui. Karena sesungguhnya Allah kelak akan meminta
pertanggungjawaban darimu tentang hal tersebut secara keseluruhan.
Kesimpulan pendapat mereka dapat dikatakan bahwa Allah Swt. melarang
mengatakan sesuatu tanpa pengetahuan, bahkan melarang pula mengatakan
sesuatu berdasarkan zan (dugaan) yang bersumber dari sangkaan dan ilusi.
Dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:
ِ أكذب ا ْل َح ِدي
"ث ُ َّ"إِيَّا ُك ْم َوالظَّنَّ ؛ فَإِنَّ الظَّن
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Penerbit Jumanatul
Ali, 2005), h. 221
3
Jauhilah oleh kalian prasangka. Karena sesungguhnya prasangka itu adalah
pembicaraan yang paling dusta.
Di dalam kitab Sunnah Imam Abu Daud di sebutkan hadis berikut:
""إِنَّ أَفَ َرى الفِ َرى أَنْ يُ ِري َع ْينَ ْي ِه َما لَ ْم ت ََريَا
Sesungguhnya kedustaan yang paling berat ialah bila seseorang mengemukakan
kesaksian terhadap hal yang tidak disaksikannya.
Di dalam hadis sahih disebutkan:
َ َولَ ْي،" َمنْ ت ََحلَّ َم ُح ْل ًما ُكلف يَ ْو َم ا ْلقِيَا َم ِة أَنْ يَ ْعقِ َد بَ ْي َن شَعيرتين
س بِ َعاقِ ٍد
Barang siapa yang berpura-pura melihat sesuatu dalam mimpinya, maka kelak di hari
kiamat ia akan dibebani untuk memintal dua biji buah gandum, padahal dia tidak dapat
melakukannya.
4
C. QS. Yunus : 35 – 36
3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Penerbit Jumanatul
Ali, 2005), h. 126
5
(Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti) didalam penyembahan mereka
terhadap berhala – berhala (kecuali prasangka saja) dalam hal ini mereka hanya
menirukan apa yang telah diperbuat oleh nenek moyang mereka.(Sesungguhnya
persangkaan itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai kebenaran) yang
membutuhkan ilmu pengetahuan tentangnya . (Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka kerjakan) oleh sebab itu maka Dia membalas semua
amal perbuatan yang telah mereka kerjakan itu.
A. Kesimpulan
Bahwa dalam pendidikan, kita di haruskan untuk menggunakan akal
dan pikiran kita dan juga meminta petunjuk hanya kepada Allah sehingga kita
4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Penerbit Jumanatul
Ali, 2005), h. 132
6
tidak akan masuk dalam kesesatan melainkan kebenaran. Jalan yang dipakai
jangan hanya taqlid saja tanpa mengetahui apakah benar sesuai dengan
ketentuan Allah dan Rasulnya atau tidak. Dalam belajar kita harus memiliki
etika untuk tidak mengikuti apa-apa yang tidak kita ketahui kebenarannya,
apa-apa yang tidak kita lihat, dengar, maupun yang tidak sesuai dengan suara
hati kita. Dan kita dilarang berbuat atau mengatakan hanya berdasarkan
prasangka atau dugaan, tanpa pengetahuan yang benar karena prasangka
tidaklah dibenarkan sehingga dikhawatirkan akan menyesatkan orang lain.
Semua itu akan dipertanggung jawabkan kepada Allah swt.
Allah SWT menurunkan al quran untuk umat manusia dengan maksud
dan tujuan, semuaany itu adalaah untuk membahagiaakan ketika hidup di
dunia dan akhirat secara umum namun secara mendasar mencerdaskan
manusia sehingga bisa hidup dalam hidayahNya, mendapat kelapangan dan
jaminan surga yang penuh kenikmatan dan untuk mencapai telah ditetapkan
sistim pendekatan agar al quran dapat dipahami secara langsung sehingga
memperoleh kecerdasan yang diperlukan di alquran telah ditetapkan
bagaimana cara yang benar memahami al quran
Daftar Pustaka
7
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an Volume 6. Jakarta: Lentera Hati.
https://www.bintusapawi.com/2016/10/pendidikan-intelektual-tafsir-tarbawi.html